Memiliki Kehendak yang Kudus, 26 September 2021

Yakobus 1:14-15

Vik. Nathanael Marvin, M. Th.

Bapak, Ibu, Saudara yang terkasih, semua manusia tidak asing dengan yang namanya kehendak atau keinginan. Dalam diri kita sebagai manusia ini sudah ada keinginan, sudah ada kehendak, maka kita melakukan segala sesuatu yang kita lakukan sekarang, yang kita lakukan dahulu, bahkan yang kita lakukan di masa yang akan datang. Itu karena apa? Salah satunya adalah karena kehendak. Kehendak atau keinginan manusia ini ternyata punya kuasa. Kita semua punya keinginan, kita semua punya kehendak. Bahkan saja bukan hanya itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita semua Tuhan sudah berikan yang namanya free will atau kehendak bebas. Apa sih kehendak bebas itu? Sederhana, yaitu suatu kemampuan yang kita miliki di mana kita bebas melakukan segala hal yang kita kehendaki. Itu kehendak bebas. Kita bisa melakukan berbagai hal yang ada dalam hati kita, betul, manusia itu punya kehendak bebas.

Tetapi pertanyaan selanjutnya adalah apakah kehendak bebas ini berarti kita mampu lakukan yang baik ataupun lakukan yang jahat? Coba kita ulang lagi, apakah kalau kita punya kehendak bebas berarti setiap manusia berdosa ini sudah punya kemampuan melakukan yang baik, sudah punya kemampuan melakukan yang jahat, kita bisa memilih dengan kuasa kita, dengan kemampuan kita yang sudah Tuhan berikan? Ternyata kalau kita lihat Alkitab, meskipun kita punya kehendak bebas, yang namanya manusia berdosa naturnya akan selalu memilih yang jahat, memilih yang buruk, cenderung untuk melakukan dosa terus menerus. Meskipun itu perbuatan baik, tapi natur manusia yang berdosa selalu inginnya yang jahat, yang demi kepentingan diri sendiri, bukan memikirkan kepentingan Tuhan. Ini bahaya sekali.

Kalau kita pikir bahwa kita adalah manusia yang punya kehendak bebas berarti kita bisa memilih yang baik, tidak perlu Tuhan, bisa selamat dengan usaha kita, tidak perlu Tuhan, tidak perlu penebusan Kristus. Manusia berdosa itu jelas segala hal yang dilakukan adalah dosa. Tahu dari mana kita lakukan dosa terus menerus? Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini menjadi perdebatan juga di dalam kekristenan bahwa Martin Luther pernah beragumen dari Kitab Suci bahwa soal kehendak manusia ini dalam natur manusia yang berdosa. Luther berpendapat bahwa sejak kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa, ada 3 hal yang terjadi dalam kehidupan manusia yang berdosa sejak kejatuhan manusia dalam dosa. Yang pertama adalah manusia itu akhirnya dilahirkan dalam dosa. Setiap manusia yang lahir dari kandungan seorang ibu itu sudah punya konsep dosa asal atau original sin. Dosa. Mereka lahir di dalam dosa. Apakah orang yang lahir dalam dosa bisa berbuat baik? Tidak. Bisanya ngapain? Ya melakukan dosa.

Kemudian yang kedua, ketika manusia sudah jatuh ke dalam dosa, mereka pun lahir di dalam dosa dan juga hidup dalam dosa dan juga mati di dalam dosa. Mereka mati di dalam dosa. Orang yang berdosa, satu dosa saja itu sudah mengalami kematian rohani, bahkan suatu hari nanti layak untuk menerima kematian kekal dalam neraka. Itu manusia berdosa. Ketika kita menyadari diri kita begitu berdosa, betapa kita butuh pertolongan Tuhan sebenarnya. Betapa kita harus cari jalan kebenaran dan hidup. Betapa kita perlu air hidup, roti hidup itu.

Yang ketiga Martin Luther juga katakan kita yang berdosa itu berada dalam ikatan dosa, diperbudak dosa, manusia berdosa akan terus dan memiliki kecenderungan yang berdosa. Kita lihat manusia yang berdosa sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, setiap manusia yang lahir, Kain, Habel, Set, dan juga anak-anak perempuan yang lahir dari Adam dan Hawa, mereka lahir dalam dosa, hidup dalam dosa, diperbudak oleh dosa, diikat dosa, bahkan mati di dalam dosa dan mati masuk neraka. Seharusnya demikian dan itu adalah adil. Ini berarti sifat manusia itu sudah rusak dan kehendak manusia berdosa juga cenderungnya berdosa. Mereka tidak punya kemampuan untuk percaya Yesus, mereka nggak punya kemampuan untuk melakukan penyembahan kepada Allah yang sejati. Inilah kebobrokan manusia yang berdosa.

Memang ada anugerah umum, memang. Orang yang di luar Kristus punya hati nurani. “Kita harus mengenal Allah pencipta kita siapa, kita harus bersedekah, kita harus berpuasa, kita nggak boleh berbuat yang jahat-jahat.” Tetapi pada umumnya kecenderungan manusia terus melakukan dosa. Luther katakan pohon yang buruk buahnya pasti buruk, pohon yang baik buahnya pasti baik. Manusia berdosa buahnya apa? Melakukan dosa. Manusia yang ditebus oleh Kristus buahnya itu adalah buah Roh Kudus, kebaikan. Tapi memang dia masih manusia berdosa maka bisa saja menghasilkan perbuatan dosa juga. Itulah perbedaan manusia. Yang percaya Kristus bisa melakukan perbuatan yang kudus. Yang berdosa, yang belum percaya pada Kristus, ia melakukan dosa terus menerus.

Luther tidak suka istilah kehendak bebas karena ini berarti manusia seolah-olah bisa pilih yang baik, seolah-olah manusia bisa menolak dosa, menolak godaan iblis, tidak. Kita itu selalu cenderungnya ingin dosa, bahkan menikmati dosa. Ini adalah kecelakaan manusia yang berdosa. Alkitab katakan semua manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, seorang pun tidak ada yang benar, semua itu tidak tahu yang benar, semua itu berdosa. Dunia ini sudah berdosa.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di pembahasan kitab Yakobus sebelumnya saya sudah jelaskan bahwa kita sudah membahas sumber-sumber pencobaan. Ada 3 sumber pencobaan yaitu iblis sang setan itu mencobai kita untuk jatuh ke dalam dosa, kemudian dunia atau lingkungan kita yang berdosa itu mencobai kita untuk jatuh ke dalam dosa, dan yang ketiga adalah internal diri kita yaitu apa? Yang kita bahas pada hari ini, kehendak kita. Bahasa Inggrisnya itu desire, hasrat, keinginan yang besar dalam diri kita itu adalah dosa karena kita manusia yang berdosa. Kita tidak bahas sumber eksternal, dunia yang berdosa dan juga iblis itu adalah sumber eksternal bagaimana mereka mencobai kita untuk jatuh ke dalam dosa. Tetapi saat ini kita bahas adalah sumber internal kita jatuh ke dalam dosa adalah kehendak kita sendiri, keinginan yang ada dalam diri kita mencobai kita untuk jatuh ke dalam dosa kita.

