Mat. 8:23-27
Pdt. Daniel Santoso
Hari ini saya akan mengajak Saudara untuk belajar tentang prinsip hidup mengikut Kristus, bagaimana kita melihat pelayanan Yesus Kristus adalah pelayanan yang membuat banyak orang terkagum-kagum. Pelayanan Yesus Kristus tersebut pelayanan yang orang-orang begitu melihat kelebihan, keunikan, dan begitu besarnya, akan satu antusiasme dari setiap orang-orang yang melihat pelayanan Yesus, mereka begitu antusias akan pengajarannya, akan mujizat, maupun juga melalui setiap pelayanan yang dikerjakan oleh Yesus. Dan kekaguman demi kekaguman yang muncul dari setiap orang-orang yang ada di sekitarnya membuat mereka akhirnya bergerak, Saudara. Membuat mereka bergerak, membuat mereka make the action, untuk apa? Untuk mengikut Yesus. Nah hari ini kita mau bertanya khususnya, pada saat mereka mengikut Yesus, apakah pasti waktu mereka kagum akan pengajaran, kagum akan mujizat, dan kagum akan setiap pelayanan Yesus, apakah mereka pasti mengikut Yesus dengan benar? Apakah waktu mereka mengambil sebuah decision, mereka mengambil sebuah action untuk mereka mau mengikut Yesus, pertanyaannya bisa nggak mereka mengikut Yesus dengan salah, atau mereka mengikut Yesus dengan pasti benar? Saudara, hari ini saya mau men-sharing-kan akan tujuh prinsip, jika waktu memang bisa kita sama-sama reduce di dalam waktu kita khotbah ini, tujuh prinsip hidup mengikut Kristus. Dan saya ingin sharingkan ini kepada kita semua untuk kita belajar, waktu kita mengikut Yesus, apakah kita pasti mengikut dengan benar, atau kita bisa jatuh di dalam mengikut Tuhan dengan salah.
Saudara, maka saya akan memulai dengan prinsip yang pertama yang kita bisa pelajari. Apa hidup mengikut Kristus, khususnya dari bagian Matius pasal 8 ini? Bagian yang pertama, Saudara, prinsip yang saya rindu kita sama-sama belajar adalah di ayat 23 dan 24, dikatakan bahwa, “Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nya mengikuti-Nya. Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditembus gelombang, tetapi Yesus tidur.” Maka prinsip yang pertama yang saya mau sharing-kan hidup mengikut Kristus adalah, mengikut Kristus tidak akan melepaskan kita dari badai. Saudara mengikut Kristus, Saudara akan bertemu dengan sebuah realita bahwa Saudara tetap akan bertemu dengan apa yang namanya kesulitan. Mengikut Kristus tetap akan membukakan sebuah realita, Saudara tetap bergumul dengan susah payah mengikut Kristus. Hari ini banyak kita mengatakan saya mau ikut Kristus, saya mau jadi orang Kristen, saya mau datang ke gereja, saya berharap supaya saya dipuaskan, berharap bahwa kita menerima sebuah pengharapan di mana pengharapan yang kita harapkan sering kali adalah pengharapan yang bebas dari kesulitan. Saudara, sering kali kita melihat banyak orang yang berada di rumah sakit, mereka berharap pendeta datanglah kepada kami, doakan kami supaya kami sembuh. Dan sering kali kita melihat realita, banyak pendeta yang datang ke rumah sakit, mereka berdoa untuk pasien-pasien, tetapi Saudara, realita pasien itu pun tetap meninggal. Berapa banyak orang-orang yang akhirnya menerima realita itu dan akhirnya berkata bahwa apa? “Di manakah kuasa Tuhan?” Kalau Tuhan saja bisa menghardik angin ribut, masakan Tuhan, Engkau tidak memberikan kesempatan bagi seorang yang sakit yang ada di rumah sakit, di mana mereka ingin memperoleh sebuah kesembuhan pada dirinya? Tetapi justru Tuhan belum memberikan itu kepada mereka, bahkan Tuhan tidak memberikan itu kepada mereka. Banyak orang kecewa. Banyak orang merasa Tuhan tidak powerful, Tuhan tidak memiliki kuasa untuk memberikan akan apa yang mereka butuhkan.
Nah Saudara sering kali mengikut Kristus kita anggap sebagai sesuatu hal yang melepaskan diri dari kesulitan dunia, melepaskan diri dari kesulitan duniawi, dan melepaskan dari setiap pergumulan-pergumulan yang kita hadapi di sekeliling kita. Saudara, mengikut Kristus, bagian yang pertama adalah, tidak akan melepaskan kita dari badai kesulitan dan pergumulan. Mengikut Kristus tidak lepas dari unexpected storm, tidak akan membiarkan untuk kita akhirnya bebas dari badai yang begitu besar itu, badai yang tidak pernah diekspektasikan, tetapi itu adalah sebuah realita. Maka Saudara jangan kaget, kalau Saudara menjadi orang Kristen, Saudara dihantam sana-sini. Mungkin oleh orang lain, mungkin oleh orang sekitar Saudara, ataupun juga oleh iblis, ataupun juga oleh diri kita sendiri. Saudara jangan kaget kalau kita mengalami begitu banyak menjadi orang Kristen, kita justru adalah orang-orang yang mengalami sebuah pertanyaan yang mungkin selalu ada di dalam diri kita masing-masing, yaitu “Tuhan, di manakah Engkau?” Hari ini gereja di daratan Tiongkok mengalami badai yang luar biasa. Setiap tahun badainya bukan semakin kecil, setiap tahun badainya begitu berlipat-lipat besarnya, bahkan kebebasan beribadah sudah dibatasi. Kebebasan memberitakan Injil dibatasi, kebebasan untuk mengadakan KKR dibatasi. Dan bahkan Saudara, Tuhan mengizinkan saya mengalami beberapa kali saya diusir dari kampus, diusir dari tempat meeting room kita sewa, adalah karena kita melakukan pemberitaan Injil. Waktu berhadapan dengan pertanyaan kepolisian, waktu saya berada di kepolisian, ditanya di Kota Suzhou, ditanya di Kota Shanghai, ditanya, “Apa kerjamu di sini? Apa yang kau lakukan di sini? Mengapa kau sewa meeting room? Mengapa engkau sewa akan tempat untuk mengadakan sebuah pertemuan besar?” Saudara, saat itu saya tidak tahu bagaimana sebagai anak Tuhan berhadapan dengan yang berwajib, dan bagaimana saya harus percaya kepada Tuhan di dalam keadaan yang seperti itu. Saudara, waktu kita bilang saya orang beriman, tapi waktu dalam situasi yang seperti itu saya diperhadapkan dengan satu hal, apakah engkau Daniel, engkau masih tetap beriman kepada Tuhan? Saudara, pada saat saya melihat jemaat saya yang ada di Cina, di mana mereka diinterogasi dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore hanya mencari satu informasi, yaitu tempat ini mau dipakai untuk apa, meeting room ini buat apa, dan juga apakah ini adalah sebuah tindakan ilegal atau tidak. Saudara, jemaat pun harus menghadapi hal yang saya alami. Kadang-kadang saya sedih, karena jemaat yang saya layani semua masih umur 17 tahun, 18 tahun, 19 tahun, tapi justru Tuhan memberikan didikan kepada mereka, yaitu jauh lebih besar daripada yang mereka ekspektasikan, yaitu apa? Mereka harus mempertanggung jawabkan pelayanan gereja. Meskipun mereka masih muda, tapi mereka tidak ada yang namanya excuse. Melayani Tuhan sesulit apa pun atau semudah apa pun, engkau harus bersama-sama untuk menanggungnya.
