Paulus di Filipi (2), 4 September 2022

Bapak, Ibu yang dikasihi Tuhan, ini adalah satu kisah dari karya Roh Kudus yang boleh bekerja di dalam hati manusia yang berdosa. Dan juga ada satu kisah lagi yang menyatakan bahwa ketika Roh Kudus atau Injil diberitakan, ternyata ada orang-orang yang juga akan mengeraskan hatinya untuk menolak kebenaran Injil itu. Nah, apa yang membedakan kedua orang ini? Tadi saya di awal katakan, itu adalah pekerjaan dari Roh Tuhan di dalam diri seseorang. Itu yang membuat orang itu boleh datang kepada Tuhan, boleh membuka telinga dan hatinya untuk mendengarkan Firman Tuhan. Tanpa Roh Kudus yang bekerja di dalam diri seseorang, untuk menyadarkan dia akan kasih Kristus, untuk melahirbarukan dia, memberikan natur yang baru yang menyadari akan dosa-dosanya di dalam kehidupannya, maka Alkitab katakan, tidak ada seorang pun di dalam dunia ini yang akan datang kepada Tuhan. Tapi, apa yang mendorong mereka tidak datang kepada Tuhan? Nanti kita akan lihat di dalam ayat yang tadi kita baca. Tapi saya katakan terlebih dulu, ini agak paradoks kalau saya bicara seperti ini ya, kita bisa katakan, satu sisi karena Tuhan tidak memilih mereka untuk datang kepada Tuhan untuk diselamatkan tetapi di sisi lain, Alkitab juga menyatakan kalau mereka tidak bisa datang kepada Tuhan karena Tuhan tidak memilih dan itu membuat mereka ada di dalam keputusan mereka yang berdosa atau di dalam kekerasan hati mereka. Jadi, pada waktu kita melihat orang-orang mendengarkan Injil Kristus, lalu mereka menolak untuk datang kepada Kristus, maka kita tidak pernah bisa mengatakan alasan, “Oh, karena Tuhan tidak memilih saya, maka saya tidak mungkin membuka hati saya untuk datang kepada Tuhan, untuk percaya kepada Tuhan.” Itu adalah satu penghujatan terhadap Tuhan. Itu adalah satu penghinaan terhadap Tuhan. Karena Tuhan berkata, Tuhan mengasihi manusia dan Tuhan menghendaki manusia untuk percaya dan diselamatkan di dalam Kristus Yesus. Tapi, kita harus lihat dari sisi manusia yang berdosa, oleh karena dosa, maka hatinya menjadi keras, dan kekerasan hatinya itu membuat dirinya menolak Tuhan. Itu yang kitab suci ajarkan kepada diri kita.

Nah, bagaimana kalau ada orang yang ingin mencari Tuhan, ingin datang kepada Tuhan, ingin diselamatkan di dalam Kristus, ingin mengenal Tuhan Allah yang sejati dalam hidup mereka? Maka, Bapak, Ibu boleh dengan tenang hati berkata, ketika seseorang sungguh-sungguh mengejar kebenaran itu, merindukan kebenaran itu, ingin mengetahui Tuhan dan mengenal Tuhan yang sejati di dalam kehidupan mereka, maka dia adalah orang yang tidak mungkin ditinggalkan oleh Tuhan. Dia pasti akan mengenal Tuhan, menemukan Tuhan di dalam hidupnya, dan diselamatkan di dalam Kristus. Nah, kita bisa melihat itu di dalam peristiwa yang terjadi kepada Lidia. Lidia adalah seorang bukan Yahudi, dia adalah seorang Yunani, mungkin. Dan kemudian dia adalah orang yang kaya sekali, tetapi dia mempunyai satu hati yang ingin mengenal Allah yang sejati di dalam hidupnya. Nah, itu mendorong dia datang sampai kepada pertemuan dengan orang-orang perempuan Yahudi, dan dari situ dia mulai bersama-sama berdoa dengan perempuan itu dan belajar Firman dari kitab-kitab dari orang-orang Yahudi. Nah, Bapak,Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang ditemukan oleh Lidia? Apakah dia kemudian mengenal Tuhan Allah yang sejati di dalam Kristus? Alkitab mengatakan iya. Dan apa yang membuat dia bisa mengenal Tuhan Allah yang sejati di dalam Kristus dan akhirnya mendengarkan Injil itu? Jawabannya adalah Tuhan tidak pernah menolak Lidia, dan bahkan demi untuk menyelamatkan Lidia daripada kehidupan berdosa, mungkin bersama perempuan-perempuan lain yang ada di dalam perkumpulan itu, maka Dia mengutus 4 orang yang sangat penting sekali di dalam perkembangan iman Kristen untuk datang dan menginjili Lidia bersama dengan perempuan-perempuan yang lain itu.

Saudara kalau perhatikan dari pasal 16 ayat pertama, di situ ada siapa yang datang? Paulus, Silas, lalu kemudian Timotius. Setelah itu, Paulus, Silas, dan Timotius ketika pergi dalam pelayanan, Tuhan menutup pintu satu demi satu di dalam kota-kota yang ingin mereka kunjungi. Akhirnya mereka pergi ke kota yang bernama daerah Troas. (Kis. 16:7-10) “Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka. Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas. Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan:  ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.” Di Troas, Paulus bertemu dengan Lukas, dan bersama-sama dengan Lukas, mereka kemudian pergi ke Makedonia. Dan itu membuat kita bisa melihat ada 4 orang yang sangat penting sekali di dalam sejarah perkembangan gereja mula-mula, Paulus, Silas, Timotius, maupun Lukas yang yang datang ke Makedonia untuk memberitakan Injil. Dan siapa orang pertama yang ditemukan di Makedonia atau Filipi untuk mendengarkan Injil mereka? Yaitu perempuan yang bernama Lidia ini. Dan dari sini, kita tadi simpulkan, kalau Allah bekerja di dalam hati seseorang atau kalau seseorang itu memiliki satu kerinduan hati yang kita lihat, tanpa melihat ada Tuhan bekerja di dalam hidup dia, tapi dia memiliki satu kerinduan yang besar di dalam hatinya untuk mau mencari Tuhan Allah yang benar, maka dia pasti menemukan kebenaran itu, bahkan Alkitab mengatakan Tuhan akan datang untuk datang mengutus orang atau mengirim orang, bahkan orang yang penting sekali di dalam perkembangan gereja, untuk menginjili orang itu , dan orang itu akan datang dan percaya kepada Kristus.

Jadi, ini menjadi satu kebenaran yang membuat kita tadi katakan kita nggak bisa katakan seperti ini, “Kalau saya tidak mau datang kepada Tuhan, kalau saya belum tergerak untuk datang kepada Tuhan, itu berarti Tuhan belum buka hati saya, belum menggerakkan saya untuk datang kepada Tuhan. Karena itu, yang salah bukan saya, tetapi Tuhan yang salah.” Melainkan yang benar adalah, “Kalau saya tidak tergerak untuk datang kepada Tuhan, saya mengeraskan hati saya walaupun Firman selalu dikabarkan, dan saya hidup dikelilingi oleh Firman Tuhan tapi telinga saya terlalu tertutup, hati saya terlalu keras untuk mau menundukkan diri untuk mentaati perkataan Tuhan, yang menjadi persoalan itu adalah diri kita.” Kita yang salah. Kita yang berdosa. Kita yang mengeraskan hati. Kita yang menolak Tuhan. Bukan karena Tuhan kurang mengasihi diri kita. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini adalah satu hal yang paradoks tetapi kita harus dengan satu kerendahan hati untuk menerima kebenaran ini karena Alkitab menyatakan kebenaran ini kepada diri kita dan kontrolnya tetap ada di dalam Tuhan karena Tuhan adalah Allah yang berdaulat itu.