Yakobus menekankan bahwa tiap-tiap orang, setiap orang, tidak terkecuali satu orang pun dicobai oleh keinginannya sendiri, kehendaknya sendiri. Yakobus fokus pada sumber pencobaan manusia yang internal yaitu desire of human heart. Apa hasrat atau keinginan yang kuat, keinginan yang besar dari manusia yang berdosa? Ya berdosa, melakukan dosa. Yang mencobai manusia adalah hasrat manusia itu sendiri, pribadi orang tersebut, individu orang tersebut sendiri. Maka ketika kita melakukan dosa, belum tentu itu salah orang lain, belum tentu itu salah iblis. Waktu kita lakukan dosa, sangat besar itu kemungkinannya adalah desire atau hasrat kita sendiri, keinginan yang kuat dalam diri kita sendiri. Maka dari itu ketika kita menggambarkan kerohanian orang Kristen kita tahu bahwa kerohanian orang Kristen itu ibarat peperangan rohani, kita akan terus berperang, kenapa? Karena manusia berdosa itu punya desire yang besar untuk melakukan dosa sedangkan kita yang sudah dilahirbarukan oleh Roh Kudus dan percaya kepada Yesus Kristus kita mau melawan keinginan yang besar itu dengan keinginan Roh Kudus, keinginan dari Allah sendiri. Karena keinginan manusia berdosa adalah melakukan dosa.

Oleh karena itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa lihat bahwa kehendak manusia kita bisa bagi naturnya ke dalam 2 jenis. Pertama kehendak yang kudus, dan kedua adalah kehendak yang tidak kudus. Ini seperti filsafat hidup dari orang Yunani, dari Plato maupun Aristoteles. Mereka mengatakan bahwa manusia itu yang pertama adalah pikiran atau logika, yang kedua jiwa manusia itu adalah emosi, yang ketiga jiwa manusia adalah kehendak. Semuanya ini bisa kita bagi: pikiran yang kudus maupun yang tidak kudus, emosi yang kudus maupun tidak kudus, kehendak yang kudus maupun kehendak yang tidak kudus. Itulah kehendak, itulah hasrat kita. Bila hasrat kita itu tidak kudus, kehendak itu tidak kudus, maka kita akan ditarik kepada hal-hal yang berdosa.

Luther menjelaskan bahwa setiap manusia berdosa yang berada di luar Kristus, kehendak atau desire-nya itu semata-mata ingin terus melakukan dosa. Ini sangat bahaya, maka inilah dorongan kita kenapa kita mau mengabarkan Injil kepada keluarga kita yang belum percaya Kristus, kepada mereka teman-teman kita yang belum percaya Kristus. Meskipun kelihatannya baik-baik saja, tetapi orang yang di luar Kristus itu semakin menuju kematian, semakin menuju neraka, kita harus selamatkan mereka. Tapi bukan berarti kita menjadi orang yang savior syndrome, apa-apa ingin selamatin orang, ingin selamatin orang supaya nama kita baik, bukan seperti itu. Yang selamatkan mereka adalah pekerjaan Roh Kudus. Kita hanya alat untuk mengabarkan Injil kepada orang yang belum percaya kepada Kristus.

Sekarang kita melihat contoh keinginan yang tidak kudus atau desire yang berdosa seperti itu. Kita lihat Matius 5:28, di situ Yesus menjelaskan suatu hal yang tidak kudus secara gamblang, keinginan yang tidak kudus secara gamblang di dalam Matius 5:28, “Tetapi Aku (Yesus) berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.” Bahasa Inggrisnya lebih jelas, “But I say to you that everyone who looks at a woman with lustful intent has already committed adultery with her in his heart.”

Keinginan itu nggak salah ya tapi pertanyaannya keinginan kita itu baik atau tidak baik. Nah yang dimaksudkan Yesus dalam ayat ini adalah keinginan yang tidak baik ketika dia melihat wanita lain, ketika laki-laki melihat wanita lain, ada niat atau keinginan yang tidak baik, dia sudah berdosa. Lustful intent, dengan keinginan yang jahat, keinginan yang tidak kudus, itu sudah melakukan dosa dalam hati dia. Oke tidak dilakukan, oke, tetapi dia melakukan di dalam hati. Jadi dosa itu bukan bicara soal praktek dosa. Orang bisa saja menahan praktek dosa dengan mudah, “Oh jaga image dong.” Kalau berdosa bagaimana dilihat orang, nanti bisa atau di Indonesia bisa diamuk masa ya kalau berdosa, melakukan hal-hal buruk di luar.

Tetapi kita lihat dosa itu bukan bicara soal praktek dosa atau tindakan dosa yang kelihatan, ternyata dosa juga bisa dilakukan dalam hati. Betapa kita banyak melakukan dosa. Okelah hari ini kita tidak melakukan tindakan dosa yang kelihatan, tetapi hati kita bagaimana? Banyak kita melakukan dosa. Inilah keinginan daging, keinginan yang berdosa, keinginan yang tidak kudus, dan keinginan yang tidak kudus itu selalu berkaitan dengan hal-hal yang duniawi, hal-hal yang berdosa, hal-hal yang menjauh dari Tuhan. Seharusnya hal-hal dunia ini, seluruh ciptaan dipakai untuk kemuliaan Tuhan, tetapi karena keinginan yang tidak kudus kita pakai seluruh hal-hal yang di dunia ini untuk memuaskan keinginan kita yang berdosa. Kita sangat lemah, kita itu manusia yang punya keinginan daging yang begitu besar, begitu berdosa. Kita dasarnya sudah tercemar oleh dosa maka itu kita perlu berjuang terus melakukan yang baik.

