Ibr. 13: 20-21
Pdt. Dr. Stephen Tong (VCD)
Saudara-saudara, terjemahan di dalam Bahasa Mandarin mengatakan, “Supaya kamu di dalam segala kebajikan boleh disempurnakan, sehingga kamu menjadi orang yang melakukan kehendak-Nya dan melalui Yesus Kristus bekerja di dalam hatimu hal-hal yang berkenan kepada Dia.” Minggu yang lalu kita telah bicara mengenai bagaimana diperlengkapi dengan kebajikan. Orang Kristen diberikan keselamatan, kita diberikan hidup yang baru, bukan berhenti di situ untuk menunggu hanya masuk Sorga. Orang Kristen diselamatkan, diberikan hidup yang baru supaya kita melanjutkan sesuatu buah dari pada hidup yang baru. Hidup yang baru anugerah Tuhan, dan buah dari hidup yang baru perlu ketaatan kita kepada Roh Kudus sehingga kita memang diperanakkan pula melalui Roh Kudus dan kita harus berbuah dan berbuat baik bersandarkan ketaatan kepada Roh Kudus. Di dalam hal ini keselamatan adalah semata-mata seluruhnya adalah anugerah dari pada Tuhan, tetapi kehidupan yang berkemenangan, kehidupan yang baru adalah sesuatu kerjasama antara orang yang sudah diselamatkan untuk terus taat kepada pimpinan Roh Kudus sehari-hari. Saudara-saudara, di dala doktrin yang kita terima, kesucian ada 3 tahap. Pertama, to be sanctified as a new status, status kita dikuduskan, ini adalah sanctification. Kedua, adalah progressive sanctification, yaitu kesucian yang bersifat progresif dari saat engkau sudah mendapatkan status yang baru, terus menuju penyucian, penyucian, purifikasi, sampai akhirnya ajal kita tiba Yesus menerima kita kembali. Ini adalah satu jangka yang panjang sekali. Secara status serentak, secara status satu kali; tetapi secara progresif terus menerus, tidak berhenti dari hari ke hari, dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun. Saudara ada mendengar orang ini melayani 40 tahun, orang itu melayani 40 tahun, saya sudah berkhotbah 47 tahun, saya sudah menjadi orang Kristen pada saat umur 17, saya menerima Yesus sebagai Juruselamat, sekarang saya umur 64. Saya tidak tahu berapa tahun lagi saya boleh melayani Tuhan, mungkin 5 tahun lagi, mungkin 10 tahun lagi, mungkin 20 tahun lagi, saya tidak tahu, tetapi saya tahu setiap hari saya harus hidup suci, setiap hari harus takut kepada Tuhan, setiap hari harus bersandarkan firman-Nya, setiap hari harus melaksanakan prinsip-prinsip Alkitab ke dalam setiap segi kelakuan dan tantangan di dalam hidup, setiap hari saya harus melihat pimpinan Roh Kudus bagaimana.
Saudara-saudara, kepekaan terhadap pimpinan Roh Kudus itu menjadi salah satu kunci dan rahasia kita boleh terus menerus hidup di dalam kemenangan. Victorious life is depend on your obedience to the Holy Spirit and be sensitive to His new guidance everyday. Roh Kudus setiap hari memimpin kita. The way of the guidance of the Holy Spirit in on only one principle: with the Word of God. Roh Kudus tidak akan memimpin kita di luar Kitab Suci, Roh Kudus akan memakai prinsip-prinsip Alkitab untuk menjadi pedoman membawa kita. Dan di situ kita membaca Kitab Suci, kita yang peka terhadap pimpinan-Nya klop di dalam mengamati dan menjalankan apa yang Tuhan inginkan kepada kita. Dengan demikian kita bisa melakukan kebajikan, kebajikan, kebajikan. Beberapa bulan yang lalu kita telah bicara mengatakan apa itu kebajikan dan di dalam ayat yang lalu kita telah memakai 3 kali, hampir satu bulan, untuk menyelesaikan. Saudara-saudara, Tuhan berkata melalui Mikha: “What is good?” Allah sudah menyatakan apa itu kebajikan kepadamu, yaitu engkau menjalankan keadilan, dan engkau membenci dosa, dan engkau dengan hati yang rendah hati engkau mempunyai cinta kasih kepada sesama, berjalan dengan Tuhanmu, itulah kebajikan. Setelah menunjukkan kepada Saudara, kebajikan selalu disebut sebagai sesuatu sebab di dalam agama lain, tetapi di dalam Kitab Suci goodness have not been pointed even once to be the source but that is only a result. Kebajikan bukan suatu sumber dari manusia, no anthropocentric goodness. Yang ada di dalam diri manusia adalah kejahatan, adalah egoisme, adalah perlawanan, resistensi kepada Tuhan. Kebajikan hanya bersumber dari Tuhan, hanya Tuhan satu-satunya yang baik. Tuhan yang bajik mendorong, memberi hidup yang baru, lalu hidup yang baru membuahkan kebajikan. Maka di dalam agama yang lain kebajikan itu adalah suatu sebab, suatu unsur yang diinginkan untuk mengganti keselamatan, di dalam Kekristenan tidak pernah begini. Kebajikan adalah sesuatu hidup baru yang melahirkan, mengeluarkan, menghasilkan buah. Dan di dalam Kekristenan kebajikan itu buah.
