Mengapa orang Kristen tidak puas dengan Kristus?, 11 September 2022

Bapak, Ibu, dan Saudara yang terkasih di dalam Tuhan, kalau Bapak, Ibu, dan saya baca di dalam pasal yang ke-7 sampai pasal yang ke-8, atau paling tidak pasal 8 sampai pasal yang ke-9 maka Bapak, Ibu, dan saya akan menemukan bahwa pelayanan Yesus sampai dengan pasal ini adalah sebuah pelayanan yang sangat berhasil. Sekali lagi, ini adalah sebuah pelayanan yang sangat berhasil. Yesus mengalahkan semua musuh yang ditakuti oleh manusia. Kita bisa baca dari pasal 1, sekali lagi, sampai dengan pasal 7 dan pasal 8, bahkan sampai dengan pasal yang ke-9. Di pasal yang ke-9, sebelum ayat yang Bapak, Ibu, dan saya baca, kemuliaan Kristus sebagai pribadi yang Ilahi, itu dinyatakan kepada 3 orang murid. Sebelum itu, musuh-musuh yang paling ditakuti oleh manusia, penyakit. Musuh yang paling ditakuti oleh manusia seperti kematian, itu ditaklukkan oleh Kristus. Iblis yang menaklukkan manusia juga ditaklukkan oleh Kristus. Kristus mengusir setan, setan pergi. Yesus membangkitkan orang mati. Maka ini adalah sebuah pelayanan yang sangat sukses. Yesus memulihkan relasi manusia. Perempuan yang sakit pendarahan dipulihkan oleh Yesus Kristus. Orang yang sakit dan tidak dapat disembuhkan dipulihkan oleh Yesus Kristus. Orang yang terpisah dari rumah Allah dibawa kembali ke dalam rumah Allah. Orang yang terpisah dengan keluarga disatukan kembali dengan keluarganya. Oleh karena itu maka banyak orang menduga bahwa Yesus adalah Mesias berdasarkan karya Kristus dan pelayanan-pelayanan yang berhasil itu. Bagi saya, di tengah-tengah seluruh pelayanan yang berhasil pada hari itu, murid-murid mendapatkan semacam privilege, mereka melihat apa yang Yesus kerjakan, mereka mendengar apa yang Dia ajarkan, bahkan mereka mengalami banyak hal yang tidak dilihat oleh banyak orang. Banyak orang melihat Yesus membuat mujizat dan melayani, tetapi murid-murid yang selalu berjalan bersama-sama dengan Kristus yang melihat segala sesuatu, mereka adalah saksi dari semua kebesaran Kristus itu. Mereka terlibat dan menikmati sukses yang besar itu bersama-sama dengan Yesus Kristus. Seharusnya orang yang paling mengenal Kristus adalah murid-murid karena murid-murid tinggal bersama dengan Dia, melihat segala sesuatu yang Dia kerjakan. Harusnya orang yang paling paham isi hati Yesus Kristus adalah murid-murid yang terus menerus bersama-sama dengan Dia, melihat apa yang Dia lakukan, mendengar apa yang Dia katakan, menikmati kemuliaan-Nya di atas gunung itu. Harusnya orang-orang inilah yang paling kenal Dia dan paling mengenal isi hati-Nya.

Tetapi Bapak, Ibu, dan saya bisa menemukan semacam ironi di dalam pelayanan, di dalam lingkaran yang paling dekat daripada Yesus Kristus ini. Mereka sudah memiliki apa yang diinginkan oleh banyak orang pada hari itu, yaitu ada di dekat Yesus, melayani bersama-sama dengan Dia. Tetapi tampaknya tidak ada rasa cukup di dalam hati orang-orang ini. Tidak pernah ada rasa puas di dalam hati mereka. Oleh karena itu maka Bapak, Ibu, dan saya akan menemukan di dalam teks yang kita baca dimulai dengan perdebatan di antara mereka. Sudah punya Kristus, sudah melayani bersama-sama dengan Dia, sudah meikmati kemuliaan bersama-sama dengan Dia yang berhasil di dalam seluruh pelayanan. Tetapi sekali lagi, tidak ada rasa cukup, tidak ada rasa puas di dalam hati orang-orang yang ada di lingkaran terdekat dengan Yesus Kristus. Pertanyaannya sekarang adalah apa yang membuat mereka tidak merasa cukup? Atau apa yang membuat mereka merasa nggak cukup, merasa nggak puas ada bersama-sama dengan Kristus? Bukankah kalau Bapak, Ibu, dan saya baca Mazmur 23, “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” Ayat itu bercerita mengenai sukacita dan kelimpahan di dalam hati manusia ketika Allah hadir bersama-sama dengan mereka. Artinya sumber kelimpahan di dalam kehidupan Saudara dan saya adalah persekutuan dengan Allah. Dan kalau kita ada bersama dengan Allah, kita ada bersama dengan Kristus, seharusnya sukacita itu ada dan kelimpahan itu ada. Tetapi pertanyaannya sekarang adalah mengapa hati mereka terasa begitu kosong dan mereka berusaha untuk mencari kepuasan di tempat yang lain padahal sudah bersama-sama dengan Yesus Kristus? Saya mengajak Bapak, Ibu untuk melihat dari 3 bagian ini, setidaknya kita akan menemukan 3 hal yang besar terkait dengan persoalan yang ada di dalam hati dan pikiran mereka.

Yang pertama adalah konsep yang salah tentang kemuliaan. Mengapa mereka tidak puas? Mengapa mereka sulit sekali untuk menerima keberadaan mereka, posisi yang Tuhan berikan kepada mereka dan kemudian melayani bersama-sama dengan Kristus? Tapi mereka musti berdebat untuk mendapatkan posisi yang paling tinggi, satu di atas yang lain. Persoalan pertama yang mereka miliki adalah konsep yang salah tentang apa yang disebut sebagai kemuliaan. Bapak, Ibu, di dalam dunia ini kadang-kadang Saudara dan saya melihat kita mulia atau tidak bukan berdasarkan apa yang telah Tuhan berikan kepada Saudara dan saya tetapi apa yang kita miliki berdasarkan perjuangan-perjuangan kita. Bukan berdasarkan status kita sebagai umat Allah atau ciptaan Allah yang mulia, gambar dan rupa Allah, tetapi apa yang Saudara dan saya miliki. Orang berasa dia lebih mulia, dia lebih besar kalau dia memiliki harta kekayaan, pekerjaan yang lebih baik dari orang lain dan seterusnya. Jadi ada embel-embel lain yang musti ditempelkan kepada dirinya, sehingga dia merasa dia lebih besar dan kemudian dia lebih bangga. Di sisi yang lain, dunia ini juga sering kali menilai Saudara dan saya berdasarkan segala sesuatu yang kita miliki, apa yang ditempelkan kepada diri kita, sehingga kita menjadi lebih besar dari yang lain. Memang cara kerja dunia ini, sistem nilai dunia ini, yang mengatur hidup Saudara dan saya, di dalam dunia memang sepertinya sudah sedemikian. Sehingga tanpa sadar orang Kristen pun bisa diarahkan untuk berpikir dengan cara yang demikian dan murid-murid pun begitu.