Inilah masalah dari manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, yaitu apa? Kematian rohani. Ingat bahwa orang yang berdosa itu, yang belum di dalam Kristus itu sedang mati rohaninya. Untuk bisa mengubah keinginan yang cenderung berdosa karena kematian rohani itu, dan sudah dicemari dosa ini, maka seorang manusia itu perlu dibangkitkan dari kematian rohani. Nah kita perlu minta juga ya kepada Tuhan, perlu doakan supaya orang-orang yang belum percaya Kristus itu rohaninya bangkit, entah bagaimana caranya, entah Tuhan mau pakai kita atau tidak, kita berdoa supaya mereka itu ingin mencari Allah yang sejati, kemudian anugerah Roh Kudus diberikan kepada mereka sehingga mereka percaya kepada Yesus Kristus, rohani mereka bangkit, rohani mereka hidup. Inilah orang Kristen, rohani kita hidup, rohani kita bertumbuh, rohani kita bisa menghasilkan buah ketika tumbuhan itu subur dan matang. Memiliki kerohanian yang hidup yaitu di dalam Yesus Kristus adalah kunci untuk melawan dosa. Setelah manusia dilahirbarukan oleh Roh Kudus, maka barulah manusia memiliki keinginan yang baru, yaitu apa? Keinginan yang kudus. Ini hal baru, hal asing di dalam manusia yang berdosa, yaitu keinginan yang kudus, ingin memiliki hidup yang kudus, sebuah keinginan yang dapat menyenangkan hati Tuhan dengan tepat. Nah ini penting ya.

Sekarang kita akan melihat contoh keinginan yang kudus itu seperti apa, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mari kita lihat Filipi 2:5 di situ Paulus menasehati jemaat Filipi dengan mengatakan, “Hendaklah,” ini sebuah perintah mengatur kehendak kita, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” Orang Kristen bisa memerintahkan kehendaknya, orang Kristen bisa memerintahkan pikirannya, orang Kristen bisa memerintahkan emosinya. Karena dengan kuasa siapa? Dengan kuasa Yesus Kristus. Dan di sini Paulus katakan mari kamu punya kehendak, untuk apa? Untuk hidupmu itu seperti Yesus Kristus, memiliki jiwa seperti Yesus Kristus, berpikir seperti Yesus Kristus, merasa seperti Yesus Kristus, berkehendak seperti Yesus Kristus.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bersyukur di dalam dunia ini boleh ada film yang berjudul The Passion of The Christ. Kita mungkin rata-rata setiap orang yang sudah dewasa sudah menonton film The Passion of The Christ ini. Apa sih arti film itu? Arti film itu adalah bicara soal pikiran Yesus Kristus, emosi Yesus Kristus, dan kehendak Yesus Kristus, itulah kehidupan Yesus Kristus, The Passion of The Christ. Passion sama desire ini mirip ya, definisi sederhananya adalah sebuah keinginan yang besar agar terjadi dalam kehidupan kita, itu passion, itu desire. Kita ingin apa sih? Kalau kita lihat, nonton, perhatikan The Passion of The Christ, Yesus itu hanya ingin, punya keinginan yang keras, yang besar, yaitu adalah taat sama Tuhan, mengasihi manusia, mengasihi Allah, itulah keinginan terbesar dalam Yesus Kristus, itulah keinginan-keinginan yang kudus, ketika kita memandang pada Kristus.

Pernahkah kita merindukan bahwa diri kita itu ingin, ke gereja itu ingin. Ingin apa ke gereja? Atau sebatas, “Ya memang hari Minggu harus ke gereja dong.” Bahkan kita nggak punya keinginan untuk ke gereja ketemu Tuhan. Kita bisa suka sama pasangan kita, kita ingin ketemu dia, jauh-jauh kita lakoni. Tapi ketemu Tuhan di gereja nggak ada keinginan tuh. Kayaknya nggak ketemu Tuhan juga, ketemunya pengkhotbah, singer, liturgis, bagaimana? Ini ya kita perlu melatih kehendak kita, ingin ibadah, ingin ketemu Tuhan, ketemu teman bisa tiap hari, ketemu keluarga bisa tiap hari, tapi ketemu Tuhan satu hari Minggu aja bagaimana? Nggak mau? Keterlaluan. Ingin melayani Tuhan terus, ingin dipakai Tuhan lebih-lebih lagi. Itu ya, kadang kita melayani itu karena tugas, “Karena saya tugas maka saya melayani.” Pernah nggak tidak dikasih tugas tapi ingin melayani? “Wah udah lama nih nggak ditugasin kenapa ya? Kenapa? Suara saya jangan-jangan fals.” Latih, latih, ikut paduan suara supaya bagus lagi, terus ngomong ke pengurus atau hamba Tuhan, “Pakai saya dong, saya ingin melayani dengan nyanyi untuk memuji Tuhan bersama-sama Tuhan di gereja.”

Sekolah Minggu misalkan ya, kenapa kita nggak mau ya? “Males ngurusin anak-anak orang lain, anak sendiri aja nggak keurus,” mungkin kita pikir kayka gitu ya. “Ngapain ngurusin anak orang lain, anak saya saja nggak beres, gimana saya mau ngajar anak orang lain?” Mungkin kita ada perasaan seperti itu. Tetapi poinnya adalah, inginkan, inginkan pelayanan, karena itu yang Tuhan inginkan, Tuhan Yesus inginkan. Yesus itu, sebagai manusia, Dia mengosongkan haknya. Mungkin nggak Yesus ingin nikah? Mungkin saja, namanya laki-laki, namanya manusia, tapi Dia kosongkan hak-Nya, “Saya memang tujuannya itu nggak untuk nikah, Saya untuk mati di atas kayu salib, menebus dosa seluruh umat-Ku yang Aku kasihi,” mati, Dia kosongkan hak-Nya. Dia Allah, Dia kosongkan hak-Nya, Dia rela mengambil natur manusia. Kenapa? Karena itu kehendak Allah, kehendak Allah Bapa. Yesus itu mengosongkan kehendak-Nya, Dia isi dengan kehendak Allah Bapa. Ya ini yang perlu kita inginkan ya yaitu kehendak yang kudus, inilah keinginan Roh Kudus. Keinginan Roh Kudus bertentangan dengan keinginan daging. Nah semua yang kudus, semua yang berkenan, semua yang baik, itu semua harusnya kita inginkan, nanti ada prakteknya.

Nah sekarang kita kembali kepada Yakobus 1:14-15 yang kita bahas ini, Yakobus jelaskan bahwa bila kita memiliki hasrat yang tidak kudus, berarti kita itu sudah diseret, sudah dipikat oleh hasrat yang tidak kudus itu, kita sudah jatuh ke dalam pencobaan. Dan yang membuat kita jatuh ke dalam pencobaan itu siapa? Diri kita sendiri. Tidak salah kalau ada istilah ‘musuh yang terbesar adalah diri kita sendiri’ ya. Itu memang istilah, ya, memang istilah, tetapi memang poinnya benar. Seringkali kita jatuh atau kalah terhadap kehendak atau hasrat diri kita sendiri. Kita sudah kalah terhadap hasrat kita sendiri ketika hasrat kita itu ditarik, dipikat, sampai menjadi hasrat yang tidak kudus, bukan hal-hal yang surgawi, melainkan hal-hal yang duniawi.

