Paulus di Filipi, 28 Agustus 2022

Saudara, pada waktu kita baca pasal yang ke-16 ini, kita sudah melihat bagaimana Roh Kudus memimpin orang-orang yang menjadi hamba-hambaNya untuk melayani pemberitaan Firman. Dan kita juga sudah melihat bahwa pekerjaan pemberitaan Firman atau perkembangan daripada gereja Tuhan yang dicatat di dalam Kisah Rasul, yang saya percaya juga itu menjadi satu dasar atau prinsip dari pengembangan dari gereja-gereja yang ada sampai pada hari ini dan Kristus datang kedua kali, yaitu semua itu, walaupun di satu sisi ada bagian dari tanggung jawab yang melibatkan para Rasul untuk memberitakan Injil, atau pendeta, atau penginjil, atau orang-orang Kristen untuk memberitakan Injil, tetapi kunci yang paling penting adalah gereja bisa berkembang, Injil bisa dikabarkan dan Injil bisa diterima oleh orang-orang yang mendengarkannya, itu semua adalah pekerjaan dari Allah Roh Kudus di dalam diri atau hati orang tersebut, dan juga di dalam pengembangan daripada gereja Tuhan itu. Kita akan lihat lebih jelas lagi nanti di dalam kehidupan dari Lidia sendiri, yang ketika mendengarkan Firman Tuhan, dan Tuhan bekerja di dalam hati dari Lidia ini.

Tapi kalau kita bicara tadi introduksi, maka kita bisa mengetahui satu hal, gereja bisa bertumbuh dan berkembang, itu karena Roh Kudus yang bekerja, atau Roh Tuhan, atau Tuhan sendiri yang bekerja untuk mengembangkan dari gereja Tuhan itu. Itu sebabnya saya ingatkan Bapak, Ibu sekalian kembali, bahwa kalau kita mengerti pengembangan dari gereja Tuhan itu adalah sesuatu yang merupakan karya dari Tuhan dalam kehidupan kita, yang kita bisa lakukan apa? Yang harus kita lakukan apa? Saya percaya yang kita harus lakukan hanyalah bergantung kepada Tuhan, bergantung dan meminta Tuhan untuk memberkati pelayanan yang kita kerjakan, untuk memberkati kesaksian yang kita lakukan di dalam kehidupan kita, supaya gereja Tuhan bisa bertumbuh, nama Tuhan bisa disebarkan, Injil Kristus bisa didengar dan diterima dan membawa jiwa-jiwa untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. Itu menjadi satu hal yang kita tidak boleh abaikan di dalam perkembangan dari gereja. Makanya saya tidak henti-henti mengingatkan Bapak, Ibu semua untuk datang di dalam doa, untuk membangun kehidupan yang berdoa, apakah itu di dalam keluarga yang Bapak, Ibu bangun dan juga di dalam satu persekutuan doa yang ada di dalam gereja. Walaupun mungkin doa itu sepertinya sesuatu yang kalau dilakukan di awal kelihatannya menggebu, tetapi setelah bertahun-tahun kemudian menjadi sesuatu yang sepertinya rutin untuk didoakan, tetapi tetap Bapak, Ibu harus melihat bahwa ada kuasa Tuhan yang bekerja di dalam doa-doa dari orang-orang yang percaya kepada Dia, apalagi kalau doa itu seturut dengan kehendak dari Tuhan Allah. Maka kita perlu membangun kehidupan seperti ini dalam hidup kita.

Saya pernah mengatakan kalau kita ingin melihat nama Tuhan ditinggikan di dalam sebuah kegiatan gereja, di mana kita bisa melihat nama Tuhan itu ditinggikan di dalam semua kegiatan aktifitas gereja Tuhan? Memang kalau kita melihat motif kita, kita bisa ngomong, “Oh orang itu betul-betul meninggikan Tuhan!” Kalau kita melihat ibadah kita yang seperti apa yang menjadi prinsip Firman Tuhan kita bisa berkata, “Oh ibadah itu adalah ibadah yang diperkenankan oleh Tuhan Allah, meninggikan nama Tuhan.” Kalau kita melihat Firman yang dikabarkan yang setia kepada kebenaran Alkitab, kita bisa katakan, “Firman itu adalah Firman yang diperkenan oleh Tuhan karena Firman itu adalah Firman yang bersumber dari Alkitab sendiri!” Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dari semua kegiatan ibadah yang dilakukan oleh orang-orang Kristen, dan persekutuan yang dibangun oleh orang Kristen, ada seorang yang mengatakan seperti ini, “Kalau engkau ingin melihat nama Tuhan betul-betul ditinggikan, yaitu datanglah ke dalam persekutuan doa, dan di situ engkau akan lihat betul tidak gereja ini meninggikan nama Tuhan, betul tidak gereja ini mengandalkan Tuhan di dalam pelayanan yang dikerjakan.” Dan itu sebabnya Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita betul-betul memiliki hati yang mencintai Tuhan, kalau kita betul-betul memiliki hati yang betul-betul mau meninggikan Tuhan di dalam kehidupan kita, kalau kita betul-betul mengerti yang namanya anugerah keselamatan yang Tuhan berikan di dalam hidup kita, bagi kita yang berdosa ini, dan kalau kita betul-betul menyadari kalau tidak ada sesuatu pun yang kita miliki yang kita kerjakan, bisa berhasil dari diri kita sendiri, kecuali kalau Tuhan memberkatinya, maka kita akan merendahkan diri, datang di dalam persekutuan doa, dan berdoa meminta belas kasih Tuhan, berkat Tuhan, dan pimpinan Tuhan di dalam pelayanan yang kita kerjakan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Kisah Rasul menyatakan para rasul adalah orang-orang yang begitu giat di dalam berdoa. Kisah Rasul menyatakan gereja mula-mula adalah orang-orang yang memiliki satu hati yang sungguh-sungguh bersatu untuk datang kepada Tuhan dan berdoa meminta Tuhan memberikan keberanian untuk bersaksi bagi nama Dia dan juga pertumbuhan dari gereja Tuhan, berita Injil yang boleh makin disebarkan. Itu saya percaya menjadi satu prinsip yang kita harus tegakkan di dalam gereja kita. Itu adalah sesuatu yang budaya yang kita harus bangun di dalam kehidupan kita mengikut Tuhan, sangkal diri, belajar untuk menyingkirkan kedagingan kita yang tidak suka atau malas atau segala sesuatu yang lain yang membuat kita merasa kalau datang di dalam doa itu adalah sesuatu yang menjadi beban, sesuatu yang sepertinya tidak membawa manfaat sama sekali dalam kehidupan kita, karena nggak ada kepentingan sama sekali dari diri kita yang kita naikkan di dalam persekutuan doa itu. Tetapi Bapak, Ibu harus belajar kalau Alkitab mengajarkan, Tuhan memberkati maka kita harus berdoa. Kalau Alkitab mengajarkan Tuhan yang bekerja, karena itu kita harus mengandalkan Dia di dalam kehidupan kita, maka kita belajar sungguh-sungguh untuk menundukkan diri dan berdoa kepada Tuhan walaupun kita tidak merasa ada manfaat apa-apa di dalam kehidupan kita, ataupun sesuatu yang membuat kita merasa Tuhan bekerja di dalam kehidupan pribadi kita. Saya ngomong ini bukan berarti kita doa nggak akan mengalami itu semua ya, saya percaya orang yang betul-betul doa di hadapan Tuhan, merendahkan diri di hadapan Tuhan, dia tau, dia bisa melihat, dia punya kepekaan yang lebih besar untuk melihat bagaimana Tuhan bekerja di dalam hidup dia, memimpin dan memberkati dia. Orang yang tidak berdoa itu yang sering kali tidak bisa melihat Tuhan bekerja di dalam kehidupan dia. Makanya dia merasa doa kurang bermanfaat dalam hidup dia. Tetapi kalau kita mengerti, kita beroda, kita biasakan hidup yang mengandalkan Tuhan itu dalam kehidupan kita, kita akan melihat bagaimana Tuhan memimpin dari satu tahap demi satu tahap di dalam kehidupan kita, di dalam pelayanan gereja ini, sehingga kita pasti akan makin melihat pentingnya untuk kita membangun suatu persekutuan dengan Tuhan yang adalah Bapa kita di dalam satu persekutuan doa di dalam kehidupan kita. Dan tentunya itu tidak boleh terlepas daripada kebenaran Firman yang menjadi prinsip untuk kita jalankan di dalam kehidupan ataupun di dalam doa yang kita naikkan kepada Tuhan.