Saya pernah hadir di dalam satu acara pernikahan, Saudara-saudara, di satu tempat, di satu hotel yang cukup besar di Jakarta, pertama kali pernikahan yang pertama saya datang Saudara-saudara, itu datang dengan mobil saya, Grand Livina itu, datang, parkir di situ, saya turunkan istri dan anak saya, kemudian cari parkiran di situ nggak ada. Saya tanya, “Di mana parkiran?” Dia tunjukin jalan memutar itu, satpamnya tunjukin, saya putar setengah mati. Cari parkir susah sekali. Setengah jam ya, istri saya sampai tanya, “Tama kamu di mana?” Mungkin dia curiga saya pulang. Tapi saya cari parkiran nggak ada. Dalam hati saya ya, ini kok cari parkir ya, mau ketemu tempat parkir itu lebih susah dari cari Tuhan. Susah sekali! Setelah sudah ketemu, turun, saya masuk tempat pesta itu agak keringatan, istri saya tanya, “Dari mana?” Saya bilang, “Cari tempat parkir” Kali kedua, ada pernikahan jemaat di tempat yang sama. Tapi karena kami kumpul di GRII Pondok Indah, lalu ada satu jemaat bilang, “Tam, sama saya aja.” Saya sama dia, BMW. Persis di tempat yang sama, Saudara-saudara. Ada orang datang, lalu tawarkan kepada bapak yang bawa mobil itu, “Pak, mau saya parkirkan?” Dalam hati saya, belum ada sebulan yang lalu saya datang ke tempat ini saya disuruh cari parkiran sendiri. Yang ini, bapak itu nggak ngomong apa-apa, nggak nanya tempat parkir, dia langsung bilang, “Bapak mau saya parkirkan?” Kok kenapa saya nggak? Apa yang anda miliki hari ini menentukan persepsi dunia tentang anda. Menentukan bagaimana cara dunia memperlakukan anda. Itu sebabnya, seringkali orang Kristen terjebak di dalam kondisi yang sedemikian. Kita tidak puas dengan apa yang kita miliki. Ketika Saudara dan saya melihat segala sesuatu yang dimiliki orang lain, dan tampaknya menjadi lebih baik dari kita, kita menjadi tidak puas dengan segala anugerah yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Konsep yang salah tentang kemuliaan.

Saudara-saudara, ketika murid-murid masuk di dalam pelayanan, pelayanan mereka pada hari itu tidak digerakkan oleh pengenalan terhadap Kristus yang mulia, meskipun mereka telah melihat kemuliaan Kristus di atas gunung, pelayanan mereka tidak digerakkan oleh cinta kepada Kristus yang mulia itu. Seorang penulis, N.T. Wright, mengatakan kalau Saudara dan saya berjumpa dengan Kristus yang sejati di dalam Alkitab, satu hal yang pasti terjadi, Saudara dan saya melihat kemuliaan-Nya dan kemuliaan-Nya akan menawan hati kita sehingga tidak ada yang lain kecuali Dia. Anehnya, murid-murid hari itu, seolah-olah tidak melihat dan tidak mengenal siapa Kristus yang mulia itu. Hati mereka tidak ditawan oleh cinta kepada diri-Nya. Mereka lebih banyak digerakkan oleh ambisi personal untuk mendapatkan apa yang disebut sebagai kemuliaan, maka mereka berdialog siapa yang paling besar.

Bapak, Ibu, di dalam teks yang kita baca, istilah “berdebat” di situ menggunakan satu kata, “dialogismos”, hari ini kata itu bisa diterjemahkan “dialog”. Jadi mereka berdialog. Persoalannya kata dialog di dalam bahasa Yunani, ini bicara mengenai sebuah perdebatan yang rasional, perdebatan yang melibatkan argumentasi yang cukup. Maksudnya apa? Maksudnya di dalam perdebatan di antara mereka yang dekat dengan Tuhan Yesus ini, mereka bisa kasih argumentasi yang rasional, bahwa memang saya yang paling besar. Mereka bisa memberikan argumen untuk membuktikan bahwa posisi mereka adalah posisi yang sangat penting. Tuhan panggil yang 12 ini, memberikan posisi yang penting di dalam kelompok yang kecil itu. Dan sekarang posisi-posisi penting ini bukannya dipakai untuk melayani Kristus dan umat Allah, tetapi dipakai sebagai argumentasi untuk menunjukkan bahwa yang satu lebih besar daripada yang lain. Mungkin Yudas akan bilang, “Kalau saya nggak lebih besar daripada kalian, saya nggak akan dipercayakan uang yang mengatur hidup, mengatur perut kalian, dan mengatur seluruh jalannya pelayanan kita.” Yohanes bilang, “Memang saya yang paling muda, tetapi siapa di antara kalian yang bisa meletakkan kepala kalian di dada Kristus, Sang Guru yang agung itu?” Masing-masing mengajukan argumentasi yang masuk akal, yang dapat diterima mengenai siapa dia.

Bapak, Ibu, ketika Saudara dan saya hidup di dalam gereja dan kemudian melayani, pertanyaannya sekarang adalah apa yang menggerakkan Saudara dan saya untuk melayani hari ini? Apakah Saudara dan saya melayani karena kita memang mengenal Kristus? Allah sejati, manusia sejati. Allah yang berinkarnasi menjadi manusia dan mengekspresikan cinta kasih-Nya bagi Saudara dan saya. Apakah kita melayani ataukah ada hal-hal yang mungkin sadar atau tidak telah ditawarkan oleh pelayanan yang Saudara dan saya jalani bagi kita? Apa penggerak utama pelayanan Saudara dan saya hari ini? Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) ini kan pernah disebut sebagai Gereja Repot Ini Itu (GRII), kita satu event belum selesai sudah event yang lain. Tarik nafas pun susah. Gereja ini adalah gereja yang cukup Alkitabiah. Saudara masuk ke dalam panitia nggak ada yang tanya, tiba-tiba sudah masuk, masuk dalam grup. Itu jelas Alkitabiah, bukan kamu yang memilih aku, akulah yang memilih kamu. Kita tiba-tiba sudah masuk. Satu event belum selesai sudah masuk, kita bingung baca grup. Apa yang menggerakkan Saudara dan saya di dalam seluruh kesibukan itu? Kalau bukan cinta kepada Tuhan dan pemahaman bahwa Kristus telah memberi diri-Nya bagi Saudara dan saya dan Saudara dan saya melihat kemuliaan Tuhan yang memang kepada-Nya Saudara dan saya harus memberi diri untuk melayani, satu saat Saudara dan saya akan kecewa. Murid-murid lari meninggalkan Yesus ketika Yesus tampak sudah tidak bisa memberikan apa-apa bukan? Waktu Dia dipaku di atas kayu salib dalam kondisi telanjang, untuk mempermalukan dia dan mempermalukan pengikut-Nya, semua lari meninggalkan Dia. Karena mereka berharap kemuliaan yang Dia miliki akan mereka miliki. Apa yang menggerakkan Saudara dan saya? Apa yang telah diberikan oleh pelayanan yang dipercayakan kepada Tuhan bagi Saudara dan saya sehingga Saudara dan saya melakukan itu dengan tekun?

