Yakobus mati – Petrus dilepaskan dari penjara, 6 Februari 2022

Kis 12:1-25

Pdt. Dawis Waiman, M. Div.

Saudara, kalau kita perhatikan di dalam Kisah Rasul pasal yang ke-11 maka di situ kita melihat bahwa Injil berkembang dengan sangat pesat sekali di Antiokhia sampai Barnabas tidak bisa melayani sendirian ia kemudian mencari Saulus untuk mendampingi bersama-sama dengan diri dia melayani di Antiokhia. Dan saat itu Injil makin berkembang dengan banyak dan ribuan orang boleh hadir atau banyak sekali orang yang boleh hadir ke dalam gereja untuk kemudian menjadi percaya kepada Kristus. Dan pada waktu itulah seperti yang saya tadi katakan pertama kalinya murid-murid itu disebut sebagai orang Kristen.

Lalu kalau Saudara perhatikan di dalam pasal yang ke-12 ayat yang terakhir tadi maka di situ dikatakan bahwa Barnabas dan Saulus kembali dari Yerusalem, dan mereka kemudian membawa juga Markus bersama-sama dengan mereka atau Yohanes Markus yang bersama-sama dengan mereka. Dan ada kalimat di awal ayat 24 itu dikatakan firman Tuhan makin tersebar dan makin banyak didengar orang. Itu menjadi satu pengapit pasal yang ke-12 yang barusan kita baca ini. Dan di dalam pasal 12 ini sengaja dimasukkan di sini oleh Lukas karena apa? Karena saya percaya ini menjadi hal yang penting yang kita perlu pelajari juga atau kita perlu ketahui sebagai orang Kristen yang mengikut Kristus. Kalau andai kata Saudara membaca pasal yang ke-11 dari ayat yang pertama sampai ayat yang ke-30 lalu Saudara langsung lompat ke dalam pasal yang ke-12 ayat yang ke-24 dan ke-13 dan seterusnya maka mungkin kita akan mengira bahwa mengikut Kristus itu selalu memiliki konotasi yang baik, sesuatu dampak yang baik di mana Injil terus berkembang, berkembang secara luas dan Tuhan menyertai tanpa ada suatu persoalan yang terjadi di dalam kehidupan gereja atau dalam kehidupan orang Kristen. Tetapi pada waktu Lukas memasukkan pasal 12 ini maka kita mengetahui satu hal ternyata Injil memang berkembang tetapi ada prinsip-prinsip yang juga terkandung di dalam perkembangan itu dalam Kerajaan Tuhan yang Tuhan ingin sampaikan kepada diri kita melalui pasal yang ke-12 ini. Dan hal itu bicara tentang apa?

Misalnya ambil contoh pada waktu kita mengetahui kalau Allah itu adalah Allah yang Mahakuasa dan kita semua percaya pasti Allah orang Kristen itu adalah Allah yang Mahakuasa, Allah yang memiliki kontrol terhadap segala sesuatu yang terjadi di dalam dunia ini bukan hanya di dalam kehidupan dari orang-orang Kristen saja, tetapi juga dari kehidupan dari orang-orang yang bukan Kristen bahkan bukan hanya manusia tetapi juga alam semesta ini ada di bawah kendali dari Tuhan, tidak ada suatu peristiwa pun yang terjadi dalam dunia ini yang terjadi di luar dari kendali Tuhan Allah maka mungkin di dalam pemikiran kita berikutnya adalah kalau semua ada di dalam kendali Tuhan dan Allah itu adalah Allah yang baik, Allah yang mengasihi anak-anak-Nya atau manusia dan apalagi kita adalah anak Allah di mana mata Tuhan tidak pernah lepas dari pada kita, kita adalah biji mata Dia. Kira-kira asumsi apa yang kita akan munculkan sebagai orang yang mengikut Kristus? Saya pikir kita akan berpikir bahwa tidak akan ada persoalan yang terjadi dalam hidup kita. Tuhan itu adalah Allah yang Mahakuasa, Dia adalah Allah yang baik, Dia adalah Allah yang sanggup memelihara kita karena Dia adalah Allah yang baik, Dia adalah Allah yang Mahakuasa, Dia sanggup memelihara diri kita maka Dia pasti tidak akan mengizinkan kita mengalami suatu persoalan yang membuat kehidupan kita ada di dalam dukacita, kesusahan, penderitaan, dan bahkan kematian.

Saudara, saya percaya kalau kita memiliki konsep seperti itu, prinsip itu sebagai suatu kebenaran, realita yang kita hadapi sendiri di dalam dunia ini sudah menyatakan kalau pandangan kita itu salah. Buktinya dari mana? Pada waktu Saudara berpegang kepada prinsip bahwa di dalam Kristus segala sesuatu bisa disembuhkan dan dipulihkan kalau kita beriman kepada diri Dia, maka coba lihat usia orang-orang itu hidupnyab berapa panjang? Ada yang 60 mungkin ada, 70 mungkin ada, 50 ada nggak? 40? Ada yang sampai 100 nggak? Ada yang sampai hari ini tidak mengalami kematian nggak setelah usiaya 200 tahun lebih? Tidak kan. Realita yang kita hadapi saat ini adalah setiap orang yang mengklaim kalau di dalam Kristus, sebagai Anak Allah Dia dapat suatu privilege dalam hidup Dia bahwa Dia punya keinginan itu bisa didengarkan oleh Tuhan dan dijawab oleh Tuhan sesuai denga keinginan hatinya kalau dia berdoa kepada Tuhan dengan suatu iman yang teguh tanpa goyah seperti itu, maka Tuhan akan memberikan jawabannya.

Tetapi realitanya adalah pada waktu mereka berjalan hidup tetap ada yang namanya sakit walaupun didoakan tidak disembuhkan dan ketika mereka mangalami sakit itu ada yang bahkan mengalami kematian akibat daripada sakit yang mereka alami itu. Itu sebabnya saya bilang secara realita, secara fakta apa yang dipegang dan dipahami itu bukan sesuatu kebenaran dan tidak perlu dibuktikan dengan dasar Kitab Suci. Orang umum pun tahu kalau apa yang dipercayai itu adalah suatu kesalahan karena memang realitanya tidak ada orang setelah jatuh di dalam dosa yang bisa hidup selama-lamanya. Semua orang pasti mengalami kematian di dalam kehidupan mereka dan Alkitab sendiri mendukung kebenaran itu, Alkitab sendiri menyatakan kalau orang yang hidup di dalam dosa upahnya adalah maut walaupun ada kasus-kasus tertentu di dalam Perjanjian Lama yang menyatakan kalau ada Elia, ada Henokh yang diubah oleh Tuhan untuk diangkat ke dalam kekekalan tanpa mengalami suatu kematian di dalam hidupnya, tetapi secara normalnya semua manusia itu mengalami kematian. Kecuali ada satu lagi yaitu pada waktu Yesus Kristus datang untuk kedua kali, 1 Korintus 15 berkata tubuh kita dalam sekejap diubahkan dalam tubuh yang baru lalu kita diangkat untuk menyongsong Tuhan yang datang ke dalam dunia untuk menghakimi manusia yang ada di dalam dunia ini.