Jadi pada waktu mereka melayani, kita sudah lihat Roh Kudus yang memimpin. Ke mana mereka harus pergi di dalam pelayanan mereka, di situ kita melihat Roh Kudus yang memimpin kehidupan mereka. Dan hari ini kita melihat bagaimana Roh Kudus itu membawa mereka kepada satu tempat, yaitu kota Filipi, dan di dalam kota Filipi itu kemudian mereka bertemu dengan satu perempuan, yang bernama Lidia. Dan di situ Paulus kemudian pergi dan memberitakan Injil kepada orang-orang yang ada di Filipi dan Lidia kemudian menjadi percaya kepada Kristus. Saudara, kalau kita perhatikan di dalam ayat yang ke-13 ini, mungkin saya berikan sedikit latar belakang untuk kita bisa mengerti, baru kita masuk ke dalam lebih pembahasan di dalam perikop ini ya. Waktu Paulus pergi ke kota Filipi, banyak orang-orang Kristen atau penafsir menyatakan kelihatannya di kota Filipi adalah kota yang tidak terlalu banyak orang Yahudi-nya di sana. Dan pada waktu Paulus pergi melayani ke daerah-daerah yang ada di luar daripada Yudea atau Yerusalem, maka dia akan selalu menujukan pelayanan pertama kali adalah kepada orang-orang Yahudi yang ada di dalam kota-kota itu. Begitu pun ketika dia ada di Filipi. Tetapi pada waktu dia pergi ke Filipi, dia kemudian keluar dari pintu gerbang kota itu, dia menyusuri tepi dari sungai. Nah mengapa dia keluar dari pintu gerbang kota itu? Karena, para penafsir berkata, kelihatannya di dalam kota Filipi itu tidak terdapat sinagoge orang Yahudi di sana, karena itu Paulus kemudian pergi ke luar dari kota itu. Kenapa bisa tidak ada sinagoge di sana? Kemungkinan ada 2 sebab di situ. Menurut tradisi, atau menurut peraturan yang ada di antara orang-orang Yahudi, sinagoge baru ada kalau ada minimal 10 laki-laki yang ada di dalam sebuah tempat itu, atau di kota itu, baru di situ mereka membangun sinagoge atau mengadakan pertemuan untuk beribadah dan belajar Firman di situ, atau berdoa di situ. Tetapi kalau kurang dari 10 laki-laki maka mereka tidak akan mendirikan sinagoge di kota tersebut. Hal yang kedua adalah mungkin karena laki-laki yang ada di kota Filipi itu adalah laki-laki yang tidak terlalu utamakan hal-hal rohani di dalam hidup mereka, sehingga mereka tidak membangun sinagoge di situ.

Nah ini membuat Paulus tidak bisa datang ke dalam kota, mencari sinagoge, lalu mengabarkan Injil Tuhan di kota Filipi. Lalu apa yang dilakukannya? Dia keluar dari pintu gerbang kota itu, lalu dia menyusuri sepanjang sungai yang ada di situ. Saya pernah berkata mengapa Paulus menyusuri sepanjang sungai itu? Karena berdasarkan kebiasaan orang Yahudi yang setiap kali mereka mau beribadah kepada Tuhan maka mereka akan membasuh diri mereka terlebih dahulu. Nah untuk bisa membasuh diri mereka, mereka butuh air yang mengalir, dan tempat yang paling cocok untuk bisa membasuh diri mereka dan beribadah kepada Tuhan adalah di tepi sungai. Itu sebabnya Paulus menyusuri tepi sungai itu dengan harapan mereka bisa menemukan tempat di mana orang-orang Yahudi berkumpul, dan beribadah di situ. Dan pada waktu dia menyusuri sungai itu, Alkitab mengatakan, memang benar dia bertemu dengan satu tempat di mana ada orang-orang yang berkumpul dan beribadah di situ. Tetapi di sini dikatakan pada waktu dia tiba di situ yang ada adalah justru perempuan-perempuan yang ada, mungkin di kota itu, atau sekitar kota itu, yang berkumpul di situ. Tidak dicatat keberadaan dari laki-laki yang ada di tempat itu.

Nah ini menjadi satu hal yang mungkin kalau kita mau tarik, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sebenarnya adalah kalau kita perhatikan di dalam pelayanan gereja, kelihatannya hal yang menjadi prinsip ini, atau hal yang terjadi di dalam Kisah Rasul itu adalah sesuatu yang kita bisa temukan di dalam kebanyakan gereja. Maksudnya adalah kalau kita perhatikan dari komposisi jemaat, kita perhatikan daripada siapa yang aktif di dalam pelayanan gereja, sering kali yang lebih aktif itu adalah perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Ini adalah hal yang baik tidak? Tentunya keaktifan dari perempuan di dalam pelayanan itu adalah hal yang baik. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab juga mengajarkan sebagai laki-laki, kita adalah orang-orang yang ditunjuk oleh Tuhan, dipanggil oleh Tuhan, ditetapkan oleh Tuhan untuk menjadi kepala di dalam pelayanan. Dan laki-laki juga adalah seorang yang ditetapkan oleh Tuhan untuk menjadi pemimpin rohani, baik di dalam rumah tangga atau pun di dalam gereja Tuhan. Ini adalah hal yang kita tidak boleh abaikan sama sekali.

Kita mungkin berpikir, “Oh laki-laki adalah tugasnya bekerja, laki-laki adalah orang yang bukan pengangguran, laki-laki adalah tanggung jawabnya mencari nafkah untuk memberkati keluarga atau memenuhi kebutuhan di dalam keluarga, sedangkan ibu-ibu urusannya apa? Lebih banyak di dalam rumah, atau mengurusi anak, sehingga waktu mereka lebih longgar atau lebih banyak daripada laki-laki di dalam melayani Tuhan.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita berpikir seperti itu, saya kira, yang benar adalah mungkin ibu-ibu punya pekerjaan, gimana bu? Lebih ringan dari bapak-bapak? Saya kira nggak seperti itu ya. Ibu kadang, kalau istri saya, begitu melek mata, dia pasti tidak punya waktu untuk duduk lagi atau berbaring sampai malam hari. Mulai dari melek mata dia pasti punya kegiatan yang harus dikerjakan sepanjang satu hari itu. Memang kita sebagai bapak-bapak berpikir untuk pergi keluar, untuk bekerja, tapi waktu kita ada batasnya antara jam sekian sampai jam sekaian. Umumnya seperti itu. Tetapi ibu yang ada di dalam rumah tangga, ketika bekerja, semua urusan di dalam rumah tangga itu sesuatu yang harus dikerjakan oleh diri dia, baik itu memasak, atau pun membersihkan rumah, mencuci pakaian, menjemur pakaian, yang tentunya ada pembantu ya, sampai kepada mengurusi anak seperti itu. itu menjadi satu tanggung jawab yang ibu-ibu lakukan. Belum lagi kalau ada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang harus dikerjakan di luar dari urusan rumah tangga. Tetapi pertanyaannya adalah mengapa perempuan yang sering kali aktif, lebih aktif daripada laki-laki? Saya ketika melihat hal ini mungkin satu hal yang saya bisa simpulkan, satu sisi mungkin laki-laki punya pekerjaan, dan kadang-kadang waktu yang ditetapkan itu menjadi satu waktu yang membuat kita tidak bisa terlalu banyak waktu untuk terlibat di dalam pelayanan. Tetapi mungkin sisi yang kedua, juga menjadi hal yang penting, karena laki-laki mungkin menganggap hal rohani tidak terlalu penting untuk diprioritaskan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau itu yang menjadi hal yang benar, kita harus bertobat, kita harus kembali untuk memprioritaskan hal rohani di dalam kehidupan kita. Laki-laki harus menjadi pemimpin di dalam membawa keluarganya mengenal Tuhan, dan bertumbuh di dalam takut akan Tuhan.