Hasrat, ya, hasrat, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, desire, berarti sebuah keinginan yang kuat untuk memiliki sesuatu ataupun keinginan yang kuat agar sesuatu terjadi. Dua hal ini ya, hasrat yaitu adalah keinginan yang kuat untuk memiliki sesuatu dan agar sesuatu itu bisa terjadi dalam kehidupan kita, itulah kuasa dari kehendak, the power of will, the power of desire. Kalau kuasa kita, kuasa kehendak kita semakin besar, semakin besar, semakin besar, apa yang kita inginkan itu kita berjuang dapatkan. Meskipun kita tahu bahwa Tuhan berdaulat ya, kalau Tuhan nggak kasih, nggak akan kita dapatkan. Tetapi rata-rata Tuhan itu kasih kuasa tersebut. Ketika kita menginginkan sesuatu dengan kuat, bisa dapatkan. Ketika kita menginginkan sesuatu dapat terjadi, kita bisa membuat hal tersebut. Ya itu sebuah kuasa kehendak.

Sayangnya orang-orang berdosa itu berhasrat pada hal-hal duniawi atau hal-hal berdosa juga. Mereka berhasrat menjadi Tuhan atas alam semesta, akhirnya mereka menjadi Tuhan nggak? Ya memang, mereka jadi Tuhan, tetapi mereka berdosa. Mereka tidak jadi Tuhan yang sejati tetapi mereka ingin mengalahkan posisi Tuhan. Itu kan dosa iblis, dosa manusia, kita ingin mengganti posisi Tuhan dengan posisi kita sendiri, kita ingin, dengan kuat, menguasai alam semesta dan memuaskan hawa nafsu. Dengan apa kita puaskan hawa nafsu kedagingan ini? Dengan makanan, dengan minuman, dengan kenyamanan fisik, dengan sukacita duniawi, hasrat kenikmatan daging, inilah dosa. Dosa adalah ketika hasrat duniawi ini dipuaskan, dan dosa berarti hasrat untuk mencari kepuasan di dalam Allah itu kita lupakan. Nah ini ya bahaya, dosa adalah ketika hasrat duniawi itu kita lampiaskan.

Sedangkan orang Kristen, kita itu perlu lampiaskan hasrat itu kepada hal-hal rohani tentunya ya. Ingat perkataan Yesus bahwa manusia tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Waktu kita makan roti, makan makanan yang kita sukai, itu hasrat kita secara jasmani itu dipuaskan. Itu tidak salah, itu kita bisa menikmati Tuhan. Maka Alkitab katakan baik makan ataupun minum kita bisa memuliakan Allah, baik tidur maupun bangun maupun kita beraktivitas apapun, kita bisa saja memuliakan Allah. Tetapi sebaliknya, makan dan minum bisa jadi memuliakan diri, bisa jadi berdosa juga. Baik tidur maupun bangun, bisa juga kita untuk kepuasan diri kita dan berdosa juga. Nah ini bahaya ya, kita harus ingat bahwa kita itu hidup bukan dari hal jasmani saja tetapi dari hal rohani. Hasrat kita itu seharusnya menginginkan Allah senantiasa dan firman-Nya, itulah hasrat yang kudus, kita seharusnya berhasrat surgawi, mencari kepuasan di dalam Allah semata.

Mari kita tenang sejenak, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mari kita merenungkan sejenak tentang kehendak kita. Apa sih keinginan yang kuat di dalam diri kita yang saat ini kita miliki saat ini? Apakah itu merupakan hasrat yang kudus atau hasrat yang tidak kudus? Apa sih keinginan yang terbesar dalam diri kita saat ini? Apakah itu memang hal yang baik ataukah hal yang kurang berkenan di hati Tuhan? Atau manusia berdosa, bahkan bisa berpikir, saya nggak, nggak ingin apa-apa, tidak berhasrat apa-apa, bayangin ya, saya nggak berhasrat apa-apa. Nggak ya, sebenarnya bagaimanapun manusia itu punya keinginan, dan keinginannya ini terus bekerja, sama seperti pikiran, sama seperti emosi, pikiran ini terus bekerja, emosi kita terus bekerja, kehendak kita itu terus bekerja. Masalahnya kita itu arahkan ke mana? Ke hal yang kudus, ke hal yang berkenan atau hal yang tidak baik? Kalau kita merasa tidak punya keinginan apa-apa ya, itu berarti kita punya keinginan untuk tidak punya keinginan apa-apa. “Nggak ingin apa-apa,” lho berarti ingin nggak ingin apa-apa. Rumit ya, kondisi manusia ini begitu rumit. Mungkin kita sedang lemah rohani, mungkin kita sedang galau, kita rasa nggak ingin apa-apa, makan nggak ingin, minum nggak ingin, sebenarnya kan harus, gitu ya. Tapi itu ya, keinginan kita bisa menentukan tindakan kita. Mungkin rohani kita sedang kering, ya perlu berdoa kepada Tuhan. Tuhan itu ibarat air dan roti, roti hidup, air hidup, itu Yesus Kristus. Kita dapat kesegaran di dalam Tuhan.

Di dalam Yakobus 1:14, “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” Ayat ini bicara soal hasrat yang kuat dari seseorang, hasrat seseorang inilah yang mencobai diri orang tersebut, yang membawa orang tersebut ke dalam pencobaan, yaitu salah satunya adalah kehendak diri orang tersebut. Nah bila hasrat itu diseret dan dipikat oleh natur manusia yang berdosa, maka akhirnya menjadi hasrat yang tidak kudus. Dan hasrat yang tidak kudus ini menyeret dan memikat orang untuk melakukan dosa, melakukan kejahatan, kriminalitas, kesombongan, kepuasan duniawi, segala hal yang baik dikorbankan, dibuang. Hasrat berdosa ini kuasanya begitu besar, hasrat yang tidak kudus ini kuasanya begitu besar, karena mampu melumpuhkan kesadaran rohani seseorang.

Itu seperti pemburu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau seseorang ingin memburu, itu pemburu itu diam-diam, dia muncul dari sisi di mana, rusa misalkan ya, memburu rusa, rusa itu tidak melihat si pemburu itu, dari belakang. Kemudian pemburu ini pelan-pelan terus dengan pasti, dia menembakkan senjata apinya kepada rusa tersebut, tanpa rusa itu sadari. Atau dengan cara yang lain pemburu itu memberikan jebakan, ya, jebakan yang berduri itu, sehingga hewan-hewan itu terjebak kakinya dan tidak bisa lepas. Hasrat yang tidak kudus itu seperti demikian, itu diam-diam mencengkeram kita, menyeret kita, sampai kita nggak bisa ngapa-ngapain lagi, kita mau nggak mau melakukan dosa. Karena kita diburu seperti itu ya, diburu, atau kena perangkap, jebakan, sampai binatang buruannya itu lumpuh, tidak bisa apa-apa lagi.