Jadi, realita menyatakan bahwa apa yang terjadi dalam hidup manusia berdosa itu ada sakit, ada penderitaan, ada kematian di situ dan di dalam pasal 12 ini juga menyatakan hal yang sama. Pada waktu kita mengikut Tuhan, orang yang mengikut Tuhan bahkan bisa mengalami aniaya dan bahkan bisa mengalami kematian akibat iman yang mereka miliki di dalam Kristus. Contohnya siapa? Yakobus. Saudara, Yakobus di sini adalah seorang dari 11 rasul Yesus Kristus dan dia adalah saudara dari Rasul Yohanes. Satu dari antara 3 orang yang memiliki relasi yang sangat dekat sekali dengan Yesus Kristus ketika Ia ada di dalam dunia ini dan 2 lagi itu adalah Petrus dan Yohanes. Jadi kalau Saudara baca ke mana-mana Yesus pergi untuk melakukan pelayanan yang agak spesifik atau khusus misalnya membangkitkan orang mati, mengalami transfigurasi di atas bukit, tubuh-Nya berubah dan berkilauan seperti itu maka yang Dia bawa selalu Petrus, Yakobus, dan Yohanes di dalam perjalanan itu. Yakobus di sini adalah orang yang sangat dekat sekali dengan Yesus Kristus. Orang yang bisa dikatakan murid yang paling, kalau mau pakai istilah dikasihi mungkin dalam lingkup murid, paling dikasihi paling diperhatikan, palin diutamakan oleh Yesus Kristus, mungkinkah dia adalah orang yang tidak beriman? Saya percaya dia adalah orang yang sangat beriman sekali seperti halnya Petrus maupun Yohanes tetapi ternyata Tuhan yang Mahakuasa itu, Tuhan yang begitu baik itu, Tuhan yang begitu mengasihi setiap dari anak-anak-Nya tetap mengizinkan Yakobus mengalami kematian dan hal itu mungkin membawa suatu kesedihan.

Tetapi, Saudara, pada waktu kita mengalami kematian itu dalam kehidupan kita, sikap kita harus bagaimana? Saya percaya pada waktu kita mengalami kematian atau ditinggal oleh orang-orang yang kita kasihi, waktu mungkin diri kita mengalami suatu sakit dan penderitaan dalam kehidupan kita walaupun kita adalah anak Tuhan, hal yang penting adalah kita jangan lihat dari kacamata manusia untuk situasi itu tetapi kita harus melihat itu dari kacamata Tuhan tentang keadaan yang kita alami itu.

Contohnya seperti ini ya kalau Saudara perhatikan di dalam Kitab Kisah Rasul 12 lalu Saudara bandingkan dengan Kisah Rasul sebelumnya pada waktu Stefanus pergi dan bersaksi di hadapan Tuhan akhirnya dia mengalami kematian di dalam pasal yang ke-7 Saudara bisa melihat ada dua hal yang sangat membedakan sekali. Siapa itu Stefanus? Dia adalah orang biasa kok bukan rasul tetapi dia adalah seorang yang menjadi salah satu pemimpin jemaat yang begitu baik dan setia kepada Tuhan, seorang yang penuh dengan Roh Kudus seperti halnya Yakobus, saudara dari Yohanes ini. Seorang yang melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh seperti halnya Yakobus saudara Yohanes ini. Tetapi yang membedakan adalah dia bukan rasul tetapi Yakobus adalah rasul. Pada waktu Stefanus itu melayani dan Yakobus melayani, Alkitab nggak mencatat sama sekali lho pelayanan Yakobus itu apa tapi Stefanus dikatakan dengan keberanian dia yang begitu luar biasa berdiri dan bersaksi di hadapan Mahkamah Agama untuk menyatakan Injil Kristus lalu pada waktu dia menyatakan Injil Kristus di hadapan semua Mahkamah Agama itu, maka dia kemudian diseret keluar lalu dirajam sampai mati.

Yakobus bagaimana? Yakobus kita nggak tahu cerita hidupnya bagaimana, yang kita tahu waktu dia melayani bersama dengan Kristus, dia adalah seorang yang sangat keras sekali, orang yang tidak ada pengampunan sepertinya, bahkan mungkin agak sedikit mendendam orang yang menolak mereka dia minta supaya kalau diizinkan mereka berdoa minta api dari sorga turun untuk menghanguskan orang-orang yang menolak mereka tersebut. Tapi setelah itu Alkitab juga nggak terlalu banyak bicara tentang Yakobus sampai kepada pasal ke-12 Yakobus hanya diberitakan mati dibunuh oleh siapa? Herodes. Herodes di sini bukan Herodes yang hidup pada zaman Yesus Kristus yang membunuh bayi-bayi itu tetapi Herodes di sini adalah cucu dari Herodes Agung. Namanya adalah Herodes Agripa yang pertama (I). Dia yang membunuh Yakobus di sini dan Saudara, pada waktu dia membunuh Yakobus hanya dikatakan dia mati oleh pedang dari Herodes itu.

Kayaknya kalau dari sisi manusia, kita berkata nggak fair ya. Harusnya dari sisi jasa manusia kita harus lebih banyak mendengar pelayanan Yakobus, kita harus lebih mengerti bagaimana dia menderita bagi Injil Tuhan, apa yang menjadi panggilan dia, dia pergi melayani di mana, kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi, betapa beraninya, betapa hebatnya dia di dalam memberitakan Injil, mungkin seperti Stefanus atau melampaui dari Stefanus, kita harus tahu persoalan-persoalan itu, cerita-cerita itu, lalu ketika dia mati martir kita melihat betapa dia berdiri teguh di dalam iman untuk mati bagi Kristus. Tapi persoalannya Yesus nggak menyatakan itu ya. Tuhan tidak mau kita tahu Yakobus punya pelayanan seperti apa dan Tuhan hanya ingin kita tahu kalau dia mati oleh pedang dan kita tidak perlu tahu betapa berjasanya mungkin, betapa hebatnya, betapa setianya, betapa tekunnya dia dalam melayani, betapa pahlawannya dia di dalam menghadapi kematian demi Nama Kristus. Dan saya percaya itu cukup bagi diri kita seharusnya ketika kita menjalani hidup ini.

Ketika kita membaca Kitab Suci, ada hal-hal yang Tuhan tidak ingin kita tahu dan Tuhan ingin kita melihat dari perspektif itu ya cukup untuk sampai di situ, termasuk juga pada waktu kita mengalami kesulitan di dalam kehidupan kita. Keluarganya bagaimana? Mungkin sedih, mungkin mengalami suatu kekosongan atau sesuatu kesepian di dalam hidup mereka karena selama ini Yohanes itu begitu dekat sekali dengan kakaknya Yakobus itu tapi sekarang Tuhan panggil mereka. Tapi, Saudara kalau kita lihat dari perspektif manusia, kita akan kecewa kalau kita lihat dari perspektif Tuhan, saya percaya kita akan punya suatu kekuatan untuk menjalani hidup ini. Contohnya dari Yohanes sendiri walaupun Tuhan mengambil Yakobus, kakaknya, tetapi dia tetap dengan setia melayani Tuhan dan tidak mengalami kecewa sampai kepada akhir hidup dia. Kenapa ini menjadi suatu kekuatan bagi Yohanes ya? Apa yang menjadi rahasia? Kalau kita bandingkan dari kitab-kitab yang lain, kita tahu satu hal bahwa kematian itu bagi orang Kristen bukan sebuah titik perpisahan atau titik akhir dari kehidupan kita, tetapi justru menjadi satu titik awal dari persatuan kita dengan Kristus secara muka dengan muka.

