Hidup yang Mengejar Kekudusan, 24 Februari 2019

Ef. 5:4-5

Pdt. Dawis Waiman, M.Div.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita perhatikan ayat 3-5 atau secara khusus dari ayat 4-5, maka kita mendapatkan kalau Paulus memberikan ada 6 hal yang kita tidak boleh lakukan dalam kehidupan kita, bukan karena kita adalah orang yang pada umumnya seperti manusia yang lain, tetapi sebabnya adalah karena kita adalah anak-anak Tuhan. Jadi pada waktu Alkitab berbicara mengenai pasal 5 ini, dan juga pasal 4 mengenai suatu kehidupan sebagai manusia baru, atau suatu etika moral yang Tuhan tuntut di dalam kehidupan kita sebagai anak Tuhan, maka sebagai orang Kristen kita harus melihat ada suatu perbedaan antara apa yang dicatat oleh Kitab Suci ini dengan apa yang diajarkan oleh agama yang ada di dalam dunia ini. Saudara, ketika kita memperhatikan Kitab Suci dan tulisan Paulus berkaitan dengan etika hidup orang Kristen, maka etika itu tidak pernah ditujukan kepada orang-orang dunia untuk dilakukan, tetapi hanya ditujukan kepada orang-orang Kristen saja. Kenapa hanya kepada orang Kristen? Mungkin kita bisa berdalih ngomong seperti ini ya, karena kita orang Kristen, masa Paulus menulis kepada orang bukan Kristen. Paulus tentunya sebagai seorang pemimpin agama Kristen harus menujukan pengajaran itu kepada pemimpin agama Kristen, sedangkan orang-orang dengan pemimpin agama yang lain dengan iman yang berbeda menujukan pengajaran mereka kepada iman dari pada pengikut mereka, dan mereka tidak akan memaksakan itu atau mendorong kita untuk mentaati itu. Satu sisi mungkin ini bisa menjadi dasar kita berkata, kenapa Paulus menulis kepada orang Kristen tapi bukan pada orang-orang di luar Kekristenan. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita memperhatikan seluruh dari pada kebenaran Kitab Suci, maka kesimpulan kita bukan seperti itu; tapi kesimpulan kita akan berkata, sebabnya karena hanya orang Kristen yang memiliki kuasa dan kemampuan untuk mentaati perkataan Tuhan. Hanya orang Kristen yang memiliki suatu kemampuan untuk hidup secara kudus dalam diri kita, seperti yang Tuhan kehendaki, yang tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang ada di luar Kekristenan. Karena hanya orang Kristen, ketika dia percaya kepada Kristus, Allah menganugerahkan Roh Kudus tinggal dalam diri dia, yaitu Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal, untuk memberikan kuasa itu, memberikan suatu kehidupan yang kudus, memberikan suatu pembaruan dari dalam diri kita, bukan di luar diri kita, tetapi dari dalam diri kita yang berdampak kepada apa yang kita lakukan di luar diri kita. Itu yang akan dilakukan oleh Tuhan dan tidak mungkin bisa dilakukan oleh seorang manusia.

Makanya pada waktu kita melihat pada ayat 4 dan 5, atau mulai dari ayat 3, Paulus berkata, bukan dalam sesuatu perintah seperti yang Tuhan berikan di dalam, apa ini, 10 Perintah Allah dalam Keluaran 20, tapi Paulus mendorong kita. Dalam bahasanya adalah, Paulus menasihati orang Kristen untuk tidak hidup di dalam percabulan, rupa-rupa kecemaran, atau keserakahan, perkataan yang kosong, perkataan yang sembrono, perkataan yang kotor, itu adalah menjadi hal-hal yang harus kita tinggalkan di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Kenapa? Tadi, karena kita adalah manusia baru dan bukan manusia lama. Kenapa? Karena sekarang kita memiliki suatu kehidupan yang ada di dalam Kristus, tidak seperti kehidupan kita yang lama yang di luar dari pada Kristus. Kenapa? Karena ini adalah suatu kehidupan yang kita miliki, bukan hanya untuk orang-orang Efesus, saya percaya, tetapi setiap orang Kristen sebelumnya, seberapa besar derajatnya mungkin berbeda satu dengan yang lain. Tetapi saya percaya, setiap kita pernah hidup di dalam kehidupan seperti itu sebelum kita mengenal Kristus. Dan pada waktu kita mendapatkan anugerah keselamatan di dalam Kristus, maka saya percaya harus ada pembaharuan seperti tadi lagu pujian yang kedua, yang membuat kita hidup di dalam kekudusan.

