Senantiasa Bersyukur pada Tuhan, 12 Juni 2016

Ibr 13:13-14

Saya sangat bersyukur kepada Tuhan selama sebulan ini hampir tidak ada satu hari saya ada waktu untuk mengaso dengan cukup tetapi kekuatan jasmani tetap diberikan oleh Tuhan. Saudara-saudara berada di dalam satu gereja yang selalu berdoa untuk menunjang hamba Tuhan di gereja ini, untuk melayani secara keluar ini merupakan berkat yang besar dari Tuhan. Di dalam kebaktian-kebaktian yang lampau, yang terakhir kita bicarakan orang Kristen ikut menanggung penghinaan yang ditanggung oleh Kristus. Ini merupakan satu hak yang istimewa, Allah memperbolehkan manusia berbagian di dalam sengsara ilahi. Ini apa artinya? Ini berarti Tuhan begitu percaya kepada kita sehingga kita boleh mengetahui kesulitan, kita boleh mengetahui penghinaan, kita boleh menanggung penderitaan dari Tuhan. Saudara-saudara sekalian, kenapakah Tuhan harus menderita? Buat kita. Kalau Tuhan harus menderita kenapa kita boleh menderita bersama-sama dengan Dia? Karena kita dipercaya. Saudara-saudara, seorang bapak yang mempunyai tanggung jawab yang berat, anak-anaknya tidak tahu, cuma tahunya pakai uang. Ikut kerja, tidak; ikut capek, tidak; ikut pakai uang, iya. Ini anak-anak yang nakal, anak-anak yang tidak mengerti kesusahan orangtua. Tetapi pada waktu orangtua melihat anak ini sudah mulai dewasa, mulai menngerti, dipanggil beritahu kepada dia kesulitan-kesulitan keluarga ini adalah demikian, tanggung jawab yang berat dari papa adalah demikian, “sekarang engkau sudah dewasa, maukah engkau mengerti kesusahan-kesusahan keluarga ini, maukah engkau menanggung penderitaan-penderitaan dari pada ayahmu ini?” Anak ini mengatakan, “Iya, saya mau,” baru dia mulai sadar di dalam keluarga dia bukan hanya pintar pakai uang saja, dia mustinya sama menderita, sama menanggung, sama mempunyai pikulan di dalam segala penderitaan yang ditanggung oleh orangtuanya. Saudara-saudara sekalian, ini hanya satu contoh yang kecil. Di dalam sekeluarga, orang yang tidak tahu susah hanya tahu senang itu yang akan menghancurkan keluarga. Papa-mama kerja setengah mati, anak hanya tahu pakai uang, generasi ketiga menjadi pengemis. Generasi pertama cari duit, generasi kedua hamburkan duit, generasi ketiga minta-minta duit di pinggir jalan. Karena apa? Tahu senang tidak tahu susah.

Mengerti kesusahan, mengerti penghinaan, mengerti penderitaan, itu satu kemahiran dari pada satu karakter. Pada seseorang yang tahu semua kesenangan, kehormatan, tidak tahu susah, orang ini belum ada pangkalan hidup yang kuat, belum ada pondasi karakter yang sehat. Saudara-saudara sekalian, biar kita didik anak, kita beritahu kepada anak, menjadikan mereka orang yang mahir, menjadikan mereka orang yang diperlengkapi dengan keseluruhan pembentukan watak yang stabil. Jikalau kita tidak mengajar secara demikian, hanya tahunya cinta dia, kasih dia enak saja, itu sebabnya secara tidak terus terang, tidak sungguh-sungguh, engkau tidak sadar sudah menjadikan dia dirusakkan. Saudara-saudara sekalian, demikian kita belajar dari Alkitab, Allah memberikan hak kepada anak-anakNya untuk ikut menanggung penghinaan yang diterima oleh Allah sendiri. Nah Saudara-saudara, saya kira kita tidak perlu menjurus lagi ke dalam mengapa Allah harus dihina, mengapa Yesus harus menderita, tapi itu semua sudah menjadi pengertian kita bersama. Karena Dia menderita, baru kita bahagia; karena Dia diikat, baru kita bebas; karena Dia ditahan, baru kita dilepas; karena Dia mati, baru kita diberikan hidup yang baru. Ini semua merupakan sesuatu substansi yang mengandung sesuatu hal mengganti. Saudara-saudara, sesuatu penggantian, Kristus yang benar mengganti kita yang berdosa, Kristus yang tidak bersalah mengganti untuk kita yang bersalah, Kristus yang suci mengganti kita yang najis. Ini sesuatu pengertian yang penting di dalam konsep penebusan yang tidak ada pada agama Islam, tidak ada pada agama Budha, tidak ada pada agama Kongfucu, tidak ada pada agama Hindu, dan yang lain-lain. Konsep mengganti orang berdosa, menderita, ini hanyalah konsep yang terdapat dari wahyu Tuhan Allah: Yesus Kristus Juruselamat satu-satunya, Dia menderita bagi kita. Tetapi orang Kristen yang sudah ditebus, orang Kristen yang sudah diberikan hidup yang baru diberitakan disini kita boleh menanggung penghinaan.

Nah ini merupakan suatu hak istimewa yang luar biasa yang diberikan kepada kita karena Tuhan menghargai kita, Tuhan melihat kita mempunyai kemungkinan berpotensi yang diberikan oleh Dia berkembang untuk menjadi orang-orang yang dipercaya. Saudara-saudara, orang Kristen boleh menderita bagi Tuhan, menderita bagian dalam penghinaan Tuhan. Menderita bukan berarti penderitaan kita juga bisa menebus orang lain, tidak. Penderitaan kita tidak ada jasa untuk menebus diri kita sendiri, penderitaan kita tidak ada jasa untuk menebus orang lain. Tapi penderitaan yang diizinkan Tuhan, yang diberikan bagian kepada kita, menjadikan kita lebih mengerti berapa besar korban Kristus, berapa besar sengsara yang diterima, berapa besar tanggung jawab yang pernah Dia pikul, berapa besar Dia mengasihi kita. The more we suffer because of Jesus Christ the more we understand the deep love of God. Makin kita mengerti berapa dalam adanya cinta kasih Tuhan kepada kita.

Saudara-saudara, dan disitu dikatakan memang di dunia ini kita tidak ada tempat tinggal yang kekal. Masih ingat saya berkata kepada Saudara jangan lupa Abraham dipanggil keluar dari Mesopotamia umur 75. Abraham dipanggil dari dunia, mati dan dia ke Sorga itu umur 175, berarti hidup sebagai orang yang mengikut Tuhan itu seluruhnya yang berjalan mengikuti panggilan Tuhan, itu menempuh 100 tahun. 75 sampai 175, 100 tahun. Abraham keluar dari rumah yang besarnya menurut arkeologi sekarang paling sedikit 65 kamar, dia keluar dari rumah yang mewah, yang gede, yang begitu hormat dan istri dia mungkin salah seorang wanita yang tercantik, bukan di zamannya tapi di dalam seluruh sejarah karena umur 90 masih laku. Coba bayangkan kalau kamu umur 90 siapa mau? Umur 90 masih ada raja yang naksir, bukan kepala kampung, bukan seorang camat, tapi raja kafir naksir dia, coba lihat cantiknya, 90 nda ada keriputnya sama sekali. Bayangkan, dia adalah perempuan yang paling cantik bukan saja pada zaman itu mungkin di seluruh sejarah nyonya Abraham yang cantik sampai umur 90 masih ditaksir oleh orang lain. Saudara-saudara, Tuhan berkata, “Keluar.” Jadi sudah nda bisa enak-enak di kamar mandi yang ada bathfoam, yang ada jacuzzi, ada shower, ada kamarnya besar, tidak.

