Tujuan Pembaptisan Roh Kudus, 3 Januari 2021

Kisah Para Rasul 2:1-13

Pdt. Dawis Waiman, M. Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita bahas ayat 1-4 kita sudah melihat kalau peristiwa Pentakosta itu adalah satu peristiwa yang ada di dalam rancangan ketetapan Tuhan di dalam sejarah keselamatan. Dan hal itu bisa kita lihat bukan hanya dari peristiwa Pentakosta, tetapi dari peristiwa hari raya yang dijalankan oleh orang Yahudi. Selama beribu-ribu tahun mereka menjalankan hari raya Paskah, selama beribu-ribu tahun mereka menjalankan hari raya untuk memberikan hasil pertama dari penuaian kepada imam, selama beribu-ribu tahun mereka menjalankan untuk melakukan hari raya pada hari yang ke-50 dari hari Sabat atau pada hari yang, minggu yang ke-7, pada hari Sabat, atau hari raya minggu yang ke-7. Semua ini berbicara berkenaan dengan apa? Mungkin di dalam pemikiran orang Yahudi, “Oh, itu adalah satu ucapan syukur, pertama adalah bangsa Israel bisa keluar dari Mesir, lalu kemudian tiba di tanah perjanjian Tuhan yang Tuhan janjikan kepada Abraham.” Jadi pada waktu mereka merayakan hari Yom Kippur atau hari Paskah, mereka berpikir bahwa itu adalah hari kemerdekaan mereka dari bangsa Mesir atau perbudakan di Mesir. Tapi di dalam perjanjian yang Tuhan berikan dan di dalam wahyu yang Tuhan nyatakan di dalam Kitab Suci, pelan-pelan mereka bukan hanya melihat hari Paskah itu sebagai hari kemerdekaan, tetapi mereka mulai dibawa untuk mengerti hari Paskah itu adalah hari di mana ada Anak Domba Allah yang harus disembelih dan mati bagi dosa mereka untuk membebaskan mereka bukan dari perbudakan fisik di Mesir tapi dari perbudakan dosa.

Lalu pada waktu mereka merayakan hari pertama dari penuaian mereka yaitu 3 hari setelah hari Paskah, atau pada hari Minggunya, maka mereka mulai berpikir ini bukan sekedar satu hari di mana mereka datang membawa hasil pertama dari penuaian mereka, tetapi mereka mulai mengerti kalau hari itu merujuk kepada kebangkitan Kristus sebagai yang sulung bangkit dari kematian. Dan kita sudah lihat ayat-ayatnya di dalam Perjanjian Baru jadi kita tidak akan lihat lagi, saya hanya akan berikan sedikit ringkasan dari apa yang kita sudah bahas di dalam minggu yang lalu.

Lalu pada waktu mereka kemudian masuk ke dalam minggu yang ke-7, mungkin bagi pikiran mereka ini adalah satu perayaan akan hasil panen, mereka akan membawa korban sajian kepada Tuhan, mereka akan membawa dua roti yang memiliki ragi untuk dipersembahkan kepada Tuhan pada waktu itu, dan itu adalah satu perayaan yang menyenangkan karena mereka akan sebentar lagi menuai hasil-hasil dari ladang mereka. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika hari itu terjadi setelah Kristus inkarnasi, setelah Kristus mati, setelah Kristus dibangkitkan pada hari yang ke-3 yaitu pada hari Minggu, maka kita mendapatkan ternyata minggu yang ke-7 itu bukan hanya berbicara berkenaan dengan hari raya penuaian yang mereka lakukan, tetapi itu adalah hari di mana Roh Kudus dicurahkan dan terjadi penuaian pertama dari orang-orang yang berdosa melalui khotbah yang dilakukan oleh Petrus, sehingga ada 3000 orang yang bertobat pada waktu itu.

Jadi pada waktu kita berbicara berkenaan dengan hari Pentakosta, maka hari Pentakosta itu adalah satu hari yang sudah ada di dalam rencana Tuhan untuk mencurahkan Roh Kudusnya atau memberikan Roh Kudusnya bagi gereja-Nya. Itu adalah salah satu hari yang akan terjadi persis 50 hari setelah Yesus bangkit daripada kematian. Dan ketika Yesus datang, ketika Dia mati, maka hari-hari yang menyertai – hari-hari raya yang mengibaratkan Kristus yang mati, Kristus yang bangkit, lalu Roh Kudus dicurahkan – itu adalah sesuatu yang pasti terjadi secara berunut walaupun manusia tidak mengharapkan itu terjadi. Itu sebabnya pada waktu kita berbicara berkenaan dengan kelahiran Kristus, kita bisa lihat orang-orang Yahudi, umat Tuhan, walaupun mereka menantikan Mesias tetapi tidak ada satupun dari mereka kecuali gembala yang menyambut kelahiran Mesias.

Pada waktu Yesus menyatakan dirinya adalah Mesias secara terus terang kepada orang-orang Yahudi, yang menolak mereka pertama kali adalah para imam besar dan imam serta orang-orang Farisi yang menghasut bangsa Israel untuk kemudian menolak Yesus Kristus yang menyatakan kalau diri Dia adalah Mesias, itu sebabnya Dia disalibkan. Nggak ada orang yang percaya kalau Yesus adalah Mesias kecuali 12 rasul dan beberapa murid atau 120 murid yang ada pada waktu itu yang mengikut Kristus. Dan itu pun ada di dalam keraguan, sungguhkah Dia adalah Mesias itu? Betulkan apa yang dikatakan Kitab Suci berkenaan dengan diri Dia? Bagaimana nasib kita ketika Dia mati? Mereka melarikan diri, berusaha menyelamatkan diri dari situasi yang ada, kejahatan atau kematian yang mungkin ada di depan mata mereka seperti halnya Kristus. Tetapi ketika Kristus bangkit dari kematian, mengajarkan kembali berkenaan dengan Kerajaan Allah kepada orang Israel selama 40 hari – masa Dia di bumi itu sebelum Dia naik ke surga – di situ murid-murid baru mulai melihat setiap pengajaran Kristus ternyata sudah ada di dalam Perjanjian Lama. Setiap yang berbicara berkenaan dengan Kristus yang harus menderita, mati, bangkit dari kematian, itu ada di dalam Perjanjian Lama.