Nah hal-hal apa yang harus kita singkirkan dan tinggalkan dalam kehidupan kita? Paulus berkata, pertama adalah percabulan. Saya nggak akan terlalu jauh, banyak membahas ini, karena kita sudah bahas di dalam beberapa pertemuan yang lalu ya. Cabul. Cabul maksudnya apa? Kita harus meninggalkan semua hal yang berkaitan dengan seksualitas yang tidak sah di dalam pernikahan. Jadi pada waktu seseorang bergaul dengan laki-laki atau perempuan lain seperti suami istri sebelum pemberkatan pernikahan di dalam gereja, Alkitab berkata, dia sudah jatuh di dalam dosa percabulan. Yang kedua adalah, dosa kecemaran atau rupa-rupa kecemaran. Kalau kita melihat kata cemar ini dan komparasi di dalam, misalnya, konkordansi, maka kita akan mendapatkan istilah cemar itu berbicara mengenai, tentang hal-hal berdosa kedagingan yang luas scope-nya, tetapi kadang-kadang atau sering kali juga istilah cemar ini dikaitkan dengan suatu kehidupan seksual dari orang-orang atau dari manusia yang berdosa. Misalnya kalau Bapak, Ibu, Saudara lihat dari Roma 1:18 dan seterusnya di situ, maka kita akan melihat kalau kecemaran itu dikaitkan dengan dosa seksualitas karena manusia menolak keberadaan Allah dalam kehidupan dia, tidak mau mengakui Allah dan tidak memiliki takut akan Tuhan, maka akibat dari itu selain dari Tuhan menyerahkan mereka kepada penyembahan berhala, Tuhan juga menyerahkan mereka ke dalam dosa seks, yaitu dosa seks yang tidak normal, tetapi disorientasi; yaitu apa? Laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan. Homoseks dan lesbi. Itu adalah masuk ke dalam dosa kecemaran. Selain dari pada kehidupan yang mengingini kehendak daging, keserakahan, kedengkian dan yang lain-lain, kejahatan, itu berkaitan dengan kecemaran. Tetapi kita bisa ngomong, secara lebih spesifik, cemar berarti kita memiliki disorientasi seksual. Kita bukan hanya tidak setia dengan pasangan kita, tetapi juga kita bermain-main dengan sesama jenis dalam kehidupan kita, sesuatu yang Tuhan sebenarnya larang di dalam, sejak dari pada penciptaan. Yang ketiga adalah serakah. Keserakahan. Keserakahan ini apa? Keserakahan itu bukan sebagai sesuatu dorongan nafsu yang normal dalam kehidupan kita, misalnya kita ingin makan ya makan, kayak gitu. Kita ingin main, ya kita main. Kita ingin rekreasi, kita rekreasi. Kita ingin lakukan sesuatu, kita lakukan itu. Tetapi, pada waktu kita dikuasai oleh keserakahan, maka keserakahan itu akan membuat, memiliki kuasa untuk mendominasi keinginan kita dan mengontrol tingkah laku kita sehingga pada waktu kita melakukan segala sesuatu, melakukan sesuatu, kita tidak bisa melakukan sesuatu di luar dari pada dorongan dan kontrol itu, dan kita harus melakukan itu, dan bahkan walaupun tindakan itu berada di luar dari pada kehendak Tuhan. Jadi istilahnya adalah, pada waktu kita memiliki keserakahan, maka ada suatu dorongan yang kuat sekali dalam diri kita, yang membuat bukan hanya emosi dan pikiran kita yang dipengaruhi, tapi tindakan kita bahkan dipengaruhi oleh dorongan itu, termasuk hal-hal yang melawan Tuhan Allah sendiri. Itu sebabnya, ketika Paulus berbicara mengenai dosa cabul, dosa cemar, dosa keserakahan, Paulus membawa kita masuk ke dalam satu tingkat yang lebih tinggi lagi atau lebih mendalam lagi adalah penyembahan berhala. Saudara, pada waktu kita hidup di dalam keserakahan dimana kita didominasi oleh suatu perasaan yang begitu besar, yang menguasai diri kita, yang membuat kita bahkan membuang Tuhan dari hidup kita, dan kehendak Tuhan, dan apa yang menjadi kebenaran Tuhan, itu berarti kita sudah jatuh ke dalam penyembahan berhala karena kita menganggap keinginan kita itu adalah jauh lebih penting daripada keinginan Tuhan dan kehendak Tuhan; bukan kehendak Tuhan yang ada di atas dari pada keinginan kita. Jadi ini adalah 3 hal yang pertama yang Paulus katakan, cabul, cemar, serakah, itu harus kita singkirkan dalam kehidupan kita.

