Luk. 1:39-45
Pdt. Dawis Waiman, M.Div.
Bapak-Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, setiap kali kita melihat pada cerita Natal, maka kita akan dibawa untuk melihat pada kejadian-kejadian yang sangat luar biasa sekali, yaitu intervensi Allah yang Mahakuasa di dalam sejarah manusia melalui kedatangan dari pada Yesus Kristus dalam dunia ini. Tapi pada waktu Bapak-Ibu memperhatikan kisah Natal juga, maka kita akan melihat, bahwa ada kuasa Allah yang berdaulat, yang bekerja di dalam dunia ini untuk memimpin sejarah dari pada manusia, tetapi juga ada sesuatu yang begitu natural sekali yang Tuhan nyatakan dari catatan-catatan kelahiran Kristus di dalam dunia ini. Apa yang kita lihat ada unsur supranatural dibalik itu, tetapi apa yang kita baca juga dari pada Kitab Suci itu adalah suatu catatan sejarah yang begitu biasa sekali, tidak ada sesuatu yang sepertinya di ‘wah’kan atau dilebih-lebihkan ketika para penulis mencatat firman Tuhan mengenai kelahiran dari pada Yesus Kristus. Nah ini membuat kita bisa memiliki suatu keyakinan, kalau cerita Natal, itu bukan mitologi, kalau cerita Natal itu bukan sesuatu yang dibuat-buat oleh para penulis Alkitab atau rasul untuk menyatakan inkarnasi Kristus dalam dunia ini tetapi cerita ini adalah sungguh-sungguh suatu berita yang sungguh terjadi, yang pernah ada dalam dunia ini 2000 tahun yang lalu, seperti yang sudah dinubuatkan ribuan tahun sebelum dari pada Kristus datang ke dalam dunia ini.
Ini adalah hal yang sangat luar biasa sekali, dan pada waktu kita melihat mengenai kisah natal antara Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, Bapak-Ibu akan melihat ada satu perbedaan dari bagaimana para penulis Injil ini memulai kisah dari pada Injil mereka. Kalau kita melihat kepada Matius, maka kita akan melihat Matius memulai Injilnya dari sebuah silsilah, asal-usul dari pada Yesus Kristus, lalu kemudian setelah silsilah Yesus Kristus diberikan, langsung lompat kepada bagaimana Yusuf itu menerima wahyu dari pada Tuhan melalui malaikat tentang kelahiran dari pada bayi Yesus Kristus. Jadi, di dalam injil Matius, kita bisa melihat silsilah dan bagaimana kelahiran Kristus dari sudut pandang Yusuf yang merupakan suami dari pada Maria. Tapi, pada waktu kita masuk ke dalam injil Markus, kita mendapatkan sesuatu yang berbeda. Injil Markus tidak dimulai dengan silsilah, injil Markus tidak dimulai dengan suatu peristiwa kelahiran dari pada Yesus Kristus, tetapi Injil Markus dimulai daripada pemberitaan Yohanes Pembaptis yang menjadi pembukan jalan untuk kedatangan Mesias dan pelayanan Mesias di dalam dunia ini, lalu kemudian langsung diikuti dengan pembaptisan Yesus Kristus dan pencobaan dari pada Yesus Kristus, ini yang menjadi inti dari pada injil Markus. Lalu, ketika kita masuk kepada injil Yohanes, Yohanes melihat dari sudut pandang yang berbeda lagi, dia tidak melihat dari pada silsilah, dia tidak melihat dari pada pelayanan Yohanes Pembaptis, tetapi Yohanes mengajak kita melihat asal mula Kristus, yang bukan dari merupakan hasil pernikahan manusia, yang tidak memiliki awal tetapi yang sudah ada di dalam kekekalan, dan bahkan Dia adalah satu Pribadi yang bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah sendiri. Nah, ini yang menjadi berita daripada Yohanes. Lalu Allah itu yang ada bersama-sama dengan Allah, yang setara dengan Bapa, yang kekal, yang menciptakan segala sesuatunya yang ada di dalam dunia ini, yang tidak dicipta. Ini bedanya antara orang Kristen dengan Saksi Yehovah, Saksi Yehovah mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan pertama Allah, malaikat Mikael yang kemudian inkarnasi menjadi manusia, tetapi kita percaya bahwa injil Yohanes mengajarkan Yesus Kristus adalah bersama-sama dengan Allah, Dia adalah Allah sendiri, Pribadi yang setara dengan Bapa, yang mencipta segala sesuatunya, yang diri-Nya sendiri tidak dicipta oleh Allah karena Dialah yang mencipta segala sesuatu, kemudian inkarnasi menjadi manusia, sama seperti kita yang ada dalam dunia ini. Nah, ini injil Yohanes.
