Karunia Berkata-Kata dan Melayani, 23 Mei 2021

Roma 12:3-8

Vik. Lukman Sabtiyadi

Hari ini kita memperingati hari Pentakosta, pada umumnya dikenal sebagai hari turunnya Roh Kudus. Tapi seringkali ini jadi persoalan karena turunnya Roh Kudus seolah-olah sebelum ini Roh Kudus belum turun atau Roh Kudus itu belum menampakkan diri-Nya atau menunjukkan diri-Nya. Padahal di dalam Perjanjian Lama kita bisa melihat ada Roh Allah juga yang bekerja. Maka itu biasanya lebih spesifik secara theologis, hari Pentakosta adalah hari turunnya Roh Kudus untuk melahirkan gereja atau biasanya juga secara sederhana disebut sebagai hari lahirnya gereja. hari Pentakosta seringkali tidak terlalu diperingati secara besar-besaran padahal hari Pentakosta adalah salah satu hari yang penting untuk lahirnya gereja di mana Tuhan menggenapkan janji-Nya akan datangnya Roh Kudus untuk membangkitkan umat Tuhan dalam satu komunitas. Gereja Tuhan yang kemudian diperlengkapi oleh Roh Kudus, disempurnakan oleh Roh Kudus, dikuduskan oleh Roh Kudus, dan juga diberikan karunia-karunia Roh Kudus untuk menanti kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

Jadi dalam konteks di mana sekarang kita berada di masa antara, antara Tuhan Yesus sudah naik sampai kedatangan-Nya kembali. Salah satu ciri dari masa antara itu adalah datangnya Roh Kudus dan adanya karunia-karunia Roh Kudus. Jadi masa antara itu bukan berarti misalnya dunia semakin rusak lalu kemudian Tuhan Yesus itu datang, baru banyak sekali orang bernubuat, banyak sekali orang melakukan mukjizat yang fenomenal, dan seterusnya. Bukan. Tetapi adalah satu masa yang sampai sekarang ini kita tahu memang masa yang panjang. Dari gereja awal muncul Pentakosta sampai sekarang itu sudah ribuan tahun lamanya. Masa antara yang begitu panjang di mana ciri khasnya adanya penyertaan Roh Kudus secara khusus di dalam gereja-Nya.

Gereja di dalam istilah aslinya ekklesia, itu berarti secara ringkas adalah orang-orang yang dipanggil keluar dari dunia untuk disatukan dalam komunitas perjanjian di dalam Kristus yang kemudian diutus kembali ke dalam dunia untuk bersaksi bagi Kristus. Ekklesia yaitu satu kelompok di mana Tuhan memanggil kita semua keluar dari dunia berdosa, keluar dari gaya hidup kita yang lama, keluar dari manusia lama kita untuk masuk ke dalam satu komunitas yang baru, komunitas perjanjian yang baru di dalam Kristus, komunitas yang bukan dari dunia tetapi berada di dalam dunia. Joel Beeke memberikan satu rangkuman yang indah sekali di dalam buku Keindahan dan Kemuliaan Mempelai Kristus: “Gereja Yesus Kristus merupakan suatu entitas yang menakjubkan, suatu studi dalam paradoks-paradoks. Gereja adalah mempelai wanita yang cantik dengan gaun pengantinnya dan sedang menantikan mempelai prianya. Pada saat yang sama, gereja adalah seorang tentara dalam balutan baju perang dan baju besi yang berjuang untuk mempertahankan hidupnya dan untuk kemuliaan rajanya dengan bersenjatakan kebenaran dan belas kasihan. Gereja adalah rumah sakit untuk orang-orang berdosa yang penuh dengan kenajisan dan kelemahan karena sakit rohani. Namun gereja juga merupakan istana dari orang-orang kudus, Bait Suci Allah yang kudus. Gereja adalah organisasi di bumi dengan semua sifat keduniawiannya dan konflik hubungan antar manusia. Dan saat yang sama gereja adalah organisme surgawi yang dipersatukan oleh Roh sebagai tubuh dari Tuhan Yesus yang telah bangkit. Di dalam gereja baik kematian Kristus maupun kehidupan Kristus diperlihatkan.”

Gereja adalah studi dalam paradoks-paradoks. Beberapa mungkin kita tidak terlalu familiar dengan istilah ini. Paradoks itu berbeda dengan kontradiksi. Kontradiksi itu sesuatu yang berlawanan: A dan bukan A. Paradoks adalah sesuatu yang berlawanan tapi kebenaran. Di dalam konsep kita secara manusia, manusia itu sulit sekali memadukan atau menggabungkan satu konsep dualitas yang berlawanan itu. Misalnya Allah adalah kasih, Allah adalah adil, kalau Allah yang adil itu berarti menghukum dosa, tapi kok Allah juga kasih menyelamatkan? Kita sulit sekali memahami ini. Dalam theodicy, bagaimana hubungan keberadaan Allah dengan kejahatan dalam dunia yang berdosa ini, kita sulit sekali melihat Allah yang baik dan penuh kasih lalu kemudian kok bisa ada kejahatan? Kalau Allah itu baik tapi kejahatan di dunia itu ada, maka mungkin Allah tidak Mahakuasa sehingga kejahatan itu tetap ada di dunia? Atau mungkin Allah itu tidak baik jadi kejahatan itu masih ada? Jadi sulit sekali kita memahami atau percaya, mempunyai padangan yang menyeluruh tentang dualitas yang seolah memang bertentangan dalam sudut padang manusia. Paradoks itu artinya ada dualitas yang berbeda yang memang bertentangan, berlawanan dari sudut pandang kita sebagai manusia yang terbatas tetapi merupakan kebenaran.