Dan kita melihat di minggu lalu, yaitu pada waktu Paulus mengabarkan Injil di pinggir sungai itu, maka di situ ada seorang perempuan yang bernama Lidia. Dia kemudian membuka telinganya untuk mendengar perkataan yang dikabarkan kepada diri dia, lalu Tuhan membuka hatinya untuk menerima Injil yang Paulus kabarkan kepada diri dia. Tapi setelah peristiwa itu, ada satu peristiwa lagi yang saya percaya ini juga menjadi satu ciri dari orang-orang yang mendapatkan kasih karunia Tuhan yang kita perlu teladani di dalam hidup kita. Yaitu apa? Yaitu di dalam ayat yang ke-15, kalau Saudara baca, “Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: “Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.” Ia mendesak sampai kami menerimanya.” Jadi setelah percaya, Lidia kemudian menerima baptisan. Itu adalah 1 wujud dari tanda pertobatan yang dia alami di dalam hidup dia.

Saya singgung ini sedikit sebelum kita masuk yang lain ya. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam kehidupan umat Kristen ada 2 sakramen yang diperintahkan oleh Tuhan. 1 adalah sakramen baptisan kudus dan satunya lagi adalah sakramen perjamuan kudus. Saya percaya, ini adalah 2 sakramen yang ketika Tuhan perintahkan, maka orang-orang yang sungguh-sungguh percaya akan Tuhan dan takut akan Tuhan akan melihat signifikansi dari menjalankan 2 sakramen ini. Walaupun itu hanya sekedar air mungkin yang dituangkan ke atas diri kita, dan pertobatan kita atau keselamatan kita itu bukan ditandai dengan kita menerima baptisan itu tetapi karena kita memiliki iman di dalam Kristus Yesus, tetapi karena Tuhan sudah memerintahkan 2 sakramen ini kepada kita, maka kita perlu melihatnya sebagai 2 perintah yang sangat berharga, yang sangat penting untuk kita jalankan di dalam hidup kita. Makanya gereja, ketika melihat perintah ini, gereja menjalankan sakramen baptisan dan sakramen perjamuan kudus. Maka ketika gereja menginjili, lalu ada orang-orang yang percaya kepada Kristus, selain dididik untuk mengerti Firman Tuhan, mengerti iman Kristus atau iman Kristen, siapa itu Kristus dan mengapa saya harus percaya kepada Kristus untuk lebih memahami kebenaran dari Kitab Suci dan apa yang menjadi kehendak Tuhan, dia kemudian diminta untuk memberi diri dibaptis di hadapan Tuhan dan di hadapan seluruh jemaat Tuhan. Karena ini adalah sesuatu yang Tuhan perintahkan. Karena ini adalah sesuatu yang Tuhan kehendaki. Dan itu membuat kita yang takut akan Tuhan juga akan menghendaki apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan di dalam hidup kita.

Nah, saya lanjutkan ya. Setelah Lidia itu dibaptis, apa yang dia lakukan? Dia kemudian dikatakan, meminta Paulus beserta dengan teman-temannya, rekan-rekan sepelayanannya untuk tinggal di rumah dia. Dan istilah yang digunakan untuk tinggal di rumah dia, meminta untuk tinggal di rumah dia itu bukan cuma sekedar tawaran basa-basi, “Paulus, sudah ada tempat tinggal belum? Kalau belum ada tempat tinggal, rumah saya terbuka untuk engkau tinggal bersama dengan rekan-rekanmu.” Kalau Paulus menjawab, “Oya, terima kasih ya. Kami masih ada satu kesibukan yang lain. Ini ada tempat yang lain yang kami harus pergi. Kami nggak bisa tinggal di tempat ini.” Lalu Lidia berkata, “Oya, kalau begitu lain kali ya, Paulus.” Lalu melepas mereka pergi. Bukan seperti itu. Tetapi ketika Lidia meminta Paulus untuk tinggal di rumahnya bersama dengan rekan-rekannya, istilah Yunani yang dipakai, yang diterjemahkan menjadi bahasa Indonesia “mendesak” itu berarti Lidia sungguh-sungguh ”memaksa” Paulus dan rekan-rekannya harus tinggal di rumah dia. Jadi dia mendorong, terus-menerus membujuk, bahkan sedikit ngotot untuk membuat Paulus atau mendesak Paulus dan rekan-rekannya untuk tinggal di rumah dia.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini bukan sekedar menerima seorang hamba Tuhan di dalam rumahnya untuk bisa tinggal bermalam di situ, lalu kemudian besoknya melanjutkan perjalanan, tapi kalau Bapak, Ibu bandingkan dengan ayat yang ke-40 di dalam pasal yang ke-16, maka kita akan menemukan ternyata rumah Lidia itu juga kemudian hari digunakan untuk menjadi tempat orang-orang Kristen yang percaya kepada penginjilan Paulus kumpul di situ dan belajar Firman, serta beribadah kepada Tuhan di tempat itu. Ayat 40, “Lalu mereka meninggalkan penjara itu dan pergi ke rumah Lidia; dan setelah bertemu dengan saudara-saudara di situ dan menghiburkan mereka, berangkatlah kedua rasul itu.” Jadi pada waktu Paulus tiba di situ, kenapa pergi ke rumah Lidia? Karena di situ ada kalimat, ”Di situ ada saudara-saudara yang berkumpul.” Kelihatannya tempat itu, bahwa setelah menjadi tempat di mana Lidia bertobat, percaya kepada kristus, itu juga menjadi satu tempat di mana orang Kristen kemudian datang dan beribadah kepada Tuhan dan mempelajari kebenaran Firman Tuhan.

Jadi, rumah orang yang percaya kepada Tuhan adalah rumah yang akan dibuka untuk orang lain hadir dan ada bersama-sama dengan diri mereka. Saya percaya, ini adalah sesuatu yang Kitab Suci nyatakan kepada kita. Dan ini adalah 1 prinsip yang bukan hanya ada di dalam bagian ini saja, tetapi ini adalah 1 prinsip yang walaupun sepertinya di dalam Perjanjian Lama tidak terlalu jelas dinyatakan, walaupun saya bisa tunjukkan ayatnya kalau mereka menyatakan secara jelas prinsip ini. Tetapi, Bapak, Ibu bisa lihat bagaimana kehidupan dari orang-orang beriman, bapa-bapa rohani kita ketika mereka melihat ada orang asing yang hadir di tempat mereka tinggal atau ketika mereka bertemu dengan orang asing di dalam lingkungan di mana mereka tinggal itu. Dan Saudara bisa lihat itu mulai dari mana? Yaitu sebelum misalnya Taurat Musa diberikan, pada waktu Bapa Abraham duduk di bawah pohon tarbantin. Di situ dia lihat ada 3 orang datang kepada diri dia, dan ketika dia melihat 3 orang itu, dia langsung meminta 3 orang itu datang ke kemahnya, beristirahat di kemahnya, lalu setelah itu, dia memerintahkan kepada Sara, istrinya untuk mengolah binatang, memasaknya, lalu kemudian menjamu ketiga tamu ini. Dan pada waktu dia menjamu ketiga tamu ini, Alkitab menyatakan, kita ketahui ternyata di antara ketiga tamu ini, 1 adalah Tuhan Yesus, yang 2 lagi adalah malaikat Tuhan. Itu yang terjadi. Lalu yang kedua adalah kita bisa lihat, setelah 2 orang dari 3 tamu Abraham itu pergi, yang merupakan 2 malaikat ini pergi meninggalkan Abraham menuju Sodom dan Gomora, pada waktu mereka tiba di Sodom dan Gomora, mereka kemudian sepertinya tidak disambut oleh orang-orang yang ada di dalam kota itu, kecuali ada 1 orang yang menyambut mereka yaitu Lot. Lot menerima 2 orang ini, lalu tinggal di rumah dia, walaupun pada malam itu orang-orang 1 Kota Sodom itu datang untuk mau mengambil 2 orang ini, lalu kemudian mau melakukan hal-hal yang jahat atau menyetubuhi kedua malaikat ini. Tapi, di situ paling tidak kita melihat orang yang kudus adalah orang yang membuka rumahnya untuk orang lain tiba atau untuk orang lain datang, untuk menjamu mereka, untuk tinggal bersama-sama dengan diri mereka.