Jadi, hasrat yang tidak kudus ini, keinginan yang tidak kudus ini, melumpuhkan kesadaran rohani seseorang, bahkan sampai orang Kristen sebaik apapun bisa melakukan dosa. Karena apa? Kehendak yang tidak kudus ini. Seperti Petrus, ya, Petrus itu pengikut Yesus sedemikian dekat dengan Yesus Kristus, tetapi ketika Yesus dihakimi di pengadilan agama, Mahkamah orang Yahudi, dia ditanya oleh budak perempuan, oleh orang-orang tiga kali, dia katakan nggak kenal Yesus, siapa Yesus. Bayangin ya, karena apa? Karena dia, hasratnya tidak kudus, dia takut. Karena takut, membuatnya tidak ingin mengakui Yesus sebagai gurunya, tidak ingin mengakui dia sebagai murid Yesus. Itu adalah keinginan yang tidak kudus. Itu seperti jebakan, ketika kita sudah dijebak, pasti kita lakukan dosa, pasti kita lumpuh, pasti kita tidak bisa ngapa-ngapain lagi. Ketika seseorang sudah dikuasai hasrat yang berdosa, mata rohaninya menjadi gelap, dan dia pasti akan melakukan dosa.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, hasrat yang berdosa juga ini ibarat rayuan perempuan sundal yang begitu memikat, begitu menjerat para pria. Dalam Amsal 7 di situ dikatakan perempuan yang tidak benar, perempuan yang jahat, perempuan yang sundal itu merayu pria muda dengan berbagai bujukan dan kelicinan bibir yang begitu menggoda. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, tidak hanya pria yang bisa menggoda wanita, menjebak wanita, tetapi wanita pun bisa menjebak pria, menggoda, dengan kelicinan bibir yang begitu menggoda. Maka akhirnya pria muda itu mengikuti perempuan yang jahat itu seperti lembu yang dibawa ke penjagalan, seperti burung yang dengan cepat menuju perangkap, tidak sadar bahwa hidupnya sudah terancam, bahkan menuju kematian.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini bahaya ya, bahaya sekali. Itu rayuan atau godaan yang memikat, hasrat yang sudah tidak kudus itu sudah ibarat rayuan dan jebakan, itu kalau kita sudah terjebak, sudah, pasti lakukan dosa, kita sudah terjebak, hidupnya terancam. Kita perlu menangkal, menyangkal hasrat yang tidak kudus ini, karena sangat berbahaya. Jangan sampai kita terlalu jauh ya, terlalu jauh terjebak, sehingga akhirnya kita ditelan oleh cobaan dari hasrat kita sendiri, dari keinginan kita sendiri. Maka mengikut Yesus Kristus itu tidak mudah kan? Barang siapa mau mengikut Yesus Kristus harus memikul salib setiap hari, menyangkal diri, itu menyangkal kehendak yang tidak kudus, kita punya kehendak yang tidak kudus, manusia berdosa punya, disangkal, baru ikut Yesus setiap hari. Tidak mudah.

Yakobus 1:15 melanjutkan, “Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” Di sini Yakobus menjelaskan urutan, urutan proses dosa, urutan hasrat yang telah diseret, dipikat, oleh dosa, ketika sudah dibuahi dosa, hasrat itu akan melahirkan dosa, ketika dosa itu sudah matang, maka akan melahirkan maut. Inilah proses kita melakukan dosa. Bahasa Inggrisnya, “Then desire when it has conceived gives birth to sin,” ketika hasrat itu sudah dikandung, sudah mengandung, sudah dibuahi, akan melahirkan dosa. “And sin, when it is fully grown, brings forth death,” dan ketika dosa itu sudah bertumbuh matang, maka akan melahirkan kematian, menghasilkan maut.

Penafsir menjelaskan ayat ini dengan 3 fase atau 3 tahapan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Yang pertama adalah tahapan keinginan, tahapan hasrat, keinginan yang besar. Jadi manusia itu mulai punya keinginan, kemudian mulai membayangkan, membayangkan hasrat yang berdosa dalam hatinya, dan hasrat ini, jika terus ada dalam hati kita, nantinya akan dibuahi dan melahirkan dosa. Misalkan Bapak, Ibu, Saudara sekalian, misalnya, orang yang membunuh, apakah spontan membunuh? Nggak. Orang yang membunuh itu sudah ada kebencian, kepahitan, sudah ada keinginan kepada orang tersebut atau kepada orang yang mengganggu lah pokoknya, “Saya bunuh dia.” Sudah ada keinginan, sudah ada hasratnya, kemudian ketika dibuahi, ketika ada kesempatan untuk membunuh orang, itu bunuh.

Ada Bapak, Ibu, Saudara sekalian, saya baca berita, orang lagi, orang yang tidak dikenal bahkan bisa dibunuh oleh orang lain. Nggak dikenal lho. Karena masalah apa? Masalah kepergok mencuri handphone misalnya, memang terjadi kayak gitu. Terus di dalam perjalanan dia mikir-mikir, “Gimana ini daripada saya masuk penjara lagi,” dia kan narapidana, “daripada saya masuk penjara lagi, saya bunuh orang yang mau melaporkan saya ke polisi.” Bunuh, nggak kenal, mati, di pinggir jalan. Itu karena apa? Karena dia punya hasrat. Dia simpan baik-baik hasrat untuk membunuh itu, dia punya kebencian, dia punya ketakutan, ketika ada kesempatan itu muncul, hasrat itu dibuahi, dan langsung dia lakukan. Ini bahaya sekali.

Jangan pikir kita orang Kristen baik-baik saja, nggak akan jatuh ke dalam dosa. Ketika ada suatu kesempatan, ketika kita simpan dosa itu, ketika kita tidak pulihkan kehendak kita yang tidak kudus itu, ada kesempatan kita lakukan dosa. Kenapa tidak, kita manusia berdosa, ya. Ini berat ya, tantangan kita dalam godaan dosa itu begitu banyak, begitu berat. Itu bicara soal sumber godaan dosa dari kehendak kita sendiri, belum lagi bicara soal lingkungan yang berdosa, belum lagi soal bicara iblis yang bekerja. Bayangin, iblis kalau sudah bekerja, dia datangin Allah, dia ngomong ke Allah, “Allah, Ayub, yang begitu baik itu, kenapa dia bisa setia, bisa saleh, bisa benar, karena dia kaya, karena dia sehat,” akhirnya iblis mengambil seluruh kekayaan Ayub, akhirnya iblis mengambil kesehatan Ayub, sekarang lihat, Ayub itu masih setia nggak? Itu godaan dari iblis, bayangkan ya. Terus Tuhan katakan kepada iblis, “Silahkan, jangan ambil nyawa Ayub.” Itu bicara pencobaan dari luar, setan, maupun lingkungan dunia yang berdosa. Ini bicara soal pencobaan dari diri sendiri saja susah, sangat sulit ya.