Ada paradoks di sini seperti gereja itu mempelai wanita tapi saat yang sama juga adalah tentara. Nah ini kan dua hal yang berlawanan ya, mempelai wanita yang anggun, yang sopan, yang rapi, yang cantik, siap untuk menikah, bertemu dengan mempelai pria. Lalu bandingkan dengan tentara yang sama sekali nggak anggun, gagah, berani, tegas, cenderung mungkin agak berantakan. Ini berbeda sekali. Tapi gereja adalah dualitas ini yang kemudian secara komprehensif itu bergabung di dalam kesatuan gereja. Lalu gereja juga adalah rumah sakit bagi orang berdosa tapi saat yang sama juga adalah istana dari orang kudus. Ini juga satu pemahaman yang sulit sekali kita pahami. Ada banyak kita berpikir gereja itu kumpulan orang kudus. Tapi ketika dalam prosesnya kita semakin mengenal komunitas kita melihat ternyata gereja juga adalah kumpulan orang-orang berdosa sehingga banyak sekali mungkin kekecewaan. Ini suatu realitas bahwa ternyata di dalam gereja itu tidak semuanya adalah orang kudus. Bahkan Tuhan Yesus mengatakan di dalam gereja Tuhan ada lalang dan gandum. Ini merupakan suatu realita bahwa memang gereja itu tidak sepenuhnya adalah kumpulan orang kudus tapi juga adanya orang berdosa. Maka gereja itu berperan juga sebagai rumah sakit bagi orang berdosa. Kita berpikir bahwa kalau gereja adalah kumpulan orang kudus, maka kalau ada orang-orang yang tidak benar maka kita usir sehingga gereja kita itu tetap kudus, tetap sempurna, tidak bercacat. Ya memang pasti perjuangan kita demikian, maka itu ada disiplin gereja. Tapi disiplin gereja juga tujuannya bukan mengusir lalu menjauhkan orang berdosa itu supaya menjaga gereja itu kudus tetapi disiplin gereja itu bertujuan juga seperti proses pengobatan, proses pemulihan untuk membawa orang-orang yang jauh dari Tuhan dalam komunitas kita lebih dekat lagi dengan Tuhan, menegur orang-orang yang jauh dari Tuhan dalam komunitas kita untuk semakin dimurnikan, dikuduskan, dipulihkan secara rohani.

Dan gereja juga merupakan suatu organisasi di bumi. Ada kepentingan-kepentingan muncul di gereja, ada konflik, atau secara sederhana mungkin istilah yang mungkin terlalu sederhana kita pakai mungkin ada politik di gereja. Gereja-gereja yang kita bisa menyaksikan di sepanjang sejarah, gereja khususnya saja di Indonesia, ada kepentingan-kepentingan yang muncul di dalam gereja. Gereja memang organisasi yang memang ada unsur duniawi di dalamnya, ada masih bergumul di dalam dosa, ada konflik kepentingan, ada politik di dalamnya. Tapi ingat juga saat yang sama juga gereja adalah organisme surgawi yang disatukan oleh Roh Kudus sehingga kita tidak melulu melihat organisasi duniawi lalu pesimis dengan gereja. Kita diingatkan jangan lupa memang itu unsur yang harusnya dihindari, yang harusnya tidak terus menerus ada di gereja, yang harus kita perjuangkan untuk gereja itu dimurnikan lagi sehingga unsur duniawi itu hilang. Tapi di sisi yang lain kita ingat ada pengharapan yang lebih indah, lebih besar daripada usaha kita untuk membangun, memurnikan gereja Tuhan yaitu ada campur tangan Roh Kudus untuk memurnikan gereja, untuk menyatukan gereja Tuhan.

Hari ini saya mau mengajak kita merenungkan karunia-karunia Roh Kudus yang ada di dalam gereja Tuhan. Ada karunia-karunia yang mungkin terlihat sederhana tetapi adalah karunia yang sangat perlu di dalam zaman kita sekarang. Ketika kita merenungkan gereja Tuhan dengan karunia-karunia Roh Kudus di dalamnya itu yang memberikan pengharapan pada gereja Tuhan bahwa gereja bukan organisasi duniawi, bukan usaha manusia untuk membangunnya tetapi adalah satu karya Tuhan yang bagaimanapun caranya Tuhan pasti akan memurnikan gereja-Nya. Tuhan memperlengkapi gereja-Nya dengan karunia-karunia untuk kita bersaksi lebih lagi bagi Tuhan.

