Why Reformed Church, 30 Oktober 2016, KU 2

Yoh 8:31-32


Saudara, mari kita bersama-sama menggumulkan Kitab Suci. Tadi pagi saya menggumulkan tentang satu tema yaitu: What is the gospel? Apa arti Injil? Kenapa injil begitu berkuasa, kenapa injil begitu memiliki daya ledak, kenapa injil bisa memiliki begitu besar akan daya untuk me-rechargekerohanian seseorang, dan kenapa Injil mampu memiliki dinamika untuk mengubah seseorang yang berdosa menjadi orang yang diselamatkan? Maka itu adalah yang kita sudah bahas tadi pagi. Dan hari ini saya akan mengajak Saudara untuk melihat akan satu definisi: Why Reformed Church? Kenapa harus gereja Reformed? Dan ini adalah satu hal yang saya rindukan kita sama-sama mempelajarinya dan kita menemukan the dignity of the church,dan akhirnya kita juga belajar bagaimana kita menjalankan setiap pekerjaan Tuhan dengan satu pengertian dignitas yang jelas. Sehingga Saudara melayani bukan dengan semangat apa adanya, tapi semangat yang terus bergantung kepada Tuhan, semangat yang terus beriman kepada Tuhan, semangat terus berjuang di dalam Tuhan dan semangat sampai mati mengerjakan sebuah pekerjaan Tuhan sampai Tuhan jemput kita di dalam kedatangan Dia kedua kali.

31 Oktober dipahami sebagai satu momen bagaimana gereja kembali kepada semangat Reformasi. Pada saat Martin Luther memulai akan satu gerakan, di mana gerakan Reformasi adalah satu gerakan yang agung, gerakan yang begitu sakral, gerakan yang begitu setia kembali kepada kesetiaan firman Tuhan. Dan pada saat gerakan Reformasi dimulai, disitulah gereja menjadi motor untuk bagaimana berfungsi secara benar, kembali kepada panggilan sakral yang Tuhan tetapkan, yang kembali kepada Kitab Suci. Waktu Martin Luther mengatakan, “Gereja sudah kehilangan akan apa yang menjadi hati nurani yang seharusnya ada di dalam masyarakat,gereja seharusnya memiliki kebenaran, gereja seharusnya memiliki akan satu hal tidak adanya kompromi,”tetapi kita melihat justru di dalam momen Reformasi, kita melihat perjuangan Luther adalah karena gereja saat itu sudah jatuh di dalam mengkompromikan hal yang tidak benar, hal yang tidak absolute menjadi hal yang ditekankan, yaitu mereka mempermainkan akan doktrin keselamatan. Mereka mempermainkan akan doktrin tentang iman, mereka mempermainkan doktrin akan bagaimana seseorang dapat bertobat.

Maka pada saat kita melihat di situ, Martin Luther menekankan bahwa setiap kita adalah diberikan anugerah oleh Tuhan bisa diselamatkan, itu bukan karena setiap uang yang dibelikan untuk beli surat indulgensia yang ditawarkan oleh gereja saat itu. Tidak. Maka dia mengatakan, “Keselamatan itu adalah by faith, adalah karena iman, dan karena iman yang adalah anugrah dari Tuhan, diberikan bagi saya, dan waktu saya bisa menjadi seorang yang dianugrahkan iman, maka iman itulah yang memimpin iman saya, sehingga iman saya dapat menjadi satu iman yang benar karena adalah iman yang dianugrahkan itu yang memimpin perjalanan iman saya.” Maka saya kemarin mengatakan, What is faith? Maka saya percaya faith is receive what He has revealed to us – adalah menerima, meng-grabs dengan tidak kompromi apa yang Tuhan sudah berikan, itu saya terima karena itu yang adalah diwahyukan oleh Tuhan. Maka faith is about receive what He has revealed to us. Dan pada saat kita melihat Luther menyatakan bahwa keselamatan adalah by faith, maka waktu kita diselamatkan adalah karena iman. Maka waktu kita menerima iman, menerima keselamatan, dan waktu saya menjalani perjalanan iman itu, kita bisa melihat bahwa hidup bukan urusan saya, tapi hidup adalah satu responsibility di hadapan Tuhan. Maka waktu saya menjalani hidup, saya tidak berjalan sendiri, tapi ada Tuhan yang mengarahkan, ada Tuhan yang memimpin, dan ada Tuhan yang menunjukkan bagaimana kita seharusnya belajar beriman.

