Jadilah Orang Bijaksana, 17 September 2017

Yak. 1:5-8

Pdt. Dr. Stephen Tong (VCD)

Saudara-saudara, di dalam beberapa kali kita berkhotbah, mengenai Yakobus, dari permulaan surat Yakobus mengetahui orang Kristen berada di dalam kesulitan, dan orang Kristen kadang-kadang diperbolehkan oleh Tuhan untuk mengalami ombak yang besar, mengalami ujian yang sangat berat sehingga kami di dalam iman seolah-olah menerima ujian yang sulit kita tempuh. Tetapi Saudara-saudara, melalui ujian-ujian, sengsara-sengsara, penderitaan-penderitaan yang diizinkan oleh Tuhan, maka iman kita melewati ujian boleh mencapai kesempurnaan. Ini yang sudah kita bicarakan pada minggu yang lalu.Saudara-saudara, orang yang tidak pernah mengalami kesulitan, yang tidak pernah mengalami ujian, adalah orang yang sangat menakutkan, karena mereka hanya tahu menikmati hidup secara lancar, mereka hanya mengetahui melewati perjalanan tanpa menerima segala kesulitan. Dan mereka tidak pernah mempunyai kekuatan bagaimana berjuang di dalam kesulitan itu. Dan mereka pun tidak mengetahui apakah yang sebenarnya arti anugrah Tuhan yang lebih mendalam, bukan hanya sekedar memberikan berkat dan kebutuhan-kebutuhan yang kita perlukan di dalam sehari-hari. Dan orang yang tidak pernah mengalami kesulitan pun, mereka sulit mengerti kesusahan-kesusahan orang lain. Saudara-saudara, itu sebab kadang-kadang kita diberikan hari yang lancar, hari yang cerah, dan kadang-kadang kita diberikan awan gelap dan kegelapan yang mengelilingi hidup kita. Biar kita senantiasa bersiap hati untuk menjadi orang yang senantiasa bersedia memuji Tuhan karena rencana Tuhan tidak pernah salah. Keinginan Tuhan tidak pernah bermotivasi jelek, dan kepemimpinan Tuhan tidak pernah meleset. Itu sebab, biar hati kita tetap memuji Dia, tetap bersyukur kepada Dia, dan tetap stabil di dalam iman yang tidak tergoncangkan.

Saudara-saudara sekalian, lalu selanjutnya, maka bagian yang kedua, Yakobus mengatakan, “Jikalau di tengah-tengah kita ada orang yang kurang bijaksana.” Nah Saudara-saudara, di sini dengan jelas dia mengatakan, ada orang yang bijaksana dan kadang-kadang orang itu di tengah-tengah kita. Berarti jangan kira, orang Kristen pasti semua tidak mungkin berbuat salah. Tidak mungkin orang Kristen terluput daripada kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kebodohan-kebodohan yang mungkin terjadi pada umat manusia. Saudara-saudara, dan jikalau itu terjadi, itu akan menjadi satu kerugian yang besar sekali. Saudara-saudara sekalian, siapakah orang yang berbijaksana? Berlainan dengan orang yang berpengetahuan tinggi. Saudara-saudara, orang yang berpengetahuan tinggi, tidak tentu mempunyai bijaksana. Orang yang mempunyai bijaksana, tidak tentu perlu pengetahuan yang tinggi. Itu sebab, banyak orang yang berilmu-ilmu yang sangat-sangat limpah, tapi mereka sering kerja salah, sering berkata salah, sering bergaul salah, sering salah di dalam segala kelakuan dan di dalam karyanya. Saudara-saudara sekalian, itu sebab, bijaksana jauh lebih penting daripada pengetahuan-pengetahuan yang tinggi.

Saudara-saudara, saya sudah berkali-kali berkata dari mimbar ini, bijaksana adalah arah daripada pengetahuan. Jikalau pengetahuan itu merupakan inti, merupakan isi yang berada di dalam suatu wadah, maka wadah ini harus ditempatkan di mana? Itu bukan pengetahuan. Jikalau bijaksana itu pengetahuan merupakan bensin dan bahan bakar yang banyak dalam mobil, maka pengetahuan sudah ada, mobil itu harus mempunyai arah yang mana, itu bijaksana. Saudara-saudara, orang yang mempunyai pengetahuan tapi tidak mempunyai bijaksana, dia mempunyai isi, mempunyai segala inti yang cukup banyak, tapi dia tidak tahu petanya di mana. Saudara-saudara, pada waktu engkau memiliki mobil yang baik, mempunyai bahan bakar yang penuh, tetapi engkau kehilangan arah, engkau memerlukan satu peta. Dan peta itu memberikan kepada engkau, engkau harus melewati arah yang mana, jalan yang mana, untuk menuju tujuan yang engkau tetapkan. Tapi jangan lupa, pada waktu engkau melihat peta, hal yang pertama bukan tujuan tapi hal yang pertama adalah engkau sekarang sedang ada di mana? Nah Saudara-saudara, kalau engkau tidak bisa menemukan titik engkau sekarang ada di mana, engkau tidak tahu bagaimana untuk mengarahkan arah di depanmu.

Nah ini adalah kesulitan daripada sifat manusia yaitu mereka tidak tahu mereka di mana dan mereka hanya ingin menuju ke mana. Banyak orang mempunyai ide-ide, mempunyai angan-angan, mempunyai cita-cita yang besar menuju sesuatu. Itu indah sekali. Itu wajar, itu lumrah, itu baik. Tetapi Saudara-saudara, mengapakah begitu banyak orang mempunyai tujuan tetapi tidak pernah mencapai tujuannya? Mengapa begitu banyak mempunyai angan-angan, mempunyai cita-cita yang sempurna tetapi selalu mereka gagal mencapai cita-citanya. Karena mereka tidak tahu, mereka sekarang ada di mana. Nah ini merupakan pertanyaan pertama, Tuhan bicara kepada umat manusia, pada waktu manusia sesudah jatuh. Saudara-saudara, begitu semenjak Adam jatuh, hal pertama yang ditanya oleh Tuhan, bukan: “Engkau sedang makan apa? Adam, engkau sedang kerja apa? Adam, mengapa engkau kerjakan hal itu? Adam, lupakah engkau, Aku sudah memberikan perintah kepada engkau?” Tuhan mengatakan kalimat pertama kepada Adam, justru adalah, “Dimanakah engkau?” Saudara-saudara, “Dimanakah engkau?” Sekarang titikmu dimana? Sekarang lokasimu dimana? Sekarang statusmu di mana? Itu menjadi prihatin yang paling besar dari Tuhan kepada orang berdosa.

Saudara-saudara, jadi tidak tahu diri di mana, itu adalah titik paling permulaan, mengapa kita tidak mencapai cita-cita kita. Saudara-saudara, mengenal diri, mengetahui keterbatasan diri, mengenal kejatuhan diri, mengenal di manakah permulaan kita gagal? Itu menjadi suatu titik tolak kita bisa keluar daripada kemelut dan dari kesulitan. Tetapi susahnya adalah, orang-orang berdosa tidak mau mengaku kejatuhan di mana, tidak mau mengakui status kamu yang melarat di mana, cuma terus mengingkan cita-cita, cita-cita, tujuan, tujuan. Bukan saja demikian, mereka mencela Tuhan, mereka mempersalahkan orang lain, “Justru karena kamu, karena dia, karena orang-orang itu, maka saya sekarang melarat seperti ini, saya tidak tahu apa kesalahanku? Saya cuma tahu kesalahanmu.” Nah Saudara-saudara, itu merupakan hal mengenai bijaksana, bukan mengenai pengetahuan. Saudara-saudara, pengetahuan itu bisa dipelajari melalui baca buku, melalui mengamati pengalaman orang lain, melalui pengalaman-pengalaman, tetapi bijaksana itu melampaui pengetahuan. Knowledge is not wisdom, and wisdom is not knowledge. Knowledge is the content of your thinking, wisdom is the direction of your life. Saudara-saudara, pengetahuan itu hanya isi daripada pikiran kita, isi dari otak, dan isi itu bisa diberi melalui pendidikan, melalui pengalaman, melalui engkau cari segala sesuatu yang sudah didatakan di dalam perpustakaan. Saudara-saudara, tetapi bijaksana itu lain, bijaksana itu direksi, bijaksana itu pengarahan, bijaksana itu mengetahui terlebih dahulu di manakah saya, kelemahan saya, kebutuhan saya.

