Paulus di Korintus, 29 Januari 2023

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita melihat Kisah Rasul pasal 18, mungkin kita bisa menarik 1 kesimpulan, apa yang diajarkan di dalam Kisah Rasul 18 itu adalah berkaitan dengan penyertaan yang Tuhan berikan kepada Paulus atau penyertaan yang Tuhan berikan kepada kehidupan dari anak-anak yang sungguh-sungguh akan melayani Tuhan atau mengerjakan apa yang menjadi perintah Tuhan di dalam kehidupan mereka. Dan ini adalah sesuatu janji yang bukan menjadi janji yang kosong. Tetapi ini adalah suatu janji yang merupakan kebenaran yang Tuhan pastikan terjadi di dalam kehidupan dari anak-anak-Nya. Di dalam Kitab Suci, penuh dengan satu prinsip, salah satu karakter dari Tuhan adalah Tuhan itu Tuhan yang setia. Dan salah satu ayat yang seringkali dikutip oleh orang-orang Kristen sendiri, pada waktu mereka melewati satu pencobaan di dalam hidup mereka yaitu dari 1 Korintus 10:13, di mana di situ dikatakan bahwa, ”Pencobaan-pencobaan yang kamu alami itu adalah pencobaan biasa yang tidak akan melampaui kekuatanmu.” Sebabnya kenapa? Di bawahnya ada kalimat, “Karena Tuhan itu setia.” Dia akan memastikan pencobaan yang kita alami itu pencobaan biasa yang tidak akan melampaui kekuatan kita dan memang betul pencobaan itu adalah pencobaan yang tidak akan melewati kemampuan kita untuk menahan dari pencobaan itu. Dan saya percaya, pada saat kita berjalan, kita perlu beriman kepada kebenaran ini, kita perlu berjalan sesuai dengan apa yang Tuhan katakan itu, dengan satu keyakinan kalau Tuhan izinkan itu terjadi dalam hidupku, saya pasti memiliki kekuatan untuk melewati kondisi tersebut. Dan itu semua bukanlah 1 kebenaran yang tidak ada buktinya. Dan itu bukan 1 kebenaran yang tidak ada contohnya sama sekali, melainkan Alkitab penuh dengan contoh-contoh dari kehidupan seperti ini, dan bahkan orang-orang Kristen pun yang hidup di luar daripada cerita di dalam Kitab Suci bisa memberikan pengertian ini dan pengalaman ini di dalam kehidupan mereka.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Allah kita adalah Allah yang setia. Tetapi Alkitab juga mengajarkan, Ia bukan hanya Allah yang setia dengan perkataan-Nya, Ia bukan hanya Allah yang setia dengan janji yang Dia katakan kepada anak-anak-Nya, tetapi 1 hal yang sangat menarik sekali, yaitu Dia adalah Allah yang berjalan bersama dengan anak-Nya di dalam melewati kesulitan, pencobaan, atau ujian yang ada di dalam kehidupan dari anak-anak-Nya itu. Satu hal yang menarik dari lagu yang kedua, seorang bernama Dietrich Bonhoeffer, orang yang mati bagi Kristus, orang yang betul-betul berpegang setia dengan pengajaran Kristus dalam hidup dia. Dia bisa menuliskan lagu yang begitu bagus yang menyatakan cinta kasih Kristus yang penuh dengan kuasa itu, yang terus ada bersama dengan kita anak-anak-Nya. Tapi, di dalam lagu yang ketiga, “Ya Tuhan, Bimbing Aku” itu juga menunjuk bahwa kehidupan dari anak-anak-Nya tidak akan lepas dari pada pimpinan dan bimbingan Tuhan Yesus Kristus, yaitu Tuhan kita sendiri.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mengapa itu menjadi unsur yang penting sekali? Dan saya percaya, ini adalah hal yang akan memberikan kekuatan bagi kita, kalau kita mengerti dan mengimani kebenaran ini dalam hidup kita. Saudara bisa lihat itu di dalam kehidupan dari, mungkin kalau saya mundur sedikit, Stefanus sendiri. Siapa Stefanus? Stefanus itu adalah orang yang martir pertama bagi Kristus. Dan pada waktu dia martir pertama bagi Kristus, seolah-olah pada waktu itu, dia sendirian berdiri di hadapan semua musuh. Serigala yang ingin menerkam dan memangsa diri dia dan mematikan diri dia. Nah, pada waktu itu, di mana orang Kristen berada? Alkitab mencatat, mereka semua menyingkir dari situ dan tidak bisa berbuat apa-apa, sehingga Stefanus harus berdiri sendiri menghadapi penghakiman dari orang-orang yang menginginkan nyawanya itu. Pertanyaan berikutnya adalah, Tuhan di mana? Tuhan yang memimpin kan? Kita percaya bahwa Stefanus punya keputusan yang membuat dia khotbah dan akhirnya membuat dia harus dirajam mati itu ada di dalam pimpinan Tuhan. Tuhan memimpin? Ia memimpin. Tetapi Alkitab juga menyatakan, pada waktu Stefanus berdiri di hadapan musuh-musuhnya, Saudara bisa lihat 3 Pribadi Allah Tritunggal paling dinyatakan pada waktu itu. Ia adalah seorang yang penuh dengan Roh Kudus. Ia melihat Yesus Kristus berdiri di atas, dan bukan duduk di sebelah kanan Bapa tapi berdiri di Surga, di samping kemuliaan dari Allah yang ia lihat pada waktu ia akan mati. Berarti apa? Allah ada di situ. Kristus ada di situ. Ketika anak-anak-Nya berjalan untuk mempertahankan, membela iman dan kebenaran, percaya mereka akan Kristus, Tuhan Yesus tidak pernah membiarkan kita berjalan sendiri. Tetapi Tuhan akan beserta di dalam kehidupan kita untuk melewati kondisi yang kita alami itu.