Dan Saudara, setiap kota punya kesulitan masing-masing. Saya percaya Jogjakarta juga punya kesulitan masing-masing, punya pergumulan masing-masing dan punya tantangannya sendiri. Dan kami yang ada di Cina, kami pun memiliki tantangan kami sendiri. Tetapi pertanyaannya, waktu tantangan itu ada, waktu badai yang berlipat-lipat ganda itu hadir di depan mata kita, do you still believe in God? Apakah engkau masih percaya kepada Tuhan? Apakah engkau masih dapat melihat dari seluruh badai itu, Tuhan itu exist, Tuhan itu hadir, dan Tuhan beserta dengan kita semua. Maka Saudara, waktu kita melihat di dalam prinsip yang pertama, mengikut Kristus, Saudara, realita tetap berjalan, yaitu tidak akan melepaskan kita dari badai kesulitan dan pergumulan. Tapi, do you still believe in God, di dalam situasi seperti itu? Jika Saudara berkata, “Saya tidak mau mengikut Tuhan,” Saudara, saya banyak menemukan respon seperti ini biasanya di rumah sakit. “Kalau suami saya bisa sembuh, saya baru akan percaya sama Tuhan. Tetapi kalau suami saya tidak sembuh, maka saya tidak akan mengikut apa yang engkau lakukan, meskipun suami saya berkata saya mau percaya sama Yesus.” Kenapa? “Karena saya sulit melihat realitas. Saya sulit untuk menerima realitas seperti itu.” Saudara, maka iman Kristen adalah iman yang bukan cengeng. Iman Kristen bukan iman yang situasional. Iman Kristen adalah iman yang menyatakan sebuah dignitas, bahwa apa? Bahwa Kristus yang kita ikuti bersama-sama adalah Kristus yang tetap akan menjadi Kristus, tetap adalah Kristus apapun badainya, apapun kesulitannya, apapun pergumulannya.
Maka Saudara, ini hal pertama yang saya sharing-kan. Saya percaya murid murid Yesus waktu berada di kapal tersebut. Waktu melihat badai yang mengamuk begitu besar dan melihat Yesus tertidur, Saudara, saya yakin dan percaya secara manusia kita pastikan bertanya apakah Tuhan kita punya hati nurani, apakah Tuhan kita tidak perduli dengan kita? Kita sibuk dengan fighting spirit kita semua untuk supaya kapal ini tetap bertahan, kami sibuk untuk menyatakan akan suatu hal supaya kita tidak ada satupun yang jatuh dari kapal ke laut. Mereka pasti dengan fighting spirit-nya untuk memperjuangkan something, tapi pertanyaannya apakah fighting spirit manusia yang berusaha untuk menyelamatkan mereka sendiri adalah fighting spirit yang terbaik, terbenar, dan yang terkudus di dalam Kristus? Maka Saudara, waktu kita melihat pelajaran yang pertama yang kita belajar hidup mengikuti Kristus adalah hidup yang bukan cengeng tapi hidup dengan suatu kesadaran: kesulitan tetap ada di depan, pergumulan tetap ada di depan, unexpected storm ada di depan, tetapi apakah Saudara tetap percaya kepada Tuhan? Apakah Saudara tetap believe kepada Tuhan? Maka Saudara, do believe in your every situation Saudara, maka engkau akan belajar untuk menemukan setiap perjalanan percaya Saudara, perjalanan iman Saudara, Saudara akan dibukakan one session demi one session, untuk apa? Untuk menunjukkan bahwa Tuhan memang tidak bisa dikalahkan oleh situasi apapun. Tapi itu point yang pertama yang saya sharing-kan pada Saudara sekalian untuk kita belajar bahwa kita mengikut Kristus jangan kita menjadi orang yang situasional tapi biarlah kita mengikut Kristus dengan satu dignitas apapun situasinya Kristus adalah satu-satunya yang dapat memberikan kekuatan bagi kita semua melewatinya. Saudara, itu hal pertama yang saya mau sharing-kan: mengikut Kristus tidak akan melepaskan kita dari badai kesulitan dan pergumulan.
Kedua Saudara, dari ayat yang ke-18 sampai ayat yang ke-22. Di ayat yang sebelumnya yang tadi kita bacakan itu ada suatu kisah. Ayat 18-22 ada suatu kisah dimana ada ahli Taurat yang mau mengikut Kristus. Ada seorang ahli Taurat yang berkata kepada Kristus, “Guru, aku akan mengikut Engkau kemana saja Engkau pergi.” Saudara, kalau ada sesorang yang mau mengikut pelayanan bersama-sama dengan kita, saya yakin dan percaya kita akan welcome kepada mereka. Saya yakin dan percaya kalau Saudara sendirian melayani lalu tiba tiba Saudara diberikan akan satu partner, siapapun mereka, itu adalah sebuah penghiburan. Saudara, saya juga sangat bersyukur jikalau saya di dalam pelayanan saya di China khususnya juga di Hongkong dan di Taiwan kalau ada satu partner saja di anugerahkan kepada kami itu sebuah anugerah besar karena ladang terlalu luas dan masih banyak yang bisa kita kerjakan. Satu orang saja itu anugerah besar di dalam pelayanan. Tetapi Saudara, pada saat kita melihat Yesus justru pada saat mendengar ahli Taurat itu berkata, “Guru, aku akan mengikut Engkau kemana saja Engkau pergi,” Saudara, kata “kemana saja Engkau pergi” kalau kita bisa secara positif mau ke desa, mau ke kota, mau ke hutan, atau mau ke tempat pelosok pelosok terpencil bila saja ada satu orang berkata, “Aku mau mengikut Tuhan” itu sebuah previlege, itu sebuah anugerah, itu adalah sebuah kesempatan melayani lebih besar. Tetapi saya sangat heran dengan jawaban Yesus Kristus. Justru Yesus memberikan sebuah jawaban yang membuat kita melihat ini sebuah misteri di dalam mengikut Dia. Apa yang dijawab oleh Yesus? Di ayat yang ke-20 dikatakan, “Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Waktu saya baca ini, ini jawaban apa? Bukankah ada satu orang yang mau menyerahkan hidupnya untuk mengikut Engkau Tuhan? Bukankah ada satu orang yang memberikan dan mendedikasikan akan hidupnya untuk mengikut Engkau kemana saja Engkau pergi?
Tapi Saudara, kita melihat kenapa Yesus memberikan jawaban seperti ini. Kenapa Yesus meberikan jawaban bahwa Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya di saat serigala, di saat burung mereka punya liang dan mereka punya sarang? Saudara, di sini saya percaya bahwa Tuhan ingin menunjukan kepada kita bahwa Saudara mau mengikut Kristus, mengikut Kristus ada cost-nya, mengikut Kristus ada harganya, dan mengikut Kristus ada yang perlu Saudara-saudara sama-sama untuk bayar. Saudara, ada harganya, ada cost-nya mengikut Kristus. Banyak orang pikir mengikut Kristus itu pasti sukses, mengikut Kristus itu pasti kaya, pasti sehat, dan pasti mengikut Kristus itu bebas dari segala penyakit maupun kesulitan. Tetapi Saudara, mengikut Tuhan justru akan membuat Saudara mungkin omzet bisnis Saudara tidak akan setinggi omzet Saudara sebelum mengikut Kristus. Oke Saudara waktu belum mengikut Kristus Saudara pakai menghalalkan segala cara sehingga akhirnya Saudara mendapatkan omzet bisnis yang jauh lebih menguntungkan. Tapi waktu Saudara menjadi seorang yang percaya kepada Kristus dan Saudara tidak menggunakan cara-cara yang tidak boleh dilakukan, dan Saudara hanya melakukan cara-cara yang diajarkan oleh Kitab Suci, Saudara susah setengah mati. Dan waktu Saudara menjaga integritas ini, Saudara, omzetmu mungkin tidak setinggi omzet sebelum engkau ikut Kristus.