Saudara, selama kita hidup dalam dunia ini, kita mengikut Kristus, kita percaya kepada Dia, kita berjalan kepada Dia, kita beriman pada Dia, tapi mohon tanya berapa banyak dari kita ada tidak satu orang yang pernah melihat Kristus muka dengan muka? Saya percaya tidak ada. Tetapi kalau saya tanya, siapa dari antara kita yang punya kerinduan dalam hati kita untuk dipersatukan dengan Kristus untuk bisa melihat Kristus muka dengan muka di dalam kekekalan saya percaya banyak dari kita punya kerinduan itu. Siapa dari kita yang merasa bahwa kehidupan di dalam dunia ini begitu punya kesulitan dan tantangan yang berat sebenarnya hidup dalam dunia ini ada sukacitanya, ada sesuatu yang bisa kita syukuri tetapi juga hidup dalam dunia ini penuh dengan kesulitan-kesulitan yang membuat kita merasa bahwa lebih baik kita punya suatu kehidupan yang tidak ada persoalan, tidak ada kesulitan, suatu kehidupan yang penuh dengan keadaan yang damai tanpa ada keributan dan persoalan. Saya percaya kita semua puna kerinduan itu tapi pada waktu kita tanya di mana, kapan kita bisa mengalami itu? Jawabannya cuma satu, pada waktu kita dipersatukan dengan Kristus.

Jadi pada waktu Saudara melihat kehidupan Kristen lalu Saudara melihat ada persoalan dalam hidup kita, baik itu dalam keluarga kita dan diri kita sendiri, Saudara mau lihat dari kaca mata siapa? Tuhan? Atau manusia? Kalau kita lihat dari kacamata manusia, maka yang terjadi adalah kekecewaan pasti penuh dengan kekecewaan. Tapi kalau kita melihat dari kacamata Tuhan, maka kita akan mendapatkan suatua penghiburan dan satu kekuatan di dalam kehidupan kita menjalani dunia ini. Jadi pada waktu kita melihat pasal 12, maka Tuhan mau mengajarkan seperti sebuah cerita biasa ya catatan sejarah dari apa yang terjadi kepada murid-murid pada waktu itu tetapi kita bisa mengetahui suatu hal ini bukan cuma catatan sejarah tetapi di balik dari pada peristiwa itu ada suatu kebenaran prinsip yang kekal yang Tuhan nyatakan kepada diri kita di dalam kitab-kitab yang lain supaya kita membacanya, kita bukan hanya membaca sebuah catatan sejarah, tetapi kita membacanya dari kacamata Tuhan terhadap apa yang terjadi kepada gereja, kepada murid-murid pada waktu mereka mengalami hal-hal yang dicatat di dalam Kitab Suci itu, dan dari sana kita akan lebih mengenal Tuhan kita, karakternya, kesetiaannya, kuasa-Nya, prinsip-prinsip-Nya yang membuat ketika kita menjalani hidup ini kita tidak menjalani dengan kekecewaan termasuk kepada Tuhan, tetapi juga kita justru makin memiliki kekuatan, keteguhan, dan makin percaya kepada Tuhan yang menyatakan diri-Nya di dalam Kitab Suci bagi diri kita ini.

Jadi aspek pertama adalah pada waktu kita berjalan bersama dengan Tuhan, jangan kira ada hal-hal yang selalu baik yang akan kita alami. Tetapi ada hal-hal yang akan menyulitkan diri kita dan Tuhan memang sengaja mengizinkan kita mengalami hal itu karena apa? Hidup kita itu bukan berakhir di dalam dunia dan untuk dunia ini saja tetapi kita punya tujuan lain yaitu di dalam kekekalan. Itu adalah finalitas kita, itu adalah rumah kita selama kita hidup di dalam dunia ini kita hidup sebagai seorang musafir, seorang pelancong yang sebenarnya bukan rumah kita yang sesungguhnya walaupun kita adalah warga negara sini ya.

Contoh yang dikatakan di dalam Perjanjian Lama itu adalah dari Bapa Abraham sendiri, dia adalah seorang yang seumur hidupnya tidak pernah memiliki tanah perjanjian yang dijanjikan Tuhan kepada diri dia dan dia hanya memiliki satu petak tanah yaitu untuk menguburkan istrinya, menguburkan dirinya, menguburkan anaknya, mantunya di situ tapi selain itu semua yang Tuhan janjikan atas tanah perjanjian di Kanaan ini nggak satupun yang dia miliki baru generasi keempat 400 tahun kemudian mereka memiliki tanah itu dan Ibrani berkata walaupun begitu dia tetap percaya kepada Tuhan, dia tidak menjadi kecewa karena dia menantikan kota Allah yang dibangun oleh Tuhan Allah sendiri. Dan saya percaya itu menjadi satu pengharapan yang bukan hanya dimiliki oleh Abraham tetapi setiap kita orang Kristen harus tahu ini bukan rumah kita. Rumah kita yang sesungguhnya itu adalah bersama dengan Kristus di dalam langit dan bumi yang baru. Itu sebabnya Saudara jangan terlalu terikat dengan dunia ini. Jangan menaruh hatimu terlalu banyak di dalam dunia ini sehingga engkau mengasihinya dan bahkan mengasihi lebih dari pada mengasihi Kristus ataupun mengasihi tempat di mana Tuhan sediakan bagi diri kita. Kita harus lihat dari kacamata Tuhan, melihat ke depan itu memberikan satu pengharapan dan kekuatan di dalam kehidupan kita. Itu satu pelajaran yang kita bisa terima di sini ya.

Nah pada waktu Herodes melihat kalau kematian Yakobus itu adalah sebuah kematian yang membawa kesukaan bagi orang-orang Yahudi, khususnya Yahudi bukan Kristen ya, maka dia kemudian melihat itu adalah satu kesempatan untuk mendapatkan nama, atau mendapatkan rasa kasih atau cinta atau dukungan daripada orang-orang Yahudi kepada diri dia. Karena Herodes Agripa ini adalah seorang yang berusaha untuk membuat diri dia diterima oleh kekaisaran Roma, dan untuk bisa membuat diri dia diterima oleh kekaisaran Roma, dia tau satu hal, dia harus berbuat baik kepada orang Yahudi supaya kalau Yahudi baik kepada diri dia, maka itu berarti dia melayani dengan baik di Yahudi, dan itu berarti dia memiliki nama baik di Roma. Dan untuk mendapatkan dukungan itu, dia tidak segan-segan untuk menyingkirkan orang-orang, siapapun itu, demi untuk dia punya otoritas kekuatan.