Nah banyak suami-suami kalau dipanggil Tuhan menjadi hamba Tuhan yang menjadi hambatan paling besar nyonya. “Loe mau jadi pendeta? Gua makan apa? Gua sudah biasa di kamar AC, saya tidak mau masuk Institute, saya tidak mau masuk STT, saya tidak bisa.” Suami-suami kalau dipanggil Tuhan yang jadi setan nyonya’e. Tuhan suruh dia ikut jalan ke sorga, itu setan suruh dia ikut jalan ke dunia. Itu banyak nyonya-nyonya yang menghambat suaminya melayani Tuhan. Sebelum suaminya menjadi Kristen dia ketakutan kalau suami nda jadi Kristen, jadi seperti dia cinta sekali, ingin sekali suaminya menngenal Tuhan, padahal bukan. Dia bilang kalau suami percaya Tuhan supaya nda cari pelacur, kalau suami percaya Tuhan lebih aman dia, kalau suami cari Tuhan tidak cari gundik, dia lebih aman. Jadi cintanya wanita kepada suami itu betul-betul apa tidak? Sekarang you musti koreksi sendiri. Kalau engkau betul cinta suami, mau dia menjadi Kristen, kenapa setelah dia jadi Kristen dipanggil menjadi hamba Tuhan you menolak? Berarti you cinta diri, bukan cinta suami. Banyak istri aduh kasih obat sama suami supaya sehat karena apa? Ketakutan suami mati dia nda ada makanan. Jadi itu cinta apa? Cinta itu banyak question marks-nya.

Saudara-saudara, tetapi Abraham mempunyai seorang nyonya yang luar biasa. Begitu Tuhan panggil dia keluar, dia ikut. Setelah ikut sampai mati tidak pernah kembali tinggal di rumah lagi satu hari. Orang yang bbegitu kaya di rumah yang begitu besar sekarang keluar lalu tinggal di tenda. Di tenda nda ada kakus, di tenda terlalu sederhana, saban hari digigit nyamuk, di tenda bahaya binatang-binatang bisa datang makan dia, di tenda bahaya orang tembak atau orang pakai tombak langsung bisa tembus. Di tempat seperti begini Abraham tinggal 100 tahun nda pernah bangun rumah lagi, itu namanya ikut panggilan Tuhan. Saudara-saudara, kita mengikuti panggilan Tuhan, pada saat Tuhan memberikan kecukupan kita bersukacita, pada saat Tuhan memberikan satu ujian kita tahan tidak? Saudara-saudara, nyonya Abraham tidak pernah ngomel, dia cuma ngomel satu kali pada waktu keadaan itu Hagar dan anaknya dia minta keluarkan dia. Kita melihat Alkitab banyak pelajaran kita bisa terima, Abraham dan istrinya Sara pergi dari Mesopotamia dan Abraham 100 tahun tidak pernah kembali ke rumah, tidak pernah bangun lagi rumah, tidak masuk kamar lagi, dia terus hidup di tenda, hidup berkeliaran mengembara di sini-sana satu abad dan istrinya meninggal lebih duluan dari dia. Abraham meninggal umur 175 sedangkan Sara meninggal umur 127, ini adalah umur wanita yang pernah dicatat di dalam Alkitab satu-satunya, diseluruh Alkitab tidak ada wanita umurnya berapa yang dikasih tahu, keep secret, umur wanita nda pernah dikasih tahu, cuma satu, Sara umur 127 dia meninggal dunia. Waktu dia meninggal dunia suaminya menjadi duda umur 137, berarti dia menjadi duda, tidak ada istri, dia harus hidup lagi 38 tahun. Nah Saudara-saudara sekalian, tetapi Abraham pada waktu itu mengatakan, “OK, saya pulang Mesopotamia, akhirnya ikut Tuhan sampai begini-begitu susah, nyonya mati, saya mau kembali”? Tidak, sekali ikut Tuhan sampai mati dia tidak pernah menyesal, dia terus memandang kepada Tuhan.

Kenapa dia tinggal di tenda? Karena dia tahu: “Rumah saya bukan di bumi, bukan dunia ini,” itu sebabnya kalimat ini: “karena disini kita tidak ada tempat tinggal yang tetap.” Saudara harus ingat bagaimanapun di dunia hanya sementara, bagaimanapun di dunia hanya menjadi tamu, bagaimanapun ini bukan tempat kita, tempat kita di Sorga di tempat yang kekal yang abadi disana, disini hanya menjadi tamu. Itu janganlah engkau mengikat seluruh hatimu kepada dunia yang fana ini, jangan engkau terus menaruh segala sesuatu untuk pegang teguh dunia ini, pada suatu hari akan lepas. Saudara-saudara, anak bayi kalau lahir tangannya bagaimana saya tidak terlalu perhatikan tapi saya memperhatikan orang kalau mati tangannya gini [membuka telapak tangan], coba perhatikan adakah yang mati gini tangannya [mengepalkan tangan]? Sedikit. Berarti apa? Nda bisa dibawa. Uang nda bisa dibawa, rumah nda bisa dibawa, emas nda bisa dibawa, berlian nda bisa dibawa, semua musti lepas karena kita tidak mempunyai tempat tinggal yang kekal di bumi ini, kita harus ingat rumah kita disana [menunjuk ke arah atas], kita harus ingat disini hanya menjadi tamu saja. Kita mengharapkan kota yang akan datang, kita mengharapkan kota yang akan datang.

Setelah selesai ayat ke-13 dan 14 dengan kalimat-kalimat seperti ini, 15 langsung dikatakan bahwa “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah,” berarti kita yang sudah tahu bagaimana menanggung penghinaan, kita tahu bagaimana melibatkan diri di dalam penderitaan, bagaimana kita mempunyai kesempatan menderita beserta Kristus, sesudah itu kita mempunyai pengertian “Ya di dunia ini sementara.” Saudara-saudara, kalau di dalam kesusahan apakah caranya kita menang? Orang yang menang dalam kesusahan, adalah kita mempunyai pengertian kesusahan itu apa, dari mana, sebab apa, tujuannya ke mana? Ini 4 hal penting sekali. Kesusahan itu apa, kesusahan dari mana, kesusahan bersifat dan tujuan apa, kesusahan membawa kita menuju ke mana. Saudara-saudara, orang yang mempunyai perkenalan terhadap kesusahan sangat mempunyai kemungkinan melepaskan diri dari ikatan-ikatan kesusahan. Orang yang tidak mempunyai perkenalan tentang apa kesusahan, dia selalu tenggelam, binasa di dalam kesusahan. Mengapa ada orang susahnya 10 kali lebih berat dari kita tetap dia tidak mati? Kenapa ada orang hanya susah sedikit bunuh diri? Karena ada kesusahan, tapi tidak mengerti kesusahan itu apa.