Seorang penafsir James Dunn mengatakan ketika kita merenungkan Roma 12:3-8 maka kita merenungkan itu dalam konteks tubuh Kristus, dalam konteks di mana tubuh Kristus itu sebagai tempat untuk bertumbuhnya iman yang sejati di dalam Kristus. Ketika tubuh Kristus itu adalah menjadi tempat, wadah untuk membangun iman kita sebagai orang Kristen, iman yang sejati di dalam Kristus, maka Tuhan itu menolong kita dengan memberikan karunia-karunia Roh Kudus yang menguatkan iman kita, mempertumbuhkan iman kita lagi, memurnikan iman kita lagi sehingga berakar di dalam Kristus. Maka tidak salah juga kita menyebut bahwa gereja itu adalah komunitas Karismatik. Gereja adalah komunitas di dalam Kristus yang diberikan karunia-karunia Roh Kudus untuk menggenapi kehendak Allah. Selain itu, kita perlu perhatikan juga, ketika Roh Kudus itu memberikan karunia kepada gereja Tuhan, tujuan karunia itu diberikan itu untuk pembangunan tubuh Kristus, untuk edifikasi gereja Tuhan. Jadi bukan untuk kebanggaan diri. Masalahnya seringkali ini menjadi sulit di tengah-tengah kita orang berdosa karena karunia Roh Kudus seringkali diklaim sebagai kemampuan individu yang patut dibanggakan di hadapan banyak orang.

Ada banyak karunia Roh Kudus di dalam Alkitab. Selain Roma 12:3-8, kita dapat lihat dalam 1 Korintus 12:8-10 “Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam Roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.” Lalu bisa lihat juga di Efesus 4:11.

Kita bisa melihat di sini secara menyeluruh ada 3 kategori karunia Roh Kudus. Pertama yaitu speaking gifts, karunia untuk berkata-kata. Di dalamnya ada bernubuat, mengajar, menasihati, berkata-kata dengan hikmat, dengan pengetahuan. Kedua, karunia memimpin atau leading gifts. Karunia yang terkait dengan organisasi, memimpin organisasi, administrasi, mengelola gereja Tuhan, menjadi pemimpin di gereja Tuhan. Kalau dalam konteks lebih lanjut, ada penatua dan diaken. Tuhan itu memberikan karunia-karunia untuk orang itu menjadi penatua dan diaken di gereja Tuhan. Ketiga, serving gifts, karunia melayani. Karunia melayani, membantu atau menolong orang-orang yang tidak mampu, menyatakan belas kasihan, kesopanan, atau di dalam lebih lanjut di dalam Perjanjian Baru misalnya memberikan tumpangan seorang bagi yang lain. Bahkan juga menyembuhkan termasuk dalam karunia melayani.

Hari ini kita akan membahas dua karunia yang termasuk dalam kategori yang pertama dan ketiga yaitu karunia berkata-kata dan karunia melayani dalam Roma 12:8 “Jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas.” Jadi dua karunia ini yang pertama yaitu karunia untuk menasihati yang masuk di dalam kategori karunia berkata-kata. Ini jarang dan sepertinya bukan karunia yang spesial tidak perlu Roh Kudus pun bisa menasihati. Oleh karena itu karunia ini sepertinya memang tidak terlalu dipandang begitu khusus apalagi gereja-gereja yang menyempitkan karunia Roh Kudus itu hanya pada bahasa roh dan pada mukjizat. Karunia menasihati yang memang sepertinya sederhana, tetapi itu juga adalah karunia Roh Kudus. Mengapa disebut karunia Roh Kudus? Di dalam istilah aslinya itu menasihati itu parakaleo atau di dalam terjemahan yang lebih itu luas sekali artinya, bisa dalam arti menasihati, bisa juga menenangkan atau cheer up, membuat orang itu menjadi sukacita, menyemangati. Konseling juga bagian dari karunia menasihati, memberikan penghiburan, kekuatan. Jadi ini luas sekali, menasihati tidak melulu seperti mengajar atau menggurui tapi juga ada bagian menghibur, membuat menjadi orang itu ceria. Kelihatan memang sederhana tetapi karunia ini begitu penting khususnya di dalam konteks zaman sekarang. Kalau kita renungkan zaman kita sekarang itu banyak sekali orang-orang mengalami pergumulan secara pribadi dalam konteks hubungannya secara sosial. Saya pernah membaca tingkat kegilaan, tingkat depresi, tingkat stress itu semakin tinggi di sepanjang zaman, dan di dalam beberapa tahun ini lebih tinggi angkanya daripada waktu masa-masa bahkan perang dunia.

Di dalam psikoanalisis Freud bahwa jiwa manusia itu terdiri dari id, ego, dan super-ego. Id itu ranah  unconscious, ketidaksadaran. Lalu ada super-ego itu adalah dunia masyarakat, hukum-hukum masyarakat yang berlaku, hukum-hukum moral, kebiasaan-kebiasaan, adat-istiadat, hukum-hukum kesopanan. Selain itu, ego ini titik tengahnya berada dalam tegangan antara id dan super-ego. Nafsu-nafsu instingtif yang liar itu berlawanan dengan hukum-hukum dalam masyarakat. Misalnya tentang berpakaian. Titik temu antara dua kubu yang menarik kita itu adalah ego sehingga membentuk kita menjadi seperti kita yang sekarang ini. Ini penjelasan dari psikoanalisis. Memang mungkin ada sedikit kebenaran, tapi persoalan utama manusia bukanlah tegangan ini dan solusinya juga bukan pada usaha manusia.