Saudara-saudara, minggu lalu kita telah membicarakan tentang bagaimana mungkin kita melakukan kebajikan, kita harus mengerti prinsip takut kepada Tuhan Allah, dan di dalam kita takut kepada Tuhan mengenal Dia, di situ kita menemukan prinsip-prinsip yang sudah ditunjukkan kepada kita. Dan kebajikan sering menjadi sesuatu yang mungkin dilakukan oleh orang yang sudah mengalami penderitaan menurut kehendak Tuhan. Jikalau engkau melakukan kebajikan di dalam menjalankan kehendak Tuhan, demikian Petrus menngatakan, maka kita berkenan kepada Dia. Jadi kadang-kadang Tuhan mengizinkan kita melewati, mengalami kesulitan-kesulitan dan di situ mereka diajak, dididik oleh Tuhan untuk melakukan kehendak Tuhan. Melakukan kehendak Tuhan melalui penderitaan. Dan di dalam Alkitab dengan jelas, penderitaan adalah cara Tuhan menghibur. Nah Saudara-saudara, konsep kita selalu adalah kalau saya di dalam penderitaan maka saya berharap dihibur, sehingga hiburan diluar penderitaan. Alkitab mengajar berlainan sekali, penderitaan mengandung penghiburan. Maka Paulus berkata kami yang mengalami penderitaan dan sengsara, di dalam penderitaan kami mendapatkan hiburan; dan kami mengalami hiburan ini boleh melalui penderitaan menghibur orang lain yang berada di penderitaan. Inilah suatu kebajikan yang lebih dalam dari kebajikan-kebajikan yang diperoleh di dalam agama-agama antroposentris. Saudara-saudara, kalau agama adalah hasil dari orang yang sudah jatuh di dalam dosa maka keselamatan adalah sesuatu karunia yang diturunkan dari Tuhan kepada orang yang sudah jatuh di dalam dosa, ini perbedaan yang besar sekali. Maka Tuhan akan melengkapi engkau di dalam segala kebajikan, untuk apa? Supaya engkau bisa menjalankan kehendak Allah. Nah di sini urutannya sangat-sangat ajaib, berbeda dengan banyak konsep kita. Setiap kali saya menemukan konsep-konsep yang melampaui konsep setelah manusia di dalam dosa, saya berkata inilah superioritas Alkitab, inilah sesuatu yang melampaui semua filsafat, semua ajaran, semua kebudayaan, dan semua agama. That is the Word of God, the superiority of the Word of God above all cultures, all religions, all philosophies. Puji Tuhan. Setelah engkau dilengkapi di dalam segala kebajikan maka engkau menjalankan kehendak Tuhan.