Oleh karena ada konsep yang salah mengenai pelayanan, maka Yesus mengubah cara pikir mereka. Yesus ambil seorang anak kecil, taruh di pangkuan-Nya, lalu mengatakan, “Barang siapa menerima anak seperti ini, demi nama-Ku, dialah murid yang sejati itu.” Apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus adalah membalikkan konsep kemuliaan, “Kamu mulia bukan karena apa yang kamu miliki, kamu mulia karena apa yang telah dianugerahkan Allah dan sudah ada di dalam diri kamu. Kamu mulia karena kamu adalah gambar dan rupa Allah, Allah menciptakan engkau sebagai gambar dan rupa Allah. Kamu mulia karena Kristus telah memberi diri-Nya dan memulihkan kamu sebagai gambar dan rupa Allah melalui apa yang disebut sebagai karya keselamatan. Kamu mulia karena kamu adalah bait Allah, kamu adalah bait Roh Kudus. Sama seperti anak ini, jika dia ada dalam Aku dan kamu menyambut anak yang ada di dalam Aku ini, kamu menyambut Aku. Kalau kamu menyambut Aku, kamu menyambut Dia yang mengutus Aku.”

Saudara-saudara, ini menarik karena pada masa itu perempuan dan anak-anak adalah makhluk kelas 2. Kalau hari itu ada konsep gereja dan gereja ada yang namanya usher, kolektan dan penyambut tamu, kalau bapak-bapak muncul akan disalami. Kalau ibu dan anak-anak muncul, dikasi senyum saja sudah syukur. Kenapa? Ini makhluk kelas 2. Tapi sekarang Tuhan Yesus angkat makhluk yang dianggap kelas 2 itu ditaruh di pangkuan-Nya, kemudian Yesus bilang, “Barangsiapa yang menyambut dia di dalam nama-Ku, karena dia ada di dalam Aku, dia menyambut Aku dan menyambut Bapa, menyambut Allah yang mengutus Aku.” Saya kira ini adalah sebuah usaha Kristus atau tindakan Kristus untuk menjungkirbalikkan pikiran yang salah pada hari itu. Mereka berpikir bahwa dengan segala sesuatu yang mereka punya, segala sesuatu yang mereka lakukan, keberhasilan-keberhasilan mereka capai, mereka menjadi semakin mulia. Kristus bilang tidak! Kalau kamu telah menerima anugerah Allah yang disebut sebagai anugerah keselamatan di dalam Aku, cukup lah itu bagi kamu. Kalau ada orang di dalam gereja yang seringkali dianggap biasa karena dia tidak memiliki apa-apa, dan bahkan mungkin tidak mengerjakan yang lebih besar daripada Saudara dan saya, terlihat biasa sekali, tetapi jika Kristus ada di dalam dia, terimalah dia, sambutlah dia, sama seperti engkau menyambut Aku. Kenapa? Karena kemuliaan tidak didapatkan melalui perjuangan Saudara dan saya. Kemuliaan diberikan kepada manusia melalui anugerah Tuhan. Saya kira, sekali lagi, ini adalah sebuah konsep yang baik bagi Bapak, Ibu dan saya untuk kemudian memilikinya. Kemuliaan, telah dimiliki oleh semua manusia di dalam Kristus.

Kalau ada orang berjuang menjadi besar bukankah itu tanda dia kecil? Kalau Saudara dan saya sudah besar, apalagi yang mau diperjuangkan? Orang kalau besar, yang dia perjuangkan itu diet. Tapi kalau Saudara dan saya sudah ada di puncak, apa lagi, ke mana lagi Saudara dan saya mau naik? Yesus bilang kamu telah memiliki Aku, itu sudah yang paling mulia, apa lagi yang kamu mau kejar? Itu sama seperti kamu sudah di puncak kok, nggak ada lagi sesuatu yang harus kamu kejar. Pakai kemuliaan itu untuk melayani Tuhan. Maka sebenarnya kalau Saudara dan saya mau melakukan sesuatu untuk memperjuangkan kebesaran diri, Saudara dan saya sementara melakukan yang sia-sia. Memperjuangkan sesuatu, mendapatkan segala sesuatu tetapi di luar Kristus, itu pun menjadi sia-sia. Di dalam Alkitab kan ada cerita, ada satu orang yang menjadi pekerja di ladang, waktu dia gali, dia menemukan harta kekayaan di dalam ladang itu. Apa yang dia lakukan? Dia pulang, dia jual segala sesuatu yang dia miliki, lalu beli tanah itu. Mengandaikan dia beli tanah itu untuk memiliki harta yang ada di dalam ladang itu. Pertanyaannya sekarang adalah apa yang dimaksud dengan harta di dalam ladang itu? Para penafsir terpecah 2, yang pertama bicara mengenai kerajaan Allah, yang kedua mengatakan itu adalah Kristus, Raja di dalam kerajaan Allah. Tetapi kalau Saudara lihat di dalam Injil Lukas, Kristus adalah kerajaan Allah, “Kalau kamu melihat Aku menyembuhkan orang, kalau kamu melihat Aku memberitakan Injil, mengusir setan, dan seterusnya. Ketahuilah kerajaan Allah sudah datang kepadamu!” Kristus ketika Dia hadir, di mana pun Dia hadir, kerajaan Allah hadir di situ. Dan kalau Dia menjual segala sesuatu untuk mendapatkan yang paling berharga dan paling mulia, apa lagi yang mau dicari dan dikejar oleh gereja ketika mereka telah memiliki yang paling mulia, yaitu Kristus sang kepala gereja itu.

Saya tidak bilang bahwa hari ini Bapak, Ibu, dan saya berhenti berjuang di dalam hidup kita, di dalam pekerjaan-pekerjaan kita, tidak! Saudara dan saya bekerja, kita berjuang, tadi malam kita bahas itu. Tetapi perjuangan-perjuangan yang Saudara dan saya lakukan adalah perjuangan yang dilakukan untuk mengembalikan kemuliaan itu kepada Tuhan. Itu pelayanan Saudara dan saya kepada Tuhan. Dan bukan sebaliknya, kita pakai itu untuk membesarkan diri yang kecil ini. Saya kira sudah terlalu terlambat bagi Bapak, Ibu dan saya untuk melakukan itu. Kenapa? Karena Kristus mau bilang bahwa kemuliaan itu dimiliki oleh semua yang ada di dalam Kristus, termasuk orang-orang yang paling kecil dan yang paling tidak dianggap sekalipun. Oleh sebab itu maka di dalam gereja, Bapak, Ibu, dan saya harus belajar untuk menerima. Di dalam gereja, Bapak, Ibu, dan saya harus belajar untuk menghargai. Bapak, Ibu, dan saya harus belajar untuk melayani semua orang yang ada di dalam Kristus yang ditempatkan di kiri dan kanan Saudara dan saya, entah itu seorang anak kecil, itu adalah orang dengan strata sosial yang terlihat begitu rendah, entah orang itu tidak memiliki pekerjaan, tetapi jika dia ada di dalam Kristus dan di dalam segala pergumulannya di dalam Kristus, Saudara dan saya harus belajar untuk menghargai, menerima dan melayani orang-orang yang sedemikian. Karena pelayanan itu tidak digerakkan oleh kemuliaan yang Saudara dan saya dapatkan, atau kemuliaan yang dimiliki oleh orang lain.