Jadi pada waktu kita melihat kepada Agripa, dia bukan seorang yang memutuskan berdasarkan benar dan salah, tetapi dia memutuskan berdasarkan apa yang kepentingan dari posisi politik dia. Itu yang menjadi keputusan dia. Kalau Saudara baca di dalam kehidupan dari Agripa secara sejarah, dia banyak sekali melakukan hal-hal yang baik bagi orang Yahudi, termasuk ketika kaisar Caligula ingin mendirikan patungnya di Bait Allah, maka dia menjadi seorang yang berusaha membujuk kaisar Caligula supaya tidak mendirikan patungnya di Bait Allah, agar tidak terjadi peperangan, pemberontakan di situ. Dan itu berhasil dia lakukan, sehingga dia baik di mata Yahudi, dan dia juga baik di mata dari kekaisaran Romawi ya. Dan pada waktu dia baik itulah, dia berusaha untuk mencari keadaan apa yang bisa mendukung dia, maka dia melihat keberadaan orang Kristen, dan itu adalah sebuah keberadaan yang bisa membawa bencana, bisa membawa, merusak situasi kondusif yang ada di antara dia dengan Roma. Itu sebabnya dia kemudian ingin menyingkirkan Yakobus, ingin menyingkirkan si Petrus ini juga.

Nah pada waktu Saudara melihat di dalam situasi itu, ada satu hal lagi yang Saudara harus lihat ya. Satu sisi, kita harus memiliki pengharapan kepada yang kekal itu, tetapi di sisi lain, Saudara harus lihat, bahwa kasih Tuhan kepada kita, itu bukan sesuatu yang ditentukan oleh kondisi. Kalau Saudara perhatikan tindakan Herodes Agripa kepada orang-orang Kristen, dan bahkan Petrus di situ dipenjarakan, Yakobus dimatikan, mungkin kita bisa punya konsep, “Tuhan, Kamu di mana ya, Kamu mengasihiku tidak ya? Kamu kalau mengasihiku, kenapa Kamu izinkan penderitaan ini terjadi? Gereja-Mu baru bangun lho, kenapa semua hal ini dialami oleh orang-orang Kristen?” Kalau kita melihat dari kondisi yang ada, maka kita akan berpikir bahwa Tuhan itu tidak mengasihi kita, tetapi kita harus melihat bahwa kondisi yang ada, itu dari perspektif cinta kasih Tuhan terhadap kehidupan kita.

Mungkin Saudara agak bingung saya ngomong kaya gini ya, tapi, maksud saya adalah seperti ini, Saudara, ini saya bandingkan di dalalm Roma 8:28 ya, kalau kita melihat Roma 8:28, di situ dikatakan bahwa, “Tuhan turut bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.” Dan kebaikan itu apa? Untuk menjadikan kita serupa dengan Kristus. Itu adalah kebaikan Tuhan di dalam kehidupan kita. Nah pada waktu kita mengalami situasi yang tidak ada, kita tidak ada kuasa untuk mengendalikannya, tetapi justru kita dikendalikan oleh situasi, dan sepertinya situasi itu adalah sesuatu yang merugikan diri kita, Saudara jangan langsung menarik satu kesimpulan, “Oh itu berarti kalau Tuhan itu jahat.” Dan Tuhan itu jahat dilihat dari mana? “Oh keadaan yang saya alami tidak baik, Tuhan izinkan Herodes Agripa itu menganiaya orang Kristen, oh atau keberadaan orang Kristen itu adalah sebuah keberadaan yang lebih baik kita hindari, karena apa? Karena menjadi orang Kristen itu penuh dengan kesialan, bahkan pemimpin sendiri itu menekan kita. Dan pada waktu kita mengalami, Tuhan sepertinya menjauh dari diri kita dan tidak mengasihi kita.”

Saudara, tadi saya memberikan prinsip pertama, yaitu pada waktu kita mengalami, itu kita lihat dari kacamata Tuhan yang kekal itu, tetapi yang ke dua yang juga tidak kalah penting adalah pada waktu Saudara mengalami situasi seperti itu, jangan jadikan situasi itu sebagai dasar menyimpulkan relasi Tuhan kepada diri kita, tetapi lihatlah situasi itu dari kacamata Tuhan yang mengasihi diri kita. Kenapa ini menjadi hal yang penting ya? Karena kalau kita tidak melihat itu sebagai kasih Tuhan, yang terjadi adalah pertama, mungkin kita kecewa, kedua kita mencari kambing hitam, ketiga, kita menjadikan diri kita yang adalah, mungkin ini berkaitan dengan yang kedua, kita adalah korban dari orang lain.

Tetapi kalau kita melihat apa yang terjadi di dalam hidup kita itu adalah dalam konteks relasi Tuhan mengasihi diri kita, maka ada situasi yang terjadi di dalam hidup kita ini, kita bagaimana? Kita akan melihat, “Oh, saya mengalami ini bukan karena Tuhan marah sama saya mungkin, atau karena Tuhan membenci diri saya, tetapi karena Tuhan mengasihi saya. Kalau Tuhan mengasihi saya ketika saya mengalami satu situasi yang kita tidak sukai, berarti bahwa Tuhan itu baik sama saya.” Kayak kalau kita lihat anak kita ya, sekolah, dia maunya main terus, tetapi kita paksa dia untuk tidak boleh main, dia harus belajar, mengerjakan tugasnya, atau les, seperti itu. Bagi anak, kita nggak baik lho, kita menghilangkan kesenangan dia. Dan itu bisa menimbulkan satu kecurigaan, mungkin, kekecewaan, kalau anak itu tidak mengerti kalau kita mengasihi dia. Tapi kalau dia mengerti kita mengasihi dia, kita bukan hanya menegakkan disiplin, tetapi disiplin itu dimotivasi oleh kasih kita kepada diri dia, saya percaya, anak itu walaupun nggak suka, walaupun mungkin jengkel, tapi di situ dia belajar untuk taat, walaupun ada pemberontakan tapi dia belajar untuk mengikuti. Karena dia tau apa yang papa mamanya berikan kepada diri dia itu adalah kebaikan untuk diri dia, walaupun saat itu dia tidak mengerti kebaikannya itu di mana.

Banyak hal di dalam hidup kita, kita nggak paham Tuhan mau pimpin kita ke mana, dan memang Tuhan tidak mau bukakan itu kepada diri kita. Yang Tuhan mau kita ketahui adalah Dia memiliki kedaulatan, dan kedaulatannya tidak bisa diganggu gugat, kita adalah anak Dia, dan kita sebagai anak Dia bisa percaya kepada Dia, dan segala sesuatu yang Dia lakukan tidak seperti iblis yang berusaha untuk menjatuhkan diri kita, atau menghancurkan diri kita, atau menjerumuskan kita di dalam hukuman yang kekal. Tetapi semua yang Dia lakukan dalam kehidupan kita adalah untuk kebaikan kita dan yang membawa kemuliaan bagi nama Dia. Maka, saya percaya, di situ cukup bagi diri kita, untuk menjalani hidup ini, dan untuk melatih kita beriman kepada diri Dia.

Saudara, Dia adalah Allah yang mengasihi kita, situasi-situasi yang Dia izinkan kita alami, itu adalah situasi yang Dia izinkan karena Dia mengasihi diri kita, termasuk juga pada peristiwa kenapa Yakobus mati, kenapa Petrus itu dipenjarakan? Karena Tuhan melihat di dalam perspektif kasihnya, Dia mengasihi Yakobus, mengasihi Petrus, mengasihi gerejanya, dan tentunya yang akan membawa kemuliaan bagi nama Dia. Itu yang membuat Dia mengizinkan atau memimpin gereja ada di dalam situasi ini. Tentunya kita juga bisa berkata semua tindakan yang terjadi kepada Yakobus, dan Petrus, dan juga gerejanya yang lain, itu adalah sesuatu yang diakibatkan oleh dosa manusia, dosa Agripa yang membenci mereka, yang memanfaatkan keberadaan mereka untuk posisi dan jabatan diri dia sendiri, dan itu nanti kita akan lihat Tuhan akan menghukum dari Agripa itu.