Sekali lagi, kesusahan itu apa sih? Kesusahan dari mana? Kesusahan itu artinya apa? Dan kesusahan mempunyai makna tujuan, membawa kita ke mana? Inilah di dalam Kekristenan mempunyai pengertian jauh lebih daripada semua agama. Saya kira salah satu agama yang paling penting membicarakan tentang kesusahan itu adalah agama Budha. Agama Budha dimulai daripada tercengang, kaget, surprise, hidup dunia penuh dengan kesusahan. Maka Sakhyamoni yang masih muda, begitu keluar daripada istana, dia berjalan-jalan. Ini anak putera mahkota ini, melihat ada ibu yang melahirkan jerat-jerit luar biasa susahnya. Dia jalan lagi, melihat di rumah yang lain ada orang tua yang tidak digubris oleh orang lain dan dia terus mengeluh di tempat tidur belum mati. Lalu dia lihat lagi ada orang kematian orang, sekeluarga menangis karena yang mati tidak bisa balik lagi. Lalu dia melihat lagi ada orang sakit yang begitu bertahun-tahun di atas tempat tidur. Akhirnya dia melihat 4 hal ini sebagai sumber yang bikin manusia tidak ada bahagia. Karena dilahirkan, karena bisa tua, karena sakit, karena mati. Keempat hal ini: lahir, tua, sakit, mati. Ini dialami oleh sebagian besar manusia, kecuali ada orang yang matinya masih muda. Lalu dia mengatakan, “Ini semua adalah penderitaan-penderitaan yang sungguh-sungguh harus dialami, dan ini merupakan sesuatu lautan penderitaan yang selalu menelan hidup manusia, maka manusia tidak ada artinya hidup di dalam dunia. Mari kita mencari makna keluar daripada penderitaan itu.” Itu sebab agama Buddha adalah agama yang paling banyak membicarakan penderitaan. Jalan keluar dari penderitaan itu apa? Mengapa ada penderitaan? Jawaban mereka justru sangat sempit. Dengar, penderitaan datang daripada nafsu. Engkau makin mempunyai nafsu, engkau makin mempunyai kemungkinan tidak mencapai nafsu. Tidak mencapai apa yang engkau nafsukan, itu suatu perasaan frustasi terjadi dalam jiwamu. Itulah sumber daripada penderitaan. Maka lepaskan dari penderitaan, akhirnya cuma satu jalan, yaitu membasmikan nafsu. Ini Budhisme.

Budhisme mengajar penderitaan datang daripada nafsu. Penderitaan diselesaikan karena engkau bisa membasmi nafsu. Itu sebab kalau engkau terus bisa menekan diri sendiri, bisa membuang nafsu sendiri, bisa membasmi nafsu sendiri, akhirnya sampai nafsu semua dikalahkan, itulah namanya nirwana. Yang disebut nirwana adalah tempat di mana tidak ada keinginan lagi. Di  sana tidak ada nafsu lagi, karena nafsu semua sudah dimusnahkan, semua sudah tidak ada lagi. Maka engkau tidak minta apa, tidak kepingin apa, tidak ingin apa, tidak rindu apa, dan tidak mungkin iri apa lagi. Saudara-saudara, kalau orang mempunyai mobil engkau tidak punya engkau ingin, ingin, tapi gajimu trus nda cukup makan, mana bisa buat beli mobil. Akhirnya, tibalah kesusahan. Susah. Kenapa? Sebab nda ada mobil. Kenapa kucing nda ada mobil nda susah? Karena kucing tidak pernah ada nafsu minta beli mobil. Engkau susah. Kenapa susah? Karena sudah 50 tahun hidup di dunia tidak ada rumah. Kenapa ingin rumah? Karena sebelahmu ada rumah, orang lain ada rumah. Keinginan itu sumber kesusahan. Ini Budhisme. Kalau engkau mempunyai keinginan, keinginan, keinginan, keinginan, tidak abis, berarti engkau mempunyai kesusahan, kesusahan, kesusahan, tidak abis. Itulah sebab manusia berada dalam penderitaan karena manusia mempunyai keinginan yang tidak abis-abis. Budhisme mencari, sumber kesusahan dari mana. Sumber kesusahan, sumber penderitaan, justru daripada nafsu, daripada hawa nafsu, dari keinginan-keinginan yang ambisi. Saudara-saudara, maka cara bahagia, gampang. Buang keinginan. Siapa bisa buang keinginan? Kalau manusia tidak mempunyai keinginan, manusia jadi binatang dong. Kalau manusia tidak mempunyai ingin maju, ingin kaya, ingin lebih jadi raja, ingin lebih jadi pinter, manusia apa bedanya dengan makhluk-makhluk yang rendah? Jadi sebenarnya, itulah sebabnya negara Budha atau masyarakat Budhisme selalu tidak maju ilmunya, karena mereka tidak mempunyai keinginan, sehingga mereka selalu mempunyai kepuasan yang campur baur dengan ketidakmajuan, yang tidak disadari. Mengapakah masyarakat Kristen, negara Kristen, maju ilmu teknologi terus menerus? Karena mempunyai keinginan yang dibolehkan. Tapi di Budhisme, itu merupakan sesuatu hal yang sangat pantang, sehingga keinginan mengakibatkan manusia rusak.

Lalu di dalam ajaran Kristen, kesulitan itu dari mana? Penderitaan dari mana? Apakah keinginan itu menjadi satu-satunya sebab atau sumber dari penderitaan? Tidak. Paulus membedakan keinginan nafsu yang jelek dan yang baik. Kalau engkau ingin bekerja dengan baik, engkau menuntut keadilan, engkau menuntut temperance, engkau menuntut akan segala sesuatu yang bajik, itu tidak apa. Tetapi, nafsu-nafsu dan keinginan-keinginan buruk yang salah, yang rusak, yang jahat, harus dipakukan di atas kayu salib. Nah, saudara-saudara, saya tidak takut kalau saudara baca buku lebih banyak, asal buku yang betul-betul sehat dan mempunyai pikiran-pikiran yang betul-betul, bukan menyeleweng, sehingga makin engkau menemukan, engkau akan menemukan jawaban yang terakhir, tertinggi, tersempurna dari segala soal yang paling sulit ada dalam Kitab Suci. Karena Tuhan mencipta manusia, Dia mau kita hidup di dalam kebijaksanaan. Amin? Saudara-saudara, Kitab Suci berkata kepada kita penderitaan itu datang ada sebabnya bukan satu nafsu saja. Ada empat sebab.

Penderitaan datang karena dunia ini sudah dikutuk. Setelah Adam berdosa, dunia dikutuk, maka timbullah itu semak dan duri daripada apa yang dihasilkan oleh bumi, yang tadinya tidak ada. Karena dunia ini dikutuk, maka dunia ini menghasilkan banyak hal yang bikin manusia susah. Penderitaan datang daripada kutukan Allah terhadap bumi ini, ini pertama, sehingga keadaan yang tidak stabil, keadaan yang tidak harmonis terjadi, sehingga ada gempa bumi, ada letusan gunung, ada segala tsunami, dan sebagainya. Semua itu adalah karena bumi ini sudah tidak lagi teratur seperti sebelumnya. Bumi ini sudah tidak lagi harmonis seperti sebelum manusia berdosa. Dosa mengakibatkan kemarahan Tuhan, mengakibatkan kerusakan bumi, mengakibatkan ke-tidakharmonis-nya alam, mengakibatkan manusia menderita. Ini pertama, bumi dikutuk.