Tapi ada 3 hal lagi yang kemudian ditambahkan di dalam ayat yang ke-4, tadi ayat yang ke-5 ya, di  ayat ke-4 yaitu perkataan kotor, perkataan kosong, dan perkataan yang sembrono. Perkataan kotor saya pikir kita tahu, kata-kata yang tidak baik. Perkataan kosong itu apa? Perkataan kosong itu di dalam bahasa Inggrisnya ada yang menterjemahkan sebagai silly words atau kata-kata lucu, humor, itu nggak boleh kita katakan dan kata-kata yang sembarangan itu lebih baik kita tinggalkan. Oh orang Kristen nggak boleh lelucon ya? Kalau bicara kata kotor, ya OK lah nggak baik. Kalau bicara asal bicara, sembrono, nggak memikirkan kata yang keluar dari mulut kita apakah menyinggung orang lain atau tidak, atau asal bicara seperti itu, itu mungkin OK lah, nggak masalah. Tapi bagaimana dengan humor, boleh tidak? Saya percaya orang Kristen boleh humor tetapi humor yang dimaksudkan di sini bukan humor yang baik, bukan humor yang membangun, tetapi humor yang muncul dari hati yang dikuasai oleh dosa dan segala pikiran yang buruk dan jahat, cemar. Saudara, ada orang-orang tertentu ya karena hatinya begitu busuk sekali ya, itu mempengaruhi di dalam perkataan dia, termasuk di dalam candaan yang dia katakan. Bahkan mungkin kita bisa ngomong hal-hal yang merupakan ciptaan Tuhan karena hatinya begitu tidak takut akan Tuhan, dia lihat manusia dicandain, dia lihat binatang dicandain, dia lihat hal-hal yang kudus di dalam gereja, di dalam pernikahan, di dalam relasi pertemanan, itu semua dicandain dia dengan suatu sikap yang menghina keberadaan dari Tuhan. Itu adalah lelucon yang tidak boleh dilakukan oleh orang Kristen. Saudara, hal ini harus kita singkirkan dalam kehidupan kita.

Bahkan Paulus berkata bukan hanya sesuatu yang kita lakukan saja yang tidak boleh kita lakukan, tetapi Paulus berkata dengan satu catatan yang saya percaya ini adalah catatan yang penting, adalah bahkan mengucapkan sajapun kita tidak boleh. Kalau berbicara mengenai hal-hal yang kotor, yang kosong, yang sembrono, mungkin ini bicara mengenai perkataan ya, wajar kalau kita tidak boleh katakan itu. Tetapi ada penekanan juga dimana hal yang cabul, yang cemar, yang serakah itu tidak boleh kita katakan, katakapun tidak boleh dari mulut kita apalagi kita lakukan. Maksudnya apa kita tidak boleh lakukan ini? Korelasinya apa tidak mengatakan dengan suatu kehidupan yang ada di dalam cabul, di dalam keserakahan, atau di dalam kecemaran tersebut? Saya percaya korelasinya sangat erat sekali. Maksud Paulus bilang, “Jangan katakan, bahkan katakan saja jangan,” itu berarti Paulus ingin kita mencegah dosa sejak dini. Saudara, Paulus tidak ingin kita bermain-main di dalam dosa dan hidup di dalam dosa. Tapi kalau kita ingin berkata kita harus meninggalkan dosa dan tidak boleh bermain-main dalam dosa, kapan kita harus memulai itu? Apakah ketika kita sudah berjalan di dalam dosa baru kita harus hentikan itu atau sebelum kita jatuh di dalam dosa? Pada waktu dosa itu