Tapi ketika kita kembali kepada Injil Lukas memulai injilnya dengan sesuatu yang bebeda lagi. Lukas tidak melihat Allah itu dari kekekalan itu, Lukas juga tidak melihat seperti Matius yang ada silsilah raja, Lukas juga tidak melihat seperti Markus yang adalah seorang hamba yang melayani di dalam dunia ini, tetapi Lukas melihat permulaan injil dari dua perspektif perempuan yang hamil dan sebenarnya adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa terjadi di dalam dunia ini. Saudara, ini adalah sesuatu yang luar biasa sekali, pada waktu kita melihat injil Lukas, Lukas mencatat ada dua perempuan: pertama adalah perempuan yang tua, kedua adalah perempuan yang begitu belia sekali; pertama adalah perempuan yang mandul, kedua adalah perempuan yang belum menikah; lalu, pertama adalah perempuan yang sudah memiliki suami, tapi usianya sudah lanjut dan suaminya pun tidak berkuasa untuk bisa memberikan anak kepada perempuan ini karena sudah begitu tua, tapi yang kedua adalah perempuan yang betul-betul tidak pernah menyentuh laki-laki atau disentuh oleh laki-laki. Tapi, dari pada 2 perempuan ini, kita melihat Allah bekerja di dalam diri 2 perempuan ini untuk menyatakan kuasa Dia kepada manusia dan menempatkan janji-Nya bagi manusia yang berdosa di dalam sejarah keselamatan dari pada manusia. Bagi perempuan yang pertama, perempuan yang sudah begitu tua, Elisabet, Tuhan mengutus seorang malaikat yang bernama Gabriel, kepada suaminya yang sedang melayani dibait Allah. Lalu ketika suaminya sedang melayani, Gabriel berkata kepada Zakharia, “engkau akan memiliki seorang anak di usia tuamu. Engkau adalah orang yang diberkati oleh Tuhan Allah.” Lalu saat Zakharia mendengar ini, dia nggak bisa menerima kebenaran ini, dia tidak percaya pada kebenaran yang diberitakan oleh malaikat Gabriel itu, sehingga dia bertanya ‘bagaimana itu mungkin,’ dan malaikat Gabriel berkata, ‘engkau akan bisu! Sampai anak itu lahir dan engkau harus menamakan Yohanes.’ Dan dari situ, istrinya, Elisabet yang sudah tua, yang begitu lanjut usianya, diperkirakan kira-kira 60-an tahun ke atas usianya itu, kemudian sungguh-sungguh mengalami kehamilan. Tapi, 6 bulan kemudian, Lukas mencatat, malaikat yang sama, Gabriel itu datang kepada Maria, seorang gadis muda, diperkirakan kira-kira 13 tahun usianya, belum pernah menyetuh seorang laki-laki, belum pernah tahu tubuh seorang pria, kemudian datanglah malaikat ini dan berkata, “engkau adalah yang diberkati Tuhan Allah.” Lalu ketika Maria mendengar itu, dia kaget, dia takut. Malaikat itu bilang, “jangan takut, karena engkau adalah orang yang disertai oleh Tuhan Allah.” lalu Maria tanya, ‘kenapa aku diberkati? Kenapa aku disertai?’ malaikat itu berkata, “engkau akan mengandung seorang anak, seorang anak yang disebut sebagai Yesus Kristus.’ lalu ketika Dia dikandung, itu bukan hasil persetubuhan antara laki-laki dengan perempuan, itu juga bukan hasil persetubuhan antara Allah dengan manusia seperti mitologi-mitologi Yunani, tetapi ini adalah pekerjaan daripada Allah Roh Kudus yang turun atas Maria, menaungi maria, lalu kemudian mencipta suatu kehidupan bayi yang di dalam perut Maria yang disebut sebagai Yesus Kristus, Anak Allah yang inkarnasi menjadi manusia tersebut.
Saudara, ini adalah 2 peristiwa yang luar biasa sekali. Zakharia tidak percaya, Maria percaya, dan dia berkata, “biarlah apa yang menjadi kehendak Tuhan terjadi dalam kehidupanku.” Dan dibalik 2 peristiwa yang luar biasa ini, kita bisa melihat bagaimana Allah tetap memiliki kuasa untuk menggenapi apa yang Dia inginkan terjadi dalam dunia ini. Walaupun manusia bisa tidak percaya, tidak mau mengakui, tidak bisa menerima dengan logikanya, apa yang menjadi kehendak Allah adalah rencana Allah dalam kehidupan dia. Tapi, Tuhan sanggup tetap menjadikan Elisabet yang tua itu mengandung dan Maria yang muda itu, yang belum pernah menyentuh laki-laki itu juga mengandung yaitu Yesus Kristus, Anak Tunggal Allah yang datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, 2 perempuan muda dan tua sama-sama dipilih, sama-sama dipanggil oleh Tuhan untuk suatu tujuan yang begitu mulia sekali; mempersiapkan kelahiran Mesias dan juga untuk menjadi saluran bagi Mesias datang ke dalam dunia ini. Tapi di sisi lain, ada perbedaan-perbedaan yang kita lihat antara Elisabeth dengan Maria, Alkitab juga mencatat ada suatu persamaan diantara mereka, kesamaannya dimana? Mereka itu adalah 2 saudara, walaupun mungkin bukan 2 saudara kandung, tapi mereka adalah 2 sana yang memiliki relasi saudara diantara mereka, dalam kehidupan mereka dan dua-duanya mengalami penampakan dari malaikat Gabriel. Dua-duanya, kalau Bapak, Ibu, Saudara baca dari pada bagaimana Gabriel berbicara kepada Zakharia dan Gabriel berbicara kepada Maria, memiliki urutan yang sama di dalam nubuatan tersebut, salam yang diberikan, kemudian perkataan “jangan takut, berkata engkau diberkati oleh Tuhan Allah,” lalu kemudian akan mengandung seorang anak laki-laki, tapi yang satu menolak percaya, yang satu percaya. Ini adalah satu pengalaman yang sama-sama dialami oleh 2 perempuan yang beda usia, beda status mungkin dan juga bahkan terletak di dalam kota yang berjauhan yang terbentang dalam suatu jarak yang sangat jauh sekali yang terpisah kira-kira 3-4 hari perjalanan antara tempat tinggal Maria di Nazaret sampai kepada Yerusalem yang ada di sisi sebelah bawah dari pada Israel.