Tapi satu hal yang belum digenapi yaitu Roh Kudus yang dicurahkan untuk mereka seperti yang Yesus ajarkan. Nah itu sebabnya mereka menanti di Yerusalem untuk Roh Kudus diberikan kepada mereka. Tapi mereka tidak pernah tahu bagaimana itu terjadi, kapan hal itu diberikan. Yang mereka lakukan adalah mereka menunggu, mereka berdoa, mereka bersekutu, mereka mempelajari Kitab Suci pada waktu itu dan mereka bertekun atau mereka juga mempersiapkan pemimpin di tengah-tengah mereka pada waktu itu, itu yang mereka kerjakan. Sampai kapan? Sampai hari Pentakosta tiba, mungkin juga pada waktu itu mereka tidak sadar bahwa itulah hari baptisan Roh Kudus. Tetapi pada waktu itu Tuhan kemudian memberikan Roh Kudus-Nya dan membaptis mereka. Jadi ini yang membuat kita berkata bahwa Pentakosta atau baptisan Roh Kudus itu bukan sesuatu yang mungkin diperkirakan oleh murid terjadi pada hari Pentakosta tersebut. Dan kemungkinan besar pada hari itu mereka juga tidak sedang, ada yang menafsirkan, tidak sedang berdoa meminta Roh Kudus diberikan pada hari Pentakosta tersebut. Walaupun saya pikir juga mungkin ada doa itu, tetapi paling tidak mereka tidak menyadari kalau hari itu baptisan Roh Kudus akan diterima oleh diri mereka.

Nah pada waktu itu terjadi, apa yang terjadi? Alkitab berkata ada 2 hal. Pertama, di dalam ruangan mereka ada terdengar hembusan angin yang begitu besar, begitu luar biasa sekali seperti angin badai atau angin keras atau topan yang terjadi. Tetapi di luar begitu tenang, ndak ada badai, ndak ada topan sama sekali. Dan semua angin yang berhembus itu, yang digambarkan sebagai hembusan nafas dari Tuhan, melingkupi mereka di dalam ruangan itu. Nah ini menggambarkan apa? Kalau kita bandingkan dengan 1 Korintus 12:13, saya percaya ini tafsiran benar, maka di situ dikatakan, ketika Roh Kudus diberikan atau baptisan Roh Kudus diberikan, yang terjadi adalah Tuhan membawa orang-orang yang percaya kepada diri Dia masuk ke dalam gereja atau menyatukan mereka di dalam tubuh Kristus. Itu yang terjadi.

Kita buka kembali ya, 1 Korintus 12:13, “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh.” Jadi pada waktu Roh Kudus diberikan, maka orang Yunani, Yahudi, Yunani, budak, dan orang merdeka dibaptis menjadi satu tubuh, gambarannya dari mana? Kisah pasal 2 berkata ketika Roh Kudus diberikan maka mereka semua yang ada di dalam ruangan itu dilingkupi oleh angin itu atau oleh nafas dari Tuhan Allah itu. Tapi kalau kita berhenti di sini, mungkin ada yang bertanya, “Oh itu berarti ketika Roh Kudus diberikan, Roh Kudus itu diberikan secara kolektif, mungkin, tidak pernah diberikan secara personal, tetapi kepada seluruh daripada kesatuan gereja.” Jawabannya: tidak. Tetapi, ada bagian yang kedua, yaitu ketika mereka kemudian melihat situasi yang ada, mereka kemudian melihat ada lidah-lidah seperti api yang kemudian hinggap kepada diri masing-masing orang atau 120 orang yang ada di dalam ruangan itu.

Artinya apa? Ketika baptisan Roh Kudus itu diberikan, baptisan itu bukan hanya berbicara mengenai disatukannya orang-orang Kristen di dalam tubuh Kristus, tetapi setiap orang Kristen – seperti yang Tuhan Yesus janjikan – akan diberikan Roh Kudus dan akan memiliki Roh Kudus di dalam diri mereka. Makanya di dalam Roma 8:9 Paulus berkata kalau orang tidak memiliki Roh Kristus atau Roh Kudus, dia ndak mungkin dikatakan sebagai orang yang sudah diselamatkan. Jadi setiap orang yang sudah diselamatkan, mereka pasti memiliki Roh Kudus di dalam diri mereka. Dan setiap orang yang sudah diselamatkan, ini yang mungkin sering kali orang Kristen lupakan, yaitu kita sudah dipersatukan dengan orang-orang Kristen yang lain di dalam tubuh Kristus.

Dan ini bisa kita tarik dalam satu pengertian, ketika kita menjadi Kristen, maka kekristenan kita adalah satu kekristenan yang harus memiliki persekutuan antara yang satu dengan yang lain. Kita tidak pernah boleh berpikir kalau kita bisa beribadah kepada Tuhan tanpa perlu ada orang Kristen yang lain. Kita tidak boleh berpikir kalau kita lebih baik bersekutu dengan orang-orang bukan Kristen daripada orang Kristen. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya, aplikasi dari prinsip ini yaitu salah satunya adalah di dalam kita beribadah setiap minggunya, bersama dengan orang Kristen secara fisik, bukan secara virtual. Walaupun kita tahu belakangan ada yang berkata, saya sempat pernah dengar sebaran orang bisa beribadah secara virtual, ada gereja virtual, seperti itu, yang dibuat. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya itu bukan prinsip Kitab Suci atau firman Tuhan. Karena ketika Tuhan bekerja, ketika Roh Kudus diberikan, maka yang terjadi adalah orang-orang Kristen yang percaya dipersatukan dalam satu tubuh Kristus, mereka akan bersekutu bersama, mereka akan beribadah bersama kepada Tuhan, bukan secara individu-individu, bukan secara keluarga demi keluarga di dalam rumah masing-masing, tetapi bersama dengan orang-orang Kristen lain, bersama dengan keluarga-keluarga Kristen yang lain secara kehadiran fisik di hadapan Tuhan, itu yang akan terjadi.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, selain dari peristiwa ini, banyak theolog yang kemudian mengajarkan juga pada waktu baptisan Roh Kudus diberikan maka yang terjadi adalah gereja pada waktu itu dibangunkan atau terbentuk di dalam dunia ini. Dan yang dimaksud dengan gereja itu bukan bangunannya tetapi setiap pribadi dari orang Kristen yang percaya kepada Yesus Kristus, kita disebut sebagai gereja Tuhan, Bait Tuhan, atau rumah Tuhan, yaitu tubuh kita ini. Itu yang terjadi. Jadi pada waktu Roh Kudus diberikan pada hari Pentakosta, saat itu gereja terbentuk dalam dunia ini, saat itu mereka kemudian diberikan Roh Kudus, dan itu menyatakan bahwa mereka sekarang adalah milik dari Tuhan, mereka adalah disatukan di dalam tubuh Kristus, untuk apa? Untuk beribadah kepada Tuhan, itu yang terjadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan.