datang baru dalam wujud godaan yang ingin mencobai diri kita, ingin membujuk kita, ini harus sudah kita matikan dan kita singkirkan. Saya percaya, bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita harus menyingkirkan dosa bukan saja ketika kita sudah jatuh di dalam dosa tetapi ketika dosa itu belum hidup di dalam diri kita, belum bekerja, belum kita lakukan, kita sudah tidak boleh mengatakan itu dalam hidup kita atau keluar dari mulut kita.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita harus terus menerus waspada terhadap godaan sedari awal godaan itu menggoda diri kita. Nah ini dikatakan oleh John Owen sendiri dalam bukunya “Mematikan Dosa.” Pada waktu kita melihat kebakaran di dalam rumah kita yang bermula dari gorden yang terbakar. Ketika Bapak-Ibu melihat atau ada korslet listrik di stop kontak yang mulai menyala, Bapak-Ibu akan diamkan lalu lihat, perhatikan, “Eh lucu ya, ternyata kebakaran itu seperti ini mulainya,” mulai makin besar, makin besar baru mematikan atau begitu ada percikan api Bapak-Ibu langsung berusaha mengatasi hal itu? Saya pikir kita akan mulai mengatasi itu ketika ada percikan api yang menyala di dalam rumah kita, bukan menunggu api itu besar. Kenapa? Karena di dalam pengalaman, jarang sekali rumah yang padam dan diselamatkan kalau api itu sudah besar. Coba perhatikan dimana rumah yang terselamatkan ketika api itu sudah besar? Kalau rumahnya besar sekali mungkin sebagian masih bisa diselamatkan lah ya, tapi api itu terlalu cepat dalam bergerak. Pengalaman di kemarin, di kebakaran Pasar Legi. Bapak-Ibu tahu satu pasar habis, habis total. Dalam berapa lama? Hanya beberapa jam. Dan nggak ada satupun orang yang bisa menyelamatkan seluruhnya dari barang mereka. Yang bisa dilakukan apa? Sebelahnya ada gereja, mereka minta mobil pemadam kebakaran masuk ke dalam gereja itu lalu semproti bangunan mereka, basahi untuk menjaga supaya api itu tidak menjalar ke mereka karena betul-betul di pinggir atau tembok batas dari Pasar Legi. Gereja terselamatkan tapi satu Pasar Legi habis, kenapa? Seberapa banyakpun mobil pemadam kebakaran itu akan kesulitan untuk memadamkan api yang besar. Saudara, itu sebabnya pada waktu api itu masih kecil kita harus padamkan. Pada waktu dosa itu masih kecil, baru berupa godaan, jangan pikir nggak apa-apa kita pelihara. Saudara, jangan pernah berpikir kalau kita memiliki suatu kuasa untuk bermain-main dengan dosa tetapi kita bisa tidak dikuasai oleh dosa itu, itu naif sekali. Karena dosa itu memiliki kuasa, dan kuasa yang ada dibalik dosa itu bukan kuasa natural tapi kuasa supranatural yaitu iblis sendiri. Sehingga pada waktu kita mengalami bermain-main dengan dosa, kita pikir kita bisa memanipulasi dosa seperti orang pikir kita bisa memanipulasi kematian dalam film itu, Saudara, realitanya adalah kita nggak mungkin bisa melakukan manipulasi terhadap dosa atau kita bisa melakukan dosa tapi kita tidak tercemar atau dibelenggu oleh dosa itu.