Maka Saudara, inilah panggilan Reformasi, yaitu bagaimana gereja harus menjadi manifestasi Allah yang menjalankan apa yang digagaskan oleh Allah sendiri di tengah dunia ini, yaitu bagaimana setiap anugerah iman yang Tuhan sudah berikan, itu harus menjadi sesuatu yang dipegang bersama-sama, diajarkan bersama-sama, dan diperjuangkan bersama-sama sampai kesudahan zaman. Maka Saudara, memberitakan apa yang seharusnya milik Tuhan, memberitakan apa yang seharusnya ditetapkan, yang sudah ditetapkan oleh Tuhan, itu adalah yang semuanya harus kembali kepada Allah. Tapi pertanyaannya adalah apakah mudah gereja menjalankan ini? Kita melihat tidak sedikit gereja di dalam dunia ini menghancurkan kesakralan kerajaan Allah dengan ikut kompromi, dengan apa yang terjadi di dalam dunia ini. Maka pertanyaannya adalah bagaimana dengan Gereja Reformed Injili Indonesia? Kita bukan dipanggil untuk mencintai GRII. Kita dipanggil untuk mencintai Tuhan atas GRII. Kita dipanggil Tuhan atas gereja, itu yang harus kita cintai, lebih daripada organisasi. Tetapi pertanyaannya kenapa kita juga perlu memandang kepada gereja ini? Kenapa kita diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk beribadah ke gereja ini? Pasti ada gagasan Tuhan, di dalam rencana Tuhan, gereja ini boleh berdiri di Yogyakarta. Maka Saudara, Reformed church is the mainstream church. Gereja Reformed adalah gereja yang tidak boleh tidak ada di dalam dunia, karena gereja Reformed telah berada di dalam rencana kekekalan Tuhan harus berdiri. Maka gereja Reformed harus totally submit kepada Allah dan kepada Firman-Nya. Pertanyaannya adalah kenapa?Saudara, dari bagian ini kita bisa melihat“Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Kudan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”Maka  gereja Reformed dipanggil untuk menjalankan akan satu hal, yaitu gereja Reformed dipanggil untuk tetap di dalam firman. “Tetap di dalam firman-Ku”, dan tetap di dalam firman Tuhan. Berarti firman yang bagaimana yang harus ada di dalam gereja Reformed? Gereja Kristen, gereja Tuhan harus kembali kepada firman yang bagaimana baru dikatakan sebagai murid Tuhan? Maka Saudara, saya akan membagi di dalam beberapa poin.

Poin yang pertama yaitu, gereja Reformed harus menjadi gereja yang kembali kepada firman yang pertama yaitu, kembali kepada teosentris,firman yang teosentris, yaitu setiap orang mendengar, dan setiap orang menaati yang mereka dengar, yang mereka taati, adalah firman-Nya Tuhan. Maka kalau kita sudah bukan lagi mendengar, menaati, apalagi memperjuangkan akan firman Tuhan, kalau gitu kita bergereja untuk apa? Saudara, hari ini banyak gereja tidak mau teosentris, banyak gereja melakukan bukan teosentris, tetapi melakukan blenderisasi. Blenderisasi yaitu berbagai macam bentuk: wortel, apel, kiwi, mangga – dicampur jadi satu, supaya apa? New taste, adanya satu selera yang baru, adanya satu kenikmatan yang baru. Mereka mau menawarkan kenikmatan yang baru. Gereja mau menawarkan gaya yang baru. Gereja mau menawarkan akan spirit yang baru, gereja juga mau menawarkan firman yang baru. Maka gereja sudah tidak lagi kembali kepada theocentric, gereja banyak sudah melakukan blenderisasi. Dan Saudara, blenderisasi bukan di dalam rencana Tuhan.

Hal yang bukan theocentric itu adalah pagancentric. Pagancentric yaitu sudah bukan sesuai dengan apa yang benar. Hari ini berapa banyak orang Kristen yang dangkal imannya, mereka nggak mau belajar teologi, maunya berkat Tuhan. Banyak orang Kristen mendengar firman, tapi tidak mau mempelajari firman Tuhan. Itu bukan kehidupan theocentric.Orang Kristen yang cuma maunya ikut ibadah tapi tidak mau belajar akan firman Tuhanmore and more deeper, Saudara, Saudara adalah orang yang kurang bisa menikmati kekristenan Saudara. Semakin Saudara bisa baca buku rohani lebih banyak, semakin Saudara bisa denger khotbah dengan lebih banyak, semakin Saudara bisa menggumulkan akan apa yang ada di dalam Kitab Suci dengan lebih banyak waktu, Saudara akan dapat menikmati akan satu hal, yaitu saudara akan menikmati akan berkat Tuhan more and more deeper. Theocentric life, yaitu kita harus mengikuti seluruh apa yang difirmankan oleh Tuhan. Kita harus belajar secara accurately, kita mau megejar firman Tuhan. Kita mau mengejar setiap apa yang menjadi goal yang Tuhan mau kita hidupi bersama. Kalau kita sudah menjadi orang Kristen yang nggak peduli dengan accuracy, kita nggak peduli dengan ketepatan, kita nggak peduli dengan apa yang menjadi yang setepat mungkin harus kita peroleh, maka kita akan menjadi orang Kristen yang kurang menikmati berkat tersebut.