Saudara-saudara, Tuhan berkata kepada gereja di Efesus, “Engkau harus ingat, engkau dari mana jatuh. Engkau harus ingat, dari mana engkau mulai gagal.” Saudara-saudara sekalian, mengerti permulaan dan sebab kegagalan diri, dan mengaku sekarang engkau berada di dalam kegagalan, dan sadar engkau sedang berada di dalam perlu ditolong, itu menjadi titik tolak engkau boleh kembali. Dulu saya tidak mengerti. Ada seorang pendeta mengatakan, “Jatuh di mana, musti bangun dari sana.” Engkau jatuh di mana, engkau harus bangun dari sana. Lalu saya pikir, buat apa mengatakan kalimat ini? Pasti dong! Engkau jatuh di sini, pasti bangun dari sini. Adakah orang jatuh di sini bangun dari sana? Ada nggak? Nggak ada kan? Nggak ada orang jatuh di sini, tapi bangun dari sana. Lalu saya tanya, kenapa ya Tuhan berkata kepada Efesus, “Engkau musti mengetahui dari mana engkau jatuh?” Kenapa pendeta itu mengatakan, “Di situ jatuh, di situ harus bangun, bukan di lain tempat.” Nggak ada orang jatuh di tempat ini, lalu bangun dari tempat orang lain. Maka kalimat itu kelebihan, kalimat itu tidak perlu. Tapi makin lama makin mengerti, baru saya tahu ini tidak ada di dalam buku, ini bukan pengetahuan, ini bijaksana. Bijaksana itu lebih dalam daripada pengetahuan, bijaksana lebih prinsipil daripada pengetahuan. Bijaksana lebih fondasi daripada pengetahuan. Jatuh di sini, jangan bangun dari tempat lain.

Engkau bilang, nggak mungkin aku bangun dari tempat lain. Mungkin! Khususnya di dalam hal kerohanian. Orang yang jatuh di dalam kesombongan, dia mau bangun daripada kesuksesan, supaya orang lihat, dia tidak gagal, supaya orang lihat dia mempunyai keunggulan. Tetapi kejatuhan di dalam kecongkakan, kejatuhan di dalam tidak mengenal diri, dia tidak mau tahu. Itu sebabnya dari permulaan, semua kegagalan kita tidak pernah dibereskan. Karena apa? Kita ingin menjadi sukses daripada tempat yang lain. Hal dasar-dasar tidak habis-habis, terus menggerogoti kita, terus mengganggu kita dan kita tidak mau sadar. Saudara-saudara, itu yang disebut Pen Xin Na Li(?),sifat dasar manusia sulit berubah. Kita tidak mau ngaku kesalahan kita, kita cuma minta supaya keunggulan, kesuksesan itu, kita tidak mau sekolah, tapi kita mau angka yang baik. Kita tidak mau bertobat, tapi kita mau kelihatan orang Kristen rohani baik. Kita tidak mau dikoreksi, tapi kita mau kelihatan tidak kalah sama orang lain. Itu sebab rohani kita tidak bisa maju.

Saudara-saudara, bijaksana dimulai daripada mengenal diri dan kelemahan di mana. Bijaksana dikenal daripada di mana sekarang saya, saya mempunyai peta seluruh dunia yang lengkap, tapi saya tidak tahu saya sekarang di mana. Saya bagaimana bisa melalui peta itu, mendapatkan direksi, tak mungkin! Zaman orang dihilangkan, yang tidak setuju sama Suharto, mahasiswa-mahasiswa yang terlalu fokal, mendadak hilang. Sesudah hilang, nggak tahu di mana dia. Kenapa? Karena waktu mereka dibawa pergi itu, dibungkus matanya dulu, ditutupi dulu, sehingga mereka tahu di dalam, mereka tahu mereka berada di dalam perjalanan yang agak lancar atau agak sulit, karena? Itu pengalaman di dalam mobil. Tapi setelah salah satu sampai satu tempat, yang tersembunyi, yang rahasia, dibuka matanya, dia sudah tidak tahu di mana. Dia tahu dia berada di satu kamar, dia tahu berada di depan siapa. Tapi dari situ mau pulang, menempuh jalan apa, dia tidak tahu. Demikian setan berkerja. Setan bekerja membutakan kita, lalu membawa kita kepada satu tempat di mana kita tidak tahu harus bagaimana keluar dari tempat itu.

Saudara-saudara sekalian, bijaksana itu penting sekali. Sekali lagi, peta ada di tangan, tujuan sudah tulis, tapi kesulitan pertama adalah sekarang saya di mana. Saudara-saudara, berdoalah kepada Tuhan, supaya Tuhan memberitahukan kepada engkau kelemahan mu di mana, kejatuhanmu di mana. Mengapa banyak orang berbakat sekali akhirnya nggak sukses-sukses? Mengapa banyak orang mempunyai pengetahuan tinggi sekali akhirnya selalu gagal. Mengapa banyak orang mempunyai kesempatan-kesempatan yang begitu indahtapi nggak pernah berubah? Yudas mempunyai guru terbaik, Yudas mempunyai rekan sekolah yang terbaik. Yudas mempunyai zaman yang terindah. Socrates tidak dilahirkan zaman Yesus, Kongfucu tidak dilahirkan zaman Yesus. Mereka adalah orang baik di Barat maupun di Timur yang paling pintar, yang paling berpengertian-pengertian tentang hidup manusia yang tinggi, tapi mereka tidak ada kesempatan hidup di pinggir Yesus, tidak ada kesempatan hidup mendengarkan dengan telinga sendiri, kalimat daripada Firman yang menjadi daging. Mereka tidak ada kesempatan jejer dengan Petrus, Yakobus, Yohanes, orang-orang yang menerima ajaran dari Yesus secara langsung. Mereka harus mencari susah payah, apa artinya pengertian-pengertian arti hidup. Tetapi Yudas lebih berbahagia dari Socrates, lebih berbahagia dari Confucius, lebih berbahagia dari orang lain, karena dia dilahirkan di tempat yang sama, negri yang sama, zaman yang sama, di dalam tahun-tahun yang sama dan akhirnya dipilih ke dalam lingkungan yang sama, berada di pinggir Yesus 3 tahun setengah. Tetapi akhirnya dia tetap gagal, akhirnya dia tetap menjadi orang yang terkutuk, menjadi orang yang tidak ada keselamatan, menjadi orang yang tidak bertobat, karena apa? Dia tidak pernah bertobat daripada kelemahan, kegagalan yang pertama. Dia dari hari pertama, pencuri. Hari pertama, anak binasa. Hari pertama, seorang yang tidak mendengar kebenaran. Saudara-saudara, meskipun kesempatan yang begitu indah, sama! Sama, tidak bisa merubah dia.

Saudara-saudara, bijaksana mulai dari mengerti diri di mana. The first question from the mouth of God, “Where are you, Adam?” Lalu dari kalimat itu, mulai Tuhan memberikan kitab Suci berjuta-juta huruf, dari Kejadian sampai Wahyu, mulai daripada kebutuhan satu kalimat: Dimanakah engkau, Adam? Dimanakah engkau, Adam – akhirnya akan dirubah menjadi: engkau akan di dalam Kristus, di dalam anugrah, di dalam keselamatan, di dalam pimpinan Roh Kudus. Seluruh Kitab Suci, membawa engkau dari titik itu menuju kepada rencana Allah dan perjalanan di dalam kehendak yang kekal.Saudara-saudaraku sekalian, jikalau tidak ada bijaksana, maka kita sering kerjakan hal yang salah. Kerjakan hal yang salah dan tidak sadar, dia akan menikmati kesalahan dan tidak mungkin bertobat. Tidak ada bijaksana maka kita akan kehilangan kesempatan, salah membuang kesempatan. Saudara-saudara sekalian, bijaksana berada di dalam hal yang benar, bijaksana tersimpan di dalam kesempatan-kesempatan yang penting. Banyak orang itu melepaskan, membuang kesempatan, dan mereka itu akan berada di dalam waktu yang tanpa mempunyai titik pusat waktu, yaitu kesempatan-kesempatan yang penting. Bijaksana kalau tidak ada, engkau akan bergaul dengan orang yang salah. Di dalam pergaulan, salah. Di dalam mempergunakan kesempatan, salah. Di dalam jalan, menempuh arah yang salah. Di dalam memilih, engkau memilih kawan yang salah. Di dalam beriman, engkau beriman kepada allah dan agama yang salah. Ini semua merupakan kecelakaan yang besar sekali.