Saudara-saudara, banyak orang ingin menjalankan kehendak Tuhan maunya Tuhan cocok dengan dia, bukan dia cocok dengan Tuhan. Nah ini adalah sangat egois dan antroposentris. Jadi kita mengerjakan sesuatu dengan kemauan kita, “begini,” lalu kita harap ini kehendak Tuhan? Salah. Kita mencari kehendak Tuhan, bukan minta lotere, bukan minta konfirmasi, bukan minta disetujui oleh Tuhan atas apa yang kita sudah ambisikan, apa yang kita sudah tetapkan, itu salah sekali. Saudara-saudara, lalu kita berusaha mencari kehendak Tuhan dengan menemukan sesuatu, “Nah ini kehendak Tuhan,” itu bahaya sekali. Setelah engkau dilengkapi dengan segala kebajikan, setelah engkau dikuduskan dengan pimpinan Roh Kudus, setelah engkau mengetahui akan rencana Tuhan, engkau sudah dilengkapi dengan segala kebajikan, baru engkau bisa melakukan kehendak Tuhan. Orang yang melakukan kehendak Tuhan sebelum itu dia harus mengetahui isi hati Tuhan. To do the will of God you should know what is delighted by God first. Apa yang Tuhan inginkan, apa yang Tuhan mau, apa yang menjadi utama dihadapan Tuhan, baru engkau jalankan. To understand, to know God, that is the reason you can do His will. Banyak orang mengerjakan kehendak Allah bukan demikian.
Saudara-saudara, dua orang yang penting di Jerman, satu Arthur Schopenhauer, yang kedua adalah Friedrich Nietzsche. Ini dua orang mempunyai filsafat yang melawan zamannya atau melawan arus dari pada German idealism. Dari pada German Idealism kita melihat mulai dari Kant, Fichte, Schelling, Hegel, keempat orang ini terus mementingkan tentang sesuatu aspek dan akhirnya sedikit menyeleweng, yaitu pentingnya rasio, meskipun orang seperti Kant tidak percaya bahwa rasio hanya berada di dalam vernum yang murni seperti apa yang diajarkan oleh tiga orang, yaitu seperti Spinoza yang di Amsterdam, seperti Leibniz yang ada di Jerman Utara, dan satu lagi Renee Descartes yang berada di Paris. Lalu dia mulai membagikan rasio di dalam ketiga bidang. Tetapi akhirnya terus sampai Fichte, Schelling, dan Hegel, rasio tetap diutamakan, menjadi sesuatu dalil mirip satu orang filsuf di yaitu Grika yang kuno. Jadi yang bisa dipikirkan itu ada, yang tidak bisa dipikirkan itu tidak ada. Being and thinking, itu adalah similaritasnya. Dengan demikian, akhirnya memutlakkan rasio. Meskipun mereka idealisme, tetapi rasio mempunyai peranan yang penting sekali.
Nah Saudara-saudara, maka di Jerman zaman sama dengan Hegel timbul satu orang. Orang ini namanya Arthur Schopenhauer. Arthur Schopenhauer mengatakan, saya lihat, lain sekali. Apakah saya tahu baru saya lakukan? Tidak. Saya mau lakukan baru cari tahu. Nah ini kelemahan. Arthur Schopenhauer mengatakan, manusia selalu diperbudak oleh kemauannya. Nah ini satu perubahan yang besar sekali. Dia mempunyai satu pikiran inovatif dan mempunyai satu kreativitas yang luar biasa, sehingga Arthur Schopenhauer berani membikin satu kuliah, sengaja jamnya sama dengan Hegel untuk mengadu siapa lebih pinter. Akhirnya, kelasnya Hegel penuh sesak, semua orang sampai duduk berdiri di luar, sudah bayar tidak dapat bangku pun rela. Tapi, saat yang sama, yang menandingkan dia, Arthur Schopenhauer, cuma dua orang yang masuk kelas dia. Dia tidak laku. Dia makin tidak laku makin pesimis, dan dia menjadi raja pesimisme pada zamannya. Saudara-saudara, tetapi buku dia yang ditulis yang tidak laku namanya The World as the Phenomena of Will, dunia ini dilihat sebagai suatu fenomena daripada kemauan. Itu akhirnya berpuluh-puluh tahun kemudian dijual di loak, di tempat-tempat buku yang lama, tidak ada orang mau, dan ditemukan oleh seorang muda namanya Friedrich Nietzsche. Lalu Friedrich Nietzsche membaca buku itu, dia berobah konsep. Dengan satu buku, dia seumur hidup berubah. Dari orang Kristen tadinya waktu kecil, menjadi paling lawan Kristen, dan dia menemukan sesuatu yang menjadi dorongan, impulse yang dianggap paling kuat di dalam mempengaruhi tindak tanduk orang, manusia, yaitu will. Nah dia menemukan, will to power untuk melawan kekristenan. Nietzsche mengatakan, “Christian ethic is an ethic of the slave,” karena kita disuruh taat, taat sama Tuhan, akhirnya manusia menjadi budak, manusia menjadi sama sekali tidak bergairah, manusia menjadi pasif, manusia menjadi sama sekali negatif, manusia menjadi diperalat oleh yang disebut Tuhan Yesus. Ini Nietzsche. Nietzsche menemukan ini dari buku Arthur Schopenhauer, The World as the Phenomena of Will. Menurut Arthur Schopenhauer, apakah ini gini, gini, gini, oh, saya harus jalankan. Tidak. Terbalik. Dia mengatakan, saya ingin jalankan, sesudah itu kalau ditanya, mulai cari alasan, gini lho, gini lho, gini lho. Jadi semua orang otak itu adalah budak daripada kemauan. Semua orang otaknya itu diperalat oleh keinginan, nafsu, kemauan, birahi. Itu yang mendorong, itu yang menjadi satu kekuatan, lokomotif, lalu kita hanya melayani. Menurut dia, orang akademik, orang pinter, sebenernya itu hanya main-main dalam dunia rasio saja. Tapi di belakang akademik, di belakang rasio, ada suatu impulse dan will yang menguasai seluruh umat manusia.