Saudara bisa melihat prinsip ini dari sebelum Musa memimpin Israel keluar dari tanah perjanjian dan bahkan ketika Musa membawa bangsa Israel masuk ke dalam tanah perjanjian, Musa juga memberikan prinsip yang sama kepada orang-orang Israel berkaitan dengan ini. Saudara boleh perhatikan di dalam Imamat 19:33. (Imamat 19:33-34) “Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah kamu menindas dia. Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu.”  Jadi, orang Israel punya 1 hukum di dalam hidup mereka, mereka harus memperlakukan orang asing dengan baik, janda miskin dengan baik. Mengapa orang asing dan janda itu harus diperhatikan di tengah-tengah umat Israel? Karena di tanah Israel, orang asing nggak mungkin memiliki tanah dan janda tidak bisa memiliki tanah juga karena yang menjadi pewaris dari tanah adalah laki-laki di dalam keluarga itu. Walaupun Musa memberikan 1 peraturan pengecualian kalau 1 keluarga punya anak perempuan saja, maka anak perempuan itu harus diperlakukan seperti anak laki-laki di dalam mewarisi tanah perjanjian. Tetapi kalau dia secara normal lahir sebagai seorang keluarga yang memiliki anak laki-laki dan anak perempuan, maka anak laki-laki yang akan menjadi pewaris di dalam tanah perjanjian itu, tetapi anak perempuan akan menikah dengan anak laki-laki lainnya yang mewarisi tanah perjanjian yang lain. Nah, ketika suaminya itu mengalami kematian, kalau misalnya, andaikata dia punya keluarga juga tidak ada anak laki-laki atau dia tidak punya keluarga laki-laki lagi, maka perempuan ini menjadi perempuan yang sangat-sangat menyedihkan sekali, sangat-sangat perlu dikasihani sekali karena dari situ dia tidak punya lagi kekuatan ekonomi di dalam hidup dia. Itu yang terjadi di dalam kehidupan orang-orang Israel di tanah perjanjian.

Itu sebabnya Tuhan memberikan 1 perintah kepada orang-orang Israel melalui Musa, “Ketika engkau masuk ke dalam tanah perjanjian, engkau tidak boleh berlaku jahat kepada orang-orang yang merupakan janda ataupun orang asing.” Karena mereka tidak mungkin bisa berusaha, meereka tidak bisa mengolah tanah, mereka tidak bisa bercocok tanam, mereka tidak bisa berjual beli. Dari mana mereka mendapatkan uang dan bisa mendapatkan kehidupan? Itu sebabnya orang-orang Israel harus memperhatikan kebutuhan mereka dengan cara apa? Ambil contoh, kalau mereka menyabit gandum di ladang mereka atau memetik buah anggur di kebun mereka, mereka tidak pernah boleh membabat habis semuanya tanpa sisa. Mereka harus menyisakan dari hasil panen mereka. Mereka tidak boleh mutar balik untuk mengambil kembali sisa itu supaya orang-orang miskin ini, baik janda ataupun orang asing yang ada di tanah mereka itu kemudian bisa memanen sisa itu dan kita tidak boleh memenjarakan orang itu atau menghukum orang itu, karena ini menjadi regulasi yang Tuhan perintahkan. Saya percaya di situ ada maksud yang baik. Pertama adalah membuat orang yang miskin itu tidak malas dan hanya menerima uang dari orang yang memiliki kemampuan dalam hidupnya tetapi dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dia dan Tuhan menyediakan ladang untuk dia bekerja dan hasil untuk dia dapatkan untuk mencukupi kebutuhan dia. Yang kedua adalah pada waktu dia bekerja, Tuhan menyiapkan ladang atau hasil untuk dia bisa menikmati kecukupan di dalam kekurangan dia itu maka, di situ dikatakan, “Tuhan yang menyediakan itu.” Saya percaya, ini menjadi 1 hal yang membuat kita melihat secara lebih jelas. Ketika Saudara bekerja, mengapa Saudara dapat gaji? Mengapa Saudara dapat pelanggan? Mengapa Saudara mendapatkan penghasilan di dalam usaha Saudara? Jawabannya adalah karena Tuhan sudah menyediakan terlebih dahulu berkat itu kepada diri kita. Tapi yang ketiga adalah hal yang tidak kalah penting juga adalah pada waktu Saudara sebagai tuan tanah atau tuan yang memiliki sesuatu kekayaan yang lebih daripada orang lain atau berkat yang lebih daripada orang lain, maka di situ Tuhan ingin mendidik kita untuk memiliki 1 hati yang penuh dengan belas kasih kepada orang lain atau sesama kita yang ada di dalam kesulitan. Kita nggak pernah boleh mengatakan, “Ini adalah uang dari hasil usaha saya. Saya mau simpan untuk kepentingan diri saya. Semuanya adalah untuk kebutuhan saya. Orang lain itu adalah urusan mereka sendiri.” Tetapi di situ, Tuhan mendidik orang-orang Israel atau umat Allah untuk memiliki hati yang mau memperhatikan orang miskin dan berbelas kasih untuk menolong mereka di dalam kesulitan yang mereka hadapi di dalam hidup mereka. Saya percaya ini adalah 1 prinsip yang harus kita teladani sebagai umat Tuhan, karena ini adalah sesuatu yang baik untuk iman kita. Satu kehidupan yang baik untuk menyatakan cinta kasih Allah atau belas kasih Allah, kemurahan Allah di dalam kehidupan kita, dan berkat Allah yang diberikan kepada kita kepada orang lain yang membutuhkan berkat itu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, selain dari Perjanjian Lama, ternyata Alkitab di dalam Perjanjian Baru juga menyatakan hal yang sama. Kalau Saudara perhatikan di dalam Ibrani 13:2, di situ penulis Ibrani mengatakan kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan harus membuka rumah kita kepada orang yang asing. Tujuannya untuk apa? Ya tentunya menyatakan keramahan kita, menjadikan itu sebagai 1 kesempatan untuk bersaksi bagi nama Tuhan. Tetapi di sini ada motivasi yang Tuhan berikan untuk kita lebih giat melakukan hal itu, yaitu ketika kita menyambut orang asing datang ke rumah kita, jangan-jangan yang kita sambut itu adalah malaikat. Saudara bisa perhatikan di dalam Ibrani 13, saya baca dari ayat 1, lalu ayat 2 kita baca bersama-sama ya, ”Peliharalah kasih persaudaraan! Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.” Jadi,pada waktu kita melakukan 1 kebaikan, untuk memotivasi kita untuk lebih punya 1 belas kasih dan kebaikan kepada orang lain dengan mengatakan, “Tahu tidak, yang datang, yang kamu tidak kenal itu mungkin adalah malaikat Tuhan, dan kamu sedang menjamu malaikat itu ketika kita menerima mereka di rumah  kita.” Dan itu kita bisa lihat di dalam peristiwa tadi saya kutip di dalam Kejadian, waktu Abraham duduk-duduk di bawah pohon Terbantin, maka ada malaikat yang datang  kepada diri dia, dan bahkan ada Tuhan yang  datang kepada diri dia dalam wujud manusia. Itu bukan inkarnasi, tetapi di dalam Perjanjian Lama, teologi ini dinamakan teofani, Tuhan menyatakan dirinya seperti manusia dengan tubuh manusia kepada manusia. Kalau inkarnasi adalah Tuhan betul-betul datang ke dalam dunia, menjadi manusia, sama seperti kita dengan tubuh manusia, tubuh fisik yang kita miliki ini. Itu ya, kecuali Dia tidak berdosa.