Saudara, nah ini menjadi suatu latar belakang kisah dari pada kelahiran Yesus Kristus dalam dunia ini. Tetapi pada waktu Lukas mencatat ada 2 perbedaan ini dan persamaan yang dimiliki Elisabeth dengan Maria. Lukas kemudian mengajak kita melihat setelah semua peristiwa itu dikabarkan oleh malaikat Gabriel, terjadi suatu pertemuan antara Maria dengan Elisabeth. Maria pergi menemui Elisabeth, di rumahnya, itu di pegunungan, di Yehuda, atau di daerah Yerusalem tersebut. Nah di dalam bagian inilah kita akan membahas apa yang dinyatakan oleh Lukas bagi diri kita. Saya melihat walaupun ini adalah satu perikop yang begitu pendek, begitu sederhana sekali, tapi mengandung satu makna yang begitu mendalam yang kita bisa pelajari baik-baik daripada peristiwa ini.
Yang pertama adalah, pada waktu kita membaca perikop ini, Lukas mau mengajak kita melihat bahwa iman kepada Tuhan, itu adalah bukan iman yang pasif, tapi iman kepada Tuhan, itu adalah suatu iman yang akan mendorong kita untuk mau melihat pekerjaan Tuhan yang lebih besar atau pekerjaan Tuhan yang Tuhan kerjakan di dalam dunia ini. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu Maria mendengar bahwa dia hamil, pada waktu Maria mendengar bahwa Elisabeth, sanaknya itu juga hamil di usia tuanya, Alkitab mencatat, beberapa hari kemudian, Maria kemudian pergi ke tempat Elisabeth, menempuh perjalanan yang begitu jauh sekali, 3-4 hari perjalanan. Apa yang membuat Maria itu mau pergi menempuh perjalanan yang begitu jauh? Kalau Bapak, Ibu perhatikan peta, Maria itu tinggal di daerah Galilea, yaitu di kota Nazaret, Israel bagian utara, di atas itu. Tapi Yerusalem, kota Yehuda itu terletak di bawah, dekat Yerusalem, dan itu merupakan Israel selatan. Kenapa Maria, seorang gadis muda belia itu, mau menempuh berhari-hari perjalanan, nggak tahu apakah dia sendirian atau ditemani oleh seorang keluarga. Tapi yang pasti dia menempuh perjalanan yang begitu jauh untuk pergi ke tempat Elisabeth. Ada orang yang berkata seperti ini: ada kemungkinan, waktu itu Maria merasa dia perlu melarikan diri, menyembunyikan diri daripada orang banyak untuk menutupi kehamilan yang dia alami tersebut. Ada yang pendapat kedua adalah, karena Maria ingin pergi menghindarkan diri dari kemarahan Yusuf, tunangannya itu, yang tidak tahu menahu mengenai kehamilan dia, tapi dia sekarang hamil.
Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika saya memperhatikan apa yang dinyatakan Alkitab, saya kurang setuju dengan apa yang dikatakan oleh pendapat 2 kelompok ini. Pertama adalah mengenai Maria menyembunyikan diri dari kehamilannya. Kenapa saya bilang saya tidak setuju dengan hal itu? Sebabnya karena pada waktu seseorang itu pergi, waktu Maria pergi menemui Elisabeth, kalau Bapak Ibu perhatikan kronologis cerita dan usia daripada kehamilan Elisabeth dan kehamilan Maria, pada waktu itu kita akan menemukan Elisabeth sudah berusia kandungan 6 bulan, sedangkan Maria baru mulai mengandung. Lalu ketika Maria pergi menuju ke tempat Elisabeth, dan Maria tinggal di tempat Elisabeth selama 3 bulan, baru setelah itu, ketika Elisabeth mau melahirkan, sebelum melahirkan Maria kemudian pulang ke Nazaret, tempat asalnya berada. Dan kalau kita perhatikan bagian ini, maka kita akan mendapatkan, pada waktu Maria pergi ke Elisabeth, perutnya belum buncit, perutnya belum terlihat. Masa kandungan itu mulai terlihat ketika anak masuk usia ketiga bulan, baru di situ kita bisa mulai melihat perutnya mulai membesar. Ini membuat ketika ada orang yang berkata: Maria pergi menyembunyikan diri, dia takut ketahuan sebagai orang yang hamil di luar pernikahan. Saya tidak setuju dengan kebenaran ini. Tapi Maria pergi itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan hal yang lain. Apakah itu menyembunyikan janin dari Yusuf? Saya juga percaya ini bukan menjadi alasan Maria. Kenapa bukan alasan Maria untuk melarikan diri daripada Yusuf? Karena kalau Bapak, Ibu perhatikan, dan saya mengatakan di awal tadi, ketika Tuhan bekerja dalam dunia ini, Tuhan berkuasa untuk memelihara apa yang menjadi rencana dan kehendak Dia untuk terjadi di dalam dunia ini.
