Pemberian-pemberian bagi Gereja, 10 September 2017

Ef. 4:9-11

Pdt. Dawis Waiman, M.Div.

Saudara, pada waktu Paulus masuk ke dalam ayat 8, 9, dan 10, di situ Paulus mengatakan Yesus adalah Pribadi Allah yang turun inkarnasi ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia, lalu ketika Dia sudah turun ke bawah Dia baru kemudian naik lagi ke tempat yang lebih tinggi dari semua langit, dan di situ Dia memenuhkan segala sesuatunya. Saudara, kita telah lihat kalau Yesus adalah satu-satunya pribadi yang layak untuk mendapatkan posisi yang tinggi tersebut, dan ini membuat Dia memang menjadi layak untuk kita sebut sebagai Kepala dari Gereja dan sebagai Pribadi yang kita sujud sembah dan taati dalam kehidupan kita. Tapi apa yang membuat Yesus layak untuk menempati posisi yang paling tinggi tersebut? Paulus berkata Dia sebelumnya telah turun ke dalam bumi yang paling bawah. Nah dari istilah ‘turun ke dalam bumi yang paling bawah’ tersebut, ada orang-orang yang berkata itu berarti Yesus setelah kematian-Nya di kayu salib Dia turun ke hades, ke dunia orang mati, dimana terdapat orang-orang yang percaya dalam Perjanjian Lama yang mati sebelum kedatangan Kristus, ataupun tempat dimana orang-orang yang tidak percaya, yang diluar dari pada iman kepada Tuhan, yang mati di dalam Perjanjian Lama sebelum kedatangan Yesus Kristus. Lalu pada waktu Yesus datang ke dalam hades itu apa yang Yesus lakukan? Pertama, bagi mereka adalah, Yesus menaklukkan iblis dan anak buahnya di dalam hades tersebut; lalu yang kedua adalah, lalu Yesus kemudian membebaskan orang-orang Perjanjian Lama yang terkurung di dalam hades untuk bisa bersama-sama dengan Dia kembali ke Sorga. Lalu selain dari pada dua hal ini ada orang yang juga berkata sebenarnya ketika Yesus turun ke hades Dia bukan hanya membawa orang-orang yang percaya di dalam Perjanjian Lama untuk kembali bersama-sama dengan Dia di Sorga, karena sebelumnya mereka terkurung di dalam hades itu dan tidak bisa keluar dari pada hades itu, tapi mereka juga berkata ini adalah sesuatu yang menunjukkan bahwa Yesus sedang memberikan kesempatan kedua bagi orang-orang yang terkurung di hades yang belum percaya kepada Yesus, khususnya adalah orang yang hidup sezaman Nuh tersebut. Jadi pada waktu Yesus ke hades, Dia kemudian memberitakan injil lagi kepada orang-orang yang hidup sezaman dengan Nuh yang menolak pemberitaan injil yang dilakukan oleh Nuh bagi mereka. Sehingga ini adalah suatu pengajaran yang mengatakan setelah kematian orang masih punya kesempatan untuk bertobat dan masuk ke Sorga; pertobatan itu bukan sesuatu yang terjadi di dalam dunia semasa kita hidup dengan tubuh dan daging kita dan darah ini, tetapi setelah kita mati kita masih punya kesempatan untuk diselamatkan oleh pemberitaan dari injil Yesus Kristus. Saya percaya ini mendoronng beberapa orang Kristen kemudian setelah ada saudara yang meninggal dunia maka mereka tetap membuat satu ibadah yang bertujuan untuk mendoakan orang-orang yang sudah meninggal itu dengan satu harapan bahwa mereka yang ada di dalam kematian masih bisa diterima oleh Tuhan Allah, dengan harapan ketika mereka masih ada dosa dalam dunia ini dan dosa itu membuat mereka terhukum maka hukuman mereka itu batas waktunya bisa dikurangi melalui amal dan kebaikan dari keluarga yang masih hidup dalam dunia ini, sehingga mereka kemudian bisa dipercepat masuk ke dalam Sorga. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini adalah pemikiran dari kelompok-kelompok tertentu yang melihat kematian Kristus di kayu salib itu turun ke hades untuk memberitakan injil. Bahkan bagi mereka yang lebih lanjut lagi adalah bukan hanya kepada orang-orang tidak percaya pada zaman Nuh, tetapi juga kesempatan kedua itu adalah sesuatu yang diberikan kepada semua manusia yang mati di luar Tuhan Yesus yang ada di dalam hades tersebut. Nah bagaimana kita melihat kebenaran ini? Apa yang menjadi dasar orang-orang Kristen itu mengajarkan hal ini? Mereka berkata ini bukan hanya diajarkan dalam Efesus 4:8-10 tetapi juga ada dukungan dari 1 Petrus 3, saya nggak akan ulang yang kemarin ya, saya akan ajak kita lihat dari perspektif yang beda mengenai ayat ini supaya kita sungguh-sungguh mengerti ayat ini sebenarnya tidak pernah mengajarkan hal tersebut. 1 Petrus 3:17-20, di situ dikatakan, “Roh Yesus turun kepada roh-roh yang ada di dalam hades yang kemudian memberitakan injil kepada roh-roh tersebut.” Saudara, ini yang menjadi dasar di dalam pengajaran mereka ketika mereka melihat dari ayat 1 Petrus 3:17-20 tersebut. Tetapi pertanyaannya adalah betulkah Yesus ketika dikatakan turun ke dalam bumi yang paling rendah itu berarti berbicara bahwa Yesus turun ke hades untuk memberitakan injil kepada roh-roh yang ada di hades yang menjadi tawanan tersebut? Sebenarnya pada waktu kita membandingkan istilah ‘turun ke dalam bumi yang paling bawah’ menurut Kitab Suci, istilah ‘turun ke dalam bumi yang paling bawah’ tidak harus dimengerti sebagai turunnya Yesus ke dalam hades, tetapi bisa dimengerti sebagai turunnya Yesus ke dalam dunia sebagai orang yang dilahirkan melalui seorang perempuan, dari dalam rahim seseorang, atau kematian seseorang dan dikuburkannya seseorang di bumi ini ketika mereka mengakhiri kehidupan mereka. Di dalam Mazmur 139:15, kalau Bapak-Ibu membaca di sana, Daud di sana itu mengucap syukur kepada Allah, Daud di sana itu berdoa kepada Allah karena dia dikandung oleh ibunya dan ada di dalam kandungan ibunya; dan ketika Daud menggunakan istilah dia ada di dalam kandungan ibunya, terlahir di dalam dunia ini, dia gunakan dia ‘turun ke dalam dunia yang paling bawah.’ Mazmur 139:15, saya baca dari ayat 13, “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah.” Maksud ‘di bagian-bagian bumi yang paling bawah’ mengacu kepada apa? Suatu keberadaan dimana Daud dilahirkan dalam dunia ini, itu menunjukkan Daud ada di dalam bumi yang paling bawah tersebut. Lalu di dalam Mazmur 63:9, di sini juga Daud mazmurnya kerinduan kepada Allah, Daud berkata, “Tetapi orang-orang yang berikhtiar mencabut nyawaku, akan masuk ke bagian-bagian bumi yang paling bawah,” maksudnya apa? Maksudnya adalah orang-orang yang berikhtiar mencelakakan Daud itu kemudian akan mengalami kematian dan dikuburkan. Sampai taraf itu saja kita bisa mengerti ‘turun ke dalam bumi yang paling bawah’ bisa berarti dikandung, dilahirkan, atau mengalami kematian, ini yang Kitab Suci bukakan mengenai istilah turun ke dalam bumi yang paling bawah tersebut. Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini yang pertama.