Paulus pada bagian ini juga menjadi 1 contoh yang jelas sekali, berkenaan dengan apa yang Tuhan lakukan di dalam hidup dia. Saudara, kalau kita melihat kepada diri Paulus, mungkin kita akan berkata, “Ia adalah orang yang sangat hebat. Ia adalah orang yang begitu pemberani sekali. Ia adalah orang yang tidak pernah berputus asa sepertinya, ketika batu menghampiri diri dia, ketika cambuk menyentuh punggung dia, ketika dia mengalami karam kapal, dan segala hal yang merugikan dan sangat-sangat penuh dengan kesulitan di dalam kehidupannya.” Ada 1 hal yang kita lihat dari pelayanan yang dikerjakan oleh Paulus, dia tidak pernah berhenti dan seolah-olah tidak ada 1 kekuatan pun di dalam dunia ini yang bisa menghentikan diri dia untuk memberitakan tentang Kristus. Bahkan kematian pun Paulus berkata, adalah 1 keuntungan bagi diri dia karena melalui kematian dia, nama Kristus dimuliakan. Saudara, orang seperti apa itu? Kita akan ngomong, dia adalah orang yang luar biasa sekali. Orang yang penuh dengan keberanian. Orang yang tidak takut mati. Orang yang pantang menyerah, seperti itu.

Tetapi Saudara, pada waktu kita baca Kisah Rasul 18, ada hal yang bertolak belakang sekali sepertinya dengan semua bayangan, gambaran yang kita dapatkan dari Paulus ini. Yaitu apa? Kalau Saudara baca di dalam ayat yang ke-9 tadi, ketika Paulus ada di dalam suatu malam di Korintus, dia kemudian mendapatkan Firman dari Tuhan secara langsung kepada diri dia dan Firman itu berbunyi, pertama-tama adalah “Jangan takut!” Saudara, artinya adalah pada waktu Paulus melayani di Korintus, ia bukan orang yang begitu beraninya, orang yang tidak pernah mengalami kesulitan dan tidak pernah mengalami satu ketakutan di dalam hidup dia. Tetapi dia adalah orang yang sendirinya mengalami ketakutan sehingga Tuhan perlu memberikan kekuatan kepada Paulus. “Jangan takut! Teruskan apa yang engkau lakukan karena Aku menyertai engkau.” Dan itu membuat Paulus kemudian dikatakan tinggal di Korintus selama 1.5 tahun, hampir 2 tahun untuk terus memberitakan Injil di Korintus tersebut.

Bapak, Ibu bisa bandingkan dengan ayat-ayat lain di dalam Kitab Suci, misalnya, kalau Saudara lihat di dalam surat Korintus, 1 Korintus 2:3, lalu 1 Tesalonika 3:7, di situ, Paulus ada paling tidak memberikan 1 indikasi atau 1 bocoran mengenai perasaan hati dia ketika dia melayani Tuhan. 1 Kor. 2:3, “Aku juga telah datang kepadamu  dalam kelemahan  dan dengan sangat takut dan gentar.” Jadi, pada waktu Paulus ada di Korintus di dalam pasal 18, dia katakan di dalam suratnya pribadi ditujukan kepada jemaat Korintus, dia waktu itu bukan dalam kondisi baik-baik tetapi dia ada dalam kondisi sangat lemah dan dia ada dalam kondisi yang sangat takut dan gentar. Lalu, Saudara juga bisa lihat di dalam 1 Tesalonika 3:7, (1 Tes 3:6-7) “Tetapi sekarang, setelah Timotius   datang kembali dari kamu dan membawa kabar yang menggembirakan tentang imanmu dan kasihmu, dan bahwa kamu selalu menaruh kenang-kenangan yang baik akan kami dan ingin untuk berjumpa dengan kami, seperti kami juga ingin untuk berjumpa dengan kamu, maka kami juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu.” Dan di sini dikatakan bahwa Paulus ada dalam kondisi yang sesak dan ada di dalam kondisi yang penuh dengan kesukaran. Pada waktu apa? Ia melayani Tuhan. Dan dia sedang menunggu Timotius kembali dari Tesalonika. Kemungkinan di situ, dia ada di Korintus, mungkin di dalam pelayanan yang dia kerjakan.

Saudara, apa yang membuat Paulus mengalami ketakutan yang begitu hebat? Kesesakan yang begitu hebat di dalam kehidupan dia, ketika ia melayani Tuhan, atau melayani jemaat Korintus tersebut. Tetapi sebelum kita melihat kepada aspek ini, saya mau ngomong 1 hal, pada waktu Tuhan berkata, “Aku setia. Aku menyertai engkau di dalam pelayanan.” Melalui apa yang ditunjukkan oleh Paulus di sini, melalui apa yang dialami oleh Petrus, melalui kematian yang dialami oleh Stefanus, itu menunjukkan bahwa penyertaan Tuhan itu tidak membuat kita terlepas dari kesulitan, tetapi penyertaan Tuhan itu membuat kita memiliki kekuatan di dalam melewati kesulitan yang ada di dalam kehidupan kita. Ini menjadi hal yang penting untuk kita mengerti dan kita pegang.

Banyak orang Kristen berpikir, kalau Tuhan menyertai, tidak ada kesulitan. Kalau Tuhan menyertai, keadaan pasti baik-baik. Kalau Tuhan menyertai, apa yang kita impikan, kita inginkan, itu semuanya akan kita terima dalam kehidupan kita seperti yang kita inginkan itu. Ada seorang bapak ngomong sama saya, “Kalau kita beriman kepada Tuhan, Tuhan pasti menjawab apa yang kita imani itu dan memberikan apa yang kita imani itu.” Saudara, realitanya adalah apakah iman kita itu sesuai dengan janji Tuhan atau tidak? Kalau itu tidak sesuai dengan janji Tuhan, itu bukan iman. Tapi itu adalah satu kepercayaan diri kepada diri kita sendiri dan bukan satu kepercayaan yang kita tujukan kepada Tuhan.