Memang untuk membawa keluarga itu adalah tanggung jawab dari orang tua, baik suami atau pun istri. Tetapi di dalam Alkitab sendiri dikatakan tanggung jawab yang paling utama, di dalam suami istri itu tetap jatuh kepada papa, atau suami di dalam keluarga itu. Ini bukan sesuatu yang boleh ditawar atau bisa ditawar di dalam kehidupan kita. Pak David Tong itu pernah me-WA di dalam group penatua dan group hamba Tuhan, dia ada satu grafik, seperti itu, dan di dalam grafik itu ada persentase dari orang yang datang kepada Tuhan, yang membawa anggota keluarganya untuk beribadah kepada Tuhan. Di dalam persentase itu ada 3 dia angkat, kalau papanya yang percaya Tuhan dulu, takut akan Tuhan, kedua kalau mamanya yang takut akan Tuhan, ketiga kalau anaknya yang takut akan Tuhan, berapa persen dari antara ketiga ini yang paling besar untuk membawa, atau mempengaruhi keluarga di dalam mengikut Tuhan. Dan di dalam grafik itu dikatakan kalau papa datang kepada Tuhan, memiliki iman yang takut akan Tuhan, kemungkinan dia bisa membawa anggota keluarganya untuk datang beribadah itu adalah 95%, atau 90+%. Tetapi kaalau mamanya yang takut akan Tuhan, dan mamanya kemudian berusaha untuk membawa anggota keluarganya untuk beribadah kepada Tuhan, maka jumlahnya itu saya lupa, antara 60-an atau 70% seperti itu. Kalau anaknya, lebih rendah lagi kemungkinan untuk membawa keluarganya datang kepada Tuhan. Jadi, saya lihat itu adalah satu grafik, saya nggak tau pak David dapat dari mana, tetapi itu adalah satu grafik yang bisa menjadi satu bahan pertimbangan di dalam kehidupan kita, atau menguji kembali di dalam kehidupan keluarga kita, atau untuk menyatakan bahwa peran laki-laki, peran seorang suami di dalam membawa keluarganya mengenal dan takut akan Tuhan itu menjadi unsur yang sangat penting sekali, tidak bisa diabaikan sama sekali di dalam kita membangun keluarga ya.

Saya kembali ke dalam bagian ini, Paulus ketika pergi menyusuri sungai itu, dia bertemu dengan perempuan-perempuan yang ada di situ, untuk berkumpul dan untuk belajar Firman di situ, dan perempuan-perempuan itu siapa? Kemungkinan pertama adalah ada orang-orang yang merupakan orang Yahudi mungkin, tetapi juga ada perempuan-perempuan yang bukan merupakan orang Yahudi. Dan siapa perempuan yang bukan orang Yahudi ini? Yaitu salah satunya bernama Lidia. Jadi Lidia ini dikatakan bukan orang yang memiliki latar belakang orang Yahudi, bukan orang yang besarnya di dalam satu lingkungan orang yang memiliki Kitab Suci Perjanjian Lama, bukan seorang yang menyembah Tuhan Allah sebelumnya, tetapi kemudian Lidia ini memiliki hati yang kemudian mulai melihat ada kebenaran di dalam pengajaran orang-orang Yahudi, lalu dia mulai melihat bahwa Allah orang Yahudi adalah Allah yang benar. Lalu kemudian dia datang ke situ untuk belajar kebenaran yang diajarkan oleh Kitab Suci orang-orang Yahudi tersebut. Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang membuat Lidia ini bisa datang ke situ, dan belajar Firman Tuhan? Apakah dia adalah seorang yang memiliki kesadaran dari diri dia sendiri untuk datang dan mendengarkan Firman Tuhan? Saya percaya sebabnya adalah bukan sesuatu yang muncul dari dalam diri Lidia itu sendiri.

Walaupun dalam Kitab Suci sepertinya ada kalimat-kalimat yang menyatakan kalau orang mencari Tuhan, maka Tuhan akan berkenan untuk menyatakan diri-Nya kepada orang itu. Saya ngomong ini dulu, nanti saya jelaskan ya. Bapak, Ibu, bisa melihat di dalam Yohanes 7, di dalam Injil Yohanes 7:17, secara kalimat, secara eksplisit dinyatakan seperti itu, tapi secara implisit ada mengandung prinsip ini ya, Yohanes 7:17 dikatakan, “Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri.” Saya boleh baca dari ayat 14 supaya kita bisa tau konteksnya lebih jelas, “Waktu pesta itu sedang berlangsung, Yesus masuk ke Bait Allah lalu mengajar di situ. Maka heranlah orang-orang Yahudi dan berkata: ”Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar!” Jawab Yesus kepada mereka: ”Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri.” Saudara pada waktu membaca bagian ini, di sini dikatakan apa maksudnya? Yesus mengajar, Yesus menyatakan Firman Tuhan di situ, tetapi ketika Dia mengajar itu, Dia dipertanyakan otoritasnya, siapa Dia? Dia nggak pernah belajar, Dia bukan seorang yang tunduk di bawah hukum atau studi atau sekolahnya ahli Taurat dan orang-orang Farisi di Yerusalem atau para imam yang ada di Yerusalem, tetapi Dia bisa mengajarkan Firman Tuhan, dan Dia punya pengetahuan yang luar biasa terhadap kebenaran Firman Tuhan. Orang banyak ini tanya Dia tau dari mana ya? Padahal Dia nggak studi sama sekali. Lalu di situ lah Yesus kemudian berkata, “Kalau engkau mau melakukan kehendak-Nya, maka engkau akan tau kalau apa yang aku katakan itu bukan berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Bapa yang mengutus Yesus Kristus.” Nah ini menunjukkan satu pengertian, ketika orang mendengar pengajaran yang Yesus berikan, kalau orang itu betul-betul ingin tau, bahwa apa yang diajarkan Kristus itu bersumber dari Tuhan Allah atau tidak. Dan dia demi ingin tau itu kebenaran itu, dia kemudian mencari tau sungguh-sungguh, memperjuangkan, untuk mengetahui kebenaran itu dengan melakukan apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus, maka dari situ dia akan tau bahwa yang diajarkan oleh Yesus itu adalah kebenaran yang bersumber dari Tuhan. Atau Tuhan menyatakan kebenaran diri Dia kepada orang yang mencari Tuhan itu dengan sungguh-sungguh.