Jadi, kenapa kita harus menyambut orang asing? Karena itu melatih belas kasih di dalam hidup kita. Mengapa kita harus menyambut orang asing? Karena dari situ ada 1 pelayanan yang Tuhan ingin kita bisa berbagian di dalamnya mungkin, untuk menjamu malaikat ataupun Tuhan sendiri. Dan mengapa kita harus melakukan belas kasih atau menyambut orang asing di dalam rumah kita? Jawabannya adalah, ya saya kira ini menjadi hal yang penting, yaitu karena Tuhan ingin kita membuka keluarga kita untuk disaksikan orang, kehidupan keluarga kita seperti apa, kehidupan di dalam iman sebagai orang Kristen yang membangun keluarga itu seperti apa. Ada cinta kasih tidak? Ada pengampunan tidak? Ada belas kasih tidak? Ada kemurahan tidak? Ada takut akan Tuhan tidak? Dan itu menjadi sebuah kesempatan yang sangat besar sekali untuk bisa menginjili orang-orang itu. Mungkin kalau kita mau bicara di dalam konteks jaman ini, kita bisa ngomong dengan gampang seperti, “Mungkin di jaman itu tidak ada penginapan, sedangkan di tempat kita ada penginapan, maka di situ orang-orang harus menyambut orang asing yang datang ke rumahnya.”  Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada jaman itu juga ada penginapan, tetapi memang penginapannya berbeda dengan jaman kita saat ini. Di tempat kita saat ini,kalau kita datang ke hotel, hotel itu bagus, baik, nyaman, tergantung mungkin bintangnya seperti itu ya. Tetapi di dalam jaman itu, ketika seseorang datang ke hotel, maka hotel itu biasanya kotor. Kedua, sangat mahal dan identik dengan pelacuran. Makanya, orang kalau pergi menempuh perjalanan ke luar kota, mereka biasanya tidak terlalu suka menginap di hotel. Tetapi, kecuali terpaksa mereka menginap di situ. Nah, kesempatan itu seringkali digunakan oleh umat Allah atau orang Kristen untuk menerima orang-orang ini ke dalam rumahnya untuk menjadi kesempatan menyaksikan Injil kepada diri mereka. Saya percaya di dalam konteks jaman kita ada kemungkinan itu, tentunya Saudara bisa dengan hati-hati seperti itu. Tetapi paling tidak, mungkin nggak menginap di rumah tapi mungkin Saudara bisa membuka rumah Saudara untuk menyambut orang datang ke dalam rumahmu untuk bisa turut berbagian di dalam kebahagiaan dan satu kebaikan yang Tuhan berikan di dalam kehidupan kita sebagai orang percaya.

Nah Saudara, mengapa kita harus melakukan hal ini lagi? Selain dari semua itu, mungkin saya bisa mengatakan ada motivasi yang bisa mendorong kita lebih kuat untuk melakukan kebaikan di dalam kehidupan kita atau membuka rumah kita, yaitu pada waktu kita melakukan kebaikan itu, tadi di dalam Ibrani dikatakan mungkin Saudara sedang menjamu malaikat yang Tuhan utus datang ke rumahmu. Tetapi Saudara, Alkitab juga mengatakan, ada yang jauh lebih berharga daripada malaikat, ketika Saudara menyambut orang asing datang ke rumahmu, yaitu Saudara diberi kesempatan untuk menjamu Tuhan sendiri. Nah, Saudara bisa lihat ini di mana? Matius 25. Ketika di hari penghakiman, orang-orang yang merupakan anak Tuhan dan bukan anak Tuhan berkumpul di hadapan Tuhan, maka di situ Tuhan kemudian berkata kepada kelompok dari domba-domba, “Mari masuk ke tempatku ini.” Tetapi kepada kambing, Tuhan kemudian mengusir mereka dan mengenyahkan mereka dari hadapan Tuhan, melempar mereka ke dalam hukuman kekal. Nah, pada waktu Tuhan memanggil mereka, mereka bertanya kepada Tuhan, “Apa yang sudah kami lakukan”- khususnya dari anak-anak Tuhan – “untuk bisa dapat masuk ke dalam kerajaan kekal atau kerajaan Surga?” Saudara bisa buka di dalam Matius 25:34. (Mat 25:34-40) “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”

Siapa yang menjadi saudara-Ku yang paling hina ini? Penafsir yang baik mengatakan itu adalah orang Kristen, itu adalah umat Allah. Jadi pada waktu kita menyambut orang Kristen yang lain, umat Allah datang ke rumah kita, kita melakukan kebaikan kepada diri mereka, maka Tuhan secara khusus menyatakan bahwa itu berarti kita menyambut Tuhan sendiri di dalam rumah kita. Dan Tuhan memperhitungkan itu di dalam kekekalan sebagai 1 upah karena kebaikan yang kita lakukan untuk menyambut diri Dia di dalam rumah kita. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini dikatakan Paulus di dalam 1 Kor. 6, mengapa kita bisa dikatakan menyambut Tuhan? Karena pada waktu kita percaya kepada Kristus, maka pada waktu itu Tuhan memberikan kita kesatuan dengan Roh Kristus. Nah, pada waktu kita adalah satu dengan Roh Kristus, berarti semua orang Kristen di dalam dunia ini adalah 1 dengan Kristus. Kalau kita menerima orang Kristen yang bukan bagian dari keluarga kita di dalam rumah kita, itu berarti kita menerima Kristus sendiri di dalam keluarga kita atau di dalam rumah kita. Ini yang saya lihat sebagai hal yang harusnya menjadi kerinduan di dalam hidup kita ya. Kita sering kali mungkin berpikir, “Ya, siapa yang nggak mau menerima Tuhan. Kalau saya yang tau yang datang itu adalah Tuhan, saya pasti menerima Tuhan. Kalau yang datang itu adalah malaikat, dan saya tau itu adalah malaikat, saya pasti menerima malaikat itu di dalam rumah saya.” Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab juga menyatakan, nggak usah susah-susah, lakukan itu, dan Saudara juga tidak perlu bertanya-tanya ini Tuhan, atau ini malaikat, atau tidak, setiap kali Saudara menyambut orang Kristen di dalam rumahmu, maka Saudara menyambut lebih dari sekedar malaikat di rumahmu, melainkan Saudara menyambut Tuhan sendiri di dalam rumahmu.

