Jangan Gelisah, Percayalah, 22 Oktober 2017

Yoh. 14:1

Vik. Maria Mazo, M.Div.

Saudara, saya bersyukur karena pada hari ini adalah 2 tahun setelah saya berdiri [di sini] ya, waktu khotbah di sini adalah waktu KPIN 2015 yang banyak banget polisinya di sekeliling Kridosono. Memang sudah agak-agak heboh juga, tapi Tuhan berikan kesempatan. Dan yang kali ini saya datang tuh mau ikut Refo, akhirnya Refo-nya nggak jadi tapi tiketnya sudah beli jauh-jauh hari. Ya tetap ke sini dan akhirnya Refo yang di Solo. Refo 17 kota itu berakhir, Saudara, semalam. Karena terakhir itu Palembang. Semalam, Refo di Palembang dihadiri 1500 orang, sekitar itu ya, Pak Tong sendiri nggak hadir. Pak Tong tidak hadir di Refo Jogja dan juga Palembang, jadi dia kirim VCD dan berjalan dengan baik, kita bersyukur. Yang ikut seminar, di Palembang ada seminar ya sepanjang hari, kurang lebih 650 peserta, aktivis-aktivis gereja, termasuk beberapa mahasiswa teologia. Dan mulai minggu ini, jadi Pak Tong dari Jakarta ke Singapore, sebentar lagi dia berangkat, dan setelah selesai kebaktian di Singapore, beliau langsung berangkat ke London. Jadi mulai Refo di luar negeri, mulai besok sampai tgl 13 November. Jadi kalau kita doa pribadi, kita ingat. Mulai dari Inggris, beliau akan ke Amerika beberapa kota, lalu ke Kanada, lalu dari Kanada ke New Zealand. Dari New Zealand ke Australia, terakhir di Sydney, lalu tgl 13 ke Indonesia, 14 Refo di Jakarta. Dan kita bersyukur, biarlah bukan cuma satu peringatan 500 tahun, ya Saudara, ini dunia sudah sangat berubah cukup luar biasa. Pada saat beliau menyampaikan refo di Menado, yang hadir kira-kira 3-4 ribu, beliau mengatakan, tahun 1990-an beliau ke Menado khotbah di lapangan Stadion Kelabat, kaya kita Kridosono, cuma besar ya, itu yang hadir 60 ribu; waktu beliau belum lama Refo, ada sekitar 3-4 ribu, jadi terjadi penurunan yang luar biasa. Karena banyak orang Kristen, sekarang, sudah meninggalkan iman yang sejati. Keadaan ini persis seperti Reformasi 500 tahun yang lalu.

Dan yang kita syukuri apa Saudara? Tuhan bukan cuma membangkitkan Martin Luther, sebelum Martin Luther tuh sudah ada orang-orang dalam pra-Reformasi yang dibangkitkan. Dan mereka yang sebelum Martin Luther, mereka tuh dibakar hidup-hidup oleh pimpinan tertinggi Katolik. Kalau kita melihat agama mayoritas menekan minoritas, itu bukan terjadi pada Islam, Saudara, pada semua agama. Kalau di Myanmar, agama mayoritas Buddha, yang minoritas juga dianiaya. Itulah manusia, Saudara. Kalau yang mayoritas itu Protestan, atau Katolik, ya mereka juga menganiaya yang salah satunya, selalu. Pada waktu kami ada di London, saya tanya, kenapa di sepanjang jalan ini nggak ada tong sampah, Saudara, di pedestrian, tempat jalan tuh nggak ada. Lalu seorang mengatakan, ‘Nggak boleh ada tong sampah, bu Maria, takut ada bom ditaruh di dalam tempat sampah.’ Karena mereka juga ada pertikaian dengan yang disekitarnya, ya.Kalau England lebih banyak Anglican, nah yang menjadi musuh mereka adalah yang Katolik. Selalu begitu, Saudara.

Maka pada waktu kita melihat apa yang terjadi di Jogja, saya bicara dengan beberapa orang dari Singapore, ada 9 orang dari Singapore datang untuk lihat Refo Jogja, saya bilang, “Tidak selalu yang kita mau itu ada kesempatan. Kita kan berpikir, sesempatnya kita kan? Yang kedua, dari Singapore-Jogja ada flight langsung, jadi kagak repot, gitu kan? Tapi belum tentu juga Tuhan izinkan. Karena waktu itu bukan di tangan kita, di tangan Tuhan.”Seringkali kita bilang, “Aduh lagi repot ya, nggak sempat pelayanan.” Saudara jangan berpikir, Tuhan perlu kita, Tuhan sih nggak perlu, kalau batu bisa dijadikan manusia juga bisa; tapi kita tuh nggak pernah sadar waktu kita diberi kesempatan. Nah ini yang sangat disayangkan. Sekarang Kekristenan, representative daripada Christians, orang yang non-Kristen menganggap, Kekristenan itu adalah Kekristenan yang selalu ada kesembuhan ilahi, Kekristenan itu adalah yang bahasa-bahasa lidah, ya, dan itu tuduhan tiba kepada STEMI, di mana pak Tong nggak pernah sekalipun juga KKR kesembuhan. Karena dia dipanggil untuk memberitakan Injil bukan memberitakan kesembuhan. Apakah pak Tong pernah mendoakan orang untuk sembuh? Banyak. Tapi itu nggak pernah dikhotbahin. Bukannya khusus untuk orang sakit jadi sembuh, nggak, untuk orang boleh menerima Kristen.Pak Tong tuh sedih. Pokoknya perasaannya bergumul sekali. Sedihnya kenapa? Bukan sedih karena Kridosono, maksudnya orang mau dengar firman Tuhan nggak boleh, itu yang dia sedihkan. Itu aja yang dia sedihkan.Jadi saya mengerti isi hatinya, ya, maksudnya kesedihan dia itu bukan kepada pribadi atau kepada siapa, tapi firman mau disampaikan itu, dihalangi itu, bagi dia sangat sedih. Karena panggilannya tuh menginjili, Saudara. Panggilan pertama itu menginjili, kalau sampai itu dilarang, dia betul-betul sedih.