Ada ayat lain yang Saudara bisa buka dari Mazmur 119:2, “Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati” Jadi di dalam 2 bagian ini, baik itu di dalam Yohanes 7:17 atau pun di dalam Mazmur 119:2, itu dikatakan siapa pun orang itu, kalau dia sungguh-sungguh ingin mencari Tuhan dengan segenap hati maka dia adalah orang yang berbahagia, orang yang kenapa disebut bahagia? Kalau kita kaitkan dengan Yohanes 7:17, maka kita akan menemukan kalau dia adalah orang yang mengerti atau menangkap atau mendapatkan kebenaran yang dia sungguh-sungguh cari tentang Tuhan Allah itu. Lalu Saudara boleh buka lagi dari Hosea 6:3, “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.” Jadi di sini Hosea mengatakan kalau kita sungguh-sungguh mau mengenal Tuhan, atau mencari kebenaran itu, mencari Tuhan dalam hidup kita, maka Dia pasti akan menyatakan diri-Nya kepada diri kita. Betul tidak? Saya percaya ini adalah satu kebenaran karena Alkitab menyatakan seperti ini bagi diri kita. Dan kita bisa lihat Lidia sendiri, itu adalah orang yang sungguh-sungguh ingin mencari Tuhan kelihatannya, maka Tuhan kemudian dia datang atau sampai kepada pertemuan dari orang-orang Yahudi, dan dari situ dia kemudian tau bahwa Tuhan, Allah orang Yahudi itu adalah Allah yang sejati.

Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam Roma 3, ada ayat yang lain. Kalau Bapak, Ibu, lihat di dalam Roma 3:11, kita akan menemukan hal yang berbeda sekali di sini ya, Roma 3:10-11, “seperti ada tertulis: ”Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah.”” Nah waktu kita melihat 2 bagian ayat ini, bagaimana kita menyatukannya ya? Satu sisi dikatakan kalau engkau mencari Tuhan dengan kesungguhan hati, engkau akan menemukan Tuhan, dan Tuhan akan menyatakan diri-Nya kepada engkau. Tapi di sisi lain, Alkitab juga mengatakan tidak ada seorang pun di dunia ini yang mencari Tuhan, tidak ada seorang pun dalam dunia ini yang berakal budi dan tau tentang Tuhan Allah atau Tuhan Allah yang sejati, atau Yesus Kristus di dalam kehidupan mereka. Bagaimana kita bisa mensinkronkan 2 hal ini? 1 ngomong tidak ada yang mencari, 1 siapa pun itu yang mencari Tuhan, Tuhan akan menyatakan kebenaran itu kepada mereka. Saya percaya kuncinya ada di dalam Yohanes 6:44, “Kalau Bapa tidak memanggil orang itu, maka tidak ada orang yang akan datang kepada Kristus untuk bisa percaya dan diselamatkan di dalam Kristus. Lalu Bapak, Ibu bisa lihat juga di dalam Yohanes 3, “kalau dia bukan seorang yang dilahirkan kembali, maka dia tidak ada di dalam kerajaan Allah” Hanya orang yang dilahirkan kembali, yang kita tidak tau siapa itu orangnya, kapan hal itu terjadi karena Tuhan bekerja seperti angin yang bertiup, yang kita tidak pernah tau arahnya dari mana, tetapi kita tau ada angin itu maka Roh Kudus juga akan melahirkan baru seseorang dengan prinsip yang sama seperti itu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dari ayat-ayat itu kita mengerti satu hal, yaitu ternyata seseorang sebelum dia bisa datang kepada Tuhan, sebelum dia punya satu keinginan untuk sungguh-sungguh mencari Tuhan dalam hidup dia, maka Tuhan harus bekerja terlebih dahulu di dalam hati dia untuk melahirbarukan diri dia, untuk menyatakan kebenaran dia kepada orang itu, memberikan kerinduan di dalam hati dia, untuk mau mengenal Tuhan, mengerti siapa Tuhan dan mengerti atau mengenal kebenaran yang Tuhan nyatakan atau wahyukan kepada dirinya. Itu menjadi hal yang prinsip. Kalau Tuhan tidak pernah membuat dia memiliki hati yang baru terlebih dahulu, kalau Tuhan tidak pernah menyunatkan hatinya, atau memberikan kelembutan di dalam hati orang itu, maka berdasarkan Roma 3, tidak ada satu orang pun yang datang atau akan memiliki keinginan untuk mencari Tuhan.

Atas dasar prinsip ini, maka kita bisa melihat ketika baca di dalam Kisah Rasul 16, apa yang membuat Lidia itu kemudian datang kepada persekutuannya orang-orang Yahudi? Apa yang membuat Lidia itu kemudian menaruh telinga untuk mendengar perkataan yang diajarkan oleh Paulus pada waktu itu? Jawabnya adalah karena sebelumnya Tuhan sudah bekerja di dalam Lidia ini supaya dia memiliki satu kehausan untuk mau mengetahui mana Allah yang benar, mana Allah yang sejati. Dan hal itu membuat dia kemudian menemukan kalau Allah yang sejati itu ada di dalam pengajaran dari orang-orang Yahudi. Itu sebabnya dia kemudian datang ke situ, dia belajar Firman dari Kitab Suci Kitab Suci yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi itu. ini menjadi satu dasar yang penting bagi diri kita ya, dan pada waktu itu Paulus kemudian datang ke situ, lalu mengajarkan Injil Kristus kepada kelompok dari perempuan itu, dan Lidia kemudian menjadi percaya.

Dan atas dasar ini, kita juga bisa memiliki prinsip seperti ini ya. Kalau Bapak, Ibu, mengatakan, “Kalau begitu bagaiamana dengan orang-orang yang ingin datang kepada Tuhan, tetapi dia bukan orang pilihan?” Ini menjadi satu pertanayaan yang sering kali ditanyakan kepada orang-orang Reformed. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Bapak, Ibu mau lihat dari perspektif mana. Kalau Bapak, Ibu mau melihat dari perspektif Tuhan, maka di situ kita tau orang bisa datang kepada Tuhan karena dia terlebih dahulu dipanggil oleh Tuhan, dilahirbarukan oleh Tuhan, dinyatakan kebenaran Tuhan kepada diri dia. Itu yang membuat dia bisa datang kepada Tuhan, baru dia datang kepada Tuhan Allah. Tapi kalau Bapak, Ibu mau melihat dari perspektif manusia, maka Bapak, Ibu bisa mengatakan seperti ini, atau kita bisa mengatakan seperti ini, “Setiap orang yang sungguh-sungguh mau mencari Tuhan, jangan dikira kalau ada doktrin pilihan maka kalau orang itu tidak dipilih oleh Tuhan, maka Tuhan akan menolak orang ini dan dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa datang kepada Tuhan Yesus dalam kehidupan dia.” Jawabannya tidak seperti itu, prinsipnya bukan seperti itu. Tapi Bapak, Ibu harus melihat seperti ini, setiap orang yang sungguh-sungguh ingin mencari Tuhan yang sejati, ingin beribadah kepada Tuhan Allah yang sejati, dari hatinya yang paling dalam, maka dia tidak mungkin akan ditolak oleh Tuhan. Siapa pun itu, tanpa ada persyaratan yang menyertai daripada orang itu, dia pasti akan diterima oleh Tuhan kalau dia sungguh-sungguh punya hati ingin mengerti kebenaran yang Tuhan berikan.