Makanya saya lihat kehidupan orang Kristen yang sungguh-sungguh saleh kepada Tuhan, yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, biasanya mereka akan membuka pintu rumah, menjamu orang untuk datang, senang kalau ada anak Tuhan yang mengunjungi, dan terutama orang-orang yang menjadi pelayan Tuhan di dalam dunia ini. Alkitab secara khusus memberikan perintah itu, kalau Saudara perhatikan di dalam Injil Matius atau pun di dalam Injil Lukas, orang yang diutus oleh Tuhan untuk pergi memberitakan Injil, mereka adalah orang-orang yang tidak boleh membawa bekal makanan ataupun uang pada waktu itu. Tetapi mereka hanya boleh membawa pakaian yang dikenakan mereka, kasut yang ada di kaki mereka, tongkat yang ada di tangan mereka, lalu mereka pergi ke kota-kota yang ada di Israel, dan pada waktu mereka pergi ke kota-kota yang ada di Israel, maka siapa yang menyambut engkau, tinggallah di situ sampai engkau pergi melanjutkan perjalananmu ke kota yang lain. Tetapi kalau tidak ada satu orang pun yang mau menerima engkau di situ, Tuhan Yesus berkata, “Keluar dari kota itu, kebaskan debu yang ada di kakimu, lalu pergi meninggalkan kota itu.” Saudara, kebaskan kaki itu menandakan satu penghakiman yang akan Tuhan berikan kepada kota itu karena menolak hamba-Nya datang ke dalam kota itu untuk memberitakan Injil. Tetapi penerimaan yang diberikan adalah sesuatu yang dihargai oleh Tuhan, dan berkat Tuhan ada di antara mereka.

Jadi apa yang menjadi satu aplikasi nyata di dalam kehidupan orang Kristen ketika kita percaya kepada Kristus? Saya percaya Alkitab mengatakan kasih itu menjadi unsur yang penting yang harus ada di dalam kehidupan orang Kristen makanya Yohanes berkata anak Tuhan itu ditandai dengan ciri saling mengasihi satu dengan yang lain. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa bukti kita mengasihi? Salah satu dari bentuk aplikasi mengasihi saudara kita yang takut akan Tuhan atau di dalam iman yaitu kita membuka pintu rumah kita untuk menyambut mereka hadir bersama-sama dengan kita. Sekali lagi saya katakan, ini adalah satu tindakan yang Tuhan senangi, dan ini adalah satu tindakan yang memberi kesempatan bagi diri kita untuk menyaksikan Injil Kristus kepada orang yang datang ke dalam rumah kita, atau kita terima di dalam rumah kita itu. Saya kira ini adalah sesuatu yang kita boleh belajar terapkan di dalam kehidupan kita. Rumah kami sendiri selalu terbuka untuk siapa saja yang mau hadir di rumah, untuk datang berkunjung atau bahkan kalau ada orang dari luar kota kadang-kadang mau menginap, kita membuka diri untuk mereka bisa menginap di rumah. Itu adalah satu kebiasaan yang kita sudah jalankan cukup lama di dalam kehidupan keluarga kami sebagai orang Kristen. Dan saya percaya itu menjadi sesuatu yang kita perlu juga pelajari dan kita perlu pertumbuhkan di dalam kehidupan Kristen kita ya kalau kita belum menjalankan itu.

Lalu setelah peristiwa itu, Paulus kemudian dikatakan di dalam ayat 16, mungkin pergi melayani, tetapi ketika dia kembali lagi ke tempat di mana orang-orang Yahudi dan Lidia dulu dia pernah temui itu berkumpul, maka di situ hadir seorang perempuan yang dikatakan mempunyai roh tenung, dengan tenungan-tenungannya tuan-tuannya memperoleh penghasilan besar. Jadi di antara orang-orang yang datang ke situ ternyata ada satu perempuan yang memiliki kemampuan untuk menenung atau kemampuan untuk menyatakan satu oracle ya atau sesuatu penglihatan atau sesuatu bijaksana yang dipercaya bersumber dari dewa Apolos. Ini memang tidak muncul di dalam bahasa Indonesianya, tetapi kalau Saudara lihat di dalam bahasa Inggris atau terjemahan bahasa Yunaninya, maka di situ dikatakan perempuan ini adalah seorang yang memiliki roh phyton atau roh ular yang dipercaya sebagai ular yang menjaga tempat yang bernama Delphi. Dan pada waktu itu Apolos menaklukkan dan membunuh ular itu dan ular ini adalah ular yang menjaga oracle yang ada di Delphi itu. Sehingga sejak ular itu mati, maka Apolos lah yang menjadi penunggu dari Delphi itu. dan semua orang yang menjadi imam-imam yang menyatakan bijaksana yang berasal dari Delphi dipercaya sebagai seorang yang menyuarakan perkataan Apolos di dalam perkataan yang disampaikan oleh imam-imam itu.

Nah perempuan ini adalah orang salah satu dari imam itu. Dia datang ke tempat itu untuk apa? Ada yang mengatakan inilah cara iblis bekerja, dia tidak pernah ketinggalan kereta, dan di mana Tuhan bekerja, di mana nama Tuhan dinyatakan, di mana Injil kerajaan Allah mulai berkembang, di situ iblis pasti masuk ke sana dan berusaha untuk merusaknya. Tetapi Saudara, pada waktu kita berbicara iblis datang ke situ untuk merusak pekerjaan Paulus dan yang lainnya, ada satu hal yang aneh di situ yang muncul, dari perkataan yang disampaikan oleh perempuan ini. Dia berkata bahwa mereka ini adalah orang hamba Allah yang maha tinggi, mereka memberitakan kepadamu jalan kepada keselamatan. Jadi pada waktu si perempuan tenung ini berbicara tentang Paulus, Silas, Timotius ataupun Lukas, dia mengindentifikasi Paulus, Lukas, Silas dan Timotius secara benar tidak? Jawabnya benar, bahwa mereka ini adalah orang-orang hamba Allah yang maha tinggi. Hamba Allah maha tinggi itu adalah satu istilah yang sering digunakan di dalam Perjanjian Lama juga untuk menunjukkan Allah yang maha tinggi, Allah dari pencipta langit dan bumi, Allah dari bapa Abraham, Ishak dan Yakub. Ini adalah Allah yang maha tinggi itu yang datang, dan mereka itu adalah utusan-Nya karena itu kita harus mendengarkan orang-orang ini.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, itu sebabnya saya kira ya, saya juga pikir, mengapa Paulus itu dan teman-temannya satu waktu diam tidak menanggapi perempuan ini? Karena perempuan ini mengatakan kalau mereka adalah hamba Allah yang maha tinggi. Tetapi setelah satu waktu kemudian Paulus sudah tidak tahan lagi, lalu Paulus kemudian menghardik roh yang ada di dalam perempuan itu untuk keluar meninggalkan perempuan itu. Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dari sini kita ketahui apa? Yaitu pertama adalah pada waktu kita berbicara satu pekerjaan Tuhan itu bersumber dari Tuhan atau tidak, maka kita harus memiliki satu kemampuan yang lebih peka atau lebih kritis untuk menilai apa yang ada di hadapan mata kita. Kita harus betul-betul sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan meminta kepada kita memberi kepekaan untuk membedakan roh di dalam hidup kita seperti yang dikatakan di dalam 1 Yoh. 4. Mengapa? Karena ketika kita melihat seseorang melayani Tuhan, ketika kita lihat ada orang yang memberitakan Firman Tuhan, atau ketika kita melihat ada orang yang melakukan satu keadaan supranatural tertentu di dalam pelayanan yang dia lakukan, maka kalau dia lakukan itu di dalam nama Yesus Kristus, atau di dalam nama Tuhan Allah yang maha tinggi, Saudara jangan terlalu cepat langsung menyetujui kalau yang datang itu adalah utusan Tuhan. Mengapa? Karena di dalam peristiwa ini seorang perempuan bisa memberitakan mereka adalah utusan Allah yang maha tinggi, tetapi Paulus tau bahwa roh yang membuat perempuan ini menyatakan bahwa mereka adalah utusan Allah yang maha tinggi itu bukan bersumber dari Tuhan tetapi dia bersumber dari roh tenung itu atau roh phyton itu atau roh yang para penafsir katakan atau kita juga mengerti di dalam Kitab Suci sebagai roh iblis yang menyampaikan perkataan itu.