Kedua, penderitaan datang daripada dosa yang harus menerima hukuman, sehingga bukan nafsu yang tidak dicapai itu menderita. Itu memang benar, tapi itu terlalu sempit. Dosa-dosa yang lain mengakibatkan hukuman. Ada Allah yang adil, ada Allah yang menghukum, juga ada hukum alam, hukum sosial. Jika engkau bersalah kepada orang lain, menipu sini, menipu sana, akhirnya semua tidak lagi percaya kepada engkau, engkau berdagang pasti tidak lancar karena engkau selalu menipu. Itu hukuman sosial. Penderitaan datang karena apa? Karena dosamu. Siapa bilang penderitaan hanya datang daripada karena nafsu saja? Saudara-saudara, penipuan, penyelewengan, dan pencurian, semua bikin orang tidak percaya kepada engkau. Kalau seluruh masyarakat tidak percaya kepada engkau, engkau bagaimana bisa hidup dengan baik? Engkau akan menderita. Saudara-saudara, dengan demikian, orang yang selalu menjaga nama sendiri, menjaga kesucian, menjaga kejujuran, menjaga watak yang setia dan bertanggung jawab, meskipun dia di rumah dibakar habis, dia hangus seluruh, karena kepercayaan dan kejujuran dia, semua bantu dia akan bangkit lagi. Maka Alkitab mengatakan, orang benar meskipun jatuh tujuh kali, pasti dia bangkit kembali. Ingat kalimat ini, ya. Saudara-saudara, apa yang engkau ngomong, jalankan. Apa janji, tepatkan. Apa yang sudah engkau harus bertanggung jawab, bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh. Supaya orang mengatakan, “Orang ini tidak sembarangan.”

Saudara-saudara, dengan kepercayaan-kepercayaan ditumpuk, tumpuk, tumpuk, tumpuk, semua orang tahu yang engkau katakan itu betul-betul, yang engkau janjikan pasti dijalankan. Semua orang percaya sama kamu, maka kepercayaan itu adalah hartamu yang tidak kelihatan. Hartamu yang kelihatan bisa dirampas, bisa dicuri, bisa dibakar, bisa disita. Hartamu yang tidak kelihatan tak mungkin disita, yaitu kepercayaan manusia kepadamu, kepercayaan daripada masyarakat kepadamu, dan kesungguhan, kesejatian, keikhlasan jiwamu yang dengan mukamu sudah menjadi sesuatu trade mark. Orang lihat orang ini langsung tau, bukan main dia. Orang mengkagumi, orang percaya kepada engkau, itulah modalmu. Itu modal hidupmu. Itu menjamin hari depanmu. Saudara-saudara, Tuhan membikin setiap orang muka’e lain. Puji Tuhan. Kalau semua orang mukae sama, pencuri datang kamu kira suami, cilaka. Betul tidak? Tuhan bikin semua orang mukanya lain, Puji Tuhan. Itu sebab muka kita itu adalah materai daripada karaktermu. Begitu lihat orang ini, “Iya, dia adalah si anu. Saya tahu, saya kenal, saya pernah lihat dia. Orang ini gini, gini, gini, gini.” Langsung lihat muka, latar belakang sejarah, semua menjadi sesuatu kesaksian, menjadi sesuatu catatan, record untuk mendukung mukamu. Angsono kemungkinan paling besar dibunuh oleh anak menantu sendiri. Nah, anak menantu sekarang sudah ditangkap ternyata dia harus merobah muka. Seorang diberi muka oleh Tuhan lalu robah-robah menjadi orang lain, gendeng itu. Saudara-saudara, setelah dirobah tetap ditangkap karena apa? Nda bisa robah suaranya. Heran ya, tali suara itu kalo dikeluarkan hampir sama. Tapi beitu bersuara,semua orang lain. Stephen Tong, sama-sama Tong, suara lain sedikit sama Joseph Tong, lain sama Caleb Tong, lain sama Peter Tong.

Saudara-saudara, setiap orang lain. Setiap individu, kita adalah individu-individu yang dicipta menurut peta teladan Allah, sehingga nda ada 2 orang yang sama, sama sekali. Toyota Corolla sama Corolla bisa sama, Civic sama Civic bisa sama, Suzuki Carry sama Carry bisa sama, tetapi Saudara-saudara, muka orang sama orang, kembar pun tidak sama. Karena apa? Setiap individu harus bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan oleh dia, dilakukan oleh dia sendiri. Dan Tuhan akan memberikan kesaksian. Dengan demikian, Saudara-saudara, kita mengetahui kalau kita sekarang berada di dalam kesulitan, karena mungkin dosa kita mengakibatkan sesuatu keadilan yang berlaku, sehingga kita menderita. Ini kedua.

Ketiga, dosa mengakibatkan penderitaan, bukan saja demikian, dosa orang lain pun bisa mengakibatkan penderitaan kita. Kalau penderitaan datang karena dunia dikutuk, berarti kita semua adil. Semua yang tidak berdosa pun bisa menderita, nda usah ngomel. Kalau dosa karena engkau sendiri berbuat dosa, sehingga penderitaan dateng karena engkau seharusnya mendapatkan penderitaan itu sebagai imbalan. Ketiga, kalau engkau tidak berdosa, orang lain yang bersalah. Orang lain menipu engkau, orang lain merugikan engkau, engkau menderita karena orang lain. Di dalam hal ini tunggu, ada waktu mainnya, Tuhan memperlakukan keadilan untuk menyelesaikan semua hal yang tidak beres di dalam dunia ini.

Saudara-saudara, dan wilayah yang ketiga yang besar, yaitu daripada ujian Tuhan Allah. Dari alam semesta dikutuk, dari dosa diri dan dosa orang lain engkau menderita, wilayah yang ketiga yaitu Tuhan menguji engkau. Engkau bilang “saya tidak bersalah” tapi Tuhan mengatakan “Saya akan menguji engkau dengan penderitaan supaya engkau bertumbuh terus.” Nah ini seperti Abraham diuji, seperti Ayub diuji, penderitaan-penderitaan yang datang justru dari Tuhan, ini adalah sumber ketiga.

Keempat, penderitaan datang dari Setan yang berusaha menghancurkan iman dan merusak kehendak Tuhan di dalam diri anak-anak Tuhan Allah. Nah orang Kristen melalui Kitab Suci kita melihat dengan jelas penderitaan dari mana, penderitaan macam apa. Nah salah satu penderitaan yang paling berharga adalah penderitaan yang dipercayakan Tuhan untuk berbagian di dalam penghinaan Kristus sehingga kita boleh menanggung bersama. Inilah satu penghargaan yang paling besar, ini satu kepercayaan yang paling tinggi. God trust me and God give me the privilege to participate in the suffering of Jesus Christ. Saya boleh berbagian di dalam sengsara Kristus, saya dipercayakan menanggung penghinaan Kristus. Nah kalau demikian bagaimana? Engkau harus belajar bersyukur kepada Tuhan.