Saya punya jemaat di Guangzhou, dulu waktu dia menjadi seorang yang beragama lain. Lalu waktu mereka datang ke MRII yang ada di Guangzhou dan mereka dengar firman Tuhan, dan akhirnya dia mengatakan bahwa, “Saya selalu kok mendengarkan khotbah itu dikritik terus menerus, gelisah terus menerus. Akhirnya saya mungkin gelisah karena salah kali ya. Akhirnya kalau tidur saya mau dengar firman lagi, gelisah lagi, gelisah lagi, gelisah lagi.” Dan akhirnya dia mengatakan, “Saya tidak tahan. Saya tidak tahan untuk dengan semua kegelisahan ini.” Karena apa? “Karena saya pasti di dalam akar ketidakpercayaan.” Akhirnya dia mengatakan ini: “Sekarang saya mau dibaptiskan. Saya mau belajar setiap doktrin-doktrin yang ada di dalam Iman Kristus.” Dan singkat ceritanya Saudara, akhirnya dia dibaptiskan. Dia adalah seorang businessman muda, masih berumur 25 tahun, dan dia berjualan akan seafood, berjualan udang yang fresh dari Indonesia dikirim ke Tiongkok. Dia punya satu omzet sangat tinggi kalau sewaktu dia sebelum jadi Kristen. Tapi waktu dia jadi Kristen Saudara, dia datang kepada saya dan mengatakan, “Saya justru jadi Kristen omzetnya turun.” Turun berapa? “Banyak lho, 2 milyar.” Setiap apa? “Setiap satu bulan saya bisa rugi 700 juta, bisa rugi 2 milyar dan itu rugi yang terbesar 2 milyar itu.” Kenapa? “Karena waktu kirim akan seafood, kirim ikan, kirim udang, dan sebagainya, sampai di Tiongkok bau amis, sudah mati semuanya, dan semua gagal. Dan kontainer itu gagal, dan kapal itu gagal, dan akhirnya kami harus menanggung 2 milyar itu.” Dia mengatakan, “Apakah dewi saya, dewi atau tuhan saya dulu itu ngamuk ya sama saya? Sejak saya jadi Kristen dia ngamuk dan kasih musibah kepada saya dan akhirnya dia memberikan kerugian kepada saya.” Lalu saya tanya, “Lalu bagaimana? Kamu mau kembali kepada dewa kamu yang dulu? Kamu mau minta ampun sama dia? Atau kamu berkata bahwa apapun situasinya kamu akan berkata I will follow You, I will follow Thee apapun situasinya?” Saudara, saya mengatakan bahwa kalau kamu diizinkan untuk rugi itu bukan kerugian yang merugikan secara total. Kamu kalau diizinkan rugi, diizinkan oleh Tuhan untuk rugi, pasti ada yang mau Tuhan ajarkan kepada kamu. Dan akhirnya Saudara, dia mengatakan, “Saya rugi lho. Iya, tapi itu tidak rugi secara total.” Tuhan masih mau mengajarkan sesuatu kepada kamu. Yaitu apa? Kamu harus bayar harga mengikut Tuhan. Dan Saudara, akhirnya saya menemukan bahwa orang seperti ini langsung mengalami goncangan iman, dan akhirnya orang ini mengatakan, “Waduh, rupanya ikut Tuhan itu susah juga ya.” Lalu saya bilang, “Kalau memang ikut Tuhan itu susah, apakah dengan kamu ikut dewamu kau akan lebih enak mengikutnya?” Setelah dia pikir, pikir, pikir, “Tidak juga, karena saya harus siapkan sesajen, saya harus siapkan persembahan, yang untuk menyuap, menyuap dewa saya.” Maka dia mengatakan, “Tidak, saya akan mau belajar untuk tetap beriman kepada-Nya.” “Good,” saya bilang, “Good, itulah sebuah anugerah kalau kamu masih bisa mau belajar beriman, masih mau belajar bertahan, masih mau belajar untuk percaya, itu adalah anugerah Tuhan.”
Saudara, saya juga bertemu dengan orang-orang yang dibenci oleh keluarganya karena menjadi Kristen. Waktu memilih saya mau percaya kepada Kristus, saya mau berkata bahwa saya akan menyerahkan seluruh hidup saya kepada Tuhan Allah. tetapi Saudara, cost yang harus dibayar adalah keluarganya harus mengusir dia dari rumah, keluarganya harus mengatakan, “Nggak ada uang 1% pun untuk kamu, dan kau harus dengan imanmu itu hidup sendiri.” Saudara, waktu saya bertemu dengan satu anak ini, di Guangzhou, saya juga melihat, “Kau diusir oleh orang tua mu?” “Yes.” “Kamu tidak diperbolehkan untuk memperoleh 1% uang dari orangtuamu untuk kamu hidup?” “Nggak, maka saya harus kerja di sini, saya harus diam-diam cari kerja supaya saya bisa makan dan sebagainya.” Ada satu fighting spirit yang muncul, tetapi satu fighting spirit yang betul-betul tidak mudah, yaitu apa? Berjuang demi sesuap nasi. Tetapi saya mengatakan, kalau kau masih punya fighting spirit demi sesuap nasi, itu pun anugerah. Karena banyak orang nggak bisa berjuang untuk sesuap nasi. Tapi waktu kau bisa bekerja, waktu kau bisa berjuang, itu adalah anugerah. Dan Saudara, orang-orang seperti ini, justru akhirnya Tuhan pakai semakin lama semakin dewasa. Saudara, dan saya juga bertemu dengan orang yang mengikut Yesus, tetapi kalau tidak sembuh penyakitmu apakah kamu masih mengikut Yesus? Saudara, saya bertemu dengan satu pasangan, juga di Guangzhou Saudara, nggak tahu kenapa kotanya kok sama ya Saudara. Di kota Guangzhou, saya pergi ke rumah sakit bertemu dengan satu pasangan suami istri, dimana sang suami mendengar firman dari kotbah Pendeta Stephen Tong, dari kaset. Lalu saya menyampaikan akan satu penginjilan secara basic kepada dia. Dan akhirnya dia berkata, “Saya mau percaya kepada Yesus.” Saya melihat sukacita besar, dan saya rindu sukacita ini bukan cuma kepada Om ini, tapi juga kepada tante. Tapi Saudara, tante itu mengatakan bahwa, “Kalau suami saya sembuh, saya baru mau menyerahkan hidup saya kepada Yesus. Kalau suami saya tidak sembuh, saya tidak akan mengambil keputusan besar itu.”