Sekali lagi saya bilang, ini menjadi satu hal yang sepertinya kontra, tetapi sebenaranya itu adalah satu paradoks. Bapak, Ibu harus melihat di dalam satu terang Firman Tuhan yang mungkin ada keterbatasan di dalam pemikiran kita, kemampuan kita untuk mengerti kebenaran ini, tapi kalau kita melihat kepada Kitab Suci, kita harus tundukkan diri, dan mengakui keterbatasan kita, kalau kita tidak mungkin bisa datang kepada Tuhan tanpa Tuhan memilih kita. Tapi di sisi lain, setiap orang yang sungguh-sungguh datang kepada Tuhan, Tuhan tidak akan pernah menolak itu, atau menolak diri dia. Jadi kita tidak bisa menggunakan alasan dasarnya pilihan, kalau orang mau datang, Tuhan nggak memilih dia, orang ini nggak bisa datang kepada dia, kasihan deh orang itu. Nggak seperti itu prinsipnya ya. Siapa saja yang ingin datang kepada Tuhan, ingin mengerti kebenaran Firman Tuhan dari hatinya yang terdalam kita tau Tuhan tidak akan tolak. Kenapa Tuhan tidak akan tolak? Karena kalau Tuhan tidak bekerja di dalam hati orang itu, maka orang itu tidak mungkin memiliki kerinduan untuk datang kepada Tuhan dan mengenal kebenaran Tuhan. Sekali lagi, kalau berbicara seperti ini, mengerti kebenaran Firman itu anugerah Tuhan bukan? Anugerah Tuhan! Punya kehausan untuk bisa mengenal Tuhan lebih jauh lagi yang secara benar itu, anugerah Tuhan bukan? Anugerah Tuhan! Untuk bisa hidup berdasarkan kebenaran Firman Tuhan, anugerah Tuhan bukan? Itu juga adalah anugerah Tuhan. Makanya tadi saya di awal berkata, doa itu penting baik itu untuk diri kita, kerohanian diri kita, atau pun orang-orang yang kita cintai di dalam kehidupan mereka, kita harus mendoakan mereka.

Tetapi pada waktu kita mendoakan diri kita, waktu kita mendoakan keluarga kita, waktu kita mendoakan orang-orang yang kita cintai di dalam kehidupan kita, atau orang-orang dunia di dalam mereka mengerti tentang Kristus dalam hidup mereka, hal kedua tidak boleh diabaikan, yaitu prinsip yang kita bisa lihat di dalam hal yang Lidia lakukan, yaitu mendengar. Saudara boleh lihat di dalam ayat yang ke-14, “Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan.” Saudara, “turut mendengarkan” menjadi hal yang penting. Kedua, maksud turut mendengarkan itu apa? Yaitu Lidia, ketika datang ke dalam pertemuan itu, dia membuka telinga dia untuk mendengarkan sesuatu. Nah, sesuatu itu menjadi hal yang penting. Sesuatu itu apa? Yaitu yang diberitakan oleh Rasul Paulus, itu menjadi hal yang ditekankan. Berarti, pada waktu Bapak, Ibu berkata bahwa seseorang bisa datang kepada Tuhan itu berdasarkan kasih karunia Tuhan, kalau dia sungguh-sungguh ingin mencari kebenaran, maka dia akan mendapatkan kebenaran, dan itu adalah kasih karunia, dan itu membuat kita harus berdoa kepada Tuhan, meminta kasih karunia itu bagi orang itu ataupun bagi diri kita. Prinsip kedua adalah, Bapak, Ibu tidak pernah bisa mengabaikan atau boleh mengabaikan pengajaran yang diberitakan untuk bisa mengerti kebenaran itu.

Di dalam Roma 10:17 dikatakan, “Iman timbul dari pendengaran akan firman Kristus Yesus,” ya. Saya baca terjemahan dari Roma 10:17 dari Firman Allah Yang Hidup ya. Di dalam terjemahan LAI dikatakan “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Kalau di dalam terjemahan Firman Allah Yang Hidup, perkataannya begini, “Meskipun begitu, iman timbul karena menerima berita kesukaan itu, yaitu berita kesukaan tentang Kristus.” Jadi, ada 1 pengertian yang lebih spesifik atau lebih jelas, bahwa ketika kita ingin berbicara tentang iman, maka iman itu tidak akan lepas dari yang namanya Injil atau kabar kesukaan tentang Kristus. Dan di sini dikatakan atau ditekankan secara lebih jelas, orang bisa beriman kalau dia mendengar Injil tentang Kristus. Berarti, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita tidak bisa hanya berdoa saja kepada Tuhan. Kalau kita mengerti orang itu, kita juga memiliki 1 tanggung jawab untuk membawa orang yang kita doakan untuk mengenal Tuhan itu mendengar Injil Kristus. Karena dari mendengar Injil Kristus itulah, maka seseorang bisa memiliki iman kepada Yesus Kristus. Maka, ini menjadi hal yang kedua.

Pada waktu Saudara berbicara tentang pekerjaan Roh Kudus di dalam kehidupan kita, 1 sisi Roh Kudus memang mengaruniakan iman kepada diri kita, tetapi Roh Kudus tidak pernah bekerja di luar daripada kebenaran firman yang Yesus Kristus ajarkan. Jadi, kalau Bapak, Ibu ingin bertumbuh di dalam iman kepada Tuhan, Bapak, Ibu ingin menjadi lebih dewasa di dalam iman, Bapak, Ibu ingin lebih percaya dan bergantung kepada Tuhan, Bapak, Ibu ingin saudara Bapak, Ibu datang untuk diselamatkan di dalam Yesus Kristus, Bapak, Ibu sudah tahu jawabannya, Firman harus diberitakan, Injil harus diperdengarkan kepada diri mereka. Tetapi, ada point sub-nya yang dari yang kedua ini, satu, Injil harus diberitakan kepada diri mereka. Tetapi point kedua yang tidak kalah penting dengan yang pertama adalah Bapak, Ibu harus mendengar. Harus mendengar. Maksud mendengar itu apa? Saya percaya, prinsip Alkitab mengatakan mendengar itu bukan seperti saya khotbah ini, Bapak, Ibu dengar, lalu Bapak, Ibu ngomong, “Saya sudah tahu, saya sudah mendengarkan.” Kata-kata yang diucapkan semuanya terekam dengan jelas di dalam memory Bapak, Ibu, lalu Bapak, Ibu berkata, “Saya sudah mendengarkan.” Itu bukan prinsip Kitab Suci. Pada waktu kita berkata, “Saya mendengar.” Atau dia, Lidia mendengar, itu berarti dia memiliki persetujuan kepada apa yang dikatakan sebagai kebenaran itu, dia memiliki pengetahuan kebenaran itu dia menyetujui kebenaran yang disampaikan itu atau pengetahuan itu. Dan yang ketiga adalah dia menghidupi kebenaran yang disampaikan itu. Itu namanya mendengar. Jadi, kalau Bapak, Ibu ngomong, “Oh,saya sudah merekam semua. Saya sudah mencatat apa yang dikatakan. Ada rekaman transkripnya di youtube. Ada transkripnya. Pokoknya saya sudah dengar. Kalau saya lupa, saya akan baca ulang. Kalau saya lupa, saya akan dengarkan ulang rekaman videonya. Maka di situ, saya sudah mendengar.” Itu mungkin baru sampai tahap pertama, yaitu tahu informasi, atau sampai tahap kedua, “Saya setuju dengan informasi yang saya dengarkan.” Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu belum iman. Itu belum mendengar. Mendengar atau iman itu mengandung prinsip yang ketiga, melakukan apa yang saya setujui sebagai kebenaran itu. Itu baru iman.