Mulut kita adalah mulut yang sangat jelek karena kita sering mengatakan kalimat yang tidak seharusnya. Saya anjurkan Saudara beli satu tape recorder yang besar lalu betul-betul dipasang dari pagi sampai malam rekam apa yang kau katakan dari  mulutmu. Sesudah rekam selesai, besok  satu hari nda ngomong, cuma dengar, dengar kemarin kau ngomong apa. Baru tahu ngomong-ngomong dari mulutmu banyak hal yang nda perlu. Yang harusnya kau ngomong, nggak ngomong; yang kau ngomong selalu harusnya nggak ngomong. Ngomel-ngomel tidak puas, maki-maki, mengeluh-mengeluh, banyak kalimat-kalimat yang tidak ada gunanya. Saudara-saudara, engkau tidak rekam tidak apa-apa, Tuhan sudah rekam. Tuhan sudah rekam semua, besok di surga engkau kalau boleh masuk, saya harap engkau masuk ya. Kalau engkau boleh masuk mungkin Tuhan mengatakan, sudah masuk surga? Oke, duduk di sini. Duduk di sini terus ya. Dengan cara waktu hitungnya dunia duduk 25 tahun. Untuk apa? Denger semua omongan yang kau katakan, kau di dunia pernah ngomong apa sekarang denger, kamu dihukum disitu denger terus. Baru tahu nanti sudah kumpulkan statistiknya keluar. Maki-maki orang tiga juta lima ratus dua puluh lima kali, ngomel-ngomel sama Tuhan berapa ratus ribu kali, lalu engkau mengatakan kalimat yang kotor berapa ratus kali, engkau marah-marah yang tidak perlu berapa ratus ribu kali. Sesudah itu, engkau sudah selesai dengar Tuhan tanya, “sebenarnya kaya gini patut masuk surga nggak?” Engkau pasti bilang “nggak.” Mau keluar? Nggak mau juga. Lalu bagaimana? Ya Tuhan kan sudah ampuni saya. Memang sudah ampuni, sekarang kau tahu berapa besar anugerahKu. Kayak kamu seperti ini, mulutmu kaya begini masih bisa masuk surga. Oh Tuhan saya mau denger juga, pujianku kepada-Mu berapa banyak. Di puter lagi, semua kalimat pujian-pujian, pujiannya sedikit, syukur kepada Tuhan sedikit, cuma kalau waktu Stephen Tong mengatakan: “Puji Tuhan,” Puji Tuhan ikut-ikut, itu aja?

Saudara-saudara, ayat ini mengatakan apa? Mari kita memberikan korban syukur, mari kita inisiatif beri syukur kepada Tuhan. Terimakasih,terimakasih, terimakasih. Engkau bilang saya juga pernah terimakasih. Kapan? Kalau dapet lotre. Saya berterimakasih kalau dikasih hadiah besar, kalau tidak, tidak. Saudara-saudara, waktu sakit ngomel nda? Jawab! Eh, jawab! Yang bisu nda usah! Waktu sakit ngomel ndak? Ngomel. Waktu sehat puji ndak? Nggak kan? Sehat kan musti. Jadi mustinya sehat? Waktu sehat nggak puji Tuhan? Waktu sakit ngomel. Saya tanya lagi. Waktu sakit sadar nda? Sadar. Waktu sakitnya hilang, sembuh sadar nggak? Enggak. Kapan ya saya ngga batuk lagi ya? Mungkin 2 minggu yang lalu, lupa.Hari engkau dapat kesembuhan engkau lupa, hari engkau kena sakit, langsung sadar. Duh, kok gitu ya. Mulutnya mulai keluar, kenapa kalau sembuh tidak sadar tanggalnya, tidak sadar harinya, tidak tau jamnya, tapi kalau sakit sadar. Karena kita tidak terbiasa memuji Tuhan pada waktu lancar cuma tahu mengomel kepada Tuhan pada waktu nda lancar,itu kebiasaan kerohanian kita yang jelek sekali.

Mari kita bersyukur kepada Tuhan. Di sini diajak, di sini ditantang, di sini dianjurkan, “Mari,mari kita bersyukur kepada Tuhan.” Saya sangat heran, ayat ini muncul setelah membicarakan tentang penderitaan, kita menderita, bersama-sama berbagian di penghinaan Kristus, kita di kota dunia tidak ada kota yang kekal, kita mengharapkan, maka mari kita memuji Tuhan. Kok bisa ya? Justru memuji Tuhan di dalam penderitaan itu baru berarti, memuji Tuhan di dalam penderitaan baru namanya rohani. Memuji Tuhan dalam kesulitan-kesulitan itu baru kemahiran daripada hidup kita yang baru. Saudara-saudara, jikalau orang hanya bisa memuji Tuhan waktu dapat lotre, dapat sehat, waktu dia itu, semua keindahan diterima itu dia memuji Tuhan tetapi dalam kesulitan tidak pernah bisa memuji Tuhan orang itu masih dangkal rohaninya.

Saudara-saudara, saya ngomong sampai di sini mengingat dua orang yang selalu puji Tuhan. Satu di Bali satu di Surabaya. Waktu saya masih muda, pertama kali khotbah di Bali umur 25. Tujuh hari bikin kebangunan rohani, saban hari doa supaya kebaktian itu boleh diberkati oleh Tuhan, dan mereka bilang Bali bagus cuma buat jalan-jalan, tidak. Mau ke Bedugul? Tidak! Mau ke itu, Kuta? Tidak! Mau pergi lihat Tanah Lot? Tidak! Pokoknya saya mau khotbah. Khotbah selesai tujuh hari selesai hari ke delapan, “sekarang sudah selesai khotbah ayo kita pergi jalan-jalan!” “Tidak, saya mau pulang.” Orang ini, kenapa ya? Semua yang ke Bali itu, tahunya jalan-jalan sambil khotbah, ini khotbah sambil  jalan-jalan pun tidak mau, saya pulang. Maka orang di Bali pertama kali saya pergi mereka hormat sekali. Ini seorang anak muda umur 25 yang lain sama pendeta yang lain semua. Tidak mau jalan-jalan, dia datang khusus untuk khotbah. Dan di situ saya melihat seorang tua, kira-kira umur 60-an, kalau tahun 65 dia umur 60-an sekarang musti umur 100 lebih kan? Dia sudah mati lama kok, tapi saya terus ingat dia, dia kalau denger khotbah gini. Sampai khotbahnya yang penting, mulai kepalanya miring. Lucu ya? Saudara kalau berdiri di sini, lihat orang-orang lucu lho. Ya itu kamu lucu kan, di bawah. Jadi saya perhatikan orang tua ini kalau dia denger khotbah gini [ekspresi serius]seperti mau menemukan apa, gitu. Baru khotbahnya mulai memuncak penting, mulai [kepala] miring, sudah miring, matanya gede melihat saya. Sampai kalimat yang paling penting dia mulai, tangannya naik begini [mengepal], orang pikir, kira mau pukul orang ya. Tapi dia diem-diem gini,“Yaakk!” Gitu. Bisa bunyi “Iyyaakk!” Coba, you bayangkan aja lucu, apalagi kalau you berdiri di atas. Nah saya satu kali khotbah satu jam lebih, dia bisa empat lima kali begini: Yaakk! Yaakkk! Begitu ya. Kalau dia setuju di bukan bilang amin, bukan bilang apa, “Yaakk!”begitu. Orang sebelah kaget liat dia, dia tak peduli. Dia denger lagi. Kepala kembali lagi. Ini dipegang lagi, “Yaakk!” begitu. Nah Saudara-saudara, saya tadinya sedikit keganggu. Masak saya bilang “jangan begini,” tapi orang tua biarin, kalau anak muda saya tegur dia. Jadi itu keuntungan orang tua ya. Saudara-saudara, dia berapa kali begini, tapi pada tahun 80-an saya pergi Bali khotbah lagi nda ada orang itu. Saya rasa kebaktiannya sepi, nda ada yang “Yaakk-yaakk!” begini. Lha itu kesan yang dalam sekali, karena apa? Dia sangat bersyukur kepada Tuhan, kalau denger kalimat-kalimat yang penting yang indah, yang meneguhkan iman.. Wah dia “Yaakk!” Dia seneng sekali.