Pelayanan digerakkan oleh kemuliaan Pribadi Kristus yang ada di dalam gereja sebagai kepala gereja. Pelayanan tidak digerakkan oleh apa yang disebut sebagai keinginan untuk menjadi besar. Apa yang membuat murid-murid yang cuma 12 orang ini kemudian pecah belah? Keinginan untuk menjadi yang paling besar. Gereja harusnya jauh dari keinginan yang sedemikian. Jauh untuk menjadi yang paling besar. Kalau ada satu hasrat di dalam hati Saudara dan saya di dalam gereja, kiranya itu adalah keinginan untuk melayani Allah dan umat-Nya. Mengapa? Karena Allah kita adalah Allah yang mulia, sementara umat-Nya adalah umat yang menerima kemuliaan itu. Pelayanan gereja adalah pelayanan yang digerakkan oleh penglihatan terhadap kemuliaan Allah di dalam diri-Nya maupun yang telah diberikan kepada gereja. Bapak, Ibu bisa lihat kemuliaan Kristus itu kemudian digambarkan di dalam pasal yang ke-9 itu mulai dari ayat ke-28 sampai dengan ayat yang ke-36, digambarkan di situ, Kristus yang mulia inilah yang seharusnya mereka pandang dan kemudian mereka layani. Kristus menyatakan diri sebagai Allah sejati dan manusia sejati di atas gunung, betapa mulianya Dia. Seharusnya murid-murid yang kenal hal ini adalah murid-murid yang memberi diri dan melayani Dia dengan rela. Tetapi ini adalah hal yang pertama, konsep yang salah mengenai kemuliaan.

Bapak, Ibu, dan saya sekali lagi berhati-hati karena kita semua adalah produk dari kebudayaan kita. Bapak, Ibu, dan saya adalah anak zaman. Semua orang yang adalah anak zaman dipengaruhi oleh cara pikir, sistem nilai yang ada di dalam zamannya. Kalau di zaman Saudara dan saya menilai seorang manusia mulia karena ada embel-embel yang ditempelkan kepadanya, maka Bapak, Ibu dan saya punya kemungkinan besar untuk menilai manusia, menilai sesama dan melayani sesama dengan sudut pandang yang sama. Kekristenan melayani dengan cara pikir yang berbeda yang ditawarkan oleh Allah dan Kristus telah menawarkan konsep kemuliaan itu. Sekali lagi, kemuliaan dimiliki oleh semua yang ada di dalam Dia. Oleh karena itu maka semua yang ada di dalam Dia, harusnya melayani juga orang-orang yang Tuhan percayakan kepada mereka ketika Saudara dan saya menemukan bahwa Kristus ada di dalam kehidupan mereka. Mengapa Bapak, Ibu, dan saya saling melayani di dalam gereja? Karena Saudara dan saya dibawa ke dalam kemuliaan Kristus dan kemudian kemuliaan Kristus harusnya tampak dalam persekutuan Saudara dan saya, hidup di dalam saling melayani satu dengan yang lain. Kalau kamu saling mengasihi, satu dengan yang lain, maka kamu adalah murid-Ku, kata Tuhan Yesus.

Yang kedua, mengapa orang-orang ini sulit sekali untuk menikmati kehadiran Kristus? Melayani bersama-sama dengan Dia dan bersukacita di situ? Kedua, masalah yang kedua adalah mereka masuk ke dalam pelayanan dengan pikiran dan hati yang sempit. Pertama, konsep kemuliaan yang salah, yang kedua pikiran mereka, hati mereka terlalu sempit. Bapak, Ibu, dan saya bisa lihat di dalam perikop yang kedua yang kita baca, Yohanes berkata, “Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita” Padahal mengusir setan pada masa itu adalah sesuatu yang baik. Yesus mengusir setan. Orang ini begitu serupa dengan Kristus waktu dia mengusir setan. Yesus berkata kepadanya, “Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.” Bapak, Ibu, teks sebelumnya Yesus seolah-olah mengatakan, “Kalau kamu semua ada di dalam Aku, menerima keselamatan di dalam Aku, maka kamu semua sama. Kamu semua setara, kemuliaan Allah diberikan kepada kamu.” Tetapi bagi orang-orang yang cara pikirnya sempit, kesetaraan itu ancaman. Justru kalau setara, itu ancaman Saudara-saudara. Ancaman bagi orang-orang yang terlalu kecil dan bernafsu untuk bersaing untuk menjadi besar. Kesetaraan itu menjadi sesuatu yang menjadi ancaman bagi mereka. Mereka nggak rela sebenarnya waktu Tuhan Yesus bilang, “Coba lihat, anak kecil ini kamu mulia kalau kamu berada di dalam Aku. Sambutlah dia.” Ini membuat semua anak kecil, laki-laki, perempuan setara. 12 murid yang sementara berdebat untuk menjadi yang paling besar, Tuhan Yesus bilang, “Nggak! Saya mati untuk kalian semua. Maka kamu setara.” Kesetaraan membuat ruang itu menjadi sempit bagi orang-orang yang bersaing.

Bapak, Ibu, sekarang ini sudah agak sedikit lebih aman, tetapi Bapak, Ibu masih ingat beberapa waktu yang lalu isu besar di dalam bangsa kita adalah isu revisi undang-undang Pemilu dari 2024 menuju kepada 2022. Orang-orang yang jadi petahana, itu sangat-sangat apa ya, mengharapkan ini. Kenapa? Kalau 2022 itu berlangsung, maka mereka itu sebagian besar belum lengser tetapi ada beberapa yang harus lengser kan ya, karena 2024 masa jabatan mereka sudah selesai 5 tahun, dia harus turun dari posisinya dia, maka itu tanah itu menjadi rata, lapangan menjadi rata bagi mereka semua. Mereka nggak begitu menginginkan itu. Mereka berharap itu digeser kembali ke 2022. Kalau 2022 pada masa di mana dia masih memimpin, kemungkinan dia akan memenangkan pertarungan selanjutnya. Tapi kalau dia sudah berhenti, lalu kemudian harus menunggu 2 tahun lagi menuju ke 2024, dia sudah bukan lagi orang yang memimpin di wilayah itu, sekali lagi, tanah itu terlihat rata, jadi kesetaraan di dalam persaingan itu membuat ruangan untuk bersaing itu menjadi semakin sempit. Tanah yang rata, lapangan yang rata, bagi orang-orang yang bersaing itu adalah ancaman bagi peluang mereka. Sekarang Yesus bilang, “Kalian sama di mata Saya.” Bagi Saudara dan saya yang tidak bersaing kita akan bilang, “Puji Tuhan!” Tetapi bagi 12 orang yang lagi bersaing, ini masalah besar, “Oh ternyata kita sama, jadi siapa yang akan menjadi yang terbesar?” Menjadi lebih sulit bagi mereka. Mereka sementara berpikir, siapa yang terbesar, 12 orang, ruangan sudah sesak. Tiba-tiba muncul 1 orang, orang ke-13. Orang ke-13 ini melakukan apa yang tidak dapat mereka lakukan, mengusir setan.

