Kedaulatan Allah & Predestinasi, 18 September 2022

Pada hari ini kita akan merenungkan Firman Tuhan tentang kedaulatan Allah di dalam predestinasi-Nya, kedaulatan Allah di dalam penetapan-penetapan-Nya, khususnya penetapan sebagai umat pilihan, kepada kita sebagai umat pilihan. Ini merupakan ajaran Alkitab yang seringkali membingungkan banyak orang Kristen, yaitu bicara soal apa? Bicara soal kedaulatan Allah. Kedaulatan Allah itu lebih khusus kepada orang-orang Kristen. Yaitu bicara apa? Bicara soal predestinasi, bagaimana tujuan akhir setiap orang itu sebenarnya sudah Tuhan tetapkan, sudah Tuhan ketahui, sudah Tuhan rancangkan di dalam kedaulatan-Nya. Tetapi sebelum kita membahas doktrin predestinasi, sebelum kita membahas sifat Allah, yaitu adalah Allah yang berdaulat atas seluruh ciptaan-Nya, kita renungkan dulu dengan apa yang dinamakan sebuah kebingungan.

Apa sih bingung ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Ada sebuah ilustrasi tentang kebingungan, yaitu ada seorang guru diberikan catatan berikut oleh salah satu muridnya. Ada seorang guru sekolah dapat catatan dari seorang muridnya, terus berbunyi demikian: “Guru yang terhormat, maafkan saya karena saya bolos sekolah kemarin. Kami sekeluarga lupa mengeluarkan koran hari Minggu dari teras. Dan ketika kami menemukannya pada hari Senin, kami pikir itu hari Minggu.” Jadi tidak sekolah semua. Hari Minggu libur sekolahan. Karena apa? Karena lupa mengeluarkan koran hari Minggu. Ya, nggak diambil korannya. Nah tentu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa tertawa sambil merasa, ”Ini tuh ilustrasi apa ya? Ilustrasi yang garing gitu ya. Kering banget ya. Kok aneh sih?Jawaban atau alasan dari seorang murid yang mengatakan, “Saya bolos sekolah itu karena lupa mengeluarkan koran.” Ini membuat kita tuh bingung, sebenarnya ada apa? Biasanya kan kalau seorang murid bolos sekolah, ya dia cari-cari alasan, biasa kan bannya bocor, terus lagi sakit ya, terus telat bangun lah, ini paling jujur. Telat bangun sekolah, sudah nggak sekolah sekalian, dan lain-lain. Nah, tetapi alasan murid tersebut sungguh membingungkan ya, kok salah lihat tanggal koran. Bisa lupa hari itu karena koran. Nah, inilah kebingungan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kebingungan berarti suatu pikiran dan perasaan yang kacau-balau. Kita rasa nggak nyaman. Kita nggak mengerti, itu kita bingung. Pikirannya tidak jelas, bahkan ada ketidakpastian ya, dan juga sulit untuk memahami sesuatu. Itu kebingungan. Dan bingung ini dalam kondisi yang betul-betul tidak mengerti.

Nah, Bapak, Ibu sekalian, kisah di Alkitab waktu manusia itu satu suku dan satu bahasa lalu mereka mulai mendirikan menara Babel, ini di dalam kitab Kejadian, yang tingginya mencapai ke langit, mereka ingin menuju Allah, tetapi bukan untuk mendekat atau memuliakan Allah. Mereka mau menuju ke langit yang mereka percayai di sana ada Allah, tetapi mau menjadi Allah itu sendiri. Mau paling hebat, mau meninggikan diri dan juga merendahkan Allah. Mereka sombong ketika mereka punya satu bahasa yang mereka mengerti semua dan akhirnya mereka mendirikan menara Babel di sana supaya mereka menjadi tenar, mulia. Akhirnya, apa yang Tuhan lakukan kepada masyarakat manusia yang satu suku, satu bahasa tersebut? Tuhan membuat mereka kebingungan. Tuhan kacaukan bahasa mereka sehingga ketika mereka mengobrol satu dengan yang lain, meminta pertolongan, “Lemparkan batu bata!” Nggak ngerti ya, nggak mudeng semuanya. Karena berbeda bahasa jadinya sehingga mereka akhirnya berkelompok, terus kemudian mereka yang mengerti bahasa itu saling berkumpul satu dengan yang lainnya, kemudian menyebar ke seluruh daerah di seluruh penjuru bumi. Kenapa mereka bisa menyebar dan akhirnya melakukan rencana Allah yaitu “Beranak cucu dan bertambah banyak dan penuhilah bumi. Jangan diam di satu bumi tapi penuhilah, menyebar.”? Karena suatu kebingungan. Tuhan kacaukan bahasa mereka demi rencana Allah itu terjadi. Tidak ada komunikasi yang jelas di antara mereka dan mereka kebingungan. Siapa yang buat kebingungan? Tuhan! Jangan pikir Tuhan itu hanya bisa membuat kita mengerti, mengerti, mengerti, memahami. Tuhan bisa buat kita bingung demi kemuliaan Tuhan, demi pekerjaan Tuhan terlaksana di dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi.

Tuhan membuat kita bingung bukan dengan motivasi yang jahat. Tuhan membuat kita bingung itu dengan motivasi baik supaya kita tidak sombong, tidak mencuri kemuliaan Tuhan, tetapi bisa bergantung kepada Allah, takut akan Tuhan, percaya pada Tuhan. “Saya bingung. Saya nggak bisa lakukan ini dan itu. Saya manusia. Saya butuh Tuhan untuk memimpin kehidupan saya.” Bingung berarti kita tidak bisa menemukan jawaban yang tepat. Kita bingung harus memilih apa? Posisi kita ada di mana? Harus bicara apa? Harus melakukan apa? Ini terjadi. Ya, ini terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Orang yang kuliah menghadapi skripsi, bingung. Ngerjain apa? Nulis apa? Lakukan apa? Sudah wisuda, jangan pikir kita kehilangan kebingungan. Wah, sudah wisuda. Selesai. Kerja apa? Menawarkan diri ya. Menawarkan diri supaya bisa bekerja di perusahaan mana? Harus lakukan apa ke depannya. Kita bisa saja bingung. Tetapi yang membuat kita itu bingung di dalam Tuhan adalah kita mau bersandar kepada kebenaran Firman Tuhan. “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman,” itu berarti kita bingung. Kita gelap, kita tidak mengerti di depan kita ada apa, tapi kita punya Tuhan yang menyertai kita.