Saudara, di dalam sebuah masterclass musik di New York, ada seorang wartawan bertanya kepada seorang conductor namanya Leonard Bernstein. Pernah dengar nama Leonard Bernstein? Leonard Bernstein adalah seorang conductor yang sangat, sangat piawai dan dia adalah seorang yang sangat, sangat dihormati di dalam sejarah musik klasik secara kontemporer. Nah, waktu dia ditanya oleh wartawan, “Bagaimana tips menjadi seorangconductor yang baik, menjadi seorang conductor musik yang baik?” Maka dia cuma kerutkan dia punya dahi lalu dia dengan tangan seperti ini, lalu dia mulai mikir. Setelah dia mikir, akhirnya dia mulai jawab dengan pelan sekali, tapi sangat berhati-hati. Saudara tahu apa yang dia jawab? Dia jawab, “Seorang conductor musik yang baik, dia harus tahu musik.” Kelihatannya jawabannya nyeleneh banget. Ya gua juga tahu, lu conductor mesti tahu musik. Tapi dia jawab satu hal, “Dia harus tahu musik dengan akurat, every note.” Dia mengatakan, “Every note, dia harus dengan akurat tahu musik itu. Waktu saya memimpin, waktu begitu, dia harus tahu yang violin main apa, viola main apa, lalu timpani main apa, dia harus tahu secara accurately.Kalo dia nggak tahu secara accurately, jangan bilang dia seorang conductor ya” Ya, pada waktu dia mengatakan itu, “He must to know the score of music accurately, every note.”  Dan waktu dia menjawab itu, jawabannya seakan-akan biasa saja. Tapi coba, apa jadinya kalau itu tidak dijalankan? Main musik tapi not-nya kacau balau, kira-kira Saudara bisa nyanyi nggak? Waktu main musik, kuncinya dikacau balauin, bisa nyanyi dengan baik nggak? Pasti amburadul, pasti kacau luar biasa. Maka bayangkan kalau semua main seenaknya sendiri tanpa score, pokoknya feeling-nya pas. Banyak orang begitu ya, pokoknya feeling-nya pas, score-nya nggak usah peduliin. Pasti kacau, Saudara, karena setiap orang feeling-nya beda-beda. Ada yang hari ini diputus cinta, ada yang hari ini mutusin cinta, dan akhirnya Saudara, main musiknya, musiknya beda-beda semuanya.

Maka Saudara, waktu kita melihat, apakah dengan ini kita bisa membaca di dalam diri kita masing-masing, what kind of Christian you are, what kind of church you are. Kamu adalah gereja yang macem apa? Kamu adalah orang Kristen macam apa? Dalam konteks saya, kamu adalah Hamba Tuhan macam apa? Apakah kita adalah orang Reformed yang akurat, atau jangan-jangan kita adalah orang Reformed yang palsu, licik, berdosa, dan kita adalah orang Reformed yang justru adalah yang tidak sesuai dengan Reformed yang sesungguhnya yang Tuhan sudah rencanakan di dalam kekekalan. Saudara, kalau kita menjadi orang yang sudah belajar gereja Reformed tapi kita tidak hidup secara Reformed, kita nggak hidup kembali kepada back to the bible, kita nggak kembali kepada Firman Tuhan, Tuhan berkata, “Kamu bukan murid-Ku.” Wah, ini jelas sekali Saudara. Maka kita kalau belum menemukan akan satu accuracy di dalam hidup Saudara, mari kita bertobat bersama-sama dan mari kita mengambil satu hal, “I want to be the genuine Reformed people. Saya mau menjadi orang Reformed yang bener-bener, dan saya harus denger Firman Tuhan, saya harus kembali kepada Firman Tuhan, saya harus back to the theocentric. Dengan itu saya kembali kepada Tuhan, apa yang Tuhan mau saya jalani, reformed versi yang Tuhan tetapkan.” Reformed cuma one version, nggak ada versi kedua, versi ketiga. Maka Saudara, maka di sini mari kita bersama-sama kembali belajar dengan mengejar kebenaran, mengejar ketulusan, mengejar kesucian, kita tekun berjuang, militan bagi kemuliaan nama Tuhan. Kita belajar dari gereja yang kembali kepada firman yang teosentris. Dengan kita kembali kepada firman yang teosentris, maka kita bisa belajar mengikuti ketepatan yang Tuhan mau. Kalau tidak, Saudara akan make your own version terhadap apa yang Saudara imani sebagai Reformed faith. Maka Saudara, ini hal yang pertama. Gereja reformed harus kembali kepada firman yang teosentrik. Dan itulah perjuangan Bapa Reformator kita, kembali kepada firman yang benar, kembali kepada pengajaran yang benar di saat gereja sudah tidak lagi setia kepada apa yang benar. Setiap orang yang sudah melihat firman dan berani untuk melihat apa yang Tuhan sudah tetapkan itu, maka harus berjuang untuk membawanya kembali.