Lalu yang kedua adalah kalau kita berkata Yesus turun ke dalam bumi yang paling bawah berarti Dia turun ke hades lalu memberikan kesempatan kedua bagi orang-orang yang ada di hades, lalu apa yang membedakan orang yang ada di situ, yaitu pada zaman Nuh, daripada orang-orang lain yang hidup sebelum zaman Yesus Kristus? Nah ini yang membuat kita sulit untuk menerima pengajaran bahwa Yesus ke hades untuk memberikan kesempatan kedua untuk orang bertobat, karena apa? Kalau kita berkata itu hanya bagi orang yang hidup sezaman dengan Nuh, bagaimana dengan orang-orang yang hidup pada zaman Sodom-Gomora? Bagaimana dengan orang-orang yang mengalami kemusnahan yang diakibatkan oleh murka Allah bagi orang-orang yang berdosa? Dan di dalam Injil Matius sendiri Tuhan Yesus berkata, “Celakalah engkau Kapernaum, karena kalau seandainya di Sodom-Gomora itu terjadi mukjizat seperti di Kapernaum maka mereka akan tetap ada,” bangsa ini, “sampai hari ini,” yaitu pada zaman dari Yesus Kristus tersebut. Kalau mereka ada melihat belas kasih Tuhan dalam kehidupan Sodom-Gomora, ada suatu mukjizat yang Tuhan nyatakan di situ mereka tetap akan ada dan tidak mengalami hukuman. Tapi kemudian Yesus berkata, “Tahukah engkau bahwa hukuman yang menimpa Sodom dan Gomora itu tidak lebih berat daripada hukuman yang akan engkau terima Kapernaum.” Bapak, Ibu yang dikasihi Tuhan, Sodom-Gomora hidup sezaman dari Abraham dan dimusnahkan pada zaman Abraham dan Lot, lalu orang-orang itu apakah tidak akan mendapatkan kesempatan kedua? Lalu apa yang membedakan mereka dengan orang-orang yang hidup sezaman dengan nabi Nuh? Padahal Alkitab berkata semua manusia yang dilahirkan melalui keturunan Adam itu adalah orang-orang yang sudah jatuh di dalam dosa, sehingga ketika manusia itu adalah orang berdosa tidak ada satupun orang yang memiliki suatu kelebihan dibanding dengan yang lain yang bisa meloloskan diri dari pada murka Allah dan hukuman Allah di dalam kekekalan, semuanya akan dihukum oleh Tuhan Allah. Dan kalau begitu kenapa orang-orang Sodom-Gomora tidak mendapatkan kesempatan tetapi orang yang hidup sezaman dengan nabi Nuh itu mendapatkan kesempatan yang kedua tersebut? Ini membuat kita sulit sekali untuk menerima pandangan bahwa ada kesempatan kedua setelah kematian dan kesempatan kedua itu apakah ditujukan kepada kelompok tertentu atau kepada semua manusia, itu adalah sesuatu yang kita tidak bisa terima karena Alkitab sendiri yang lebih penting mengajarkan tidak ada kesempatan kedua bagi orang yang sudah mengalami kematian.