Saudara-saudara, salah sedikit, bedanya berkilo-kilo meter. Ini adalah peribahasa Tionghoa. Kurang beberapa mili, akhirnya, akibatnya adalah kurang berkilo-kilo meter. Di Amerika ada satu rumah, atap itu miring begini. Kanan turun, kiri turun. Dan kalau hujan turun dari atas, maka titik itu berada di atap yang paling atas ini, kalau dia turun ke bawah sini, dia akan menuju kepada satu sungai. Tapi kalau turun dari ini, akan menuju kepada sungai yang lain. Karena tetesan itu turunnya ke kanan atau ke kiri, akibatnya sungai itu, satu menembus ke Laut Meksiko, yang satu menuju ke Laut Pasifik. Jadi Saudara-saudara, jadi itu sungai pada itu muara, yang berada menuju kepada lautan itu, bedanya adalah kira-kira 3000km, tapi sumbernya adalah tetesan air pada satu atap. Dari atap itu, terus turun, lalu ngalir, ngalir, ngalir akhirnya ke Mexico Gulf, itu Laut Missipi. Yang satu lagi pergi ke Pasifik. Nah Saudara-saudara, demikian sama-sama dididik dalam satu keluarga, sama-sama dilahirkan oleh satu pasang suami-isteri, sama-sama dibesarkan dalam satu sekolah, sama-sama dididik oleh orang-orang yang sama, mempunyai guru yang sama, dosen yang sama, tapi akhirnya mengapa satu berada di Pasifik, satu berada di Atlantic? Mengapa satu menjadi orang Kristen, satu menjadi anti Christ? Mengapa satu menjadi orang baik, satu menjadi jahat? Karena pada saat tertentu ada pemisahan yang tidak hati-hati, bedanya cuma satu mili. Saudara-saudara, di dalam hidup kita juga demikian, kadang-kadang perbedaan satu mili, perbedaan satu senti saja, dengan pemikiran, “gini boleh, begini juga boleh; gini nggak apa-apa, begini juga nggak apa-apa kan, kalau saya begini apa sih ganggunya? Tidak apa,” lalu engkau mengampuni diri, “Boleh lah, nggak apa lah,” dengan sedikit perbedaan itu akhirnya beberapa tahun kemudian engkau melihat kerohanian sama sekali berbeda. “Aku harus ikut kebaktian atau tidak? Aku harus dengar khotbah semacam ini atau tidak? Aku harus menerima teguran yang keras ini atau tidak? Aku harus menerima sesuatu penyodoran dari pada semacam suggestion yang dianjurkan seperti ini tidak? Strategi ini atau  strategi itu?” Kadang-kadang kita cuma pilihnya beda satu senti, bedanya cuma satu pikiran yang kecil, akhirnya bedanya besar sekali. Jikalau kita salah di dalam hal-hal yang sepele nggak apa, salah di dala hal yang paling penting fatal akibatnya. Vital atau fatal? Saudara-saudara, salah pilih Tuhan, itu adalah kecelakaan untuk kekekalan; salah pilih agama maka itu kecelakaan akan sangat-sangat jauh untuk selama-lamanya; engkau salah pilih jodoh, itu seumur hidup engkau tidak mencapai sesuatu yang seharusnya; engkau salah pilih pekerjaan, mungkin engkau income akan kurang; engkau salah pilih kawan, engkau merusak moral; engkau salah pilih pekerjaan, salah pilih tempat tinggal, itu semua pengaruh banyak sekali.

Tetapi Saudara-saudara sekalian, yang paling penting mulai dari apa? Mulai dari pada Allah, mulai dari pada sikapmu, responmu dan reaksimu terhadap Tuhan dan terhadap firman Tuhan. Itu sebabnya Alkitab dengan jelas, melampaui semua buku, mengatakan satu kalimat the fear of the Lord is the beginning of wisdom. Ketakutan kepada Tuhan itulah permulaan bijaksana. Orang yang tidak takut kepada Tuhan sebagaimanapun pintarnya, binasa. Siapakah politikus yang lebih pintar dari Mao Zedong? Saya kira Mao Zedong mempunyai IQ, mempunyai kepandaian, kepintaran bukan saja lebih tinngi dari Jiang Kai-Shek, jauh lebih tinggi. Dia lebih tinggi daripada orang-orang yang pernah menjadi politikus sepanjang sejarah Tiongkok. Saya percaya di dalam seluruh sejarah Tiongkok tidak ada lebih 5 orang yang lebih pintar otaknya daripada Mao Zedong. Jikalau Karl Marx menulis buku tentang komunisme dan dia tidak berdaya untuk merubah pemerintahan apapun, Mao Zedong adalah satu-satunya orang dengan pikiran yang berbeda dengan seluruh pikiran Tionghoa 2500 tahun, merombak sampai satu negara, sebelum dia mati, menjadi komunis. Orang mempunyai kekuatan seperti ini, luar biasa. Pada waktu Martin Luther mau merombak seluruh sistem Katolik, dia mempunyai keberanian dan bijaksana yang luar biasa besarnya. Saudara-saudara, itu di dalam bidang agama, tetapi Mao Zedong merombak kebudayaan, merombak politik, merombak kuasa dan negara yang sudah pada saat dia masih muda sudah mempunyai 400 juta umat manusia, dirombak. Karl Marx mengatakan komunisme akan mulai menjadi negara di Inggris dan Perancis, ini dua negara akan menjadi negara komunis pertama di dalam dunia. Kalimat ini seolah-olah dia menjadi nabi, menubuatkan sesuatu; lalu kalimat ini merangsang sehingga di Eropa melihat kenapa kalau negara itu sudah ada monarchy-nya, negara itu sudah ada politik yang begitu lama tumpuk pengalaman beratus-ratus tahun, apalagi di Inggris setelah magna charta itu kekuatan untuk rakyat makin lama makin membesar sehingga pemerintah yang berada di bawah ratu atau raja tidak bisa mengganggu gugat akan kekuatan yang berada di dalam parlemen, mengapakah Karl Marx mengatakan nanti Inggris dan Perancis akan menjadi negara komunis pertama di dunia? Mereka mulai memikir dan mereka menemukan suatu hal untuk mencegah terjadinya itu, yaitu social welfare. Yang disebut social welfare adalah kesejahteraan dari seluruh umat, seluruh rakyat sehingga yang miskin ditolong, yang tua dikasih pensiun, yang cacat dirawat, sehingga dengan pajak yang banyak membagikan berkat kepada orang miskin sehingga tidak terjadi gejolak, tidak terjadi revolusi. Kekayaan, kemiskinan, kerenggangannya kalau makin lama makin besar itu mengakibatkan orang akan memikirkan tentang komunisme. Di Indonesia sekarang sedang menuju ke gejala yang menakutkan. Kemarin seorang berkata kepada saya, “dulu kalau wanita menikah pakaian pengantinnya 50 juta semua sudah heboh, tahu tidak Pak Tong, sekarang ada pakaian yang dipesan dari Paris, dipesan dari luar negeri, ada yang satu pakaian pengantin milyaran.” Mau apa? Ada orang yang tidak makan, di dunia paling sedikit masih ada lebih dari 2000 juta manusia yang gajinya, satu hari kerja setengah mati 12 jam, kurang dari 1 Dollar Amerika, ada pengantin yang pakai pakaian ber-milyar-milyar hanya karena takut kalah sama pengantin yang lain. Satu kali menikah pakai uang bermilyar-milyar. Kesenjangan antara kaya dan miskin ini mengkait dan memancing komunisme dibangkitkan lagi di dalam satu zaman.

Apa yang dikatakan oleh Karl Marx akhirnya tidak jadi, karena dijadikan sistem social welfare di Perancis dan Inggris, akhirnya dua-dua negara tidak jadi komunisme. Tetapi komunisme mulai dari Rusia dan akhirnya ke Tiongkok, ke Korea, lalu pergi ke tempat-tempat yang lain, ke Kuba, ke Ethiopia, dan ke Eropa Timur, apa sebabnya? Karena kesenjangan antara miskin dan kaya makin menonjol, makin senjang, makin berbeda antara kaya dan miskin, itu makin memancing dan makin mengkait, makin mengundang komunisme datang. Di sini kita melihat Mao Zedong mempunyai kebijaksanaan yang luar biasa, mempunyai keberanian yang luar biasa, tapi Mao Zedong tidak mempunyai kebijaksanaan takut kepada Tuhan, di situ kita melihat akhirnya dia bagaimanapun hebatnya, akhirnya dia tetap gagal, dia menjadikan negara Tiongkok pada saat itu salah satu negara yang paling miskin di dunia. Sekarang kalau engkau pergi ke China, engkau melihat, kaget, kota-kota yang kecil saja sudah jauh lebih bagus daripada kota di Amerika; kota-kota yang biasanya tidak pernah dengar namanya, itu rumah-rumah dan bangunan-bangunan sudah begitu modern, begitu bersih, jalan-jalan itu begitu luas. Saudara-saudara, Jakarta indah sekali kan? Jakarta kalau dibanding sama kota-kota seperti Haikou, seperti Zhuhai, Ningbo, seperti Nanning, seperti Guangzhou di Tiongkok sudah ketinggalan jauh. Orang Tionghoa itu pintar dagang, ini nggak usah ngomong, semua tahu kok, untuk cari uang nggak terlalu susah, jangan ditekan, kalau ditekan dia akan menjadi miskin, kalau nggak tekan akan kaya sendiri. Anak-anak kecilpun dia tahu sesuatu, ada sel dagang di dalam tubuhnya. Makanya pada waktu Mao Zedong mati-matian dengan komunisme, akhirnya Deng Xiaoping bilang, “Tidak, lepas mereka.” Jadi Deng Xiaoping sekarang diingat-ingat. Bedanya apa? Mao Zedong mempunyai kepintaran luar biasa tapi dia tidak ada bijaksana yang dasar, pertama, takut kepada Allah. The fear of the Lord is the beginning of wisdom. Negara-negara Barat mengapa bisa sukses? Mengapa abad ke-20 permulaan orang-orang dari Tiongkok itu pergi ke Paris, pergi ke Jerman, mereka kagum, mengapa negara bisa begitu maju? Satu-satunya sebab, karena Barat sudah belajar bagaimana takut kepada Tuhan, sudah mengetahui bagaimana mendapatkan prinsip-prinsip dari wahyu Tuhan Allah untuk membenahi negara mereka. Jadi ini adalah poin pertama. Siapa orang bijaksana? Orang bijaksana, pertama, adalah orang yang takut kepada Tuhan.