Kedua, Saudara, firman Tuhan harus kembali mengutamakan yang utama, atau memakai bahasa yang lebih keren adalah, menggunakan satu istilah, yaitu altruistik. Gereja Reformed harus kembali kepada firman yang altruistik, yaitu mengutamakan Tuhan, mengutamakan others, daripada sendiri. Saudara, bukan agresif seperti menjadi seorang yang mengklaim bahwa segala sesuatu itu ada tandanya, maka tandanya kalau kita adalah orang Kristen yang diberkati yaitu kita menerima financial blessing. Saudara, orang-orang yang mengatakan bahwa kita adalah, orang Kristen adalah yang diberkati oleh Tuhan, yang pasti diberkati oleh Tuhan maka mereka harus adalah orang-orang yang memiliki akan satu tanda dalam hidupnya, yaitufinancial blessing di dalam hidupnya. Itu adalah mereka memakai ayat, mencomot ayat Maleakhi 3:10 dan mereka memakai kata bahwa “financial blessing is the will of God.” Maka, orang yang diberkati secara finansial itu adalah orang yang diberkati oleh Tuhan. Betul nggak pengajaran seperti ini? Sama-sama pake ayat, sama-sama comot ayat. Tapi saya ingin kasih tahu, it is a fake theology. Ini teologi yang palsu. Reformed theology must be our blessings,not the financialblessings, tapi reformed theology must be our blessings, yaitu bagaimana kita bisa mengenal Allah dengan benar, kita bisa melihat bagaimana anugerah Tuhan dengan satu kesadaran, dan kita bisa diberikan akan satu semangat perjuangan juga itu adalah anugerah Tuhan, dan kita bisa sampai akhir hidup kita, kita bisa melihat penyertaan Tuhan, that is the blessing from God. Maka Saudara, waktu kita melihat, inilah satu hal di mana Saudara harus belajar bersama dengan saya, mengutamakan apa yang Tuhan utamakan. Financial blessings, itu memang ada orang diberkati dengan financial, tapi juga memang ada tidak diberkati secara financial. Tetapi yang menjadi hal yang sama-sama yaitu apa? Yaitu bagaimana kita memiliki the true knowledge about God dan kita bisa mengenal Tuhan dengan benar, accurately, kita bisa mengenal dia. Itulah the greater blessing.

Saudara, waktu saya berada di satu kita yaitu di kota Shenyang, waktu itu saya dateng ke sana dan saya menghampiri akan beberapa orang mahasiswa-mahasiswa Indonesia di kota tersebut. Kota Shenyang adalah kota yang tua sekali, the old town,the old communist town. Dan waktu saya berada di situ, saya bertemu dengan beberapa mahasiswa Indonesia di situ, dan waktu besok paginya saya nggak tahu kenapa jam  4, saya jam 6 harus naik kereta kembali ke Beijing, dan waktu itu saya buka TV jam 4 pagi, Saudara. Waktu saya buka jam 4 pagi TV, lalu saya lihat sebuah acara. Dan Saudara tahu, ada satu acara, yaitu apa Saudara? Saya kagum terhadap acara tersebut. Dan ceritanya adalah, ada seorang lokal di Shenyang, pada saat dia dengar injil Tuhan, dia bertobat,dia menangisi dosanya, dan dia punya satu doa, “Saya mau mendirikan gereja.” Bukan pendeta, ya. Bukan pendeta, Saudara. Saya mau mendirikan gereja di kampung saya. Di kampung saya ada 1500 orang dan saya mau bangun gereja dengan kapasitas 1500 orang. Wah, berani sekali. Duit darimana? Saya tidak tahu, tapi saya tahu saya harus bangun gereja di kampung saya. Waktu dia pulang dari kota Shenyang ke satu kota kecil, lalu di situ dia kumpulkan uang, dia sebelum mengumpulkan uang, dia pergi memberitakan injil kepada satu per satu orang yang ada di kampung tersebut. Dan waktu satu demi satu dia keliling, keliling, keliling, keliling, dan keliling, akhirnya satu demi satu berdebat, berdebat, berdebat, berdebat, berdebat, dan akhirnya terkumpullah satu grup yang berjumlah kurang lebih 15 atau 14 orang. Dan dari 14 orang itu sama-sama berdoa supaya kita punya uang untuk bangun gereja. Belum ada pendeta, belum ada organisasi, tapi mereka berjuang, berdoa, berjuang, berdoa, kerja setengah mati dan setiap apa yang dia kerjakan semua uangnya adalah untuk pembangunan gereja. Dan waktu itu dana terkumpul, dan pada saat dana terkumpul, langsung bangun gereja. Wah, saya waktu lihat tayangan itu, luar biasa. Mereka langsung bangun gereja dengan bahan yang paling murah, tapi mereka bangun gereja sebesar mungkin. Dan saya perkirakan gerejanya itu kurang lebih 5 kali besarnya tempat ini. 5 kali besarnya. Dengan bahan triplek yang sangat tipis, tembok yang sangat tipis, dengan genteng pakai seng yang begitu kalau hujan itu bunyi “kerengrengreng”, sangat sederhana, tapi mereka bangun gereja.