Nah, di sini saya mau masuk ke dalam satu kesaksian yang tadi saya katakan. Salah satu dari pengurus gereja kita di Solo, baru-baru ini mengalami 1 musibah yang besar sekali. Dan musibahnya itu apa? Yaitu pabrik dia kebakaran. Pabrik utama untuk produksi dia itu mengalami kebakaran. Dan pada waktu saya bertemu dengan dirinya, saya tanya, “Berapa banyak yang terbakar itu?” Dia bilang, “Pak, yang terbakar itu 7.000 m2. Tempat saya itu habis semua oleh api.” Dan pada waktu saya tanya, “Kok bisa?” Dia bilang 1 hal pada saya pada waktu itu, “Pak, saya juga nggak tahu. Tetapi yang saya rasakan, bahwa keadaan itu terjadi begitu kebetulan sekali. Dan semuanya dicocokin semua di dalam moment itu.” “Maksudnya apa?” “Maksudnya adalah kayak gini. Pertama, paling tidak pada waktu hal itu terjadi, keempat anak saya ada di sini. Sehingga pada waktu hal itu terjadi, bukan hanya saya dan suami saya yang harus menghadapi api atau kondisi itu. Mereka bisa membantu kami untuk melewati kondisi itu. Yang kedua adalah pada waktu hal itu terjadi, permintaan dari luar itu sedang sedikit. Bukan nggak ada, tapi sedikit. Sedangkan stock kayu yang ada itu pada puncak-puncaknya paling banyak. Karena kami tetap menjaga relasi dengan supplier, sehingga ketika mereka alami kesulitan, pabrik yang lain menolak untuk membeli bahan dari mereka, kami paling tidak masih menerima bahan-bahan itu walaupun sedikit, supaya ada uang yang mengalir dan mereka juga agak diringankan dari kesulitan karena nggak ada pembelian sama sekali. Jadi, stock di gudang penuh. Betul-betul penuh. Lalu pada waktu malam itu terjadi percikan api yang membakar satu tempat, saya dapat laporan dari pegawai untuk cepat-cepat datang karena ada kebakaran. Pada waktu saya datang, saya langsung panggil Damkar.” Dan ketika Damkar itu datang, kebakaran itu masih bisa diatasi. Tetapi dengan segala alasan yang ada, Damkar ngomong, “Kami harus ikuti prosedur SOP. SOP-nya itu apa? SOP-nya adalah lampu harus dipadamkan dari pusat sebelum kami boleh bertindak.” Padahal, kalau dia semprot pada waktu itu, tanpa perlu memadamkan listrik terlebih dahulu, api itu terkontrol, dan hanya bagian kecil itu yang terbakar. Tempat yang lain tidak terbakar sama sekali. Tapi harus tunggu. Tunggu berapa lama? 30 menit. Setengah jam. Dan pada waktu itu, api sudah besar dan nggak terkendali sama sekali lagi.

Lalu, selain itu ada hal yang lain lagi. Pada waktu dia menjaga untuk supaya bagian yang lain tidak terbakar, Damkar itu bisa menghilang cari air yang dijanjikan semuanya cukup. Pada waktu itu nggak ada air sama sekali di daerah Sukoharjo. Akhirnya, dia harus panggil Damkar dari Solo untuk datang membantu. Pada waktu Damkar dari Solo datang membantu, Damkar dari Sukoharjo marah-marah. “Ibu nggak percaya dengan kami? Kemampuan kami untuk bisa bekerja memadamkan?” Tapi realitanya nggak bisa, seperti itu. Saya dongkol sekali dengar hal itu. Tapi saat itu, dia berkata, “Semuanya itu terjadi begitu bersamaan sekali. Di moment bersamaan sekali.” Lalu saya tanya, “Asuransinya gimana?” “Nah, itu lho pak. Selama bertahun-tahun di dalam pekerjaan, saya tidak pernah lalai asuransi. Setiap tahun pasti diperbaharui. Pasti diperbaharui seperti itu. Kok tahun ini, kebetulan saya ganti bank, seperti itu. Lalu, setelah ganti bank, saya lupa. Asuransinya belum diperpanjang. Lalu kemudian, cepat-cepat di bulan Januari waktu ingat, panggil bank untuk mengurus asuransi itu. Mereka datang survey. Pada waktu survey, seminggu sebelum kebakaran, mereka ngomong, “Oke, baik. Kami setuju. Kami akan carikan asuransi yang bisa menanggung perusahaan ini.” Saudara, seminggu kemudian terbakar habis semua, sebelum asuransi itu diputuskan. Sambil bicara, ia sambil menangis untuk melihat kondisi itu.

Lalu, dia mengeluarkan statement yang sangat menguatkan sekali. Pada waktu itu saya pikir, apa yang bisa dilakukan untuk memberikan penghiburan. Tetapi pada waktu itu, justru dirinya memberikan 1 penghiburan dan kekuatan untuk saya dan juga beberapa orang yang hadir di situ, berbicara dengan diri dia. Ia bilang kayak gini, “Pak, sebenarnya hati saya dalam 1 minggu ini sudah nggak enak sekali. Dan hari kebakaran itu puncak hati saya nggak enak sekali. Tapi saya nggak tahu apa itu. Anehnya adalah seperti ini. Waktu itu, saya berdoa kepada Tuhan 3 hal. Pertama adalah kalau andaikata saya berdosa di hadapan Tuhan, tolong tunjukkan dosa kami, saya dan keluarga saya itu di mana. Saya tahu semua orang berdosa. Tetapi paling tidak kalau ada 1 dosa spesifik yang sudah kami lakukan dan Engkau ingin nyatakan, tolong tunjukkan itu di hadapan saya. Di hadapan kami sekeluarga. Apa yang menjadi dosa kami.”  Yang kedua, dia bilang, “Kalau andaikata, apa yang akan terjadi ini adalah satu pencobaan dalam hidup kami, Tuhan tolong beri kekuatan, atau tolong beri kami 1 iman sehingga kami tidak menjadi tawar hati kepada Tuhan. Yang ketiga adalah, kalau ini adalah ujian dari Engkau, tolong Engkau berikan kekuatan bagi kami untuk melewati ujian ini.”