Lalu kalau begitu, apa yang dimaksud oleh Petrus di dalam 1 Petrus 3, “Roh Yesus memberitakan injil kepada orang-orang yang ada hidup sezaman dengan Nuh atau roh-roh yang hidup sezaman dengan Nuh yang ada di dalam penjara”? Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sebenarnya pada waktu Petrus mengutip dari pada peristiwa yang terjadi pada zaman Nuh, Petrus saat itu bukan sedang mengajarkan ada kesempatan kedua bagi orang-orang yang sudah mengalami kematian pada zaman Nuh tersebut, tetapi Petrus mengambil peristiwa itu untuk mengajarkan kepada orang-orang Kristen yang hidup sezaman dengan para rasul dan juga kepada kita orang-orang yang Kristen yang hidup pada zaman ini, yaitu masa antara dari pada kelahiran Kristus sampai pada kedatangan Kristus kedua kali, untuk dinyatakan sebagai sesuatu yang mirip dengan peristiwa yang terjadi pada zaman sebelum air bah itu diberikan. Maksudnya adalah seperti ini, di dalam dunia ini, Alkitab menyatakan, ada dua penghakiman yang bersifat universal yang akan terjadi: pertama adalah penghakiman universal yang terjadi pada zaman Nuh tersebut. Kita percaya, air bah itu bersifat global, menyeluruh dalam bumi. Dan ketika air bah tiba, maka yang selamat itu bukan semua orang. Ini yang menjadi salah satu dasar kenapa kita percaya Allah itu tidak akan menyelamatkan semua orang, tapi ada penghakiman yang akan ditegakkan dalam dunia dan tidak banyak orang yang diselamatkan. Ini adalah terjadi pada zaman Nabi Nuh tersebut, hanya 8 orang yang diselamatkan. Lalu yang lain bagaimana, yang hidup sezaman dengan Nabi Nuh? Semuanya itu mengalami kebinasaan oleh air bah tersebut. Mereka mati semua karena mereka tidak mau bertobat dari pada dosa mereka dan mereka tidak mau percaya kepada pemberitaan injil yang Nabi Nuh katakan bagi mereka melalui Roh Kristus yang ada pada Nabi Nuh tersebut. Saya nggak akan bahas ini karena kita sudah bahas minggu lalu ya, silahkan baca dalam khotbah minggu lalu. Tapi saya mau menunjukkan, pada paralelisme ini, Petrus sedang mau mengatakan di dalam zaman Nabi Nuh itu adalah satu zaman yang sedang menuju kepada penghakiman Tuhan.

Tapi bagaimana dengan kita yang hidup pada zaman Petrus, pada zaman rasul, dan hidup setelah zaman rasul? Apakah kita punya zaman ini adalah satu zaman yang sedang menuju pada penghakiman juga? Kitab Suci mengatakan, kita hidup pada zaman yang menuju kepada penghakiman tersebut. Bahkan di dalam Surat Petrus, sebenarnya penghakiman  itu sudah berlangsung saat ini, dimulai dari pada Gereja Tuhan atau dari rumah Tuhan sendiri. Nah ini dikatakan dalam 1 Petrus 4. Kita baca bersama-sama ya, 1 Petrus 4:17-18. “Karena sekarang telah tiba saatnya penghakiman dimulai, dan pada rumah Allah sendiri yang harus pertama-tama dihakimi. Dan jika penghakiman itu dimulai pada kita, bagaimanakah kesudahannya dengan mereka yang tidak percaya pada Injil Allah? Dan jika  orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan, apakah yang akan terjadi dengan orang fasik dan orang berdosa?” Saudara, Petrus mau berkata, hai orang-orang jemaat yang di dua perantauan, ingat baik-baik, kehidupan kita sekarang ini adalah satu kehidupan yang ada di dalam penghakiman Allah dan sedang menuju kepada penghakiman terakhir yaitu kedatangan Kristus yang kedua kali. Dan ini adalah satu keadaaan yang mirip sekali pada zaman Nuh ketika pada zaman Nuh, Roh Kristus melalui Nabi Nuh memberitakan Injil kepada orang-orang yang hidup pada zaman mereka, atau firman Tuhan pada zaman mereka, sekarang pada zaman para rasul dan setelah para rasul, Tuhan juga memberitakan firman-Nya, Injil-Nya melalui para rasul, yaitu melalui Petrus ataupun rasul-rasul yang lain ataupun firman Tuhan yang kemudian ditulis oleh para rasul kepada orang-orang yang hidup sezaman dengan mereka. Lalu pada seperti halnya pada zaman Nuh pada waktu orang-orang yang mendengar Injil itu menolak kepada pemberitaan Nabi Nuh tersebut. Bagaimana dengan orang-orang yang ada sezaman kita sekarang ini ketika mendengarkan berita dari pada Injil yang disampaikan oleh Rasul Petrus dan rasul-rasul yang lain ataupun firman Tuhan? Apa yang menjadi respon kita? Apakah kita mengalami pertobatan seperti orang-orang yang ada di dalam zaman, pertobatan, atau kita menolak pemberitaan Injil itu seperti orang-orang yang ada di dalam zaman Nuh tersebut? Dan kalau kita seandainya percaya kepada berita Injil tersebut, bagaimana kehidupan kita di tengah-tengah orang-orang yang menolak kepada pemberitaan Injil tersebut? Apakah kita akan hidup seperti Nabi Nuh yang tetap setia menjalankan perintah Tuhan, membangun bahtera walaupun orang-orang mengejek dirinya, menolak pemberitaan itu, tapi dia dengan tetap tekun menjalankan imannya karena dia percaya Tuhan yang memerintahkan dia untuk membangun bahtera tersebut. Lalu kita yang hidup pada zaman sekarang ini, apakah kita tetap bertekun di dalam iman kita walaupun kita ditolak, walaupun kita dianiaya? Petrus berkata, bahkan ada kemungkinan nyawa kita melayang karena iman kita tersebut yang tidak dipercaya oleh orang-orang dunia. Bagaimana sikap kita? Apakah kita tetap bertahan di dalam iman itu dan berada di dalam bahtera dari pada Yesus Kristus? Ini yang dimaksud oleh Petrus ketika dia berkata, seperti zaman Nuh, Roh Yesus Kristus datang kepada roh-roh orang yang ada di dalam penjara itu untuk memberitakan Injil. Kita pun dalam kondisi yang sama saat ini. Jangan kira keadaan kita berbeda. Kita betul-betul mirip waktu tersebut.