Bapak, Ibu, mari kita lihat sebentar teks sekali lagi, teks yang kita baca. Pasal 9, kalau Bapak, Ibu perhatikan ayat 37 sampai dengan 43a itu cerita mengenai Yesus mengusir roh dari seorang anak yang sakit. Menariknya adalah Yesus mengusir karena orang-orang atau murid-murid-Nya tidak bisa usir setan itu. Bapak, Ibu bisa bayangkan ya. Mereka nggak bisa usir setan. Setelah itu mereka berdebat. “Di antara kami yang gagal mengusir setan ini, siapa yang paling besar?” Yesus bilang, “Kalian semua sama!” Keluar dari tempat Tuhan Yesus dengan hati penasaran, waktu mereka keluar, mereka lihat ternyata ada 1 orang yang kelihatan lebih berpotensi dari mereka, karena dia bisa mengusir setan, pekerjaan yang tidak dapat mereka lakukan. Orang ke-13. Kalau dia bisa melakukan itu, lalu Yesus lihat ini orang punya potensi dan ditarik masuk sebagai orang ke-13, ruangan yang tadi sudah sempit itu menjadi semakin sempit. Maka apa yang mereka lakukan adalah menghentikan orang yang ke-13. “Kami sudah menghentikan dia, karena dia bukan bagian dari kita.” Apa yang Bapak, Ibu, dan saya bisa lihat di sini adalah kesempitan hati. Tadi, mereka berdebat satu dengan yang lain, sekarang, yang 12 bersatu menjadi 1 kesatuan dan berkata, “Kami lihat dia. Kami hentikan dia, karena dia bukan bagian dari kita.” Yesus menegur mereka. Yesus bilang, “Jangan lakukan itu! Jangan kamu cegah! Sebab barangsiapa tidak melawan kamu meskipun dia tidak ada di dalam kelompok ini, ia ada di pihak kita.” Tetapi mereka telah mencegah dan menghentikan dia karena kesempitan hati mereka. Tanpa sadar, mereka telah menjadikan diri mereka sama dengan orang Samaria.

Kalau Bapak, Ibu, dan saya baca, mengapa orang Samaria menolak Yesus? Karena Yesus mau pergi ke Yerusalem. Mereka akan bilang, “Harusnya kalau dia mau datang layani kami, tujuannya harusnya adalah Samaria! Dia harus datang ke sini! Dia punya hati harus ditaruh di Samaria, bukan hanya sekedar lewat dari Samaria menuju ke Yerusalem. Kami nggak mau jadi nomor 2. Kami mau jadi kota yang pertama. Datanglah! Datanglah ke Samaria dan layanilah kamu.” Tetapi orang Samaria lihat orang Yerusalem atau orang-orang yang menganggap dirinya sebagai Israel yang murni, selama ini menekan mereka. Lalu Yesus mau pergi melayani mereka di Yerusalem dan hanya singgah sebentar di situ. Mereka tolak Dia. Hati mereka begitu sempit. Nggak ada ruang bagi orang lain. Nggak ada ruang bagi orang yang dirasa tidak cocok dengan mereka. Hati Samaria sempit. Sekarang, Saudara dan saya lihat, orang yang hadir bersama-sama dengan Kristus, hatinya juga sangat sempit. Aneh ya. Bukankah kalau Bapak, Ibu, dan saya menikmati keselamatan, Kristus berkata, “Aku ada di dalam kamu, kamu ada di dalam Aku.” Kalau Kristus itu adalah Allah yang sejati, maka Allah yang sejati yang begitu besar, begitu mulia, yang katanya tidak dapat ditampung di dalam rumah-rumah buatan tangan manusia itu, sekarang ada di dalam diri Saudara dan saya dan kemudian mengatakan, “Engkau adalah bait Roh Kudus!” Bagaimana mungkin Kristus yang begitu besar itu ketika hadir di dalam hati Saudara dan saya, hati Saudara dan saya justru menjadi semakin sempit?

Murid-murid yang ada bersama-sama dengan Kristus itu hatinya begitu sempit. Apa yang membuat semua itu? Apa yang menghasilkan cara pikir sedemikian? Apa yang telah menghasilkan hati yang sedemikian sempit? Tadi malam, waktu Saudara dan saya baca di sini, Kisah para rasul pasal 17, orang yang menyelidiki firman dan mengenal Allah yang diceritakan di dalam Alkitab, hatinya itu akan diluaskan oleh Tuhan. Dan kalau hati mereka sempit, berarti Bapak, Ibu, dan saya bisa menemukan 1 ironi di sini. Mereka mendengar lebih banyak dari orang lain dan dari Yesus Kristus. Yesus Kristus mengajar, ada masa di mana Kristus mengajar kepada orang banyak. Ada masa Kristus nggak mengajar orang banyak. Dia khusus mengajar kepada murid-murid dan banyak hal yang penting khusus diberikan kepada murid-murid. Matius pasal yang ke-5, khotbah di bukit, Bapak, Ibu perhatikan di dalam pasal yang ke-5 ayat-ayat awal mengatakan itu adalah pengajaran Kristus kepada murid-murid-Nya. Pengajaran yang sangat khusus diberikan kepada murid-murid-Nya. Ada begitu banyak pengajaran yang penting diberikan kepada mereka. Mereka menikmati firman di dalam segala kelimpahannya. Anehnya, firman tidak mengubah cara pikir dan firman tidak mengubah, sekali lagi, hati mereka. Saya kira ini sebuah ironi yang mengerikan. Ketika manusia berjuang demi ambisinya dia di dalam gereja, kadang-kadang firman, saya pakai istilah seolah-olah tidak dapat mengubah pikiran dan hatinya. Sekali lagi, ketika Saudara dan saya hidup dan berjuang semata-mata untuk mencapai apa yang Saudara dan saya inginkan, apa yang Saudara dan saya harapkan, maka firman yang Saudara dan saya dengar kadang-kadang itu mencapai satu titik di mana itu seolah-olah tidak bisa mengubah pikiran kita dan tidak bisa meluaskan hati kita.