Dosa perzinahan, kenapa orang bisa melakukan perzinahan? Sudah tertanam benih-benih yang memikat, keinginan dosa tersebut, sudah ada tarikan, sudah ada pikatan yang membuat orang itu ingin berzinah. Sampai suatu hari ada kesempatan, lakukan. Kita belum berzinah karena mungkin belum ada kesempatan saja. Tapi kalau sudah ada kesempatan, bahaya sekali, makanya kita harus murnikan terus kehendak kita.

Yang kedua, tahapan berdosa. Tadi bicara soal keinginan dalam hati kita, keinginan berdosa itu kita harus bereskan, kita harus minta pertolongan Tuhan supaya menguduskan kehendak kita yang berdosa ini. Kemudian tahapan yang kedua adalah tahapan tindakan dosa itu sendiri. Ketika keiniginan itu dibuahi, maka akan melahirkan dosa. Seperti kelahiran manusia, orangnya kan sudah ada di dalam kandungan ibu, 9 bulan, tetapi proses kelahirannya itu satu waktu saja, satu hari. Itu sama, kehendak yang berdosa dalam diri kita itu sudah ada, mungkin berbulan-bulan, mungkin bertahun-tahun, tapi tindakannya itu satu kali. Itu namanya melahirkan tindakan dosa.

Apa itu tindakan dosa? Yakobus menjelaskan dalam ayat-ayat setelahnya, setelah ayat pembahasan kita ini, dia jelaskan, 3 definisi dosa. Pertama, dosa adalah segala sesuatu yang bertentangan dengan kasih kepada teman kita, kasih kepada sesama. Waktu kita tidak mengasihi sesama itu sudah berdosa ya. Waktu kita cuek sama orang, itu sudah berdosa. Waktu kita nggak mengasihi teman kita, nggak peduli keluarga kita, kita sudah berdosa. Lalu yang kedua adalah berdosa itu berarti melanggar hukum atau taurat Tuhan, itu jelas, itu mudah ya. Yang ketiga adalah sesuatu yang tidak selaras dengan kehendak Tuhan. Nah ini kita bandingkan kehendak, ketika kehendak kita tidak selaras dengan kehendak Tuhan itu sudah berdosa apapun kehendaknya. Nah masalahnya dari mana kita tahu kehendak Tuhan kalau kita tidak baca Alkitab, kalau kita tidak ibadah? Itu sulit lagi ya. Satu permasalahan yang lain, yang sulit.

Tiga hal ini adalah indikator ini, kita sudah melakukan dosa atau belum. Pertama, apakah kita bertentangan dengan kasih kepada sesama nggak? Perlu tanya ya, kalau kita mau evaluasi hidup kita, di malam hari lah, di malam hari, kita tanyakan tiga hal ini. Pertama, saya sudah mengasihi sesama belum? Kedua, saya sudah menaati Hukum Taurat belum? Yang ketiga, apakah kehendak saya ini sudah selaras dengan kehendak Tuhan atau belum? Itu cara evaluasi ya apakah kita kerohanian kita itu berkenaan di hadirat Tuhan atau tidak. Inilah dosa ya. Kelahiran dosa.

Ketiga, tahapan yang ketiga adalah ketika dosa itu sudah dipraktekkan, tahapan yang selanjutnya adalah tahapan kematian. Ketika dosa yang sudah lahir itu ada, dosa itu ketika lahir selanjutnya tahapan kelahiran apa? Tahapan anak kecil atau bayi itu ketika dia lahir, dia ngapain? Dia mulai hidup, sudah teriak-teriak nangis-nangis, anak itu ingin makan, ingin minum, kemudian ketika besar, dia bertumbuh ujung-ujungnya adalah mati. Demikian dosa juga sama. Ketika ada tindakan dosa, dosa itu mulai terus bertumbuh, dosa itu hidup, dosa itu hidup sampai mematikan kita, menghancurkan kita, sampai kita mati dan masuk neraka. Kenapa ada kematian fisik dan kematian rohani, bahkan kematian kekal? Semua karena dosa. Dosa ini efeknya besar sekali, kematian fisik, kematian rohani, bahkan kematian kekal. Siapa yang bisa menyelamatkan kita dari efek dosa ini? Siapa yang bisa menyelamatkan kita dari dosa yang sudah lahir ini? Ketika dosa itu ya dikatakan oleh Yakobus, ketika dosa itu sudah matang, bahasa Inggrisnya adalah fully grown, sudah bertumbuh dengan penuh, kita mati.

Saya ibaratkan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, banyak orang juga mengibaratkan dosa itu seperti penyakit kanker ya. Kanker itu kan terus sudah ada sekali titik, misalkan benjolan atau apalah ya, itu kan terus berkembang, terus berkembang, entah bertahun-tahun tapi dia terus berkembang, ada. Sampai apa? Orang itu mati, baru kanker itu mati. Atau dengan dioperasi, diobati ya. Baru-baru ini ada teman hamba Tuhan yang kena kanker, setelah kemo 9 kali akhirnya ia dinyatakan sembuh oleh dokter. Itu puji Tuhan ya. Setelah di kemo, dimatikan sel-sel kankernya, ia bisa sembuh. Itu anugerah Tuhan. Padahal dia kelihatannya sudah umur 50 tahunan gitu ya. Dia kena kanker. Sudah di kemo berkali-kali akhirnya puji Tuhan dinyatakan sembuh. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dosa itu seperti kanker ya. Kanker yang terus ada dalam diri kita akhirnya mematikan kita. Hanya saja dosa itu secara rohani ya, kalau kanker kan secara fisik, kalau dosa itu secara rohani itu seperti kanker menggerogoti kita sampai kita mengalami kematian. Itu bahaya ya, bahaya sekali kalau dosa itu mulai bertumbuh, mulai bertumbuh, mulai matang, itu akan menghasilkan suatu hasil tertentu yaitu kematian.