Alkitab sendiri mengajarkan bahwa memang kita adalah manusia berdosa, bahwa di dalam natur berdosa kita yang kita inginkan itu adalah melakukan dosa. Artinya memang kecenderungan kita itu adalah hidup di dalam dosa tapi kita bertemu dengan komunitas yang banyak aturan-aturan di dalamnya. Komunitas itu bisa membangkitkan hidup kita di dalam dosa atau mungkin sedikit menahan. Kalau kita masuk di dalam gereja, pada akhirnya kita menjadi orang-orang yang bertopeng, orang-orang yang munafik karena di luar komunitas gereja kita hidup terus di dalam dosa, kita menghidupi dosa kita, tapi ketika masuk ke gereja, kita semua kelihatannya bagus. Ini menjadi pergumulan kita semua yang kalau tidak di dalam Kristus maka akhirnya orang itu menjadi jatuh dalam dosa dan tidak bisa mencapai satu keseimbangan yang tepat di dalam kebenaran sehingga depresi secara rohani.

Oleh karena itu pentingnya karunia menasihati dan menghibur di dalam gereja Kristus. Bahwa ada begitu banyak orang perlu sekali penghiburan sejati di dalam Kristus. Tetapi sayang sekali akhirnya penghiburan sejati itu sepertinya sulit didapatkan di tengah-tengah gereja karena gereja Tuhan kata-katanya bukan memberikan penghiburan, tapi penghakiman. Komunitas Kristen, komunitas dan secara luas komunitas agama itu menjadi komunitas yang bukan memberikan kekuatan atau membangun tetapi menjadi komunitas yang menghakimi, judgemental community. Komunitas yang menghakimi satu sisi mau menekankan kekudusan, tapi sisi yang lain lupa bahwa ada proses pengudusan.

Karunia Roh Kudus memberikan kita kemampuan untuk menasihati dan memberikan penghiburan sejati di dalam Kristus. Karunia ini sekali lagi bukan berarti selalu bicara hal-hal positif sehingga dosa menjadi dimaklumi. Tapi karunia ini juga menasihati dan menegur: “Itu salah, itu berdosa, kamu harus bertobat.” Tetapi sekaligus memberikan penghiburan, merangkul bukan menuduh, menyudutkan, mengusir. Karunia Roh Kudus memampukan kita untuk memberikan kata-kata yang tepat, yang menguatkan, yang menghibur, yang menasihati kepada sesama kita. Kata-kata itu mungkin sepertinya sederhana tapi kata-kata itu bisa menjadi kutuk atau berkat bagi sesama kita. Satu kali itu saya di Jakarta ya, di jalan saya lihat seni jalanan di dinding, ada tulisan yang sampai sekarang saya masih ingat, “Luka di tangan karena pisau, luka di hati karena kata.” Luka di tangan karena pisau itu bisa diobati dengan mudah. Tapi luka hati karena kata itu bisa sampai mati diingatnya. Biarlah kita terus bergumul untuk menggunakan kata-kata yang tepat untuk menguatkan sesama kita, menegur yang tepat di dalam kebenaran.

Ada dosa kata-kata juga di tengah-tengah gereja. Dan itu juga teguran yang juga terus dinyatakan di dalam Perjanjian Baru. Dosa kata-kata bukan selalu fitnah tapi ada kata-kata yang tidak membangun dan menjatuhkan. Kalau di dalam sekarang bullying misalnya. Mungkin ya kalau kita sudah rajin ke gereja, “Ah kamu nih dasar nggak rajin ke gereja, kamu belum bertobat ya?” Itu kata-kata sederhana tapi mungkin dalam hatinya masuk, “Duh saya memang berdosa,” lalu besoknya nggak ke gereja. “Kamu kenapa nggak ke gereja? Nggak sadar juga kamu?” Padahal dalam hatinya, “Ya Tuhan saya kayanya nggak layak dalam komunitas ini,” lalu akhirnya keluar dari gereja. Ini sangat sedih.

Kata-kata itu bisa menjadi kutuk sekaligus bisa menjadi berkat. Kalau kita lihat di dalam Alkitab, bagaimana orang itu jauh dari Tuhan atau manusia itu jatuh dalam dosa? Awalnya dengan kata-kata. Dengan kata-kata iblis yang menggoda, yang menghasut manusia, yang menyelewengkan, yang menyimpangkan perintah Tuhan dengan kata-kata. Iblis itu bukan menarik tangan Hawa, “Nih ambil.” Bukan pula merasuki Hawa. Tapi dengan kata-kata. Cara iblis itu meniru caranya Tuhan. Tuhan mencipta dan Tuhan membawa orang datang kepadanya dengan firman. Tuhan mencipta, menyatakan kuasa-Nya dengan, “Allah berfirman…” Lalu iblis membawa manusia itu ke dalam dosa dengan berkata-kata juga. Bagaimana supaya manusia itu datang kepada Tuhan? Alkitab mengatakan iman itu datang dengan pendengaran akan firman Tuhan, dengan kata-kata juga. Tapi iblis juga menjatuhkan manusia, menuduh dengan kata-kata juga. Jadi kata-kata itu powerful. Maka, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, perlu karunia Roh Kudus supaya kita bisa berkata-kata dengan tepat, kita memberikan kata-kata yang menasihati, yang menghibur, yang menguatkan sehingga orang itu dirangkul di dalam Kristus.