Akhirnya saat bangung gereja, hampir jadi, di datengi oleh pemerintah, “ini pabrik apa ini?”, lalu dia mengatakan, “ini gereja”, “Haaahhh.. gereja!!. Berapa kapasitas?”, “kapasitasnya 1500 orang”, mereka  bilang, “Gilalu ya, penduduknya 1500, kamu juga bangun gereja 1500, lu kira semua di sini pasti datang ke gereja semua ya”, orang ini bilang, “kalau Tuhan mau, Tuhan bisa kirim 1500 orang ini masuk ke gereja ini”, langsung bilang, “hahaha jangan mimpi”, “kenapa?”, “kamu sudah salah satu hal, ini tanah punya siapa?”, “punya saya”, “kamu sudah bangun, punya izin gak?”, “lohh ini kan tanah saya ya saya yang bangun, izinnya ya saya pakai izin saya”, “nda boleh, harus izin pemerintah”, “Yahh.. salah deh.” Akhirnya apa? Harus bayar denda, bayar denda berapa? Harus bayar denda Rp. 200.000.000,00 kira-kira. Akhirnya, “uang dari mana Rp. 200.000.000,00?” “Nda mau tahu!! Kamu setor 1 bulan lagi.” Akhirnya mereka kumpulkan kumpulkan uang, mereka sampai jual rumah mereka lalu pindah kos ke tempat yang kamarnya kecil untuk rumah Tuhan dan akhirnya apa yang terjadi? Akhirnya setelah di jual, akhirnya cuma terkumpul seratus juta Rupiah lalu di bawa, “Tolonglah, kami cuma kampung, orang-orang kurang pendidikan, kita kurang ngerti hukum dan sebagainya, 100.000.000 lah yaa.. , 100.000.000 nyanda usah, tolong.” Akhirnya orang itu berkata, “Oke, saya terima 100.000.000, boleh bangun gereja tapi jangan pasang salib ya!!” “Oke nggak pasang salib.” Lalu setelah itu dibangunlah, baru mulailah ibadah dan akhirnya ibu ini berkhotbah, berkhotbah dengan khotbah yang sangat-sangat sederhana, khotbahnya tidak kutip orang-orang seperti Conellius Van Till, atau Hoyman Douyouwear(?) atau siapa, aduh siapa dia, mungkin dia juga belum kenalan. Dia cuma tahu pokoknya Yesus, Yesus, Yesus dan itu yang terus di ceritakan, itu yang terus diberitakan dan itu yang terus dikhotbahkan.Akhirnya begitu banyak, dari satu kelompok 14 orang mulai 30 orang, mulai 100 orang, mulai 800 orang dan mulai terkumpul 800 orang luar biasa, tetapi akhirnya terjadilah satu hal lagi, yaitu dia kena kanker rahim, dia ndak tahu, rasa bawah perut sakit sekali lalu akhirnya di cek, ada kanker rahim, itu harus diambil dan sebelum diambil nda ada uang. Akhirnya apa? Ngomong sama suaminya, “boleh nggak uang buat untuk saya punya rumah sakit?” “Kita sudah gak punya uang.” “Terus gimana dong?” “Sudah saya nggak perduli.Akhirnya suaminya pergi dan melacur, anaknya pergi akhirnya jadi pencuri, akhirnya dia cuma di rumah seorang diri.Akhirnya harus jual barang-barang berharga, rumah dijual untuk biaya.Dan akhirnya gereja kurang uang, dia juga berikan uang tersebut. Sampai akhirnya semua kanker rahim itu sudah dicabut, lalu akhirnya dia kembali ke gereja, gereja pun menolak dia. Kenapa? Karena, dia bilang, “Kamu sudah bangun gereja buat kami, tapi maaf ya kami rasa kamu punya dosa tertentu. Haahh.. kenapa? “Karena kamu punya suami sudah melacur meninggalkan kamu, lalu kamu punya anak sudah jadi bajingan, sekarang masuk penjara, kamu kena kanker rahim walaupun sekarang sudah sembuh tapi kamu kena suatu tulah, coba kamu jangan khotbah lagi, coba kamu mikir lagi, jadi jemaat biasa saja.”

Waktu saya melihat tanyangan itu saya merasa ini kurang ajar, orang ini sudah bangun gereja dengan satu hal, semua di jual supaya kampung ini bisa mendengar tentang Yesus Kristus tapi justru yang menolak dia adalah jemaat sendiri.Dan lalu apa yang terjadi?Pada waktu dia betul-betul jadi jemaat , dia duduk seperti jemaat, mendengar khotbah, dia mendengar dengan apa adanya, sampai terakhir ada satu wartawan merekam semuanya itu, lalu tanya, “apakah kamu percaya kepada Tuhan?”Dia bilang, “Aku percaya kepadaTuhan, saya percaya Yesus sebagai Juruselamat, saya percaya Roh Kudus memimpin hidup saya.” “Pernah nda kamu kecewa?” “Saya pernah kecewa, karena saya menghadapi hidup ini untuk supaya mereka bisa mengenal Kristus tapi saya justru di tolak oleh orang sendiri.Pada waktu dia bilang orang sendiri’orang merasa.Lalu dia mengatakan, “Tetapi saya tahu, Tuhan tidak mungkin tinggalkan saya,” dan dia tutup dengan satu hal, “Tuhan pasti buka jalan buat saya, terima kasih. Tapi saat tayangan ditutup, “Inilah ulah orang yang melawan pemerintah, inilah orang yang memakai nama Tuhan untuk melawan pemerintah, ini pelajaran buat orang-orang yang di tidak taat kepada pemerintah, jangan turuti hidup seperti ini.” Waktu saya lihat tanyangan itu Saudara, hati saya tertegur sekali.Orang ini sudah begitu kecewa sekali tetapi dia tahu “saya sekarang di tolak oleh orang saya sendiri tapi saya nggak apa-apa, yang penting mereka mendengar firman, yang penting mereka mendengar akan Kristus, dan mereka hidup mengikuti akan Kitab Suci.Dan akhirnya dia menjalankan apa yang utama menjadi utama.Dia boleh di sepelekan oleh jemaat, dia boleh di sepelekan oleh hamba Tuhan, dia boleh disepelekan oleh manusia,tapi dia harus menjadi orang yang tidak boleh sampai Tuhan menyepelekan dia. Dia harus minta,“Tuhan tolong jaga saya, jangan sepelekan saya, kalau Kau menyepelekan saya, berarti saya sudah gagal mengutamakan Engkau lebih dari apapun, kalau Engkau menyepelekan saya, saya sudah gagal mengasihi sesama, saya kalau disepelekan oleh Tuhan, saya sudah gagal menjadi diri saya sendiri, kalau gitu orang reformed macam apa saya, orang reformed macam apa saya?”Maka Saudara,altruistic mengajarkan kita mengutamakan dengan agresif apa yang seharusnya utama yaitu Tuhan, yaitu firman, dan ikuti sebagai murid Tuhan apapun yang menjadi situasinya akan melelahkan Saudara, mecapekkan Saudara dan mungkin akan membuat sedih Saudara, tetapi kalau Saudara ikuti, terus menerus dan terus menerus, Saudara pasti akan terkagum-kagum melihat apa yang Tuhan akan wujudkan nanti.Maka Saudara itu hal yang kedua, Reformed Church adalah gereja yang harus kembali kepada firman yang teosentris, harus kembali kepada yang altruistic.