Jadi pada hari ketika Pentakosta tiba, semua orang percaya itu dikaruniakan Roh Kudus. Dan kita bisa katakan juga semua orang yang percaya dilahirbarukan pada waktu itu. Tapi kalau kita bicara seperti ini, maka pertanyaannya adalah apakah itu berarti Petrus, Yakobus, Yohanes, Andreas, Matius, dan yang lain-lain, 12 rasul yang lain belum memiliki iman yang percaya kepada Kristus? Jawabannya mereka sudah. Tapi bagaimana bicara tentang Roma 8:9, kalau setiap orang yang percaya kepada Kristus telah memiliki Roh Kudus? Bagaimana kita membandingkan dengan 1 Korintus 12:13 yang berkata pada waktu kita percaya kepada Kristus kita sudah dibaptis oleh Roh Kudus menjadi satu tubuh di dalam Kristus? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita harus ingat kalau Kisah 1 dan 2 itu adalah transisi tadi. Kita sudah bahas itu berkali-kali kalau Kisah 1 dan Kisah pasal 2, atau apa yang dicatat dalam Kisah Rasul itu merupakan masa transisi dari Perjanjian Lama menuju kepada Perjanjian Baru. Itu yang membuat ada satu pengecualian pada waktu itu. Ketika murid-murid sudah percaya kepada Tuhan, mereka belum menerima Roh Kudus pada waktu mereka hidup, mereka harus menantikan 40 hari, 50 hari kemudian, 10 hari setelah Yesus naik ke surga, Yesus menjanjikan membaptis mereka dengan Roh Kudus, mereka harus menunggu waktu itu, dan ketika Roh Kudus diberikan baru mereka memiliki Roh Kudus dalam hidup mereka. Tetapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, yang namanya transisi itu hanya satu kali terjadi. Yang namanya transisi itu membuat setelah itu tidak perlu lagi ada pengulangan mengenai baptisan Roh Kudus yang terjadi dalam hidup orang yang percaya. Dan yang namanya transisi itu berarti baptisan Roh Kudus tidak pernah boleh menjadi satu patron yang dilakukan atau diajarkan di dalam gereja untuk diterapkan secara terus menerus setiap tahunnya, khususnya 50 hari setelah Kristus bangkit dari kematian.

Tapi kalau kita berkata seperti ini, mungkin dari Bapak, Ibu ada yang berkata bagaimana dengan Kisah 8? Bagaimana dengan Kisah 10? Bagaimana dengan Kisah yang ada di dalam pasal 19? Kita buka ya. Kisah pasal 8, Filipus di Samaria. Ini bicara dalam konteks Filipus salah satu dari diaken yang dipilih di dalam Kisah pasal 6, kemudian ternyata dia memiliki hati yang suka menginjili, dia pergi ke mana-mana, salah satunya adalah pergi ke Samaria, lalu ketika dia mengabarkan Injil di sana, banyak orang yang percaya kepada Kristus dan mengikut Kristus, lalu ketika berita itu sampai ke Yerusalem, rasul-rasul menjadi bergembira lalu mereka kemudian mengutus Petrus dan Yohanes untuk pergi ke situ dan menyaksikan pertobatan dari orang-orang Samaria. Lalu di dalam ayat 15 dikatakan “Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. Sebab Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka, karena mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus.”

Kalau kita baca Kisah 8, mungkin kita akan ngomong, “Tuh kan, bener, Petrus sendiri menjadikan baptisan Roh Kudus itu sebagai satu hal yang penting, yaitu, ketika dia pergi ke Samaria, dia mendengar bahwa mereka belum menerima Roh Kudus, dia menumpangkan tangan, dan orang-orang itu menerima Roh Kudus. Berarti perlu nggak kita menerapkan baptisan Roh Kudus setelah seseorang percaya kepada Kristus?” Kalau hanya berbicara pasal yang ke-8, kita akan berpikir, “Oh memang perlu. Ada satu pola yang harus kita terapkan di dalam kehidupan iman Kristen, dan ada satu pengulangan untuk orang boleh dibaptis setiap kali hari ke-50 tiba, ketika kita merayakan hari Paskah.”

Saya nggak akan jawab dulu, tapi Saudara saya ajak baca dari Kisah 10 terlebih dahulu ya. Kisah 10 yaitu Petrus berada di rumah Kornelius, tadi Samaria ya, sekarang Kornelius. Siapa Kornelius? Kalau Bapak, Ibu, baca di dalam ayat yang pertama, dia adalah perwira pasukan, yang disebut pasukan Italia. Jadi orang Yahudi bukan? Bukan, mungkin orang Yunani ya. Kalau Samaria siapa? Orang Yahudi campuran. Kornelius bukan Yahudi, tidak ada darah Yahudi sama sekali. Lalu pada waktu itu apa yang terjadi? Malaikat Tuhan datang kepada Kornelius, lalu memberikan suatu penglihatan dan meminta Kornelius untuk mencari Petrus dan mengajak Petrus datang ke rumahnya. Dan pada waktu yang sama, Petrus juga mendapat penglihatan yang terkenal itu, ada binatang yang diturunkan di atas kain dari langit sampai 3 kali, di mana Tuhan berkata kepada Petrus ayo sembelih dan makan binatang itu. Binatang itu binatang apa? Bukan binatang halal tapi binatang haram. Itu harus dimakan dan Petrus berkata aku tidak pernah satu kalipun, Tuhan, makan apa yang haram dalam hidupku. Tapi Tuhan berkata apa yang aku katakan halal ya halal, haram pun jadi halal kayak gitu, dan Petrus harus makan. Tapi Petrus tidak mengerti maksudnya apa sampai pada ketika dia sedang memikirkan dan merenungkan maknanya apa, ada terdengar ketukan pintu di depan rumahnya, dan orang mencari Petrus. Lalu ketika Petrus dengar ada suara di dalam hatinya berkata, “Ikuti mereka.” Lalu Petrus datang dan ternyata Petrus dibawa ke rumah Kornelius.