Tetapi, kalau kita melihat itu adalah sesuatu yang Tuhan izinkan untuk kebaikan gereja, yang membawa kemuliaan bagi nama Tuhan, kita bisa terima bahwa ternyata pasal 12 itu mau menyatakan kita hal yang kedua, yaitu apa? Kalau penderitaan, pertentangan yang diakibatkan oleh orang dunia, itu tidak punya kuasa untuk bisa mengalahkan kuasa Tuhan. Kalau pertama adalah bicara kedaulatan Tuhan, kekekalan Tuhan, kemahakuasaan Tuhan, itu tidak menjadikan kita sebagai orang yang pasti ada di dalam keadaan yang baik. Mungkin saja ada hal-hal yang merugikan, hal-hal yang tidak baik yang kita alami, itu yang pertama. Tapi yang ke dua adalah, yang juga tidak kalah penting, yaitu, kemahakuasaan Allah itu, atau Injil Tuhan, atau kerajaan Allah, yang menjadi milik dari Allah yang Mahakuasa itu, adalah suatu keberadaan yang tidak mungkin bisa digagalkan oleh siapapun yang ada di dalam dunia ini, termasuk orang yang paling berotoritas sekalipun, atau yang paling berkuasa sekalipun yang ada di dalam dunia ini.

Kita bisa lihat ini dari peristiwa, ketika Petrus yang ada di dalam penjara itu, yang sedang menantikan hukuman mati itu, ternyata bisa mengalami suatu pembebasan, tetapi juga sebelum pembebasan, dia bisa tidur dengan begitu nyenyaknya di dalam penjara. Saudara kalau baca ini ya, mungkin kita pikir konteksnya, “Oh ya, Petrus lelah di situ, dia dipenjarakan, dia dijaga oleh 4 orang prajurit, lalu ketika dia lelah seharian di dalam penjara, ya dia tertidur malam hari itu.” Tapi kalau Saudara perhatikan, masalahnya adalah malam itu adalah malam terakhir dia hidup. Bahkan untuk menjaga dia tetap di dalam penjara, dan tidak melarikan diri, ada 4 prajurit yang diperintahkan untuk menjaga Petrus, 2 bersama-sama dengan Petrus, di dalam penjara, supaya rantai yang ada di dalam tangan Petrus yang kiri itu dirantaikan kepada prajurit yang satu, yang di tangan kanan itu di prajurit yang lain. Supaya meyakinkan kalau Petrus nggak mungkin bisa melarikan diri, maka 2 rantai itu dirantaikan kepada tangannya, kepada 2 prajurit, tapi nggak cukup di situ, ditambah 2 prajurit lagi untuk menjaga Petrus. Supaya apa? Petrus betul-betul bisa dimajukan ke pengadilan, kepada hadapan seluruh rakyat Yahudi, supaya dia bisa dihukum mati keesokan hari nya.

Tapi Saudara, pada waktu itu menjadi suatu situasi yang dialami oleh Petrus, Alkitab bilang Petrus bisa tidur dengan begitu nyenyak sekali. Aneh ya? Bahkan untuk menyatakan nyenyaknya Petrus tidur itu adalah dengan ketika Malaikat tiba, Malaikat harus menepuk Petrus untuk membangunkan dia. Kalau andaikata dia tidak tidur, dia tidur ayam kaya gitu ya, saya yakin, nggak usah ada yang nepuk dia, begitu ada suara sedikit, dia langsung terbangun kok ada apa, karena dia nggak tidur, sungguh-sungguh, gelisah mungkin. Tapi di sini beda, dia betul-betul tidur. Nah Saudara, kenapa dia bisa tidur ya?

Saya kasih satu kalimat ya, semua tindakan kita, perilaku kita, respons yang kita lakukan, itu tergantung dari teologi kita. Ingat baik-baik ya, jangan berpikir bahwa teologi itu nggak penting atau doktrin itu nggak penting. Saudara memutuskan segala sesuatunya itu pasti dasarnya adalah doktrin yang Saudara ketahui, yang Saudara pahami. Dan Petrus percaya, di dalam doktrinnya, bahwa Tuhan itu berkuasa. Saudara bisa lihat di dalam Kitab Injil bagaimana dia percaya akan kuasa Tuhan ya, bahkan dia bisa berjalan di atas air, itu menyatakan betapa hebatnya Tuhan itu. Dan pada waktu Yesus bicara, “Akulah Dia” kepada puluhan prajurit yang datang untuk menangkap Yesus Kristus, mereka semua bisa langsung roboh ke belakang, hanya dengan kalimat berkata, “Akulah Dia.” Itu kuasa yang begitu besar sekali. Dan Petrus juga belajar satu hal, kalau kematian Yesus Kristus itu bukan karena Dia kalah dibandingkan otoritas dari kerajaan Roma, tetapi karena Yesus yang menyerahkan diri-Nya untuk ditangkap oleh Roma supaya Dia bisa mati di bawah kuasa dan otoritas dari Roma dan Mahkamah Agung, atau Mahkamah Agama orang-orang Yahudi. Kalau Tuhan tidak izinkan, nggak ada satu kuasa pun yang bisa mengalahkan Dia.

Lalu Saudara juga bisa lihat di dalam Perjanjian Lama, ketika Elisa dikepung oleh para prajurit dari Aram, dia memperlihatkan kepada budaknya, untuk melihat ternyata di sekeliling dari dia itu ada malaikat yang begitu banyaknya yang menjaga, yang siap untuk mendapatkan instruksi membela mereka. Saudara, Tuhan kita itu punya kuasa yang begitu besar sekali. Dan itu membuat, saya percaya, Petrus juga memiliki satu pengertian kalau Tuhan tidak izinkan, dia pasti tidak akan mati, tapi kalau Tuhan izinkan, coba, mau lari ke mana? Nggak ada kan. Kita nggak mungkin bisa lari ke mana pun untuk menyelamatkan diri kita.

Yang ketiga, yang lebih fatal adalah kalau Tuhan izinkan kita mati, tetapi tidak ada satu perdamaian antara relasi kita dengan Tuhan Allah yang suci dan kudus itu, saya percaya itu yang harusnya lebih membawa kecelakaan bagi diri kita, dan ketakutan bagi diri kita. Tapi pada waktu itu Petrus adalah rasul Yesus, Yesus yang adalah Tuhan yang mengatur atau Raja di atas seluruh bumi ini, nggak ada satu raja pun yang tidak tunduk di bawah otoritas dari Raja Yesus Kristus. Lalu, dia bukan hanya adalah pengikut dari Raja Kristus, bukan hanya menjadi rasul dari Raja Yesus Kristus, tapi dia juga adalah seorang yang dijamin suatu kehidupan paska dari kematian. Dia bisa tidur nyenyak nggak? Saya percaya itu membuat dia punya satu kemampuan untuk bisa tidur dengan nyenyak malam hari itu.