Orang kedua di Surabaya. Orang itu juga kira-kira umur 60, 58, enam puluh, dan dia sudah nda ada rambut sebatang pun sampai mengkilapnya 1000 watt. Kalau dateng sama nyonya-nya, nyonya sudah umur 50-an masih  merah ijo apa gitu. Nah Saudara-saudara, dua orang duduk di satu tempat, mereka selalu ikut kebaktian, kalau saya khotbah-khotbah, dia bukan lihat begini, tapi dia diem-diem begini. Dan sudah denger, kalau satu kalimat penting, reaksinya apa? “Haleluya!” Dia bunyi suara keras, sampai banyak orang kaget. “Haleluya! Puji Tuhan! Haleluya!” di tengah-tengah khotbah. Jadi saya waktu kecil sudah pernah denger Dr. Andrew Gih mengatakan, dulu di Tiongkok ada satu encik tua, selalu di tengah-tengah khotbah, “Haleluya-Haleluya”kalau dia denger satu kalimat, Yesus Juruselamat, “Haleluya!,” dia berteriak begini. Akhirnya majelis panggil dia:“Lu haleluya-haleluya, tahu nda ada orang duduk di sebelah sakit jantung?Denger khotbah diem-diem saja, haleluya-haleluya, teriak-teriak,jangan, diem, jangan teriak ya.”“Nda bisa pak, saya kalau denger sampai hatinya seneng, otomatis haleluya teriak begitu.”“Tapi nda bisa, gereja ini tidak bolehin engkau begini.” Lalu dianjurkan berapa kali pun nda bisa. Akhirnya majelis pakai satu cara, “you kalau nda bilang haleluya, diem-diem terus sampe Natal bisa pecahkan rekor, bisa dapet selimut merah yang besar.” Nah waktu itu Tiongkok dingin sekali, kalau waktu itu musim dingin itu ada selimut merah dariwol, wah itu mahal sekali kan.  Dia bilang, “Apa? Kalau saya nda bilang haleluya saya dapet selimut?” “Betul!” “ Selimut merah?” “ Oke saya nda haleluya.” Trus dia, hmmphh… Setiap kali mau haleluya, ditahan-tahan, tahan terus. Sampai satu hari, dia denger khotbah yang penting sekali, dia puji Tuhan, hatinya seneng. Trus dia nda bisa tahan,hari itu dia tidak lagi tahan, tidak bisa tahan, dan dia lupa harus tahan, lupa apapun. Dia bilang,“Haleluya!” Trus dipelototi oleh majelis, trus dia tambah satu kalimat, “Saya nda mau selimut! Saya nda mau selimut, saya mau Puji Tuhan!” Saudara-saudara sekalian, marilah kita bersyukur kepada Tuhan. Nah, orang dua ini waktu tahun 90-an, orang di Surabaya itu sudah mati juga. Jadi ini dalam riwayat hidup saya, ada dua orang bikin saya kangen. Besok ke sorga, saya mau cari dua encik-encik ini. Yang satu yang gini, trus gini, yaakk. Yang satu itu, yang satunya haleluya. Saudara-saudara, waktu dia ada masih hidup, selalu teriak Haleluya-Haleluya, terlalu rame, tapi dengan sebenarnya ya, jujur aja, setelah dia tidak ada, saya rasa kesepian. Seperti kebaktian ini, khotbah terus sampai akhir sepi gitu, saya tidak menganjurkan kamu haleluya ya, jangan salah ngerti ya. Mereka digerakan oleh Roh Kudus, kamu karena ikut-ikut, nggak boleh ya.

Nah Saudara-saudara, jadi ada orang seperti begini. Saya harus berkata kepada Saudara-saudara, ada semacam orang yang tidak tahan, dia suka memuji Tuhan, ada orang cara memuji Tuhan-nya itu pakai ikut koor, ada orang cara memuji Tuhan di dalam kebaktian, ada orang cara memuji Tuhan itu selalu bersyukur ada kesempatan berbicara kepada orang lain bagaimana baiknya Tuhan, ada orang cara memuji cuma di bibir, mulut tokpuji Tuhan, puji Tuhan, haleluya tapi kelakuannya selalu menyeleweng. Saudara-saudara sekalian, gampang tidak hidup bersyukur terus? Tidak gampang. Kita biasanya bersyukur kalau kita lancar, kalau kita sukses, kalau kita kaya, kalau kita diperlakukan dengan baik, kalau kita sehat. Kita tidak gampang syukur pada waktu kita susah, waktu kita menderita.

Satu kali, di atas gunung, di deket itu Inggris ada satu gereja yang kecil, di dalamnya ada seorang pendeta yang selalu kebaktian ada satu upacara, yaitu doa syukur. Di dalam doa syukur, selalu syukur, syukur, syukur. Sehingga semua mengatakan ini pendeta syukur, pendeta yang suka syukur. Saudara-saudara, dan acara itu kalau tiba, semua berdiri, “Mari kita berdiri, bersyukur!” Lalu dia memimpin seluruh kebaktian, semua orang, dia berterima kasih kepada Tuhan. Pada suatu hari hujan salju begitu keras, sehingga sampai lebih dari 2 feet, yaitu 60cm salju, memenuhi seluruh desa sampai ke lereng gunung. Nda ada orang satupun yang bisa ke gereja, karena apa? Karena terlalu tebalnya salju. Sepatu mereka tidak sepanjang itu, kalau adapun nda bisa jalan. Pada saat itu, nda ada orang ke gereja. Tetapi seorang pemuda mengatakan, justru ini kesempatannya, saya mati-matian pun musti naik gubuk, bukit, masuk ke gereja,“Saya hari ini mau tahu, pendeta ini bisa syukur, nggak? Hayo… kapok lu ya. Sudah hujan salju begitu besar, tidak ada orang bisa ikut kebaktian, lu bisa bersyukur nggak? Saya justru mau tahu. Ini saya men-saksikan. I will be in the history.” Maka dia pergi susah payah, di tengah-tengah salju jalan terus, seluruh badan salju. Dengan kedinginan setengah mati, akhirnya dia toh sampai di bukit itu. Setelah dia masuk ke gereja, brr gemetar ga karu-karuan, brr… brr… tapi dia tahan karena dia mau tahu: syukurnya gimana?

Lalu, ‘Mari kita berdoa!’ Yang disebut kita: pendeta, nyonya pendeta, sama dia, cuma 3 orang.

‘Mari kita berdiri!’ – pendeta memang sudah berdiri, nyonya berdiri di pinggir piano, dia berdiri, cuma 1 orang. Tidak ada orang bisa ke gereja, cuma 1 orang, hari itu cuma 1.

‘Mari kita buka kitab Suci.’ Yaitu 3 orang.

‘Sekarang, mari kita bersyukur.’ – ‘Nah, ini waktunya…’ Dia berdiri terus mulai diam, pasang telinga, mau dengar bagaimana bersyukur? Saudara tahu bagaimana pendeta itu bersyukur?