Jadi kita harus punya kepekaan yang lebih jauh dari hanya sekedar melihat, “Oh dia di dalam gereja. Dia menyatakan nama Tuhan maka hal itu terjadi, berarti dia bersumber dari Tuhan.” Tapi Alkitab berkata roh iblis pun bisa melakukan kebenaran ini atau peristiwa ini atau kejadian ini. Roh iblis pun bisa sepertinya mengungkapkan atau menyatakan sepertinya kebenaran kepada orang-orang yang merupakan umat Allah. Mengapa begitu? Karena di dalam 2 Kor. 11 dikatakan iblis pun bisa menyamar sebagai malaikat terang. Dan di dalam Kisah Rasul yang kita sudah bahas karena iblis pun ketika bekerja dia tidak selalu menggunakan cara-cara dari luar untuk menghancurkan gereja Tuhan, tetapi dia menggunakan cara-cara dari dalam juga untuk menghancurkan gereja Tuhan, yaitu menyusup sebagai seperti seorang domba tetapi dia adalah serigala atau menyusup sebagai seperti umat Tuhan atau hamba Tuhan tetapi sebenarnya dia adalah utusan iblis lalu kemudian dia menyampaikan hal-hal yang sepertinya adalah kebenaran yang bersumber dari Tuhan tetapi sebenarnya dia memiliki suatu tujuan yang lain. Nah tujuan yang lain ini saya percaya membuat Paulus kemudian menghardik perempuan ini untuk mengusir setan yang ada di dalam diri perempuan itu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam kitab Filipi ada kalimat seperti ini ya, “Ada orang yang memberitakan Injil dengan motivasi yang sungguh-sungguh tulus. Tapi ada orang yang memberitakan Injil dengan satu motivasi untuk menambahkan beban atau menambah hukuman saya menjadi lebih berat, atau membuat hukuman saya menjadi lebih berat.” Lalu Paulus berkata, “Bagaimana itu? Aku nggak masalah. Kalau mereka memberitakan Injil dengan satu motivasi yang baik, aku bersyukur kepada Tuhan. Tetapi kalau mereka memberitakan Injil dengan satu tujuan untuk lebih memberatkan hukuman yang saya alami, saya juga nggak masalah, karena yang penting nama Tuhan diberitakan.” Seperti itu. Nah Saudara boleh menerapkan prinsip ini nggak? Hamba Tuhan ini siapa? Ya hamba iblis, tetapi, dia memberitakan kebenaran tentang kalau Paulus dan yang lain itu adalah utusan dari Allah yang maha tinggi. Kalau dia adalah utusan dari Allah yang maha tinggi, dan ini hamba iblis ini kemudian mempromosikan Paulus sebagai utusan dari maha tinggi itu, bukankah itu lebih memperlancar pelayanan? Itu lebih membuka peluang bagi orang-orang Yunani yang sebelumnya tidak ada sangkut pautnya dari kehidupan orang-orang Yahudi, membuka telinganya untuk mendengarkan pekabaran Injil yang Paulus beritakan kepada mereka. Dan nama Tuhan dinyatakan kan?

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya iblis tidak sebodoh itu ya. Kalau kita lihat di dalam Yohanes 8, maka di situ Yesus berkata iblis itu adalah bapa segala dusta. Dan kalau dia adalah bapa segala dusta, maka dia akan menyampaikan hal-hal yang menjadi kebohongan, atau hal-hal yang menyesatkan. Tetapi kalau dia menyampaikan hal-hal yang menyesatkan, kita mengertinya seperti apa? Kita jangan berpikir seperti ini, “Oh kalau iblis adalah bapa kebohongan segala dusta, dia menyampaikan hal-hal yang menyesatkan, itu berarti bahwa yang dia ngomong selalu salah, yang dia ngomong itu adalah sesuatu yang merupakan dusta, yang dia ngomong itu adalah hal yang tidak benar dan kita bisa dengan gampang sekali untuk membedakannya.” Jawabannya adalah iblis tidak sebodoh itu. Jadi bagaimana caranya? Kalau Saudara gabungkan dengan 2 Kor. 11, maka Saudara akan mendapatkan cara kerja iblis adalah ketika dia ingin menyesatkan orang-orang Kristen dengan cara bukan dari luar tetapi pertama dari dalam masuk, itu berarti dia pasti akan menggunakan kebenaran juga untuk menipu orang-orang Kristen. Tapi persoalannya adalah sebagai hamba Tuhan kita harus belajar untuk menyatakan seluruh kebenaran Tuhan secara utuh. Kalau Saudara bandingkan dengan, nanti kita masuk ke dalam Kisah Rasul agak ke belakang, Paulus ketika bertemu dengan orang-orang yang merupakan penatua Efesus sebelum dia pergi ke Yerusalem lalu tidak pernah kembali lagi, dia berkata kepada penatua Efesus itu, “Saya tidak lalai di dalam menjalankan tugas saya, saya mengajarkan seluruh kebenaran Tuhan kepada engkau. Jadi sebelum saya pergi seluruh penatua di Efesus sudah mengerti segala kebenaran yang Tuhan wahyukan kepada gereja-Nya melalui pelayanan yang Paulus berikan kepada diri mereka. Itu yang terjadi.