Sekarang saya tanya, you tahu dulu baru kerjakan, atau you kerjakan baru cari tahu? Ayo jawab. Waktu engkau jatuh cinta sama satu orang, you analisa dia dulu, pengetahuannya, apanya, apanya. Oh karena gini, gini, baik, maka saya cinta dia. Atau, cinta dulu baru cari alasan? Jujur. Hehe ketawa ya? Banyak orang seluruh hidup dipengaruhi oleh kemauan. Kemauannya itu sudah serong, lalu cari alasan untuk membela diri. Saudara-saudara, inilah dunia. Saya kira saya tidak setuju filsafat banyak daripada Nietzsche atau dari Schopenhauer, tapi ada berapa poin mereka betul-betul they show us what is now going in the fallen people, among the fallen man. Manusia sudah jatuh sedang mengerjakan, seperti apa yang dikatakan oleh Machiavelli. Dia mengatakan, “I’m not talking what we should do, I’m only describing what we are doing now as a sinner.” Orang berdosa selalu digeret, selalu dipengaruhi oleh kemauan yang sudah rusak. Maka sesudah mengerjakan yang rusak, baru cari alasan untuk membela diri. Saudara-saudara, banyak hakim, banyak pengacara mengetahui mereka telah membela orang yang salah. Tetapi sambil membela, sambil cari buku hukum untuk mendukung mereka. Karena apa? Karena mereka sudah maunya uang kok. Ngerti maksud saya? Kalau inginnya uang, ambisinya adalah harta, sesudah terima uang 50 juta, yang salah jadi bener, yang bener jadi salah. Celakalah engkau! Hakim-hakim, jaksa-jaksa, dan semua yang memperjuangkan keadilan, yang sendiri tidak adil. Karena apa? Kemauanmu yang jahat, kemauanmu yang sedang berdosa, yang bercacat, telah mempengaruhi pikiranmu, sehingga pikiranmu adalah pelacur yang tidak setia kepada suami yang asli, yaitu Tuhan. Kalimat ini bukan dari saya. Dari Martin Luther, mengatakan, “Reason is the whore. Reason is like prostitution.
Rasio seperti apa? Rasio seperti pelacur. Pelacur kalau sudah terima uang, semua badan pria dianggap seperti suaminya. Dia boleh tidur sama ini, “Aku cinta kamu.” Besok langsung bilang sama laki yang lain, “Aku cinta kamu.” Dengan huruf yang sama kepada tubuh yang berbeda. Karena apa? Terima uang. Itu pelacur. Rasio-rasio, akademik, itu selalu menjadi pelayan daripada conviction. Itu sebab saya tidak akan menganggap orang akademis itu saya agung-agungkan, kecuali hatinya beres. You kalo sekolah teologi tinggi akademisnya, hatinya tidak mencintai Tuhan, engkau seperti orang Farisi. Orang anggap, kenapa Stephen Tong terus menyerang akademik dan sebagainya? Karena saya tahu itu betul-betul yang dikerjakan, dikatakan oleh Martin Luther dan Calvin. Martin Luther mengatakan rasio itu pelacur. Calvin mengatakan, Tuhan, aku menyerahkan hatiku di dalam tanganmu. Siapa lebih rasionil daripada Calvin? Selama 500 tahun ini tidak ada teolog yang lebih konsisten, pikiran lebih teliti, lebih komplit dan delicate dibanding dari pada Calvin. Tetapi dia mengatakan, “aku memberikan, serahkan hatiku di dalam tangan-Mu, ke dalam tangan-Mu.” Itu yang menjadikan dia bisa menjadi pemimpin Reformed yang kuat. Saudara-saudara sekalian, jikalau kita mau menjalankan kehendak Tuhan, kita diperlengkapi dengan segala kebajikan untuk menjalankan kehendak Tuhan. Jadi mejalankan kehendak Tuhan, bukan menjalankan kehendak saya. Kalau saya menjalankan kehendak saya, lalu dengan cara rasio yang dicipta oleh Tuhan yang sudah dinodai oleh dosa untuk membela kemauan saya, saya anak setan. Tetapi kalau saya mau menjalankan kehendak Tuhan, biarlah Firman Tuhan yang menguasai pikiran saya, rasio saya takluk kepada Firman Tuhan, kemauan saya dipimpin oleh Roh Kudus, itu baru menjalankan kehendak Tuhan.