Lalu kami sharing dengan salah satu pendeta dari Singapore yang ikut ke Refo kemarin, namanya Michael Phua. Dia ikut, dia bilang gini, “Pak Tong sharing di Singapore bagaimana.” Pak Tong kan suka sharing kasih lihat foto-foto, Saudara, “Oh ini adalah Refo di sana, di sini.” Lalu dia bilang gini, “You orang Singapore, cuma lihat foto itu nggak ada artinya. You nggak pernah tahu pergumulannya, you musti hadir dan you musti tahu.” Rupanya orang ini tergerak karena kalimat pak Tong, dia tergerak, istrinya tergerak. Setelah pulang dia diskusi, “Saya tergerak lho untuk lihat Refo di Jogja yang terakhir.” Terus istrinya bilang, “Saya juga.” Lho kok sama gitu ya? Akhirnya, ya.Dia tuh sangat bersyukur. Sampai kemarin sebelum dia balik ke Singapore, pagi kan rombongan balik ke Singapore kemarin, dia cerita ya, “Saya bisa hadir itu anugerah Tuhan dan saya belum pernah lihat.” Selama ini Pak Tong cuma sharing foto: KPIN di sana, KPIN di sini, Refo di sini. Pak Tong bilang, ‘Ini nggak ada arti kalau you nggak ikut, kamu nggak tahu pergumulan di setiap tempat.”Itu betul. Satu-satunya tuh pendeta Singapore yang ikut, itu yang di Jogja kemarin sama-sama kami. Dan saya mengajak Saudara dan saya ya, kesempatan ini tidak selalu ada. Tidak selalu ada. Jangan berpikir karena saya mau, baru saya bisa ikut. Sekalipun Saudara mau, belum tentu kesempatannya ada. Karena itu bukan di tangan kita, di tangan Tuhan.

Mari kita baca firman Tuhan, Saudara. Sekarang kita baca dari Yohanes 14:1. Kita baca lalu kita hafalkan, “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.”Di dalam Yohanes, firman Tuhan pada pagi ini, ada beberapa hal yang kita akan sama-sama renungkan. Pertama, gelisah, ya. Gelisah itu apa? Yang kedua, kenapa gelisah dikaitkan dengan percaya? Yang ketiga, kenapa percaya Allah dan percaya kepada Yesus? Sebetulnya kalau mau dibikin khotbah panjang, bisa panjang sekali, Saudara, ya, nanti Saudara bisa kelaparan kalau saya teruskan jadi kita akan bahas secara singkat. Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, pada waktu Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya di dunia, sebagai Mesias, setelah Dia dicobai dalam Matius 4, Dia menyampaikan khotbah kepada orang banyak di dalam Matius 5,6, dan 7. Maka ini dikenal dengan nama “Khotbah di Bukit,” kalau Bahasa Inggris dikatakan “Beatitudes”. Ini bisa dibaca di dalam Matius 5-7.Setelah Dia melayani di dunia selama 3 tahun lebih, tibalah saatnya Dia harus menjadi orang yang harus menyerahkan diri dan mati mengganti, namanya substitusi; maka pada waktu Dia memberikan kalimat terakhir, namanya farewell discource kalau dalam bahasa Inggris, jadi kata-kata perpisahan, itu Yohanes 14-16. Nah di dalam Yohanes 14-16, waktu Dia khotbah yang namanya kata-kata perpisahan, yang dengar cuma 11 murid karena yang namanya Yudas sudah nggak sama-sama lagi. Jadi ini kalimat-kalimat perpisahan yang sangat penting, kenapa penting Saudara? Ini disampaikan Tuhan Yesus dengan kata “Janganlah gelisah hatimu,” “let not your heart be troubled, but believe.” Kenapa dikatakan? Karena pada saat-saat ini, Tuhan Yesus itu sangat sedih. Yudas yang akan menjual Dia sudah meninggalkan, nah beberapa jam kemudian Dia masuk ke Taman Getsemani untuk berdoa; dan kita kenal doa-Nya ya dalam satu pergumulan yang sangat berat, “Jikalau boleh cawan ini lalu dari pada-Ku.” Lalu pada saat itu dikatakan peluhnya itu seperti tetesan darah, dan Dia sangat bergumul dengan berat; waktu Dia bergumul dengan berat, murid yang dikasihi 3 orang, baik James, Peter, John, 3 ya, Petrus, Yakobus, dan Yohanes, mereka tertidur maka dikatakan, “tidakkah kamu bisa berjaga-jaga dengan Aku?”

Nah pada waktu kita melihat pada poin ini, Saudara ya, kalimat-kalimat yang sangat penting karena Dia melihat kekuatiran, kegelisahan, ketakutan dari pada para murid melihat nanti yang diharapkan sebagai Mesias itu akan mati yang sangat-sangat memalukan, bahkan buat orang Yahudi itu adalah mati terkutuk kalau disalib. Jadi mereka itu adalah background-nya nelayan, mereka dipanggil oleh Tuhan, mereka tinggalin mereka punya bisnis, jadi mengikut Tuhan; selama 3 tahun lebih mereka melihat mukjizat, mereka mendengar khotbah tapi mereka belum tiba kepada satu understanding, full understanding dan Jesus is the Messiah. Walaupun mereka melihat mukjizat, kalau mukjizat dalam bahasa Inggris itu disebut the signs of God, tanda Allah, Nah kalau disebut Yesus melakukan mukjizat berarti Kerajaan Allah sudah datang. Dia mengatakan, “Jikalau Aku mengusir Setan dengan kuasa Allah, it means the Kingdom of God has come.” Jadi Kerajaan Allah di Sorga sudah datang ke dalam dunia karena yang punya kerajaan ada di dunia. Nah pada waktu itu Saudara, dikatakan saat-saat ke depan Dia sudah tahu Petrus akan menyangkal, lalu Dia akan diadili, Hanas, Kayafas, Pilatus, termasuk Herodes, empat, itu berjalan terus menerus, tidak ada orang diadili secara dur terus, nggak ada. Tuhan Yesus itu tidak ada pembelaan sama sekali, dan itu sangat tidak adil Saudara, diadili dengan beberapa pengadilan pada saat yang sama berjam-jam lalu diakhiri dengan penyaliban. Yesus sudah tahu, “ini mereka mengikut Saya dan mereka melihat final nya Saya mati sebagai orang yang mati disalib, ini mereka kecewa,” maka Yesus mengatakan, “Janganlah gelisah hatimu, percayalah.”