Kedua, orang bijaksana adalah orang yang mempunyai pengertian bagaimana berdamai dengan sesama manusia. Nah poin yang kedua ini, seperti apa yang saya katakan, EQ dipentingkan. Orang yang geger-geger, marah-marah, orang yang terus itu tahunya berselisih dengan manusia yang lain, bukan orang bijaksana. Nah mengenai bijaksana poin yang kedua ini, nanti di pasal ke-4 dari Yakobus akan dijelaskan, dan ini satu-satunya tempat di Perjanjian Baru mengenai bijaksana. Di dalam Perjanjian Lama bijaksana selalu adalah 3 prinsip: takut kepada Tuhan, mengerti kesucian-Nya, dan hidup suci, hidup bermoral, itu bijaksana. Tapi bijaksana di Perjanjian Baru itu berkait dengan human relationship, bagaimana berdamai, bagaimana bergaul; tapi berdamai berdasarkan perdamaian dari Sorga bukan perdamaian pura-pura dari manusia, ini perbedaannnya. Saya minggu lalu menyinggung tentang IQ, EQ, lalu WQ, ada orang bilang sama saya masih ada Q-Q yang lain, saya tahu, tetapi sebenarnya sesudah 3 itu dikumpulkan menjadi SQ, pernah saya bicara di sini, SQ bukan Singapore Airlines, SQ yang saya sebut itu Spiritual Quotion, yaitu mengenai apa yang sekarang kita angkat: the relationship between you and God, and the relationship between you and man. Takut kepada Allah dan pintar bagaimana berdamai dengan manusia. Saudara-saudara, di tengah-tengah majelis kita ada seorang yang namanya Gunawan, saya percaya Tuhan memberikan dia semacam bijaksana yang sangat hebat, yaitu bagaimana bergaul dengan orang. Nggak pernah saya dengar Gunawan marah, mungkin marah di rumah saya nggak tahu; enggak pernah dengar dia cekcok sama orang lain, karena dia mengetahui bagaimana mengendalikan orang lain dengan kalimat yang benar, dengan sikap yang baik, dengan attitude, dengan cara berpikir dan berkata yang cocok. Saya kira semua kebaikan dari setiap orang harus kita belajar, meskipun dia mungkin lebih muda dari kamu, mungkin lapisan masyarakat yang lebih rendah dari kamu; yang mendapatkan sesuatu lebih dahulu dari kamu selalu gurumu. Ayah bolehkah belajar dari anak? Boleh. Pendeta bolehkah belajar dari anggota? Boleh. Majelis bolehkah belajar dari pemuda? Boleh. Guru bolehkah belajar dari murid? Boleh. Peribahasa kuno mengatakan ‘di dalam studi tidak boleh katakan siapakah dahulu, siapa belakang.’ “Saya lebih tua, kenapa engkau tidak hormat kepada saya?” Di dalam studi, di dalam ilmu, yang mencapai dulu itu guru. Kadang-kadang pemuda-pemudi lebih mengerti dalam hal yang lain, maka di dalam hal itu dia guru kita. Kadang-kadang anak lebih mengerti sesuatu dari ayah, ayah harus rendah hati belajar dari anak. Kadang-kadang anggota lebih mengerti dari pendeta dalam hal-hal tertentu, pendeta harus belajar. Dengan demikian generasi tua tidak berhenti belajar, tidak hanya karena gengsi “saya lebih tua,” lalu stuck, berhenti di situ. Saudara-saudara sekalian, kita musti belajar satu dengan lain, semua yang baik kita belajar. Seperti spon yang menerima air, terus menghisap, terus memenuhi, terus memperlengkapi diri. Bijaksana. Bagaimana sikap kita terhadap manusia.

Ketiga, bijaksana yang sesungguhnya adalah bagaimana mendisiplin diri. Orang yang bisa menguasai diri dia akan bisa menguasai seluruh dunia, karena manusia adalah satu liliput atas satu kristalisasi dari pada dunia yang besar. Universe, makro, itu di luar; universe yang mikro, itu di dalam. Saya adalah manusia yang alam semesta mikro, ditempatkan di tengah-tengah alam semesta makro. Saya adalah satu ciptaan Tuhan yang begitu rumit, yang begitu complicated secara kecil yang melambangkan seluruh yang dicipta oleh Tuhan di luar saya. Manusia merupakan cermin dari seluruh alam semesta, manusia merupakan suatu kristalisasi dari bijaksana karya Allah seluruhnya, sehingga seluruh alam semesta itu hanya sesuatu yang makro, yang wakilnya adalah saya yang mikro. Sehingga bagaimana saya menempatkan diri di seluruh alam semesta ini, bagaimana saya mendisiplin diri, itulah menjadi rahasia engkau bisa mendisiplin yang lain dan engkau bisa menguasai yang lain. Kesulitan pendidikan adalah orang yang tidak mendidik diri ingin mendidik orang lain hanya karena cari uang. Kesulitan ayah dan ibu yang gagal adalah mereka tidak bisa menguasai diri mau menguasai anak. Kesulitan gereja adalah pendeta mengatakan ini tidak benar, ini tidak benar, tapi sendirinya selalu melakukan hal yang tidak benar. Kesulitan negara adalah presiden-presiden, raja-raja, pemerintah-pemerintah, mau memerintah orang lain tapi tidak bisa memerintah keluarga sendiri. Hukum hanya dipakai untuk mencari kedok, hukum hanya dipakai menjadi satu alat untuk menghadapi musuh, tetapi tidak untuk mendisiplin diri sendiri. Bijaksana yang betul-betul takut kepada Tuhan, damai kepada manusia, dan bagaimana mendisiplin diri melalui prinsip-prinsip hukum yang benar, itu bijaksana.

Keempat, bijaksana adalah bagaimana kita melampaui fasilitas materi dan segala alat yang berada di bawah kita. Uang, materi, segala kenikmatan, itu hanya dipinjamkan, bukan diberi. Kita harus mempunyai konsep yang jelas. This world is not my eternal home, everything is given, is not mine, is not my eternal property. Rumah itu dipinjamkan kepada saya, perusahaan itu dipinjamkan kepada saya, uang itu dipinjamkan kepada saya oleh Tuhan di dalam hal menguji saya bagaimana setia, bagaimana sungguh-sungguh kepada Dia, bagaimana aku setia kepada Tuhan di dalam ujian saya diberikan segala sesuatu. Kaya hanya beberapa puluh tahun, sesudah itu engkau harus melewati dunia ini. Pada waktu engkau kembali kepada Tuhan, Tuhan akan tanya, “Bagaimana sikapmu terhadap uang yang Aku pernah pinjamkan engkau beberapa puluh tahun itu?” Di situlah engkau baru tahu engkau bodoh sekali; engkau diikat oleh uang, engkau dibelenggu oleh uang, engkau diperbudak oleh uang sehingga engkau melalui perbudakan itu engkau sudah luput dari pada banyak anugerah Tuhan. Tuhan menguji kita, cara menguji adalah membiarkan kita memiliki sesuatu lalu kita bagaimana menghadapi sesuatu itu dicatat oleh Tuhan. Bijaksana adalah mengendalikan, bijaksana adalah menguasai, bijaksana adalah bagaimana memakai, memperalat segala berkat Tuhan di dalam hidupmu sebagai suatu fasilitas, menjadi suatu media ujian kepada hidup kita masing-masing. The way you treat your money, the way you response with your property, semua itu dicatat oleh Tuhan.