Jadi, pada waktu kita melihat kepada kehidupan orang-orang Israel, mohon tanya, mereka yang ada di kaki Gunung Sinai itu, pada waktu Tuhan akan memberikan 10 perintah Allah kepada diri mereka atau melalui Musa, sebelumnya mereka tahu tidak kalau yang namanya menyembah patung lembu emas itu dilarang? Sebelum 10 perintah itu dibawa Musa turun, mereka tahu tidak kalau yang namanya membuat patung dan sujud menyembah kepadanya itu adalah hal yang Tuhan larang? Tahu nggak? Alkitab bilang, Tuhan berbicara terlebih dahulu kepada diri mereka melalui suara dari atas gunung dengan sambaran halilintar atau suara halilintar dan kilat atau petir yang menyambar-nyambar, 10 perintah Allah. Yang membuat akhirnya orang-orang Israel itu kemudian merasa takut, lalu kemudian mengatakan kepada Musa, “Kamu saja ya Musa yang menghadap Tuhan ya. Tuhan yang berbicara kepada engkau. Engkau yang menyampaikan kepada diri kami. Kami akan dengarkan apa yang engkau katakan.” Mereka sebelumnya sudah tahu. Mereka mendengar Tuhan berbicara bahwa tidak boleh membuat patung dalam wujud apapun dan sujud menyembah kepadanya. Mereka mendengar bahwa di dalam dunia ini tidak ada Allah lain selain daripada Allah dari Abraham, Ishak, dan Yakub itu. Tetapi, ketika Musa naik ke atas gunung untuk menerima 10 perintah Allah yang sudah mereka dengar itu selama 40 hari, mereka kemudian membuat patung lembu emas dan sujud menyembah kepadanya. Itu mendengar bukan? Itu bukan mendengar yang Alkitab katakan. Karena ketika mereka tahu tentang tidak boleh membuat patung lembu emas, mereka tetap membuat patung lembu emas itu di dalam hidup mereka.

Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, aspek kedua pada waktu kita ingin berbicara tentang pekerjaan Roh Kudus di dalam hidup kita, atau Firman yang diberitakan, untuk seseorang bisa bertumbuh di dalam iman, dia perlu membuka telinga dia untuk mendengar firman itu. Yang dalam pengertian mengakuinya, menyetujuinya, dan melakukan kebenaran itu di dalam hidup dia. Dan itu adalah ciri kedua dari orang yang mendapatkan kasih karunia Tuhan di dalam hidup mereka. Kenapa? Karena Alkitab banyak sekali berkata seperti ini ya. Tuhan membagi 2 kelompok orang. 1 kelompok adalah orang-orang yang dikatakan mendengar firman Tuhan dan mengerti firman Tuhan dan melakukan firman Tuhan atau mendengar dalam pengertian melakukan itu ya. Satu, adalah orang yang mendengar tetapi tidak mengerti Firman Tuhan dan tidak melakukan Firman Tuhan. Nah, pada waktu berbicara mengenai 2 kelompok ini, maka Alkitab mengatakan orang yang dikasihi Tuhan adalah orang yang mendengar Firman Tuhan, mengerti Firman Tuhan, dan melakukan Firman Tuhan itu di dalam hidup mereka. Yang kedua, ditolak oleh Tuhan Allah.

Saudara boleh buka Matius 13:13, Matius pasal yang ke-13 (Mat 13:10-16 ) “Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: “Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?” Jawab Yesus: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.  Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang membuat Yesus mengajarkan dalam bentuk perumpamaan? Sebenarnya kalau kita berbicara tentang perumpamaan, perumpamaan itu adalah 1 sarana mengajar yang membuat orang bisa gampang mengingat dan menangkap maksud daripada pengajaran yang dikabarkan oleh Yesus Kristus. Misalnya, kalau Bapak, Ibu dengar cerita tentang orang Samaria yang baik hati, misalnya, yang ketika ada seorang jalan turun dari Yerikho, lalu kemudian dia dirampok di tengah jalan, dipukuli, lalu setelah itu ada imam lewat, Farisi lewat, tapi tidak ada satu pun yang mau membantu orang itu, mereka jalan dari samping mungkin ingin beribadah , menyentuh orang yang terluka itu membuat najis sehingga membatalkan ibadah mereka. Akhirnya mereka nggak ada satupun yang menolong. Tetapi kemudian datang seorang Samaria, ketika melihat orang ini, dia rawat orang ini, bawa ke hotel, dibersihkan luka-lukanya, lalu ketika dia harus pergi meninggalkan orang ini, dia kasih uang kepada penjaga hotel itu untuk merawat orang ini. Gampang kan ingatnya? Langsung tahu artinya nggak? Saya percaya, kita tahu langsung artinya, kita harus menjadi orang yang seperti Samaria itu yang memperlakukan orang lain sebagai sesama kita yang kita kasihi, yang kita hargai itu. Dan orang itu adalah Samaria, bukan Farisi ataupun ahli Taurat itu.

Lalu misalnya Bapak, Ibu dengar perumpamaan tentang benih yang ditabur di 4 jenis tanah. Satu, benih yang jatuh di pinggir jalan. Satunya, di tanah yang berbatu. Satunya, di tanah yang bersemak duri. Satunya, di tanah yang subur. Lalu, di situ dikatakan yang ketiga itu kemudian tidak menghasilkan apapun dan bahkan mati, seperti itu. Yang keempat itu tumbuh dan berbuah berpuluh-puluh kali lipat sampai 100x lipat. Bapak, Ibu langsung tahu kan. Oh, maksudnya adalah kita harus menjaga hati kita seperti tanah yang gembur itu, yang subur itu. Ketika firman dikabarkan, kita harus bertumbuh dan berbuah. Orang bisa menangkap itu dengan baik. Tetapi kenapa di sini murid-murid bertanya “Kamu mengajar dengan perumpamaan.” Lalu Yesus berkata supaya mereka mendengar tapi mereka tidak mengerti atau mereka mendengar tetapi mereka tidak mendengar. Tetapi sedangkan engkau adalah orang yang mendengar tetapi mendengar atau mendengar lalu mendengar. Ada kata penting yang muncul di dalam Matius 13 itu yaitu di dalam ayat yang ke-15. “Supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.” Di situ ada kata “hati” yang muncul yang menyatakan ada 1 perubahan totalitas dari diri orang itu untuk datang dan kembali kepada Kristus. Itu menjadi hal yang penting.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini adalah 1 perkataan yang Yesus bukan hanya katakan saat itu saja, tetapi Dia mengutip kalimat dari Yesaya. Berarti prinsip di dalam Perjanjian Baru ataupun di dalam Perjanjian Lama itu sama. Nah, kalau Bapak, Ibu perhatikan di dalam Kisah Rasul pasal 28 juga, itu ditutup dengan kalimat seperti ini, di dalam pelayanan yang dilakukan oleh Paulus ya. (Kis. 28:25-28) “Maka bubarlah pertemuan itu dengan tidak ada kesesuaian di antara mereka. Tetapi Paulus masih mengatakan perkataan yang satu ini: “Tepatlah firman yang disampaikan Roh Kudus kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi Yesaya: Pergilah kepada bangsa ini, dan katakanlah: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.  Sebab itu kamu harus tahu, bahwa keselamatan yang dari pada Allah ini disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mendengarnya.” Kita baca ayat 28 sama-sama ya. “Sebab itu kamu harus tahu, bahwa keselamatan yang dari pada Allah ini disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mendengarnya.” Jadi, mendengar di situ apa? Mendengar itu identik dengan seseorang diselamatkan atau tidak. Mendengar di situ identik dengan seseorang yang menerima anugerah kasih karunia di dalam Kristus atau tidak. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini adalah hal yang kita betul-betul harus dengan kelembutan hati mau menerimanya, mau mendengarnya. Dan ini menjadi 1 kebenaran yang Bapak, Ibu harus gunakan untuk menguji kembali iman yang Bapak, Ibu miliki di dalam Kristus. Karena umumnya, orang yang datang ke dalam gereja, berpikir kalau dia memiliki iman, berpikir kalau dia percaya kepada Kristus, berpikir kalau dia adalah orang yang sudah diselamatkan di dalam Kristus. Tetapi, pertanyaannya yang mungkin kita harus tanyakan adalah bukan “Saya punya iman tidak kepada Kristus?” Tetapi, kita mendengar tidak perkataan Kristus di dalam hidup kita.