‘Tuhan, kami bersyukur, kami berterima kasih kepada-Mu…’

Lalu dia pikir, ‘Hayo kalimat selanjutnya apa ini ya?’

Kami bersyukur kepada-Mu, karena hujan keras sampai tidak ada orang bisa datang. – Begitu?

Kami bersyukur karena hari ini kosong? Syukur apa? Dia dengar. Waktu dia dengar, pasang telinga dengar dengan jelas, dia mendengar kalimat yang indah. Mau tahu?

Pendeta itu mengatakan, ‘Kami bersyukur kepada-Mu, karena biasanya bukan begini.’Amin.

Waktu duduk kembali, dia salut. Waktu susah, pikir hari biasa baik. Waktu salju tebal, tidak ada orang bisa datang kebaktian, pikir minggu lalu masih cuaca baik, semua bisa datang. Mengapa kita selalu dihambat oleh kesulitan satu hari dan lupa anugerah Tuhan berpuluh-puluh tahun? Kalau hari ini dokter berkata: Stephen Tong, engkau ternyata kanker. Saya akan berkata: Puji Tuhan, selama 43.5 tahun belum kanker. Biasanya bukan begini. Kalau hari ini orang yang kita paling kasihi harus mati, engkau harus menjadi janda, atau menjadi duda, engkau akan berkata kepada Tuhan: “Puji Tuhan, dari dulu sampai hari ini, Engkau pernah memberikan aku seorang pasangan yang baik. Hari biasa bukan seperti ini.” Nah ini caranya bersyukur.Saudara-saudara, kita bersyukur karena anugrah Tuhan sudah diberi. Kita bersyukur, karena dulu bukan seperti sekarang. Kalau mulai hari ini, saya dibunuh, saya mati, saya bersyukur sudah pernah sebelum mati begitu banyak waktu dipakai Tuhan. Kalau mulai hari ini saya kanker, saya bersyukur kepada Tuhan, sebelum kanker, masih mempunyai kesehatan boleh melayani berjuta-juta manusia. Kalau mulai hari ini saya bangkrut, bersyukur selama puluhan tahun saya setiap hari ada makanan. Nah Saudara-saudara, dengan cara membanding begini, kita lihat: sebenarnya hari susah itu banyak, tapi hari yang beranugerah tidak kalah banyaknya.

Di Surabaya ada satu pasang suami istri. Istri itu pernah mengajar istri saya yang kurang baik. Saya marah sekali. Dia mengatakan, ‘Jangan mau suami mu pergi terus.’ Orang suaminya dipanggil Tuhan, kok dia ikut-ikut campur urusan keluarga orang lain. Saya bilang, ‘Jangan gini dong ngomong.’ Dia bilang, ‘Jangan mau! Saya mau kasih tau sama nyonyamu: Tidak boleh ditinggal-tinggal terus. Saya tidak pernah ditinggal!’ Lalu saya tanya sama dia, ‘Betul? Engkau tidak pernah ditinggal suami? Empat puluh lima tahun tidak pernah ditinggal 1 hari.’ Suami istri 45 tahun terus sama-sama, saban hari 45×365, coba bayangkan. Tidak pernah ditinggal 1 hari. Suami istri begitu akrab, begitu baik. Baik nggak? Baik, suaminya sangat mencintai istri, istri sangat mencintai suami. Baik sekali. Dua orang tidak pernah tinggal berpisah 1 hari selama 45 tahun. Hebat sekali kan? Bagi saya sih, kalau memang boleh ya nggak apa-apa. Kalau tidak bisa dapat seperti itu, ya nggak apa-apa. Tapi akhirnya saya menemukan satu hal. Waktu suaminya mati, cilaka, dia tidak bisa hidup. Waduh dia susah luar biasa, karena tidak pernah ditinggalkan suami satu hari. Maka pada waktu suaminya meninggal dunia, dipanggil Tuhan, oh dia susahnya lebih dari siapapun yang pernah saya lihat. Lalu saya pergi membesuk dia, saya tanya dia: bagaimana? ‘Aduh kenapa sih, Tuhan, kenapa Tuhan bawa suami saya pergi? Kenapa dia mati?’ Ngomel nggak habis-habis. Saya tanya dia, ‘Apakah engkau memang mengharapkan sama-sama hidup, sama-sama mati?’

‘Itu yang saya mau. Saya tidak mau ditinggal satu hari. Selama 45 tahun tidak pernah satu hari saya ditinggal, sekarang dia pergi, saya bagaimana?’ Wuah ngomong-ngomong. Terus saya dengan fasih yang nggak cukup, kalah 1 set mau menghibur dia, karena tidak ada pengalaman itu. Saya berusaha menghibur-hibur, sudah selesai, dia ngomong apa? Dia bilang, ‘Pak Stephen Tong, apa yang kau ngomong, tidak usah teruskan, saya tahu semua. Tapi saya cuma tidak bisa tahan. Saya perasaan tidak bisa terima. Otak tahu apa yang kau katakan semua benar: Tuhan tidak meninggalkan aku… semua dari dulu saya hafal. Saya cuma tidak bisa terima secara emosi, saya kenapa ditinggal? Kenapa Tuhan panggil dia pulang?’ Waduh, saya bagaimanapun menghibur tidak mempan, saya baru sadar, saya orang terbatas, terlalu terbatas. Seorang janda dihibur, bagaimanapun berjam-jam, nggak ada kuat, nggak bisa, akhirnya saya cuma doakan dia. Pulang dia nangis terus.

Setelah pulang, saya bawa sepeda motor, masih muda, di tengah-tengah jalan saya pikir satu hal: Jadi Tuhan itu susah ya, Tuhan memberikan satu pasang suami istri akrab kaya gini, salah juga, ternyata kalau satu dipanggil, yang lain ngomel-ngomel. Jadi kalau umpama, saya boleh usul ya: Tuhan, biar mereka bertengkar 45 tahun. Saban hari, grr grr grrr… sampai sudah selesai satu pulang – Puji Tuhan! Begitu kan? Nah inilah manusia. Kamu dikasih akrab, juga ngomel sama Tuhan. Kalau begini kan lebih baik dia ngomel-ngomel, marah-marah, saban hari bertengkar, akhirnya… Oh kok begitu lama sih… sudah satu pergi, ‘Aduh kok Tuhan baik ya, panggil dia pulang, lega, aku lego.’ Gitu? Apa engkau mau begitu? Engkau ingin begitu? Manusia itu terlalu kurang ajar sama Tuhan.

Di Inggris ada seorang namanya Lord Raleigh. Lord Raleigh akhirnya menjadi nama dari sepeda Inggris yang terbaik. Saudara, kalau umur lebih 60, tahu dulu ada sepeda paling baik dari Inggris namanya Raleigh. Kalau dari Belanda namanya Simplex, Fongers, itu yang bagus-bagus. Yang paling baik itu adalah Raleigh, dari Inggris. Dan Lord Raleigh suka geger sama istri. Akhirnya setelah istrinya mati, dia bikin kuburan, nisannya tulis apa? Saudara dengar ya – Here rest my beloved wife. Di sinilah istirahat istriku yang tercinta. She is now at peace – Sejahteralah dia sekarang. Ditambah satu kalimat: And so am I – Aku juga sejahtera.