Saudara, bagaimana dengan Saudara dan saya hari ini? Hari ini kita berkumpul di tempat ini, sejujur-jujurnya, Saudara paling dalam, Saudara mengikut Tuhan, apa cost yang Saudara harus hadapi? Apa cost yang Saudara harus bayar? Apa yang menjadi sebuah hal yang Saudara harus tanggung? Dan waktu Saudara tahu betul, cost apa yang Saudara harus bayar pada saat Saudara menjadi orang Kristen, yang harus Saudara korbankan waktu Saudara menjadi orang Kristen, Saudara, waktu semua cost itu Saudara sadari, do you accept that cost? Apakah saudara menerima akan harga yang Saudara harus bayar itu di saat Saudara mengikut Kristus? Saudara, waktu murid-murid Yesus mengikut Yesus ke manapun Dia pergi selama tiga tahun, kita melihat mereka mengikut Yesus pun, ada yang masih tetap tidak mau mengikut Yesus secara total, yaitu Yudas. Lalu kita juga melihat Simon Petrus pun, dengan murid-murid yang lain pun, waktu Yesus ditangkap, ke mana mereka? Mereka juga pergi. Saudara, ini menunjukkan bahwa mengikut Yesus itu, ada cost yang harus kita bayar, tapi sering kali kita tidak siap sedia terhadap cost tersebut. Tetapi Saudara, justru poin yang ke-2 ini, mengikut Kristus ada cost, apapun cost yang harus kita hadapi, do you accept this cost? Tuhan mengajarkan bahwa Anak Manusia tidak punya liang, tidak punya sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Itu adalah cost. Anak Manusia saja membayar harga, untuk membayar cost–nya, untuk melakukan misi Tuhan, menjalankan kehendak Tuhan ada cost yang harus dibayar, yaitu tidak punya tempat yang permanen untuk meletakkan kepala. Maka Saudara, pindah itu nggak enak Saudara. Kalau Saudara punya rumah, berharap apa? Berharap rumah itu selalu ada, kalau bisa ada di situ terus kan? Pindah-pindah itu susah. Saudara, saya selama pelayanan di China, saya pelayanan di China baru 15 tahun, dan selama 15 tahun pindah tempat itu sudah hampir 60 kali, kenapa? Karena pindah kamar, pindah hotel, pindah rumah jemaat. Pindah lagi, pindah lagi, sewa apartemen, sewa akan kamar kecil, apa….sewa sampai kamar yang sangat jelek sekali pun saya sudah tinggalin semua. Saya sudah hidupi semua itu. Dan Saudara, pindah-pindah itu nggak enak. Dan Tuhan Allah mengatakan Anak Manusia nggak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya, Dia selalu pindah terus menerus. Saudara, ada cost yang harus dibayar. Tapi meskipun cost itu harus kita jalani bersama-sama, Tuhan tetap adalah Tuhan, Kristus tetap adalah Kristus. Apapun kerugian yang Saudara hadapi, itu worthed. Saudara mengalami akan penyakitpun, tetapi Saudara waktu percaya kepada Tuhan, mati pun worthed. Sehingga Saudara, waktu kita bisa melihat kebaktian penghiburan, itu bukan kebaktian menangisi jiwa untuk masuk ke lahat, tapi justru pada saat mengadakan kebaktian penghiburan, di situ kita sedang melihat dia worthed mati karena Kristus yang sudah memberikan pengharapan, hidup kekal kepada dirinya, di saat orang-orang yang lain belum sadar akan kebutuhan tersebut. Maka Saudara, poin kedua itu, mengikut Kristus ada cost-nya, tetapi apakah kita sudah sadar untuk to accept that cost?
Ketiga Saudara, saya mengajak kita untuk melihat, kalau yang pertama tadi apa Saudara? Yaitu mengikut Kristus tidak akan melepaskan kita dari badai kesulitan dan pergumulan. Kedua, mengikut Kristus adalah ada harga yang harus kita bayar, ada cost yang harus kita bayar. Ketiga Saudara, mengikut Kristus mengajarkan kepada kita bahwa Kristus melampaui setiap goncangan-goncangan tersebut. Dan saya akan mengajak Saudara melihat ayat 21 dan ayat 22, yaitu di ayat 21-22 dikatakan ada seorang lain. Tadi, kalau di poin awal adalah seorang ahli Taurat yang justru mau mengatakan, “Aku akan mengikut Yesus ke mana saja Engkau pergi,” di dalam ayat 21, seorang yang lain, dan siapakah seorang yang lain itu? Salah seorang muridNya. Saudara, salah seorang murid Yesus yang sudah ikut Yesus dan berkata kepada Yesus, yaitu “Tuhan izinkanlah aku pergi menguburkan ayahku. Aku mau mengikut Engkau Tuhan, tapi izinkanlah aku pergi dahulu untuk menguburkan ayahku.” Tapi waktu Saudara melihat jawaban yang dikatakan Yesus adalah jawaban yang sangat melawan budaya. Budaya saat itu adalah kalau kita menaati orangtua, menghormati orangtua, bahkan menguburkan orangtua itu adalah sebuah hal yang tertinggi. Di dalam tradisi Tionghoa, Tiongkok, juga sama. Di dalam budaya konghucu, kita melihat yang pertama itu adalah family, orangtua itu adalah yang pertama, yang tidak boleh dilupakan. Maka, kalau kita melihat di dalam tradisi Yahudi juga sama, Tuhan tetap utama, tapi orangtua itu adalah yang tidak boleh juga di-cuek-in, atau tidak boleh dilupakan. Nah Saudara, Yesus justru di ayat 22 justru tahu budaya tersebut, tapi jawaban Yesus adalah, “Ikutlah Aku dan biarlah orang mati menguburkan orang orang mati mereka.” Saudara, tentu saja kita akan mengatakan ini suatu jawaban yang tidak memuaskan, kenapa? Karena ini seakan-akan membuka ruang kurang ajar. Waktu orangtua kita sakit, lalu kita berkata apa? “Biarkan…” ya? Sudah mau meninggal kita mengatakan, “Biarlah orang mati menguburkan orang-orang mati mereka”? Kita pasti akan dilempari batu Saudara. “Orang beragama macam apa itu?” Bapak, Ibu, Saudara, kita melihat Yesus pada waktu menjawab, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati,” Yesus bukan mengajak kita untuk kurang ajar, Saudara. Kita harus melihat kepada satu fokus bahwa Yesus, Dia mau mengajarkan kepada pemuda ini, kepada muridNya, yaitu apa ? Yesus mengajarkan untuk: “Siapkah kamu mendedikasikan hidup bagi Tuhan?”
Saudara, siapkah engkau menjalani hidup mengikut Tuhan? Banyak distraction di dalam hidup kita masing-masing, banyak hal-hal yang mengganggu hidup kita masing-masing, bahkan mungkin melambankan kita mengikut Tuhan. Dan yang melambankan kita untuk mengikut Tuhan, banyak hal yang kita cintai. Saudara, kadang-kadang kita punya anak, kita menganggap: “Waduh, baby ini buat kita bersyukur, ini anugerah Tuhan.” Tetapi kadang-kadang, banyak juga yang karena punya anak, mulai mundur dari pelayanan. Banyak yang karena punya anak, akhirnya sudah tidak lagi memiliki dedikasi yang penuh untuk Tuhan. Kenapa? Karena terbagi. Saudara, bukan berarti akhirnya membuat Saudara untuk: “Ya sudah, anak taruh rumah, kita tetap pelayanan,” bukan juga, bukan itu Saudara. Saudara harus tanggung jawab kepada anakmu? Yes, Saudara harus mempunyai tanggung jawab. Tapi Saudara juga punya tanggung jawab kepada Tuhan, jauh lebih besar. Maka Saudara harus jalani dengan imbang. Di saat Saudara harus melayani Tuhan, lakukan pelayanan itu. Tetapi waktu Saudara juga punya anak, jaga anak itu baik-baik. Tapi Saudara, jangan kita akhirnya banyak melakukan sebuah excuse: “Anak ini kan dari Tuhan, saya harus menjaganya.” Betul, tapi hidup Saudara juga dari Tuhan, dan juga seluruh apa yang jadi tanggung jawab Saudara, itu juga anugerah dari Tuhan. Jangan engkau sia-siakan.