Saudara, Saudara dan saya hidup tidak mungkin tidak gelisah. Kita jangan suka jaim, kita Reformed Injili yang nggak akan kuatir begana-begini, nggak Saudara, tetap ya. Mana yang tidak punya masalah? Relasi sangat bermasalah. Yang kedua, ekonomi sangat bermasalah. Yang ketiga, keadilan, sangat bermasalah. Dengan masuknya Ahok ke dalam penjara kita sudah melihat itu menjadi sesuatu yang sangat tidak adil yang terjadi di dalam negara kita. Dan kita melihat betul-betul ketidakadilan itu adalah ketidakadilan yang diterapkan oleh seseorang yang kita melihat sangat-sangat it’s not fair ya, kita bilang justice is not fair for Ahok, karena begitu diputuskan dua tahun, nggak sempat dia ke kamar mandi kek, pulang dulu kek, langsung musti pindah ke Cipinang, sekarang sih ada di Mako Brimob Saudara ya, ada di Depok. Nah pada waktu kita melihat hal itu, Saudara melihat siapa sih yang nggak gelisah? Makanya di dalam satu tulisannya Ahok mengatakan: “dipersalahkan, difitnah, itu bukan masalah, yang menjadi masalah kalau kita ingat-ingat terus, dan kita tidak bisa mengampuni.” Dia sebagai orang yang boleh dikatakan, ada orang begini ya, “Oh saya Calvinisme,” karena mempelajari Calvin; “Oh saya Lutherism,” dia bilang, “saya Tongism,” karena yang saya baca semua bukunya Pak Tong dan khotbahnya Pak Tong; “jadi kalau lu tanya, saya dengerin SPIK-nya Pak Tong dari yang pertama,” itu kaset yang pertama sampai yang keberapa itu ada. Saya melihat walaupun secara teologi, pengertian firman, Ahok cukup baik ya, tetapi kesedihan itu, kegelisahan itu ada Saudara.

Saya melihat Saudara, kita tidak bisa lepas dari kegelisahan, maka Tuhan Yesus mengatakan begini, this is very real. Kalau Saudara ikuti berita di luar negeri, kebanyakan para selebritis mereka meninggal itu over dosis, obat apa? Obat tenang. Mereka boleh tampil jaim sebagai selebritis yang terkenal dan sebagainya ya tapi di dalam mereka itu ada suatu kegelisahan yang tidak mungkin orang bisa mengerti dan dia juga tidak bisa mengatasi, ini bukan sesuatu yang bisa diatasi dengan obat. Kalau kita minum obat tenang, mungkin cuma dua jam, setelah itu kita gelisah lagi. Karena sesuatu yang berada di dunia ini nggak ada yang kekal Saudara, semuanya itu berubah. Saya kasih contoh, sejak perusahaan gas dan bensin ya, oil and gas ini drop karena patokan harga minyak itu 50 dollar/barel, perusahaan minyak mana yang bisa bertahan? Padahal ya, berpuluh-puluh tahun orang yang punya gaji besar, yang punya fasilitas hebat itu kerja di minyak, bonusnya juga nggak kira-kira, bisa sekarang tutup Saudara, itu kan kita nggak pernah berpikir. Kalau dia sudah terbiasa hidup dengan high class, tiba-tiba dia nggak ada income, susah lho Saudara. Kalau saya dan Saudara biasa makan gudeg, ayam geprek, ini, ini yang murah meriah gitu, enjoy; mereka kan nggak biasa, itu susah sekali Saudara. Yang di-PHK itu bukan level staf biasa, itu level yang sudah middle up. Lalu waktu saya sempat dengar berita, dikatakan begini, “Ibu Maria tahu kenapa minyak dipatok 50 dollar/barel? Itu karena ISIS, karena mereka menggunakan dana penjualan minyak untuk membiayai terorisme.” Jadi sekarang Ammerika sudah mengeluarkan mobil dengan listrik, pakai accu, ini keluaran Chevron. Ini teknologi sudah ada sejak sebelum ada ISIS tetapi belum dikeluarkan, nah sekarang mobil itu sudah ada Singapore. Jadi mobil itu menggunakan accu yang kapasitasnya untuk 360 km, lalu baru di-charge lagi, charge di rumah juga bisa. Saudara coba bayangkan ini dalam beberapa puluh tahun masuk ke Indonesia. Sekarang yang hidup karena minyak kan negara Timur Tengah, Saudara perhatikan Raja Salman sudah masuk ke Indonesia kan untuk menawarkan sahamnya Aramco, Brunei sudah mulai keluar keringat. Yang hidupnya bermewah-mewah dengan minyak sekarang sudah dipatok begitu bagaimana mereka bisa survive? Mereka survive sih bisa ya, cuma berlimpah-limpahnya pasti kan nggak kan, karena itu dipatok harganya dunia.

Maka kita melihat Saudara, tidak selalu hidup itu ada di dalam kemapanan, tidak selalu. Nah salah satu pengertiannya, harus kita mengerti, Tuhan mencipta manusia itu mempunyai suatu sifat yang sangat paradoks, disebut paradoxical nature of man. Yang pertama, kita dicipta diberika tubuh sementara, tidak ada orang yang tidak menjadi tua dan tidak ada orang yang tidak akan meninggal, kecuali diantar ke Sorga kayak Henokh gitu ya. Setiap orang itu ada awal, pasti ada akhir. Tetapi yang menjadi paradoks, jiwa kita itu kekal. Jadi orang itu Saudara ya, mempunyai potensi yang begitu besar di dalam keterbatasannya dia, dan pada waktu potensinya yang besar ini mau dipenuhi dengan sesuatu yang sementara, apakah itu kekayaan, apakah itu ketenaran, apapun yang sementara, tetap masih mempunyai jiwa yang kosong, kenapa? Karena yang kekal yang dicipta Allah itu hanya bisa diisi oleh Allah. Maka dikatakan jiwa manusia tidak akan pernah mendapatkan kedamaian sejati kecuali manusia kembali kepada Tuhan. ini bukan sekedar slogan di dalam gereja Kristen Saudara, ini suatu berkat yang sangat besar; maka berkat yang paling besar yang Tuhan beri kepada dunia itu adalah Kristus, dan berkat yang paling besar yang Tuhan beri kepada Gereja itu Roh Kudus, karena Roh Kudus itu yang membuka hati kita waktu dengar firman kita nyambung, Roh Kudus yang membuka hati Saudara dan saya dan memberikan kita kelahiran baru, maka hari Pentakosta disebut hari lahirnya Gereja. Pentecost is the day of the birth of the Church, maka mereka yang bertobat waktu Petrus berkhotbah dalam Kisah Para Rasul 1 dan 2 disebut orang Kristen yang mula-mula. Bagaimana Petrus khotbah yang dengar itu masyarakat dengan berbagai bahasa, walau mereka Yahudi mereka mendengar di dalam bahasa yang mereka ngerti, language ya, maka disebut speaking in tongues. Jadi languange dan people understand. Kalau Saudara lahir di Jogja, besar di Jogja, Saudara pasti pernah dengar bahasa jawa; lalu yang khotbah itu orang Rusia, Saudara ngerti di dalam bahasa jawa, you understand in you own language, that’s the day of Pentecost. Yang membuktikan apa? Karena Roh Kudus mau mengerjakan keselamatan di dalam diri kita. Maka pada waktu dikatakan gelisah Saudara, tidak ada yang tidak menggelisahkan.