Tadi malam, di sini saya bilang nggak ada prasyarat yang lain. Prasyarat utama untuk meluaskan hati Saudara dan saya adalah firman. Tetapi yang Saudara dan saya temukan di dalam teks yang Saudara dan saya baca adalah kesempitan hati dan pikiran, seolah-olah firman sia-sia. Bahwa nanti setelah Kristus bangkit dari antara orang mati dan Kristus hadir menyatakan diri kepada mereka, mengubahkan mereka, kita bersyukur untuk hal itu. Tetapi ada masa di mana 3,5 tahun orang ikut Tuhan dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada mereka. Mereka bukan menjadi sama dengan Kristus yang hatinya begitu luas. Mau pergi ke Yerusalem, singgah di Samaria. Mau pergi ke Yerusalem, singgah di Yerikho untuk cari seorang pemungut cukai seperti Zakheus. Hati Kristus begitu luas, tetapi hati murid-murid-Nya sangat sempit. Anehnya, mereka bukan seperti Kristus, tetapi mereka lebih mirip dengan Samaria yang mereka musuhi.

Bapak, Ibu, dan saya melayani dan makin lama makin jadi serupa dengan siapa? Berapa tahun Bapak, Ibu, dan saya ada di dalam konteks Gereja Reformed Injili Indonesia? Saya belum lama. Tapi setiap kali kalau orang mau atestasi tanya kenapa musti GRII? Jawabannya selalu manis-manis. Oh, paling banyak itu adalah, “Kami bersyukur karena kalau ada di sini, kami dapat firman Tuhan yang baik,” dan seterusnya. Tetapi berapa banyak di antara Saudara dan saya yang setelah mendengar firman Tuhan yang baik, firman itu mengubah cara pikir dan mengubah hati kita? Apakah Bapak, Ibu, dan saya cukup puas dengan apa yang kita dengar karena itu mengisi kapasitas intelektual kita, memuaskan kebutuhan intelektual kita? Apakah Saudara dan saya berhenti di sana ataukah firman itu memang mengubah hati dan mengubah pikiran kita, meluaskan hati kita sehingga ada ruang bagi orang lain di sana? Kalau hati mereka cukup luas, harusnya mereka bersyukur. “Orang ke-13 ini lebih baik dari kami dan ini adalah orang yang penting bagi pelayanan Tuhan.” Harusnya mereka bilang, “Kamu ada di luar sana. Kenapa kamu tidak datang sama-sama dengan kami?“ Atau setidaknya mereka datang dan bilang kepada Yesus, “Kami telah menemukan 1 orang yang jauh lebih baik daripada kami. Kami tidak bisa usir setan, dia bisa. Dan dia usir setan bukan pakai nama yang lain, dia pakai nama-Mu, Tuhan. Kayaknya dia percaya, kalau tidak kami lihat dari luar. Kayaknya dia percaya sama Engkau. Panggillah dia supaya dia ada bersama-sama dengan kami. Memperkuat pelayanan bersama-sama dengan kami.” Tetapi mereka menghentikan dia dan mereka datang berbicara dengan Yesus setelah mereka menghentikan dia.

Bapak, Ibu jangan melayani dengan pikiran dan hati yang sempit karena akan ada banyak orang yang tersingkir. Sekali lagi, jangan melayani dengan pikiran dan hati yang sempit karena pikiran dan hati yang sempit akan menyingkirkan banyak orang. Tidak ada ruang bagi orang lain. Belajarlah seperti Kristus yang memiliki hati yang begitu luas. Hati Kristus itu begitu luas, maka Dia bisa menjangkau banyak orang. Dia bisa menjangkau para pelacur. Dia bisa menjangkau para pemungut cukai. Dia bisa menjangkau Farisi. Kalau kita baca Alkitab, kadang-kadang kita benci Farisi, tetapi Yesus jangkau mereka. Bagi orang Farisi, orang yang paling dibenci adalah para pelacur dan pemungut cukai. Yesus menjangkau mereka. Ada orang-orang yang dianggap tidak layak di dalam kehidupan gereja pada zaman itu dan kebudayaan pada zaman itu dan Kristus menjangkau mereka. “Aku datang untuk mencari domba yang hilang. Aku datang karena yang membutuhkan tabib adalah orang sakit,” dan seterusnya. Kalimat-kalimat ini adalah kalimat-kalimat yang mengekspresikan apa yang disebut sebagai keluasan hati Kristus dan kita dipanggil untuk menjadi serupa dengan Dia. Dan firman Tuhan bekerja untuk mengubah pikiran Saudara dan saya, sekaligus meluaskan hati kita sehingga kehadiran kita bukan menyebabkan orang lain tersingkir, tetapi kehadiran Saudara dan saya memungkinkan Allah bekerja melalui kita untuk menjangkau orang-orang yang bagi dunia dibuang.

Ketika Kristus hadir, ada 1 fenomena yang menurut saya menarik. Cerita mengenai perempuan yang sakit perdarahan itu. 12 tahun sakit perdarahan berarti najis, bahkan kalau dia sudah menikah hari itu, dia harus keluar dari rumahnya karena dia adalah seorang perempuan yang najis. Dia dipisahkan dari keluarga, dari suaminya. Dia dipisahkan dari anak-anaknya 12 tahun. Tetapi dia pergi dari 1 tabib kepada tabib yang lain, Alkitab bilang. Dan tidak ada seorang tabib pun yang bisa menyembuhkan dia. Itu kenapa dia harus datang kepada Kristus dengan sembunyi-sembunyi. Kenapa? Karena bagi masyarakat, dia najis. Dia najis bagi masyarakat. Itu sebabnya dia harus datang kepada orang banyak itu, di tengah-tangah orang banyak dengan sembunyi-sembunyi. Saudara bisa lihat ini. Terpisah dari keluarga. Terpisah dari masyarakat. Tetapi yang ketiga, seorang perempuan najis tidak boleh masuk ke bait Allah dan beribadah. Berarti dia terpisah dari rumah Tuhan. Perempuan itu berpikir, “Saya akan datang. Saya sentuh jumbai jubahnya.” Kenapa dia lakukan diam-diam? Karena dia berpikir, kalau dia sentuh Yesus punya jumbai jubah, dia akan menajiskan Yesus. Dan Yesus akan marah. Tetapi ketika dari dia datang, dia sentuh jumbai jubah Yesus Kristus, dia sembuh. Dia bukannya menajiskan Yesus Kristus, tetapi Kristus mentahirkan dia. Setelah itu ada 1 fenomena yang aneh, waktu Tuhan Yesus bilang, “Ada yang menyentuh jumbai jubah Saya.”Padahal itu kan lagi dalam perjalanan menuju ke rumah Yairus. Orang lagi ramai, berdesak-desakan 1 dengan yang lain. Saya kira kalau Saudara pergi ke pasar, orang ramai, nggak ada yang tanya, “Siapa yang barusan sentuh baju saya?” Bapak, Ibu nggak akan tanya. Itu sesuatu yang normal. Tapi Yesus berhenti lalu tanya, “Ada yang sentuh jumbai jubah Saya?” Petrus itu, kalau Bapak, Ibu baca teks itu, Petrus sampai bilang, “Tuhan, ada begini banyak orang.” Artinya, itu pertanyaan yang nggak masuk akal. Tapi Yesus nggak berhenti. Yesus bilang, “Tidak. Ada yang sentuh jumbai jubah Saya dan ada kuasa keluar dari diri Saya.” Artinya, itu perempuan harus keluar dan bicara. Alkitab bilang perempuan itu keluar, kemudian dia kasih tahu, “Saya yang telah menyentuh jumbai jubah.”