Begitu Saudara buka hati untuk dosa, saya yakin Saudara akan dikuasai oleh dosa itu, bukan Saudara yang menguasai dosa. Itu sebabnya Paulus berkata kita harus sedari awal mematikan dosa. Dengan cara apa? Bahkan berkata-kata tentang itupun tidak boleh kita lakukan, atau tidak boleh ada di antara kamu. Berhentilah melakukan hal itu. Karena itu saya percaya aplikasinya banyak sekali ya. Mulai dari mana? Mungkin kita mulai hari ini harus kritis melihat apa yang kita tonton, mulai dari sekarang kita harus kritis mendengar apa yang kita dengar, mulai dari sekarang kita harus kritis untuk membaca apa yang harus kita baca, lihat apa yang kita beli, dan yang lain-lain kalau itu adalah sesuatu yang  membuka peluang untuk kita jatuh di dalam dosa dan dikuasai oleh nafsu kecemaran dan hal-hal yang bersifat cabul dalam kehidupan kita. Serahkan, lebih baik kita tidak sentuh barang itu sama sekali. Atau hal itu dalam kehidupan kita, tidak nonton TV tidak mati kan? Mati nggak? Nggak kan. Tidak pegang handphone satu jam nggak mati kan?  Apalagi di dalam ibadah ada orang yang begitu terkuasai oleh berhala itu.  Dengar khotbah atau main Hp, WA, dan lain-lain.  Kenapa nggak bisa lepas? Saudara, itu kuasa dosa ya. Hp tidak dosa sih, tapi ketika Saudara gunakan itu di dalam waktu yang salah, waktu ibadah! Saudara sudah dikuasai oleh dosa, suatu sikap yang tidak hormat terhadap ibadah kepada Tuhan. Jadi Saudara, kita perlukan perhatikan hal-hal ini dalam kehidupan kita.

Kenapa kita harus perhatikan ini secara khusus anak-anak Tuhan? Karena setiap anak manusia itu memiliki bahaya untuk menjadi orang yang terlalu subjektif. Dan di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai keselamatan, dan di dalam kehidupan kekal, kita umumnya tidak objektif. Maksudnya adalah, ketika kita melihat hal hal yang bersifat dengan keselamatan dan kehidupan kekal, kita biasanya akan mulai dari pada kita sendiri dan diakhiri dengan kita sendiri.  Bukan dari diri Allah, untuk Allah dan diakhiri dengan Allah untuk kemuliaan Tuhan. Tetapi kita akan melihat itu dari diri kita, untuk kepentingan kita, dan diakhiri untuk kepentingan diri kita. Maksudnya apa? Maksudnya seperti ini ya. Kalau Saudara punya keinginan untuk hidup sehat, sembuh, lalu Saudara sakit, tapi karena kita memiliki iman atau agama yang Saudara lakukan apa? Kemungkinan besar kalau keinginan untuk sembuh dan sehat itu begitu besar sekali dalam hati kita maka kita akan cari gereja yang menawarkan kesembuhan dan kesehatan. Bukan cari gereja yang tidak ada khotbah KKR kesembuhan, hilang itu tidak menarik. Kalau Saudara terbelenggu oleh lilitan hutang yang begitu besar dalam hidup Saudara Saudara berusaha lepas dari itu nggak bisa lepas, maka Saudara akan datang pada KKR yang menawarkan dan menjamin adanya kelepasan hutang. Saudara kalau merasa bahwa ibadah itu adalah sesuatu entertaiment yang harus memuaskan saya melalui pujiannya disitu, melalui khotbahnya yang humoris yang menyenangkan kita dan membuat kita tertawa, yang Saudara lakukan adalah mencari gereja yang bisa menghibur Saudara; bukan Saudara yang menghibur Tuhan. Kalau Saudara merasa kebahagian itu adalah hal yang esensial, kesenangan itu adalah hal yang sangat penting sekali dalam kehidupan Saudara maka Saudara akan mencari injil atau gereja yang menawarkan sarana-sarana yang bisa menolong Saudara hidup di dalam kebahagiaan, bukan gereja yang mengajarkan sangkal diri, pikul salib, ikut Kristus.