Raja Daud, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dalam Mazmurnya pernah mengalami kebingungan dan dia pernah berpikir seperti ini. Ia katakan, “Aku telah terbuang dari hadapan Tuhan.” Wah, ”Aku”? Siapakah Raja Daud itu? Pribadi yang dipimpin Tuhan sejak dia kecil. Yang diurapi sebagai raja sejak dia masih kecil. Ya, seseorang yang terus mencari kehendak Tuhan, seseorang yang terus ingin datang ke gereja, ke bait Tuhan, ke hadiran Tuhan ya, ke kemah suci Tuhan. Dia mau terus datang kepada Tuhan, tapi pada momen kehidupannya, dia rasakan kebingungan. “Aku telah terbuang dari hadapan Tuhan.” Ini suatu pernyataan Daud. Kenapa Daud kebingungan? Karena Daud menghadapi situasi yang sulit. Dia dikejar-kejar Saul. Dia dikejar-kejar oleh raja yang sangat dia hormati. Katanya, Tuhan berfirman, “Lakukanlah apa yang ingin orang lain lakukan kepadamu.” Daud itu sangat menghormati Saul. Daud itu nggak pernah macam-macam sama Saul. Tunduk, taat, setia. Tapi Saul, Raja Saul itu, apakah setia kepada Daud? Tidak. Apakah baik kepada Daud? Tidak juga. Hatinya benci, iri hati kepada Daud. Nah, di sini Daud mengalami pergumulan. “Kenapa aku yang sudah direncanakan menjadi raja malah dikejar-kejar Saul sampai ingin dibunuh, menjadi orang yang mengembara, lari-lari?” Dan di situ Daud mengatakan, “Aku telah terbuang dari hadapan Tuhan.” Ya, bingung karena yang dihadapi begitu besar. Kesulitan yang dihadapi membuat Daud kebingungan dan ketika kebingungan, dia mendapatkan kepastian karena dia tahu, dia mencari jawaban di mana. Yaitu Daud berseru minta tolong kepada Tuhan. Berseru, tiap pagi, tiap malam, “Tuhan tolong aku! Aku nggak ngerti ke depannya bagaimana.” Ya, di situ Daud juga mengatakan, ”Tetapi Tuhan mendengar suara permohonan Daud ketika dia minta tolong.” Tuhan berikan kejelasan setahap demi setahap. Daud tidak lagi banyak kebingungan di dalam kehidupannya, tetapi ia memiliki iman di dalam Tuhan.

Ketika para murid sedang di perahu di Danau Galilea, kemudian Yesus menyusul mereka dengan berjalan kaki di atas air, untuk apa sih? Apakah Tuhan Yesus itu mau keren-kerenan? Flexing ya, pamer, pamer, “Bisa jalan di air nih, di atas air tengah malam.” Bukan! Supaya para murid itu melihat kuasa Yesus. Tetapi sebelum melihat kuasa Yesus, para murid itu bingung. Ini siapa? Muka, muka Tuhan Yesus. Tubuh, tubuh manusia. Tapi dia berjalan di atas air. Kenapa? Kok bisa? Mereka bingung. Tapi di situ mereka mulai mau bergantung, mau percaya, dan mengenal siapakah Yesus. Yesus itu Tuhan sekaligus manusia. Dan Tuhan Yesus itu bisa melakukan kehendak Tuhan dengan mujizat tersebut. Mujizat yang begitu banyak Tuhan Yesus lakukan adalah supaya orang itu takjub dan heran, dan bingung, tetapi setelah melihat mujizat mereka datang kepada Kristus, mengenal Yesus yang mengasihi mereka semua. Itu zaman dulu. Banyak mujizat supranatural membuat kita kebingungan. Karena apa? Karena belum ada Alkitab. Ya, karena belum ada Alkitab. Tapi sekarang, Tuhan bekerja secara berbeda, Tuhan berikan kita Alkitab. Alkitab memberikan kejelasan, sehingga mujizat-mujizat seperti zaman PL dan PB itu sudah tidak ada lagi karena sudah ada Alkitab. Supaya kita bisa mengenal Tuhan melalui Firman Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apakah di antara kita ada yang sedang kebingungan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, menghadapi situasi, kondisi, masalah kehidupan kita? Kebingungan menghadapi hari depan bagaimana? Kita nggak ada yang tahu ya. Besok pun kita nggak tahu, meskipun kita bisa merencanakan, memprediksikan. Tapi betul-betul nggak tahu kok, berapa waktu di depan itu nggak tahu, apa yang terjadi? Ada permasalahan di keluarga, di pertemanan, di pelayanan, di gereja, dan lain-lain, Bapak, Ibu, Saudara sekalian.Nah, ketika kita menghadapi kondisi yang bingung, ingat jangan bersandar pada pengertian kita sendiri, tapi percayalah kepada Tuhan dengan segenap hati. Jangan bersandar pada pengertian kita. Kita sudah mikir. Namanya manusia itu pasti mikir. Dan ketika pada titik bingung itu kita harus percaya kepada Tuhan. Percaya kepada Tuhan karena kita sudah mikir kok. Sudah lakukan yang terbaik. Nah, yang perlu kita lakukan adalah percaya, beriman kepada Tuhan yang berdaulat, berdoa dengan tekun kepada-Nya. Karena apa? Secara otomatis, namanya manusia itu punya self-defense. Kalau ada sesuatu yang bagi kita bahaya, celaka untuk diri kita dan keluarga kita dan kepentingan kita, kita akan usahakan kok sebaik mungkin. Itu pasti. normal. Tapi untuk berdoa kepada Tuhan, ini butuh anugerah Tuhan. Kita butuh usaha yang lebih keras untuk percaya kepada Tuhan. Jangan fokus kepada kekhawatiran, masalah, kesulitan, tapi fokuslah pada Tuhannya karena di dalam Tuhan tersedia jalan keluar, kepastian, dan hikmat. Bukan berarti kemudian kita abaikan segala permasalahan, kesulitan di depan, tapi ya jangan lupa berdoa. Kita akan tetap hadapi yang terbaik kok. Namanya kita sebagai manusia kan, kita mau menghadapi setiap masalah, kita ingin menyelesaikannya.  Tetapi ketika sudah dikerjakan, serahkan ke Tuhan. Ini nasehat bagi anak-anak semua ya. Kalimat ini sudah saya dengar sejak SD, SMP, yaitu apa? Do the best, and let God do the rest. Lakukan yang terbaik, sudah, sudah, percaya. Besok, lakukan yang terbaik lagi. Lakukan yang terbaik sampai kita mentog gitu ya. Dan setelahnya, biarkan Tuhan bekerja. Kita melihat kuasa Tuhan bekerja di dalam kedaulatan Allah.