Demikian juga Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika kita punya kehendak yang kudus, kekudusan itu juga harus dimatangkan, dimatangkan. Itu ibarat seperti apa? Ibarat seperti pisang, buah pisang kan awalnya itu hijau ya, pisang kan awalnya hijau belum matang, tapi itu pisang. Pisang yang hijau ya tetap pisang, pisang yang kuning ya tetap pisang. Tetapi ketika pisang itu mulai matang menjadi kuning, itu menghasilkan sesuatu hal, tetapi buah itu menghasilkan apa? Yaitu menghasilkan rasa yang enak ketika kita makan. Itu matang. Demikian ya kekudusan kita itu perlu dimatangkan sampai akhirnya orang menikmati rasa kekudusan kita itu. Tidak mudah, tidak mudah. Itu prosesnya mirip seperti proses melakukan dosa ya. Proses kekudusan itu juga kita perlu inginkan, kita perlu matangkan ya, kita perlu lahirkan kekudusan itu sehingga bisa berdampak pada kehidupan orang-orang. Inilah 3 tahapan proses dosa yaitu apa? Desire, hasrat, keingingan yang kuat, kemudian dosa yang sudah dilahirkan, kemudian efek dosa. Itu 3 urutan ya, kehendak, tindakan dosa, dan juga efek dosa. Kita semua yang melakukan dosa dalam proses ini.

Akan tetapi pergumulan kita Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sebagai orang Kristen itu berbeda ya. Orang Kristen bergumul dengan dosa itu berbeda dengan orang yang di luar Kristus. Kenapa? Orang non-Kristen tidak terlalu bergumul soal hasrat yang berdosa karena mereka belum punya pribadi yang menjadi teladan hidup mereka dan pribadi yang berkorban untuk hidup mereka. Jadi lebih mudah melakukan dosa, nggak? Harusnya lebih mudah bagi orang yang belum percaya Kristus. Tetapi bagi orang Kristen, kita sudah punya pribadi Yesus Kristus yang sangat sempurna, sangat baik, mati untuk kita waktu kita berdosa, sungkan. Ada rasa sungkan, ada rasa remnya tuh lebih pakem dibandingkan orang yang belum punya Kristus. Mereka yang belum percaya Yesus itu sedang tersesat dan hilang arah. Tetapi bagi kita yang percaya Yesus Kristus, kita bukan hanya punya Yesus Kristus, kita pun diberikan kemampuan oleh Roh Kudus, punya hasrat yang kudus. Luar biasa ya. Kita punya kelebihan. Maka tidak salah kita seringkali dianggap lebih dari pada orang-orang dunia karena kita lahir dari Allah, kita orang Kristen, kita punya Kristus sehingga kita tahu bahwa di dalam diri kita sebagai orang Kristen meskipun kita ada masih manusia yang berdosa, kita punya dua kehendak, dua hasrat. Yang pertama kehendak yang kudus dan yang kedua adalah kehendak yang tidak kudus. Ini adalah pergumulan kita.

Tetapi bagi orang non-Kristen, mereka punya apa? Mereka punya kehendak yang tidak kudus saja. Ya kan? Karena mereka belum percaya Yesus, mereka belum punya Roh Kudus, gimana punya kehendak yang kudus kalau Roh Kudus saja tidak dimiliki? Itu bahaya sekali. Ini adalah pergumulan hasrat di dalam hidup kita, dicontohkan oleh Paulus dalam Roma 7:18-20, ini pergumulan kehendak ya, “Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.”

Jadi, ini bingung ya ini ayat yang cukup membingungkan soal kehendak. Paulus itu punya kehendak apa sih? Kehendak yang buruk atau kehendak yang baik? Karena waktu dia lakukan kehendak yang buruk, dia rasa itu bukan kehendaknya. Tetapi waktu dia lakukan kehendak yang baik, dia juga sadar itu bukan dari dirinya sendiri, dia tidak mampu melakukan kehendak yang baik. Kehendak yang baik sesuatu hal yang baik ketika bisa dilakukan, itu karena pertolongan Tuhan saja, pertolongan Roh Kudus semata. Ayat 19 inilah pergumulan kehendak yang kudus dan tidak kudus yang dialami Paulus. Saya ulangi Roma 7:19, “Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.” Inilah pergumulan manusia berdosa sekaligus orang benar.

Simul Justus et Peccator, Martin Luther katakan demikian. Simul itu simultan, justus itu justice atau benar, et itu dan, peccator adalah pelaku dosa. Kita orang Kristen adalah orang berdosa sekaligus orang benar. Orang berdosa sekaligus orang benar, maka kita selalu bergumul gimana ya punya kehendak yang kudus, kehendak yang tidak kudus. Oleh karena inilah seringkali kita menyesal ya kan. Karena kita sudah lakukan dosa di masa lalu, kita menyesal karena sebenarnya kita orang benar, kita nggak ingin lakukan hal itu, itu penyesalan. Itu penyesalan yang sejati itu kita miliki di dalam Yesus Kristus. Yudas menyesal, tapi itu bukan penyesalan yang sejati. Dia menyesal menyerahkan gurunya yaitu Yesus Kristus, oke penyesalan. Tapi dia bertobat nggak? Nggak. Dia tetap berdosa, dia tetap punya kehendak yang tidak kudus, dia belum dianugerahkan keselamatan akhirnya dia memang memilih jalan kematian.

Ada penyesalan, peperangan rohani, itu adalah bicara soal pergumulan antara kehendak Roh Kudus dan juga kehendak daging. Maka dari itu kita perlu bersandar pada Kristus yang berhasil dengan sempurna memiliki hasrat yang kudus, hasrat Yesus adalah demi kemuliaan Allah dan Kerajaan Allah. Yesus pernah berkata demikian Bapak, Ibu, Saudara sekalian, carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran Allah dan semuanya hal itu akan diberikan kepada kamu. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yesus itu bukan cuma ngomong cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, bukan cuma ngomong itu kepada para murid-Nya. Tetapi di dalam kehidupan Yesus Kristus sendiri, Dia senantiasa memiliki hasrat yang kudus yaitu untuk selalu cari Kerajaan Allah, cari kebenaran Allah terlebih dahulu, maka semuanya itu ditambahkan kepada Yesus.

Yesus itu bukan hanya mendorong orang untuk melakukan firman, Dia melakukan firman itu seumur hidup-Nya, Dia mencari Kerajaan Allah, Dia mencari kebenaran Allah, Yesus sudah sempurna, Yesus sudah penuh semua itu ditambahkan kepada-Nya. itulah sosok pribadi yang sempurna. Semua hal yang diperlukan, yang dibutuhkan sebagai manusia yang kudus, manusia yang berkenan di hati Tuhan, sudah ada pada Yesus Kristus sendiri. Yesus nggak rasa nggak puas terhadap hidup, meskipun Dia umurnya 33,5 tahun saja, Dia tidak tidak puas, Dia puas. Dia berhasil, Dia taat sempurna, tidak ada penyesalan. Satu-satunya orang yang tidak penyesalan dalam kehidupan di dunia ini hanyalah Yesus Kristus karena Dia tidak berdosa. Kehendak Dia itu selalu kudus. Inilah teladan kita. Mari kita bersandar pada Yesus tentang pergumulan kita soal hasrat kita ya, karena kita sadar di dunia ini terlalu banyak pilihan, terlalu banyak kehendak.