Jadi pada waktu Petrus mengutip zaman Nuh tersbebut dan roh-roh yang ada di dalam penjara, bukan bertujuan untuk mengatakan bahwa Yesus turun ke hades, tetapi Nuh sedang mau menggunakan peristiwa itu sebagai satu ilustrasi untuk kita bisa mengerti keadaan dunia zaman kita sekarang dan bagaimana seharusnya kita hidup menuju kepada hari penghakiman yang akan datang yang kedua kali tersebut, yang ketika itu Yesus menjadi yang akan datang dan menghakimi semua manusia yang ada dalam dunia ini. Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, peristiwa itu bukan sedang menunjukkan adanya kesempatan kedua, tetapi justru dalam peristiwa itu Petrus mau menunjukkan bagaimana kita memelihara iman kita dan bagaimana pengujian melalui penderitaan, kesulitan yang ada di sekitar kita itu justru menyatakan iman kita sungguh-sungguh di dalam Kristus dan kebutuhan kita untuk bertekun di dalam keselamatan yang kita miliki atau di dalam iman yang kita imani tersebut. Jangan kira hanya sebagai orang yang datang ke gereja, lalu kita mengaku dengan mulut kita, kita adalah orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, maka itu menjadikan kita sebagai orang yang pasti diselamatkan. Petrus bilang tidak. Penghakiman itu sudah dimulai sekarang. Penghakiman dimulai sekarang itu terjadi di dalam rumah Tuhan. Maksudnya adalah, Tuhan kadang-kadang izinkan terjadi satu kesulitan, penderitaan, penolakan bagi orang Kristen, dan melalui peristiwa-peristiwa itu justru iman yang murni akan dimunculkan keluar dan dinyatakan kepada dunia bahwa kita sungguh-sungguh adalah orang yang percaya dan beriman kepada Yesus Kristus. Termasuk di dalamnya, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, bagaimana kita menghadapi kematian itu menyatakan bagaimana kita beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Saya percaya sekali, kematian di satu sisi adalah suatu akibat dari pada dosa yang ada yang pernah kita perbuat. Dan karena kita masih hidup di dalam tubuh ini, maka kita akan mengalami kematian walaupun jiwa kita itu tidak mengalami kematian ketika kita ada di dalam Kristus. Tetapi selain itu, kematian juga menjadi satu alat atau sarana dari Tuhan Yesus sendiri untuk kita menyatakan iman kita kepada dunia ini, untuk kita bersaksi kepada dunia ini. Iman itu adalah sesuatu yang kita bisa, sesuatu yang tidak kelihatan oleh mata kita, tetapi kita bisa melihat secara rohani bahwa itu adalah satu kebenaran. Maka Yesus berkata, berbahagialah orang yang tidak melihat tetapi menjadi percaya terhadap pemberitaan itu.

Saudara, siapa yang pernah masuk ke dalam dunia kematian? Kita semua yang hidup dalam dunia ini pasti belum pernah turun ke dalam dunia kematian, hanya orang-orang yang sudah mati yang pernah masuk ke dalam dunia kematian, tetapi sayangnya tidak ada satu pun orang yang sudah mati dan masuk ke dalam dunia kematian yang pernah kembali ke dalam dunia untuk memberitakan semua hal yang terjadi di dalam dunia kematian. Dan memang Alkitab berkata, Tuhan tidak izinkan hal itu terjadi. Lalu bagaimana kita menghadapi kematian? Yang membedakan kita dari orang-orang yang tidak percaya adalah, kita berpegang tidak, bahwa di dalam kematian Kristus ada satu pengharapan yang betul-betul pasti bagi orang-orang Kristen. Saudara, kematian Kristus, Alkitab katakan, itu adalah satu kematian yang sudah menyelesaikan semua karya penebusan. Dan karya penebusan itu bukan sesuatu yang diselesaikan pasca kematian Yesus Kristus, tetapi adalah sesuatu yang sudah diselesaikan pada waktu Yesus dipakukan di kayu salib. Jadi Alkitab tidak pernah mengajarkan ketika Yesus mati di kayu salib pekerjaan penebusan belum selesai, sehingga Dia perlu datang ke dalam dunia orang mati untuk menaklukkan iblis dan kuasanya di bawah kuasa dari pada Yesus, baru dari situ  Dia bisa memenangkan orang yang percaya. Tetapi justru pada waktu Dia dipakukan di kayu salib, semua itu sudah selesai dilakukan. Di mana kalimatnya? Misalnya kita buka Kolose 2:14 dan 15, “Dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib,“ 15, “Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.”

Kapan Yesus menang atas penguasa-penguasa? Kapan Yesus menang atas para pemerintah, penguasa-penguasa, pemerintah-pemerintah itu bukan hanya bicara mengenai penguasa, pemerintah di dalam dunia, tetapi juga yang ada di langit, para iblis, kuasa jahat, itu sudah Tuhan Yesus taklukkan. Pertanyaannya, kapan Tuhan Yesus menaklukkan kuasa-kuasa itu? Setelah Dia mati, atau pada waktu Dia dipakukan di kayu salib? Di dalam Kolose 2:14,15 dikatakan, pada waktu Yesus dipakukan di kayu salib, saat itulah penguasa-penguasa, roh-roh jahat itu sudah ditaklukkan dan kuasa kematian itu ditaklukkan di dalam diri Yesus Kristus, atau kuasa dosa ditaklukkan di dalam penyaliban dari pada Yesus Kristus. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini sendiri dikonfirmasi oleh Yesus Kristus ketika Dia mau mati. Sebelum Dia menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib, Yesus berkata, “Sudah selesai.” Apa yang sudah selesai? Yang dilakukan oleh Yesus Kristus, yaitu penebusan terhadap dosa manusia, pada waktu Dia di pakukan, saat itulah semua karya penebusan itu sudah selesai dilakukan oleh Yesus Kristus. Itu sebabnya, ketika kita masuk ke dalam Ibrani 10, disitu penulis Ibrani berkata ketika Yesus mati di kayu salib, orang-orang yang percaya kepada Yesus itu dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya; ketika Yesus dipakukan di kayu salib, orang-orang yang percaya kepada Yesus itu dibenarkan sekali untuk selama-lamanya dan tidak ada lagi suatu penghukuman yang perlu dijalankan oleh orang-orang yang ada di dalam Yesus Kristus. Semua itu adalah sudah selesai dilakukan oleh Yesus, tidak ada satu sisa dosa yang ada di dalam hidup kita yang masih perlu kita tanggung dalam kehidupan kita setelah kita mengalami kematian. Saudara, kalau kita percaya ada api penyucian, itu berarti setelah kematian, masih ada sisa dosa yang kita, mungkin hidup pasca kita percaya, yang belum dikuduskan oleh Yesus Kristus atau sebelum kita percaya belum dikuduskan oleh Yesus Kristus, sehingga kita perlu membayar itu atau menebus itu sendiri di dalam api penyucian tersebut. Tapi Alkitab bilang tidak. Kalau semuanya itu hanya satu kali untuk selama-lamanya, dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya, dibenarkan satu kali untuk selama-lamanya, itu berarti tidak ada lagi penghukuman bagi orang yang ada dalam Yesus Kristus. Kita buka saja ya, Ibrani 10, supaya kita punya satu keyakinan akan kebenaran ini, Ibrani 10:10 dan ayat yang ke-14, “Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus. Sebab oleh satu korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan.” Jadi, ada kata ‘selama-lamanya,’ ada kata ‘menyempurnakan,’ kalau menyempurnakan itu berarti sudah selesai semua karya penebusan dari pada Yesus Kristus bagi orang berdosa. Karena itu, kita tidak perlu lagi membawa suatu amal bagi keluarga kita yang sudah ada dalam Kristus, kita tidak perlu lagi membawa doa bagi keluarga kita yang sudah ada di dalam Kristus, untuk apa kita tidak lakukan itu? Karena mereka sudah sempurna ditebus oleh Yesus Kristus.