Pada waktu Maria menerima kuasa Allah di dalam kehidupan dia, menerima bahwa dia hamil karena itu adalah kehendak daripada Tuhan Allah, ada satu kalimat yang dikatakan Maria kepada malaikat Gabriel. Dikatakan sebagai, di ayat 38, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Maria tahu jelas sekali, ketika dia mengandung bayi Yesus, itu bukan sesuatu yang mudah untuk dia terima. Dan ketika dia mengandung bayi Yesus, itu adalah suatu keputusan yang didasarkan dengan pemahaman yang jelas daripada Maria dengan segala konsekuensi yang akan dia hadapi, termasuk bagaimana dia berhadapan dengan Yusuf nantinya. Karena pada waktu dia mengandung itu, Maria bisa berkata: Aku belum bersuami. Dia bukan gadis yang begitu lugu, yang tidak tahu menahu mengenai relasi suami dan istri seperti itu. Dia jelas sekali tahu apa yang menjadi konsekuensi dia menerima rencana Allah itu dalam kehidupan dia. Tetapi dia tetap menerima. Apa yang membuat dia menerima? Saya percaya, itu sebabnya adalah karena Maria percaya: kalau Tuhan yang memulai suatu pekerjaan dalam hidup dia, maka Tuhan berkuasa untuk memelihara diri dia, seperti yang dikatakan malaikat di awal, “Tuhan menyertai engkau, Tuhan memberkati engkau.” Dan ini adalah sesuatu yang Maria pegang. Dan kalau kita bandingkan dengan Injil Matius, memang benar. Pada waktu Yusuf dikatakan, dikagetkan oleh kehamilan daripada Maria, maka waktu itu Yusuf kemudian mulai menimbang-nimbang untuk mau menceraikan Maria sebagai orang yang bertunangan dengan seorang perempuan. Dan di dalam budaya Yahudi, pertunangan itu walaupun belum tinggal serumah, seatap, tetapi dianggap sebagai suami istri yang tidak boleh mencari laki-laki dan perempuan lain sebagai pasangan mereka. Tetapi dia harus setia kepada pasangan itu sebagai seorang seperti kehidupan suami istri tetapi belum bersetubuh satu dengan yang lain. Nah ini membuat ketika Yusuf tahu Maria hamil, dia pikir mungkin Maria itu punya selingkuhan yang lain, pria idaman yang lain. Tetapi kemudian ketika dia sedang menimbang-nimbang untuk memutuskan hubungannya dengan Maria, malaikat Tuhan datang kepada Yusuf dan memberikan suatu mimpi kepada dia untuk mengatakan: “Yusuf, jangan engkau ceraikan Maria! Karena anak yang dikandung bukan hasil perselingkuhan dengan laki-laki yang lain. Tetapi anak yang dikandung itu adalah sesuatu yang merupakan pekerjaan daripada Allah Roh Kudus dan justru inilah anak yang akan menggenapi rencana daripada Tuhan Allah untuk menebus dan menyelamatkan manusia dan Dia ada bersama-sama dengan manusia sebagai yang kita kenal: Immanuel.”
Dari hal itu Yusuf kemudian, seorang yang takut akan Tuhan, dia membatalkan keputusannya, dia kemudian keesokkan harinya, langsung menikah dengan Maria dan mengambil dia untuk menjadi istrinya. Ini adalah seorang laki-laki yang beriman dan takut Tuhan dan sangat luar biasa sekali. Dan dasar ini juga yang membuat saya berkata alasan Maria pergi menemui Elisabeth untuk melarikan diri dari Yusuf atau menyembunyikan dari Yusuf – itu tidak bisa kita terima. Lalu apa yang membuat Maria pergi ke tempat Elisabeth? Saya pikir apa yang dicatat oleh Lukas di sini, itu yang harus kita terima baik-baik. Maria pergi ke Elisabeth, adalah untuk bertemu dengan Elisabeth, untuk melihat keadaan daripada Elisabeth. Saya percaya, ketika seorang saudara mendengar di usia tua, seorang saudaranya itu hamil dan punya anak, itu adalah suatu sukacita yang besar. Nah ini membuat Maria ingin pergi ke sana, untuk bertemu dengan Elisabeth, saudara itu, dan melihat kehamilan yang dialami oleh Elisabeth di usia tuanya itu. Tetapi di sisi lain, selain daripada sukacita besar Maria ini pergi menemui Elisabeth, saya percaya ada hal yang bersifat lebih teologis di balik keinginan Maria untuk pergi menemui Elisabeth itu, yaitu ketika dia pergi menemui Elisabeth, di dalam hatinya, bukan karena suatu keraguan, ketidakpercayaan bahwa Elisabeth hamil, tetapi karena dia tahu, ketika dia pergi menemui Elisabeth, dia punya iman akan lebih diteguhkan dan dikuatkan oleh Tuhan Allah.
Saudara, Maria pergi menempuh perjalanan yang begitu jauh, untuk melihat bagaimana Tuhan bekerja di dalam kehidupan daripada sanaknya Elisabeth. Maria pergi, menempuh perjalanan berpuluh-puluh mil itu untuk melihat bagaimana Tuhan memulai penggenapan janjinya, untuk mengutus orang pembuka jalan, yaitu Yohanes Pembaptis, melalui saudaranya itu, Elisabeth. Dan ini yang menjadi dasar, dia pergi menempuh perjalanan yang begitu jauh. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita kadang-kadang ketika melihat suatu kebaktian gereja, memilih suatu gereja, kita seringkali menentukan gereja mana yang akan kita datang pergi, itu hanya didasarkan oleh jarak tempuh. Semakin dekat, itulah pilihan pertama kita. Mungkin yang kedua adalah relasi yang ada di dalam gereja itu bersama dengan teman-teman. Tapi pada waktu Maria pergi, menuju kepada rumah Elisabeth, dia bukan pergi karena jarak tempuh yang dekat. Walaupun jarak tempuh begitu jauh, puluhan mil yang harus dia lalui, minimal mungkin 60-an, 65 mil, itu berarti kira-kira 100 km lebih perjalanan yang dia harus tempuh, dia tetap pergi menuju ke rumah Elisabeth. Kenapa? Karena dia tahu ada pekerjaan Tuhan terjadi dalam kehidupan daripada Elisabeth itu. Saudara, saya percaya, ini seharusnya menjadi sesuatu yang kita kejar, kita gumulkan, kita miliki dalam kehidupan iman kita bersama dengan Tuhan Allah. Kalau kita sungguh-sungguh memiliki iman yang percaya kepada Tuhan, pasti iman itu mendorong kita untuk melihat bagaimana Tuhan bekerja, dan kita tidak akan membiarkan pekerjaan Tuhan berlalu begitu saja daripada kehidupan kita atau bahkan membuat kita tidak mengerti apa yang Tuhan sedang kerjakan dalam kehidupan kita. atau kebenaran firman digenapi dalam kehidupan kita. Maria bukan orang seperti ini. Dia tahu Elisabeth hamil, dan kehamilan itu dari Allah, menjadi orang yang menjadi pendahulu daripada kelahiran anaknya, karena itu dia harus pergi menemui Elisabeth, dia ingin melihat Tuhan bekerja dalam kehidupan Elisabet; dan ketika dia datang dia sungguh-sungguh melihat kalau Elisabet hamil seperti yang malaikat Gabriel katakan kepada diri dia.