Sebuah Pesan Kasih

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh. 13:34).

Saudaraku, ditengah hingar bingar dunia yang sedang merayakan kasih, mari kita merenungkan sebuah pesan kasih dari Tuhan bagi setiap kita anak-anakNya. Rasul Yohanes sering diberi gelar “rasul kasih,” dan perikop tentang kasih yang sering dikutip adalah suratnya 1 Yohanes 4:7-21. Suratnya tersebut dan bahkan seluruh pelayanannya dibentuk oleh pengalamannya saat mengikut Tuhan selama 3,5 tahun, dan salah satu momen yang sangat membekas di dalam benak Yohanes adalah saat malam terakhir mereka dengan Guru mereka. Momen tak terlupakan tersebut berpuluh-puluh tahun kemudian dia ingat dan tuliskan dengan inspirasi Roh Kudus di dalam Yohanes pasal 13-14.

Di dalam Yohanes 13 terjadi banyak hal yang membuat rasul ini begitu terkesan, pembasuhan kaki para murid (termasuk Yudas) oleh Yesus, pengkhianatan Yudas, perintah baru dari Tuhan, dan kesombongan Petrus. Semua ini tertanam sangat dalam di benak Yohanes. Yohanes memakai kata ‘kasih’ atau ‘agape’ paling banyak daripada semua penulis Alkitab. Yohanes memakai kata ‘teknia’ atau ‘little children,’ satu kata intim yang Yesus ucapkan hanya di saat malam terakhir tersebut (Yoh. 13:33) sebanyak 7x di dalam Suratnya. Surat 1 Yohanes seperti sebuah eksposisi dari Yohanes atas peristiwa malam itu.

Di malam terakhir itu Yesus memberikan perintah yang baru kepada para murid, yaitu untuk saling mengasihi seperti [cara] Dia telah mengasihi mereka, bukan seperti cara mereka sendiri. Ada 2 hal yang dinyatakan tentang kasih di dalam pasal ini yang sangat penting berkaitan dengan “mengasihi seperti Tuhan telah mengasihi,” yaitu: sumber kasih dan tujuan kasih.

Sumber kasih adalah Allah, Allah itu kasih (1 Yoh. 4:7-8). Mungkin manusia bisa melakukan perbuatan yang tampaknya mengasihi tetapi diluar Allah maka tidak mungkin tindakan kasih tersebut berkenan kepada Allah. Yesus menyatakan bahwa Dialah pokok anggur dan kita adalah rantingnya, diluar Dia kita tidak mungkin bisa berbuah (Yoh. 15:1-8). Buah Roh yang pertama disebut adalah kasih (Gal. 5:22). Yesus 5x mengatakan kaitan antara kasih dengan ketaatan di dalam Yoh. 14, ketaatan adalah buah dari kasih, kasih adalah dasar dari ketaatan. Kita dapat mengasihi karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita (1 Yoh. 4:19).

Tuhan memberikan contoh tentang sumber kasih yang salah dengan peristiwa klaim dari Petrus. Petrus memang org yang sifatnya meledak-ledak dan berani, dia yang mengasihi Yesus ingin membuktikan kasihnya dengan mengklaim bhw dia rela mati bagi Yesus tapi Yesus tahu klaim itu bukan bersumber dari Allah tapi dari keyakinan diri Petrus. Oleh karena itu Yesus ingin memberikan pelajaran kasih kepada Petrus dengan mengizinkan dia menyangkali diriNya 3x. Stlh Petrus belajar tentang sumber kasih yang benar maka Yesus memulihkan dia dengan kembali bertanya tentang kasih sebanyak 3x, “apakah engkau mengasihi Aku” (Yoh. 21:15-17).

Selain sumber yang benar, kasih juga harus memiliki tujuan/motivasi yang benar. Tuhan meneladankan tentang tujuan kasih ini dengan ketaatanNya kpd kehendak Bapa. Yesus rela disalibkan dengan tujuan agar dunia tahu betapa Dia mengasihi BapaNya (Yoh. 14:31). Tindakan kasih harus bertujuan untuk memuliakan Allah, tujuan selain itu adalah salah karena memang kita diciptakan Tuhan untuk memuliakan Dia.

Yudas adalah contoh dari orang yang melakukan tindakan kasih dengan tujuan yang salah. Saat Maria mengurapi kaki Yesus memakai minyak narwastu yang mahal, Yudas berkata, “lebih baik minyak itu dijual lalu uangnya dibagi-bagi untuk org miskin” (Yoh. 12:5). Sebuah niat yang sangat humanis bukan? Tapi Tuhan tahu niatnya itu memiliki tujuan untuk kepentingan diri Yudas sendiri (ayat 6). Semua tindakan kasih kita haruslah bertujuan agar dunia tahu bahwa kita adalah murid Kristus sehingga dunia dapat merasakan hangatnya kasih Allah lalu memuliakan namaNya.

Sudahkah kita melakukan tindakan kasih kepada sesama dengan sumber serta tujuan yang benar? Dan saat org disekitar kita melihat diri kita dan melihat hubungan kita dengan sesama jemaat gereja Tuhan, dapatkah mereka melihat kasih dan sukacita sejati terpancarkan? Kiranya kehidupan kita boleh menyatakan kasih yang sejati dan nama Tuhan dipermuliakan melalui kehidupan kita.

Soli Deo Gloria.


Leonard H. S. 

Pembina Remaja MRIIY

Comments