Bapak-Ibu yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini adalah satu jaminan, satu kepastian, satu penghiburan yang besar sekali yang Tuhan karuniakan hanya bagi orang-orang yang ada di dalam Yesus Kristus. Dan ini juga yang menunjukkan ketika kita tidak melakukan semua ritual tradisi dalam kehidupan kita dari orang-orang yang tidak percaya, kita sedang mau menyatakan bahwa hidup kita sungguh-sungguh sudah selesai di dalam penebusan Yesus Kristus; dosa kita sudah tidak ada lagi yang perlu ditanggung dan diselesaikan atau dibayarkan karena itu belum sanggup ditebus oleh Yesus secara sempurna. Saudara, puji Tuhan sekali untuk apa yang Tuhan sudah kerjakan dalam kehidupan kita untuk hal ini. Siapa yang mendapatkan kesempatan untuk datang kepada Kristus? Alkitab berkata karena semua manusia berdosa maka semua manusia membutuhkan kesempatan untuk datang kepada Yesus Kristus dan Tuhan Yesus sendiri membuka peluang itu, kesempatan itu bagi semua manusia untuk datang kepada diri-Nya melalu pemberitaan injil yang dikabarkan bagi orang-orang berdosa. Makanya sebagai Gereja Tuhan, kita punya satu tanggung jawab yang besar sekali, kita adalah Gereja yang dipercayakan berita injil, kita adalah Gereja yang dipercayakan kunci menuju kepada kerajaan Sorga, yaitu melalui kematian dan kebangkitan Kristus yang kita percayai, kita imani sebagai satu-satunya jalan menuju Sorga, itu kita pegang. Dan itu yang menjadi sebab kenapa Tuhan memanggil kita, menebus kita dari pada dosa supaya kita menjadi pemberita-pemberita dari pada kebenaran injil itu bagi orang-orang yang ada di sekitar kita, supaya mereka mendapatkan kesempatan untuk datang kepada Kristus, supaya mereka mendapatkan kesempatan untuk bertobat dan diselamatkan di dalam Kristus, dan terutama supaya mereka mendapatkan kesempatan untuk hidup memuliakan Tuhan dan menyatakan kebenaran Tuhan melalui kehidupan mereka yang sudah diperbaiki relasinya melalui kematian dari pada Yesus Kristus. Satu rencana yang begitu indah, satu rencana yang begitu mulia yang Tuhan sediakan bagi orang-orang percaya. Dan ini juga yang menjadi dasar kita berkata ‘injil bukan ditujukan hanya untuk kelompok-kelompok  tertentu saja.’ Kalau kita percaya bahwa Yesus memberikan kesempatan kedua hanya bagi orang-orang yang hidup  sezaman dengan Nuh saja, mungkin ada kemungkinan kita berpikir ‘Injil bukan ditujukan untuk semua manusia,’ hanya di jaman orang-orang nabi Nuh kok yang membutuhkan kesempatan kedua sedangkan yang lain tidak perlu, berarti apa? Itu berarti injil mungkin hanya khusus bagi orang-orang Yahudi. Injil mungkin hanya khusus bagi orang-orang Chinese, Injil hanya khusus bagi orang-orang Jawa, hanya khusus, bukan bagi semua manusia, atau injil hanya khusus bagi orang-orang yang saya sukai untuk beritakan injil. Saudara, Alkitab tidak pernah mengajarkan hal ini, tapi Alkitab mengajarkan injil untuk semua orang yang kita sukai atau yang tidak kita sukai, mereka layak untuk mendengarkan berita injil tersebut.