Saudara, malam itu pukul 02.00 pagi, mungkin Bapak, Ibu bisa baca di koran, di Sukoharjo 1 pabrik kayu terbakar. Lalu kemudian saat itu, ia juga berdoa kembali kepada Tuhan, “Tuhan, tolong jangan sampai habis. Kalau sampai habis, mungkin kami menjadi begitu kecewa sekali dengan Tuhan. Tolong jaga beberapa oven tetap ada, beberapa alat-alat yang penting tetap ada sehingga kami masih bisa operasional.” Bersyukur, Tuhan masih jaga itu ada. Walaupun 7.000 m2 lahannya habis total dalam waktu 1 hari. Apinya nggak bisa padam-padam karena api itu kena kayu-kayu, jadi arang-arang terus hidup, seperti itu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita melihat keadaan itu, itu mau menunjukkan apa? Saya percaya, kalau kita percaya bahwa Tuhan kita itu adalah Tuhan yang pasti memimpin, menyertai, melewat, melepaskan kita dari berbagai masalah dalam hidup kita, saat itu, kita akan menjadi kecewa dan meninggalkan Tuhan. Tetapi Alkitab nggak pernah mengajarkan itu. Bersyukur sekali. Dan itu menjadi satu hal yang boleh menjadi 1 kekuatan bagi anak-anak-Nya di dalam menghadapi atau melewati pencobaan dan ujian yang Tuhan izinkan terjadi di dalam kehidupan mereka. Dan itu yang diajarkan di dalam kehidupan Stefanus. Itu yang diajarkan dalam kehidupan Paulus, pada bagian Kisah Rasul pasal 18. Pada waktu kita berkata, “Tuhan beserta dengan diri kita.” Apa maksud “beserta dengan diri kita”? Apa itu berarti kita terhindar dari semua persoalan yang menakutkan, yang membuat kita ada di dalam masalah besar dan kesulitan besar? Alkitab bilang, tidak. Tapi justru Tuhan akan memberikan kekuatan kepada kita. Itu janji-Nya, untuk bisa melewati situasi dan keadaan itu di dalam iman kepada Kristus.

Nah Saudara, kita kembali bicara secara lebih spesifik lagi ya. Pada waktu Paulus melayani, mengapa dia mengalami kesulitan? Mengapa dia mengalami rasa takut? Mengapa dia mengalami kesesakan di dalam kehidupannya ketika dia melayani Tuhan? Paling tidak, ada beberapa sebab yang menjadi indikasi yang Alkitab bukakan. Kalau Saudara mundur ke belakang, atau Saudara lihat di dalam perjalanan Paulus yang misi kedua. Pasal 18, di dalam misi kedua perjalanan Paulus mengitari benua yang ada untuk memberitakan Injil. Pada waktu ia dalam perjalanan misi kedua itu, ia tiba di beberapa kota. Dan pada waktu dia tiba di beberapa kota, kota-kota yang menolak diri dia, akhirnya dia tiba di Filipi. Saya secara cepat saja ngomong. Pada waktu dia tiba di Filipi, apa yang terjadi? Alkitab mengatakan, memang pada waktu itu ada kepala penjara Filipi yang dimenangkan bersama keluarganya untuk percaya kepada Kristus. Tetapi sebelumnya, dia dicambuki, ditangkap, dan dimasukkan ke dalam penjara. Akhirnya, setelah dibebaskan, dia harus meninggalkan kota Filipi, menuju kota yang lain. Dan kota yang lain itu apa? Tesalonika.

Dan pada waktu dia memberitakan Injil di Tesalonika, apa yang terjadi di dalam kehidupan dia? Alkitab mengatakan, awal mula, ada orang-orang yang mendengarkan Injil. Tetapi kemudian ada orang-orang yang ketika mendengarkan Injil, makin lama makin keras hatinya, akhirnya menolak Paulus dan mengusir Paulus dari Tesalonika. Lalu, dia pergi ke Berea. Dan ketika dia di Berea, Alkitab mengatakan, Berea ternyata orang-orang Yahudi lebih baik daripada orang Yahudi yang ada di Tesalonika. Dan pada waktu dia melayani di situ, mereka belajar Firman dengan baik. Tetapi ketika jemaat di Tesalonika mendengar Paulus ada di Berea, mereka kemudian pergi ke Berea untuk mengadakan kerusuhan dan mengusir Paulus dari Berea. Akhirnya, Paulus pergi ke Atena. Dan di Atena, ketika dia memberitakan Injil di Areopagus, Alkitab mencatat sangat sedikit sekali orang yang percaya dan yang kebanyakan adalah orang-orang yang menghina diri dia, lalu mengabaikan diri dia sehingga dia kemudian harus pergi lagi dan pergi menuju kepada Korintus.

Tapi pada waktu dia sampai di Korintus keadaan lebih baik atau tidak? Saudara, sayangnya keadaan tidak lebih baik. Justru keadaan lebih buruk lagi di Korintus. Dan keadaan buruk itu bagaimana? Ada yang mengatakan Kitab Roma itu adalah satu kitab yang ditulis ketika Paulus ada di Korintus. Dan pada waktu Kitab Roma ditulis pada waktu Paulus di Korintus, apa yang ditulis di dalam Kitab Roma itu menjadi satu gambaran kondisi jemaat yang ada di Korintus yang dituangkan di dalam Kitab Roma. Apa yang terjadi di situ? Saudara, mungkin berapa kali saya kutip, Roma 1:18 dan seterusnya Saudara bisa baca, di situ penuh dengan kejahatan, penuh dengan dosa, penuh dengan satu kehidupan yang tidak takut akan Tuhan, penuh dengna satu kehidupan yang menentang Tuhan, pengetahuan yang Tuhan taruh di dalam hati mereka. Sehingga akhirnya Tuhan harus menyerahkan mereka ke dalam berbagai kejahatan, mulai dari penyembahan berhala, lalu kehidupan dalam kondisi LGBT, laki-laki kawin dengan laki-laki, perempuan kawin  dengan perempuan. Ketika mereka tidak mau bertobat, lalu menyerahkan mereka ke berbagai pikiran mereka yang jahat, dan tidak sampai di situ, masih banyak lagi kejahatan yang lain yang Tuhan tulis melalui Paulus di dalam surat Roma. Saudara bisa baca.