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini sangat kontras sekali dengan apa yang dialami oleh orang-orang Farisi. Kalau kita melihat kehidupan dari orang Farisi, yang ketika dipanggil oleh Herodes karena mendapatkan orang Majus yang datang kepada Herodes untuk bertanya dimana bayi itu lahir; Bapak-Ibu bisa lihat, orang-orang Farisi ketika dipanggil mereka begitu jelas sekali, begitu cepat sekali menunjukkan tanpa keraguan bahwa bayi Mesias itu akan lahir di kota Betlehem, di dalam Mikha 5:1; sesuatu yang telah dinubuatkan lebih kurang 400 tahun sebelum Yesus Kristus lahir di kota Betlehem. Tapi pada waktu para ahli Taurat dan orang Farisi mengetahui ada orang Majus datang jauh-jauh dari Timur ke kota mereka menemui Herodes raja mereka, yang membuat Herodes kebingungan dan tidak tahu bagaimana menjawab dan akhirnya memanggil ahli Taurat dan orang Farisi untuk menjawab bagi Herodes; tetapi ketika mereka sudah menjawab itu Alkitab mencatat mereka kembali ke rumah mereka masing-masing, mereka tidak peduli dengan kedatangan orang Majus itu, mereka tidak terpicu untuk mencari tahu kenapa orang Majus itu jauh-jauh menempuh perjalanan ratusan mil, berhari-hari, berbulan-bulan untuk datang ke Yerusalem mencari anak itu, mereka sama sekali nggak ada pikiran unutk mau meneliti sungguhkah bayi Yesus sudah datang dan lahir di kota Betlehem, sungguhkah kedatangan orang-orang Majus itu adalah suatu kebenaran yang Tuhan pakai untuk menyatakan kepada umat Israel bahwa Mesias sudah lahir dalam dunia ini. Tapi itu semua tidak dilakukan oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat, yang mereka lakukan adalah mereka biarkan orang Majus itu pergi mencari bayi itu sendiri dan mereka tetap di rumah dengan kenyamanan yang mereka miliki, dan mungkin kesombongan bahwa mereka lebih mengerti firman Tuhan daripada orang-orang non-Yahudi tersebut.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dampaknya apa? Kita tahu seumur Kristus melayani di dalam dunia, yang menjadi penentang utama dari Yesus punya pelayanan adalah orang Farisi dan ahli Taurat. Kita tahu ketika mereka melihat Yesus mengatakan mengenai siapa diri Dia, memberikan tanda-tanda bahwa Dia adalah Mesias yang akan datang, yang selalu dilakukan oleh ahli Taurat dan orang Farisi adalah mempertanyakan kalau Dia sungguh-sungguh adalah Mesias itu, bahkan terus menerus meminta tanda untuk memuaskan keinginan mereka dan berdasarkan bukti yang mereka inginkan untuk membuktikan bahwa Yesus itu adalah Mesias. Sampai akhirnya Yesus kemudian dikatakan diserahkan mereka ke tangan Pilatus untuk disalibkan. Dua karakter yang berbeda sekali, dua umat Allah yang berbeda sekali; satu umat Allah yang ketika mendengar kebenaran firman, lalu percaya, lalu menundukkan diri di bawah kehendak Allah, lalu kemudian memutuskan untuk mau pergi melihat pekerjaan Tuhan sehingga dia mendapatkan penguatan dan peneguhan dalam iman. Tapi di sisi lain, satu kelompok ahli Taurat, pemimpin agama yang merasa diri menguasai firman, tahu firman dengan baik, tahu kehendak Allah, dapat mendidik orang-orang di dalam kehidupan mereka untuk mengerti kehendak Allah, ketika mendapatkan suatu peristiwa yang menyatakan kelahiran Kristus atau kebenaran, mereka tidak menyelidiki secara tuntas, mereka puas dengan apa yang mereka tahu, akibatnya kemudian mereka justru melawan Allah dan menjadi penentang Allah dalam kehidupan mereka.
Saudara, saya percaya ini adalah suatu kebenaran yang Lukas ingin kita lihat dalam kehidupan kita. Bagaimana Maria, seorang yang takut Tuhan, sungguh-sungguh berusaha untuk melakukan apa yang dia percayai dalam kehidupan dia. Dan ini juga saya percaya, menjadi satu prinsip yang Yesus Kristus katakan: orang yang bijaksana tidak akan bangun rumahnya di atas pasir, tapi orang yang bijaksana itu akan membangun rumahnya di atas batu karang; maksudnya adalah orang yang bijaksana ketika melihat firman, mendengar firman, mengetahui firman, dia tidak hanya akan mendengar lalu melupakan firman, tapi dia akan menangkap firman itu dan kemudian berpegang teguh pada firman itu dan melakukan firman itu dalam kehidupan dia, dan dia adalah seperti orang yang membangun rumah di atas batu karang. Maksudnya adalah, kalau Bapak-Ibu mendengar firman, tahu firman, lalu kemudian anggap sudah tahu firman tanpa mempedulikan melakukan firman itu maka ini hanya adalah orang yang sepertinya beriman tetapi sebenarnya imannya tidak ada kekuatan sama sekali dan kekokohan, ketika pencobaan datang dia pasti jatuh. Tapi kalau orang sungguh-sungguh mendengar firman, dia mengejar kebenaran itu, dia berusaha membuktikan setiap perkataan Alkitab itu adalah suatu kebenaran, dia berusaha mengalami seperti yang Alkitab katakan mengenai kebenaran yang sudah dinyatakan bagi diri kita, saya yakin dia akan menjadi orang Kristen yang teguh di dalam iman dan tidak gampang untuk dijatuhkan oleh pencobaan dalam kehidupan dia. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, iman yang sejati akan mendorong kita untuk melakukan suatu tindakan berdasarkan iman yang kita percayai tersebut, dan Maria melakukan itu dalam kehidupan dia.