Dan Saudara bisa lihat di dalam Kitab Mazmur ya, banyak sekali Mazmur itu menuliskan, tentang situasi khususnya ketika Saudara membaca Mazmurnya Raja Daud, ketika dia ada di dalam pelarian, ketika dia ada di dalam satu situasi di mana nyawa dia terancam, dia bisa dengan begitu tenang tidur pada malam harinya, bukan karena prajuritnya kuat-kuat dan bisa menjaga, melawan musuh dia, Saul yang begitu hebat dan memiliki prajurit yang begitu besar. Tetapi dia memiliki Tuhan yang menjaga dia, dan dia percaya kalau Tuhan bisa menjaga dia, maka dia bisa tidur dengan nyenyak. Saudara, kita, apa yang menjadi doktrin kita, itu menjadikan kita meresponi segala situasi seperti apa yang kita lakukan sekarang ini. Saudara ingin tau kenapa Saudara meresponi suatu situasi tertentu seperti itu, Saudara coba runut kembali, itu faktor apa. Saya yakinkan sekali, itu adalah faktor relasimu dengan Tuhan Allah mu itu seperti apa. Ingat itu ya.

Lalu yang kedua, pada waktu Petrus itu ada di dalam kondisi yang tertidur, Tuhan perlu tidak mengutus ratusan malaikat untuk menghadapi tentara Roma? Atau paling tidak 4 lawan 4 seperti itu, atau pasti lebih lah, karena itu hanya di dalam penjara, di luar penjara begitu banyak prajurit yang lain yang menjaga, Tuhan perlu mengutus tidak banyak malaikat untuk mengimbangi prajurit dari tentara Roma itu, atau bahkan Tuhan perlu turun sendiri untuk  mengatasi mereka? Alkitab bilang tidak. Tapi Tuhan cukup mengutus satu malaikat saja, datang, membangunkan Petrus, lalu membawa Petrus keluar dari penjara tanpa ada satu prajurit pun yang bisa mencegah dia dan menahan dia. Saudara, itu kemahakuasaan Tuhan nggak? Jadi pada waktu kita bicara, “Saya percaya kepada Tuhan,” salah satu aspek yang kita perlu lihat adalah bukan hanya dari Tuhan sanggup menyelamatkan kita dari kematian kekal, tetapi saya percaya, iman kita yang kita nyatakan dari mulut kita, Tuhan sanggup menyelamatkan kita dari kematian kekal, itu juga harus terwujud dari perilaku kita yang menyatakan kalau Tuhan sanggup menyelamatkan kita di dalam dunia ini lho.

Saudara ngomong Tuhan sanggup menyelamatkan Saudara dari kehidupan kekal? Itu berarti Dia punya kuasa. Kuasa untuk memberikan satu kehidupan, tapi kuasa yang Saudara nggak pernah lihat itu, yang Saudara imani itu. Bisa dibuktikan nggak dengan kehidupan di dalam dunia yang menyatakan kalau Tuhan itu sanggup menyelamatkan kita? Kalau itu tidak bisa, mungkin nggak kita berkata, “Saya percaya kalau Dia sanggup menyelamatkan saya dari kematian kekal?” Saya merasa agak aneh ya ada pemutusnya di situ. Karena kemampuan untuk menyelamatkan kita dari kematian kekal itu menyatakan satu kemampuan yang hanya Allah sendiri yang bisa lakukan. Kalau Dia bisa lakukan menyelamatkan kita dari kematian kekal itu berarti Dia harusnya bisa menyelamatkan kita dari segala situasi yang kita hadapi dalam dunia ini. Nah Saudara nyatakan itu tidak dalam kehidupan? Dan peristiwa dari Kisah Para Rasul ini mau menyatakan Dia memang punya kuasa itu untuk memberikan kepada kita suatu contoh untuk melihat memang Dia punya kuasa itu supaya kita bisa yakin kalau Dia punya kuasa itu untuk memimpin dan menolong kita. Cuma persoalannya adalah seperti ini, Dia mau nggak? Dan kedua adalah di dalam waktu Tuhan bukan? Kalau Dia tidak mau menyelamatkan kita dalam dunia ini, ya kita akan mati seperti Yakobus. Tapi persoalannya adalah kalaupun kita mati seperti tadi yang saya katakan, itu bukan kebinasaan, itu bukan akhir dari segala-galanya, tetapi justru itu adalah permulaan dari kita dipersatukan dengan Kristus yang merupakan kerinduan dari setiap hati orang percaya.

Yang kedua adalah sudah waktunya belum? Kalau belum waktunya maka Tuhan akan izinkan kita ada di dalam situasi itu. Sampai kapan? Nggak tahu. Sampai ketika Tuhan mungkin menganggap sudah waktunya untuk mengeluarkan kita dari situasi itu. Yang ketiga adalah pada waktu kita mengalami itu, dan Tuhan membawa kita ada di dalam situasi yang mau menyatakan Dia adalah Allah yang memiliki kuasa itu, tujuannya untuk apa? Yaitu supaya kita belajar berdoa kepada Tuhan dan mengharapkan pertolongan Tuhan dalam hidup kita. Saudara, Petrus itu tidak dibebaskan sampai, ya bahkan mungkin saya ngomong kayak gini ya, murid-muridnya itu tidak pernah tahu kalau Petrus itu akan dibebaskan, tetapi murid-murid Yesus itu tahunya adalah Petrus pasti mati. Dan Tuhan tidak biarkan Petrus itu ada petunjuk-petunjuk untuk dibebaskan. Dan Tuhan tidak izinkan ada satu informasi sampai kepada murid-murid-Nya kalau Dia akan membebaskan Petrus. Tapi Tuhan biarkan Petrus ada di dalam penjara yang siap untuk dihukum mati besoknya, dan itu mengakibatkan apa? Seharusnya respon yang benar berikutnya adalah berdoa. Berdoa kepada Tuhan menantikan Tuhan. Dan kita harus dengan kerendahan hati mengakui kalau kita ngotot berdoa itu kalau ada masalah, dan tanpa masalah biasanya kita agak kurang ngotot untuk berdoa.

Jadi pada waktu Tuhan izinkan ada di dalam satu situasi tertentu untuk menyatakan kalau Dia memiliki kuasa untuk membebaskan, salah satu wujud yang harus kita nyatakan itu adalah bukan hanya percaya bahwa Dia sanggup menyelamatkan kita dengan mungkin salah satu aspeknya adalah kita bisa tidur dengan tenang begitu, tetapi juga kita punya satu kerinduan yang besar dan kengototan untuk berdoa di hadapan Tuhan, menantikan Tuhan, pertolongan Tuhan, mengharapkan Dia yang menyelesaikan situasi bagi diri kita. Itu harus terwujud di dalam kehidupan kita. Tetapi ada satu hal lagi, ini banyak sekali satu hal-satu halnya saya sampai susah mengurutkan angka. Pada waktu kita berdoa, ingat, jawaban Tuhan itu nggak harus ditentukan dari besarnya iman kita lho, tetapi jawaban Tuhan ditentukan dari waktu Tuhan itu dan kehendak Tuhan itu sesuai dengan kehendak Tuhan dan waktu Tuhan atau tidak. Itu yang harus kita lihat.