Saudara, banyak hal yang biasanya membuat kita untuk melamban, terlambankan diri di dalam mengikut Tuhan. Maka kadang-kadang, kita diizinkan Tuhan untuk mengalami goncangan. Goncangan ada untuk menyadari, mungkin kita terlalu lamban. Goncangan kadang-kadang diizinkan Tuhan untuk menyadarkan, kita terlalu kurang iman ikut Tuhan. Dan goncangan terkadang Tuhan izinkan untuk menyadarkan: “Kamu selama ini percaya kepada siapa ?” Saudara, kalau kita melihat di dalam bagian angin ribut yang diredakan oleh Tuhan, kata “mengamuklah angin,” Saudara, itu dalam bahasa aslinya itu adalah ‘seismos’. ‘Seismos’ itu artinya a shaking, a quaking, satu hal yang memberikan getaran, yang memberikan akan satu goncangan, dan itu ada di dalam hidup Saudara dan saya. Hidup Saudara dan saya nggak bisa lepas dari ‘a shaking’ itu. Hidup kita nggak bisa lepas dari ‘a quaking’. Dan hidup kita diizinkan Tuhan ada goncangan demi goncangan. Dan pertanyaannya adalah kenapa goncangan itu harus exist? Kenapa goncangan itu harus ada? Saudara, kita percaya bahwa mengikut Kristus justru mengajak kita untuk membuka mata lebih lebar bahwa Kristus melampaui semua goncangan tersebut. Untuk membuka mata kita bahwa our God is the one and only Lord over the storms, yaitu Tuhan kita adalah satu-satunya Tuhan yang melampaui semua badai-badai tersebut. Nah pertanyaannya adalah apakah Saudara puas dengan jawaban bahwa percaya kepada Tuhan adalah satu-satunya Tuhan yang melampaui badai tersebut? Jawabannya adalah seringkali kita berusaha menjadi hero over the storms, kita seringkali ingin menjadi pahlawan dibalik setiap badai-badai tersebut. Tetapi Saudara, justru Alkitab mengajarkan kepada kita, justru murid-murid itu baru dibuka matanya waktu ada goncangan tersebut, waktu ada yang namanya angin mengamuk tersebut, dan waktu Tuhan meredakan, Tuhan menghardik angin tersebut. Saudara, itu adalah sebuah berita sukacita, akhirnya mereka melihat dengan sungguh-sungguh bahwa Yesus sungguh-sungguh adalah Tuhan. Waktu akhirnya badai itu reda, mereka dengan tenang dan mempercayai satu realita bahwa my God itu adalah betul-betul trully God, dan dia sungguh-sungguh melihat my Saviour itu adalah sungguh-sungguh trully Saviour. Nah Saudara, hari ini apakah waktu kita mengalami goncangan dalam hidup, apakah Saudara masih bisa melihat itu adalah sebuah kebahagiaan karena mata Saudara dibuka lebih lebar lagi akan Tuhan? Saudara, sebuah kebahagiaan jika kita mengalami ujian karena ujian seringkali diberikan untuk memberikan ketekunan bagi kita, mematangkan kita, menyempurnakan kita, dan memberikan keutuhan kepada kita sehingga kita akan dapat dengan jelas melihat my God is trully God, my Christ is trully Christ, The Holy Spirit is trully Holy Spirit.
Saudara, saya akan berikan satu kisah. Di Indonesia, khususnya di satu kota, saya nggak tahu apakah Saudara pernah dengar kota ini, namanya Nongkojajar, di Jawa Timur. Dimana tempat itu sangat banyak dipakai untuk tempat retreat. Dan waktu itu ada satu gereja di Surabaya, saya nggak tahu gereja mana, dan dia mengirimkan 55 orang pergi ke Nongkojajar. Waktu mereka mengadakan sesi demi sesi, sesi pertama begitu menguatkan anak-anak sampai mengatakan, “Siapa yang mau menyerahkan diri kepada Tuhan? Angkat tanganmu.” Sesi kedua, “Siapa yang mau menangisi dosa dan mau bertobat? Angkat tangan!” Dan juga, “Siapa yang mau melayani Tuhan? Angkat tangan! Siapa yang rela diutus kemana saja engkau pergi? Angkat tangan!” Banyak yang angkat tangan. Saudara, kita jika sebagai panitia akan berkata apa? “Wah ini pelayanan yang luar biasa.” Dan Saudara, hamba Tuhan yang diundang adalah hamba Tuhan tamu dari Jakarta. Singkatnya, 2 sesi terakhir, misalnya di dalam sesi yang keempat di situ pendetanya memimpin dan mengadakan suatu kebangunan rohani sebelum closing ceremony. Dia mengadakan kebangunan rohani dan akhirnya anak-anak itu dengan air mata menangis dan berkata, “Ini aku Tuhan, aku rela diutus kemanapun, aku mau menyerahkan hidupku untuk Tuhan.” Saudara, indah luar biasa. Tetapi Saudara, tiba-tiba waktu pendeta tersebut memberikan akan satu hal, “Serahkan hidupmu bagi Tuhan, serahkan seluruh totalitas hidupmu untuk Tuhan,” tiba-tiba dari satu pintu langsung didobrak, rupanya orang kampung Nongkojajar masuk dan bawa pentungan, bawa celurit, bawa parang, lalu juga bawa obor, masuk ke dalam ruangan kebaktian, “Ini acara apa? Ini acara murtad ini, ini acara yang ilegal. Nggak boleh ibadah di sini!” “Sudah 2 hari pak, ini hari terakhir, besok pagi-pagi closing ceremony terus pulang.” Lalu mereka bilang, “Nggak bisa, ini nggak boleh diadakan lagi, ini harus dihukum pakai hukum adat!” Dan akhirnya apa yang terjadi Saudara? Akhirnya di situ pendetanya dikalungkan celurit, dan dikatakan, “Kamu mengajarkan hal yang berbeda dengan kami. Mau menyangkal imanmu tidak?” Pendetanya mikir, “Kalau saya nggak menyangkal, saya mati, anak saya, isteri saya akan kehilangan saya.” Kedua, “Kalau saya menyangkal, bagaimana dengan 55 jemaat yang masih muda-muda ini? Apakah saya tetap berkata saya tidak akan menyangkal dan saya biarkan 55 orang ini mati semua? Atau saya menyangkal demi menyelamatkan 55 orang, tetapi nanti setelah menyangkal saya minta ampun lagi sama Tuhan.” Kira-kira kalau Saudara jadi pendeta ini pilih yang mana? Confuse ya?
Saudara, pendeta ini dipaksa terus, dikalungi celurit, lalu disenggol-senggol dengan parang. Dan akhirnya dia mengambil satu keputusan, “Baik, saya akan menyangkal Tuhan Yesus.” Murid-muridnya yang tadi sudah nangis-nangis bilang, “Aku akan berserah kepada Tuhan,” waktu melihat pendeta itu, “Hahh menyangkal Tuhan Yesus? Lu berkhotbah apa tadi? Lu khotbah percaya sama Yesus, berserah kepada Yesus, sekarang ternyata menyangkal Tuhan Yesus.” Semua murid-muridnya langsung haah.. air mata langsung.. (menghapus air mata).. “Saya diajarkan sama pendeta sekarang adalah untuk menyangkal Tuhan Yesus?” Sekarang confused double pada jemaatnya. Jemaatnya masih umur berapa Saudara? Empat belas, lima belas enam belas. Remaja. “Oo kamu sudah menyangkal, buktikan penyangkalanmu. Ayo ludahi salib Yesus yang sudah saya ambil, saya patahkan, saya taruh di bawah. Sekarang kamu ludahin. Ayo ludahin.” Dan akhirnya Saudara, pendeta itu meludahi. Buuhhh. Dan setelah pendeta itu meludahi, semua kaget. ”Terus kita musti gimana?” Akhirnya muncul dua aliran, aliran pertama, “Pendeta aja gitu ya sudah saya ikut pendeta. Paling aman tho ikut Pendeta. Kalau Pendeta melakukan kesalahan pun itu Pendeta ya gua ikut.” Akhirnya apa Saudara? Mereka bukannya percaya dengan hati yang tersayat-sayat karena harus menyangkal Tuhan justru bilang “Tuhan memakai pendeta saya untuk mengajarkan pada saya menyelamatkan saya maka saya juga harus melakukan hal yang sama. Maka saya juga meludah “puuffftt..” “puuffftt..” “puuffftt..” Banyak yang meludah. Dan 55 orang ini hanya tersisa 14 orang. Dan 14 orang itu semuanya wanita. Jangan sombong Saudara, wanita belum tentu lebih kuat dari pada cowok gitu kan. Tapi yang di situ 14 wanita itu masih 14 tahun, 15 tahun, dan mereka bilang, “Aku sayang papa, aku sayang mama, tapi aku juga sayang Tuhan Yesus. Saya tidak akan menyangkal Tuhan meskipun Bapak Pendeta menyangkal. Saya nggak mau. Saya kuat. Saya takut mati tapi saya cinta Yesus.” Singkat ceritanya Saudara, 14 anak di depan dan di belakangnya orang-orang kampung sudah menyiapkan senjatanya. “Ayooo 14 orang ini sudah tidak mau menyangkal. Sisanya termasuk Pak Pendeta menyangkal. Masak sih kamu masih bertahan? Masih muda begini masak bertahan? Pendetamu saja menyangkal kok.” Akhirnya Saudara, yang terjadi apa? “Saya nggak mau menyangkal Tuhan Yesus.” “Mati ya?” “Mati, tapi takut.” Singkat cerita ya, “Okay karena 14 anak ini rela mati demi Tuhan Yesus, mari kita hukum sama-sama. Berhitung!” “Siji.. Loro.. Telu.. 1 2 3..” dan waktu “1, 2, 3” sudah mau dibantai, sudah mau itu senjatanya dikenakan pada kepala, waktu sudah waaaaw tiba-tiba muncul TOA Saudara, muncul akan satu mic, berbunyi: “Wes rek, wes mari.”