Saudara-saudara, besok toh tidak kita bawa kan? Besok kita kembali kepada Tuhan dengan kedua tangan hampa sebagaimana kita keluar dari pada rahim ibu kita kedua tangan hampa. Adakah bayi yang dilahirkan [peragakan tangan menggenggam], dilihat ada mutiara? Nggak ada. Engkau tidak bawa apa-apa ke dalam dunia, engkau juga tidak akan bawa apa-apa pergi. Manusia lahir tangannya gini [peragakan tangan mengepal], coba lihat, engkau pasti tidak ingat dulu tanganmu bagaimana. Lihatlah ibu yang melahirkan anak, adakah anak kecil [peragakan anak lahir dengan tangan terbuka]? Tidak ada. Semua lahirnya [tangan mengepal], tapi matinya begini [tangan membuka]. Nggak ada orang mati gini [tangan mengepal]. Baru mati bo kam buan, baru matinya nggak rela, begini [tangan mengepal], akhirnya begini [tangan terbuka]. Jadi semua orang datang ke dunia, datangnya pegang, pegang, mau dapat sesuatu, perginya lepas. Engkau berapapun banyak uang, lepas; berapapun kaya, lepas. Akhirnya berapa banyak tanah, beratus-ratus ribu hektar engkau miliki, percuma. Yang kau miliki untuk beratus-ratus tahun bukan itu, yang kau miliki yaitu 1m x 2m tempat untuk taruh petimu itu, itu tanahmu, hak milik sertifikat, itu yang betul-betul milik.Maka how to overcome the temptation of the material world. Bagaimana engkau bisa melampaui, bagaimana engkau bisa mengalahkan, bagaimana engkau menjadi orang yang menang atas ujian dan kepercayaan Tuhan melalui materi yang diberikan kepada engkau. Itu namanya bijaksana. Saudara-saudara, baru dua hari yang lalu Rockefeller meninggal dunia. Saya tidak ingat tercatat 3 ribu atau 300 lebih juta dollar Amerika menjadi milik dia, mungkin 3 ribu juta atau 30 ribu juta, saya tidak tahu. Dia lewat. Setiap tahun ada orang kaya mati, bedanya orang kaya mati sama orang miskin mati adalah kuburannya berapa besar, petinya berapa besar. Nah, Saudara-saudara sekalian, itu semua sementara. Saya sudah pernah berkata kan, saya kata lagi, peti yang lebih besar, besok kalau Yesus datang bangkitnya makin susah, betul nggak? Oh orang lain, buk, bangkit, petinya langsung [peragakan dibuka tangan dari dalam]. Engkau, waduh susah sekali karena tutupan peti tok itu sudah 500 kilo, skrupnya keras sekali, bangkitnya lebih susah, itu bedanya.

Saudara-saudara, dan kelima, bijaksana bukan saja takut kepada Allah, damai kepada manusia, dan disiplin kepada diri, dan mengatasi akan segala ujian dari materi. Bijaksana yang lebih penting lagi yaitu menggunakan kesempatan di dalam sementara untuk berkait dengan kekekalan di dalam rencana Allah. Itu bijaksana. The interraction, the influence between the temporal occasion with the eternal will. Barangsiapa yang bisa pakai uang sedikit untuk mendapatkan laba sebanyak mungkin itu pintar dagang. Modalnya cuma 5 rupiah akhirnya bisa dapat 5 Milyar, waduh hebat sekali. Lahirnya itu di kampung kecil, papanya jual tahu, matinya jual berlian 3 ton, waduh hebat luar biasa. Orang itu namanya modalnya sedikit labanya banyak. Tapi Saudara-saudara, modal sedikit laba banyak paling hebat adalah pakai waktu yang pendek mencapai nilai yang kekal. Nah itu selalu tidak dihitung kan? Kita kalau hitung orang kaya atau nggak kaya cuma hitung apa? Cuma hitung uangnya, nolnya berapa. Nol, nol, nol, nol, nol, yang berada di bank itu orang kaya. Tidak. Saudara-saudara, engkau bisa nggak di dalam dunia ini pakai waktu yang sedikit akhirnya mencapai nilai yang di dalam selama-lamanya tidak layu-layu, tidak mungkin digugurkan? Nah itu namanya bijaksana. Bijaksana adalah memakai kesempatan yang sedikit, kesempatan yang pendek, mencapai nilai yang tidak mungkin digugurkan untuk selama-lamanya di dalam kekekalan. Nah, ini yang diajarkan oleh Alkitab. Saudara-saudara, di injil Lukas Tuhan memuji seorang yang tidak benar. Orang yang tidak benar itu memakai uang dari majikannya untuk membebaskan orang punya hutang dan seolah-olah dia tidak setia dan tidak beres. Tapi akhirnya setelah dia turun, dia tidak lagi menjadi seorang yang pejabat, dia mempunyai kawan yang baik. Berarti apa? Dia mempunyai kekekalan, karena dia memakai kesempatan kesementaraan. Itu poinnya, bukan tidak setianya yang ditonjolkan. Yang ditonjolkan adalah bagaimana bukti kesempatan sementara untuk mencapai sesuatu persahabatan yang kekal, bagaimana memakai waktu yang terbatas untuk mencapai nilai yang kekal.

Saudara-saudara sekalian, kita hidup itu cuma berapa puluh tahun, berapa hebat, berapa kaya, berapa berilmu, kita akan lewat. Tapi yang kita kerjakan sesuatu kalau pekerjaan itu bisa tahan terus menerus, maka itu disebut orang bijaksana. Di dalam hal ini kebudayaan Tionghoa mengatakan 3 hal: kata, moral, dan jasa. Selama engkau hidup, katakan kata-kata yang bisa mempengaruhi ribuan tahun, maka engkau orang hebat; di dalam hidup berapa puluh tahun, bermoral suci, bermoral bajik, bermoral baik, lalu bisa mempengaruhi ribuan generasi, engkau hebat; ketiga, di dalam hidup hanya berapa puluh tahun, engkau berjasa mengerjakan sesuatu diingat oleh orang, ribuan tahun, engkau hebat. Itu namanya li yan, li gong, li de. Engkau bisa mentegakkan satu teori, teori itu tidak digugurkan selama ribuan tahun, engkau hebat. Engkau bisa mentegakkan satu moral menjadi contoh teladan yang ribuan tahun dipuji-puji, engkau hebat. Engkau bisa mendirikan satu jasa dan jasa itu menjadi berkat untuk ribuan tahun, engkau hebat. Tetapi itu semua pikiran orang Tionghoa hanya pengaruh ribuan tahun di dunia ini. Pikiran Alkitab adalah engkau bisa mengerjakan buah yang tahan uji sampai selama-lamanya. Saudara-saudara, salah satu yang paling penting adalah menginjili orang dan mendapatkan orang punya jiwa untuk kekal tidak binasa ikut dunia, itulah bijaksana luar biasa. Selama engkau menjadi orang Kristen di dunia ini, berapa orang kau injili sehingga pada waktu mereka harus binasa beserta dunia ini, engkau masih sempat membawa mereka keluar daripada kebinasaan, membawa mereka ke dalam kerajaan Allah yang kekal? Itu adalah tidak mungkin digugurkan untuk selama-lamanya. Itu bijaksana.

Saudara-saudara, setelah kita panjang lebar membicarakan tentang bijaksana, bijaksana, lalu kembali kepada ayat ini,“Jikalau di antara kamu ada orang yang kurang bijaksana.” Mengapa dikatakan “jikalau ada”? Karena ada yang sadar, ada yang tidak. Kalau saya tanya, Saudara ini, naik ke atas. Biasanya orang itu ragu-ragu, saya atau bukan? Lalu dia lihat kanan-kiri. Sudah lihat kanan kiri, lalu saya bilang, “ya itu, kamu yang noleh-noleh ini, ya kamu.”“Oh saya.” Baru dia tahu. Nah, Saudara-saudara, demikian kalimat ini, jikalau ada di antara kita, berarti, engkau pikir, siapa sih itu? Apakah dia atau saya? Nolah-noleh, anggaplah itu kamu. Anggaplah kamu kurang bijaksana, baru engkau bisa baca ini dengan baik. Oh, jikalau ada nggak tahu yang mana ya? Mungkin orang lain bukan saya? Anggaplah itu kamu. Jikalau di antara kita ada orang yang kurang bijaksana, dan saya anggap ini saya. Engkau anggap itu kamu. Lalu sudah anggap itu saya, di dalam titik tolak ini saya mulai melihat ayat selanjutnya, “maka mintalah kepada Allah.”You pray to God. Mintalah kepada Allah. Minta apa? Minta bijaksana. Jadi boleh nggak kita minta bijaksana? Boleh. Adakah minta bijaksana dalam Alkitab? Ada. Siapakah yang minta bijaksana pada Alkitab? Solomon. Waktu Solomon minta bijaksana, karena dia kurang bijaksana? Tidak. Dia sudah ada bijaksana. Sudah ada bijaksana masih perlu bijaksana? Masih. Karena apa? Orang bijaksana adalah orang yang sadar kurang bijaksana. Orang yang menganggap diri pintar itu nggak tentu pintar, tapi orang yang rasa diri kurang pintar, pintar dia. Saudara-saudara, saya mulai botak kepala di sini, tapi saya dihibur dengan satu kalimat, ‘orang yang botak orang bijaksana,’ katanya. Kalau botak di depan bijaksana. Kalau botak di belakang, pemikir. Kalau botak dua-dua, dia pikir dia bijaksana. Saya anggap saya tidak bijaksana karena saya rasa saya tidak banyak bijaksana, saya kurang bijaksana, maka saya termasuk ayat ini. Jikalau di antara kita ada orang yang kurang bijaksana. Oh that’s me. Tuhan, aku kurang. Aku kurang bijaksana. Tetapi jangan lupa, orang yang mengaku kurang bijaksana, itu sudah bijaksana. Sudah ada bijaksana dasarnya,sudah pada dia.