Lalu hal yang kedua yang kita bisa lihat dari bagian ini adalah seorang yang dipanggil Tuhan adalah seorang yang sangat diberkati oleh Tuhan Allah, tetapi seorang yang begitu diberkati oleh Tuhan Allah dalam kehidupan dia itu tidak menjadikan dia memiliki suatu kehidupan yang gampang atau mudah, tapi justru dia akan mengalami suatu kesulitan di dalam kehidupan yang dia alami. Pada waktu Maria dipanggil untuk menjadi seorang yang melahirkan Yesus Kristus dalam dunia ini, Bapak-Ibu bisa bayangkan tidak, kira-kira ketika orangtuanya itu mendengar mengenai berita itu apa yang akan mereka katakan kepada Maria? Tapi sebelum hal itu terjadi, Alkitab begitu jelas sekali memberitahu kita apa yang menjadi pengalaman Maria, bagaimana kehidupan dia sebagai orang yang dipanggil oleh Tuhan Allah. Di dalam perkataan malaikat Gabriel dikatakan “dia adalah orang yang begitu diberkati dan Tuhan menyertai diri dia.” Di dalam perkataan Elisabet yang meneguhkan kembali perkataan dari malaikat Gabriel dikatakan “dia adalah orang yang diberkati, buah rahimnya diberkati,” kemudian “dia adalah orang yang berbahagia karena dia percaya,” dan akibat imannya itu maka Tuhan mengerjakan apa yang menjadi rencana di dalam kehidupan dari pada Maria.Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya pikir kalau kita sungguh-sungguh anak Tuhan, kita sungguh-sungguh ingin menjadi orang yang diberkati oleh Tuhan Allah dalam kehidupan kita, tetapi pada waktu Maria mendapatkan semua pujian itu, lalu Maria mendapatkan suatu pernyataan bahwa dia adalah orang yang sudah diberkati oleh Tuhan Allah, apa yang dia alami?
Tadi saya katakan, dia punya perjalanan hidup bukanlah suatu perjalanan hidup yang gampang. Di dalam Injil ada dicatat seperti ini, pada waktu Maria membawa bayi itu ke bait Allah, di situ bayi ini kemudian dinubuatkan oleh seorang nabi di sana yang berkata, “Dia akan menjadi orang yang menentukan kerajaan untuk dinaikkan dan dijatuhkan,” tetapi kemudian nabi ini berbicara kepada ibu-Nya dan berkata kepada Maria, “Kamu tahu, suatu hari nanti akan ada pedang yang menembus jiwamu”; sesuatu nubuatan yang mengatakan suatu hari Maria akan begitu pedih hatinya, terluka, sedih karena melihat anaknya yang dia kandung selama 9 bulan ketika lahir dalam dunia ini, menjadi dewasa, ditolak lalu dipakukan di atas kayu salib. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, nabi itu juga berkata itu ada baiknya demi untuk membuka mata orang, untuk menyatakan bahwa memang benar bahwa bayi itu adalah Yesus Kristus. Ini adalah hal yang luar biasa sekali. Orang yang begitu diberkati, orang yang begitu beriman kepada Tuhan, orang yang begitu menginginkan kehendak Allah terjadi dalam kehidupan dia, Alkitab catat, itu tidak menjadikan hidup dia begitu lancar dan baik dalam dunia ini. Coba bayangkan Bapak-Ibu, ketika dia pulang 3 bulan kemudian dari rumah Elisabet, lalu bapak ibunya menyambut di pintu lalu dia perutnya buncit, kira-kira bapak-ibunya tanya apa? “Maria, kamu hamil ya?” Maria bilang, “Iya.” “Siapa laki-laki yang menghamili kamu?” “Nggak ada.” “Jangan bohong, siapa orang itu?” “Nggak ada, benar Pa, Ma, nggak ada orang itu.” “Kalau begitu kenapa kamu bisa hamil kalau nggak ada laki-laki? Bagaimana dengan Yusuf? Kamu harus jujur, ini bayi Yusuf atau bayi laki-laki lain?” Maria bilang, “Nggak, bukan begitu, begini lho ceritanya, suatu hari ada malaikat datang kepada saya, namanya Gabriel, dia bilang Allah Roh Kudus akan menaungi saya lalu setelah itu saya akan hamil seorang anak, lalu anak itu akan disebut sebagai Anak Allah, Yesus, Mesias yang menebus dosa manusia, Allah beserta dengan diri kita.” Kira-kira yang jadi bapak-ibu mau percaya nggak? Apa lagi yang bisa diceritakan seorang anak 13 tahun untuk mengarang satu cerita supaya dia tidak disalahkan? Kalau Elisabet saya yakin bukan sesuatu yang terlalu sulit bagi orang Israel untuk bisa percaya Elisabet hamil di usia tua, karena di dalam sejarah Israel, Sara yang usianya sudah hampir 100 tahun itu bisa hamil saat dia mandul, masih banyak kisah-kisah lain dari orang kudus. Tetapi di dalam sejarah Israel tidak pernah satu kali ada dicatat seorang perempuan yang tidak pernah bersentuhan dengan laki-laki, yang masih perawan itu hamil sendiri. Ini menjadi sesuatu yang menyulitkan, saya percaya ini sangat berat sekali bagi Maria untuk menjalani kehidupan dia sebagai orang yang mengandung bayi Yesus Kristus; dan ini juga yang membuat, mungkin, Maria kemudian setelah tahu dia hamil, setelah tahu Elisabet hamil, memutuskan untuk pergi menemui Elisabet. Satu sisi untuk menguatkan iman dia, tapi di sisi lain saya percaya tujuannya adalah mungkin mendapatkan orang yang mengerti keadaan dia lalu bisa menjadi backup bagi dia untuk menjelaskan situasi keadaan dia bagi orangtuanya, atau mungkin bagi Yusuf. Seorang sanak yang sudah senior dari keturunan imam Harun, kalau dia berbicara bahwa Maria hamil bukan karena perselingkuhan tetapi karena Roh Kudus yang menaungi dia, mungkin lebih mudah diterima. Nah ini yang membuat Maria pergi ke sana.
Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya lihat ini juga harusnya menjadi satu prinsip hidup kita sebagai anak-anak Tuhan. Kalau Bapak Ibu mengalami kesulitan dan pergumulan, siapa yang pertama kali Bapak Ibu cari? Pasti Tuhan. Lalu yang kedua siapa? Ada yang ngomong keluarga mungkin, kalau keluarganya relasinya baik. Tapi Maria pada waktu menghadapi kesulitan yang berkaitan dengan hal kerohanian dia mencari umat Tuhan lainnya. Saya percaya ini adalah hal yang sudah menjadi prinsip yang Tuhan berikan bagi diri kita. Persekutuan antara orang percaya, persekutuan antara orang-orang yang sama-sama pernah mengalami kelahiran baru di dalam Kristus, persekutuan antara orang-orang yang mengerti bahwa apa yang dikatakan Alkitab sebagai suatu kebenaran yang kita bisa pegang teguh itu adalah menjadi suatu persekutuan yang harusnya saling menguatkan satu dengan yang lain. Bapak Ibu kalau bicara mengenai prinsip rohani kepada orang yang tidak mengenal Kristus dan dunia, pasti dianggap orang gila dan prinsipnya adalah sesuatu yang dianggap bodoh; nggak mungkin bisa diterima. Lalu kalau kita berusaha untuk berkonseling dengan orang-orang seperti itu, meminta nasihat mereka, kira-kira apa yang kita akan dapatkan? Saya yakin hal yang pertama adalah suruh tinggalkan apa yang menjadi pengajaran Alkitab lalu ikuti gaya hidup mereka yang menentang Tuhan Allah dan kebenaran Tuhan Allah. Tapi kalau kita hidup bersama dengan anggota persekutuan yang lain, anak-anak Tuhan, ketika kita mengalami kesulitan, kita datang kepada mereka, kita berbicara pada mereka, saya yakin mereka akan memberikan kekuatan bagi kita berdasarkan prinsip firman sehingga kita lebih kuat dan berani menjalankan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita, walaupun itu membuat kita mengalami kesulitan-kesulitan dalam kehidupan kita. Saya yakin ini adalah suatu kebenaran yang harus kita pegang baik-baik. Tuhan paling mengerti kita, Tuhan paling tahu apa yang menjadi kebutuhan kita, Tuhan paling tahu bagaimana membentuk kita, mendidik kita, dan Tuhan paling tahu bagaimana menjadikan kita lebih dewasa dan memiliki karakter Kristus dalam kehidupan kita, dan Tuhan akan gunakan jalan itu untuk mendidik diri kita. Nah anak-anak Tuhan pasti akan menjadi alat yang Tuhan pakai untuk bisa menopang kita, menguatkan kita di dalam menjalani didikan Tuhan dalam kehidupan kita.
Saudara, orang Kristen tidak pernah dipanggil sebagai orang yang akan menjalani suatu kehidupan yang menyenangkan. Orang Kristen, bukan berarti tidak ada kesenangan di dalam kehidupan orang Kristen ya; orang Kristen tidak pernah dipanggil untuk memiliki suatu kehidupan kebahagiaan yang begitu gampang atau sukacita yang gampangan dalam kehidupan kita, tapi orang Kristen akan dipanggil untuk memiliki suatu sukacita, kebahagiaan yang di dalamnya ada kesulitan. Ini adalah janji Tuhan. Bahkan ada seorang pengkhotbah yang berkata seperti ini ya, Tuhan Yesus datang itu bukan untuk membuat kehidupan menjadi mudah, tetapi membut manusia menjadi manusia yang hebat atau great; great itu luar biasa ya, atau hebat. Saudara, bagaimana kita bisa menjadi hebat? Bagaimana kita bisa menjadi orang yang kuat? Saya yakin itu semua kalau kita melalui suatu penderitaan dan kesulitan dalam kehidupan perjalanan iman kita bersama dengan Tuhan. Ini yang dialami oleh Maria. Itu yang membuat ketika dia mengalami kesulitan, dia tidak mundur. Dia tidak menjadi kecewa, karena memang Tuhan sudah tidak pernah menjanjikan ada sesuatu perjalanan yang gampang dalam hidup dia. Saudara, saya percaya ini adalah hal yang sangat penting sekali. Kalau Saudara bisa kecewa kepada Tuhan yang Saudara percayai, pasti ada masalah dengan iman Saudara dan pengenalan Saudara akan Tuhan; karena ketika Saudara datang kepada Tuhan yang benar, saya yakin Saudara nggak akan kecewa terhadap Tuhan Allah itu, justru akan dikuatkan dan diteguhkan imannya.