To do the will of God, you should submit your reasoning under The Word of God and the guidance of the Holy Spirit, and then you praise Him, not praise yourself. Itu menjalankan kehendak Tuhan. Banyak isitilah rohani yang kita sudah biasa pakai, kita begitu hafal, kita begitu hafal, begitu ngerti, sampai akhirnya kita sudah membiasakan diri pakai bahasa-bahasa, istilah-istilah kekristenan yang sama sekali kita tidak lagi sadar, berapa serius kalimat yang kita pakai itu. To do the will of God, that is so dignify, so serious, so important. Tetapi, tetapi kita sudah mengkatakan to do the will of God di dalam keadaan yang sembarangan. Empat puluh tahun yang lalu di Makau, ada seorang anak muda perempuan, yang selalu bantu gereja main piano, main piano. Satu hari pendeta bilang, “ Ayo kita sekarang sudah mau kebaktian, you main piano nomor ini.” Dia bilang lain, “Ini hari saya tidak main.””Kenapa?” “Hari ini kehendak Tuhan, saya tidak boleh main.” Kehendak Tuhan, tidak boleh main? Pendetanya jadi kewalahan, kok seperti dia lebih rohani dari pendeta. Rohani tidak ngerti, prinsip apa ini? Kenapa? “Tuhan berkata kepada hati saya, hari ini engkau tidak main piano, ini pimpinan Roh Kudus.” Siapa berani melawan, Roh Kudus kok, yang memimpin. Pendetanya, bohwat, yah tidak ada yang main piano, hari itu kebaktian itu sedikit kacau. Sesudah selesai dia mau cari, penasaran, kenapa si anak ini hari ini. Akhirnya ditemukan kenapa, karena dia biasa main sembarangan, ngawur mainnya dan hari itu dosen pianonya datang. Begitu dia lihat, dosen pianonya masuk,“wah cilaka, nanti kalau saya sembarangan main, akan diapain sama dia. Pimpinan Tuhan, kehendak Tuhan, hari ini saya tidak main.” Maka orang kalau mulutnya sudah biasa kehendak Tuhan, kehendak Tuhan. Besok yang masuk surga cuma bibirnya tok, yang lainnya dibuang ke neraka, bibirnya yang masuk surga. Yesus berkata, “engkau menyebut Aku dengan Tuhan, Tuhan, dengan bibirmu saja, tetapi hatimu jauh daripada-Ku.” Saya minta orang Gereja Reformed, jangan sembarang menyebut kehendak Tuhan, kehendak Tuhan, pimpinan Tuhan, kecuali betul-betul engkau jelas.