Pada waktu saya ke Jakarta ada jemaat yang meninggal, dia pedagang baju di Mangga Dua, dia mengatakan pedagang Mangga Dua pada komplain, “Salah nih kita pilih Jokowi ini, sekarang bisnis jadi begini, begini.” Tetapi kalau kita melihat ada juga orang yang dengan policy nya Jokowi mereka jadi untung, jadi berkembang, karena Jokowi mau meningkatkan domestic products bukan dari luar. Waktu saya masuk dari Singapore ke Indonesia saya melihat di imigrasi itu banyak banget koper bertumpuk-tumpuk sam dus-dus gitu ya; wah mungkin orang bawa barang trus ditahan, lalu kalau mereka mau tebus bayarannya mahal jadi digeletakin aja di situ nggak usah ditebus, ini asumsi saya. Maka dia bilang, “Bu Maria kalau ke Jakarta jangan bawa ini-itu,” saya bilang saya nggak bawa apa-apa, ya kalau mau diperiksa diperiksa aja saya nggak bawa, saya bawa buku, mau diapain?

Nah Saudara lihat ini perubahan-perubahan ini terjadi. Siapa yang nggak gelisah? Orang itu kalau sakit, Saudara ya, mau dia muda, mau dia tua, kita dengar sakit kanker sekarang kayak sakit batuk ya, sakit flu. “Oh iya, sakit, kenapa? Udah di cek kanker.” Pankreas lah. “Hah?” Saya bilang, “Pankreas itu cepet lho.” Itu pankreas nggak lama durasinya. Pankreas lebih cepet dari kita liver. Paru-paru lebih cepet lagi, otak lebih cepet lagi. Oh gitu ya? Terus kalau saya denger gitu saya kaget. Biasanya Saudara, kalau orang Kristen kena penyakit ini ya, penyesalan yang pertama apa? Bisa nggak Tuhan sembuhkan saya, saya masih belum melayani Tuhan. Saudara lihat ya, waktu, when time is no more, opportunity is no more, baru kita itu sadar. Waktu kesempatan yang Tuhan kasih udah tinggal sedikit baru kita sadar kita belum begini, kita belum begitu. Waktu kita sehat walafiat kita menomorduakan yang namanya Tuhan dan pelayanan. Saya dengar gini udah sering, Saudara. Saya tuh sedih sekali. Sedih sekali, karena dia udah mulai di-chemo dan setelah ini ya, taruh kata hidup, hidupnya kualitasnya sudah nggak kayak dulu. Terbatas sekali, sudah hitungan hari itu semuanya. Kalau orang kena leukimia dia panas nggak turun-turun saya bilang, “Wah ini udah sebentar lagi nih.” Bentar lagi. Kalau dia kena ini udah masuk misalnya ya, kreatin ini segini, segini. Karena seringnya orang sakit Saudara, saya bukan dokter ya, tapi saya bilang, oh ini udah kena ginjal, ini begini, begini. Ada satu jemaat dari GRII Pusat ya, dia tuh kena gagal ginjal. Umur 30 lho Saudara. Saya bilang, hah, emang kamu diabetes? Enggak. Darah tinggi? Enggak. Kok bisa kena? Rupanya auto imun dari badannya menyerang ginjalnya jadi nggak berfungsi. Singkat kata dia transplan. Transplan itu 2 M. Oke, setelah 11 tahun orang ini kok, loh kok trombositnya drop terus. Pokoknya periksa ini, ini, ini, udah sampai ke rumah sakit, dokter nggak menemukan. Baru kira-kira 2 bulan lalu dia dibiopsi ginjalnya yang baru ini yang transplan. Dokter bilang, ginjal kamu yang transplan udah gagal. Hah? Kalau kata transplan lagi 3 M sekarang, durasinya itu ginjal bisa berfungsi mungkin Cuma 5 tahun. Dia bilang, apa saya cuci darah saja ya juga bisa sampai 5 tahun. Saya sangat tertusuk Saudara, waktu saya tanya, “Kamu mau balik ke Indonesia ya?” “Iya, saya mau pulang.” Saya ajak dia makan kan di Singapore, terus saya bilang, “Mau didoakan apa?” Kalimat itu menusuk saya, “Bu Maria boleh nggak doakan saya supaya saya tidak menghujat Tuhan.” Waduh. Itu ya, keputusan dokter yang mengatakan gagal lagi ginjal dia ya, itu sangat memukul sampai dia bukan cuma gelisah, hampir kehilangan iman. Kalimat itu keluar ya, saya sedih. Tolong doakan supaya dari mulut saya, saya tidak menghujat Tuhan. Dia sekarang umurnya berapa? 41. Anaknya yang kedua umur 11 namanya Faith. Dia bilang, saya namain dia Faith kenapa? Karena pas dia lahir saya didiagnosa ginjalnya gagal. Nah oke, bulan depan dia datang lagi ke Singapore nih, kita ketemu lagi. “Gimana?” saya bilang. Saya udah mulai bisa terima Bu. Pertama dia dengar keputusan dokter ya, dia mengatakan, doakanlah saya supaya saya tidak menghujat Tuhan. Lihat ya, kegelisahan ini ya, kita nggak bisa hindari. Kita jangan berpikir kita sehat, akan selama-lamanya sehat. Rupanya gagal ginjal itu nggak karena dia darah tinggi atau nggak ada apa-apa, Saudara. Bisa auto imun tubuhnya menyerang sendiri. Itu kan semuanya unpredictable, nggak bisa diperkirakan.