Saudara boleh buka ayat di dalam Yohanes 8. Ini agak sedikit berbeda, tapi saya mungkin jelaskan di dalam scope yang lebih luas ya. Yoh 8:36, kita baca sama-sama ya. “Jadi apabila Anak itu memerdekakan  kamu, kamupun benar-benar merdeka.” Lalu ayat 44 ya, “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan  bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku? Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah.” Jadi, pada waktu Yesus berkata di dalam ayat 36, “Jadi apabila Anak itu memerdekakan  kamu, kamupun benar-benar merdeka.” Istilah benar-benar merdeka itu bukan berarti, “Oo..mulai sekarang saya bisa melakukan segala sesuatu yang saya inginkan.” Bukan. Tetapi, kalau Saudara kaitkan dengan ayat ke-44 dan seterusnya di situ, maka Saudara akan mengetahui bahwa merdeka itu berarti kita diberikan kemampuan untuk percaya kepada Kristus, dan kita diberikan kemampuan untuk hidup di dalam kebenaran yang Kristus ajarkan karena kita mendengarkan apa yang dikatakan oleh Yesus Kristus.

Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya sekali lagi ya, atau kalimat yang dalam bentuk pertanyaan, “Mengapa Yesus berkata di dalam ayat 36, “Jadi apabila Anak itu memerdekakan  kamu, kamupun benar-benar merdeka.” ?” Kenapa Yesus katakan seperti itu? Kalau kita baca dari sisi statement, mungkin kita akan ngomong, “Oh ya, kemerdekaan kita itu adalah sesuatu yang dikarenakan Anak memerdekakan kita.” Tetapi boleh nggak, kita bacanya dalam pengertian ini: Ada orang-orang yang mengira mereka sudah dimerdekakan, tapi sebenarnya mereka belum dimerdekakan. Dan mereka itu siapa? Yaitu orang Kristen yang selama ini berpikir dia sudah punya iman, dia sudah ada di dalam kemenangan, ada di dalam keselamatan, ada di dalam kerajaan Allah, tapi sebenarnya mereka belum. Karena apa? Kuncinya adalah mendengar Firman atau tidak. Itu menjadi hal yang kedua yang penting ya.

Lalu, yang ketiga adalah pada waktu seseorang datang di dalam iman kepada Kristus, dari Lidia ini, Saudara boleh baca kembali ayat yang ke-14, (Kis 16:14) “Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.” Yang ketiga adalah apa yang membuat Lidia itu memperhatikan kata yang disampaikan oleh Paulus? Jawabannya adalah karena Tuhan membuka hatinya. Nah, ini jadi prinsip yang tadi saya katakan di awal ya, tetapi ini dipertegas saja ya, seseorang bisa datang kepada Tuhan, dari awal saya ngomong, anugera, anugerah, seperti itu. Orang bisa mendengar karena anugerah. Dan ini dikatakan kembali atau ditekankan oleh Lukas di dalam ayat 15, mengapa Lidia mendengar, membuka telinga, memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus? Karena Tuhan membuka hatinya. Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya kalau kita mengerti prinsip ini, kita nggak akan menjadi orang yang sombong. Kita tidak akan menjadi orang yang merasa kita memiliki kemampuan untuk meyakinkan seseorang akan kebenaran yang membuat orang itu bisa bertobat dan percaya kepada Kristus. Dan kita bukan hanya berbicara tentang metode-metode di dalam menyampaikan Injil Tuhan di dalam kehidupan kita, walaupun metode itu perlu, walaupun meyakinkan itu perlu, walaupun menyatakan dengan 1 confidence, kejelasan tentang firman Tuhan, logika untuk meyakinkan seseorang itu juga perlu. Kalau Bapak, Ibu perhatikan di dalam Kisah dari pasal 2, khotbah Petrus, lalu Kisah Rasul pasal 3 atau 4 dst, Bapak, Ibu akan lihat para rasul itu, dan termasuk khotbah Paulus itu disampaikan dengan argumentasi apologetika yang sangat kuat sekali. Dia mengajak orang yang mendengarkan berita itu berpikir dan menganalisa, membandingkan apa yang diajarkan oleh Petrus dan Paulus tentang hal-hal yang selama ini mereka percayai itu adalah kebenaran atau tidak. Lalu kemudian, yang benar itu seperti apa, lalu menuntut mereka untuk bertobat dan kembali kepada Kristus. Itu ada prinsip seperti ini.

Itu sebabnya ketika Bapak, Ibu, Saudara mengabarkan Injil, kita perlu bisa menaklukkan semua pikiran di bawah Kristus. Kita harus menyatakan kelemahan-kelemahan dari apa yang mereka percayai dalam hidup mereka. Kita harus melihat bahwa Kristus memang adalah satu-satunya jalan, dan kebenaran, dan hidup itu. Tapi ketika Bapak, ibu memberitakan Injil itu dan kebenaran itu kepada mereka, dan mereka percaya, Bapak, Ibu tidak pernah boleh mengatakan, “Mereka adalah orang-orang yang percaya karena saya yang membuat mereka percaya.” Yang membuat orang itu percaya adalah siapa? Tuhan, bukan kita. Metode, penting. Cara penyampaian yang jelas, penting. Meyakinkan, betul. Menyampaikan secara setia dengan kitab suci, sangat penting sekali. Tetapi sekali lagi, ketika Bapak, Ibu lihat itu, lalu lihat ada orang yang kabarkan Injil, dipakai oleh Tuhan. Lalu ada orang lain yang kabarkan Injil tidak dipakai oleh Tuhan, Bapak, Ibu tetap tidak boleh berkesimpulan bahwa orang itu lebih hebat, atau lebih pandai, lebih mampu, atau diberikan karunia untuk memenangkan jiwa, orang ini nggak. Karena semuanya bersumber dari anugerah Tuhan. Ini menjadi sesuatu yang pernah diperdebatkan oleh orang-orang Korintus, ketika mereka berselisih satu dengan yang lain untuk mendukung siapa yang menjadi rasul yang terbesar atau pemimpin yang terbesar.

Kita boleh buka 1 Kor. 3 ya, 1 Kor. 3:4-9, “Karena jika yang seorang berkata: “Aku dari golongan Paulus,” dan yang lain berkata: “Aku dari golongan Apolos,  ” bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani? Jadi, apakah Apolos?  Apakah Paulus? Pelayan-pelayan   Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri.  Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.” Di sini ada kalimat yang dikatakan, “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.”  Jadi, siapa yang penting? Yang penting siapa? Tetap Allahnya. Kita hanya orang-orang yang dipakai untuk menjadi pekerja Tuhan. Saya tidak pernah boleh menyombongkan diri dan tidak mungkin bisa menyombongkan diri daripada yang lain, dan Bapak, Ibu,Saudara semua juga tidak boleh meninggikan salah satu dari orang-orang tertentu yang menjadi pelayan Tuhan. Karena yang utama adalah Tuhan yang memberi pertumbuhan, bukan pribadi-pribadi itu. Walaupun kita juga bisa melihat Tuhan memakai orang yang satu lebih besar daripada orang yang lain. Tetapi, Bapak, Ibu punya kerohanian bukan dinilai dari siapa orang yang Bapak, Ibu ikuti.