Jangan lupa, Tuhan itu berdaulat atas hidup kita, apalagi atas otoritas di mana kita bisa mengatur alam ini. Kalau Tuhan berdaulat atas hidup manusia yang di mana manusia itu diberikan otoritas untuk mengatur alam, apalagi Tuhan itu berdaulat kepada alam tersebut. Tuhan itu berdaulat atas segala sesuatu. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di dalam kekristenan itu memang Alkitab itu memberikan ajaran yang ketika kita baca itu bisa terlihat ajaran yang jelas, tetapi ada juga ajaran yang sulit dan membingungkan. Kita pengennya ajaran yang mana, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Ajaran yang jelas, sederhana, mudah dimengerti, atau sulit dimengerti, membingungkan? Kita ingin dua-duanya! Kenapa? Karena supaya kita bisa lebih memuliakan Tuhan. Kita ingat tujuan kita ya. Tujuan kita ada itu adalah memuliakan dan menikmati Tuhan selama-lamanya. Dengan apa panduannya? Yaitu dengan Firman Tuhan. Ketika kita ada Firman Tuhan yang mudah dimengerti, jelas, tidak bertentangan satu dengan yang lainnya, kita terima dengan iman, bagus. Tapi ada saatnya kita baca itu nggak mengerti. Kita kebingungan. Dan di sinilah Tuhan pakai kondisi tersebut untuk menolong kita semakin percaya kepada Tuhan, semakin bergantung kepada Yesus Kristus. Nanti yang membingungkan itu bisa menjadi lebih jelas dan kita lebih imani dan percayai.

Lalu di dalam perjalanan kehidupan kita, maju lagi tahun demi tahun kehidupan kita, ada kalanya kita bingung juga. Ya, sudah tua, misalkan, sudah senior atau lansia , atau usia indah, usia emas, pokoknya ya tua lah. Umur 60 ke atas. Ada nggak pergumulannya? Ada lagi. Sampai kita mati, baru kita tidak ada kebingungan., semua jelas di hadapan Yesus Kristus. Tapi selama namanya manusia, pasti ada kebingungan. Dan kebingungan tersebut mendorong kita untuk bertahan, percaya kepada Tuhan, dan juga bergantung kepada Tuhan. Kalau kita bingung di dalam kebenaran Firman Tuhan ya, di dalam mengerti Firman Tuhan, ada sarana yang Tuhan berikan di dalam ajaran-ajaran yang lebih detail, misalkan doktrin, kelas, PA. Itu semua adalah ajaran-ajaran yang kita bisa terima. Itu membuat kita nggak terlalu bingung. Kita bisa semakin mengerti kebenaran Firman Tuhan. Alkitab itu jelas. Sebenarnya, memang Tuhan itu ingin menyatakan kehendak-Nya di dalam Alkitab. Kitanya yang tidak mampu mengerti kedaulatan Allah dan Allah itu sendiri.

Nah, salah satu doktrin yang membingungkan dalam kekristenan adalah predestinasi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Yang membuat gereja itu pecah satu dengan yang lainnya, yang membuat gereja itu saling menghina satu dengan yang lainnya. Karena apa? Doktrin yang membingungkan. Kalau doktrin yang jelas, jelaslah. Yesus Kristus Tuhan dan Juru Selamat itu sesuai Alkitab. Sudah. Selesai. Kalau tidak percaya berarti kamu bukan gereja, bukan orang Kristen. Tapi kalau mempercayai doktrin kedaulatan Allah atas segala sesuatu, doktrin predestinasi, ya sama-sama percaya Yesus tapi ada yang percaya, ada yang tidak percaya doktrin kedaulatan Allah atau predestinasi ini. Nah, ini menimbulkan kontroversi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Dan ini memang doktrin yang sulit dan membingungkan, tetapi ini adalah ajaran Alkitab. Dan ketika ajaran Alkitab itu dinyatakan, itulah yang membuat ajaran ini layak untuk kita pelajari, karena ini ajaran Firman Tuhan. Kita perlu pahami dengan cermat. Kita jangan abaikan, ”Ah udah, nanti saya jadi orang yang melawan. Benci satu dengan yang lainnya. Saya nggak mau belajarlah doktrin yang rumit-rumit, males! Doktrin yang susah-susah nggak usah dipelajari!” Ya jangan. Jangan, nanti kita imannya selevel itu saja. Yang sederhana baru bisa diterima, yang rumit nggak usah. Karena apa? “Karena saya ingin jadi Tuhannya. Saya pengen mengerti semua sesuatu. Kalau ada yang saya tidak mengerti, saya tolak. Padahal, tidak demikian ya. Kita itu proses belajar seumur hidup. Namanya proses belajar, ada kalanya kita nggak ngerti. Ada kalanya kita jatuh, salah pikir ya. Di dalam pikiran kita, iman kita itu, maka kita perlu belajar terus. Dan gereja Kristen seharusnya mengakui doktrin predestinasi, doktrin kedaulatan Allah karena memang ada di Alkitab. Semua yang ada di Alkitab harus kita akui, harus kita pelajari sebagai orang Kristen. Tetapi akhirnya tafsiran-tafsirannya berbeda satu dengan yang lainnya.

Nah, mari kita buka Alkitab kita, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Di dalam Efesus 1:4, mana buktinya kalau Tuhan mengajarkan kedaulatan-Nya atas hidup kita? Ya, kita bisa lihat dari Perjanjian Baru ya, itu lebih jelas. Efesus 1:4-5, kita baca bersama-sama, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Efesus 1:4-5, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita  sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” Ini di dalam Perjanjian Baru kepada jemaat Efesus, dan penulisnya adalah Rasul Paulus. Rasul Paulus menuliskan sebuah kedaulatan Allah di dalam apa? Di dalam keselamatan, di dalam umat pilihan-Nya. Kenapa tidak dimulai dari Perjanjian Lama, Bapak, Ibu, Saudara sekalian tentang kedaulatan Allah yang begitu jelas atas umat pilihan-Nya? Karena di dalam Perjanjian Lama itu Tuhan baru memulai penciptaan-Nya. Dan penciptaan manusia, Adam dan Hawa itu langsung berelasi dengan Tuhan yang berdaulat. Tidak perlu dikasih tahu dulu ya, baru mereka mengerti kedaulatan Allah dan juga pemilihan Allah atas umat-Nya. Jadi, di Perjanjian Lama itu memang samar-samar, meskipun Tuhan sudah nyatakan ya. Tuhan pilih bangsa Israel, Tuhan pilih Habel, bukan Kain, Tuhan pilih bangsa Israel, bukan yang lain, Tuhan pilih Adam dan Hawa sebagai manusia yang pertama. Itu ada semua. Itu semua Tuhan berdaulat sebagai Tuhan. Tetapi di dalam Perjanjian Baru ini lebih jelas lagi bahwa Paulus menjelaskan bahwa dalam kekekalan, Tuhan itu sudah bekerja. Dalam kekekalan, Tuhan itu sudah mengasihi kita, bahkan kita belum ada. Kita belum ada, Tuhan itu sudah merancangkan kita, memilih kita sebelum dunia dijadikan. Supaya apa? Supaya kita kudus, supaya kita tak bercacat di hadapan-Nya. Hidup kudus di dalam dunia ini dan kemudian sampai nanti kita bertemu dengan Yesus Kristus. Tuhan itu sudah memperhatikan siapa saja yang akan Dia ciptakan. Itu adalah Tuhan yang berdaulat. Dan juga dalam kasih, ingat ya, di dalam kasih di ayat ke-5 tersebut dijelaskan bahwa, “Allah telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” Dalam kasih, jadi pemilihan Allah ini adalah di dalam belas kasihan Tuhan. Pemilihan Allah itu di dalam kasih Tuhan. Doktrin predestinasi ini di dalam konteks penggembalaan. Konteks manusia itu dihukum mati, harusnya masuk ke neraka. Dalam kondisi itu, konteks tersebut solusinya adalah, solusi permasalahan manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa adalah predestinasi. Kedaulatan Allah di dalam kasih-Nya, Tuhan memilih untuk menyelamatkan sebagian orang sehingga orang itu mau percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi itu pun bukan karena kebaikan orang tersebut. Melainkan karena apa? Kerelaan kehendak-Nya. Sadar atau tidak sadar, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita itu menjadi orang Kristen karena Tuhan sendiri yang pilih kita. Di antara semua orang yang berdosa, Tuhan pilih kita. Kita harus sadar ini ya. Pada waktu kita mau percaya kepada Kristus, kita rasa nggak dipilih. Kita rasa, kita memang mau menyerahkan diri kita kepada Kristus. Tetapi di belakangnya, sebenarnya Tuhan pilih kita. Ya, Tuhan yang berdaulat itu sudah memilih kita menjadi orang Kristen.