Di dalam pelayanan gereja itu ada disebut pastoral counselling. Pastoral counselling itu sebelum berkata-kata, kita perlu mendengarkan, kita mendengarkan keluhan orang, peka akan pergumulan sesama. Kepekaan ini sulit sekali untuk didapatkan karena tidak semua kita itu peka. Dari mana kepekaan itu? Karunia Roh Kudus. Kita perlu karunia Roh Kudus untuk memberikan penilaian yang tepat dengan sesama kita. Sesudah kita mempunyai penilaian tepat, kita juga dapat membangun kata-kata yang tepat untuk orang itu. Sehingga waktu orang yang sungguh-sungguh bergumul, kita nyatakan janji Tuhan dan kekuatan dari Tuhan, supaya memperoleh penghiburan sejati dalam Kristus. Orang yang bergumul di dalam dosanya kita nasihati dengan tepat sehingga dia berubah, bukan pergi dari Kristus, tapi semakin mendekat dengan Kristus.

Selain itu, khotbah merupakan juga karunia untuk menasihati dan menghibur di dalam Kristus. Ada yang mengatakan bahwa, “The best preachers blend their gifts together,” bahwa khotbah yang terbaik itu adalah khotbah yang menasihati sekaligus yang menghibur, khotbah yang mengkombinasikan antara nasihat yang sejati dalam Kristus, teguran yang sejati dalam Kristus, dan penghiburan akan janji Kristus. Bagaimana seorang bisa menyampaikan demikian? Perlu karunia Roh Kudus.

Jadi ketika kita berada di dalam komunitas, ada karunia yang sederhana kelihatannya tetapi sangat penting bahkan jauh lebih penting daripada konsep bahasa roh yang selama ini dipahami oleh gereja-gereja tertentu atau mukjizat yang selama ini dipahami secara sempit. Mungkin kelihatan sederhana tapi jauh lebih penting yaitu karunia menasihati, menghiburkan, menguatkan sesama kita dengan kata-kata. Dan ini adalah ciri gereja kita penuh dengan karunia Roh Kudus. Ketika kita berada di dalam komunitas yang penuh dengan kata-kata yang di dalam kebenaran, kata-kata yang menguatkan sesama, kata-kata yang menegur sesama di dalam kebenaran.

Dalam Efesus 5:18-19 dikatakan “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati.” Kita bisa melihat ada perbandingan antara mabuk oleh anggur dengan orang yang penuh Roh. Apa itu? Yaitu dalam berkata-kata. Orang mabuk anggur itu kata-katanya itu tidak dipikirkan, ngomong sembarangan. Tapi orang yang penuh Roh, kata-katanya dipikirkan, penuh hikmat di dalam kebenaran. Biarlah kita di sini menjadi komunitas yang penuh karunia Roh Kudus ini dengan karunia yang umum yang saya percaya hampir semua kita bisa karena hampir semua kita bisa berkata-kata. Hampir semua kita bisa berkata-kata jadi saya percaya pasti Roh Kudus juga mengaruniakan kepada kita untuk dapat menjadi berkat bagi sesama kita melalui kata-kata kita.

Kedua, karunia di dalam berbagi. Kita buka lagi Roma 12:8 “Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas.” Di dalam istilah aslinya di sini membagi-bagikan di sini bukan sekedar memberi sedekah, tetapi memberi bagian dari yang saya miliki. Sekali lagi, membagikan dari sesuatu yang saya miliki. Memberi sedekah kan bisa juga bukan yang kita miliki atau titipan orang. Ketika membagikan sesuatu dari yang saya miliki, maka ini bisa dikatakan ini semacam ada pengorbanan dan perlu juga penyangkalan diri. Karena kita sulit sekali membagikan apa yang kita miliki. Apalagi di masa-masa kesusahan ekonomi saat ini. Dalam konteks Roma 12, banyak penafsir mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah membagikan hal-hal materi, membagikan barang, kepemilikan. Contohnya Kisah Para Rasul 2:45 “Dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.” Ya, menjual harta milikinya. Ingat di dalam konteks gereja mula-mula, komunitas Kristen itu bukan komunitas yang menengah ke atas, bukan. Bahkan kebanyakan kemungkinan itu adalah menengah ke bawah. Ada perwira yang bertobat, itu anggap aja itu kelas atas. Ada misalnya seperti pedagang, penjual kain ungu misalnya, itu pasti orang kaya juga karena kain ungu itu kain yang mahal. Tapi ada begitu banyak orang yang nggak mampu, dan bahkan ada budak-budak yang juga menjadi orang Kristen. Misalnya Onesimus, budak yang tuannya itu Filemon. Jadi ini komunitas yang Kristen mula-mula itu memang kebanyakan mayoritas Kristennya itu adalah menengah ke bawah yang tertindas, yang secara ekonomi dihambat karena orang Kristen. Komunitas Kristen mula-mula banyak sekali mengalami tekanan ekonomi.