Ketiga, yaitu yang Christocentric.Firman yang Christocentric adalah suatu firman yang berpusat kepada karya penebusan Kristus, karya keselamatan Kristus dan inilah keunikan keselamatan di dalam kekristenan yang tidak di miliki oleh kepercayaan-kepercayaan manapun.Saudara, Marcus Aurelius mengatakan, “bahwa hidup kita itu ditentukan oleh pikiran,” maka dengan pikiranlah Saudara baru bisa menjadikan hidup kalian itu berbunga-bunga atau hidup itu berduri-duri yang menentukan adalah pikiran, maka penentu segala sesuatu adalah pikiran. Kamu mau hidup susah atau kamu mau hidup enak, itu yang menentukan adalah pikiran, itu Marcus Aurelius mengatakan itu. Tapi pertanyaannya adalah pikiran kita ini mutlak positif, bisa mewujudkan dengan sendirinya hidup yang berbunga-bunga atau hidup yang berduri-duri, atau negatif? Saudara, di dalam Kitab Suci kita melihat bahwa membangun hal yang positif harus di mulai dengan kesadaran diri yang negatif, yaitu menyadari diri adalah dosa, pikiran kita berdosa, sinful. Maka waktu kita baca firman kita harus tahu bahwa waktu saya membaca Alkitab pikiran saya di dalam kondisi yang sinful, di dalam kondisi yang ndaberes, dan waktu kita membaca Kitab Suci kita tidak bisa untuk menggunakan akan apa yang Saudara anggap sebagai sentris Saudara, yaitu pikiran Saudara menjadi pusat pada saat Saudara belajar akan firman Tuhan. Tapi bagaimana Saudara melihat apa yang beres di dalam Kitab Suci ini yang harus menjadi solusi di dalam ketidak beresan di dalam hidup Saudara dan saya. Maka Saudara, kenapa Alkitab harus kembali kepada Christocentric?Karena hanya di dalam Christocentric itu yang membereskan kerohanian Saudara. Jangan mau dibius oleh motivator yang hanya peduli psikis Saudara tapi nda peduli dengan kerohanian Saudara.Jadi sesuatu yang rohani, sesuatu yang benar, itu harus dimulai dengan urusan rohani, kalau rohani nggak bener jangan harap hidup kita positif secara akurat.

Banyak orang anggap “Wahh.. firman Tuhan itu nggak bernilai,” banyak orang anggap firman Tuhan itu boleh didengar boleh nggak, banyak orang yang betul-betul sampai menganggap bahwa firman Tuhan itu penting, mereka catet dengan begitu detail. Saya lebih suka gereja tidak memberikan ringkasan khotbah, saya rindu jemaat yang tulis ringkasan khotbah. Kenapa? Kalau sudah dibikin ringkasan khotbah males catat. Dan saya mengajak belajar untuk mengajak untuk apa? Untuk “Hei orang-orang yang sudah diberikan anugerah untuk menerima ringkasan khotbah, bersyukur,” tapi yang tidak punya ringkasan khotbah kamu harus belajar untuk memahami apa yang Kristus mau berikan kepada kamu, catat untuk dirimu, catat untuk orang lain dan catat supaya mereka bisa menyadari bahwa hari ini Tuhan kasih berkat apa kepada saya. Saya waktu kecil setiap kali ke Sekolah Minggu lalu pulang, Papa saya, Mama saya tanya, “Daniel.. hari ini dengar khotbah apa?” “Itu lho, ceritanya ini sama ini ketemu lalu akhirnya menikah di dalam Tuhan, happy ending.” “Trus khotbahnya apa?” Lupa. Jadi kita tidak dilatih Saudara.