Lalu di ayat 9-11 di dalam Efesus ini, saya akan bacakan untuk kita semua ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Efesus 1:9-11. “Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. Aku katakan “di dalam Kristus”, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan–kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya.” Jadi, kita bisa belajar dari ayat ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Predestinasi itu harus dimengerti di dalam 2 konteks. Pertama, dalam kasih dan belas kasihan Tuhan. Yang kedua adalah di dalam Yesus Kristus. Ya, di dalam Yesus Kristus, Tuhan memilih kita. Tuhan itu nggak sembarangan pilih kita ya. Ketika Tuhan memilih seseorang di dalam kasih dan di dalam Yesus Kristus, keadilan Tuhan itu tetap jalan. Tuhan tidak mengabaikan keadilan-Nya. Karakter Allah itu tetap sempurna. Apakah dengan Tuhan memilih seseorang, Tuhan menjadi tidak Tuhan? Bukan. Tuhan tetap Tuhan ketika Dia memilih sebagian orang untuk diselamatkan dan percaya kepada Kristus. Dan ketika akhirnya Tuhan tidak memilih sebagian orang yang tidak mau percaya kepada Kristus, itu bukan berarti Tuhan menjadi Allah yang tidak kasih. Bukan berarti menjadi Allah yang kejam, tetapi Allah itu memilih berdasarkan belas kasihan-Nya dan di dalam pribadi Yesus Kristus. Itu semua sudah ditentukan.

Nah, ini kita sulit ya, meskipun sudah dijelaskan Alkitab begitu jelas, banyak orang Kristen menolak. ”Ah, aneh ini. Apa sih ajaran setan atau ajaran apa ini. Udah, kita mau dipilih atau nggak dipilih, bebas. Yang penting orang itu percaya kepada Kristus, beres. Nggak usah pikirin di belakangnya Tuhan itu bekerja di dalam kedaulatan-Nya.” Ini salah ini. Di dalam perikop Efesus 1 ini yang sudah kita baca sebagian ayatnya, itu dijelaskan oleh LAI, LAI menjelaskan bahwa itu adalah kekayaan orang-orang pilihan Tuhan. Jadi, Rasul Paulus menjelaskan predestinasi itu kepada umat Tuhan yang sudah percaya kepada Kristus. Tidak digembar-gemborkan kepada orang yang tidak percaya. Ini khusus kepada jemaat Efesus. Supaya apa? Supaya jemaat Efesus di dalam penderitaannya, mereka merasa kaya, di dalam kesulitannya, mereka merasa kuat. Karena apa? Tuhan di pihak mereka. Tuhan tidak akan pernah mengundurkan pemilihan-Nya. Sudah pilih orang, tidak pilih lagi. “Dia berdosa, dia jahat. Sudah, buang!” Tidak. Tuhan tidak akan pernah buang orang yang sudah dipilih-Nya menjadi orang Kristen. Tidak akan pernah. Bahkan Tuhan memberikan Yesus, Tuhan memberikan Roh Kudus kepada orang tersebut. Supaya apa? Jemaat itu kuat. Dengan kedaulatan Allah, kita bisa kuat di dalam Tuhan. Dengan konsep predestinasi, kita bisa semakin melayani Tuhan. Itu Paulus tekankan demikian. “Kamu itu orang-orang yang kaya.” Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Alkitab kita itu ya, kan ada judul, perikop, perikop. Sebenarnya bahasa aslinya itu langsung digabung semua kan ya. Yang membeda-bedakan ini perikop ini tentang salam, perikop ini tentang kekayaan orang-orang terpilih kan kita. Orang-orang supaya bisa belajar Alkitab dengan mudah. Tapi di bahasa aslinya, di catatan-catatan dulunya itu nyambung semua itu kalimat-kalimatnya, pembagian-pembagiannya itu tidak terlalu jelas. Nah, kita bersyukur atas Alkitab yang sudah Tuhan berikan. Supaya kita bisa melihat, memfokuskan terhadap ajaran-ajaran Alkitab.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, arti dasar dari predestinasi adalah tujuan akhir kita ya. Final destination. Final destination ini menjadi judul suatu film tahun 2000, film horor, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Siapa yang di sini suka horor pasti suka juga nonton film ini, meskipun ini fiksilah ya. Fiksi. Film tahun 2000 itu mulai muncul judulnya Final Destination. Itu film horror bagaimana sekelompok orang muda ini berusaha untuk menghindari kematian, tetapi kematian itu akan terus ada. Kematian itu tidak bisa dihindari oleh manusia. Mereka ingin menghindari dari kematian dan kematiannya aneh-aneh, membingungkan-membingungkan. Orang bisa mati kena ini, kena itu, tapi ujung-ujungnya mereka pasti akan mati dan itu dengan cara yang mengagetkan. Itu tujuan akhirnya film tersebut. Menjelaskan bahwa orang kalau harus mati itu harus mati. Kurang lebih gitu ya. Bicara soal kedaulatan juga, tapi bukan kedaulatan dari seorang pribadi Allah, melainkan kedaulatan dari yang non-Allah, non-pribadi. Pokoknya kayak gitu, kalau harus mati ya mati. Itu film, nggak ada pribadi Allah-nya. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita hidup di dunia, di dunia yang nyata. Hidup mati kita itu ditentukan oleh Allah. Proses kehidupan kita juga dikendalikan oleh Allah, Tuhan itu berdaulat atas hidup dan mati kita. Dan final destination itu sudah dijelaskan oleh Alkitab, di dalam dunia itu nanti, kita setelah selesai dunia ini, kita akan menuju mana final destination-nya, surga atau neraka. Kita sudah jelaskan final destination manusia kok, tujuan akhir manusia itu bisa di surga, kekal, dan neraka, kekal, di dunia, sementara. Kita akan mati suatu hari nanti. Dunia ini juga akan berhenti, diubahkan menjadi dunia yang baru, yaitu di dalam kekekalan baik di surga atau neraka.