Kenapa saya bilang kayak gini? Saudara perhatikan ya, pada waktu murid-murid berdoa, mereka doa sama siapa? Tuhan. Untuk siapa? Yakobus atau Petrus? Saya percaya bukan Yakobus tapi pada Petrus. Mereka doakan Petrus pada waktu itu, konteksnya bicara doa Petrus. Tapi waktu mereka mendoakan Petrus, kira-kira doa mereka apa ya? “Tuhan terimalah jiwa Petrus,” kayak gitu? Atau, “Tuhan tolong bebaskan hamba-Mu Petrus, rasul-Mu Petrus itu. Engkau punya kuasa, Engkau pasti punya kemampuan untuk membebaskan Dia. Kami minta Engkau bebaskan Dia dari situasi itu, jangan biarkan dia dihukum mati,” begitu? Kemungkinan ada itu kan? Tapi pada waktu malaikat sudah membawa Petrus keluar dari penjara itu, lalu ketika Petrus sampai di rumah di mana murid-murid biasa berkumpul yaitu rumah mamahnya Markus, Yohanes Markus yang menulis Injil Markus, dia mengetok pintunya dan tampaknya Rode itu tahu bahwa itu adalah Petrus yang di luar pintu, yang menjadi kata-kata yang keluar dari orang-orang Kristen itu adalah yang berdoa itu adalah nggak mungkin itu Petrus. Petrus masih ada penjara. Bahkan mereka katakan mungkin itu adalah rohnya yang datang yang mengetok pintu. Nggak mungkin Petrus bisa keluar. Jadi mereka punya iman nggak? Satu sisi mungkin mereka berdoa minta Tuhan berikan kebebasan, tapi mereka siap nggak untuk menerima jawaban Tuhan terhadap doa yang mereka minta kepada Tuhan? Belum tentu lho.

Jadi pada waktu Tuhan memberi satu jawaban kepada doa yang kita naikkan, itu tergantung kesiapan kita nggak? Tergantung keyakinan kita nggak dengan apa yang kita doakan di situ? Saya kok lihat belum tentu ya. Tetapi berdasarkan apakah doa kita itu sinkron dengan kehendak Tuhan dan waktu Tuhan atau tidak. Kalau itu sesuai dengan kehendak Tuhan dan waktu Tuhan, maka Tuhan akan menjawab itu walaupun kita tidak siap untuk menerimanya. Dan Saudara, Alkitab nggak berhenti sampai di sini tetapi Alkitab juga berkata bahkan kita bisa tenang karena apa? Karena pada waktu kita hidup bukan hanya Tuhan mendengar doa kita tetapi Tuhan sendiri mendoakan diri kita di hadapan Bapa.

Ini saya bahas di dalam Pendalaman Alkitab hari Rabu, ketika bicara tentang Kitab Zakharia. Di dalam pengelihatan yang pertama yang Tuhan berikan kepada Zakharia bagi orang Israel yang ada di dalam tekanan dari bangsa-bangsa yang ada di sekitar ketika mereka berusaha menaati Tuhan membangun Bait Allah, maka di situ Tuhan berkata kepada Zakharia, atau memperlihatkan satu pengelihatan kepada Zakharia kalau di tengah-tengah pohon Murat itu ada Malaikat Tuhan, pribadi kedua Allah Tritunggal yang berdiri di situ yang menyatakan bahwa di tengah-tengah penderitaan ada Tuhan di tengah-tengah kita, beserta dengan diri kita dan tidak meninggalkan kita. Tetapi Tuhan yang tidak meninggalkan kita itu adalah Tuhan yang juga punya kekuatan kuasa yang mengatur dan menjaga situasi yang ada dengan prajurit malaikat yang ada di belakang Dia. Dan Tuhan yang punya kekuatan itu yang menjaga itu adalah Tuhan yang juga bersyafaat kepada Bapa-Nya dan bertanya kepada Bapa-Nya, “Berapa lama lagi Engkau akan biarkan ini berlalu?” Dan meminta situasi itu boleh segera berlalu bagi orang Israel.

Saudara, pada waktu kita berdoa, ketekunan kita di doa kepada Tuhan itu seringkali ditentukan dari seberapa kita ada di dalam kegentingan situasi yang kita alami. Tapi pada waktu kita di dalam kondisi yang tidak genting, seringkali kita lupa untuk berdoa kepada Tuhan. Dan apa lagi pada waktu kita ada di dalam dosa, saya pikir kita akan makin jauh dari Tuhan dan mungkin kita lupa untuk berdoa kepada Tuhan karena kita merasa diri kita nggak layak. Tapi Alkitab bilang yakinlah kalau pada waktu itu terjadi, Tuhan bahkan mendoakan kamu untuk tetap setia di dalam Kristus atau di dalam iman. Itu janji Tuhan bagi diri kita ya.

Jadi pada waktu kita ada di dalam satu situasi yang di luar kendali kita, ada nggak yang perlu kita khawatirkan? Tuhan sanggup menolong, Tuhan sanggup membebaskan kita, Tuhan sanggup mengeluarkan kita dari situasi itu. Tentunya berdasarkan bijaksana Tuhan atau hikmat Tuhan yang benar, yang setia, yang baik, yang Mahakuasa itu. Dan bicara tentang bijaksana atau hikmat Tuhan itu berarti bicara tentang bagaimana cara Tuhan menggenapkan tujuan Dia yang baik dan benar itu melalui cara yang benar, cara yang tepat, cara yang paling baik. Bukan hanya bagi kemuliaan Nama Dia, tapi bagi kita anak-anak-Nya di dalam menjalani kehidupan kita.

Saya tahu saya khotbahnya agak banyak sekali, kebenaran yang saya sampaikan kepada Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan. Tapi saya harap Bapak, Ibu, Saudara bisa mengerti ini, karena ini juga menjadi satu pergumulan saya di dalam menjalani kehidupan, saya punya kekuatan, saya punya satu keyakinan, keberanian karena saya memahami kebenaran ini. Kalau Saudara nggak memahami prinsip-prinsip yang tadi saya utarakan, saya pikir kita akan hidup di dalam satu ketakutan dan belenggu dosa yang kita sendiri nggak pernah bisa keluar daripadanya. Itu sebabnya saya seringkali mengutip kalimat dari Paulus bahwa kebenaran itu memerdekakan kita. Cuma tentunya Saudara jangan jatuh ke dalam ekstrim tanpa mempertimbangkan atau memasukkan faktor tanggung jawab di situ ya. Kebenaran itu memerdekakan kita dari segala situasi yang kita alami dalam kehidupan kita atau belenggu dosa yang menahan kita, yang membuat kita akhirnya diperbudak padahal kita nggak harus diperbudak seperti itu. Jadi Tuhan punya kuasa untuk membebaskan kita dari situasi berdasarkan waktu Tuhan, kehendak Tuhan, dan tujuannya untuk apa tadi? Kita belajar percaya kepada Dia dan belajar berespon kepada Dia.

Yang berikutnya adalah Saudara, Tuhan paling benci dengan orang yang meninggikan diri dia di hadapan Tuhan. Saudara bisa lihat itu di ayat yang ke-20 sampai 23. Di sini dikatakan setelah herodes itu mengetahui kalau Petrus hilang dan dia menyuruh cari terus nggak bisa ketemu, dia membunuh pengawal-pengawal yang disuruh menjaga Petrus itu lalu dia mungkin untuk menenangkan diri dia pergi ke Kaisarea, lalu ayat 20 di situ dikatakan ada situasi yang terjadi pada waktu itu juga yaitu orang-orang Tirus dan Sidon itu ada berselisih dengan diri dia, masalahnya adalah nggak terlalu jelas tetapi itu berdampak pada bahan makanan yang mereka terima. Itu sebabnya orang-orang Tirus dan Sidon kemudian mengutus Blastus untuk bisa menjembatani relasi yang rusak itu agar mereka kembali bisa mendapatkan bahan makanan dari Herodes. Dan pada waktu itu juga ada satu pertemuan di mana Herodes akan tampil untuk berpidato di hadapan orang banyak, dan pada waktu dia berpidato di situ dikatakan orang-orang banyak kemudiam memuji dia atau bersorak dan mengatakan dia bukan manusia tetapi dia adalah Allah, yang kami dengar itu adalah suara Allah.