Pedagang Mangga Dua mengatakan, beberapa kios tutup karena kebijakannya Jokowi. Kalau dia jual barang impor dari Korea, gimana masuknya itu barang, mesti tutup kan? Maka mereka bilang, “kita menyesal nih memilih Jokowi.” Saudara bisa pikirkan dalam kaitan dengan Tuhan Yesus. Mereka ikut Yesus meninggalkan bisnis mereka, sekarang mereka ikut Yesus mereka dengar khotbah, mereka lihat mukjizat, di dalam asumsinya murid-murid, ini akan menjadi Mesias yang membebaskan mereka dari masalah politik, karena mereka kan dijajah sama Roma; membebaskan mereka dari masalah ekonomi, karena kalau kita dijajah Roma kita dagang dapat 100 mesti bayar pajak berapa puluh persen; pendapatannya sedikit, marginnya sedikit. Mereka berharap Mesias itu membebaskan mereka secara ekonomi, secara politik, secara militer. Lalu kalau Yesus ini sebentar lagi naik ke kayu salib, kan pengharapan mereka punah. Maka dikatakan “janganlah gelisah hatimu,” karena Yesus sudah lihat ke depannya pasti Petrus menyangkal Dia, memang benar-benar menyangkal. Di dalam Yohanes 13 dikatakan, “Sebelum ayam berkokok engkau akan menyangkal Aku 3 kali,” betul-betul itu terjadi. Jadi waktu Dia bicara Yohanes 14 ini “jangan gelisah,” itu Dia sedih sekali. Maka pada waktu kita melihat ya, Saudara ya, keadaan di luar, misalnya Indonesia nih ya. Jogja kan selama ini aman. Saya juga bicara dengan Pendeta Dawis, waktu kerusuhan 98 Solo dibakar, diperkosa, Jakarta sudah jangan ngomong ya Saudara ya, Jogja kayaknya nggak ada apa-apa ya? Iya. Saya bilang, apakah ini adalah waktu untuk Jogja nanti suatu hari ada kerusuhan? Kita nggak tahu, iya kan? Tidak selamanya itu akan terjadi. Nah, sesuatu di luar, Saudara ya, akan menimpa kita. Itu unpredictable.

Siapa yang tidak gelisah? Sekarang Saudara sekolah, musti dapat kerjaan? Belum tentu. Saya kasih contoh yang di Singapore karena saya kan pelayanannya di sana jadi saya banyak contoh Saudara ya. Dua kampus yang besar pemerintah punya itu NUS sama NTU. Lulusan mereka, tidak dijamin dapat kerja sekarang. Lain dengan 5 tahun yang lalu you belum lulus ditawari warga negara. Sekarang, nggak. Jangan bilang private university ya, yang dari mana lah, dari Curtin lah, dari London, bla bla bla. Nggak dapet pekerjaan. Lain kan dengan situasi 5 atau 10 tahun yang lalu? Berbeda sekali. Bagaimana orang nggak gelisah? Ini kegelisahan dari pada manusia ya, itu sangat besar. Saudara kalau lihat peta politik secara militer, Saudara lihat nih. Korea lagi uji coba nuklir terus ya. Dia bisa lempar sejauh mana nih, ke samudera mana? Karena sasaran dia, kalau dia lempar yang ke paling deket Korea Selatan itu pasti abis semuanya. Lebih jauh sedikit ke Jepang, ini ke China. Iya kan? Ini Saudara, satu kali meledak, satu pertiga penduduk dunia kena radiasi. Ini semua tanda tanya. Maka waktu dikatakan “janganlah gelisah hatimu, percaya.” Kenapa Tuhan Yesus mengatakan gelisah itu dengan percaya? Sekarang kalau misalnya saya kasih contoh ini adalah gedung ya. Gedung ini 20 tingkat. Saudara akan tenang tinggal di dalam gedung ini kalau kita tahu konstruksi, pondasinya itu kuat dan bisa tahan gempa. Masalah gedung ini akan kena hujan, kena panas, kena angin kita nggak bisa hindari. Tetapi kalau pondasi di bawah, ini yang menentukan kualitas di atas. Maka waktu Tuhan Yesus katakan “janganlah gelisah hatimu,” bukan berarti “you ikut Saya you nggak akan menghadapi kesulitan,” pasti ada kesulitan. Karena ditanya kan sama seorang budak perempuan, “Engkaukah murid orang itu?” Langsung Petrus menyangkal. Waktu Yesus naik ke atas kayu salib semua meniggalkan Dia, kecuali beberapa perempuan dan satu-satunya yang hadir itu cuma Yohanes. Dia sudah tahu keadaan seperti demikian. Maka Dia katakan, “janganlah gelisah hatimu.”

Nah kalau gelisah dikaitkan dengan percaya, ya, kegelisahan di luar, itu unpredictable. Tetapi kenapa dikatakan “janganlah gelisah tetapi percaya”? Saudara, berarti percaya, beriman kepada Tuhan itu pondasi yang paling dasar. Kalau sudah gempa bumi itu menggeser lempengan bumi, Saudara ya, gedung di atas ini pasti hancur. Kalau sampai iman kita sudah digoncang karena sesuatu yang menggelisahkan kita, Saudara, karena di hidup kita ini di dalam ketidak pastian, ini akan terus goyang. Maka dikatakan, “janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah dan juga percaya kepada-Ku.” Kenapa gelisah dikaitkan dengan percaya? Karena yang namanya iman Kristen, Saudara ya, ini bukan iman abal-abalan. Karena percaya kepada Tuhan itu bicara iman kan? Itu bisa melampaui kesulitan. Tadi pagi saya sempat cerita ada sepasang jemaat ya, yang ada di, bukan di Singapore, di Indonesia, bicara dengan saya, dia konseling. Singkat kata, suaminya selingkuh dan istrinya mau, sudah masukkan surat pengajuan cerai dan dia bilang dalam keadaan saya sangat gelisah saya mau bunuh diri waktu itu. Terus dia mau apa, mau apa, pokoknya macem-macem ya. Saya bilang, “Silahkan aja kalau kamu mau cerai, mau bunuh diri dan sebagainya, tapi jawab dulu pertanyaan saya.” Saya tanya, “Do you really have genuine faith?” Saya tanya betul nggak kamu punya iman yang sungguh-sungguh? Yang kedua, “Kamu punya anak 3 kan? Kamu bawa mereka dibaptis lalu masukin sekolah minggu. Sekarang anak kamu sudah SMA.” Saya bilang, “Mereka mengenal Tuhan melalui kalian sebagai orang tua. Teladan apa yang kamu tinggalkan buat anak-anak?” Saya bilang, jawab dulu ini. Terus dia diam. Saya bilang, “Kalau you punya genuine faith, kalau kamu punya iman yang sungguh-sungguh kepada Allah, maka kamu akan mampu melewati kesulitan yang paling berat yang sekarang dihadapi.” Kenapa? Bukan saya cukup kuat, tetapi Tuhan itu setia. Tuhan itu objek iman kita. Dia yang akan memampukan kita, bukan kita cukup mampu melewati itu semua.