Lalu kalau Saudara bandingkan dengan surat Korintus, di dalam surat Korintus Paulus juga menyatakan satu hal, “Hai orang-orang Korintus, tahu tidak kamu itu adalah orang-orang yang sudah dikuduskan di dalam Tuhan oleh Roh Kudus. Tetapi ada satu hal yang kamu harus mengerti, bahwa ketika engkau dikuduskan oleh Tuhan Yesus, oleh Roh Kudus dalam kehidupanmu tapi kamu masih hidup di antara orang-orang Korintus yang berdosa, sehingga mengakibatkan apa? Engkau juga hidup di dalam dosa yang dilakukan oleh orang-orang Korintus.” Dosanya adalah dosa ketamakan, dosa perzinahan, dosa yang bahkan dikatakan anak menyetubuhi mamanya sendiri. Walaupun di situ dikatakan mamanya kemungkinan ditafsirkan sebagai mama tiri, tapi paling tidak anak menyetubuhi mamanya sendiri. Perselisihan, perpecahan yang ada, peninggian diri daripada orang-orang Kristen yang lain dan masih banyak dosa-dosa yang lain. Itu yang harus Paulus hadapi di Korintus. Saudara, semula melayani, diusir. Satu per satu diusir, sedikit sekali yang dimenangkan bagi Kristus. Sampai ke Korintus kondisi nggak lebih baik, dan dia harus hadapi keadaan di mana orang-orang yang penuh dengan dosa, walaupun ada orang yang percaya tetapi jemaat yang percaya kepada Tuhan hidup dengan dosa. Ada kekuatan? Ada pengharapan? Ada sukacita? Saya percaya yang ada adalah kesesatan, kesedihan dan juga rasa takut dan gentar yang besar di dalam diri kita.

Saya lihat apa yang dikatakan oleh Paulus di dalam tulisan-tulisannya itu penting sekali. Saya ambil contoh, pada waktu Paulus berbicara kepada Filemon, “Filemon, terima Onesimus kembali.” Kenapa harus terima Onesimus kembali? Banyak sebab. Tapi paling tidak 2 sebab yang dikatakan oleh Paulus yang saya ingin sorot berkaitan dengan ini. Pertama adalah, “Karena ketika engkau menerima Onesimus kembali, itu adalah tindakanmu yang taat kepada Tuhan. Bukan kepada ku saja tetapi perkataan Tuhan Yesus untuk menerima Onesimus kembali.” Yang kedua adalah, “Pada waktu engkau menerima Onesimus kembali, ini bukan hanya urusan pribadi engkau dengan Onesimus. Tetapi ini adalah urusan antara pribadi engkau dengan pemimpin-pemimpin Kristen lainnya yang ada, yang mengenal engkau, yang engkau kenali diri mereka.” Artinya adalah pada waktu kita hidup sebagai orang Kristen, integritas hidup kita sebagai orang Kristen itu akan berdampak kepada orang Kristen yang lain, para pemimpin orang Kristen yang lain yang melayani Tuhan. Dan apa yang kita putuskan jangan pikir ini cuma urusan pribadiku dengan Tuhan, tetapi apa yang kita putuskan itu bisa membuat orang Kristen yang lain yang melayani Tuhan yang lain itu dikuatkan atau dihambarkan hatinya di dalam melayani Tuhan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu Paulus mengalami ini, dia melihat apa yang ada di sekitar dia penuh dengan dosa. Dia melihat kehidupan dari orang-orang Kristen yang dia layani hidup di dalam dosa. Kecewa nggak? Pahit tidak? Sesak tidak? Saya rasa dia pasti ngalami itu semua karena dia tidak terlalu melihat ada buah yang baik dari pelayanan yang ia kerjakan. Dan bahkan dia dimusuhi, dibenci, dianiaya, diusir dari tempatnya dan diancam nyawanya. Alkitab juga nggak mengatakan sampai di situ, kalau Bapak, Ibu perhatikan kembali, misalnya di dalam ayat yang ke-2, “Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.” Saudara, ini menjadi satu ayat yang seringkali dikutip oleh para hamba Tuhan untuk melayani sambil bekerja, seolah-olah meneladani Paulus di sini. Dan itu adalah sesuatu yang baik di dalam gereja Tuhan.

Saya percaya apa yang dilakukan Paulus di sini baik. Tetapi kenapa dia bekerja di situ? Paling tidak ada 2 sebab kenapa dia bekerja di Korintus. Pertama adalah karena dia butuh hidup dan hidup itu butuh uang untuk membeli makanan. Makanya dia bekerja supaya dia menghasilkan uang dan uang itu untuk bisa membiayai kehidupan dia. Tetapi hal yang kedua adalah kenapa dia bekerja? Karena dia tidak mau menggantungkan hidup dia kepada orang-orang yang baru dia layani. Karena dia tidak mau orang-orang memiliki satu konsep dalam pemikiran dia, “Paulus mencari keuntungan. Kekristenan itu hidup daripada orang lain.” Dan itu adalah satu kepentingan yang tidak akan mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan. Itu sebabnya Paulus bekerja untuk mencukupkan apa yang menjadi kebutuhan dia. Kayanya positif ya, “Oh baik, dia bekerja.” Tapi Saudara, di bagian lain Paulus juga pernah mengajarkan, “Tidakkah kami memiliki hak untuk makan dari hasil kami bekerja? Kalau kami bekerja melayani Tuhan, tidakkah kami punya hak untuk makan dari persembahan orang-orang yang mendukung pelayanan yang kami kerjakan itu?” Berarti bekerja itu bukan sesuatu yang seharusnya dikerjakan oleh Paulus tapi jemaat yang mengerti pelayanan hamba Tuhan yang baik, yang setia, yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan, yang mengerti pelayanan kerajaan Tuhan dan apa yang menjadi mandat Tuhan untuk pergi ke seluruh dunia memberitakan Injil, itu harus mendukung pelayanan dari hamba Tuhan yang mengerjakan pelayanannya dengan baik dan setia.