Tetapi kalau hamba Tuhan yang palsu yang ada roh iblis yang menyusup ke dalamnya di situ, mereka melayani Tuhan bagaimana? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, satu sisi mereka pasti seperti perempuan ini yang berusaha mengabarkan kebenaran, tetapi di dalam kebenaran yang mereka kabarkan ada hal-hal yang salah yang dimasukkan ke dalam berita yang mereka juga kabarkan. Ambil contoh ya, misalnya kalau kita bicara dari range angka 0 sampai angka 10, kalau Saudara melihat iblis itu adalah bapa segala dusta, kalau kebenaran itu adalah dari 0 sampai 10, 10 itu adalah kebenaran sepenuhnya, maka Bapak, Ibu jangan bayangkan iblis itu menyampaikan 0, nggak ada kebenaran sama sekali. Tetapi yang dia akan lakukan adalah menyampaikan kebenaran di angka mungkin 8, di angka 9, seperti itu, tetapi sisanya adalah ketidakbenaran yang disampaikan kepada orang-orang Kristen. Akibatnya apa? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, akibatnya adalah kita tidak akan punya kemampuan untuk bisa membedakan mana yang benar mana yang salah. Saya sering kali dengar orang kaya gini ngomong, “Semua gereja nggak masalah, sama aja semuanya. Bukankah semua gereja juga beribadah kepada Kristus? Semua gereja itu adalah gereja yang baik? Yang penting adalah kita yang mendengarkan Firman itu bisa memilah perkataan yang disampaikan dari mimbar Tuhan, mana yang kita terima, mana yang kita tolak.” Seperti itu. Satu sisi itu adalah benar, kita harus punya kepekaan seperti itu. Tetapi ada sisi lain yang sangat berbahaya sekali kalau Bapak, Ibu biasa duduk mendengar pendeta yang menyampaikan Firman yang tidak setia dan tidak sungguh-sungguh merendahkan diri untuk mencari kebenaran Tuhan dan berusaha untuk mengetahui sedalam-dalamnya kebenaran Tuhan supaya dia bisa menyampaikan Firman Tuhan dengan setia bukan dengan sengaja ya. Dengan sengaja untuk menyampaikan Firman Tuhan dengan setia bukan dengan sengaja untuk melakukan satu kesalahan maka orang itu adalah orang yang saya percaya harus didengarkan oleh Bapak, Ibu. Tetapi kalau dia adalah seorang yang tidak sungguh-sungguh belajar Firman, lalu di balik dia memberitakan Firman ada motivasi-motivasi lain yang tidak beres di hadapan Tuhan, yang berkaitan dengan kepentingan diri, lalu ketika dia menyampaikan Firman Tuhan, Bapak, Ibu jangan berpikir kalau Bapak, Ibu, Saudara duduk di dalam gereja itu Bapak, Ibu bisa mendapatkan kemampuan untuk memilah mana yang benar mana yang tidak benar. Kebenaran itu baru bisa muncul dan menjadi sesuatu yang mungkin stock untuk kita menguji kalau kita sungguh-sungguh membiasakan diri di dalam mendengarkan kebenaran-kebenaran yang tepat yang Alkitab ajarkan. Tapi kalau kita membiasakan diri untuk mendengar benar, benar, benar, ada salahnya, benar, benar, benar, ada salahnya, dan salahnya itu adalah sesuatu yang memang disengaja masukkan ke situ, saya pakai istilah sengaja ya, dan semoga yang orang menyampaikan kesalahan itu bukan karena sengaja, kaya gitu, tapi kalau dengan sengaja menyampaikan ada salah di situ, di balik kebenaran, maka Bapak, Ibu jangan kira Bapak, Ibu bisa memilah dan mengetahui yang itu salah, yang ini benar. Yang terjadi adalah Bapak, Ibu akan diombang-ambingkan, dan dibingungkan harus memutuskan mana yang benar, mana yang salah.

Itu dikatakan di dalam Efesus 4, ketika Tuhan memberikan ke dalam gereja-Nya orang-orang yang menjadi pelayan, ada yang rasul, nabi, penginjil, gembala, pengajar, seperti itu, maka tujuan Tuhan memberikan pengajaran itu adalah untuk kita masuk ke dalam segenap kebenaran dan pengenalan tentang Kristus. Bukan selalu diombang-ambingkan di dalam kebingungan. Dan di dalam Efesus 4 itu dikatakan untuk bisa kita makin dewasa di dalam segala kebenaran tentang Tuhan dan pengenalan kita akan Tuhan, maka para hamba Tuhan yang dipanggil oleh Tuhan untuk memberitakan Injil harus dengan setia memberitakan kebenaran Firman Tuhan. Kalau tidak, apa Efesus 4 katakan? Kalau tidak, yang terjadi adalah kehidupan kita yang selalu diombang-ambingkan di dalam kondisi rohani yang masih bayi atau anak-anak. Dan itu Saudara bisa lihat di dalam surat Galatia, Paulus berkata, “Mengapa engkau begitu lekas meninggalkan imanmu, pengajaran yang aku berikan, dan mengikuti satu injil lain yang sebenarnya bukan Injil tetapi itu adalah sesuatu yang dilempar ke dalam neraka dan termasuk dengan orang-orang itu. Mengapa engkau dengan begitu gampang diselewengkan? Mereka bukan mengabarkan yang benar tetapi mereka berusaha menyesatkan engkau, membuat engkau diselewengkan daripada kebenaran.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi oleh Tuhan memang orang percaya sejati imannya tidak akan hilang, keselamatannya tidak akan hilang, tetapi orang percaya sejati tetap bisa diselewengkan di dalam pengertiannya akan kebenaran-kebenaran yang Alkitab katakan, dan itu membuat rohaninya tidak pernah menjadi orang yang dewasa di dalam iman kalau dia biasa mendengarkan atau membuka telinga untuk tidak biasa me-discern mana yang benar, mana yang tidak benar. Apalagi persentase orang Kristen yang baca Alkitab sangat sedikit sekali. Jadi kita perlu membiasakan diri mendengar. Dan cara iblis untuk bekerja adalah dengan cara menyusupkan hal-hal yang salah di dalam kebenaran yang dia nyatakan.

Jadi ini menjadi satu peringatan bagi kita, jangan terlalu gampang menerima statement seseorang yang mengaku dari Tuhan, ataupun melakukan hal-hal supranatural di dalam pelayanan yang dia lakukan. Karena Alkitab sudah memberikan satu peringatan bagi kita, mungkin itu bersumber dari iblis. Dan itu berarti Bapak, Ibu, Saudara harus punya kemampuan yang lebih jauh untuk mengenali mana yang bersumber dari Tuhan dan mana yang bukan bersumber dari Tuhan dari Kitab Suci. Kalau nggak, kita pasti ditipu. Yesus Kristus sendiri ketika melayani di dalam dunia, Dia tidak menerima iblis yang menyatakan siapa identitas diri Dia yang sesungguhnya. Tiap kali iblis datang atau orang yang kerasukan datang dan mengatakan, “Dia adalah anak Allah yang maha tinggi!” atau “Dia adalah Mesias. Dia adalah anak Allah!” Maka Yesus langsung menghardik dia untuk menutup mulut dia. Kenapa? Karena di balik dari tujuan itu ada satu semangat untuk mau menyesatkan umat Tuhan atau mau merusak pekerjaan Tuhan di dalam dunia ini.