Maka saya tanya, “You sebagai orang Kristen, kamu kenal nggak yang kamu imani?” Karena di dalam saya beriman dengan orang yang katanya percaya tapi tidak mengenal apa yang dipercaya, itu namanya mantra. Misalnya abrakadabra, abrakadabra terus nanti keluar apa. Itu kan bukan iman. Itu kan mantra. Sekarang kalau Saudara beriman Kristen berarti kamu ada relasi dengan yang kamu imani. Maka pemahaman mengenai siapa yang saya percaya dan apa yang saya percaya itu menjadi kekuatan di dalam kita beriman. Namanya relasi musti dibangun. Pertama kita pacaran cinta-cintaan. Tapi begitu masuk di dalam pernikahan, itu bukan lagi cinta, udah komitmen dan kovenan. Itu yang bisa membawa kita kepada sampai kematian memisahkan kita. Kalau kita tidak bisa komitmen, nggak usah lah menikah. Karena yang di dalam pernikahan itu adalah satu komitmen karena pernikahan itu masuk ke dalam satu perjanjian dengan Allah. Maka pada waktu saya bicara dengan dia, saya katakan, “Kamu coba pikir, kalau you have the genuine faith, you will overcome. Kamu akan mengatasi. Bukan kamu kuat. Saya tahu kamu terluka dan sebagainya, sebagainya,”ini di sini ada istri, ada suaminya ya, ini suaminya dia, suaminya nangis-nangis, “jangan ceraikan saya,” bla, bla, bla dan sebagainya. Saya bilang begini, “Let him go to hell. Okay? Tapi you pikir. You pikir, Saudara, bagaimana dengan anak, bagaimana dengan ke depannya? Kamu hidup sudah hampir setengah abad, 40-an lebih, sebentar lagi juga kita udah bau tanah. Iya kan?” Saya tanya, “Tujuan kamu ajukan cerai supaya apa?” “Ya supaya suami saya bertobat.” Lah kalau dia kagak bertobat? Jadi sia-sia kan? Kamu pikir lagi. Kalau kita konseling, bukannya kita menyelesaikan masalah. Masalah itu ada karena orang kan? Maka yang kudu diperbaiki tuh orangnya saya bilang. Kalau orangnya nggak diperbaiki, ya masalah ada macem-macem itu kan tinggal variasinya aja. Ya kan? Saya katakan, “dia mau selingkuh, dia mau begini, dia mau begitu, you let him go to hell. Okay?”

“Bu Maria kan kalau Tuhan mengampuni?” Kita pakai ayat-ayat Alkitab Saudara ya, ini suaminya ya. Suaminya dulu tuh KKR Regional, jadi liturgis, dia begini begini.  Saya bilang, “Kamu sangat mempermainkan anugerah Tuhan. Kamu nggak inget ya, waktu Daud berzinah dengan Batsyeba Tuhan kirim Natan. Tuhan mengatakan apa? Mulai hari ini pedang tidak akan pernah bergeser dari keluarga Daud. Kamu tahu Daud? Itu orang yang mengikat perjanjian dengan Allah. Nggak mungkin dosa itu nggak ada konsekuensi. Kamu bermain-main. Kamu sangat mempermainkan kemurahan Tuhan. Nggak usah pakai ayat-ayat Alkitab kalau Tuhan itu kan maha pengasih, pengampun, akan begini, begini,” pokoknya pakai ayat-ayat ya karena dia kan juga orang yang pinter, istilahnya secara slogan-slogan rohani gitu. Saya bilang, “Kamu nggak usah sebut-sebut begini. Kamu tahu nggak apa yang dikatakan Natan kepada Daud? Hari ini kerajaan Daud nggak ada karena setelah Salomo kerajaannya pecah sekarang udah kagak ada. Yang dikatakan itu bukan main-main. Itu menjadi suatu peringatan. Kalau Tuhan tidak langsung menghukum kamu bukan berarti kamu adalah orang yang dikhususkan. Tidak. Itu akan masuk.” Saya tanya, “Satu hari anak kamu nggak hormat kamu.” “Oh udah Bu Maria, sekarang mereka udah nggak hormat saya.” Saya katakan, “Peranan kamu sebagai ayah sudah no more,you have no authority.” Dia mengatakan begini, anaknya yang pertama SMA kelas, umur 17,“Perempuan itu merusak keluarga kita ya ma,aku mau sebentar lagi mau merusak keluarga-keluarga yang lain.” Saya bilang, “Benih apa sih yang kamu taburkan kepada anak-anak kamu? You nggak sadar, kamu masih kurang mengerti yang difirmankan oleh Alkitab? Kalau Tuhan berpanjang sabar tidak langsung menghukum bukan berarti Dia tidak tahu. Kamu sangat mempermainkan anugerah Tuhan!” Saya tegur si suaminya dan saya katakan, “Kamu mempermainkan anugerah Tuhan!” Lalu setelah bicara cukup lama, saya katakan, “you decide.” Saya bilang, “Kamu putuskan yang kamu mau.” Kita nggak terlalu panjang lalu setelah itu ya mereka balik ke kamar. Karena waktu itu saya di Makassar ngomongnya. Ini orang dari luar kota saya bilang, ke Makassar nyari-nyari saya. Saya bilang, saya ke Makassar ikut Refo jadi dia konseling dari pagi sampai jam 11. Pak Romi nggak ikut karena Pak Romi mau isi sesi kan. Saya bilang, “waduh kenapa dia cari-cari saya.” Iya dia tanya kamu mau ketemu gimana? saya bilang Maria mau ke Makassar. Eh dia ke Makassar. Kamu bilang-bilang saya ke Makassar. Ya akhirnya sore jam 6 dia bilang, bu saya balik bu sekarang, pulang ke kota lain, lalu minggu depan dia bilang, “saya sudah menarik dugaan gugatan cerai.” Saya bilang,“you have to build your relationship from the scratch, kamu harus membangun relasi kamu dari nol,” itu gak gampang.