Nah Saudara, waktu kita melihat membangun hal yang positif harus dimulai dengan hal yang bernilai, yang bernilai itu hal yang rohani, yang teologis. Dan waktu kita belajar “ini bernilai maka kamu harus catat, ini bernilai maka kamu harus baca,” maka Saudara punya ringkasan khotbah, sudah diberikan maka Saudara belajar untuk baca pelan-pelan ya. Hari ini khotbah begitu cepat tapi waktu Saudara lihat tulisan baca pelan-pelan and you will see the powerful of God diberikan secara tertulis kepada Saudara. Tadi saya pakai contoh Saudara, kita itu punya modal luar biasa, kita diberikan modal itu Tuhan membentuk tubuh, Tuhan memberikan napas, dan Tuhan memberikan akal budi sehingga kita bisa membedakan mana yang benar mana yang salah, mana yang bernilai dan mana yang tidak bernilai. Anjing dikasih berlian nggak bisa nikmati, anjing dikasih soto baru bisa makan. Kalau disurvei mana yang dipilih, berlian atau soto? Mereka pasti pilih soto, berlian mungkin dibuat kayak sepakbola saja. Kita kalau lihat berlian sama soto pasti kita pegang.. soto? Kita pasti pegang berliannya, kenapa? Berlian ini kalau dijual bisa beribu-ribu piring soto. Kita bisa punya pemikiran seperti itu, ini adalah keunikan yang Tuhan berikan. Hanya manusia yang tahu nilai berlian bisa hasilkan berjuta-juta atau beribu-ribu porsi rawon atau soto, tapi manusia tahu nggak nilai injil Tuhan? Injil Tuhan bagimu itu adalah soto atau nilai injil Tuhan adalah berlian bagi kita?

Saudara, manusia hidup bukan dari roti saja namun dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah. Positifnya yaitu Allah tahu kebutuhan terbesar Saudara dan saya, yaitu Saudara belum diselamatkan, Saudara belum diampuni dosanya, maka Kristus menjadi penting. Firman yang berpusat kepada Kristus menjadi penting karena satu-satunya kebutuhan yang dibereskan oleh Tuhan di dalam hidup Saudara yaitu melalui karya keselamatan penebusan Yesus Kristus, tanpa Kristus nggak mungkin Saudara diselamatkan, tanpa Kristus nggak mungkin dosa Saudara diampuni. Maka kalau Saudara dengar firman Tuhan, Saudara bergumul baca buku firman Tuhan, buku rohani dan Saudara membaca begitu banyak akan hal-hal dimana Tuhan memberikan anugerah bagi Saudara, coba cari karya Kristus di dalam hidup Saudara. Semakin Saudara menyadari karya Kristus dalam hidup Saudara Saudara tahu bahwa setiap firman itu membawa Saudara untuk menemukan hidupmu berlakunya di dalam Tuhan.

Keempat Saudara, yang terakhir, firman Tuhan harus Theocentric, harus altruistic, harus Christocentric, dan harus peduli dengan kerohanian karena gereja memberitakan firman dan diberikan akan satu hal gereja harus belajar peduli dengan kerohanian orang-orang, bukan hanya peduli dengan fisik orang-orang tapi gereja harus peduli dengan kerohanian. Maka gereja waktu diberikan mandat yaitu “pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu,” Saudara coba dengar baik-baik “jadikanlah semua bangsa muridKu.” ‘Semua bangsa’ jadi semua bangsa harus jadi murid Kristus, penginjilan harus menjadi prioritas gereja kalau begitu. Maka gereja nggak boleh peduli dengan menara gadingnya, gereja harus peduli dengan injil yang diberitakannya. Kalau gereja hanya peduli dengan menara gadingnya maka gereja itu pasti sekarat dan pelan-pelan akan mati, karena gereja bukan dipanggil untuk itu, gereja dipanggil untuk peduli dengan seluruh dunia untuk mereka memiliki kerohanian di dalam Kristus. Maka gereja dipanggil untuk pergi, dipanggil untuk pergi, dipanggil untuk pergi memberitakan akan mandat injil Tuhan.

Secara manusia, saya adalah seorang yang tidak suka keliling begitu banyak tempat. Kenapa? Karena saya tahu waktu saya harus keliling saya harus berkorban dan salah satu yang saya korbankan adalah keluarga saya dan banyak orang sudah mengatakan, “Jangan gitu, kamu jangan gitu,” saya banyak dengar kata-kata seperti itu tapi saya tahu di medan pelayanan seperti ini tidak ada jalan lain. Maka waktu saya harus mengambil posisi ini, sewaktu sebelum saya menikah saya sudah berbicara kepada istri saya, “Pelayanan nomer satu, kita mungkin akan berpisah, kita tidak akan banyak waktu untuk ketemu, untuk awal-awalnya, tetapi kita harus jalan bersama di hadapan Tuhan dan kita sama-sama belajar mengimani.” Kita kenapa pergi dari satu kota ke satu kota, apakah kita mau membangun prestasi dan mengatakan bahwa ‘ini lho gua’? Bukan. Kenapa Saudara? Karena semua bangsa harus jadi murid Kristus, mereka harus dengar injil Tuhan. Disaat Tuhan tetapkan kesana saya harus pergi kesana, dan waktu saya harus pergi kesana saya harus berkata tidak terhadap hal yang lain. Dan waktu kita mengambil keputusan itu adalah keputusan yang tidak mudah. Tetapi waktu kita pergi kesana saya harus belajar, saya ikut kesana karena Tuhan mau saya belajar peduli kepada kerohanian mereka, saya harus peduli kepada jemaat disana, saya harus peduli dengan jemaat disitu, saya harus pergi. Kalau tidak ada waktu, lewat Skype atau lewat WeChat call atau lewat virtual, tapi kalau saya ada waktu saya harus pergi ke mereka dan menyatakan, “Why i am here? Because i care about your soul, aku peduli dengan kerohanianmu.”