Itu sisi positifnya. Negatifnya apa? Saudara, kalau Saudara komparasikan dengan ayat yang ke-4 dan ke-5, di situ kita bisa lihat paling tidak indikasinya dimunculkan oleh Lukas. Ayat 4 berkata, “Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani. Ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman, di mana ia memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias.” Lukas ngomong apa? Sebelum Silas dan Timotius tiba, Paulus cuma bisa menginjili di hari Sabat. Hari Minggu sampai hari Jumat apa yang dia kerjakan? Bekerja, cari duit. Tapi begitu Silas dan Timotius tiba dia bisa full memberitakan Injil dan tidak perlu bekerja lagi. Kenapa ya? Di sini menarik ada banyak commentary yang menafsirkan seperti ini, sebabnya karena Paulus kekurangan uang. Paulus juga melayani dengan begitu berat, dia mengalami penolakan, dia mengalami kesulitan, nyawanya terancam, orang-orang yang melayani kelihatannya tidak berbuah dalam kehidupan dia. Tidak sampai di situ, ternyata persediaan uangnya juga semakin menipis dan dia sendiri untuk bisa mempertahankan hidup dari hari demi hari dia harus bekerja mencukupi kehidupan dia sendiri. Nggak ada uang bisa melayani tidak? Saya tahu rasanya nggak punya uang, yang pasti akan sulit sekali untuk melayani.

Saudara, itu yang dialami oleh Paulus. Itu ketika Silas dan Timotius tiba, kenapa mereka penting? Karena pada waktu mereka tiba, mereka bawa uang untuk mendukung pelayanan Paulus. Saudara boleh lompati di dalam 2 Korintus 11:9, “Dan ketika aku dalam kekurangan di tengah-tengah kamu, aku tidak menyusahkan seorang pun, sebab apa yang kurang padaku, dicukupkan oleh saudara-saudara yang datang dari Makedonia.” Siapa yang datang dari Makedonia? Silas dan Timotius. “Dalam segala hal aku menjaga diriku, supaya jangan menjadi beban bagi kamu, dan aku akan tetap berbuat demikian.” Jadi, jadi Paulus itu menyenangkan? Saya kira ada aspek menyenangkan, sukacita, karena dia mengerjakan satu pekerjaan yang tidak akan binasa tetapi akan berlanjut sampai kekekalan. Dan di dalam kesukaran, Tuhan menghargai pekerjaan yang Paulus kerjakan. Tetapi Saudara, pada waktu Paulus mengerjakan pekerjaan kekekalan, bukan tanpa tantangan dan kesulitan. Ada begitu banyak hal yang dia harus lewati dalam kehidupan dia yang membuat dia akhirnya mengalami satu kondisi yang ada di bawah, ketika dia melewati itu semua.

Sekarang, di mana Tuhan? Katanya Tuhan itu setia. Kalau Tuhan itu setia, apa yang dilakukan dalam kehidupan Paulus? Ada beberapa hal yang Saudara bisa lihat di dalam bagian ini ya. Pertama adalah waktu dia harus pergi ke Korintus, mulai ke Athena ya, dia harus meninggalkan Silas dan Timotius di situ. Tetapi menariknya Saudara, ketika dia harus seorang diri pergi ke tempat asing yang dia tidak pernah tahu apa yang ada di situ, kondisi yang melawan Tuhan yang ada, dan segala kesulitan yang ada, Tuhan justru mengutus Awkila dan Priskila sebagai ganti dari Timotius untuk hadir dan menemani Paulus di sini. Artinya adalah pada waktu seseorang melayani, Tuhan tahu kita nggak mungkin bisa melayani sendiri, Tuhan tahu kita membutuhkan orang-orang yang bisa mendorong dan menyemangati kita di dalam pelayanan. Ada orang-orang yang mungkin meninggalkan kita, tetapi Saudara, kalau kita mengerjakan pekerjaan Tuhan dengan kesungguhan motivasi yang tidak berdosa di hadapan Tuhan, yang benar di hadapan Tuhan, Saudara nggak usah takut. Ketika Saudara seorang diri, ketika Saudara dimusuhi dan dijauhi oleh orang-orang yang lain, Tuhan akan bangkitkan orang-orang yang mendampingi Saudara untuk melayani Tuhan. Dan Paulus mendapatkan kekuatan itu dari Awkila dan Priskila. Sampai kapan? Sampai ketika dia suatu waktu bekerja Silas dan Timotius datang. Dan kegembiraan dia itu makin bertambah lagi dan dia makin diberikan kekuatan lagi oleh Tuhan.

Karena pada waktu Silas dan Timotius tiba, ada paling tidak 2 hal yang mereka bawa yang membuat Paulus memiliki kekuatan. Pertama adalah satu sisi mungkin kita bicara materi dulu, mereka membawa persembahan dari orang-orang Makedonia untuk mendukung pelayanan Paulus sehingga dia tidak perlu lagi sulit untuk bekerja dan dia bisa konsentrasi penuh untuk memberitakan Injil Tuhan. Tapi yang kedua adalah kalau Saudara baca tulisan yang ada di Efesus, Saudara baca tulisan yang ada di Tesalonika, dan juga di bagian yang lain, Saudara akan mendapatkan satu hal, ketika Silas dan Timotius tiba, mereka memberi kekuatan kepada Paulus yang mengkuatirkan jemaat yang ada di tempat-tempat yang pernah dikunjungi oleh Paulus terlebih dahulu, dan di situ mereka memberi tahu, misalnya saya ambil contoh di Tesalonika, pada waktu Paulus meninggalkan Tesalonika, dia dianiaya di Tesalonika. Kalau sebagai pemimpinnya saja dianiaya, bagaimana dengan orang-orang Kristen yang ada di Tesalonika? Mereka juga pasti alami aniaya. Tapi ketika Silas dan Timotius tiba kepada Paulus mereka berkata walaupun mereka alami aniaya tapi mereka bertumbuh di dalam iman, mereka terus menerus merindukan Paulus dan mengharapkan dia bisa melayani mereka. Saudara, itu adalah satu sukacita yang Tuhan berikan di dalam Paulus yang menunjukkan bahwa apa yang dia kerjakan itu tidak sia-sia, Tuhan menyertai dan Tuhan memberkati pekerjaan yang Paulus kerjakan. Dia tidak melepas dan membuat segala sesuatu tidak ada buahnya di dalam pekerjaan yang Paulus kerjakan itu.