Nah apa yang membuat mereka bisa berteriak seperti ini? Saudara, kalau dari catatan Josephus, seorang sejarawan di abad pertama, pada waktu itu Herodes tampil dengan pakaian yang terbuat dari perak sehingga pada waktu dia berdiri di bawah cahaya matahari pada waktu itu,  maka seluruh tubuhnya itu seperti berkilauan, bersinar, dan dia berbicara. Pada waktu dia berbicara itu dan orang yang melihat yang berbicara itu memiliki tubuh yang begitu bersinar sekali, maka mereka berkata yang berbicara itu bukan manusia tetapi adalah Allah sendiri. Dan waktu Josephus mencatat peristiwa itu, dia juga mencatat satu hal, pada waktu itu Herodes tidak menegur orang-orang itu ketika memuji dia sebagai Allah. Akibatnya apa? Lukas memberikan jawaban pada kita, dia mati dimakan cacing. Josephus memberi catatan pada waktu itu beberapa menit kemudian perutnya mendadak sakit, dia masuk berapa hari kemudian dia meninggal dunia.

Jadi peristiwa ini adalah peristiwa yang terjadi seperti yang ada di dalam sejarah ya. Dari seorang yang meninggikan diri di hadapan Tuhan. Alkitab bilang Tuhan benci kepada orang yang sombong, Tuhan mengasihi orang yang rendah hati. Saudara, ada apa yang Saudara sombongkan di hadapan Tuhan? Seharusnya tidak ada. Tapi kadang-kadang mungkin kita berpikir dengan materi kita, kita punya suara, kita punya kemampuan, kita punya sesuatu hak untuk menyombongkan diri kita dan bahkan mencuri kemuliaan Tuhan. Termasuk juga pendeta, ketika dia berbicara dan berkhotbah, dan ketika mendapatkan pujian, mungkin bisa seperti itu. Tapi ingat satu hal, Tuhan nggak suka hal itu. Semua yang kita terima itu adalah pemberian dari Tuhan. Bukan hanya keselamatan, tetapi juga semua yang Saudara kenakan di dalam tubuhmu, pada tubuhmu, yang Saudara bisa nikmati, termasuk kesehatanmu, itu adalah pemberian Tuhan. Jadi nggak ada sesuatu yang bisa kita sombongkan diri di hadapan Tuhan, apalagi kalau kita berkata, saya bisa mewakili Tuhan dengan otoritas Tuhan seolah-olah saya adalah Tuhan sendiri dan mencuri kemuliaan Tuhan dengan cara seperti itu. Herodes menjadi satu peringatan bagi kita untuk tidak pernah boleh meninggikan diri dan mencuri kemuliaan Tuhan.

Hal terakhir, dengan adanya tekanan yang terjadi, bisa tidak orang-orang dunia menahan perkembangan Injil? Ayat 24-25 mengatakan tidak. Tidak ada seorangpun di dalam dunia ini yang bisa menghambat perkembangan Injil Tuhan. Justru ketika penganiayaan tiba maka Injil makin tersebar secara meluas. Dan ini prinsip bukan hanya di sini. Kalau Saudara masih ingat dalam Kisah Para Rasul pasal yang awal-awal, apa yang membuat Injil itu tersebar dari Yerusalem dan Yudea ke Samaria, dan bahkan sampai ke Kaisarea itu karena ada penganiayaan yang dialami oleh orang-orang Kristen Yahudi yang ada di kota Yerusalem. Lalu kemudian apa yang membuat berita Injil tersebar lagi di, yaitu peristiwa di Kisah Para Rasul pasal 12, Injil makin tersebar lagi, dan bahkan Paulus dan Barnabas membawa markus untuk turut mengerjakan pekerjaan pemberitaan Injil di situ.

Jadi sekali lagi, Tuhan kita adalah Tuhan yang punya otoritas, punya kuasa. Dan tidak ada sesuatu pun di dalam dunia ini atau kuasa apapun di dalam dunia ini yang bisa menyaingi kuasa Tuhan. Dan kalau Dia sudah menetapkan sesuatu, maka sesuatu itu pasti terjadi. Dan ketika Saudara berjalan bersama Tuhan di dalam mengerjakan pekerjaan Injil, sebagai saksi Kristus, Saudara ada di pihak Tuhan, atau Tuhan ada di pihak Saudara. Dan Tuhan yang ada di pihak Saudara ini, tidak ada satu kuasa pun yang bisa menandinginya membuat Saudara perlu takut tidak?

Robert Murray itu berkata seperti ini, ini kutipan yang saya ambil dari Pendalaman Alkitab Rabu juga ya, dia berkata, “Kalau andai saja saya bisa mendengar, saya tahu di ruangan sebelah itu ada Kristus yang berdoa bagi saya. Saya mendengar kata-kata-Nya itu sendiri  bicara kepada saya tentang diri saya. Saya akan berdiri dengan satu keberanian penuh untuk memberitakan Injil Tuhan.” Karena nggak ada yang perlu ditakuti karena Tuhan ada di pihak dia. Dan ini yang dinyatakan Kitab Suci ini ya. Saya berdoa kita bisa melihat itu semua. Saudara ketika melakukan penginjilan, menjadi saksi Kristus, Saudara sedang melakukan kehendak Tuhan dalam hidupmu, dan pasti Tuhan berkati, nggak mungkin Tuhan tidak berkati. Kalaupun kelihatannya Tuhan tidak berkati melalui situasi yang Saudara alami dan kesulitan yang Saudara alami, tetap percayalah kalau itu adalah seizin Tuhan, berarti tetap ada di dalam berkat Tuhan, bukan di luar dari berkat Tuhan. Kiranya Tuhan boleh berkati kita ya. Mari kita masuk dalam doa.

Bapa di sorga kami berdoa bersyukur, Bapa, untuk firman-Mu hari ini, untuk prinsip-prinsip yang Engkau boleh bukakan bagi kami pada hari ini. Kiranya Engkau boleh tolong kami ya Bapa ketika kami belajar mengamininya, itu bukan sesuatu yang ada di mulut kami tetapi yang juga ada di dalam sikap hidup kami. Kiranya Engkau boleh berkati anak-anak-Mu ini dan berkati gereja-Mu ya Bapa, pimpin mereka untuk boleh terus bertumbuh di dalam iman mereka, di dalam pengenalan mereka akan Kristus melalui Kitab Suci-Mu, dan itu boleh dinyatakan melalui kehidupan yang mereka nyatakan yaitu untuk memuliakan Tuhan yang makin lebih besar lagi. Kami berdoa bersyukur ya Bapa, hanya dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin. (KS)

 

Transkrip khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah

Comments