Kenapa aku peduli dengan kerohanianmu? Karena Tuhan juga datang ke dalam dunia karena peduli dengan kerohanian saya. Banyak orang Farisi, banyak ahhli Taurat tapi Yesus kenapa harus datang? Karena menjadi ahli Taurat, menjadi Farisi nggak cukup, harus ada Kristus Yesus yang menyatakan bahwa “Aku memberikan keselamatan dan pengampunan sehingga engkau dilayakkan kembali kepada Tuhan,” tanpa Kristus nggak ada. Kenapa Dia datang untuk peduli dengan kerohanian Saudara, kenapa Saudara? “Pergilah, jadikan semua bangsa muridKu,” itu sebenarnya tanda gereja yang rohani, gereja yang tidak mengutamakan sendiri, gereja yang belajar mengutamakan kerohanian orang lain, kerohanian jemaat. Kedua yaitu gereja yang rohani adalah gereja yang membaptiskan. Gereja yang membaptiskan adalah gereja yang mengabarkan injil, mereka percaya kepada Tuhan, dan akhirnya mereka dibaptis sebagai lambang pertobatan di dalam Perjanjian Lama dan lambang sebagai jemaat Tuhan di dalam Perjanjian Baru. Waktu mereka dibaptiskan melalui gereja maka mereka diterima sebagai jemaat dan waktu mereka diterima disitulah kita menyatakan di dalam kerohanian mereka adalah jemaat Tuhan. Dan bukan hanya itu saja tetapi di gereja yang rohani juga diberikan untuk mengajarkan perintah Tuhan acurately. Seorang murid Tuhan haruslah memuridkan sesamanya supaya bersama-sama mengikuti perintah Tuhan, meskipun perintah Tuhan terkesan kaku tapi pada saat semuanya itu berlalu itu akan memerdekakan kamu.

Maka gereja Reformed harus belajar Theocentric, harus belajar kembali altruistic, harus kembali Christocentric, dan harus kembali belajar memperhatikan kerohanian maka gereja yang benar tidak boleh tidak ada di dalam dunia ini. Tapi kita mau jadi hamba Tuhan macam apa? Kita mau jadi majelis macam apa? Aktivis macam apa? Jemaat macam apa? Apakah kita menjadi yang Theocentric, altruistic, Christocentric, dan rohani? Jawab hari ini dalam hatimu di hadapan Tuhan. Kalau Saudara mau rindu gereja yang sungguh-sungguh kembali kepada firman yang benar mari bersama-sama hamba Tuhan, majelis, jemaat, bersama-sama Theocentric, sama-sama altruistic, sama-sama Christocentric, dan sama-sama peduli dengan kerohanian orang lain. Maka bible study perlu, seminar rohani perlu, KKR perlu, bukan untuk mengisi waktu kosong kita tetapi untuk membawa satu hal: inilah yang Tuhan percayakan, jangan lewatkan. Kalau kita melewatkan apa yang Tuhan sudah berikan, kita sedang membuang anugerah Tuhan. Maukah Saudara? Sama-sama sehati, sepikir, berjuang bersama-sama. Kita konteks pelayanan berbeda tetapi kita melayani Tuhan yang sama. Mari kita di Yogyakarta sehati sepikir berjuang untuk kemuliaan nama Tuhan. Mari kita berdiri dihadapan Tuhan.

Terima kasih ya Tuhan atas berkat Tuhan yang Tuhan berikan bagi kami. Kami bersyukur atas gereja Reformed yang Tuhan sudah berikan bagi kami, yang Tuhan anugerahkan bagi kami. Ampunilah kami jika kami seringkali masih hanya menikmati tetapi kami tidak mau ikut di dalam perjuangan yang ada di dalamnya. Kami berdoa kepada Tuhan supaya kami dapat semakin menyadari bahwa gereja yang Tuhan berikan bagi kami adalah gereja yang bukan sembarangan, gereja yang tidak boleh tidak ada di dalam sejarah karena Tuhan mau kami belajar berpusat kepada firman yang Theocentric, firman yang altruistic, firman yang Christocentric, firman yang rohani, dan membawa kami kembali tetap dalam firman Tuhan karena Tuhan berkata “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu kamu benar-benar adalah muridKu, dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Tolonglah kami yang lemah ini, tolonglah kami yang seringkali kurang setia, yang kurang berani, yang masih pengecut, yang masih malas, Tuhan tegur kami. Terima kasih ya Tuhan, inilah doa seru kami. Kami bermohon belas kasihan Tuhan, pimpin kami, pimpin gereja kami, pimpin hamba Tuhan kami, pimpin setiap orang-orang yang melayani dan juga pimpin diri kami ya Tuhan. di dalam nama Yesus Kristus kami berdoa dan mengucap syukur.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Comments