Dan memang, kita lihat juga, sampai sekarang pun ternyata memang masih ada juga tempat-tempat yang membuat komunitas Kristen itu sulit bertumbuh secara ekonomi. Banyak juga ada orang-orang yang cerita ke saya juga, ada pengusaha-pengusaha Kristen yang sulit memperoleh izin misalnya karena dia harus nyogok gitu ya, itu jadi sulit. Ada orang-orang Kristen di dalam pemerintahan sulit naik jabatan misalnya, ada orang-orang yang mengalami demikian. Tetapi itu tidak menghentikan perintah Tuhan dan tidak menghentikan karunia Roh Kudus bahwa ternyata, karunia Roh Kudus juga untuk kita dapat membagi-bagikan sesuatu kepada sesama kita di tengah-tengah kesulitan. Tentu sekali lagi ini bukan hal yang mudah karena kita perlu menyangkal diri kita, perlu mengorbankan diri kita. Kita cenderung ingin menyimpan. Ketika saat yang susah. Tetapi Alkitab mengajarkan, saat yang susah bagikanlah kepada sesama kita yang mungkin lebih susah lagi dari kita.

Dan di sini ditekankan juga melakukannya itu dengan hati yang tulus, hati yang ikhlas. Apa artinya hati yang ikhlas? Di dalam istilah aslinya, hati yang ikhlas itu, hati yang sederhana dengan satu tujuan, tujuan yang murni untuk menolong orang, untuk menyatakan kasih Kristus. Bukan tujuan tersembunyi, terselubung, supaya orang itu suatu kali bayar lagi kepada saya atau menumpuk kebaikan supaya saya itu berkenan di hadapan Tuhan. Tapi memang tujuan yang murni, tujuan yang tulus untuk menyatakan kasih Kristus menolong sesama. Bagaimana orang, kita itu bisa membagi-bagikan sesuatu di tengah kita pun kekurangan? Bagaimana? Maka kita perlu bergantung kepada Tuhan. Kita dapat memberi dengan murah hati, dengan hati yang ikhlas karena kita bergantung kepada Tuhan sehingga kita tidak terikat dengan apa yang kita miliki. Sehingga kita semacam lupa diri kita. Lupa bahwa kita itu juga ada kebutuhan tapi kita lebih mendahulukan kebutuhan orang lain. Ini hal yang positif di dalam komunitas Kristen. Mungkin kelihatannya seperti sederhana tapi begitu penting, bahwa karunia Roh Kudus memampukan kita berbagi di tengah-tengah kesulitan.

Waktu kita merenungkan dua karunia ini, maka dua karunia ini memang karunia yang biasa, yang saya percaya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian di sini, saya percaya, pasti Roh Kudus memberikan karunia-karunia ini kepada kita. Karunia untuk menasihati, menghibur, dan juga karunia membagikan sesuatu kepada sesama. Karunia yang biasa, tapi Roh Kudus pasti bisa memberikan itu kepada kita. Tapi, ada catatan penting juga di Roma 12:3 yang diberikan, itu adalah juga berdasarkan ukuran iman, “Sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman.” Karunia Roh Kudus itu nyata kepada kita juga berdasar pada ukuran iman. Jadi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika kita tidak mempunyai karunia Roh Kudus, yang tadi saja, yang 2 itu saja, komunitas kita tidak punya karunia itu/ Iman kita itu masih kanak-kanak.

Apa artinya ukuran iman? Ukuran iman itu artinya kesediaan dan kerelaan kita untuk dipakai Tuhan lebih lagi. Seringkali Tuhan itu bukan tidak mampu memakai orang, bukan Allah itu tidak Mahakuasa untuk memakai kita, tetapi Allah itu dibatasi oleh kesempitan hati kita yang tidak rela dan tidak siap untuk dipakai Tuhan. Kita sendiri sudah membatasi diri kita, “Saya nggak mampulah melakukan ini.” Kalau ada satu orang konseling, sharing kepada kita, “Wah saya kayaknya nggak bisa memberikan nasihat,” lalu kita bilang, “oh OK datang aja ke orang itu kayaknya lebih bisa deh, bisa memberikan kekuatan. Kalau saya kan ngomongnya kan nanti kasar,” dan seterusnya. Kita sendiri nggak mampu, nggak mau bergumul, menggumulkan bagaimana kita belajar menyampaikan sesuatu yang menghibur, menguatkan atau menasihati di dalam kebenaran. Demikian pula dalam hal berbagi, “Saya kan juga kurang Tuhan, kayaknya saya cukup lah saya nggak bisa memberikan sesuatu untuk sesama hari ini.” Kita sudah menyempitkan diri kita sehingga Tuhan itu pun tidak mau memakai kita. Ukuran iman yaitu kesiapan dan kerelaan kita untuk dipakai Tuhan itu membuka diri kita untuk karunia Roh Kudus yang limpah di dalam hidup kita, di dalam komunitas tubuh Kristus. Biarlah kita belajar untuk terus membuka diri kita, menyiapkan diri kita, rela untuk terus dipakai Tuhan lebih lagi, sehingga karunia Roh Kudus itu semakin nyata di dalam, baik secara individu, maupun secara komunitas.