Kalau kita dipindah ke negeri barat misalkan negeri yang bebas sekali mungkin kita berdosa seperti mereka juga ya. Mabuk-mabukkan, berzinah, hidup bebas, itu karena kondisinya di sana banyak kesempatan. Kita mungkin di Indonesia karena tidak ada kesempatan saja kita tidak melahirkan dosa. Bayangin kalau kita hidup di dunia yang lain, terlalu banyak perbuatan dosa kita. Jangan pikir kita lebih hebat dari pada Adam dan Hawa. Kita di posisi Adam dan Hawa pun pasti makan buah pengetahuan yang baik dan jahat. Kita itu lemah, kita butuh bersandar pada Yesus, dunia ini terlalu banyak pilihan. Karena pilihannya tidak ada, maka kita tidak menghendaki. Tapi kalau pilihannya ada, pasti kita bisa ingin hal yang berdosa itu. Bahkan kita perlu pikirkan lakukan hal yang kudus atau tidak kudus.

Mazmur 63:1-5 saya akan bacakan. Ini adalah hasrat Daud, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Mazmur 63:1-5 ketika Daud di padang gurun. Kita ingat motif padang gurun, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, motif padang gurun ini dipakai Tuhan untuk beribadah kepada Allah ya, motif padang gurun, ingat kalau kita merasa bahwa diri kita itu di padang gurun, ingatlah bahwa kita itu diminta Tuhan untuk beribadah. Saya akan bacakan Mazmur 63:1-5, “Mazmur Daud, ketika ia ada di padang gurun Yehuda. Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. Demikianlah aku memandang kepdaa-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.” Mau. Kita mau nggak memuji Tuhan dalam hidup kita?

Di sini kita bisa belajar bahwa pelayan Allah, orang-orang Kristen memang seringkali dalam pencobaan maupun padang gurun. Padang gurun bicara soal kesepian, soal ketersendirian, soal terasing, soal penderitaan, kekurangan, pengembaraan, ketidaktenangan, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan pada diri mereka sendiri. Itulah perasaan orang di padang gurun. Begitu banyak negative feeling. Itu orang-orang di padang gurun. Tetapi apakah kesusahan atau padang gurun yang kita alami ini membuat kita akhirnya memiliki hasrat yang tidak kudus? Salah. Justru kita lihat Daud, dia ada di padang gurun, tapi hasratnya apa? Mau memuji Tuhan. Haus, jiwaku haus kepada Allah. Jiwaku haus kepada Allah. Tubuhku ini rindu kepada Allah. Itu dia di padang gurun, bukan di istananya, bukan di Bait Allah, dia di padang gurun. Padang gurun tidak membuat kita selalu memiliki hasrat yang tidak kudus. Ketika ada kesulitan datang bukan berarti kita pasti jatuh ke dalam dosa, belum tentu. Ada Tuhan yang menolong kita. Mari kita betul-betul membuka hari-hari kita itu dengan hasrat yang kudus.

Tadi bangun pagi, kita punya keinginan apa? Tadi bangun pagi, kita ada pikiran apa? Tadi bangun pagi, kita emosi apa yang muncul dalam diri kita sebagai orang Kristen? Bangun pagi, itu tubuh paling fresh, paling sadar, paling oke karena masih banyak tenaga. Waktu kita keadaan paling sadar, paling oke, apa yang kita inginkan? Itu kita nilai hidup kita seperti itu. Waktu keadaan kita paling sehat, paling segar, apa yang kita harapkan terjadi? Apakah doa? Atau main? Apakah marah atau bersukacita karena anugerah Tuhan? Apakah malas atau rajin, “Terima kasih Tuhan sudah Tuhan berikan hari yang baru aku mau rajin pada hari ini, aku mau beribadah kepada Tuhan”? Pagi hari ya, pagi hari itu apa yang kita inginkan? Apa yang kita kehendaki? Dari ibadah ini apa yang kita kehendaki sih? Setelah ibadah nanti, apa yang kita inginkan kita lakukan? Kudus atau tidak? Nanti sore hari, malam hari, apa sih yang kita inginkan? Coba diarahkan ya, diarahkan.

Keinginan kita adalah dekat dengan Allah, dekat dengan Allah, berdekat dengan Allah. Seharusnya keinginan kita ada menyembah Allah, bukankah Tuhan itu adalah Tuhan kita? Kenapa kita tidak ingin menyembah Dia? Berkomunikasi dengan Allah yang sudah memelihara istirahat malam kita, sudah membangunkan kita di pagi hari dengan tubuh yang sehat. Mari kita inginkan menyenangkan kehendak Allah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mari kita inginkan memuliakan Allah, itulah hasrat orang Kristen. Dalam Roma 12:2 di situ dikatakan, jangan serupa lagi dengan pola dunia ini, tetapi berubahlah melalui pembaharuan akal budimu, maka kamu akan mampu menguji dan menyetujui apa yang menjadi kehendak Allah. Kehendak Allah adalah kehendak yang baik, kehendak yang sempurna, kehendak yang berkenan di hati Allah. Amin. Mari kita sama-sama berdoa.

Bapa kami yang di sorga, kami mengucap syukur, Tuhan pada pagi hari ini di dalam ibadah minggu kami boleh datang kepada Tuhan. Kami sadar Tuhan, Tuhan hadir di tempat ini. Kami sadar Tuhan, Tuhan juga melihat setiap hati kami, Tuhan yang paling mengenal siapa diri kami sesungguhnya. Tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan. Dan pada pagi hari ini, Tuhan kami datang pada-Mu mau menyerahkan diri kami, khususnya kehendak kami yang kami miliki. Ampuni jikalau di dalam hati kami, di dalam kehendak kami, kami seringkali ingin melakukan hal yang memuaskan tubuh kami dan melupakan Tuhan. Kiranya Tuhan berikan kami kehendak yang kudus, kehendak yang berkenan di hati Tuhan, berikan kami kerinduan untuk senantiasa menyembah Tuhan, berikan kami kerinduan supaya kami bisa senantiasa menyenangkan Tuhan seumur hidup kami karena kami pun sadar kami tidak tahu sampai kapan kami hidup di dunia ini. Kiranya kami bisa menghabiskan hidup di dunia ini dengan memuliakan Kristus, dengan menghadapi pencobaan, dengan kuasa dari Tuhan sendiri. Kiranya Tuhan kuatkan kami melawan setiap pencobaan yang ada. Di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa. Amin.

 

Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)

Comments