Nah kita ini, umat pilihan Tuhan itu sudah diselamatkan. Kita tau tujuan akhir kita, kita tau juga sumber kita dari mana, dan itulah yang membuat kita itu bijaksana dalam proses menjalani kehidupan hari demi hari. Kita tau sumber kita dari mana, Alkitab katakan, “Kamu lahir dari Allah” Dan kita juga tau tujuan akhir kita juga, Yesus katakan, “Barang siapa percaya kepada-Ku akan memperoleh hidup yang kekal dan tidak akan binasa.” Kita dari Allah menuju Allah. Di proses tengah kehidupan kita ini harus hidup di dalam Kristus, di dalam Allah. Ini yang terus kita bergumul, hidup di dalam dosa atau di dalam Allah, melawan dosa atau setuju kepada dosa. Nah ini yang perlu kita terus renungkan di dalam kehidupan kita. Allah itu telah memutuskan untuk memilih dan menyelamatkan kita. Bapak, Ibu, Saudara sekalian ini adalah suatu ajaran yang tidak mudah tetapi saya ingin tetap bagikan supaya kita menyadari hidup kita itu tidak berdasarkan kemampuan atau kehebatan kita, melainkan kita melihat tangan Allah yang berdaulat dalam kehidupan kita. Kita ada hari ini pun karena Tuhan yang mengijinkan, mengaturkan kita boleh ada hari ini sampai ke depannya kita itu hidup di tangan Tuhan.

Saya sendiri, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, waktu belajar tentang kedaulatan Allah itu umur 19 ya, 19-20 tahun, itu rasanya susah ya, susah untuk mengerti Allah yang berdaulat dalam kehidupan kita. Tetapi, kita kalau terlalu menyerah ya, mudah menyerah, tidak mau mengerti, tidak mau percaya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita yang lebih susah lagi. Kalau sudah Firman Tuhan disampaikan, memang agak membingungkan, mungkin kita nggak terlalu mengerti, tapi kemudian kita menyerah, “Udah, saya nggak usah belajar lagi!” Kita yang akan kesulitan ke depannya. Tetapi kalau kita terus mau setia, mau belajar, “Siapa pun Tuhan itu aku mau terima!” Ya, jangan pikir Tuhan itu adalah Tuhan di dalam konsep kita sendiri, kita akan terus menjalankan perintah Tuhan. Allah yang berdaulat, betul, Allah yang berdaulat memerintah, memimpin segala sesuatu, tetapi juga Allah yang berdaulat adalah Allah yang memberikan kita kehendak bebas untuk menjalani kehidupan sehari-hari tanpa paksaan. Ya tetapi supaya kita semakin serupa dengan Kristus dan kita juga mau menjalankan perintah-perintah Tuhan yang begitu indah, begitu baik. Kita tetap mau mengenal Allah yang berdaulat, kita tetap jalankan amanat agung, Tuhan yang sudah memilih, ya, memilih siapa pun kita, kita mau bersyukur dan juga membagikan Injil kepada siapa pun yang ada di sekitar kita. Kita terus melakukan perintah kasih karena Tuhan itu memberikan perintah kasih itu kepada semua orang, bahkan musuh kita, kita tetap mau mengasihi mereka meskipun kita tau Tuhan itu berdaulat, Tuhan itu adil, tapi kita mau belajar mengasihi, kita tetap mau lakukan Firman Tuhan yang sudah jelas kita mengerti, kita tetap lakukan yang belum jelas kita mengerti kita terus belajar mengerti. Itu namanya hamba yang setia. Hamba yang setia, hamba yang baik itu bukan ketika ada masalah mundur. Ketika tidak mau mengembangkan talenta itu, “Udahlah simpan talenta di tanah, diemin. Tidak bagikan ke orang lain, tidak mengembangkannya.” Tidak ya, hamba yang setia itu jalankan Firman satu demi satu. Yang sudah dimengerti, jalankan. Yang belum dimengerti, coba mengerti. Itu namanya pertumbuhan, itu namanya kita dibentuk oleh Firman Tuhan. Justru melalui kedaulatan Allah, kita belajar hidup yang terpusat kepada Allah. “Oh Tuhan itu berdaulat ya. Tuhan itu memimpin, mengendalikan, mengatur seluruh ciptaan-Nya dengan bijaksana-Nya, dengan kasih-Nya, dan di dalam Yesus Kristus. Kita mau supaya hidup kita ini terpusat kepada Allah. Jadi kita bisa bergantung kepada Allah sendiri.” Di sini kita belajar ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bahwa manusia yang berdosa itu tidak ada yang memilih Allah, tetapi Allah lah yang memilih kita. Manusia yang berdosa itu tidak pernah mencari Allah, Tuhan lah yang mencari kita, karena kita yang terhilang. Itulah kenapa Tuhan Yesus datang ke dalam dunia ini, untuk mencari kita yang terhilang. Nggak mungkin lah, kita cari Allah, karena kita sudah mati dalam pelanggaran dan dosa kita. Namanya sudah mati nggak mungkin bisa melakukan sesuatu, secara rohani ya, maupun secara fisik itu namanya sudah mati, mati lah. Nggak boleh sombong. Tapi Tuhan mencari kita, menghidupkan rohani kita, sehingga kita mengenal Allah.