Apa maksudnya Saudara? Itu ketua panitianya. Ketua panitianya membayar orang kampung untuk melakukan terorisme supaya untuk menguji what kind of Christian are you? How truly Christian are you? Menarik Saudara. Harusnya tadi saya sewa ya supaya untuk membuktikan how truly Christian you are, harusnya saya sewa. Sayang uang kurang. Menarik Saudara. Ketua panitia cuma bayar 1000 rupiah plus teh panas dan pisang goreng. Ya murah sekali. Mungkin boleh Saudara bikin retreat kayak gini ya. Biar orangtua takut semua. Ini tadi anak gue diapain ya. Tapi itu akhirnya Saudara, menjadi sebuah great revival. Setelah sesi itu Pendetanya yang marah duluan, “Ini ketua panitia gimana sih?! Kenapa tidak kasih tahu saya dulu?!” “Lho Pak saya pikir Bapak nggak menyangkal. Jadi contoh. Saya pikir Bapak sudah tahu tanggung jawab Bapak. Saudara yang menjadi Pendeta harusnya dapat memberikan contoh bagi kami. Kami mana tahu Pak.” Ketua panitianya dimarahin luar bisa sampai akhirnya, “Saya nggak mau melanjutkan sesi terakhir.” Akhirnya pendeta itu pergi. Tapi Saudara, sesi terakhir nggak ada hamba Tuhan. Trus gimana? Doa di hadapan Tuhan.
Siapakah yang sudah menyangkal Kristus hari ini? Siapakah yang sudah mempertahankan iman hari ini? Ikut Kristus ada harga yang harus dibayar. Do you accept this cost? Saudara, apakah engkau masih percaya Kristus di saat ada goncangan-goncangan iman seperti ini? Apakah Engkau masih membulatkan hati kepada Kristus di saat kesulitan, dan setiap tantangan, dan badai mengamuk di depanmu, memberikan akan shaking kepadamu, memberikan akan quaking kepadamu? Apakah engkau masih tetap melihat bahwa bisa menderita bagi Kristus adalah sebuah kebahagiaan? Karena ketekunan memberikan buah yang matang, memberikan kesempurnaan, memberikan keutuhan kepada Saudara dan saya. Saudara, mengikut Kristus justru akan membuka matamu lebih lebar lagi, Kristus jauh melampaui apa yang menggoncang. Do you believe in Him? Apakah engkau membuka diri untuk mempercayai: “Yes memang Kristus adalah good news yang melampaui goncangan itu.”
Keempat Saudara, mengikut Kristus juga memberikan damai sejahtera meskipun Saudara berada di dalam badai. Jelas banget bahwa badai itu pun pasti akan mengusik Saudara. Badai itu pasti akan membuat Saudara sibuk luar biasa. Bahkan nanti akan saya bahas bahkan menggunakan fighting spirit kita sebesar-besarnya supaya Saudara bisa keluar dari semuanya itu. Justru mengikut Kristus juga ada damai sejahtera. Ada damai dibalik seluruh kesulitan-kesulitan tersebut. Yesus masih bisa tidur, Yesus masih bisa silence di dalam badai tersebut. Murid-murid-Nya panik luar biasa. Waktu murid-murid menemukan Yesus tidur, mereka justru membangunkan dengan berkata, “Kami ini sedang binasa, kami ini sedang menuju kebinasaan. Ayo Yesus do something. Ayo Yesus say something. Dont sleep.” Saudara, ini adalah sesuatu yang betul-betul realita. Bahwa kita sulit sekali untuk bisa mengalami damai sejahtera di saat kita mengalami kesulitan-kesulitan tersebut. Kita sulit untuk bisa memiliki damai sejahtera tersebut. Kita panik luar biasa. Saya ajak Saudara membuka satu ayat di dalam Kitab Suci, Yohanes 14:27, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu. Dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Jangan gelisah dan gentar hatimu.” Saudara, seberapa total kita bisa percaya kepada Tuhan di saat Tuhan berkata, “Jangan gentar”? Seberapa besar Saudara percaya kepada Tuhan bisa dikatakan bahwa jangan gelisah. Saudara, kalau badai datang kita nggak mau ikut Tuhan, itu adalah sebuah hal kemunduran di dalam iman. Bahkan bukan sekedar kemunduran, kemurtadan terhadap Tuhan. Tapi pada waktu kita percaya walaupun badai datang, bergantung pada Tuhan sendiri Saudara, Saudara akan sedang belajar bagaimana meletakkan firman Tuhan menjadi lebih tinggi dari kita, di saat Tuhan berkata, “Damai sejahtera Kuberikan bagimu, Kuanugerahkan bagimu.” Dan damai sejahtera itu tidak menggelisahkan kita, tidak memberikan gentar di hati kita, apa Saudara? Saya percaya pada hari ini Saudara dan saya punya pergumulan yang berbeda-beda. Saya punya pergumulan di Tiongkok, Saudara punya pergumulan di Yogjakarta. Dan setiap pergumulan kita yang berbeda itu, pasti menguras banyak tenaga kita. Tetapi what for sure adalah apakah kita masih mendapat damai sejahtera di dalam pergumulan kita? Masihkah ada damai sejahtera yang menenangkan hari Saudara waktu hiruk pikuk akan angin besar itu mengganggu kita? Pasti kita harus do something, pasti kita harus berusaha melakukan yang terbaik, tetapi damai sejahtera Tuhan jika tidak ada di dalam hati kita, mengikut Kristus akan melelahkan, menjenuhkan, bahkan membuat kita terkadang tidak perlu melanjutkan lagi.
Rekan pelayanan dari Billy Graham, namanya Charles Templeton. Charles Templeton adalah seorang yang dipakai Tuhan luar biasa, waktu sezaman dengan Billy Graham, waktu masih muda. Dia waktu mengadakan “Youth for Christ” di Canada, wah ribuan orang. Dan bahkan Saudara, saya belajar dari dia akan satu hal yaitu apa? Dia memiliki satu story yang sangat inspiratif. Dia mau mendirikan gereja. Dan waktu dia mau mendirikan gereja, dia sewa ruangan itu 1100 seats, 1100 kursi! Dan Saudara tahu? Dia langsung sewa 1 tahun. Dan waktu dibilang, “Saya mau sewa 1 tahun ruangan ini setiap Hari Minggu, 1100 seats. Dan dia nggak tahu berapa orang yang akan hadir di hari pertama. Tapi dia sudah umumkan kepada seluruh kota. Dan akhirnya Saudara, hari pertama, atau minggu pertama kebaktian yang diadakan di meeting room yang 1100 seats, yang datang nggak sampai 20. Nggak sampai 20 orang, Saudara. Dan waktu nggak sampai 20 orang, koran menuliskan satu hal: “Pendeta nggak tahu kapasitas, Pendeta nggak sadar diri.” Wah dimaki-maki, Saudara. Tapi dia bilang, “Saya tahu jelas, ini harus saya kerjakan! Mau dimaki, nggak apa-apa.”