Pertanyaannya, kenapa Yesus begitu kepo dengan orang yang menyentuh baju-Nya? Dua hal. Pertama, Dia mau ubah cara pikir perempuan itu. Perempuan itu pikir seperti orang kafir, baju menyembuhkan dia. Kristus bilang, ”Bukan, imanmu yang menyembuhkan engkau.” Tapi yang kedua, percakapan itu mengatakan perempuan itu bilang begini, “Saya 12 tahun sakit perdarahan. Setelah pegang jumbai jubah-Mu, saya sembuh.” Satu sisi, Tuhan ubah cara pikir, tapi yang kedua Tuhan mau umumkan pada semua orang, “Perempuan ini sudah sembuh.” Dia mau bilang kepada pemimpin gereja, “Terima kembali perempuan ini.”  Yang najis sudah menjadi tahir. Dia mau bilang kepada masyarakat, “Terima kembali perempuan ini.” perempuan najis sudah menjadi tahir. Dia bilang kepada suami dan anak-anak, “Istrimu dan ibumu sudah tahir. Terima dia kembali ke dalam keluargamu.” Satu ciri di dalam pelayanan Kristus adalah pemulihan relasi. Dia membuka kerajaan Allah itu seluas-luasnya, bahkan bagi orang yang dianggap tidak layak. Umat Allah seharusnya memiliki ciri yang sedemikian. Dan Saudara dan saya musti bersyukur, bahkan, di dalam konteks gereja kita, pelayanan firman terus diberikan supaya terjadi apa yang disebut sebagai bukan hanya perubahan pikiran, tetapi perluasan hati Saudara dan saya. Ada ruang bagi banyak orang di sana. Bukan hanya orang yang serupa dengan Saudara dan saya, orang yang Saudara dan saya anggap layak, tetapi orang-orang yang Tuhan mau Saudara dan saya layani. Ini gereja.

Yang ketiga, yang terakhir, yang membuat mereka ada di sekitar Tuhan tapi nggak bisa puas. Mereka masuk ke dalam pelayanan dengan konsep kemuliaan yang salah. Mereka masuk ke dalam pelayanan dengan pikiran dan hati yang sempit. Tapi yang ketiga, mereka masuk ke dalam pelayanan, Saudara musti garis bawahi ini, dengan kuasa tetapi tanpa kasih. Ada kuasa, tetapi tidak ada kasih. Perikop yang ketiga, “Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke Surga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem.” Saudara-saudara, kata “pergi ke Yerusalem” di dalam kitab Lukas mengacu kepada proses yang tidak diinginkan oleh banyak orang yang mencintai Kristus, yaitu penyaliban. Yesus melihat ke sana, tempat di mana Dia akan ditangkap dan kemudian disalibkan. Murid-murid melihat hal yang lain waktu mereka humas ke Samaria dan ditolak, Bapak, Ibu, perhatikan kalimat daripada Yohanes.”Tuhan, apakah Engkau mau supaya saya berdoa dan api turun dari langit?”  Ini kan bukan tanya, “Tuhan, apakah Engkau mau api turun dari langit?” Bukan. “Engkau mau saya berdoa supaya api turun dari langit.” Itu berarti dia yakin, kalau dia berdoa, hari itu api pasti turun dari langit. Sekali lagi, Bapak, Ibu musti perlu bertanya, “Bisakah Engkau menurunkan api dari langit?” Bukan itu pertanyaannya. Pertanyaannya, “Apakah Kamu mau, saya turunkan api dari langit?” Kalau saya ketemu Pak Lukman, lalu saya bilang kepada Pak Lukman, “Man, mau saya traktir makan?” Itu berarti, saya musti yakin bahwa uang di dompet saya cukup untuk makan berdua. Sekarang, dia ngomong sama Tuhan Yesus, “Maukah Engkau?” Bukan Engkau, tapi saya berdoa supaya api turun dari langit. Ada 1 keyakinan di dalam hatinya dia, bahwa kalau dia minta api turun dari langit, itu akan terjadi. Bukankah ini hebat ya?

Di dalam catatan Perjanjian Lama, Saudara-saudara, hanya nabi besar seperti Elia, tokoh Perjanjian Lama yang nanti di dalam kisah pasal 9 ayat 28 dan seterusnya datang, diutus oleh Allah untuk berjumpa dengan Yesus, bercerita mengenai seorang nabi yang paling besar, salah satu yang terbesar di dalam Perjanjian Lama. Cuma dia yang bisa turunkan api dari langit. Maka Yohanes itu seolah-olah mau mengatakan, “Iman kami cukup besar. Kami sanggup untuk menurunkan api dari langit. Kami beriman bahwa Allah ada di pihak kami, bukan di Samaria. Kami percaya bahwa Allah berpihak kepada kami. Allah ada bersama dengan kami. Ada kuasa Allah menyertai kami sehingga menurunkan api dari langit bukan persoalan yang terlalu sulit.” Tuhan Yesus nggak tepuk tangan kan. “Luar biasa! Di antara seluruh murid, yang berani turunkan api dari langit cuma engkau ini, Yohanes.” Tuhan Yesus nggak tepuk tangan ya. Bapak, Ibu bisa lihat kalimat Tuhan Yesus. “Yesus berpaling dan menegor dia.” Istilah menegor di dalam konteks aslinya itu adalah sebuah teguran yang sangat keras. “Saya mengarahkan mata ke Yerusalem untuk mati bagi orang-orang yang sedemikian. Kamu mau minta api turun dari langit untuk menghakimi mereka.” Hati yang sama sekali berbeda dengan Kristus. Menurunkan api dari langit bicara mengenai prestasi. Menurunkan api dari langit bicara mengenai pencapaian-pencapaian yang dapat dilakukan oleh murid-murid. Mereka bukan orang yang sempurna, tapi prestasi mereka mungkin luar biasa. Tetapi sayangnya semua itu tidak disertai oleh hati yang digerakkan oleh kasih Kristus. Yesus memandang ke Yerusalem, Yesus pergi ke Yerusalem. Ayat 31 dan 51 mengapit itu, ”Yesus sekarang memandang ke Yerusalem,” ayat 31. “Yesus akan pergi ke Yerusalem,” ayat 51. Seluruh cerita ini, dibungkus oleh cerita ini. Perjalanan Yesus untuk mengalami kematian di atas kayu salib untuk menyatakan cinta kasih Allah, tetapi ada orang yang terus berjalan bersama-sama dengan Yesus tidak mengerti isi hati Kristus.