Dan pada waktu tiba, Petrus berkata kepada Kornelius, “Ada apa kamu cari aku? Kamu tahu kan orang Yahudi tidak layak untuk masuk ke dalam rumah orang non-Yahudi? Tapi karena Tuhan yang meminta maka aku datang.” Lalu Kornelius di situ bercerita bahwa dia pun mendapatkan panggilan dari Tuhan atau petunjuk dari Tuhan untuk memanggil Petrus untuk mendengarkan sesuatu yang dikatakan oleh Petrus atau kesaksian dari Petrus untuk mereka, lalu ayat 44 kita sama-sama membaca, “Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga.” Bagaimana mereka tahu? Mereka tahunya dari ayat 46, “Sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah.”

Jadi pada waktu Petrus sedang berbicara, Roh Kudus dicurahkan. Dan pada waktu Roh Kudus dicurahkan itu membuat orang-orang bersunat, siapa orang-orang bersunat? Yaitu orang-orang Kristen Yahudi yang berdarah Yahudi asli melihat lalu mereka terheran-heran. Apa yang mereka herankan? Ternyata apa yang mereka terima itu juga diterima oleh orang-orang bukan Yahudi. Dan ada perbedaan tidak? Jawabannya: tidak ada perbedaan. Yang diterima oleh orang Yahudi Kristen sama dengan yang diterima oleh orang bukan Yahudi Kristen. Dan yang diterima oleh orang Yahudi berdarah campuran Samaria sama dengan yang diterima oleh orang Yahudi asli seperti hari pada waktu mereka menerima baptisan Roh Kudus yang terjadi pada hari Pentakosta. Ada sedikit penambahan pemahaman ya, kalau kita stop di dalam pasal yang ke-8 maka orang-orang mungkin berpikir kalau Pentakosta, baptisan Roh Kudus itu adalah suatu patron yang perlu diulang. Tapi begitu Bapak, Ibu, masuk ke dalam pasal yang ke-10 di situ ada satu petunjuk tambahan yang diberikan Tuhan melalui Petrus yaitu apa yang mereka terima sama seperti yang kita terima. Artinya apa? Baptisan Roh Kudus bertujuan untuk membuat orang-orang Kristen Yahudi tidak berpikir kalau orang Kristen berdarah campuran Yahudi dan orang Kristen yang berdarah bukan Yahudi itu memiliki level yang lebih rendah daripada diri mereka, tetapi mereka adalah orang-orang yang harus diperlakukan dengan satu standar yang sama, perlakuannya sama dengan orang Kristen Yahudi.

Bapak, Ibu, bisa lihat di dalam Kisah Rasul ketika orang-orang janda Yahudi, Kristen Yahudi mengalami kesulitan di dalam makanan dan orang-orang janda Kristen non-Yahudi mengalami kesulitan, di situ dikatakan terjadi ketidakadilan di dalam pembagian makanan. Orang-orang Kristen Yahudi lebih memilih orang-orang janda Yahudi untuk dilayani, tetapi orang Kristen janda non-Yahudi diabaikan sehingga mereka mengalami kekurangan dan terjadi keributan di dalam gereja yang membuat kemudian Petrus berkata harus ada diaken dalam gereja, lalu mereka memilih 6 orang untuk ditunjuk menjadi diaken untuk melayani orang-orang janda tersebut supaya terjadi pembagian yang sama rata di dalam sembako.

Jadi kita tidak pernah bisa memilih pemikiran ada orang Kristen eksklusif, ada orang Kristen yang jauh lebih hebat yang memiliki kedudukan lebih tinggi daripada orang Kristen yang lain, yang lebih terhormat dari orang Kristen yang lain, atau memiliki darah biru dengan yang lain yang bukan memiliki darah biru, itu tidak ada pernah berlaku di dalam Kitab Suci. Kita semua sama. Dan ini dipertegas oleh Petrus baik di dalam Kisah Rasul pasal 11. Bapak, Ibu, boleh buka Kisah Rasul 11 maka di situ kita lihat Petrus ternyata ketika kembali ke Yerusalem, dia dicurigai mungkin dipertanyakan pelayanannya oleh orang-orang Yahudi Kristen. Ayat 3 di situ dikatakan, “Kata mereka: “Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka.”” Jadi sinis sekali kalimatnya yang ngomong.

Lalu kita nggak akan baca, Bapak, Ibu, bisa baca sendiri, kita lompat ke ayat 15, atau saya baca dari ayat 12 supaya ada konteksnya, “Lalu kata Roh kepadaku: Pergi bersama mereka dengan tidak bimbang! Dan keenam saudara ini menyertai aku. Kami masuk ke dalam rumah orang itu, dan ia menceriterakan kepada kami, bagaimana ia melihat seorang malaikat berdiri di dalam rumahnya dan berkata kepadanya: Suruhlah orang ke Yope untuk menjemput Simon yang disebut Petrus. Ia akan menyampaikan suatu berita kepada kamu, yang akan mendatangkan keselamatan bagimu dan bagi seluruh isi rumahmu. Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita. Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.”

Kesimpulannya apa? Ayat 17, “Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?”” Jadi di dalam penjelasan Petrus atau pertanggungjawaban Petrus yang berikan, dia berkata aku membaptis mereka karena apa? Karena Tuhan sudah baptis mereka dengan Roh Kudus terlebih dahulu. Masakan kalau Tuhan sudah menerima mereka aku tidak menerima mereka? Kalau Tuhan menyambut mereka masuk ke dalam tubuh Kristus, masakan aku tidak menyambut mereka ke dalam tubuh Kristus melalui simbol air yang dibaptiskan ke dalam diri mereka? Jadi istilah lainnya adalah baptisan yang diterima atau baptisan Roh Kudus yang diterima oleh Samaria ataupun oleh Kornelius dan keluarganya orang-orang bukan Yahudi itu mau menunjukkan kalau mereka adalah orang-orang yang diperlakukan sama oleh Allah seperti halnya Allah memperlakukan orang-orang Kristen Yahudi. Dan mereka memiliki kedudukan yang sama, nggak ada orang Kristen level kedua, level ketiga, dan seterusnya.