Saya tanya Saudara, siapa yang nggak gelisah? Saudara punya anak sekolah, apa nggak gelisah?Yang namanya narkoba dijual pakai permen kepada anak-anak. Kalau bilang pornografi udah nggak bisa dibendunglah ya, tetap ke segala jurusan,Saudara nggak bisa, mau pakai cara apa coba? Maka kegelisahan ini ya, ini sangat benar, tetapi kita tidak bisa tinggal di luar dunia supaya kita tidak gelisah kan?Kita tinggal di dalam dunia yang terus berubah. Maka, pernyataan kita satu-satunya sangat menguatkan iman kita ‘believe in God.’ Waktu Dia mengatakan ‘Believe in God, believe also in Me,’ langsung Yesus memberikan satu proklamasi I am God. Pertama, you believe in God, you believe also ini Me. Love the Father and God, langsung Dia katakan itu, setara, karena pengertian Allah Tritunggal itu dinyatakan secara progresif. Misalnya, pada waktu dia mencipta, Roh Allah melayang-layang, itu tidak pernah dinyatakan secara jelas kecuali di dalam Perjanjian Lama. Karena Allah menyatakan diri-Nya itu makin lama makin jelas. Sekarang dikatakan “you believe in God dan you believe in Me,” orang Yahudi punya konsep Allah itu Esa. Kenapa mereka sampai begitu, istilahnya, sampai begitu radikal ya, kenapa? Mereka itu bolak balik menyembah berhala kalau mereka ikutin bangsa-bangsa disekitar dan mereka dihukum Tuhan, dibuang, singkat kata mereka dibuang di Babilonia 70 tahun, kapok-kapok mereka balik, mereka sama sekali nggak mau menyembah berhala. Lalu, tibalah Yesus menyatakan diri-Nya Allah, jadi mereka berpikir, “ini manusia menyamakan diri dengan Allah, berarti kita kembali menyembah berhala.” Ini nggak gampang Saudara, karena Paulus punya pemikiran, kenapa yang namanya Yesus di Tuhan-Tuhankan? Yang namanya Tuhan, manusia? Paulus tidak akan pernah bertobat kalau bukan suara daripada Tuhan yang mengatakan, “Akulah Yesus yang engkau aniaya.”Hari itu dia punya theological understanding itu ngeklik bahwa yang namanya Tuhan itu Yesus. Maka, dikatakan Tuhan kepada Ananias, “kamu doakan, tumpangkan tangan, orang ini adalah alat bagi-Ku untuk memberitakan injil bagi orang yang kafir,” nah, itu si Saulus.  Mereka tidak bisa mengerti yang namanya Manusia itu Tuhan.

Sekarang dikatakan “you percaya kepada Allah, percaya juga kepada-Ku,” Saudara perhatikan sini ya, “percaya kepada Allah, percaya juga kepada-Ku,” karena jalan masuk kepada Allah Bapa itu hanya melalui Kristus. Dengan Allah menjadi manusia, inkarnasi, kita melihat Allah menjadi manusia seperti Saudara dan saya, pergumulan, kegelisahan apa yang Tuhan Yesus tidak mengerti? Dia nggak jadi manusia juga Dia bisa mengerti, karena Dia Allahkan?Dengan Dia menjadi manusia maka Dia bisa menjadi mediator kita yang paling sempurna. Kenapa kita berdoa, kita datang kepada Dia? Karena Dia mengerti kita. Kita kalau lagi ada uneg-uneg, kita ceritanya kepada temankan,whatsapp dan sebagai-sebagainya? Saudara nggak boleh kalau ada masalah begitu, apalagi masalah relasi, Saudara ya, harus betul-betul pertama datang kepada Tuhan kalau Saudara mau menjalin relasi dan datang kepada konselor yang netral, jangan ada kaitan dengan keluarga Saudara-saudara. Sebab, setiap kita yang dalam relasi itu masih ongoing prosesnya, sampai kapan? Sampai kita ketemu Tuhan.

Sayakan sempat nginep di Jogja 3 malam, lalu 1 jemaat sekamar saya, “bu, saya mau cerita dengan bu Maria,” saya bilang “iya, kan kita sekamar ya cerita.”“Iya ya, kenapa saya tuh susah hormat sama suami saya?Suami saya tuh orangnya pendiam, nggak pernah memimpin, nggak pernah begini, begini, begini,” nah dia orangnya cekatan.Saya bilang, “kita itukan orangyang berbeda ya,’ saya nggak bahas premarital ya tapi ini bahas konsep aja,“kita itu berbeda, yang selalu berpikiran detail itu adalah perempuan, naturnya  yang pria itu melihatnya keluar. Kenapa pria dan wanita itu menikah jadi satu pasangan? Yang jadi kelebihan dia itu mungkin jadi kekurangan kamu dan sebaliknya. Pada waktu ini digabung menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi, ini indah tapi prosesnya berapa lama? Seumur hidup.  Kamu kalau gak niat begini, kamu akan lihat gue terus yang kerja dari mengandung, melahirkan, anak mau kencing tengah malam, sayang ini, yang itu, mau memikirkan sekolah. Saya bilang ini perlu dibangun relasinya; yang kedua, kamu jangan berpikir kamu yang terlalu bersumbangsih dan hebat, yang ini nggak ada peranan. Kamu musti mengingat ini menjadi kelemahan kamu dalam hal apa? Emosikan? Kalau kamu marah, tetangga semua bisa kedengeran, ini suami kamu sahabat, itu sebabnya melengkapi, nggak ada yang sempurna dan kalau kamu tidak mulai membangun relasi sekarang anaknya udah 2, ini akan memicu kepada keretakan.” Jadi keberbedaan itu kalau dipertajam akan jadi begini Saudara, tapi kalau keberbedaan itu di-sinkron-kan, diharmoniskan, akan indah. Nah itu perlu penyangkalan diri, itu yang nggak enak dan nggak ada jalan pintas, nggak ada. Dan jangan kita berpikir kita akan mendapat orang yang sempurna, orang itu mungkin belum lahir atau kalau ada udah mati. Jadi, you tidak akan ketemu, yang diketemukan adalah yang ini dan di sinilah kita belajar, the best school.

Kembali, janganlah gelisah tapi percaya. Nah, pada waktu kita percaya,Saudara ya, kita musti mengerti percaya itu melibatkan pengertian, dan percaya itu adalah percaya untuk tahu siapa yang saya percaya dan apa yang saya percaya.Maka kalau orang Kristen tidak mempunyai pengenalan yang benar akan Tuhan, dia akan menjadi orang Kristen yang tidak pernah stabil.Boro-boro pelayanan, nggak stabil, tidak akan pernah stabil, karena hidup kita itu di dalam paradoks Saudara; tadi saya sudah katakan, fisiknya sementara, jiwanya kekal, ini paradoks yang nggak bisa dijembatani. Satu-satunya yang kekal yang pernah masuk ke kesementaraan itu cuma Tuhan Yesus, yang lain nggak. Maka seluruh pengertian itu hanya ada di dalam Kristus. Yang kedua, Saudara dicipta antara hidup dan mati; kalau you taat, tidak makan buah yang dilarang dalam Kej. 2:17-17, kamu akan hidup; waktu kamu tidak taat, saat kamu makan, kamu mati. Tapi kita nggak ada pilihan, sekarang kita dalam situasi semua musti mati, mau makan obat suplemen yang kayak begimana, mau setiap hari olahraga, jogging, yoga, pasti mati. Kita dicipta antara baik dan jahat, tapi kita lebih cenderung untuk berbuat jahat karena tendensi hatinya; kita tahu apa yang baik tapi kita lakukan yang jahat. Saudara, nggak usah naik darah dengan anak-anak, naturnya dia adalah berdosa.Kita mau apa?Mau berbusa ngomong sama dia juga nggak gampang Saudara. Kalau kita ada pada hari ini nggak ada pertobatan makanya anak kita juga perlu dibawa kepada Tuhan. Kita dicipta antara Allah dan setan. Jadi, hidup Saudara?Pelayanan? Hidup nggak pelayanan itu peperangan apa lagi pelayanan,nggak mungkin.Maka di dalam Efesus 6, dikatakanapa? Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan”, lalu dikatakan, “kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah.” Kalau Saudara tidak pernah melihat hidup itu adalah suatu peperangan rohani, kita tidak akan pernah melengkapi diri. Kita dicipta antara apa? Antara firman Tuhan dan teori dari pada setan. Tuhan berkata, “jangan makan,” setan mengatakan, “makanlah, karena kalau kamu makan maka kamu nggakmati.” Nah sekarang tinggal pilih ikut Tuhan atau ikut setan? Fatalnya yang dipilih adalah yang dipilih adalah yang melawan Tuhan.Maka sejak Adam jatuh ke dalam dosa, Saudara dan saya sudah tidak bisa kembali ke dalam posisi netral yang tadi untuk diri, nah itu paradoks.