Dalam bagian ini, coba bandingkan. Kalau Saudara datang ke sebuah gereja yang mengajarkan engkau ikut Tuhan nggak akan ada masalah, yang akan ada diberkati Tuhan, engkau akan sukacita, penuh dengan kesenangan dalam kehidupan dan kesehatan, suatu hari Saudara mengalami bangkrut, lalu mengalami sakit dan mengalami hal-hal yang sangat-sangat tidak menyenangkan, saya yakin Saudara akan kecewa. Tapi kalau Saudara datang ke sebuah gereja yang mengajarkan ikut Tuhan itu nggak semuanya mudah, ikut Tuhan ada waktu-waktu Tuhan akan uji dengan kesulitan-kesulitan dalam kehidupan kita supaya kita makin kuat dan makin teguh di dalam iman dan makin dewasa dalam iman; lalu Saudara alami kesulitan, apa yang akan Saudara alami? Saya yakin kita akan tetap memiliki satu kekuatan. Saya yakin kita akan memiliki suatu ucapan syukur yang tetap keluar dari mulut kita, bukan makian, bukan hinaan, bukan kekecewaan dan umpatan kepada Tuhan, tetapi kita akan mendapatkan kekuatan dan ucapan syukur untuk berjalan terus di dalam iman dan ditopang oleh saudara seiman yang lain. Ini adalah suatu sukacita. Saya pikir ini adalah suatu kebahagiaan hidup sebagai anak-anak Tuhan dalam dunia ini. Tuhan sudah memberikan suatu prinsip yang harusnya kita jalani; suatu kebenaran. Yang jadi masalah adalah, kita mau pegang tidak pada prinsip dan kebenaran ini? Kalau Bapak-Ibu berusaha bermain-main dengan prinsip kebenaran yang Tuhan berikan, saya yakin yang rugi itu adalah kita dan bukan Tuhan; karena ini adalah sesuatu yang dari Pencipta kita bagi diri kita, yang paling mengerti siapa kita.
Saya harap renungan singkat ini boleh menjadi sesuatu yang menguatkan kita kembali akan bagaimana Kristus ketika Kristus lahir ke dalam dunia ini, ada hal-hal yang kita bisa pelajari sebagai satu kebenaran dan membawa kita semakin beriman kepada Tuhan Allah. Bapak, Ibu, yang dikasihi Tuhan, kelahiran Kristus saya katakan sekali lagi, bukan mitologi. Kelahiran Kristus adalah sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi untuk menyelamatkan manusia dari pada dosa. Di luar dari pada Kristus, nggak ada keselamatan bagi manusia berdosa. Kalau seandainya ada keselamatan, Kristus nggak perlu datang ke dalam dunia ini. Tapi Alkitab mencatat, ketika Dia datang, bayi itu sungguh-sungguh adalah bayi yang, Anak Allah. Dari mana? Elisabet ketika mendengar salam Maria, bayi itu lonjak-lonjak di dalam perut dia. Lonjakan bayi saya pikir semuanya itu sesuatu yang biasa, sesuatu yang ibu-ibu tahu, bayi pernah melonjak. Tapi kenapa bisa dikatakan lonjakan bayi dalam perut Elisabet sesuatu yang berbeda? Saya pikir ini punya referensi kepada Ribka yang hamil 2 anak. Ketika anak di dalamnya bergejolak, itu bahasa yang sama untuk mengatakan bayi di dalam perut Elisabet itu bergejolak-gejolak dalam perutnya. Dan dia tahu, saat itu, ini bukan salam biasa dari seorang ibu biasa, tapi di dalam kandungan ibu itu ada Anak Allah, Yesus Kristus, yang memberi salam kepada Elisabet. Dan Elisabet dipenuhi Roh Kudus, dan mulai bernubuat mengenai apa yang akan terjadi pada Maria, dan mengenai bayi yang dia kandung tersebut. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hal yang begitu sederhana, hal yang begitu natural, tapi saya justru lihat inilah suatu pemberitaan yang bukan diada-adakan oleh manusia, tetapi ini adalah suatu pemberitaan yang sungguh-sungguh terjadi, yang pernah ada di dalam sejarah dan dicatat oleh Tuhan melalui para rasulnya dan diteruskan bagi kita semua. Kiranya Tuhan boleh menolong kita. Mari kita masuk dalam doa.
Kami bersyukur Bapa, untuk pemberitaan firman. Kami bersyukur untuk kebenaran yang boleh Engkau sampaikan. Kami bersyukur untuk kelahiran Kristus yang boleh kami peringati dua ribu tahun yang lalu. Kami bersyukur karena di dalam Kristus kami boleh dikaruniakan iman dan kami boleh dikaruniakan penebusan akan dosa kami. Kami bersyukur karena Engkau begitu mengasihi kami sehingga Engkau tidak membiarkan kami berusaha dengan kekuatan kami sendiri dan usaha kami untuk menyelamatkan hidup kami, tapi Engkau sendiri yang mengusahakan itu bagi diri kami. Kami sungguh bersyukur ya Bapa, untuk anugerah-Mu ini. Sekali lagi kami serahkan iman kami masing-masing, kami mohon kiranya Engkau boleh menolong kami, menopang kami, memberikan kami kerinduan untuk melakukan apa yang menjadi kebenaran firman-Mu dalam kehidupan kami, sehingga iman kami boleh semakin diteguhkan dan dikuatkan di dalam Kristus. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur dan berdoa. Amin.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]