Dan Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan kalau kita baca kisah pasal 15 kita akan menemukan 1 poin lagi yang penting yaitu “Sidang di Yerusalem.” Jadi pada waktu Paulus dan Barnabas pergi melayani, maka banyak sekali orang-orang non-Yahudi yang bertobat dan menjadi Kristen, tetapi Paulus dan Barnabas mengajarkan mereka tidak perlu disunat. Nah ini menjadi satu masalah besar di dalam kelompok orang-orang Kristen Yahudi, mereka mengatakan orang-orang non-Yahudi kalau mau jadi Kristen tetap harus disunatkan, dan itu menjadi satu persidangan terjadi. Lalu di dalam persidangan itu Petrus kemudian bangkit berdiri dan berbicara, kita baca ayat 6, fokus kita nanti ayat 8 dan seterusnya, “Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu. Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: “Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman.” Petrus bilang apa? Apa fungsi dari Roh Kudus dibaptiskan, diberikan? Jawabannya adalah supaya kita tidak mengadakan pembedaan antara mereka dengan diri kita. Itu tujuannya.

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hal ini berarti ketika kita melihat pasal 8, 10, kalau Saudara bandingkan lagi ada peristiwa Paulus di Kisah pasal 19 ketika Paulus berada di Efesus dia kemudian melihat ada murid-murid yang sudah dibaptis dengan baptisan Yohanes tapi ternyata belum mengerti Roh Kudus, akhirnya Paulus menumpangkan tangan dan mereka pun turut menerima Roh Kudus di dalam pasal 19:6, “Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. Jumlah mereka adalah kira-kira dua belas orang.”

Semua itu bukan bertujuan untuk menjadi satu patron, tetapi ada satu pengertian dan pengertian ini berkaitan dengan peristiwa ketika Yesus mau naik ke surga, Dia memberikan satu perintah, “Pergi dan sebarkan Injil mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi.” Dan kalau Bapak, Ibu, perhatikan ada satu hal yang menarik, yang benar adalah dari ‘Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi,’ tetapi di dalam Alkitab dibalik dari ‘Yerusalem, Samaria, Yudea, ke ujung bumi.’ Susunannya dibalik seperti itu. Kenapa begitu? Kalau kita perhatikan maka kita mendapatkan Yerusalem, Yudea, itu orang Yahudi. Samaria, ujung bumi, bukan Yahudi. Dan kenapa dibalik? Itu mau menunjukkan Injil harus mulai dari Yahudi, ke non-Yahudi. Yahudi ke non-Yahudi.

Kita bisa lihat di dalam pelayanan Paulus kalau kita baca Kisah Rasul, setiap kali Paulus pergi ke satu daerah tertentu, yang pertama dia pasti cari sinagoge. Setelah dia memberitakan Injil di sinagoge kepada orang Yahudi, ditolak, baru dia cari orang-orang bukan Yahudi untuk mendengarkan Injil Tuhan. Itu tujuannya. Tetapi intinya adalah Injil harus diberitakan dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Dan kalau Injil itu diberitakan sampai ke ujung bumi, mungkin bagi orang-orang Yahudi tadi yang saya katakan, mereka akan kalau kamu yang pertama menerima Injil, maka kami adalah orang-orang Kristen eksklusif yang lebih hebat, lebih rohani, mungkin lebih baik, yang harus didengarkan dan ditaati daripada orang-orang Kristen yang lain yang bukan Yahudi atau berdarah campuran itu seperti halnya orang Israel dengan bangsa-bangsa lain merasa bahwa mereka adalah orang-orang Israel umat Allah yang lebih punya kedudukan yang terhormat dan bangsa lain harus tunduk di bawah mereka. Jadi untuk bisa menyamakan ini caranya bagaimana? Tuhan berikan Roh Kudus, baptisan Roh Kudus, dan efek dari baptisan itu yang sama seperti yang para rasul terima di hari Pentakosta, sehingga itu menjadi satu hal yang menutup mulut dari orang-orang Kristen Yahudi untuk beranggapan mereka lebih hebat, lebih tinggi kedudukan dan derajatnya daripada orang Kristen bukan Yahudi.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan kalau itu benar terjadi, mungkin sampai hari ini kita terapkan naik haji ke Yerusalem. Tapi karena Tuhan berkata tidak seperti itu, maka kita semua tidak selalu menganggap atau tidak menganggap Yerusalem menjadi satu kota tujuan yang harus kita pergi ke sana. Dan orang Kristen ketika beribadah kepada Tuhan tidak mengikuti tradisi dari orang-orang Yahudi Kristen yang ada di Yerusalem. Ada satu kebebasan di dalam kita beribadah kepada Tuhan di dalam kebudayaan kita masing-masing. Itu menjadi satu keunikan dari iman Kristen yang berbeda dari agama lain. Makin mereka mengikuti satu agama tertentu, makin mereka menjadi serupa dengan bangsa asal yang menganut agama itu. Tapi kekristenan tidak seperti itu.

Saya sebelum masuk ke bagian ini, ada 2 poin lagi yang ingin saya sampaikan. Bagian yang berikutnya adalah, sebelum saya bahas mengenai tujuan selain dari mempersatukan, apakah baik berbicara bahasa roh ada kaitan dengan Injil atau tidak, tapi saya ingin bahas satu hal di tengah-tengah itu. Pada waktu murid-murid Yesus menerima Roh Kudus dan berbicara bahasa roh, pertanyaan pertama adalah apakah baptisan Roh Kudus itu identik dengan berbicara bahasa roh atau tidak? Yang kedua adalah apa yang dimaksud dengan berbicara bahasa roh yang diterjemahkan oleh LAI?

Hal pertama kita bisa lihat di dalam pasal 2:4 ternyata Alkitab sendiri berkata kalau bahasa roh itu bukan sesuatu yang identik dengan baptisan Roh Kudus, tetapi berbicara bahasa roh itu berkaitan dengan kepenuhan dari Roh Kudus. Kita buka ayat yang ke-4, saya baca dari ayat 2, “Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.” Pertanyaan saya, itu baptisan Roh Kudus atau bukan? Iya. Jadi orang-orang 120 itu dibaptis ketika roh seperti nyala api, lidah api itu hinggap pada diri mereka masing-masing, mereka menerima baptisan Roh Kudus. Terjadi sesuatu tidak? Nggak terjadi kan?