Lalu nggak sampai di situ, pada waktu Paulus di Korintus, satu sisi dia juga mengalami penolakan, dia dikatakan dihujat dan dimusuhi oleh orang-orang Yahudi. Istilah hujat di situ ada yang menafsirkan bahkan orang-orang itu menghina Tuhan Yesus Kristus yang diberitakan oleh Paulus. Tapi Saudara, di dalam kondisi ini memang Paulus dikatakan kemudian mengebaskan debu yang ada di bajunya, yang ada di kakinya, lalu kemudian dia pergi kepada bangsa-bangsa lain dan menyatakan satu penghakiman kepada orang-orang dan menyatakan dia bersih, dia tidak bersalah dan dia akan pergi memberitakan diri Yesus kepada bangsa lain dan orang Yahudi yang menolak diri dia akan mengalami penghakiman dari Tuhan Yesus Kristus. Tapi Saudara, pada waktu dia pergi ke bangsa lain, orang Yunani, orang Korintus, Alkitab mencatat ternyata pelayanannya nggak sia-sia. Ada orang-orang yang kemudian percaya kepada Injil yang Paulus beritakan. Bahkan Korintus menjadi satu tempat yang paling lama Paulus tinggal di situ untuk memberitakan Injil Yesus Kristus. Banyak dari orang pilihan Tuhan ada di Korintus. Dan itu membuahkan buah yang besar dan akhirnya membentuk satu jemaat yang besar di Korintus.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya prinsip ini menjadi satu prinsip yang kita juga boleh pelajari. Pada waktu kita menjalani hidup ini, ketika kita mengalami satu kesesakan dalam hidup kita, atau satu kehambaran di dalam melayani Tuhan, apa yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan sukacita kembali dan kekuatan kembali? Banyak orang berpikir pada waktu dia mengalami persoalan dalam pelayanan paling baik mundur, paling baik saya tidak terlibat dulu dalam pelayanan. Tapi peristiwa yang terjadi kepada diri Paulus dikatakan bahwa justru pada waktu dia merasa sesak, sedih, ada dalam kesulitan yang besar, dia terus mengabarkan Injil dan Injil itu membuahkan jiwa yang memberikan kekuatan pada diri dia di dalam melayani. Saya percaya ini prinsip yang benar. Kenapa? Karena saya alami sendiri.

Saudara, mau sedunia, mau satu gereja menentang dirimu, kalau engkau bisa memenangkan satu jiwa, semua itu bisa membalikkan keadaan yang ada. Saya bukan ngomong tentang karena dosa tapi karena mereka mungkin tidak mengenal dan mungkin mereka salah paham dalam pelayanan segala macam, atau mereka menolak kebenaran. Ketika Saudara memenangkan jiwa, itu akan membawa satu sukacita yang tidak terbayarkan sama sekali. Semua kesulitan yang Saudara alami itu akan tidak ada artinya sama sekali. Karena apa? Saya percaya karena Saudara sudah menggenapkan perintah Tuhan dalam hidup ini. Saudara menjalankan apa yang menjadi mandat paling agung yang Tuhan berikan untuk orang Kristen itu menjadi saksi bagi Kristus dan membawa jiwa mengenal Kristus dalam hidupmu.

Itu sebabnya Pdt. Stephen Tong selalu mendorong orang Kristen harus menginjili. Itu sebabnya saya juga sering kali mengingatkan Saudara harus menginjili. Ketika Saudara bersaksi, Saudara akan memperhatikan gaya hidupmu. Ketika Saudara menginjili, Saudara akan memperhatikan kata-kata yang keluar dari mulutmu. Ketika Saudara menginjili, Saudara akan memperhatikan apakah hidup saya menjadi berkat atau tidak. Ketika Saudara menginjili, Saudara akan berusaha untuk memiliki satu kehidupan yang berdasarkan pertolongan dari Roh Kudus yang Tuhan berikan kepada diri kita untuk menghasilkan buah-buah Roh dalam hidupmu. Dan itu akan membawa Saudara makin dikuduskan, makin menjadi serupa Kristus, makin menjadi berkat hidup di dalam kasih. Dan semua itu akan Tuhan pakai juga untuk memenangkan jiwa bagi Kristus dan menjadi contoh teladan seorang yang takut Tuhan kepada orang yang mengenal Tuhan, anak-anak Tuhan yang lain ataupun orang yang belum percaya kepada Tuhan. Tapi kalau kita nggak memperhatikan itu, kita seolah-olah hidup diriku dengan diriku, “Nggak ada orang lain, apa pun yang saya lakukan itu kepentingan diri kita, nggak ada urusannya dengan orang lain. Mau orang tersandung, mau orang nggak tersandung, saya nggak peduli sama sekali. Yang penting imanku.” Seolah-olah imanku sendiri kepada Tuhan. Tapi sebenarnya dia nggak punya kasih, yang ada adalah egoisme diri yang dia tunjukkan dalam hidupnya.

Saudara, kunci dari pelayanan, Paulus katakan, untuk kita melihat kesetiaan Tuhan yang menyertai hidup kita adalah menginjili, membawa jiwa mengenal Tuhan. Tapi selain itu, Paulus juga diberikan satu janji kembali oleh Tuhan, “Pada waktu engkau melayani jangan takut, Aku menyertai engkau. Jangan diam, terus beritakan Injil.” Di dalam ayat 9 dan 10. Artinya adalah pada waktu kita sungguh-sungguh mengerjakan pekerjaan Tuhan dalam hidup kita, janji Tuhan atau kuasa Tuhan, pendampingan Tuhan, penyertaan Tuhan yang terus mendampingi diri kita, menyertai kita di dalam melewati kondisi itu. Dan itu adalah satu hal yang dijanjikan oleh Tuhan di dalam Matius 28:19-20, “Kalau engkau pergi dan menjadikan segala bangsa murid-Ku, Aku akan menyertai engkau sampai kesudahan zaman.” Saudara, amin? Amin tidak? Nggak ya? Amin nggak kalau kita melayani Tuhan, Tuhan akan menyertai sampai kesudahan zaman? Amin. Itu yang dialami oleh Paulus. Mengapa Paulus tidak dimatikan? Mengapa ada penolakan? Ya wajar karena Tuhan tidak menjanjikan tidak ada penolakan, tapi yang Tuhan janjikan adalah dan tidak ada satu orang pun yang bisa menjamah dirimu. Dan betul tidak? Alkitab berkata betul sekali. Nggak ada satu orang pun di Korintus yang bisa menjamah Paulus pada waktu itu. Walaupun saat itu pemerintah berganti menjadi Gallio. Pada waktu pemerintah berganti menjadi Gallio ada orang-orang yang berusaha menghasut pemerintah ini untuk menekan Paulus atau menganiaya dia, atau mungkin membunuh diri dia. Tetapi Tuhan menggunakan Gallio untuk tidak ter-bully-kan orang-orang itu dan membiarkan Paulus untuk tetap bisa menginjili dengan baik. Ada yang mengatakan Gallio ini saudaranya Seneka. Seneka ini adalah seorang filsuf yang menjadi guru dari raja Romawi pada waktu itu. Dan mereka adalah orang-orang yang mendukung orang Yahudi dan kekristenan pada waktu itu. Sehingga di situ Injil masih bisa diberitakan. Dia guru kaisar Nero. Sampai akhirnya Nero membunuh Gallio dan Seneka ini dan baru mulai terjadi penganiayaan kepada orang-orang Kristen pada waktu itu.