Ada dua tokoh di sini yang kita bisa menjadi contoh bagi kita, yang pertama Barnabas, Barnabas itu tokoh yang mungkin kita nggak terlalu ingat. Kita mungkin selalu terbalik-balik Barnabas, Barsabas, Barabas. Barnabas adalah tokoh, yang bukan rasul, tapi dipakai Tuhan untuk membawa 2 orang penting di dalam gereja Tuhan: Paulus dan Markus. Kita nggak bisa menyangkali bahwa 2 orang ini penting. Ketika Saulus itu bertobat menjadi Paulus lalu datang kepada komunitas Kristen, langsung komunitas Kristen, “Puji Tuhan, terima Paulus, wah ada orang bertobat ya, ingat satu orang bertobat maka malaikat di sorga bersorak-sorai, kita juga harus terima,” ternyata nggak, gereja mula-mula juga tidak langsung menerima Paulus. Gereja mula-mula malah mencurigai karena Paulus itu menganiaya jemaat Tuhan, juga setuju dengan penganiayaan Stefanus. Masuk ke dalam komunitas Kristen lalu, “Wah ini jangan-jangan, belum teruji ini, jangan dulu ya kita terima, kita lihat dulu bagaimana.” Bahkan ada yang meragukan harus minta dijelaskan lagi pertobatannya. Tapi ada seorang yang menjembatani, yang menjadi mediator, yang disebut sebagai anak penghiburan yaitu Barnabas (Kisah Para Rasul 4:36). Barnabas yang menceritakan pertobatan Paulus kepada rasul-rasul sehingga dapat diterima dalam komunitas gereja mula-mula. Lalu Paulus itu dipakai Tuhan lebih lagi.

Lalu tokoh yang kedua yang dibawa Barnabas yaitu Markus. Markus ini memang keponakannya yang ditolak oleh Paulus. Namun Paulus, rasul yang besar, akhirnya menyadari kesalahannya ini. Dia menolak Markus, tidak baik membawa orang yang kayaknya nggak komitmen pelayanan. Ini cukup familiar dengan konteks gereja kita sekarang. “Tidak baik lah. Ini orang baru bertobat lalu dia meninggalkan kita juga waktu kita ajak pelayanan. Memang Markus ada kesalahan di situ. Tapi kemudian Barnabas menemani Markus, sabar, memberikan kekuatan, memberikan penghiburan, sehingga Markus semakin dibentuk dan dipakai Tuhan. Dalam 2 Timotius 4:11, Paulus itu menyadari kesalahannya tentang Markus. Ingat 2 Timotius ini surat terakhir yang Paulus tulis sebelum dia dipenggal kepalanya. Di masa terakhir hidupnya, Paulus menyadari ini, lalu dia menuliskan, “Bawalah Markus karena pelayanannya penting bagiku.” Markus telah menulis Injil Markus, dipimpin oleh Roh Kudus, yang juga memakai Petrus. Dua tokoh yang besar, dimediasi oleh Barnabas, anak penghiburan.

Tokoh terakhir yaitu Tuhan Yesus Kristus. Siapa Tuhan Yesus Kristus? Ya pasti Tuhan dan Juruselamat kita. Tapi ada yang menjadi khas juga dari Tuhan Yesus, Tuhan Yesus adalah Penasihat yang Ajaib. Ketika perempuan yang berdosa datang kepada Tuhan Yesus, Tuhan Yesus itu tidak langsung berkata-kata menusuk perempuan itu, “Kamu harus bertobat,” nggak, tapi dengan sabar membimbing perempuan itu, dengan kalimat-kalimat yang halus, yang sopan, sampai perempuan itu bertobat. Ketika ada Zakheus, tokoh yang sangat kita kenal yang bergumul di dalam dosanya sebagai pemungut cukai yang tidak diterima oleh komunitas yang secara komunitas waktu itu kalau dibandingkan dengan sekarang, seperti teroris, datang Zakheus itu kepada Tuhan, lalu Tuhan Yesus bilang, “Aku mau makan di rumahmu.” Ini kalau orang Farisi bilang itu haram hukumnya makan di rumah pemungut cukai, tapi Tuhan Yesus mau makan. Ini satu tindakan yang memberikan kekuatan, penghiburan kepada Zakheus untuk dapat datang kepada Kristus. Dia adalah Penasihat yang Ajaib.

Dan jangan lupa satu hal, Dia juga sudah membagikan kebenaran-Nya untuk menjadikan kebenaran kita. Kebenaran kita, adalah kebenaran Kristus, bukan kebenaran usaha manusia, tapi kebenaran karena karya Kristus. Setiap kita yang percaya kepada Kristus menerima kebenaran Kristus sebagai kebenaran kita. Sehingga ketika Tuhan Allah melihat kita yang berdosa, bukan lagi melihat dosa kita, tapi melihat kebenaran Kristus yang dikenakan kepada kita. Dia membagikan kebenaran-Nya, membagikan kekudusan-Nya, membagikan hidup-Nya untuk menjadi teladan, dan menjadi pengharapan bagi kita sekalian.