Siapakah Solomon? Solomon orang yang pintar luar biasa. Kenapa pintar? Karena dia rasa diri kurang pintar. Jadi kalau botak depan botak belakang dia pikir dia pintar, itu sudah tidak pintar. Saudara-saudara, kalau rasa diri tidak pintar, rasa diri kurang pintar, itu mulai pintar, itu sudah ada pintar, bibit pintar sudah ada. Solomon mengatakan, “Tuhan, kasih saya bijaksana.” Tuhan bukan tidak kasih kesempatan yang lain. Tuhan kasih harta, kasih nama, kasih profit, kasih kekayaan, kasih banyak hal yang dipilih ini, “engkau boleh pilih apa saja dari pada-Ku.” Kalau Tuhan memberikan kesempatan kepadamu untuk pilih sesuatu, engkau boleh minta sesuatu, dan kalau Tuhan mengatakan engkau boleh pilih satu saja, sekarang doa, engkau akan doa apa? Yang disebut doa itu adalah pengutaraan kemauan sedalam-dalamnya lalu diutarakan kepada obyek di dalam kepercayaan agamanya, itu jadi doa. Engkau minta kepada seorang, itu bukan doa. Engkau minta kepada dewa, kepada Tuhan, kepada agama-agama yang engkau percaya, itu namanya doa. Pray is to express your will, what you need before your God. Itu praying. Engkau berkata, “Allah, aku minta.” Tuhan bilang, “engkau minta, sekarang aku memberikan kesempatan engkau boleh minta cuma satu kali,” engkau akan minta apa? Saudara-saudara, perampok yang berada di pinggir Yesus Kristus di atas Golgota, dia minta cuma satu kali, dan dia memakai satu kali minta dengan kalimat yang paling tepat. Luar biasa. “Ingatlah aku pada saat Engkau memperoleh kerajaan-Mu.”Remember me in Your kingdom and that day.. And that day? Yesus menjawab, “not that day, but today.” Saudara-saudara, jadi satu kalimat, satu kesempatan dia tangkap, selama-lamanya ada di Sorga. Itu bijaksana bukan? Jadi sekarang saya tanya. Kalau Tuhan memberikan engkau satu kali kesempatan minta, engkau akan minta apa? Honda? Kuda? Atau apa? Engkau minta apa? Solomon bilang, “aku masih muda. Aku harus memerintah rakyat begitu banyak. Berilah aku bijaksana, Tuhan.” Tuhan memberikan bijaksana kepada dia. Sekarang saya tanya, dia dapat bijaksana nggak dapat uang? Dia miskin nggak? Hah? Dia miskin nggak? Dia mendapat bijaksana nggak berkuasa? Dia berkuasa nggak? Berkuasa. Yang dapat bijaksana akan dapat semua. Yang hanya dapat uang, hilang semua. Yang hanya dapat nama, yang lain tidak dapat. Yang dapat bijaksana sekaligus mendapat yang lain.

Nah ini bijaksana, karena bijaksana lebih penting dari yang lain. Jadi Solomon itu betul-betul berbijaksana. Waktu dia memilih bijaksana, pilihan itu adalah pilihan bijaksana, betul nggak? Kalau pilihan itu adalah pilihan bijaksana, berarti Solomon memakai bijaksana untuk minta bijaksana. Sekarang dengan bijaksana, aku minta bijaksana. Setelah aku mempunyai bijaksana, kedua harus dengan bijaksana baik-baik memakai bijaksana. Ini tahap kedua. Kalau tidak, akhirnya  dengan bijaksana engkau menghancurkan bijaksana. Itu Solomon juga. Jadi Alkitab mengatakan Solomon dengan bijaksana meminta bijaksana, akhirnya dengan bijaksana dia menghancurkan bijaksana. Dan bijaksana yang menghancurkan bijaksana itu adalah bijaksana yang tidak lagi takut kepada Tuhan, bijaksana palsu. Saudara-saudara, hidup Solomon menjadi satu pengajaran yang sangat menakutkan, karena dia dengan merasa diri kurang bijaksana maka minta bijaksana. Tetapi akhirnya dengan rasa diri sudah banyak bijaksana, dia menghancurkan bijaksana. Ini semua ajaran Alkitab yang mengerikan. Saudara-saudara, mengapa orang seperti Solomon akhirnya menikah dengan istri begitu banyak dan begitu kalimat yang indah-indah menjadi tertawaan bagi dia sendiri? Akhirnya pada waktu tua dia menjadi orang yang gagal, karena apa? Pada waktu dia rasa diri kurang bijaksana, di situlah dia betul-betul berbijaksana. Pada saat dia sudah memiliki bijaksana, betul-betul dia kurang bijaksana. Pada saat dia merasa diri kurang, dia diberkati oleh Tuhan. Pada saat rasa sudah ada, dia mulai menjadi kurang. Paradoks. Ini menakutkan. Banyak orang saya mengatakan sebelum masuk sekolah teologi sudah mengabarkan injil, setelah lulus tidak mau mengabarkan injil, sama. Banyak orang melayani Tuhan, sebelum jadi majelis rendah hati, setelah menjadi majelis mulai rusak karena dia sudah ada, sudah majelis, “ternyata saya hebat,” di situ mulai rusak. Banyak orang baru mau dipakai Tuhan, “Tuhan pakai saya, pakai saya.” Setelah Tuhan pakai dia, dia, “Ei, jadi hamba Tuhan boleh juga,” dia mulai memakai Tuhan, mulai rusak.

Saudara-saudara, coba lihat, coba lihat di dalam Amsal Sulaiman, bagaimana dia bicara tentang bijaksana-bijaksana, hebat sekali. Dibanding lagi dengan buku Al-Khatib atau buku Pengkhotbah, pasal 2 dia mengatakan, “saya memakai bijaksana untuk memimpin saya. Selalu saya coba minum, coba dansa, coba foya-foya, dan akhirnya hancur semua.” Karena dia kira dia sudah ada bijaksana, lalu dia pergi ke night club, dia pergi melacur, dia pergi untuk mabuk, dia pergi untuk berdansa, dia pergi berfoya-foya, karena sudah ada bijaksana. “Kan saya orang pinter. Kalau saya orang pinter, nggak takut ke night club. Saya pinter tidak takut bergaul dengan siapa pun.” Di situ saya mengatur karena saya berbijaksana. Bijaksana diperoleh karena kurang bijaksana. Bijaksana dihancurkan karena menganggap diri sudah bijaksana.

Mari kita belajar, belajar semua peringatan-peringatan, semua ajaran-ajaran penting yang menjadi sesuatu pedoman, menjadi kompas untuk hidup kita masing-masing. “Oh saya dilahirkan di keluarga Kristen, saya pasti dipelihara oleh Tuhan.” Tidak tentu. “Saya sudah lulusan pendeta, saya sekarang boleh menjadi pemimpin.” Tidak tentu. “Saya adalah orang yang mempunyai uang yang banyak, saya pasti tidak kekurangan.” Tidak tentu. “Saya sudah berdagang puluhan tahun, kristalisasi pengalaman saya menjamin saya tidak akan gagal berdagang.” Tidak tentu. Masih ingat bank yang sangat terkenal di Inggris? Sudah lebih 160 tahun dihancurkan oleh seorang manajer di dalam 1 hari karena dia terlalu pintar. Mari kita dengan gentar berkata, “Tuhan, saya kurang. Saya kurang bijaksana.” Berbahagialah mereka yang merasa diri kurang, mereka akan terus diisi. Celakalah bagi mereka yang merasa diri sudah cukup, mereka akan diambil. Jikalau di antara kamu ada orang yang kurang bijaksana, jikalau ada di antara, mari kita baca dengan Tuhan, itulah saya. Saya kurang bijaksana, amin? Mari kita rendah hati. Tuhan itulah saya, saya perlu bijaksana, amin?