Orang-orang yang dipilih Tuhan pasti akan terus dibentuk Tuhan, akan terus memilih Kristus, dan kita tau ini sudah dijelaskan juga di dalam Roma 9:10-12, mari kita baca, Roma 9:10-12, Tuhan itu memilih kita itu bukan berdasarkan diri kita, melainkan berdasarkan kedaulatan-Nya sendiri, kehendak-Nya ya. Mari kita baca bersama-sama, Roma 9:10-12, “Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, – supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya – dikatakan kepada Ribka: ”Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,”” Ini adalah penjelasan ya bagaimana kedaulatan Allah itu sudah dinyatakan bahkan ketika manusia itu masih bayi. Bayi itu bisa ada karena kedaulatan Tuhan. Orang tua bisa punya bayi karena kedaulatan Tuhan. Orang tua kalau tidak bisa punya bayi, karena kedaulatan Tuhan. Semua itu yang Tuhan ijinkan itu dari Tuhan kok. Tuhan tidak pernah kaget, “Oh ada anak lahir.” Tapi anak ini lahir dari seorang perempuan yang diperkosa. Apa kita harus matikan anak itu? aborsi? Ya nggak lah! Itu Tuhan yang berdaulat, Tuhan kalau mau mengijinkan seorang bayi lahir dalam kasus apa pun ya lahir, bisa lahir, bisa lahir, bisa ada anak, ada anak. Itu dari Tuhan semuanya ya. Semua itu Tuhan ijinkan bisa terjadi supaya kita melihat ya, bisa mengenal Allah dari perspektif Tuhan sendiri yang berdaulat. Di sini dijelaskan bahwa anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda, anak yang tua itu Esau, yang ingin lahir duluan. Tetapi sudah Tuhan prediksikan bahwa Esau ini ya akan menjadi hamba anak yang muda, di dalam apa? Di dalam kerohanian. Esau itu tidak bertumbuh, tidak memilih yang baik, menolak Tuhan. Sedangkan Yakub memilih Tuhan, mengenal Tuhan, dan dipilih untuk menjadi umat Tuhan, Yakub ini yang menjadi bangsa Israel ya suatu hari nanti.

Masalah yang menyusahkan dari predestinasi, bahwa Tuhan itu tidak memilih atau memilih untuk menyelamatkan semua orang. Tetapi kita harus fokus bahwa Tuhan itu berbelas kasihan kepada dia yang Dia kasihi, orang yang dikasihi oleh Tuhan. Jadi sebagian itu memang tidak mendapatkan belas kasihan Tuhan tetapi mendapatkan keadilan Tuhan. Tetapi semua orang itu, baik umat pilihan maupun bukan pilihan itu semuanya dikasihi oleh Tuhan. Unik ya, OK semua orang Tuhan kasihi. Kenapa ada yang masuk neraka? Semua orang Tuhan kasihi, betul, ini kalimat benar. Tapi kalimat yang benar yang lain adalah pasti ada orang yang masuk neraka, kalau nggak ada yang masuk neraka, Tuhan nggak usah buat neraka to. Kenapa ya? Jawabannya sederhana sekali ya, semua orang Tuhan kasihi, tetapi umat pilihan ini dapat tambahan kasih, yaitu apa? Belas kasihan. Finished, selesai, nggak usah ribet lagi. Tapi umat bukan pilihan ini lebih baik daripada orang Kristen. Orang yang tidak percaya Kristus itu hidupnya baik-baik, sopan, hormat, ramah, kok bisa nggak selamat sih? Jangan pikir itu dulu, satu dosa saja sudah cukup membuat orang itu masuk neraka kok. Sekarang pertanyaannya siapa yang tidak berdosa? Yang satu itu umat pilihan dikasihi oleh Allah, betul, tapi tambah belas kasihan. Yang satu bukan umat pilihan dikasihi Allah, betul, tapi tetap dapat keadilan Tuhan. Lho, kita dapat keadilan Tuhan nggak? Dapat juga. Lho harusnya kalau kita dapat keadilan Tuhan sebagai umat pilihan masuk neraka juga dong? Itulah yang Yesus tanggung. Yesus yang menanggung keadilan Allah, murka Allah kepada kita yang berdosa sehingga kita tetap dapat keadilan Tuhan. Orang lain dapat keadilan Tuhan, umat bukan pilihan juga dapat keadilan Tuhan.

Sekarang kita lihat Roma 9:14-16 selanjutnya ya, “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! Sebab Ia berfirman kepada Musa: ”Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.”” Kurang lebih gitu ya, “kamu mau apa sih?” Kalau Tuhan mau berbelas kasihan sama orang yang berbelas kasihan? Kalau Tuhan mau adil kepada orang yang mau diadili oleh Tuhan kita bisa apa? Kan nggak bisa apa-apa menentukan semua nya itu, “Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.” Jadi Bapak, Ibu, Saudara sekalian jangan pikir, “Wah predestinasi, teologi Reformed menekankan kedaulatan Allah, predestinasi” kaya gitu. John Calvin itu bukan dalam rangka kita itu ingin membedakan diri dengan orang Kristen lainnya, bukan! Tetapi di dalam rangka kita itu bergumul, kita ingin mengabarkan Injil, tapi kok ada orang terus menolak. Terus kita juga ingin bergumul bahwa kita itu sebenarnya dikasihi Tuhan nggak sih? Kenapa orang Kristen menderita terus? Di jaman Rasul Paulus itu adalah orang Kristen diserang dari 2 suku, 2 aliran yang paling besar pada waktu itu, yaitu apa? Orang Yunani dan juga orang Yahudi. Loh menjadi orang Kristen itu harus menderita? Ingat kedaulatan Allah, ingat predestinasi. Kamu itu dipilih. Jadi jangan mengeluh menjadi orang Kristen, “Saya kok lebih capek, lebih menderita ya sebagai orang Kristen. Kok susah ya.” Lho jangan, karena kamu memang dipilih! Kalau mau hidup lancar-lancar, mudah, penuh dengan dosa, penuh kenikmatan fisik, kenikmatan daging, ya nggak jadi Kristen. Kita jadi Kristen itu memang jalannya jalan salib kok, menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus. Kita itu bukan mengiyakan pada diri, kita tidak memikul salib, kita tidak ikut Yesus, kita tidak demikian. Kita itu mengambil jalan yang sulit memang. Tetapi di sana kita bisa melihat ada kedaulatan Allah, Tuhan yang memimpin kita, mendukung kita, men-support kita ya sehingga kita bisa kuat melaluinya satu demi satu. Ada kesulitan, pasti ada kesulitan.