Maka ada yang berkata seperti ini, ini bukan ada yang berkata oh ini adalah satu pengertian yang lebih subjektif, lebih bisa varian seperti itu, tidak, tapi yang saya maksudkan adalah ini adalah kebenaran, yang saya percaya ini adalah benar, mereka atau penafsir berkata seperti ini, “Baptisan Roh Kudus itu adalah suatu baptisan yang terjadi pada diri orang percaya tanpa mereka sendiri mengerti kalau ada sesuatu yang terjadi bagi diri mereka, apakah mereka sudah dibaptis atau belum.” Kenapa begitu? Karena baptisan Roh Kudus itu berbicara mengenai posisi, status, seperti di dalam 1 Korintus 12:13 ketika seorang menerima baptisan Roh Kudus, maka mulai hari itu dia disatukan oleh tubuh Kristus. Berarti pada waktu Roh Kudus membaptis diri seseorang, maka pada waktu itu status dia sebagai anak iblis itu dipindahkan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dan pada waktu status itu dipindahkan, posisi itu dipindahkan ke dalam Kerajaan Allah, orang percaya nggak perlu pikir atau tidak perlu merasakan, atau tidak perlu ada satu petunjuk supranatural atau satu manifestasi supranatural yang menjadi indikator kalau dia sudah dipindahkan ke dalam Kerajaan Allah. Karena nggak ada satu peristiwa yang terjadi. Dan kalau Bapak, Ibu, masih ingat, tanda lidah api itu adalah, salah satu penafsirannya adalah selain itu adalah Allah, simbol dari Allah, tetapi menjadi tanda bahwa masing-masing orang percaya di dalam ruangan itu menerima Roh Kudus atas diri mereka. Jadi nggak ada sesuatu yang terjadi.

Lalu kalau tidak ada sesuatu yang terjadi, dan mungkin ini banyak orang Kristen ragu saya sudah punya Roh Kudus atau belum dalam hidup saya. Karena apa? Karena pengajaran belakangan ini mengidentikkan kalau ada Roh Kudus pasti ada suatu hal yang supranatural atau sesuatu yang lain terjadi dalam hidup dia yang bersifat supranatural seperti itu, tapi saya nggak mengalami itu. Lalu apakah saya sudah punya Roh Kudus atau belum? Alkitab bilang sudah ya. Pasti sudah kalau kita percaya kepada Kristus. Lalu bagaimana dengan bicara bahasa roh? Ayat yang ke-4, “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.” Jadi bicara bahasa roh itu berkaitan dengan baptisan atau kepenuhan? Jawabannya kepenuhan, bukan baptisan.

Ingat, ya setiap orang Kristen pasti punya Roh Kudus. Tapi persoalannya adalah setiap orang Kristen belum tentu dipenuhi oleh Roh Kudus. Makanya di dalam minggu kemarin saya bilang, Alkitab tidak pernah mengajarkan untuk kita menuntut dibaptis oleh Roh Kudus berulang-ulang. Tetapi Alkitab selalu mengajarkan kita harus dipenuhi oleh Roh Kudus secara berulang-ulang. Kenapa begitu? Karena ketika seorang dipenuhi oleh Roh Kudus, sifatnya tidak permanen. Sifatnya adalah sesaat itu dia dipenuhi habis itu tidak dipenuhi, dipenuhi, tidak dipenuhi. Tugas kita adalah untuk membuat diri kita selalu dipenuhi oleh Roh Kudus.

Dan saya sudah bilang dipenuhi oleh Roh Kudus bukan berbicara harus berkaitan dengan bahasa roh. Tetapi ada hal-hal lain yang menjadi ciri seorang dipenuhi Roh Kudus yaitu penundukan diri kepada perintah Tuhan. Itu yang menjadi ciri utama. Kalau tidak, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya mau tanya ya, apa beda orang Kristen yang dipenuhi Roh Kudus dengan orang bukan Kristen? Bedanya apa ya? Ada yang bisa kasih tahu? Saya Kristen, dia bukan Kristen. Beda saya dengan dia apa? Saya ke gereja, dia ke Masjid, Vihara, Klenteng, seperti itu. Bedanya apa? Bapak, Ibu masih ingat Filipi 2:10-11 pada waktu Kristus datang, semua lutut akan bertelut di hadapan Dia dan mengakui Dia Tuhan. Kapan itu terjadi? Ketika Kristus datang kedua kali. Dan itu ditujukan kepada siapa? Itu ditujukan kepada orang-orang bukan Kristen. Jadi maksud saya adalah perbedaan antara orang Kristen dengan bukan Kristen adalah bukan di akhir, tetapi sekarang. Sekarang pasti ada perbedaan. Perbedaan dimana? Orang bukan Kristen nggak akan bertekuk lutut di hadapan Kristus, orang Kristen harus bertekuk lutut di hadapan Kristus kalau dia percaya kepada Kristus melalui ketaatan kepada perintah Dia. Jadi jangan tunggu nanti, jangan tunggu-tunggu sampai akhirnya mau mati baru bertekuk lutut di hadapan Kristus. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu rugi besar sekali karena Tuhan memberikan Roh Kudus-Nya untuk kita bisa menundukkan diri di bawah Kristus mulai dari hidup kita percaya kepada Kristus. Nah itu menjadikan kita berbeda dari orang dunia dan yang membuat kita memiliki suatu kehidupan yang memuliakan Tuhan dan menghormati Dia. Itu bedanya.