Nah engkau datang kepada Tuhan, meminta dia. Sekarang bagian ini kita menyangkut poin yang terakhir, apakah caranya minta. Apa artinya minta, dan harus bersikap bagaimana di dalam minta. Saya tidak mau kaitkan ini dengan prinsip seluruh doa, karena di sini khususnya diarahkan kepada minta bijaksana. Apakah dengan minta segala sesuatu pakai cara ini? Tidak, karena apa? Karena minta bijaksana itu lebih dasar, lebih penting dari minta hal-hal yang lain dari Tuhan, sehingga kita tidak campur adukkan. Engkau bilang dengan cara ini kalau minta konsentrasi, percaya, pasti dapat. Akhirnya Tuhan berikan kepada engkau. Lalu sekarang dengan cara ini saya minta satu BMW 750, saya minta Rolls Royce, saya minta 1 kapal terbang falcon jet, Saya minta 30 villa yang berada di sini, di sana, saya minta 300 ribu Milyar untuk isi kekayaan pribadiku; dengan sungguh-sungguh saya minta, pasti saya dapat.” Saudara-saudara, tidak. Saya tidak akan kaitkan prinsip di sini dengan minta segala sesuatu semau dirimu sendiri, karena di sini dengan jelas minta tentang kebijaksanaan, bukan yang lain. Nah, saya sudah berkata, itu filosofi atau teologi doa kalau tidak ditegakkan dengan prinsip Alkitab, makin doa makin engkau berdosa. Saudara-saudara, orang yang giat berdoa, selalu doanya salah. Orang yang teologinya tidak salah, selalu tidak suka berdoa, heran. Kalau engkau pergi ke gereja Kharismatik, gereja Pantekosta, wooa mereka itu ‘wwoo,wooo,woo…’, gereja Reformed doanya ‘tchut..tchutt..tchuttt’. jangan ketawa, ini kenapa? Kenapa kalau orang berintelek tidak beremosi? kalau emosi tidak ada intelek? Nggak mungkinkah orang mempunyai emosi dan mempunyai intelek keseimbangan yang baik? Nggak mungkinkah orang mempunyai doktrin yang betul-betul benar dan mempunyai satu hidup berdoa dan penginjilan yang kuat? Kenapa yang percaya predestinasi tidak suka mengabarkan injil? Kenapa yang suka mengabarkan injil kebanyakan terima arminian? Kenapa orang yang doktrinnya benar doanya sepi? Kenapa doa yang ribut, ramai sekali, doktrinnya tidak karu-karuan, kenapa? Apakah kekristenan tidak mungkin menjaga keseimbangan di dalam hal ini? Saya tidak percaya. Saya adalah orang yang berusaha menjaga keduanya seimbang, berusaha menjaga akan predestinasi dan penginjilan seimbang, berusaha menjaga akan keseimbangan antara kuantitas dan kualitas. Itu tuntutan saya seumur hidup, berusaha mendapatkan orang-orang yang paling pintar tapi hatinya hangat untuk mencintai Tuhan. Mengapa harus orang yang otak pinter hatinya dingin? Mengapa harus seperti orang yang berkobar-kobar, otaknya dingin? Saya sendiri menjadi contoh, saya bukan orang bodoh tapi seorang yang berapi-api. Saya bukan karena berapi-api, otak tidak bekerja, khotbah saya cukup untuk profesor yang tertinggi dan banyak profesor dengar khotbah saya bertobat. Saya bukan orang tidak pakai otak, tapi saya bukan hanya mau pakai otak tapi api di dalam jiwa, api di dalam kerohanian. Saudara-saudara, mari kita melihat akan ini.

Jikalau ada orang diantara kamu yang kurang bijaksana, anggaplah itu dirimu, mintalah kepada Allah.Bagaimana cara minta? Disini dengan jelas dikatakan “mintalah kepada Dia dengan iman”, dalam iman.Sekali lagi, iman bukan selfconfident in psychology.Saya ketemu dengan seorang lulusan New York University (NYC) duduk di sebelah saya, dan dia mengatakan “I studied psychology sampai master degree, sekarang saya buang semua karena saya tahu itu semua  tidak pernah betul-betul bisa melakukan dan bisa menolong satu orang pun.” Saya mengatakan, kalimat itu kenapa keluar dari mulut dia?Saya ngomong-ngomong sama dia, dia mengatakan karena di dalam psikologi adalah orang-orang yang menganggap diri bisa menguasai orang lain, lalu memakai cara-cara psikolog untuk melihat orang lain padahal sendiri tidak lepas dari semua kelemahan yang diketahui dalam psikologi itu sendiri, saya setuju. Saudara-saudara, psikologi seperti seorang dokter yang kira dengan obat-obat yang apapun dia bisa menyembuhkan semua orang sakit, tapi dia sendiri sebenarnya tidak tentu percaya akan obat-obat itu, dan obat-obat itu bukan ada di dalam tangan tapi di dalam diri dia sendiri, penyakit itu sama obat itu bersatu dan dia tidak bisa melepaskan. Kecuali Tuhan menolong orang, nggak ada orang bisa tolong orang. Kecuali Tuhan membereskan dosa, nggak ada orang berdosa bisa membereskan seluruhnya kesulitan dari pada orang berdosa yang lain, itu sudah pasti.

Sekarang, engkau minta bijaksana, minta dengan iman. Sekali lagi, iman bukan self-confident in psychology.Engkau meyakinkan dirimu sendiri,“saya percaya, saya percaya dengan imanku Tuhan musti kerja.” Siapa kamu? Apakah dengan mempunyai iman yang kuat di dalam self-confident-mu, engkau bisa mengatur, menguasai bahkan memaksa Tuhan untuk mengerjakan sesuatu, sesuai dengan keinginan kehendakmu? It’s nonsence. Allah itu adalah Allah yang berdaulat, Allah itu adalah Allah yang mempunyai kebebasan pada diri sendiri, Allah adalah Allah mempunyai rencana yang tidak bisa diganggu.Kalau demikian kenapa saya berdoa? Engkau hanya berdoa di dalam janji TUhan. nah ini prinsip, we pray because He promises. Allah kita adalah Allah yang berjanji, Kitab Suci kita adalah kitab janji, Kitab Suci kita adalah Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, apa yang Tuhan janjikan ditulis dalam Kitab, dan apa yang dijanjikan menjadi dasar kita datang kepada Dia. Sekali lagi, iman yang diajak, yang dituntut oleh orang-orang kharismatik yang radikal termasuk Kenneth Hagin, termasuk KennethCopeland, termasuk Benny Hinn, itu iman self-confident, itu bukan iman Alkitab. Alkitab mengatakan iman datang dari pendengaran, pendengaran datang dari firman, semua iman datang dari pendengaran, pendengaran datang dari firman, firman siapa? Tentang Yesus Kristus. Jadi base on our hearing to the word of God, concerning Jesus Christ and that is the foundation for us to build up our faith to believe, to obey, to be faithfull, and to based on the promises and the grace of God writen in the Bible, itu namanya iman. Iman didasarkan firman yang diwahyukan, iman ditanam, iman dibangun, iman didirikan, iman berada di dalam janji Tuhan, yaitu,“Tuhan, kalau Engkau berjanji, maka datanglah aku kepada-Mu, karena Engkau sudah berkata Engkau sudah siapkan anugerah itu, maka aku percaya akan apa yang Engkau katakan.”

Dan yang Engkau janjikan itu berdasarkan tiga hal: pertama, kejujuran Tuhan, Allah tidak bohong, Allah yang bohong itu bukan Allah yang sejati. Allah yang sejati adalah Allah yang sungguh-sungguh jujur dan tanpa dusta, the true God is the God of truth. The true God is God of sincerity. The true God is God of honesty. Allah yang jujur yang sungguh-sungguh yang tidak berkesalahan apapun dengan sungguh-sungguh Dia berjanji.Pada waktu Allah ini datang mengunjungi dunia, Dia mengatakan 25 kali “dengan sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu, dengan sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepada-Mu,” Yesus Kristus, 25 kali, Dia katakan ini di Yohanes, “verily, verily I tell you.”Di dalam diri Kristus yang adalah Tuhan, Allah jelma menjadi daging, tidak ada kepalsuan, tidak ada pembohongan tidak ada dusta, tidak ada hal yang tidak sincere. Saudara-saudara, ini dasar pertama. Dasar kedua, Allah yang berjanji berdasarkan ketidakberubahan. “Aku sungguh-sungguh kok, waktu itu saya sungguh-sungguh tapi sekarang saya berobah, apa boleh buat.” Kalau sungguh-sungguh tidak ditambah dengan tidak berubah itu masih bahaya, karena banyak orang yang jujur tapi dia rubah; waktu dia dulu jujur dia belum berobah ngomong ini setelah dia berobah dia ngomong lain, karena dia berobah.Everybody is in the process of changing, change, you can change, I can change. “You can change, I can change,” kalimat yang paling penting dari pada Rocky 4, tahu itu boxing itu, terakhir itu ditutup dengan “You can change, I can change, Everybody can change.” Kalimat itu mau menyinggung apa? Menyinggu komunisme bisa jatuh, menyinggung komunisme itu bisa hancur dan memang film itu dibikin sebelum komunisme jatuh, akhirnya kalimat itu terjadi. Saya lihat dari kalimat itu apakah teologis? Apa arti teologisnya? Itu di dalam dunia nothing cannot be change, everything can be change, only God remain unchange forever and ever more, hanya Allah tidak berubah, amin? Allah berjanji kepada kita berdasarkan apa? Pertama kejujuran, kesungguhan. Kedua, dengan ketidakberubahan. O Allah yang tidak berobah, Allah yang jujur berjanji, maka janji Tuhan itu bernilai. Janji Tuhan itu berharga tinggi karena Dia adalah Allah yang tidak berubah dan Dia adalah Allah yang sungguh-sungguh maka Dia berjanji. Ketiga, Allah berjanji kepada kita berdasarkan apa? Berdasarkan kekekalan. Kalau Dia sungguh-sungguh, Dia tidak berobah, tapi mati, ya susah dong. Janjinya masih ada, orangnya mati. Saudara-saudara, Allah tidak berubah, Allah sungguh-sungguh, dan Allah tidak mati sampai selama-lamanya. Sehingga tiga hal ini menjadi dasar iman kita tidak perlu takut digoncangkan. Our faith, based on unchangeability, immunitablility, sincerity, and faithful God, our faith need not to be shaked, need not be afraid to be shaken, to be change, to be taken away karena iman kita berdasarkan janji Allah yang tidak berobah, yang sungguh-sungguh dan yang kekal maka iman kita kuat, dari situ kita doa.Saudara-saudara, ini teologi doa.