Saudara-saudara, saya baru marah kepada seorang murid yang tadinya mengatakan, saya tidak rasa, saya melayani dimana, saya pernah rasa Tuhan pimpin saya ke satu propinsi. Sudah di situ tidak sampai 2 tahun dia pindah. Lalu saya tanya, “kalau begini, dulu engkau di pimpin Tuhan betul kehendak Tuhan tidak?” Salah seorang Hamba Tuhan, saya tidak usah sebut siapa namanya, juga rasa dia mesti tinggalkan satu kota, pergi lain tempat. Sudah pergi lain, geger sama orang lain, sudah dua bulan lepas dari tempat itu. Karena dia pergi adalah alasan tertentu tapi justru berbentur dengan orang-orang yang menjadi orang yang menjadi kekuatan untuk dia alasan tertentu. Lalu saya membuktikan, “kalau begini kehendak Tuhan, yang kau mengerti dua bulan yang lalu salah toh? Kehendak Tuhan yang salah atau engkau yang salah? Bagaimana engkau bertanggungjawab? Engkau sudah lulus sekolah teologi, engkau begitu sembarangan menjalankan kehendak Tuhan.” Seumur hidup ini saya tidak sembarangan angkat kaki untuk masuk ke dalam satu ladang atau angkat kaki keluar dari satu ladang. Selama enam puluh empat [tahun] saya melayani di SAAT, melayani di Gloria di Surabaya, akhirnya tahun 89 saya mendirikan Gereja Reformed Injili Indonesia. Saya jelas tahu pergi atau tidak. Orang berkata “Stephen Tong, engkau sudah disambut begitu meriah di seluruh dunia, di Eropa di New York, di Los Angeles, di Cichago, engkau memimpin kebaktian yang paling besar yang berada di dalam sejarah gereja-gereja Tionghoa selama sejarah. Kenapa engkau mau pulang ke Indonesia? Nongkrong di Malang, kota yang kecil, di sekolah teologia yang tidak terkenal. Engkau diundang untuk menjadi bishop, engkau diundang meneruskan Zao She Kwang(?) menjadi pengganti Dr. Andrew Gih di Los Angeles dengan kantor semua sudah tersedia. Bahkan ada orang mengatakan kalau engkau mau pindah ke kota ini, saya mendukung engkau satu tahun seratus ribu dolar untuk bagian office saja untuk seluruh pekerjaan satu juta dolar.” Waktu itu uang besar sekali, saya bilang tidak, kenapa tidak? Tidak ada pimpinan Tuhan, saya tidak boleh sembarangan satu langkah. Saudara-saudara saya sebelum mendirikan GRII sudah keliling seribu lima ratus gereja. Saya sudah berkhotbah kepada, paling sedikit lebih sepuluh juta manusia, baru dirikan GRII, saya disambut disini disana. Kalau rekan-rekan saya kira, wah Pak Tong perlu saya bantu dia, karena dia perlu saya bantu. No one come to help, no one come to contribute, everyone come to serve together and come to learn, come to obey God. Ini sikap saya di dalam gereja ini.
Saudara-saudara menjalankan kehendak Tuhan, betulkah pimpinan Tuhan? Betulkah langkah-langkahmu itu betul-betul langkah dari Tuhan? Terlalu banyak murid begitu bilang sama saya, pimpinan Tuhan saya kesini, kok tau? Pimpinan saya, saya ke kota itu, kok tau? Ada seorang berkata kepada saya, “Pak Tong, saya tidak mau di Kalimantan.” “Karena apa?” “Saya tidak bisa maju disitu.” “Jadi dimana bisa maju?” “Kalau kota besar saya mau.” Kemana saja asal di Jakarta, begitu? Lalu saya bilang sama dia, “Oh jadi engkau tidak mau di Kalimantan, eh mau di kota besar?” Bagi saya Malang itu Kalimantan, kota kecil. Kalau saya mau di New York diterima, kalau mau saya di San Fransisco diterima, kalau mau saya di Toronto diterima. Seluruh dunia begitu banyak gereja mengharapkan saya menjadi pendeta mereka. Tetapi saya tidak boleh sembarangan, apalagi pemuda-pemudi, dengar ini ada beban, dengar itu ada beban, kesini menginjili rasa perlu disitu, seluruh gereja digabungkan kesitu, supaya disitu yang menjadi pelayanan. Tidak begitu, musti jelas kehendak Tuhan. Bagaimana jelas, menjadi jelas kehendak Tuhan, prinsip pertama menyangkal diri. Ini rahasianya. The secret of doing the will of God, the first principle: deny yourself. Saudara-saudara jangan bilang, “Oh ada kebutuhan itu kehendak Tuhan, ada gerakan itu kehendak Tuhan.”Deny yourself. Saudara-saudara, kalau engkau menyangkal diri tidak mengikuti diri,you crucify your will on the cross, then the will of God will be manifested to you clearly. Ini prinsipnya. Setelah Tuhan memperlengkapi engkau di dalam menjalankan segala kebajikan, baru engkau bisa menjalankan kehendak Tuhan, lalu setelah ini langkah terakhir melalui Yesus Kristus melengkapi engkau dan memberikan engkau kekuatan mengerjakan segala sesuatu yang diperkenan oleh Dia, bukan diperkenan oleh kamu. Jadi sekali lagi, deny yourserlf is the secret and the first step to know the will of God.