Akhirnya orang bilang, “Buang-buang duit, uang Tuhan!”
Bilang, “Nggak apa-apa! Kerjakan apa yang Tuhan sudah bebankan kepada saya.” Dia kerjakan, kerjakan, dimaki-maki di koran, di selebaran brosur-brosur, nggak ada media sosial, Saudara. Langsung semua itu menjadi satu image yang jelek luar biasa pada dirinya. Tapi Saudara, dia perjuangkan terus sampai 1 tahun. Dan Saudara tahu? Pada saat 1 tahun sudah lewat, tempat 1100 seats itu bahkan kurang. Bahkan 1400 yang hadir. Maka gereja itu termasuk salah satu gereja yang secara spiritual growth, sorry sorry, church growth – itu kemajuannya sangat maju luar biasa. Tetapi Saudara, ada satu hari di atas mimbar, pendeta itu mengatakan, “Hari ini adalah yang terakhir kali saya berkhotbah. Dan setelah itu saya akan meninggalkan gereja ini dan saya akan meninggalkan Yesus Kristus.” Semua jemaatnya kaget, “Saya dapat berkat dari kamu, saya dapat berkat dari Hamba Tuhan ini. Engkau dipakai Tuhan luar biasa. Sekarang kenapa kamu berkata: ‘Aku akan meninggalkan gereja ini dan aku akan meninggalkan Kristus?’” Saudara, singkat ceritanya adalah karena dia melihat Tuhan nggak adil sama manusia. Kenapa ada orang yang hidupnya begitu susah luar biasa dan waktu melihat kesusahan itu, “Tuhan kok Kamu tidak campur tangan? Walaupun saya percaya saya kaum pilihan, tetapi mereka kenapa sampai begitu menderitanya?”Khususnya orang-orang yang dia percaya kepada Tuhan waktu mereka mengalami satu penderitaan, kok Tuhan nggak tolong sih? Dan Saudara, singkat ceritanya akhirnya dia berkata, “Saya akan meninggalkan, saya tidak akan percaya kepada Yesus lagi, saya akan tinggalkan gereja ini.” Dan Saudara, waktu dia mau mati, di dalam usia tuanya, ada satu orang Jurnalis Kristen namanya Lee Strobel. Di mana Lee Strobel datang dan bertanya, “What do you think about Christ? Apa pendapatmu tentang Kristus?” Dia mengatakan, “He was a good man. He was a good teacher.” Dia mengatakan, “Dia adalah Guru yang besar, good Master”, dia mengatakan, “Dia adalah Guru yang besar, Dia adalah Pengajar yang baik.” Dan terakhir dia ada mengatakan, “I miss Him so much.” Dia merindukan Guru tersebut. Dia merindukan pengajaran tersebut. Dia merindukan kehidupan bersama dengan Yesus. Meskipun kita nggak tahu apakah Dia bertobat atau tidak. Tetapi Saudara, hanya di dalam Kristus ada damai sejahtera melampui setiap badai tersebut. Jika damai sejahtera itu adalah kebutuhan terbesar bagi orang pengikut Kristus, bagaimana Saudara yang ada di tempat ini? Adakah damai sejahtera itu waktu Saudara harus menghadapi angin ribut di dalam hidup Saudara dan saya?
Kelima, Saudara, mengikut Kristus juga mengajarkan kita untuk bagaimana kita lean on Him – yaitu kita belajar untuk bagaimana kita bergantung kepada Tuhan dan bukan bergantung kepada diri kita. Membukakan mata bahwa Tuhan itu melampaui segala sesuatu, tapi juga kita harus terbuka matanya bahwa kita memang ini nggak bisa solve the problem waktu angin ribut itu ada. Kita juga harus membuka mata dan menyadari keterbatasan Saudara dan saya, bahwa saya memang nggak bisa menghadapi angin itu, karena saya nggak bisa menciptakan damai sejahtera. Damai sejahtera hanya dari Tuhan. Dan waktu damai sejahtera hanya dari Tuhan, dari Kristus, maka saya harus sadar bahwa saya nggak bisa menciptakan damai sejahtera itu. Maka saya harus bersandar kepada Kristus. Kalaupun saya harus melaksanakan fighting spirit saya, saya harus melakukan fighting spirit yang diperkenan oleh Tuhan. Saya harus melakukan fighting spirit yang dikuduskan oleh Tuhan. Saudara, fighting spirit itu penting. Tetapi komunisme juga punya fighting spirit. Komunisme itu nggak percaya kepada Tuhan, percaya kepada diri sendiri. Dan komunisme itu punya fighting spirit itu frontalnya luar biasa. Jahatnya juga luar biasa. Komunisme mengatakan bahwa apa? “Kau bisa melakukan segala sesuatu dengan usahamu sendiri. Nilai hidupmu adalah dari keringet yang ada padamu. Bukan dari gaji yang kamu terima. Gaji itu kecil harganya. Tapi waktu kamu bisa berjuang, bisa berdarah-darah, bisa apa namanya, berair mata, bahkan kau bisa berkeringat, itu adalah nilai hidup kamu. Maka bisa menjarah sekalipun itu adalah sebuah fighting spirit. Bisa melakukan sesuatu yang jahat sekalipun demi sebuah kemakmuran, itu sesuatu yang legal. Kita bukan dipanggil jadi orang jahat, Saudara. Kita bukan dipanggil untuk menghalalkan segala cara demi sebuah kemakmuran seluruh rakyat. Kita bukan dipanggil untuk apa? Untuk menjadi orang jahat bagi Kristus, dan kita bukan dipanggil menjadi orang jahat untuk melakukan kehendak Tuhan. Melakukan kehendak Tuhan harus melakukan kebenaran bukan melakukan penipuan, bukan melakukan hoax, dan bukan melakukan yang jahat di hadapan Tuhan.
Saudara, murid-murid Yesus, dia waktu dengan sibuknya dengan apa namanya, kapal tersebut, dia sibuk luar biasa, dan waktu membangunkan Yesus pun, akhirnya waktu melihat Yesus meredakan akan angin tersebut, mereka akhirnya sadar, kita selama ini sudah ikut Tuhan tapi kita seringkali kurang bergantung kepada Tuhan. Kita kurang untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita masih dengan usaha kita sendiri untuk meng-actualise diri. Untuk menunjukkan: We are something. Padahal ikut Tuhan itu adalah satu kesadaran yang harus dibangun adalah: We are just nothing. Bukan God is everything. We are just nothing, not something. Dan itu yang harus dibangun bagi orang yang mengikut Kristus. Jadi hari ini kalau kita menjadi hamba-hamba Tuhan, kita akan menjadi jemaat Tuhan, menjadi pengikut Kristus, tapi kita masih membuka diri kepada fighting spirit yang humanis, maka Saudara, kita tidak akan punya kepekaan terhadap apa yang Tuhan kerjakan. Lean on Him! Bersandarlah kepada Dia, mendekatkan diri kepada Dia. Dan Saudara dengan Saudara mendekatkan diri kepada Dia, Saudara akan belajar untuk membuka mata lebar-lebar: We are just nothing. My God is everything. Dan kalau Saudara mau menjadi something, something dengan mengikut Tuhan, menaati Tuhan, dan mengikuti setiap kehendak Tuhan.