Apalagi Bapak, Ibu, Saudara sekalian kalau kita melihat bahwa kehidupan kita itu sebagai peperangan rohani ya. Itu pasti ada kesulitan. Namanya perang, namanya perang lho ya. Bisa ketawa ha-ha, hi-hi Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Nggak ada yang perang itu ha-ha, hi-hi. Perang itu semua dengan kegentaran, hidup mati kita. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, perjalanan rohani kita juga seperti itu. Jangan pikir kita harus sebagai orang Kristen pasti santai-santai saja, sudah santai. Diberkati Tuhan, dikasih kekayaan, dikasih kelancaran, dikasih kecukupan. Nggak ada pergumulan. Bisa passive income terus, pelayanan lancar terus, nggak ada kesakitan, nggak ada pergumulan. Tidak! Justru sebagai umat pilihan kita sadar bahwa kita mau dipakai Tuhan. Orang yang dipakai Tuhan itu melebihi kemampuan dirinya sendiri. Sekali lagi Bapak, Ibu, Saudara sekalian, orang yang dipakai Tuhan itu melebihi kemampuan dirinya sendiri. Karena yang bekerja siapa? Tuhan. Kita nggak mampu kok. Harus akui dulu kita nggak mampu kok kerja ini dan itu, nggak mampu kok pelayanan ini dan itu. Kita perang dengan iblis, kalah dengan iblis. Jangankan perang dengan iblis, perang dengan diri kita sendiri saja kalah kok, kita lebih pilih dosa daripada pilih Tuhan. Gimana mau menang? Nggak bisa. Kita butuh Tuhan, butuh Roh Kudus.

Dan bagaimanakan Tuhan menjalankan kedaulatan-Nya khususnya kepada keselamatan bagi umat pilihan-Nya? Di dalam Yesus Kristus. Di dalam Yesus Kristus, Yesus itu punya tujuan akhir. Yesus juga tau sumbernya dari mana, Dia adalah Allah sendiri. Kemudian Dia adalah Allah pribadi yang kedua, diutus oleh Bapa untuk menjalankan pekerjaan keselamatan. Yesus ketika lahir di dunia, Dia sebagai manusia. Dia bertumbuh, ya Dia bertumbuh secara pengetahuan, secara emosi, dan Dia mulai tau, sebagai manusia ya, Dia tau Dia harus mati. Itulah Yesus bergumul. Bayangkan Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di dalam Alkitab itu, yang digambarkan ya, pergumulan sampai keringat itu keluar darah itu Yesus. Keringat keluar darah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Ini secara medis pun ada orang-orang medis rasa, nggak mungkin lah. Nggak mungkin keringat kita bisa keluar darah. Keringat ya keringat, yang bau itu kan ya. Mana mungkin keluar darah. Tapi secara medis itu ada kalau orang itu betul-betul bergumul luar biasa, berpeluh darah ya. Keringatnya itu darah. Karena pembuluh darahnya mungkin pecah, pori-pori kulitnya juga membesar, gitu ya. Itu Tuhan Yesus bergumul ketika apa? Mau mati untuk menyelamatkan umat yang berdosa, kita, umat pilihan. Ketika kita menyadari kita itu adalah umat pilihan, kita harus tau bahwa kita itu memiliki atau mendapatkan pengampunan dan pengorbanan yang luar biasa dari pribadi Tuhan Yesus Kristus itu. Yesus berdoa semalaman, bergumul, terus berpeluh darah, Yesus itu betul-betul mau mati bagi domba-domba-Nya. Yesus lah gembala agung kita.

Bahkan bukan saja itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dari nama Yesus sendiri, ini sudah doktrin pemilihan, doktrin kedaulatan Allah. Apa arti nama Yesus? Arti nama Yesus adalah “Dia lah yang akan menyelamatkan umat-Nya”. Yesus menyelamatkan umat-Nya saja, umat pilihan-Nya saja. Itu nama Yesus, itu artinya. Kita harus mengerti bahwa keselamatan kita itu di dalam konteks kedaulatan Allah, itulah yang menguatkan kita hidup bagi Kristus ya. Dan mati bagi kita adalah keuntungan. Karena apa? Karena kita sudah menghabiskan hidup kita bagi Kristus, mati ya udah, ketemu Kristus, enak justru. Tapi selama kita masih hidup, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita berjuang untuk serupa dengan Yesus Kristus. Yesus menderita, mati di atas kayu salib, dan bangkit pada hari yang ke-3 demi keselamatan kita. Itulah tujuan akhir Yesus ada di dunia ini. Yesus menyelamatkan kita.

Nah tujuan akhir kita sehingga bukan lagi neraka, melainkan kita bisa masuk surga, sudah pasti ya. Kita berasal dari Allah, dilahirbarukan atau dilahirkembalikan oleh Roh Kudus, kemudian kita tau tujuan akhir kita pasti ke surga, pasti bertemu Yesus. Nah di dalam proses tahun-tahun kehidupan kita ini kita mau habiskan hidup kita mau bagaimana? Sekarang pilih, kita punya kehendak bebas, pilih. Pilih kebenaran Firman Tuhan atau pilih cara-cara hidup duniawi. Itu kita perlu jaga ya, jangan sampai kita melenceng. Inilah kedaulatan Allah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, inilah predestinasi berdasarkan pilihan Allah bukan pilihan manusia. Dan predestinasi membawa kita untuk mengenal kedaulatan Allah. Kalau tujuan akhir kita sudah ditentukan, kita belajar bahwa Tuhan itu berdaulat. Jangan kemudian akhirnya, “Tujuan akhir sudah ditentukan ni, surga atau neraka. Ah, mari kita berdaulat atas diri kita sendiri!” Itu namanya ga jelas, itu mungkin bukan umat pilihan juga. Umat pilihan mengerti sungguh-sungguh predestinasi, final destination, dia akan justru gentar. Dia akan jadi hamba yang setia, hamba yang baik, memuliakan Allah senantiasa. Allah memang tidak memilih semua orang. Maka dari itu kita harus belajar berserah kepada Tuhan dalam menghadapi setiap persoalan hidup kita.

Sekali lagi Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mari kita sama-sama ya, mengenal Allah sungguh-sungguh, mengenal diri kita, dan kita tau tujuan kita itu mau ke mana. Orang yang mengerti tujuan dia adalah orang yang bijaksana. Tujuan akhir sudah pasti ditentukan Tuhan. Sudah, nanti ditentukan dan melalui proses anugerah tersebut ya. Tetapi di dalam kehidupan kita, kita bisa kehilangan tujuan hidup kita apa. Eh kita lupa ya tujuan hidup kita apa. Nah untuk bisa semakin bijaksana kita perlu pertahankan hidup kita ini dengan satu tujuan, suatu visi, saya itu mau apa dalam hidup saya. Kita itu mau meninggalkan bumi ini mau menghasilkan apa. Kurang lebih kaya gitu ya. Kita sebagai orang Kristen itu mau yang santai-santai aja, gitu, semua kedaulatan Tuhan. Ini kan respons yang berbeda ya, “OK Tuhan berdaulat. Saya bekerja lebih sungguh-sungguh.” “OK Tuhan berdaulat. Saya santai-santai lah. Ya nggak usah ngapa-ngapain, nggak usah pelayanan, nggak usah gereja. Main-main terus hidupnya.” Ini adalah renungan bagi kita semua.