Saudara, salah satu fungsi dari pada Tuhan memberikan karunia berbicara dalam bahasa lidah di hari Pentakosta itu adalah untuk menyatakan injil adalah satu berita yang tidak hanya dikhususkan bagi golongan tertentu atau bangsa tertentu pada semua bangsa. Orang-orang Yahudi berpikir injil Yesus Kristus hanya bagi mereka, Petrus berpikir mereka tidak perlu pergi kepada bangsa lain untuk memberitakan injil. Pernah terjadi satu peristiwa, ketika seorang ibu Siro-Fenisia  datang kepada Yesus Kristus, memohon-mohon Yesus untuk mengusir setan dari pada anaknya, pada waktu itu murid-murid berkata kepada Yesus Kristus, “Guru, usir saja orang itu. Dia tidak layak untuk jadi murid-Mu, pengikut-Mu, Engkau nggak perlu menjawab apa yang menjadi permohonan doa dari pada ibu ini.” Dan Yesus sempat menguji iman dari pada ibu itu, tapi Yesus kemudian mengabulkan apa yang menjadi permohonan dari pada ibu ini sehingga roh jahat itu keluar dari pada anak ibu Siro-Fenisia ini. Saudara, bahkan di dalam Kisah [Para] Rasul kita bisa lihat Petrus diminta untuk datang kepada orang yang bernama Kornelius, yang bukan orang Yahudi tersebut. Nah, ini menunjukan bahwa injil itu bukan untuk bangsa tertentu atau kelompok tertentu saja dan ini peristiwa yang sendiri dalam Pentakosta. Pada waktu Roh Kudus turun, pada waktu itu gereja terbentuk. Para theolog percaya gereja terbentuk pada hari Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus dicurahkan di Yerusalem. Pada waktu Roh Kudus dicurahkan dan gereja terbentuk, siapa yang jadi anggota gereja itu? Siapa yang mendengarkan berita injil tersebut? Alkitab mencatat ada 15 bangsa paling tidak, yang mendengarkan berita injil yang dikhotbakan oleh Petrus; mereka berkata, “Kami adalah orang Partia, kami adalah orang Media, kami adalah orang Elam, kami adalah orang Yudea, kami adalah orang Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir dan Eradibia, Roma, Yahudi, orang Kreta, orang Arab; kami mendengar Tuhan Allah bekerja melalui pekerjaan-pekerjaan yang mulia di dalam diri Yesus Kristus.” Dan kemudian setelah Petrus berkhotbah, mereka kemudian datang menyerahkan diri, 3000 orang untuk dibaptis dan percaya Yesus Kristus. Saudara, itu berarti hari Pentakosta, pencurahan Roh Kudus, berbicara dalam bahasa lidah, itu menjadi satu tanda bahwa injil itu adalah diperuntukkan bagi semua bangsa yang ada di dalam dunia ini, bukan hanya bagi kelompok-kelompok tertentu saja yang pantas untuk menerima Injil.

Jadi, perlukah kita khawatir akan keselamatan kita setelah kita mengalami kematian? Apakah kita ketika ada di dalam Kristus ada dosa-dosa yang masih tersisa, sehingga kita perlu membayar hutang dosa itu dengan diri kita sendiri ketika kita mengalami kematian? Apakah injil itu adalah sesuatu yang hanya dikhususkan bagi orang tertentu? Di dalam surat 1 Petrus, Petrus mengatakan itu semua adalah tidak benar. Orang yang mengajarkan kalau Yesus turun ke hades untuk memberikan kesempatan kedua itu sebenarnya adalah suatu pengajaran yang tidak ada dasar dukungan Kitab Suci sama sekali, itu adalah suatu spekulasi manusia yang berusaha mungkin untuk mendapatkan suatu jaminan bahwa dia tetap orang yang dikasihi itu tetap bisa diperhatikan dan diselamatkan karena mereka ingin orang itu diselamatkan. Tapi, Alkitab sendiri tidak pernah mengajarkan hal ini kepada diri kita.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, setelah peristiwa ini maka Paulus berkata Yesus ketika sudah turun ke dalam dunia yang berarti Dia terlahir dalam dunia, Dia mati di kayu salib dan kematiannya itu membuat diri Dia berkuasa untuk memenangkan semua dari pada kuasa iblis yang membelenggu orang percaya sehingga kita bisa bersama-sama dengan Kristus di Sorga. Lalu setelah itu Paulus berkata, “ketika Dia naik ke tempat tinggi, Dia memberikan karunia-karunia.” Pertanyaannya adalah karunia itu diberikan kepada siapa? Di dalam ayat yang ke-7, Paulus berkata karunia itu diberikan kepada setiap orang percaya. Tapi Saudara, hati-hati, kita jangan hanya lihat dan berhenti pada ayat yang ke-7 saja. Pada waktu Yesus naik ke Sorga, maka Dia ketika naik ke Sorga untuk membawa orang-orang percaya bersama-sama dengan Dia untuk tinggal di Sorga, Dia memberikan karunia itu berarti bahwa Dia memberikan suatu kemampuan bagi orang-orang, suatu penyertaan-Nya bagi orang-orang yang hidup di dalam Tuhan untuk memiliki suatu kekudusan hidup atau pelayanan di dalam di dalam dunia ini, itu benar. Pada setiap orang percaya, kita tidak bisa berkata bahwa kita tidak punya suatu kekuatan atau kemampuan untuk hidup kudus, kita tidak bisa berkata bahwa Tuhan tidak memberikan kepadaku suatu karunia untuk bisa melayani Tuhan dengan baik, karena setiap orang dikaruniakan itu oleh Tuhan dan telah menerima itu oleh Tuhan Yesus. Tetapi Saudara, jangan lupa satu hal, ada hal yang mungkin sering kali kita abaikan, karunia itu bukan hanya diberikan bagi orang-orang pribadi saja tetapi ada karunia-karunia tertentu yang Tuhan secara khusus berikan kepada Gereja-Nya dan itu tidak diberikan kepada semua orang. Itu dikatakan di dalam ayat yang ke-11, dari Efesus pasal 4, “Dan Ialah yang membeirkan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar.” Siapa yang berikan itu? Yesus. Siapa yang berikan karunia kepada setiap orang yang percaya? Yesus Kristus. Tetapi Paulus juga berkata, di antara semua karunia yang diterima oleh gereja, oleh orang percaya, ada orang-orang yang khusus Tuhan karuniakan dengan karunia yang tidak dimiliki oleh orang yang lain, yaitu adalah rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar.