Dua poin terakhir sebelum saya akan tutup Saudara, tentang mengikut Kristus harus dengan believe, bukan disbelieve; mengikut Kristus harus dengan kepercayaan, dengan iman, bukan dengan ketidakpercayaan. Ayat 26 waktu ditulis di situ “mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya,” kata “kurang percaya” di dalam bahasa asli memakai istilah δειλός. δειλός artinya adalah cowardly Saudara. Cowardly itu apa? “Mengapa kamu pengecut.” Saudara, saya sangat tersentuh, saya sangat terkritik Saudara, yaitu pada saat dikatakan “mengapa kamu takut, hei kamu yang kurang percaya” atau “hei kamu yang pengecut, kau tahu kebenaran tetapi kamu justru kurang iman, kamu kurang percaya dan kau justru memilih untuk menjadi pengecut.” Imannuel Kant pernah menulis satu buku yaitu What is Enlightenment? Dan di buku “What is Enlightenment?” Imannuel Kant berkata kenapa di gereja di Eropa mundur? Pertama laziness, malas memberitakan injil, malas melakukan firman Tuhan. Wah saya waktu baca buku itu terkritik luar biasa. Kita malas memberitakan injil. Lalu Saudara, kedua, yaitu cowardness, yaitu orang Kristen justru kalau aman-aman muncul, kalau nggak aman lari, cowardness. Saya baca, lho kenapa bisa muncul statement ini? Karena waktu di Eropa, waktu Nazi, waktu Hitler, waktu dia mengadakan suatu gencatan kepada orang-orang Yahudi, yang terjadi apa Saudara? Yaitu gereja semua silent, gereja diam. Waktu bilang, “Gereja nggak boleh macam-macam ya, gereja tidak boleh intervensi, ini hanya adalah kami dengan kaum Yahudi.” Dan akhirnya, singkat ceritanya, jutaan orang Yahudi dibantai dalam peristiwa holocaust. Dan waktu itu terjadi, di mana gereja? Where was the church? Where was the voice of church? Terjadi yaitu apa? Gereja silent, diam, nggak ada yang memberikan sebuah respon. Saudara, δειλός, coward, dikatakan sebagai iman yang kecil, tapi yang lebih sakit lagi, waktu δειλός ditafsirkan bukan sebagai coward, bukan sekedar pengecut, tetapi yang kedua: disbelieve, yaitu kurang percaya. Yang memanggil Yesus Tuhan, memanggil Yesus Guru, memanggil Yesus Master, tetapi yang aslinya mereka disbelieve kepada Tuhan, mereka menjadi coward, mereka menjadi pengecut untuk Tuhan. Dan waktu Tuhan mampu menenangkan badai dan meredakan badai tersebut, bagian ini mengajarkan kepada kita kalau Tuhan saja mampu rebuke that storm, Tuhan juga mampu untuk rebuke our disbelieve, rebuke our lack of faith, rebuke akan setiap apa yang selama ini iman kita terlalu kecil. Kalau badai saja bisa dihantam oleh Tuhan, Tuhan juga mampu menghantam setiap ketidakpercayaan kepada Tuhan. Hari ini banyak orang yang rata-rata nggak percaya, mereka mengatakan, “Saya dengan kuat berkata saya nggak akan percaya sama Tuhan.” Tunggu waktunya, waktu Tuhan punya waktu sudah datang, Saudara mau sekeras apa pun hatimu untuk berkata no kepada Tuhan, Tuhan akan menghardik angin ribut pada dirimu. Dan waktu Tuhan menghardik, me-rebuke mata Saudara, Saudara akan tahu bahwa apa? Tuhanmu adalah Tuhan yang jauh lebih besar dari apa yang Saudara kira, karena sekeras-kerasnya hatimu, Tuhan mampu melunakkan engkau, meredakannya, dan memberikan damai sejahtera.
Dan terakhir Saudara, mengikut Yesus memampukan kita untuk melihat bukti Tuhan itu bukan sekedar berfirman, tetapi Tuhan adalah yang menggenapi firman. Seringkali kita menjadi seorang yang sekedar percaya sama Tuhan kalau ada bukti, dan seringkali kita membangun pembuktian itu dengan from evidence to faith, seringkali “ada bukti baru saya mau percaya sama Tuhan, ada evidence baru saya mau percaya, kalau tidak ada evidence nggak mungkin saya bisa beriman.” Tapi Saudara, kadang-kadang Tuhan masih memberikan from evidence to faith, memberikan bukti-bukti begitu besar, baik secara special maupun general. Secara general semua orang, tidak peduli Kristen dan bukan Kristen, mereka kalau pergi ke gunung, “Wow what a beautiful mountain, what a beautiful view, what a beautiful panoramic scene.” Kita bisa lihat begitu indah, dan sering kali secara generally kita akhirnya bisa tersentuh dengan satu hal, “Kalau bukan Tuhan, siapa yang mencipta semuanya ini, ada nggak manusia yang bisa menciptakan semuanya ini?” Saya belum keliling Jogja begitu banyak, kemarin baru lihat Borobudur, nanti Prambanan, nanti baru liat lagi dimana ya, tapi Saudara, kita tahu kalau di Jogja ada Parangtritis, lalu juga ada Baron, dan saya melihat di itu di internet, wow beautiful ya. Saya pernah dulu tapi sekarang pingin lihat lagi, tapi waktu lihat di foto, wah luar biasa. Banyak lagi akan hidden place ya, ada tempat-tempat yang tidak diketahui dulu sekarang jadi tempat yang begitu indah. Waktu melihat keindahan itu secara generally orang Kristen dan nggak Kristen akan bertanya, “Siapakah manusia yang bisa menciptakan semua ini?” Saudara, generally kita melihat Tuhan justru memberikan evidence kepada kita, ciptaan ini adalah evidence, semuanya yang Saudara nikmati adalah sebuah evidence, dan dari evidence ini Tuhan menyatakan diri.
Tetapi secara special Tuhan juga memberikan akan iman kepada kita, memberikan bukti kepada kita, yaitu Kristus. Siapakah Kristus? Kristus adalah Tuhan Allah yang datang ke dalam dunia, satu-satunya Tuhan Allah yang datang ke dalam dunia, yang merelakan diriNya, rela mati untuk menebus dosa manusia. Dan itu adalah bukti teragung yang pernah ada, dalam diri Allah memberikan nyawa bagi manusia supaya manusia dapat mengikut Tuhan di dalam damaiNya, mengikut Tuhan di dalam keberanian di dalamNya, di dalam pernyertaanNya, dan melayani Tuhan di dalam sukacita di dalam Kristus. Maka Saudara, yang dibangun bukan just form evidence to faith tapi yang dibangun adalah from faith to faith, dan itu hanya menjadi sempurna di dalam Kristus yang mempercayai Saudara dan saya, dan Dia memberikan kepercayaan sebagai anugerah kepada kita dan kita diberikan kepercayaan itu untuk melayani Dia, mengikut Dia. Dan biarlah pada waktu Saudara mengikut Dia, situasi akan berubah itu tadi, tetapi bukti Tuhan mampu menenangkan angin ribut memberikan kepada kita juga bukti, kita dibawa untuk dapat melakukan itu, pekerjaan Tuhan menenangkan jiwa-jiwa yang belum menerima damai sejahteraNya di dalam Kristus. Saudara, hidup kita hanya satu kali, Saudara mau mengikuti siapa? Hidup kita hanya satu kali, siapakah yang kita ikuti? Kemana kita pergi dan bagaimana Saudara dan saya menjalani hidup? Saudara, do believe in Christ, do follow Christ, because He is the one and only Lord over the storms, yang bisa memberikan pengharapan bagi Saudara dan saya.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]