Saudara-saudara, engkau tidak mau bersyukur kepada Tuhan, engkau tidak terima kasih kepada Tuhan? Apapun yang engkau ngomel sama Tuhan, apakah engkau mau Tuhan bikin engkau geger, marah-marah habis, lalu baru panggil satu, baru engkau bersyukur kepada Tuhan? Saudara-saudara, saya dari umur 20, saya belajar satu hal. Kalau dokter bilang: 2 bulan lagi engkau mati, saya akan bagaimana menghadapi fakta ini? Waktu itu saya sudah menyerahkan diri menjadi Hamba Tuhan. Saya ke sini salah mengabarkan Injil, pernah dikepung oleh orang Islam mau dibunuh, mau dipukul. Saya berada di situ bertahan mengabarkan Injil, memupuk keberanian terus sejak muda. Saya pikir, tanya sendiri, kalau hari ini dokter bilang sama saya: ‘Engkau hanya bisa 2 bulan, mati.’ Setelah mendengar kalimat itu, 2 bulan saya akan apa? Saya belajar tenang, jiwa tenang, bersyukur kepada Tuhan. Dulu nggak sakit, sekarang sakit, kalau masih ada 2 bulan, saya masih bisa hidup cuma 2 bulan, saya bagaimanapun sakit, saya mengambil keputusan: beli traktat sebanyak mungkin, saban hari bagi traktat, suruh orang mendengar Injil menerima Tuhan Yesus, sampai akhirnya mati. Toh musti mati. Tapi sebelum mati, kerja apa yang tidak bisa dikerjakan setelah mati. Setelah engkau mati, hal-hal yang tidak bisa kerjakan, kerjakan sekarang. Sebelum mati cepat kerja. Apa yang kau bisa kerjakan, sekarang kerjakan. Karena kesempatan-kesempatan di dalam masa, di dalam kurun waktu ini, adalah sangat berharga.

Saudara-saudara, bersyukur, bersyukur kepada Tuhan. What can I do, Lord? Teach me to do it, strengthen me to do it,give me power to do it, give me wisdom to do it! Bersyukur. Selalu bersyukur, bersyukur, bersyukur, bersyukur… inilah adalah buah daripada bibir orang yang menyebut diri Tuhan. Oh Saudara-saudara, kalau saya mau, perlu setengah jam lagi. Sekarang tidak ada waktu menjelaskan kalimat terakhir ini. Ini masih banyak hal yang penting sekali. Pada saat itu, orang yang menyebut “Tuhan”, adalah orang yang bersedia mati. Karena Kerajaan Romawi tidak boleh engkau menyebut siapapun Tuhan, kecuali Kaisar. Tetapi setelah Yesus bangkit daripada kematian, orang Kristen menyebut Yesus: Tuhan, dan Hari Minggu seperti Hari Tuhan. Sunday is the day of the LordJesus is our Lord, our Savior. Pada waktu Kerajaan Rome menemukan sekarang ada semacam manusia yang menyebut Hari Minggu, Hari Tuhan; menyebut Yesus, Tuhan, orang itu harus dipenggal kepala. Jadi ayat ini penting. Mari kita bersyukur kepada Tuhan sebagai buah dari bibir setiap orang yang menyebut Yesus sebagai Tuhan. Orang yang menyebut Yesus, Tuhan, menyebut Yesus sebagai Tuhan, adalah orang yang bersedia dibunuh, bersedia mati syahid, bersedia berkorban. Orang semacam ini, dengan bibir mulutnya, menyebut Yesus Tuhan, juga adalah dengan bibir mulutnya harus memuji Tuhan. Kalau kita, bibir mulut menyebut Yesus sebagai Tuhan, bibir mulut terus ngomel – bagaimana kita mempunyai hidup yang serasi? Bagaimana konsisten kita menjadi saksi Kristus? If you truly call Jesus, Lord, let your lips give the offering of praise to Him. Ini ayatnya.

Menderita, tetap stabil. Bersengsara dalam Kristus, rela. Mengetahui dunia sementara, mengetahui kita mengharap kota yang kekal di Sorga, mengetahui kita sudah menyebut Dia Tuhan, mari kita bersyukur kepada Dia. Saudara-saudara, coba kalimat terakhir ini, dengar dengan baik-baik. Orang yang terus bersyukur, orang yang optimistik, orang yang lebih positif, yang selalu berterima kasih kepada Tuhan, hidupnya lebih mempunyai kekuatan. Jangan lupa! Orang yang ngomel-ngomel terus, makin ngomel, makin lemah, makin tidak kuat, hidupnya makin suram. Belajar menjadi orang yang berkata, “Tuhan, aku bersyukur, bersyukur.”

Selama 13 bulan saya batuk tidak habis-habis, tidak ada 1 kalimat saya ngomel sama Tuhan. Saya masih bisa khotbah, puji Tuhan! Meskipun begitu sulit, saya masih bisa berkhotbah, masih bisa melayani ribuan orang setiap minggu. Puji Tuhan! Karena bersyukur, bersyukur, berterima kasih, berterima kasih, tidak ada kemungkinan Setan mengganggu kita, melemahkan kerohanian kita, sehingga kita memaki-maki Tuhan, atau kita ngomel-ngomel orang lain. Karena bersyukur, bersyukur, terus… lembah bayang-bayang maut akan lewat, kesusahan akan lewat, dan pada satu hari kita mempunyai kemenangan, tahan uji, karena di dalam kesulitan bersyukur.

Kalimat terakhir: Di tengah-tengah penderitaan, Setan menunggu engkau memaki Tuhan, supaya dia mendapatkan kesenangan. Tapi di dalam kesulitan, Tuhan menunggu engkau memuji Tuhan supaya nama Dia dipermuliakan. Di dalam tangan siapa engkau mau dipakai? Engkau dipakai Tuhan untuk mempermalukan Setan atau engkau dipakai Setan untuk mempermalukan Tuhan? Engkau mau bersyukur untuk memuliakan Tuhan atau engkau mau bersungut-sungut untuk mempermalukan Tuhan? Hari ini belajar menjadi orang yang bersyukur kepada Tuhan. Mau Saudara? Semua jawab! Mau?

Mari kita berdiri, kita berdoa berterima kasih bersyukur kepada Tuhan karena Tuhan begitu baik kepada kita. Meskipun ada penyakit, ada kesulitan, ada hambatan, ada kemiskinan, semua ujian akan lewat, semua kesusahan akan lewat, karena Tuhan tidak meninggalkan kita. Mari kita berdoa bersama-sama.

“Bapa di dalam sorga, kami berterima kasih untuk apa yang sudah Tuhan firman kepada kami, apa yang Tuhan tuturkan dan perintah kepada kami. Kami berdoa kiranya firman Tuhan boleh selalu menjadi hidup yang baru di dalam diri kami dan menghidupkan kerohanian kami dan membawa kami diingatkan kembali bagaimana bersyukur kepada Tuhan. Dengar doa kami, Tuhan. Kami serahkan diri kami ke dalam tangan Tuhan, jangan meninggalkan kami, jangan membuang kami. Berkati kami! Jadikan kami orang yang positif, orang yang lebih optimis, orang yang selalu penuh dengan syukur, dan terima kasih kepada Tuhan. Sehingga hidup kami makin bergairah, makin mempunyai kekuatan. Dengar doa kami. Dalam nama Yesus Kristus, Penebus dan Juruselamat kami yang hidup. Amin

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Comments