Misalnya kayak gini ya, di antara gereja kita aja. Yang paling hebat siapa hamba Tuhannya? Pdt. Stephen Tong ya. Yang kedua siapa? Ya pendeta-pendeta lain, ada Jimmy Pardede, ada Ivan Kristiono, ada Antonius Oen, ada siapa lagi? David Tong, ada yang lain-lain itu, seminar misalnya. Lalu ada kelompok yang ketiga, yang nggak terlalu dikenal. Termasuk saya nggak dikenal, misalnya. Pertanyaannya adalah, ketika Bapak, Ibu, Saudara melihat ada kelompok ini, lalu merasa bahwa Bapak, Ibu lebih diberkati oleh misalnya, Pdt. Stephen Tong atau pendeta-pendeta lain yang di bawah Pdt. Stephen Tong. Pertanyaannya adalah, apakah ketika Bapak, Ibu lebih suka mendengar Pdt. Stephen Tong dan pendeta-pendeta yang lain itu membuat Bapak, Ibu lebih rohani daripada yang cuma ada di gereja lokal yang mendengarkan khotbah dari hamba Tuhan lokal? Jawabannya apa? Tidak. Tapi, kita suka ngerasa begitu kan? “Kalau saya dengar yang besar, wah, saya lebih diberkati!” Betul ya, amin ya, lebih diberkati ya. Tetapi, siapa orang yang diberkati itu? Orang yang diberkati itu bukan pengetahuannya yang ditambah. Ada aspek itu. Tapi, orang yang diberkati adalah orang yang ketika makin banyak dia tahu tentang kebenaran, dia bisa menghidupi kebenaran yang lebih banyak yang dia tahu itu atau lebih detail, lebih tepat, seperti itu. Tapi, kalau Bapak, Ibu, Saudara mendengar tapi cuma mengagumi, merasa dicerahkan, tapi tidak ada perubahan di dalam hidupmu di dalam mengikut Tuhan, tetap saya katakan mungkin Saudara yang mengejar tokoh-tokoh yang di atas itu tidak lebih baik rohaninya dari seorang jemaat yang dengan setia dengar hamba Tuhan khotbah tapi dia menghidupi kebenaran yang disampaikan sebagai Firman dari Tuhan. Itu adalah hal yang kita harus renungkan. Karena apa? Karena Tuhan yang memberi pertumbuhan, bukan tokoh-tokoh itu yang memberi pertumbuhan. Dan pertumbuhan itu dilihat dari kehidupan kita yang diubahkan di dalam kebenaran Kristus. Ya, saya tahu ada sisi di mana pergumulan kita membuat kita mengejar sesuatu yang kemudian makin bertumbuh untuk bisa menolong kita melewati pergumulan kita itu. Ada aspek itu. Ada pertumbuhan itu. Ada kerinduan untuk lebih tahu secara luas itu harus ada di dalam kehidupan orang Kristen. Tapi, jangan terjebak hanya mengikut berdasarkan besarnya nama ataupun berdasarkan banyaknya pengetahuan. Tetapi kejarlah hidup yang betul-betul ada di dalam pengudusan yang Roh Kudus kerjakan di dalam hidup kita. Itu jauh lebih penting.

Jadi, apa yang kita pelajari dari Lidia? Dia adalah orang yang ketika datang kepada perkumpulan orang Yahudi, kita tahu bahwa Tuhan yang sudah mulai bekerja dalam hidup dia. Apa yang kita tahu dari Lidia? Dia bukan hanya ingin tahu, tetapi dia betul-betul ingin mengerti kebenaran itu dengan membuka telinga untuk mendengar kebenaran itu. Dan apa yang kita tahu? Dia adalah orang yang mengetahui kalau Tuhanlah yang bekerja di dalam kehidupan dia untuk menyatakan kebenaran itu dalam hidup dia. Sayang waktu kita nggak cukup. Ada banyak hal yang kita bisa lihat juga dari kehidupan Lidia setelah dia menjadi percaya kepada Kristus, dan juga bagaimana Paulus menghadapi orang yang dikuasai oleh Iblis atau kuasa jahat di dalam hidup dia. Dan kiranya nanti itu kita akan bahas di dalam pertemuan berikutnya. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita dengan Firman hari ini. Mari kita masuk di dalam doa.

Kembali kami berdoa, bersyukur, Bapa, karena Engkau boleh menebus kami di dalam Kristus. Tetapi, Engkau juga boleh mengaruniakan kepada kami telinga dan hati untuk mendengar kebenaran Firman Tuhan. Kami sungguh bersyukur sehingga Firman itu boleh menjadi satu iman yang ada di dalam hati kami untuk percaya kepada Kristus. Tapi, kami juga berdoa ya Bapa, kiranya kebenaran tentang Kristus itu bukan hanya berkaitan dengan Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat kami, tetapi kami juga boleh diberikan kehausan dan kerinduan yang besar untuk terus menuntut dan mengerti kebenaran-kebenaran Tuhan yang lain, yang Kau nyatakan bagi kami di dalam kitab suci. Dan juga satu kehidupan yang betul-betul mau membuka telinga dan hati mendengarkan Firman Tuhan. Tolong pimpin kami, ya Bapa ketika kami menjalani hidup kami sebagai orang Kristen, ketika Firman kami dengar dalam hidup kami, biarlah Firman itu boleh senantiasa menguduskan kami untuk makin menjadi serupa dengan kebenaran Firman yang kami dengarkan atau makin serupa dengan Kristus secara pribadi di dalam kehidupan kami sehingga kami boleh menjadi orang-orang yang sungguh-sungguh menyatakan satu kehidupan yang ada di dalam kasih karunia yang telah Tuhan berikan di dalam Kristus kepada diri kami. Kami rindu Bapa, Kau boleh memberkati gereja-Mu ini. Kami rindu Bapa, Engkau boleh menyertai setiap pribadi dari anak-anak-Mu yang hadir di sini. Dan kami rindu, mereka boleh menjadi anak-anak-Mu yang sungguh-sungguh membuka telinga dan hati mereka untuk mendengar perkataan Tuhan, tanpa banyak beralasan untuk membenarkan diri dan untuk menolak kebenaran firman walaupun Firman itu sudah dikatakan dengan mengatakan kalau mereka adalah orang-orang yang tetap setia dan mengasihi Tuhan. Tapi mereka boleh dengan satu kesadaran, melihat dengan satu iman yang sederhana di hadapan Tuhan, dan pengertian yang sederhana, setiap perkataan Tuhan itu harus dilakukan. Setiap kebenaran Tuhan harus dipegang sebagai kebenaran. Setiap hal yang menjadi jalan hidup harus dinilai berdasarkan kebenaran Firman dan juga kehidupan yang bergantung kepada Tuhan dan diterangi oleh kebenaran firman Tuhan. Kiranya semua ini boleh menjadi kehidupan dari anak-anak-Mu sehingga mereka semua boleh berkata di dalam hati mereka, di dalam mulut mereka, dan melalui kehidupan mereka kalau mereka adalah milik-Mu dan mereka adalah anak-anak-Mu yang kekal. Kami berdoa, bersyukur di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin. (HSI)

 

 

 

 

 

 

Comments