Waktu saya lulus daripada SAAT, lalu dosen Rektor tanya kepada saya, maukah engkau pergi ke Surabaya? Saya bilang tidak. Karena apa? Surabaya kota saya sendiri, jadi orang-orang di situ kenal saya dari kecil, saya kalau di situ kurang leluasa, tapi kota Semarang kota, beberapa kota mengundang saya menjadi pendeta disitu dan saya bikin kebangunan rohani penuh sampai di luar orang berdiri, saya paling senang kalau pergi tempat dimana orang menghormati saya. Lalu dia bilang, “saya minta you pergi ke Surabaya sekaligus ada di Malang, langsung lulus langsung menjadi dosen di SAAT.” Saya menjawab, “saya doa lagi lah, doa lagi.” Nah ini cara terbaik untuk menunda kan?Doa lagi, saya musti berdoa. Lalu Rektor bilang, “you perlu doa berapa lama?” Dua bulan, dua bulan. Sesudah dua bulan, tetap tidak mau pergi, orang doa itu kan alasan ya. Yang mau itu kan will, maunya kemana sudah tetap lalu doa. Banyak orang cari jodoh dulu baru doa, bukan doa dulu baru cari, ya, kadang will-nya yang mendorong. 2 bulan kemudia saya dipanggil, “You sudah doa 2 bulan?”, “Ya.” , “jadi, sekarang mau tidak ke Surabaya?” , “Tidak.” , “Jadi, bagaimana?” , “mau doa lagi.” Tunda lagi, bukan doa lagi. Saudara-saudara, dia mengatakan apa? “Sudahlah, tidak usah doa, ke Surabaya saja!” Saya bohwat sama dia. Akhirnya saya dengan tidak rela sekali saya pergi Surabaya sambil ke Malang, setiap minggu itu 3 hari Surabaya, 4 hari Malang, 3 hari Surabaya, 4 hari Malang, luar biasa.Dan saya paling tidak senang naik bus, setiap kali naik bus sampai tengah jalan itu sudah muntah-muntah, sabankali begitu. Saya bukan orang yang suka jalan-jalan, akhirnya Tuhan jadikan saya seorang yang keliling dunia 1 tahun 300 kali naik kapal terbang, itu semua bukan kemauan saya. Siapa yang suka begini? Siapa yang tahan? 450.00km 1 tahun, lebih dari pada 10 kali keliling dunia, lebih 2 kali daripada pilot yang terbang, saban hari bawa koper, saben hari naikkan sini, sini, sini pinggangnya masih kuat, heran. Saban hari waktu makan itu separuh waktunya di kapal terbang, makanannya itu bosan luar biasa. Dia mengatakan pokoknya Surabaya-Malang. Okee… kalau Saudara tanya saya, “Pak Tong, waktu engkau 24 mulai melayani Tuhan, waktu engkau tahu, kehendak Tuhan tidak?” saya akan jujur ya, saya waktu itu tidak tahu kehendak Tuhan. Kalau begitu, bukan kehendak Tuhan dong? Saya bilang, tidak tentu bukan kehendak Tuhan. Lalu, engkau tanya lagi, kehendak siapa? Kehendak siapa saya tidak tahu waktu itu, tapi saya tahu pasti bukan kehendakku.