Saudara, memang ini bukan seluruh karunia yang Tuhan berikan di dalam kehidupan orang Kristen. Kalau Saudara baca Surat Roma, Saudara baca 1 Korintus 12 dan 14, Saudara akan mendapatkan ada banyak sekali list karunia yang di luar dari pada surat Efesus ini. Tapi saya percaya, kenapa Paulus hanya mencantumkan 5 karunia ini, yaitu: rasul, nabi, penginjil, penggembala, dan pengajar, yang dimasukkan sedangkan yang lain tidak dimasukkan? Karena 5 karunia ini adalah 5 karunia yang berkaitan dan berkepentingan dengan pertumbuhan dari pada gereja Tuhan, karena 5 karunia ini adalah 5 karunia yang paling penting, yang dibutuhkan oleh orang-orang percaya untuk bisa bertumbuh di dalam iman. Karena 5 karunia ini adalah 5 karunia yang tidak diperuntukkan bagi semua orang, maka itu berarti kita perlu yang namanya organisasi gereja, di mana orang-orang Kristen semua berkumpul dan beribadah, dan ada orang-orang ini yang dipanggil untuk mengajar kebenaran firman Tuhan. Saudara, kalau kita hanya melihat karunia itu adalah sesuatu yang diberikan kepada semua manusia, yang berarti bahwa semua manusia yang ada di dalam Kristus punya satu karunia yang Tuhan berikan, maka ada kemungkinan kita berpikir: kita tidak perlu mengikatkan diri kita dalam sebuah gereja lokal dan bertumbuh bersama-sama di dalam gereja lokal. Tapi kalau kita mengerti bahwa Yesus yang memberi karunia kepada semua orang itu, adalah juga Yesus yang sama, yang memanggil orang-orang tertentu untuk mengajar firman Tuhan. Lima karunia ini berkaitan dengan pengajaran semua ya. Rasul menjelaskan pengajaran para nabi, dalam Perjanjian Lama. Para nabi bicara mengenai Yesus Kristus yang akan datang, yang kemudian ditafsirkan oleh rasul sehingga kita bisa mengerti apa yang dikatakan oleh para nabi. Para penginjil itu memberitakan mengenai Yesus Kristus. Para gembala itu menggembalakan jemaat setelah mereka percaya kepada Yesus, membesarkan mereka. Para guru adalah orang yang mendidik iman di dalam gereja Tuhan. Ini yang menjadi dasar kita bisa bertumbuh di dalam satu kekudusan, satu kebenaran, sesuatu yang menuju kepada apa yang menjadi kedewasaan iman, di dalam ayat 12-13 yang kita baca. Tapi itu semua adalah karunia yang tidak dimiliki oleh semua manusia, itu hanya sesuatu karunia yang Tuhan panggil dari orang-orang tertentu, yang Tuhan tempatkan di dalam gereja, di mana orang Kristen berkumpul dan beribadah kepada Tuhan Allah.

Saudara, kita dapatkan ini dari 1 Korintus 12, prinsipnya, pada Paulus berbicara mengenai siapa yang diberikan karunia itu, maka Paulus berkata, “Apakah semua kamu adalah rasul? Apakah semua kamu adalah nabi? Apakah semua kamu adalah guru? Apakah semua kamu adalah penginjil? Apakah semua kamu memiliki Bahasa roh dalam kehidupan?” Jawaban adalah “Tidak”, “Tidak”, “Tidak”, “Tidak semua.” Itu berarti, hanya orang-orang yang Tuhan panggil, yang ada di dalam gereja, yang punya karunia ini untuk mendidik dan bertanggung jawab untuk pertumbuhan iman daripada jemaat. Sehingga respon kita dalam hal ini adalah kita harus belajar mengerti, kita perlu datang beribadah, kita perlu datang bersekutu. Adanya organisasi gereja, itu adalah sesuatu yang diperlukan juga di dalam dunia ini, supaya kita bisa bertumbuh di dalam kebenaran yang Tuhan karuniakan melalui orang-orang tertentu yang Tuhan panggil dan tempatkan di dalam gereja. Saudara, kalau kita tidak mengerti ini, kita bisa menjadi orang yang, mungkin orang Kristen yang berpikir, kita tidak perlu datang ke gereja, kita bisa bertumbuh sendiri, kita bisa beribadah sendiri, dan kita tidak perlu bersekutu dengan orang-orang Kristen yang lain. Tapi itu semua adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa terjadi kedewasaan iman, kalau kita tidak datang bersama-sama dengan orang-orang Kristen yang lain dan beribadah kepada Tuhan Allah.

Saudara, saya yakin ini adalah satu kebenaran yang penting, yang kita perlu pahami. Itu berarti ketika kita dipanggil oleh Tuhan, maka Tuhan memberikan pemberian-pemberian, supaya sebenarnya kita tidak ada kesempatan lagi atau kemungkinan untuk berdalih, ‘Saya tidak perlu bertumbuh.’ Itu berarti bahwa kita sebagai orang-orang Kristen, Tuhan tuntut juga untuk mengalami pertumbuhan di dalam kehidupan iman kita. Karena Tuhan telah berikan semua sarana yang kita butuhkan untuk pertumbuhan iman. Dan Saudara, pada waktu kita melihat adanya perbedaan karunia, jangan melihat itu sebagai pengertian ada orang yang lebih penting daripada orang lain. Semua karunia memang ada kepentingannya yang lebih utama daripada yang lain. Tetapi bukan berarti, di dalam gereja, ada orang yang tidak penting sebagai orang Kristen. Karunia semua ada menyatakan bahwa setiap orang Kristen adalah orang yang penting di dalam gereja. Tetapi walaupun setiap kita adalah orang yang penting dalam gereja, jangan lupa ada orang-orang tertentu yang dipanggil untuk satu tugas yang lebih penting lagi. Itu yang harus kita mengerti. Dan Paulus gunakan ilustrasi tubuh untuk menjelaskan mengenai hal ini. Saudara, di dalam dunia kedokteran, kadang-kadang mereka sempat berpikir mungkin: apa fungsi daripada usus buntu? Apa fungsi daripada tiroid, atau kelenjar tiroid? Dulu, dulu mereka pikir nggak ada gunanya. Tetapi setelah suatu waktu, ketika ilmu makin maju, makin maju, makin maju, ternyata kelenjar yang kecil itu ada fungsinya. Ternyata, usus buntu, yang katanya yang ada di ujung usus itu, yang nggak tahu fungsinya untuk apa, pasti tetap ada fungsinya, maka ada di situ. Kadang-kadang kita di dalam gereja, kita mungkin tidak terlalu menyadari posisi kita, kepentingan kita di dalam seluruh tubuh Kristus, tapi jangan pernah berpikir, kita ketika tidak mengerti itu maka kita tidak penting. Kita tetap adalah orang yang penting di dalam tubuh Kristus. Keberadaan kita tetap harus ada di dalam tubuh Kristus tersebut, sehingga tidak ada satu alasan untuk kita tidak datang dan bersekutu bersama dengan orang-orang Kristen yang ada di dalam dunia atau gereja lokal ini.