Doa berdasarkan iman. “Aku beriman, aku percaya aku pasti sembuh, aku pasti sembuh. Kok tahu? Pokoknya pasti sembuh,” itu bukan iman, itu tebak, itu ingin. Nah, kalau ada orang berdoanya ngotot karena dia percaya pasti sembuh, tapi tidak ada dasar janji kepada Tuhan, itu adalah doa yang sebenarnya mencobai Tuhan. Saudara-saudara sekalian, termasuk Dietrich Bonhoefer ada kesalahan ini, Dietrich Bonhoefer seorang teolog besar dari Lutheran dan dia karena membenci rezim dari pada Hitler dan dia percaya orang Kristen harus ada aksi di dalam politik praktis, maka dia mengikuti kelompok yang membunuh, meng-asanisasi Hitler. Nah, kita Reformed, kita tidak akan terjun ke dalam politik praktis seperti itu. Kita akan membimbing, kita akan memberikan pandangan prinsip, pengarahan kepada politikus-politikus, jadi kalau ada partai minta saya menjadi penasihatnya saya boleh menjadi penasihat. Kalau ada presiden minta anjuran saya, saya kasih prinsip Alkitab sebagai orang Kristen, itu saya punya tugas. Nah, Dietrich Bonhoefer karena percaya boleh ikut kepada politik praktis maka dia ikut satu kelompok untuk membunuh Hitler, mereka merencanakan Hitler sampai dimana dibom, dibunuh supaya jerman boleh menjadi baik. Teolog yang ikut meng-asaninasi politik dan pimpinan politik yang paling nonjol abad 20 yaitu Dietrich Bonhoefer. Nah, Dietrich Bonhoefer akhirnya ketangkap karena kelompok itu gagal dan rahasia terbongkar, ditangkap itu sama polisi rahasia dari pada Hitler dan dia dimasukkan ke dalam penjara. Di dalam penjara Dia bergumul luar biasa lalu dia mikirkan tentang ikut Yesus Kristus harus bagaimana dan dia menulis satu buku. Buku itu bukan karena dia mempunyai kertas, dia cuma boleh baca surat kabar, dia tidak boleh bawa pen ke dalam rumah penjara. Jadi Bonhoefer bagaimana tulis buku? Dia pakai susu yang dia minum saban hari itu susunya dia taruh jari ke atas surat kabar ditulis-tulis dari surat kabar yang sudah dia baca, sesudah kering tidak kelihatan ada tulisan, karena tulisan susu itu putihkan, kertas itu putihkan. Lalu dia suruh seorang penjara tolong surat kabar yang sudah pernah baca, lalu saya sekarang minta engkau bawa kepada temenku yang nama Bethge, “coba bawa kepada dia, dia akan simpan surat yang saya kabar, koleksi dia.” Setelah dikabarkan, dibawa kepada temannya, temannya itu memasang api yang kecil lalu surat kabar dipanggang di atas. Begitu dipanggang, bekas tulisan susu itu menjadi warnanya gelap, tapi yang lain tidak, sehingga kebaca surat apa yang dia tulis. Itu caranya buku rahasia dari pada Dietrich Bonhoefer itu bisa dicetak dan buku itu namanya “the letters from the prison,” surat-surat dari penjara, dibikin oleh si Dietrich Bonhoefer, tapi tidak ada bekas pena karena itu pakai susu yang ditulis di atas surat kabar bekas panggang keluar bayang-bayang yang agak gosong itu. Nah, Saudara-saudara, dari surat itu tertulis kadang-kadang dia percaya, dia akan dilepas, dia doa Tuhan akan melepas dia. Kadang-kadang dia tahu, dia mungkin akan mati, kadang-kadang dia percaya Tuhan seperti berkata sama dia ‘dia akan lepas, dia akan dibebaskan,’ nah, dengan demikian saya menemukan iman kepercayaan Bonhoefer itu tetap bukan iman yang mempunyai kekuatan luar biasa, berdasarkan janjinya Alkitab.

Nah sekarang banyak orang, khususnya di dalam Kharismatik, kalau mereka mengatakan,“saya percaya, saya pecaya Tuhan pasti sembuhkan saya!” Itu bukan iman berjanji, itu adalah iman kemauan diri, iman memaksa Tuhan, iman dari pada self-confident. Nah, Saudara-saudara, jangan kita anggap mereka beriman dan jangan percaya kalau dirimu dianggap tidak beriman karena iman kepercayaan yang berdasarkan firman dan janji Tuhan itu memang lain. apakah Tuhan janji semua sakit disembuhkan? Apakah Tuhan janji kita pasti akan mendapat lotre? Apakah Tuhan menjanjikan kita pasti kaya? Tidak tentukan? Maka, disitu iman kita itu adalah iman yang menyerahkan kepada kedaulatan Allah dan iman taat kepada pimpinan Tuhan. Surrender under sovereingty and submit in the guidance of Holy Spirit. Iman itu dilaksanakan dengan ketaatan.

Nah, Saudara-saudara, tetapi disini kalau minta bijaksana akan diberikan, ini janji, maka engkau boleh berdoa ini, berdoa apa? Doa Tuhan bagaimana saya lebih takut kepada-Mu? bagaimana saya lebih damai kepada orang? bagaimana saya lebih pinter memakai kesempatan? Bagaimana saya lebih baik mendisiplin diri?  Bagaimana saya menguasai akan segala materi yang engkau berikan kepada saya? Kasih saya bijaksana, boleh. Tidak tentu kaya, tidak tentu sehat selamanya tapi engkau mempunyai bijaksana, ini dijanjikan.Engkau boleh berdoa, berdoa dengan iman, ini ayat Alkitabnya. Jikalau engkau berdoa dengan iman maka di sini dikatakan, “hendaklah ia memintanya dalam iman dan sama sekali jangan bimbang.” Nggak usah takut, Tuhan akan berikan bijaksana kepadamu;nggak usah bimbang, pasti engkau mendapatkan bijaksana. Lalu, dikatakan, “sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin.” Orang yang demikian janganlah mengira bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. sebab “orang yang mendua hati tidak akan tenang di dalam hidupnya.” Dan ini mengajar kita berdoa dengan iman dan doa itu kait dengan janji, dan waktu doa harus engkau mempunyai kepastian jiwa  yang sehati. While you pray, concentrate yourself. When you pray, your hope from God. When you pray, do not think others which is contradictary to the promise of God. Jadi, doa jangan mencabangkan hati yang berbeda dengan janji Tuhan, doa, doa, doa. Saudara-saudara, apakah yang menjadi doa saya? Doa saya adalah bagaimana melayani lebih baik, melayani setia, melayani berkenan kepada Tuhan, melayani sampai mati dan seumur hidup ini saya tidak pernah membiarkan hati saya bercabang, ini adalah one hearted, one direction. Satu direksi yang sudah pastikan yang tidak boleh cabang dan terus menerus minta diperkenan oleh Tuhan, dengan demikian, Tuhan pasti memberi bijaksana kepada kita. Saudara-saudara, biarlah hari ini khotbah yang kita dengar menjadi satu bekal hidup, bagaimana kita mengetahui apa itu bijaksana dan bagaimana kita sadar kita kurang bijaksana dan bagaimana kita pegang Tuhan janji akan memberi bijaksana dan bagaimana kita tanam iman kita atas janji dan bagaiman kita tidak cabang hati minta Tuhan memberikan bijaksana kepada kita, amin. Tuhan memberkati setiap orang yang mendengar firman ini.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Comments