Terakhir Bapak, Ibu, Saudara sekalian mari kita baca Amsal 16:4, Amsal 16:4 juga bicara tentang kedaulatan Allah di dalam tujuan atas setiap sesuatu ya. Amsal 16:4 kita baca dengan buka suara bersama-sama, “Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka.” Ayat ini bukan menjelaskan bahwa Allah itu kejam ya, atau jahat ya, atau tidak adil, atau terlalu wah menjorokkan orang fasik, orang jahat, orang yang berdosa. Bukan! Tetapi ayat ini lebih fokus menjelaskan bahwa segala sesuatu itu memang ada tujuannya masing-masing. Bahkan ya, Tuhan itu berdaulat atas iblis sekalipun. Kalau Tuhan berdaulat atas orang fasik, kita bisa tau ya, oh orang fasik ini ternyata Tuhan bisa pakai orang fasik untuk menjalankan kehendak-Nya. Kita juga bisa melihat Tuhan pun di atas iblis, Dia pun bisa memakai iblis untuk menjalankan kehendak-Nya. Ingat kitab Ayub. Siapa yang mengijinkan Ayub menderita dan dicobai? Tuhan. Iblis kulonuwun dulu ke Tuhan ya, minta ijin dulu, laporan dulu, diskusi dulu. Itu menunjukkan iblis itu di bawah Tuhan. Dan Tuhan itu punya tujuan masing-masing terhadap apa yang Dia ciptakan seluruhnya. Jadi semua hal yang ada itu bukan tanpa tujuan. Mungkin kita bisa katakan, kenapa ada lalat, untuk apa sih lalat hidup? Ada tujuannya ya. Kenapa ada nyamuk? Kenapa nyamuk itu hidup sih? Ada tujuannya ya. Itu mencerminkan kemuliaan Allah. Supaya membawa kita itu, bahwa hidup itu dinamis, indah, penuh warna. Banyak hal yang kita bisa pelajari di dalam dunia ini. Nggak ada satu orang pun ketika belajar seluruh dunia, dia bisa tau semua dunia. Ada namanya palung laut di mana kita nggak bisa ke sana ya. Di dalam lautan yang paling dalam itu mungkin ada binatang yang hidup. Kita nggak bisa juga meneliti kok. Pengetahuan kita terbatas. Ketika kita mengenal alam, ya, yang ada di dunia ini, kita bisa mengenal Allah itu berdaulat. Manusia nggak bisa tau segala hal, tapi Tuhan itu bisa segala hal di alam yang terjadi. Sekarang pun Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mungkin ada binatang langka yang ada di sini mungkin ya, yang kita nggak tau lho. Belum pernah diteliti oleh peneliti, banyak lah soal alam dunia ini yang begitu limpah. Dan itu membawa kita untuk apa? Untuk senantiasa memuliakan Allah.

Kita ingat tujuan itu sangat penting, hidup yang bertujuan. Kita lakukan ini itu karena apa? Untuk apa? Itu perlu kita lakukan. Jangan pikir anak-anak itu tidak punya tujuan ya, anak-anak itu pintar juga. Dia bisa bertujuan sesuatu, nah kita arahkan tujuannya. Ya arahkan tujuan kamu hidup itu apa, memuliakan, menikmati Allah. Sampai orang yang sudah lansia, itu ada tujuannya kenapa dia masih hidup meskipun dia sudah umur 80-90. Ada tujuannya kok. Semuanya itu adalah untuk memuliakan Allah, menyenangkan Allah, menikmati Allah juga di dalam kehidupan orang tersebut. Maka yang bisa kita lakukan adalah kita betul-betul ya mengingat juga tujuan kita ada kenapa. Tujuan akhir kita ke mana itu kita sudah tau. Dengan demikian atas kerelaan kita sendiri yang sudah mau percaya kepada Kristus, kita juga akan menjalani kehidupan ini dengan suatu kuasa surgawi dan juga pola hidup surgawi, meneladani Yesus Kristus dan juga memiliki pikiran dan hati Kristus. Kenapa? Karena kita tau tujuan hidup kita apa, dan kita tau tujuan akhir hidup kita itu ke mana. Kalau tujuan akhir kita hidup ke surga, ya sudah, kita hidup secara surgawi. Ya kan? Makanya ada lelucon bahwa kalau orang Kristen hidupnya penuh dengan dosa tapi anggap dia masuk surga, dia kaget. Dia kaget karena dia nggak pernah hidup baik, hidup kudus. Mungkin penjahat yang di sebelah Yesus Kristus itu ya, yang sudah mau mati, karena dia umat pilihan ya, maka dia percaya kepada Yesus Kristus, nggak sempat ke gereja, nggak sempat melayani, nggak sempat di baptis, nggak sempat ikut perjamuan kudus, nggak sempat ngapa-ngapain, tapi dipilih Tuhan, diselamatkan, masuk surga. Kaget. Saya di dunia ini merampok, membunuh, mencuri, wah, jadi dia sungkan ya, masuk surga itu sungkan sekali ya. Tapi kita yang sudah tau nanti kita pasti masuk surga itu, kita harus bawa hidup surgawi, hidup kudus itu ke dalam dunia selama kita masih ada di dunia ini. Kita ini adalah garam dan terang. Jangan lupakan identitas kita. Kita itu adalah garam dan terang, kita bisa pengaruhi orang dengan kasih Kristus. Kiranya kita boleh hidup serupa dengan Kristus. Mari kita sama-sama berdoa.

Bapa kami yang di surga, pada hari ini ya Tuhan, kami mau berterima kasih kalau kami boleh diingatkan kembali melalui khotbah, Engkau adalah Allah yang berdaulat atas hidup kami. Dan Engkau juga sudah memilih kami sebelum dunia dijadikan untuk menjadi orang yang kudus, orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan juga bisa menjalani kehidupan ini dengan takut akan Tuhan. Terima kasih Tuhan untuk anugerah yang begitu besar ini. Ajari kami Tuhan untuk rendah hati mengenal Engkau lebih dalam lagi. Ajar kami juga terus Tuhan ingat tujuan hidup kami di dalam dunia ini apa, tujuan akhir kami sudah ditentukan oleh Tuhan. dan kiranya kami boleh mengucap syukur atas jaminan kekal dalam Kristus, kami bisa sungguh-sungguh juga melayani Tuhan dalam kehidupan kami dan kami juga boleh terus percaya kepada Tuhan segenap hati kami. Dan kami tidak bersandarkan kemampuan ataupun kehebatan dari diri kami sendiri, melainkan kami berdasarkan kebenaran Tuhan saja. Berkatilah setiap kami Tuhan, berkati setiap jemaat Tuhan di tempat ini, kiranya boleh dikuatkan oleh Tuhan sendiri untuk menjadi seorang Kristen yang melayani Tuhan. dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup kami sudah berdoa. Amin. (HSI)

 

 

 

Comments