Nah, Saudara-saudara, disini titik permulaan.Yang mengatakan ‘kehendak Tuhan, kehendak Tuhan’ banyak omong kosongnya, banyak kurang jujurnya, banyak alasan doa lagi ‘saya mau kehendak Tuhan’, tidak sungguh-sungguh, tetapi saya berani katakan ‘saat itu bukan kehendakku, maka kemungkinan besar kehendak Tuhan’. Di situ, saya tarik satu kesimpulan “orang yang menyangkal diri baru mungkin mengerti kehendak Tuhan”, lalu engkau tanya, “waktu itu engkau tidak tahu kehendak Tuhan?”, “kurang tahu”, “sekarang?” , “saya sekarang tahu, semua yang lewati itu semua kehendak Tuhan.” Waktu itu saya tidak mengikuti diri, ikuti rektor saya, saya nda rela sekali, karena menyangkal diri maka waktu itu saya pergi ke sini-sana, diatur oleh dia, saya tidak senang, itu kehendak Tuhan. Karena melalui itu menjadikan saya seorang yang tidak barambisi untuk diri, tidak berambisi untuk kekuatan, kuasa, kedudukan, tidak. Saya tidak suka kalau akhirnya saya kenapakah tunda pelayanan sampai tahun 89, baru dirikan GRII dan dirikan GRII pun tunda 10 tahun. Tahun 79 saya sudah bicara sama hanya satu orang, nyonya saya, “perlu satu gereja yang Reformed, kalau tidak, kekacauan ini seperti ini.” 2 hari yang lalu, Pdt. Tjipto bicara sama saya, “wah, cilaka, Protestan di Surabaya kacau balau dan Bethani kacau balau. Dua-dua kacau, mereka seperti dua kubu dan mereka semua lagi tanya pendirian Reformed bagaimana?” Saya bilang sama dia, “20 tahun yang lalu saya sudah lihat apa yang akan terjadi gereja pada hari ini.” Kenapa saya lihat? Karena saya mengetahui dua-dua, yang liberal tidak bisa mewakili kekristenan, yang emotional kharismatik radikal juga tidak bisa mewakili kekristenan. Both are rival and also charismatic cannot represent the true teaching of the Bible, dan we should return to the word of God, return to the spirit of reformation, be faithful only to the revelation of God, no other way.
Lalu orang kira dirikan gereja Reformed bukan sama saja, juga satu denominasi, “No, Reformed faith is not a production in denomination, reformed faith is a complete faithfulness to the word of God and the true invitation to the whole world to return to the whole Bible.” Inilah satu ajakan yang mulia. Calvin dan Martin Luther, dua-dua tidak pernah mempunyai ambisi mendirikan gereja untuk sendiri, tidak. Mereka hanya mau membawakan seluruh Tubuh Kristus kembali kepada firman Tuhan, itu ajakan. Lalu, orang sekarang dirikan gereja sembarangan, pasang plang gereja, asal berplang, asal membaptiskan orang, asal berani memberikan Perjamuan Suci itu namanya gereja, ajarannya simpang siur, yang dikhotbahkan bukan firman, yang dikhotbahkan manusia, program gereja dan permintaan keuangan, itu saja. Akibatnya adalah gereja tidak mengerti firman Tuhan. Saudara, lalu mereka mengatakan kita gereja, kamu gereja, kamu hanya salah satu diantara begitu banyak denominasi, jangan sombong anggap dirimu benar. Saudara-saudara, cilaka, sekali lagi gereja Reformed, gerakan Reformed adalah kesetiaan mutlak kepada firman Tuhan yang sekaligus mengajak ‘mari semua orang Kristen dengan segenap hati, seluruh jiwa, seluruh Tubuh Kristus, kembali seluruh hati setia kepada seluruh firman Tuhan,” itu ajakan. Saudara-saudara, sekali lagi Reformed movement is not a production of a denomination, is not based on denominationallism, but a white invitation and glorious challenge to the whole church with whole heart, to return to be faithful to the whole bible, itu yang kita inginkan.
Kiranya Tuhan memberkati kita, memberikan kepada kita kesadaran berapa penting adanya kita. Saudara-saudara, kita mengerjakan yang diperkenan oleh Dia, bukan diperkenan oleh kita karena bukan dari kehendak kita, bukan daripada self-centered, bukan daripada antroposentrik, bukan daripada egoisme, daripada how to do the will of God.Itu sebab kita mengatakan kalimat-kalimat tajam.Sekali lagi saya berkata, “Doa Yabes, doa antroposentrik. Doa Yesus Kristus, doa teosentrik.” The Lords prayer by Jesus Christ, who taught us ‘our Father in heaven, Thy name, Thy Kingdom, Thy will.’ Doa Yabes, the prayer of Jabes, ‘my teritory, my, my, my,’berbeda. Kalau engkau tidak mempunyai mata yang tajam, engkau tidak tahu mengapa harus membedakan harus keluar daripada yang jahat. Nah, itu tidak salah, engkau boleh berdoa, engkau berhak, tetapi jangan menganggap itu lebih penting daripada doa Yesus Kristus.Amin? Biar kehendak Tuhan yang jadi. To delight Him, in His will, not your will.
[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]