Berapa tahun Saudara dan saya menjadi Kristen? Berapa lama Saudara dan saya menjadi orang yang melayani Tuhan? Yang Tuhan tuntut pertama-tama, bukan segala pencapaian yang Saudara dan saya bisa ceritakan kepada orang lain. Yang Tuhan tuntut pertama-tama adalah cinta kasih yang menggerakkan Saudara dan saya melayani, bukan hanya kepada Allah, tetapi orang-orang yang kita layani. Saking pentingnya cinta kasih ini, maka ketika Tuhan Yesus mau mengutus Petrus, itu Dia mulai dengan kalimat ini, “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” 3 kali diulangi. Setelah dia bilang, “Ya, saya mengasihi Engkau.” Baru Dia bilang, “Pergilah, gembalakanlah domba-domba-Ku.” Di dalam gereja, nggak ada orang mengasihi Allah kalau kasih itu tidak diekspresi melalui pelayanan dan kasih kepada sesamanya. Di dalam Injil Yohanes, berkali-kali, setidaknya 2 kali Yesus bilang, “Kalau kamu tidak saling mengasihi, dunia tidak akan mengenal kamu sebagai murid, tetapi kalau kamu saling mengasihi, dunia akan tahu bahwa engkau adalah murid.” Maka Yohanes punya Injil Yohanes maupun 1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes banyak sekali bercerita mengenai cinta kasih di antara jemaat. Kasih adalah sesuatu yang sangat penting. Salah satu kekuatan terbesar yang menarik orang-orang kafir di dalam gereja awal adalah kesaksian, cinta kasih di antara gereja. Kisah Para Rasul pasal 2 dan pasal 4 dikatakan para rasul itu mengajar, orang-orang duduk di bawah kaki mereka dan belajar. Mereka mendapatkan khotbah yang berkualitas dari para rasul, firman Tuhan yang sangat baik dari para rasul. Tetapi firman Tuhan meluaskan hati mereka sehingga Alkitab bilang begini, ”Orang-orang itu menjual milik mereka, lalu kemudian mereka menyerahkan pada rasul, rasul membagikan kepada mereka.” Sehingga Alkitab mencatat sebuah kalimat yang menarik, “Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang mengalami kekurangan.” Luar biasa, cita-cita Perjanjian Lama digenapi di dalam Perjanjian Baru ketika Roh Kudus turun. Di dalam Perjanjian Lama, orang kaya harus belajar untuk memberi kepada orang miskin supaya orang-orang miskin itu pada akhirnya juga bisa hidup di dalam kecukupan. Tetapi Saudara dan saya bisa melihat sejarah Perjanjian Lama isinya adalah kepahitan, penindasan kepada orang-orang yang tidak mampu itu. Di dalam Perjanjian Baru, ketika Kristus naik ke Surga, Roh Kudus turun. Kesaksian pertama adalah gereja hidup di dalam cinta kasih dan kemudian Alkitab mengatakan, “Banyak orang datang kepada Kristus setelah melihat kesaksian hidup gereja. Ini adalah sesuatu yang sangat penting.

Kalau Saudara dan saya tidak memiliki kasih di dalam hati dan pikiran Saudara dan saya, itu tidak terekspresi di dalam gereja. Apa yang mau Saudara dan saya saksikan? Tuhan meluaskan hati Saudara dan saya melalui firman, tetapi Tuhan juga memberi teladan yang konkret bagi Saudara dan saya melalui Kristus, sang Firman yang hidup itu, yang demi keselamatan Saudara dan saya, Dia memberi diri-Nya bagi kita. Dan sekarang Dia memanggil Saudara dan saya untuk mengekspresikan cinta kasih yang sama. Saya tidak bilang bahwa Yohanes adalah orang gagal yang tidak mungkin kemudian dipulihkan oleh Tuhan. Tuhan memulihkan. Demikian juga Saudara dan saya, kita juga bukan orang-orang sempurna. Saudara dan saya juga pernah mengalami kegagalan. Kalau kita bicara prinsip-prinsip yang kita lihat 3 hal ini. Siapa di antara Saudara dan saya yang telah melampaui semua prinsip itu? Siapa di antara Saudara dan saya, baik hamba Tuhan, jemaat, pengurus, dan seterusnya yang nggak pernah gagal ketika menjalankan prinsip-prinsip ini? Tapi sama seperti Yohanes dan murid-murid pernah gagal dan dipulihkan oleh Tuhan, Allah sanggup juga untuk memulihkan Saudara dan saya.

Berharap satu saat nanti, gereja ini GRII yang ada di Jogja adalah tempat di mana Saudara dan saya bukan hanya beribadah, belajar mengenai kebenaran firman, tapi kebenaran firman yang Saudara dan saya pelajari itu mengubah cara pikir, meluaskan hati, sehingga cinta kasih Kristus itu benar-benar tampak di dalam gereja Saudara dan saya.  Kiranya firman Tuhan itu terus-menerus Saudara dan saya dengarkan, sehingga cara pikir dan hati kita diubahkan. Gereja menjadi sebuah tempat yang hangat bagi orang untuk bersekutu. Seharusnya,kalau orang mau lihat bagaimana bersekutu , bagaimana berelasi dengan benar satu dengan yang lain, dia seharusnya tidak lihat di tempat yang lain. Dia musti lihat di dalam gereja. Ini adalah tempat yang paling tepat. Ini adalah tempat yang paling cocok untuk menjadi contoh kasus bagi banyak orang, melihat bagaimana hidup yang dipulihkan itu, bagaimana manusia berelasi dengan manusia, harusnya mereka lihat di dalam gereja. Mereka nggak boleh cari di tempat lain. Dan kiranya Saudara dan saya di dalam GRII sebagai suatu sinode, atau GRII yang ada di Jogja boleh menjadi 1 tempat di mana Tuhan menunjukkan bagaimana seharusnya manusia hidup, bagaimana seharusnya manusia berelasi satu dengan yang lain. Kemuliaan Tuhan itu terus boleh dinyatakan di dalam kehidupan kita bersama. Mari kita beroda.

Bapa di Surga, kami datang kepada-Mu menaikkan syukur kami oleh karena begitu banyak anugerah yang telah diberikan, bahkan melalui firman yang mengingatkan kami supaya kami melayani dengan cinta kasih kami kepada Allah yang telah menyatakan diri kepada kami. Kami bersyukur karena firman mengingatkan kami bahwa kalau kami berjumpa dengan Kristus sebagaimana yang diberitakan di dalam Alkitab, maka pikiran dan hati kami akan berubah. Kami berdoa, kiranya Tuhan yang memimpin kami hari demi hari melalui berbagai macam pembelajaran, melalui berbagai pelayanan yang kami kerjakan sehingga kami boleh menikmati bukan hanya cinta kasih Tuhan, tetapi kami juga menikmati ketika kami memberi cinta kasih Tuhan, mengekspresikan cinta kasih Tuhan kepada setiap orang yang Tuhan bawa untuk kami layani. Kami berdoa untuk Saudara-saudara kami yang ada di GRII Jogja. Pak Pdt Dawis bersama dengan tim hamba Tuhan, para pengurus dan juga jemaat. Kami berdoa supaya sekiranya setiap kebenaran firman Allah yang dikhotbahkan dari mimbar ini diteguhkan dan dihidupi juga oleh jemaat sehingga ini boleh menjadi sebuah kesaksian yang hidup di tengah-tengah kota ini. Ini doa dan permohonan kami. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin. (HSI)

Comments