Saudara, Tuhan naik ke tempat tinggi, Dia sudah mengaruniakan karunia-karunia bagi gereja. Dia naik ke tempat tinggi, Dia sudah memberikan satu kemampuan untuk kita hidup di dalam satu kekudusan dan kebenaran di dalam dunia ini. Itu berarti juga, kita memiliki satu tanggung jawab untuk hidup mentaati Dia. Hanya Dia saja, bukan yang lain. Karena apa? Tuhan tebus kita untuk hidup kudus. Tuhan berikan karunia untuk bisa hidup kudus dan meninggikan Tuhan. Tuhan berikan para nabi, rasul dan yang lainnya, supaya kita bisa mengerti kebenaran Tuhan dan meninggikan Tuhan Yesus dalam kehidupan kita. Maka Paulus berkata, ketika dia naik ke tempat tinggi, dia memenuhkan segala sesuatunya. Memenuhkan segala sesuatunya – itu berbicara dia berkuasa atas segala sesuatu. Dan kalau kita adalah orang-orang yang memang sudah ditebus oleh Kristus, kalau kita adalah gereja Tuhan yang sudah mendapatkan karunia itu, dan kebenaran daripada Yesus Kristus, kita perlu menyatakan bahwa kita memang hidup di dalam ketaatan dan penundukkan diri sepenuhnya terhadap pemberitaan dan kuasa daripada Kristus. Ini semua adalah hal yang Paulus ingin kita mengerti sebagai orang percaya di dalam Tuhan.

Saudara,  panggilan kita sebagai orang Kristen, itu bukan sesuatu yang dilihat dari apa yang kita perbuat bagi Tuhan, tetapi apa yang kita responkan kepada panggilan yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Saya di dalam kelas katekisasi berkata kemarin: Pada waktu kita melakukan sesuatu dalam kehidupan kita, itu di dalam iman Kristen, adalah satu respon yang kita berikan terhadap apa yang sudah Tuhan berikan terlebih dahulu dalam kehidupan kita. Jangan pernah berpikir Tuhan tidak pernah berikan sesuatu dalam kehidupan orang Kristen dan Tuhan menuntut, menuntut, dan menuntut kita berikan sesuatu bagi Tuhan. Kalau itu Tuhan lakukan, itu saya percaya adalah satu tindakan yang kejam bagi orang yang diminta untuk lakukan sesuatu yang dia sendiri tidak mampu lakukan. Tapi kalau Tuhan sudah berikan semua yang kita butuhkan untuk melayani Dia, untuk hidup kudus di hadapan Dia, untuk menjadikan Dia Tuhan, maka respon yang benar daripada kehidupan orang Kristen adalah hidup dalam kerendahan hati satu dengan yang lain, hidup di dalam satu kehidupan yang lemah lembut, kesabaran, satu kehidupan cinta kasih, dan saling tolong menolong satu dengan yang lain. Ini adalah semua prinsip yang ada di dalam etika Kerajaan Allah. Yesus sendiri turun ke bawah baru ditinggikan. Ini adalah prinsip etika daripada Kerajaan Allah. Saudara, kalau ingin menjadi orang yang terpandang, yang mulia, yang dihormati, baik dalam gereja ataupun di hadapan Tuhan Allah, ikuti prinsip ini. Petrus berkata, “Jangan sekali-kali merasa kalau engkau punya karunia yang besar, maka engkau bisa memerintah orang semau engkau sendiri. Tetapi ikutilah teladan, layanilah mereka, jadilah teladan bagi mereka. Dari situ, engkau menjadi seorang pemimpin yang baik.” Saudara, kalau engkau ingin dihormati dalam Kerajaan Allah, caranya adalah rendahkan diri, serendah-rendahnya seperti Kristus sudah merendahkan diri serendah-rendahnya untuk melayani gerejaNya. Dari situ kita akan ditinggikan oleh Tuhan, baik di dalam gereja ataupun di dalam kekekalan. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita dalam prinsip kebenaran firman ini. Mari kita masuk dalam doa.

Kembali kami bersyukur, Bapa, untuk firman dan kebenaran yang Engkau sudah karuniakan bagi kami. Kiranya Engkau boleh berikan kepada kami, suatu kehidupan yang sungguh-sungguh hidup menurut etika daripada Kerajaan Allah. Kiranya Engkau juga boleh karuniakan kepada kami suatu kehidupan yang sungguh-sungguh meninggikan dan menTuhankan Kristus dalam kehidupan kami. Kami bersyukur, Bapa, untuk setiap karunia yang boleh Kau karuniakan bagi kami. Kami bersyukur, Bapa, Engkau telah berikan segala sarana yang kami butuhkan untuk suatu pertumbuhan kehidupan rohani dalam dunia ini, sehingga kami boleh hidup kudus, dan tak bercacat di hadapan Tuhan Allah sendiri, dan kami tidak mungkin dapat berdalih bahwa Engkau tidak pernah memberikan kemampuan itu untuk kami hidup di tengah-tengah dunia ini. Tolong kami, ya Bapa, sertai iman kami dan pergumulan kami di dalam Tuhan, di dalam ketaatan dan kesetiaan kami terhadap semua yang Engkau kehendaki untuk kami jalankan. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami bersyukur dan berdoa. Amin

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Comments