Makanya kalau kita ditanya, “Kamu Kristen bukan?” “Iya.” “Dari mana?” “Percaya Kristus.” Tapi hidupnya berantakan. Kita ngomong berdasarkan prinsip Alkitab dia belum Kristen. Kalau kita tanya, “Kamu punya Roh Kudus nggak?” “Sudah.” “Buktinya apa?” “Saya bisa berbicara bahasa lidah.” Tapi rumah tangganya berantakan, punya Roh Kudus tidak? “Kamu sudah jadi Kristen?” “Iya.” “Punya Roh Kudus?” “Ada.” “Apa tandanya?” “Saya bisa berbicara bahasa lain.” Tapi tidak ada kasih kepada istri, tidak ada ketaatan dari istri kepada suami, tidak ada kasih dari orang tua kepada anak, tidak ada hormat dari anak kepada orang tua, tidak ada ordo di dalam masyarakat atau di dalam gereja atau ada ketidaktertiban, kekacauan di dalam kehidupan orang itu. Bisa ngomong dia punya Roh Kudus? Jawabannya tidak. Atau jawabannya iya tetapi dia tidak hidup dipenuhi oleh Roh Kudus. Dia masih lebih memilih kedagingan dia, ke-aku-an dia, keinginan dia daripada keinginan Tuhan. Makanya mungkin banyak orang Kristen bertanya-tanya dalam hati, “Saya sudah diselamatkan belum? Saya sudah memiliki Roh Kudus atau belum?” Padahal, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, setiap orang percaya pasti sudah memiliki Roh Kudus dan hanya orang yang sudah memiliki Roh Kudus yang baru bisa hidup dipenuhi oleh Roh Kudus. Tanpa itu kita nggak mungkin bisa dipenuhi oleh Roh Kudus.

Saya pernah beri ilustrasi ya kalau nggak salah konteksnya sama atau nggak ya, oh saya waktu itu bicara tentang keselamatan, tapi hari ini saya mau bicara tentang Roh Kudus. Masih ingat saya bicara orang yang pergi fitness kenapa ototnya bisa terbentuk besar-besar? Karena dia sebelumnya tidak punya otot atau karena dia sudah punya otot yang tinggal dilatih jadi besar? Kita tahu sama-sama kalau orang yang punya otot baru bisa dilatih, tapi kalau orang nggak punya otot nggak mungki bisa melatih otot itu. Jadi orang bisa dipenuhi oleh Roh Kudus kalau dia sudah punya Roh Kudus. Dia nggak punya Roh Kudus, nggak mungkin bisa dipenuhi oleh Roh Kudus. Itu ya kuncinya ya.

Nah sekarang saya lanjutkan. Pada waktu seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus atau pada waktu murid-murid ini dipenuhi oleh Roh Kudus, Roh Kudus mengaruniakan mereka berbicara dalam bahasa lain. Tapi, ingat Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada kata berikutnya, yaitu “… yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.” Artinya apa? Artinya posisi ketetapan untuk bicara apa dan dipenuhi seperti apa tidak pernah ditentukan oleh pribadi orang Kristen yang dipenuhi itu, tetapi oleh Roh Kudusnya. Kalau Roh Kudus mau berikan karunia berbicara bahasa atau bahasa roh di sini dalam terjemahan LAI, dia akan berbicara bahasa roh. Tetapi kalau Roh Kudus tidak mau berikan karunia itu, dia nggak mungkin bisa bicara bahasa roh. Jadi berdasarkan siapa? Berdasarkan apa yang dipandang Roh Kudus baik maka itu yang akan diberikan kepada gereja-Nya atau kepada orang Kristen. Tapi di dalam kasus ini Roh Kudus berikan mereka berbicara bahasa di sini dikatakan bahasa lain.

Dalam Bahasa Yunaninya itu adalah glossa. Glossa berbicara berkenaan bahasa yang diucapkan ada artinya, bukan sesuatu ucapan atau suara yang tidak ada meaning atau artinya sama sekali atau suatu frasa yang diulang-ulang seperti itu, tidak. Dan di dalam ayat yang ke-6 di sini Lukas menggunakan dua istilah Yunani untuk berbicara bahasa itu ya. Di dalam ayat 4 dikatakan bahasa lain, di dalam ayat 6 digunakan istilah ‘dialek.’ Baca ayat 6, “Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.” Bahasa yang di ayat 6 itu bukan ’glossa’ tetapi ‘dialek.’ Artinya apa? Artinya ketika rasul itu berbicara, yang mereka katakan sepenuhnya adalah bahasa manusia yang ada di dalam dunia ini. Dialek apa yang digunakan? Bahasa mana yang digunakan? Ada yang Saudara bisa baca di dalam ayat berikutnya, Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, ada 15 atau 16 bahasa yang mereka katakan di situ.

Jadi saya percaya ini juga menunjukkan ada satu pemahaman yang berbeda dengan orang-orang Kristen umumnya yang berpikir kalau berbicara bahasa roh itu adalah mengeluarkan kata-kata yang nggak jelas, nggak ada artinya atau aneh-aneh seperti itu dan nggak ada kaitan dengan bahasa manusia yang ada di dalam dunia ini. Ada kaitannya, dan pasti bahasa manusia di dalam dunia ini. Perkataan Paulus di dalam 1 Korintus 12, “Engkau bukan berbicara kepada manusia, tetapi engkau berbicara kepada malaikat ketika engkau berbicara bahasa roh.” Itu bukan suatu pembenaran tetapi sesuatu sindiran bagi orang Korintus untuk mengatakan, “Kamu bicara sesuatu yang nggak dimengerti manusia. Apa gunanya?” Itu bukan sesuatu bahasa yang membangun, itu bukan sesuatu karunia dari Roh Kudus kalau engkau lakukan hal itu, karena prinsip karunia Roh Kudus selalu membangun jemaat. Itu prinsipnya. Dan membangun selalu berkaitan dengan pengertian firman, bukan kehilangan pengertian. Itu prinsipnya.