Terakhir, ada seorang bernama Joseph M. Scriven, mungkin kita juga ingat ini tokoh yang sangat familiar. Dia adalah seorang sastrawan dan pengkhotbah asal Irlandia. Pada waktu mudanya dia dekat dengan seorang gadis, lalu dia sudah tunangan dengan gadis itu, lalu pada akhirnya dia berharap ya ketika sudah lulus S1 dia menikahi gadis ini. Lalu kemudian sudah berjalan, tibalah hari pernikahan itu. Tetapi tepat satu hari sebelum hari pernikahan itu tiba, ya ini tadi saat menjelang pernikahan itu tiba, satu hari sebelum pernikahan tiba, tunangannya itu kecelakaan. Lalu tunangannya itu meninggal. Tentu Joseph Scriven begitu sedih sekali, begitu bergumul sekali. Lalu pada satu waktu pada umur 25 dia memutuskan dia pergi ke negara yang lain, ke kota yang lain, dia pergi ke Kanada untuk juga di sana bisa tenang, lalu kemudian bisa membangun hidup yang baru lagi, berkarya yang baru lagi.

Lalu di Kanada dia bertemu lagi seorang guru perempuan, lalu dia pun mau menikah dengan seorang guru perempuan ini. Tapi kemudian, guru perempuan ini sakit, lalu meninggal. Dan saat yang sama, perempuan ini, perempuan yang di Kanada ini meninggal, saat yang sama ibunya dari Scriven ini sakit, sakit yang parah. Sehingga dia juga sulit di masa-masa kesusahan demikian, dia sulit untuk mendatangi ibunya, jadi dia sulit sekali untuk mendatangi. Tapi, dia kemudian menulis satu puisi yang indah sekali, yang pasti banyak dari kita cukup kenal, yang diberikan judul di dalam bahasa Inggrisnya “What a Friend We Have in Jesus” dalam bahasa Indonesianya “Yesus Sahabat Sejati.” “Yesus sahabat sejati yang memberikan sentosa…tiap hal boleh kubawa dalam doa padanya…” Ini melodinya familiar ya kalau kita ingat di sini, “Ku lihat ibu pertiwi sedang bersusah hati…” gitu ya. Memang kalau melodinya itu bukan dari Scriven, melodinya ada komposer yang lain, tapi puisinya ditulis oleh Scriven.

Apa yang saya mau ajak renungkan di sini, Saudara? Kita lihat lagu sederhana ini menjadi berkat bagi banyak orang di sepanjang sejarah. Itu dari tahun 1800an sampai sekarang, ratusan tahun. Dan lagu itu bahkan bukan hanya menjadi berkat bagi orang yang percaya kepada Kristus, bahkan yang belum percaya pun ketika mendengar lagu ini menjadi berkat. Ada orang-orang bahkan terinspirasi dari melodinya, lalu menuliskan lagu yang lain seperti tadi, walaupun dengan makna yang berbeda. Tapi ingat puisi yang indah, lagu yang menguatkan, lagu yang menghiburkan ini ditulis justru di tengah pergumulan, ditulis justru ketika dia kehilangan dua orang dikasihinya dan saat yang sama ada ibunya yang sakit begitu parah.

Karunia Roh Kudus memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu yang mungkin sulit kita lakukan. Karunia Roh Kudus memungkinkan kita yang tidak sempurna, yang penuh kelemahan, yang penuh pergumulan untuk dapat saling menasihati, untuk dapat saling menghiburkan, saling membagikan sesuatu untuk sesama kita di dalam tubuh Kristus. Karena itulah disebut karunia. Karunia Roh Kudus bukan karena saya mampu melakukannya. Karunia Roh Kudus disebut karunia karena saya tidak mampu melakukannya, tetapi karena pertolongan Roh Kudus saya mampu melakukannya. Karunia Roh Kudus mendahului kelemahan dan ketidaksempurnaan kita. Biarlah kita di sini bersama-sama berdoa sungguh-sungguh, bergumul sungguh-sungguh, kita mengharapkan karunia Roh Kudus itu nyata di dalam setiap kita untuk membangun tubuh Kristus, dan secara konteks lebih kecil di sini, yaitu untuk membangun GRII Jogja ini. Mari kita berdoa.

Bapa kami di sorga kami bersyukur Tuhan untuk kesempatan yang Engkau berikan, kami kembali merenungkan akan kebenaran firman-Mu Tuhan, secara khusus dalam rangka menyambut, memperingati hari Pentakosta di mana Engkau mengaruniakan Roh Kudus untuk membangun gereja Tuhan, membangun tubuh Kristus. Kiranya Engkau memampukan kami Tuhan untuk bergumul, untuk terus menjadi saksi Kristus dengan sekalipun di tengah-tengah pergumulan kami, kesulitan, keterbatasan, bahkan keberdosaan kami Tuhan. Mampukan kami Tuhan untuk memuliakan-Mu. Berikan karunia-karunia Roh Kudus-Mu kepada kami untuk boleh membangun tubuh Kristus untuk kemuliaan Tuhan. Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

Comments