Jadi, pergumulan manusia itu bukan di luar, Saudara, di dalam diri kita sendiri. Maka pada waktu Tuhan Yesus mengatakan janganlah gelisah hatimu, kegelisahan pertama yang tidak bisa kita overcome, itu adalah kegelisahan di dalam, di luar sih unpredictable ya; yang di dalam, dikatakan you percaya, percayalah kepada Allah percaya juga kepada-Ku. Kenapa? Karena jalan kepada Allah Bapa itu hanya melalui Kristus, baru yang terakhir dikatakan; “dirumah Bapa-Ku, banyak tempat tinggal.” Saudara, jangan berpikir kalau Yesus nggak ke dunia, disana nggak ada tempat, tempat itu dari dulu ada, cuma jalan ke situ yang nggak ada. Maka Dia datang untuk membawa kita ke sana.Sekali lagi ya, ini adalah dunia yang sementara kita tinggal, Surga adalah tempata Allah yang suci, antara Surga dan dunia sudah putus karena dosa. Kalau jalan dari Surga ke dunia tidak ditembus oleh yang punya Surga, yang di dunia nggak ada yang bisa ke sana karena tidak ada agama yang membawa kita kepada Tuhan, yang membawa kita kepada Surga yang punya Surga karena yang punya itu sudah turun, maka kita tuh bisa ke sana. Maka dikatakan, “dirumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Aku pergi menyediakan tempat bagimu.” Ini menjadi sesuatu yang sangat menjamin kita karena yang berjanji itu bukannya Anies sama si Sandiaga Uno, yang berjanji itu Tuhan.“Dirumah Bapa-Ku, banyak tempat tinggal. Aku pergi menyediakan tempat bagimu.” Nih, dalam ayat 14 ini murid, yang percaya, “Aku pergi menyediakan tempat bagimu.” Kamu akan gelisah, itu pasti, tapi kamu musti tahu, itu sementara, disana ada tempat dimana kamu ngggak gelisah.

Maka untuk mengatasi gelisah yang di dunia, itu adalah beriman. Di dalam beriman, harus mengenal yang kita imani, siapa dan apa, biarlah firman Tuhan ya kalau Saudara boleh hafalkan sama-sama ayo, “Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku,”jangan lah gelisah. Ya, kalau Saudara ada kegelisahan diluar, Saudara bergantung sama Tuhan, “Tuhan tahu hati saya, tambahkanlah iman.”Apakah itu business, apakah itu relasi, apakah itu kesulitan sakit, apakah itu sesuatu yang membuat kita menjadi takut. Kita minta kekuatan untuk bisa apa? Atasi, ya, jangan ambli jalan pintas.“Aduh kayaknya tali itu enak ya dipohon itu, coba boleh nggantung,” jangan! Terus kita lihat di lantai 22, enak juga kalau jatuh, itu Saudara, sudah masuk ke dalam depresi, you harus langsung tidak boleh entertain pikiran itu, stop! Karena iblis akan bermain di sini.The battleground is the mind. Nanti dari sini, masuk ke sini, “enak loh kalau lompat, kamu pusingkan?Hidup banyak kesusahan?Begini-begini ya, setiap pacaran diputus, lompaat, enak.”Begitu Saudara melihat sesuatu yang membuat kita discourage ya, you stop, itu bukan dari Tuhan, stop! Dalam hal relasi juga, kalau itu adalah sesuatu yang membuat Saudara benci dengan pasangan atau kesel ya, terus Saudara layani dan entertain, itu akan menjadi lebih parah.Tapi kita lihat Tuhan pasti punya maksud dan waktu kita lemah, kita harus lihatnya ke atas jangan ke diri, kalau kita lihat ke diri, makin lihat ke diri, makin ke diri, dari  pertama gelisah, masuk kepada self pity, mengasihani diri, lalu masuk kepada stres, masuk kepada depresi, terus bunuh diri, itu natur. Kenapa kita perlu ada komunitas orang Kristen? Kita belajar, nggak semua sempurnakan?Saling mendoakan ada caring, menguatkan, bukan nge-gossip. Maka dikatakan janganlah gelisah tetapi percaya.Kiranya Tuhan memberikan kita iman untuk kita boleh terus percaya dan berbuah bagi Tuhan. Mari kita berdoa.

Kami bersyukur kepada Engkau karena jaminan, kedamaian, bukan di dapat karena uang, dari pada kehebatan manusia, tetapi di dalam iman kepada Tuhan Yesus. Tidak ada jaminan dan janji yang lebih pasti yang boleh kami pegang karena Engkau adalah Allah yang sungguh-sungguh setia. Pada saat kami lemah karena sesuatu yang Tuhan ijinkan di dalam usaha, pekerjaan, kesehatan, dan berbagai hal, tambahkanlah iman kami. Berikanlah kami kemenangan di dalam pencobaan, supaya sepanjang hidup kami, kami tidak membuang kesempatan-kesempatan yang berharga untuk mengenal Tuhan. Biarlah Tuhan memakai setiap kami yang boleh melewati masa-masa yang berat, boleh terus menguatkan orang-orang yang lain. Kami bersyukur untuk hari ini. Berterima kasih untuk firman yang Tuhan beri, jawaban dari seluruh kegelisahan ada di dalam iman kepada Tuhan. Tuhan tolonglah kami mengenal Tuhan dengan lebih lagi dan juga mengenal siapakah Tuhan.Kuatkanlah kami masing-masing. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Comments