Di dalam kaitan dengan Kisah Rasul 16, kenapa perempuan ini Paulus Hardik? Karena terus terang kalau dia dibiarkan tetap ada di dalam gereja Tuhan, dan Paulus bukan seorang yang terus menerus ada di antara mereka, apa yang terjadi kalau Paulus pergi meninggalkan kota itu? Kira-kira siapa yang lebih didengar oleh orang-orang yang dimenangkan oleh Paulus di dalam pelayanan penginjilan itu? Kemungkinan besar adalah perempuan ini. Dan kalau dia sudah berkuasa di situ, dia punya otoritas perkataan untuk didengarkan, celakalah orang-orang yang ada di Filipi itu. Itu sebabnya kita jangan terlalu gampang atau terlalu gampang satu sisi, apa itu istilahnya, kalau saya menyatakan seseorang itu mewakili siapa itu, mengatribusi ya? Mengatribusikan, benar nggak kalimatnya? Mengatribusikan Tuhan di balik pelayanan, Tuhanlah yang sedang mengerjakan pelayanan yang dilakukan orang itu. Tetapi yang kedua juga saya percaya adalah seperti ini, kita jangan terlalu cepat menyerahkan satu tanggungjawab pelayanan penting kepada orang-orang yang belum teruji. Karena pada waktu kita menyerahkan satu pelayanan kepada orang yang belum teruji kehidupan rohaninya, maka ada kemungkinan orang itu bisa menjadi batu sandungan di dalam pelayanan gereja. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya juga perhatikan hal yang ketiga yang menjadi penting dari sini ya, ketika perempuan ini menyatakan satu kebenaran, tetapi identitasnya adalah bukan dari Tuhan, maka itu bisa menimbulkan penyesatan. Maka saya katakan ini ya, ketika Bapak, Ibu, Saudara menjalani hidup, tolong perhatikan bahwa kesaksian Bapak, Ibu, Saudara itu bukan dari perkataan Injil yang kita sampaikan, bukan perkataan Firman yang kita katakan saja, tetapi dari kehidupan yang kita lakukan. Nah mengapa ini menjadi hal yang perlu diperhatikan khususnya kepada orang-orang yang bukan Kristen? Karena orang-orang bukan Kristen tidak mungkin memiliki atau jarang sekali yang memiliki Alkitab. Orang-orang bukan Kristen kalau mereka ingin mengerti kebenaran bukan dengan cara mereka, “Oh, saya minta datang kepada orang Kristen, saya minta Alkitab, saya pengen pelajari Alkitab. Lalu saya minta, lalu saya mulai baca dari seluruh Kejadian sampai Wahyu.” Lalu dari situ dia mendapatkan kebenaran tentang iman Kristen. Mungkin ada kesaksian-kesaksian seperti itu yang diberikan beberapa orang Kristen ketika mereka membagi-bagi Alkitab, lalu ada orang yang membuka, lalu membaca, kemudian dia bertobat karena dia mendapatkan Firman Tuhan, Injil Kristus di situ. Tetapi yang lebih umum adalah ketika mereka ingin mengetahui kebenaran, mereka melihat Injil itu adalah dari kehidupan orang Kristen. Kehidupan Kristen itu menjadi kitab atau Alkitab yang hidup di hadapan mereka. Ketika orang melihat hidup kita, dia melihat ada Kristus tidak yang hidup di dalam hidup kita melalui perkataan yang kita sampaikan, melalui perilaku yang kita lakukan dalam hidup kita. Itu yang pertama kali akan dilihat oleh mereka. Dan kalau Saudara menyatakan satu hal A, hidup Saudara menyatakan B, seperti itu, yang bertolak belakang dengan A, Saudara menyatakan kehidupan yang seperti apa? Saudara menyatakan Injil yang seperti apa?

Saya di pemuda membahas Galatia, saya lupa di sini pernah saya ngomong tidak ya, kenapa pada waktu Petrus itu pindah dari meja yang makan bersama dengan orang bukan Yahudi lalu duduk bersama dengan orang Yahudi, itu ditegur oleh Paulus? Sebabnya kenapa? Petrus kan pemimpin dari para Rasul. Petrus kan adalah orang yang dipercayakan oleh Tuhan untuk mengabarkan Injil kepada orang-orang Yahudi. Petrus kan yang menjadi pembuka untuk penginjilan kepada orang-orang yang bukan Yahudi, seperti Kornelius, seperti itu. Petrus kan adalah yang ditunjuk oleh Yesus sendiri menjadi seorang yang penting di dalam gereja dan dia mengabarkan Injil yang benar yang sesuai dengan yang Paulus kabarkan. Tapi kenapa ketika Petrus itu duduk dengan orang-orang bukan Yahudi di Antiokia dan dia pindah Paulus menegur dia dengan sangat keras sekali di hadapan semua jemaat. Dan bahkan berkata, “Petrus, engkau berlaku munafik!” Saudara, sebabnya kenapa? Karena tindakan Petrus yang memindahkan tempat duduknya dari bukan Yahudi kepada orang Yahudi itu membuat dia menyatakan Injil yang lain dari Injil yang dia beritakan. Satu sisi dia mengatakan keselamatan itu ada di dalam kasih karunia Yesus Kristus, itu benar, nggak ada perbuatan untuk bisa membenarkan kita, tidak ada Taurat yang bisa membenarkan kita tetapi iman kepada Kristus itu yang membenarkan kita. Tetapi di sisi lain, ketika dia pindah kepada kelompok orang Yahudi Kristen yang mengajarkan kalau Injil Yesus Kristus tidak cukup tetapi harus ditambahkan dengan Taurat dan sunat, seperti itu, dan dia tidak nyaman duduk bersama dengan orang-orang Kristen yang merupakan non-Yahudi itu, maka di situ dia mengatakan bahwa yang benar adalah kamu harus menjadi orang Kristen non-Yahudi yang disunat dan tunduk kepada Taurat. Menyesatkan. Makanya Paulus menegur Petrus dengan begitu keras sekali. Dia sudah berlaku munafik.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita melayani Tuhan, waktu kita memberitakan kebenaran Tuhan, waktu kita menyaksikan Kristus dari mulut kita, pertanyaan saya adalah bagaimana kelakuan yang kita nyatakan? Karena orang melihat bukan hanya mulut kita ngomong apa, tapi dia melihat hidup kita seperti apa. Hidup kita mencerminkan tidak pengajaran kita. Hidup kita mencerminkan tidak iman kita. Kalau tidak, kita akan memberitakan satu kebenaran yang sebenarnya berbeda daripada Alkitab, tetapi dilihat oleh orang dunia sebagai kebenaran dan itu menyesatkan. Hati-hati, saya percaya kita harus betul-betul merendahkan diri, menguji diri, dengan jujur melihat kepada diri, dan kalau ada satu kesalahan atau dosa yang kita lakukan kita minta pengampunan dari Tuhan untuk mengoreksi diri kita untuk hal itu. Dan Tuhan boleh memakai kita yang dengan segala kelemahan yang kita miliki untuk tetap boleh menjadi alat atau yang Tuhan pakai untuk menyaksikan Injil Kristus. Dan dengan begitu Tuhan akan memberkati. Kalau nggak, kita pikir kita benar, kita pikir kita baik, kita pikir kita setia Tuhan, tapi kita tidak pernah mau menguji diri, mungkin kita sedang memberitakan hal-hal yang bertentangan dengan Injil Kristus. Bukan dari perkataan kita, tapi dari perilaku yang kita lakukan dalam hidup kita. Kiranya Tuhan boleh berkati kita ya. Mari kita masuk dalam doa.

Kami sungguh bersyukur Bapa sekali lagi untuk kebenaran Firman yang boleh Engkau berikan. Kami kembali bersyukur untuk satu Wahyu yang boleh Engkau nyatakan bagi kami dalam Kitab Suci-Mu. Kami sungguh bersyukur ada prinsip-prinsip yang boleh selalu menerangi kehidupan kami. Dan kami mohon Bapa, kiranya Engkau boleh sertai kami untuk menjadi seorang yang seperti Lidia yang membuka telinga dan membuka hati untuk mendengar, yang tentunya adalah berdasarkan anugerah-Mu. Tetapi juga membuka rumah kami untuk menjadi tempat menyaksikan kasih Kristus dalam kehidupan kami. Dan biarlah kami tidak menjadi alat yang dipakai oleh iblis untuk boleh menyesatkan tetapi kami boleh menjadi alat yang sungguh-sungguh ada di dalam anugerah Tuhan, yang membawa orang datang kepada Tuhan di dalam kebenaran Injil Tuhan seperti yang Kitab Suci nyatakan. Tolong belas kasih-Mu ya Bapa dan anugerah-Mu bagi gereja-Mu ini dan kehidupan dari orang-orang Kristen yang ada di tempat ini dan seluruh dunia. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin. (HSI)

 

Comments