Saudara, ada pemeliharaan Tuhan yang menyertai. Tapi sekali lagi, penyertaan Tuhan itu bukan berarti kita tidak perlu meneguhkan dan menguatkan hati menjalankan kehendak Tuhan. Saudara masih ingat di Yosua? Yosua itu adalah murid dari Musa, penerus yang Tuhan sendiri tunjuk melanjutkan misi Musa untuk membawa orang Israel masuk ke dalam tanah perjanjian. Dan Tuhan sendiri sudah menyatakan kepada Yosua, “Aku akan menyertai engkau seperti Aku menyertai Musa di dalam pelayanannya.” Tetapi pada waktu itu Tuhan ada keluarin satu kalimat, “Hanya teguhkan dan kuatkan hatimu, Yosua.” Artinya adalah walaupun Tuhan berjanji, kita mungkin masih mengalami tekanan, kesulitan, penolakan, kesalahpahaman, hinaan, dan segala ujian dan pencobaan. Itu sebabnya kita perlu meneguhkan dan menguatkan hati kita melewati kondisi itu.

Saudara, itu namanya iman. Iman membuat kita punya kekuatan untuk melewati kondisi yang ada, yang sulit itu, yang tidak punya pengharapan itu. Karena apa? Kita tahu Tuhan membimbing kita, tetapi bukan cuma membimbing, Tuhan beserta kita melewati kondisi itu. Itu Tuhan kita. Saya suka sekali gambaran yang menggambarkan ada tapak kaki. 2 tapak kaki Tuhan, 2 tapak kaki kita. Berjalan bersama beriringan. Sampai satu hari ketika kita ada di dalam kesulitan, tapak kaki itu tinggal 2, bukan 4 lagi. Lalu kita complain sama Tuhan, “Tuhan, ke mana Engkau? Di saat aku ada di dalam kesulitan, kenapa Engkau hilang?” Kita suka ngomong kaya gitu kan? Karena kita terlalu egosentris, berpusat pada kepentingan diri kita sendiri, hidup kita sendiri. Tapi di dalam cerita ini dikatakan, “Aku nggak ke mana-mana. Yang kamu lihat itu bukan tapak kakimu, tapi tapak kaki-Ku, karena engkau ada di pundak-Ku. Aku sedang menggendong engkau melewati kesulitan ini.”

Saudara ada amin tidak? Ini adalah janji Tuhan bagi kita. Ini adalah kebenaran yang Tuhan buktikan melalui kehidupan dari orang-orang percaya yang Tuhan saksikan di dalam Kitab Suci. Apapun yang menjadi kondisi yang kita alami, kita nggak perlu takut karena Tuhan kita adalah Allah yang setia, Dia akan menyertai kita, mendampingi kita di dalam melewati proses yang ada. Dan saya percaya, justru ketika kita sebagai orang percaya, anak Tuhan perlu mengalami proses itu. Kita sebagai orang percaya tidak cukup hanya ada di dalam jalan yang baik, yang tidak ada kesulitan. Dan kalau kita sebagai orang percaya harus mengalami proses itu karena apa? Karena di dalam kita melalui proses itu, di situ nama Tuhan akan kelihatan dinayatakan dalam hidup kita atau tidak. Kalau Saudara anak Tuhan yang sungguh-sungguh, sejati di hadapan Tuhan, Kristus akan makin dinyatakan di dalam hidupmu ketika engkau melewati proses itu. Lalu apa lagi? Kalau kita adalah anak Tuhan, kita melewati proses itu, dan kita melewati dengan kekuatan, di situlah menjadi satu jaminan engkau adalah orang Kristen yang makin dewasa, orang Kristen yang makin siap untuk dipakai Tuhan melayani diri Dia. Kalau nggak, kayanya siap, tapi mungkin nggak siap. Mungkin kita akan menjadi seperti Markus yang mendampingi Paulus tapi ketika hadapi kesulitan, dia meninggalkan Paulus dan yang lain. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita. Mari kita masuk dalam doa.

Kembali kami bersyukur Bapa untuk renungan Firman yang boleh kami terima hari ini. Kiranya Engkau boleh tolong kami untuk melihat secara lebih jelas dalam kehidupan kami kalau Kristus adalah Tuhan kami yang sungguh-sungguh setia di dalam mendampingi dan menyertai kami melewati segala kesulitan yang kami alami dalam kehidupan kami dan dalam kesaksian hidup kami sebagai anak-anak Tuhan. Dan melalui semua itu boleh menolong kami untuk hidup tetap setia di dalam memberitakan Injil dan juga makin dewasa di dalam karakter kami akan Kristus. Kiranya berkati jemaat-Mu ini ya Tuhan, pimpin mereka, pakai mereka untuk terus Tuhan berproses sehingga mereka boleh makin murni seperti emas yang dibakar di dalam api pembakaran. Dan ketika mereka keluar, mereka sungguh boleh memiliki satu kehidupan yang sangat memuliakan Tuhan di dalam hidup mereka. Biarlah cinta kasih Kristus juga boleh menyertai dan memelihara kehidupan mereka sehingga mereka boleh membawa jiwa untuk mengenal kasih Kristus di dalam kehidupan mereka. Dalam nama Tuhan Yesus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup kami telah berdoa. Amin. (HSI)

 

 

 

Comments