Nah jadi pada waktu mereka berbicara, mereka bicara apa? Mereka berbicara bahasa manusia. Dan yang membuat orang-orang banyak datang itu apa? Yang membuat orang banyak datang bukan karena mereka berbicara yang aneh-aneh itu, bahasa-bahasa lain yang dimengerti oleh orang-orang dunia, tetapi yang membuat mereka datang adalah karena mereka mendengar suara seperti hembusan angin yang begitu keras, yang ada di dalam ruangan itu yang membuat orang-orang banyak datang untuk berkumpul di tengah-tengah mereka. Baru dari situ mereka kemudian mendengar rasul-rasul itu berbicara dalam bahasa-bahasa yang lain ditengah-tengah mereka.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita sudah lihat kalau ternyata hari Pentakosta bukan sesuatu yang bisa diulang. Tidak pernah boleh dijadikan suatu patron tertentu karena apa? Tujuannya adalah untuk membuat ada kesetaraan pengakuan dari orang-orang bukan Yahudi dengan orang Kristen Yahudi. Lalu yang kedua adalah pada waktu berbicara berkenaan dengan bahasa roh, bahasa di situ bukan berbicara bahasa dengan malaikat atau bahasa yang ada di sorga, selalu merupakan bahasa yang ada di dalam dunia ini. Pertanyaan yang ketiga, kalau itu berkenaan dengan bahasa lain dalam dunia ini, apakah itu berarti bahasa roh adalah sesuatu yang berkaitan dengan penginjilan atau tidak? Nah ini ada suatu perdebatan di antara orang Kristen sendiri. Ada yang berkata, “Oh bahasa roh itu adalah hal yang berkaitan dengan penginjilan, kalau suatu hari nanti Tuhan pakai seseorang pergi dan dia bisa berbicara, dia nggak bisa tahu bahasa suku itu nanti kalau Tuhan pakai dia bisa berbicara bahasa suku itu dengan satu karunia dari Roh Kudus sehingga suku itu bisa percaya dan bertobat.” Pernah dengar cerita itu? Tetapi berapa persen sih yang seperti itu? Apakah itu bisa menjadi suatu kebenaran yang kita juga terapkan?

Realitanya adalah Bapak, Ibu, tahu LAI kan? LAI itu adalah Lembaga Alkitab Indonesia yang tujuannya menterjemahkan Alkitab menjadi Bahasa Indonesia supaya kita bisa pakai. Indonesia namanya LAI, tapi di bangsa lain ada nama-nama lain yang tujuannya adalah untuk apa? Menterjemahkan Alkitab menjadi bahasa yang dimengerti oleh bangsa-bangsa lain atau suku-suku lain. Kalau andai kata karunia bahasa roh itu masih ada sampai hari ini dan sesuatu yang kita bisa terus kejar dan harus miliki dalam hidup kita untuk pelayanan penginjilan, pertanyaannya kenapa Alkitab harus diterjemahkan ke dalam bahasa suku? Kedua, kenapa misionaris harus belajar bahasa daerah atau bahasa suku tertentu, bangsa tertentu? Nah ini membuat ada dari kelompok cessationist yang berkata, “Bahasa roh tidak ada lagi. Bahasa roh berhenti di hari Pentakosta.” Kenapa? Tujuannya adalah untuk mau menyatakan orang Kristen non-Yahudi dan orang Kristen Yahudi, orang budak Kristen dan orang Kristen yang merdeka, kedudukannya sama. Jadi rujukan pasal 8, 10, 19, semuanya terjadi itu adalah untuk membuat mereka merujuk kepada hari di mana mereka dibaptis Roh Kudus atau melalui bicara bahasa roh itu kepenuhan Roh Kudus melalui bicara bahasa roh itu. Tetapi bukan bertujuan untuk menyatakan mereka bisa menggunakan itu untuk pelayanan ya. Hanya untuk membuat mereka setara, untuk menyatakan, menghubungkan dengan hari Pentakosta peristiwa mereka dibaptis sama seperti yang kami atau kita telah terima di hari Pentakosta. Tujuannya hanya untuk itu.

Lalu setelah itu yang penting apa? Yang penting adalah Injil harus diberitakan. Kita akan masuk itu ke dalam khotbah Petrus. Jadi jangan punya pemikiran yang penting saya bisa berbicara bahasa roh itu menunjukkan saya punya Roh Kudus lalu melalui bicara saya bahasa roh, maka orang bisa mengenal Kristus. Tidak. Karena pada waktu seseorang berbicara bahasa roh kalau Saudara perhatikan, yang mereka katakan apa? Injil bukan? Bukan. Mereka bicara hal-hal yang memuliakan nama Allah. Baca itu dalam Kisah 2, baca itu di dalam Kisah 10. Mereka membicarakan sesuatu yang memuliakan nama Allah seperti yang ada di dalam Mazmur. Setelah itu baru Petrus berdiri dan berkhotbah menyatakan siapa Kristus dan itu yang membawa pertobatan bagi orang-orang yang berkumpul pada waktu itu di Yerusalem. Jadi ingat bahasa roh tidak pernah boleh menggantikan Injil, firman Tuhan, kejelasan firman berkenaan dengan karya Kristus bagi manusia berdosa, itu tetap harus diberitakan.

Dan ini yang membuat kita juga sampai hari ini tidak lagi terlalu mengandalkan dan mengharuskan ada karunia berbicara bahasa roh, karena apa? Karena memang tujuannya bukan untuk suatu kebangunan rohani kita karena kebangunan rohani adalah hal yang berkaitan dengan terang firman yang dinyatakan, penundukan diri dibawah firman itu yang dinyatakan dengan dipenuhinya kita akan Roh Kudus dalam hidup kita. Saudara kalau berpikir bisa jadi orang Kristen yang baik tanpa belajar firman, tanpa mengenal Tuhan, tanpa menundukkan diri kepada perintah Tuhan, tanpa menjadikan rencana Tuhan genap dalam hidupmu, itu bukan Kristen, itu bukan ajaran Alkitab. Kiranya Tuhan boleh berkati kita dengan firman yang kita boleh renungkan pada pagi hari ini. Mari kita berdoa.

Kami kembali bersyukur, Bapa untuk firman-Mu, untuk apa yang telah Engkau singkapkan bagi kami, untuk kebenaran yang boleh Engkau berikan sehingga kami boleh memahami prinsip-prinsip yang telah Engkau ajarkan semua dalam hidup kami. Tolong kami Ya Bapa untuk makin boleh dekat dengan Engkau, makin boleh diberikan suatu kehidupan yang sepadan dengan firman dan pengertian yang Engkau telah nyatakan bagi diri kami. Hancurkan kekerasan hati kami, hancurkan rasa keliaran yang ada di dalam hati kami yang selalu ingin lari dan selalu ingin menganggap firman Tuhan adalah hal yang sekunder, tersier, dan bahkan urutan yang kesekian dalam hidup kami, ada hal yang lebih penting daripada firman dan ketaatan kepada Tuhan. Biarlah hidup kami boleh senantiasa dipenuhi oleh Roh Kudus dan itu boleh membawa suatu kehidupan yang mempermuliakan hormat bagi Tuhan kami di dalam Kristus. Dalam nama Tuhan Yesus kami bersyukur dan berdoa. Amin.

 

Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)

Comments