Kita sering kali ketika berjalan dalam hidup ini, termasuk anak-anak Tuhan, kita khususnya berbicara tentang keselamatan dan hidup kekal, kadangkala kita bisa terjebak untuk memulai dan menilai segala sesuatu yang berdasarkan hal yang subjektif bukan hal yang objektif atau kebenaran firman Tuhan. Dampaknya apa? Kita dipuaskan tidak, atau istilahnya adalah kita menilai berdasarkan stand point kita dan bukan sesuatu kebenaran yang bersifat objektif dari perkataan Tuhan. Kita dipuaskan tidak ketika keinginan kita itu tercapai? Ketika kita diberikan suatu harapan kosong dalam kehidupan kita, dipuaskan tidak? Jawabannya pasti tidak. Tapi herannya banyak orang Kristen yang mau diberikan harapan kosong atau php dan mereka terus mengejar itu, dan merasa bahwa Tuhan masih memberkati mereka kalau nggak sekarang nanti Tuhan pasti berkati yang penting saya setia didalam pengajaran itu, di dalam mendengarkan khotbah-khotbah seperti itu, dan menerima janji-janji seperti itu. Padahal Tuhan sendiri tidak pernah mengajarkan hal itu. Ini semua berbicara mengenai sesuatu yang subjektif, sesuatu yang dimulai dari pada diri kita. Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya yakinkan ketika Saudara mengejar hal yang tidak bersifat objektif atau perkataan firman, dan tidak menjadikan perkataan firman standar dalam kehidupan Saudara, Saudara tidak akan pernah bahagia, Saudara tidak akan akan pernah menikmati kesenangan dalam hidup Saudara. Yang ada adalah Saudara akan dibelenggu oleh dosa, Saudara akan dipuaskannya sementara waktu, tapi Saudara akan terus merasa terbelenggu lagi, terbelenggu lagi, kurang, kurang, haus, dan Saudara terus dipuaskan tapi Saudara tidak pernah puas. Kecuali Saudara datang kepada Tuhan Saudara baru bisa diberikan kepuasan oleh Tuhan. Kenapa kita harus menghindarkan itu secara dini? Karena kita sadar bahwa kita itu harus adalah orang yang mungkin bisa satu sisi kita berada sebenarnya memiliki sudut pandang yang bersifat subjektif dalam kehidupan kita. Nanti saya akan bahas apa yang dikatakan oleh firman Tuhan sendiri, tapi saya mengajak kita melihat dari kecondongan manusia itu sendiri terlebih dahulu, yaitu manusia berdosa.

Yang kedua, kenapa manusia harus menghindarkan itu? Karena manusia itu selain subjektif dalam melihat segala sesuatu, umumnya manusia pandai sangat pandai sekali merasionalisasikan dosa dan kegagalan yang ia lakukan. Maksudnya adalah, pada waktu kita melihat orang lain melakukan kesalahan dan dosa maka kita dan alarm kita itu langsung bunyi dan lalu kita ngomong, “Kamu berdosa, kamu salah,” tapi pada waktu kita melakukan dosa apa yang terjadi? Pada waktu kita yang melakukan kesalahan apa yang terjadi? Kita langsung ngomong, “Iya saya salah,” begitu? “Saya sudah berdosa di hadapan Tuhan seperti Daud,” atau kita seperti Saul yang memberikan seribu satu alasan untuk membela diri kita sehingga kita tidak dituntut oleh tuduhan berdosa dari Tuhan? Saudara, manusia sering kali atau sangat pandai sekali di dalam merasionalisasikan kesalahan yang dia lakukan dengan alasan-alasan yang sebenarnya tidak rasional. Kalau kita pikir jauh sedikit mungkin orang yang dengarnya tega sedikit dia akan ngomong, “Kamu itu omong kosong ya, kamu ngomong itu tidak ada sangkut pautnya sama sekali.” Tetapi dalam kehidupan kita mungkin kita bisa pikir ada korelasi yang kuat. Ada korelasi, ada sesuatu kebenaran di dalamnya, padahal itu adalah suatu kebohongan supaya kita terlihat baik atau kita terlihat mungkin teledor tapi bukan dosa. Kita terlihat lemah, seperti semua manusia lain adalah lemah dan tidak sempurna, sehingga yang kita perlu kita terima adalah bkan penghakiman tapi belas kasih dari orang lain. Merasionalisasikan. Akibatnya apa? Pada waktu kita melihat diri, kita akan melihat diri bukan dengan kacamata benar dari Tuhan yang melihat kita sebagai orang berdosa. Tapi kita akan melihat diri dengan kacamata kita adalah orang yang baik dan cukup baik. Kita akan merasa kita adalah orang yang puas dengan keberadaan diri kita yang hidup di dalam dosa karena dalam pemikiran kita itu bukan dosa tetapi itu adalah kelemahan manusiawi yang kita lakukan. Itulah sebabnya tadi saya bilang kita manusia memiliki kecondongan untuk merasionalisasikan dosa dan kesalahan yang kita lakukan dalam kehidupan kita. Dan ini adalah hal yang bahaya. Saudara, saya percaya kita harus jujur dengan diri, terbuka dengan diri melihat siapa diri kita baru di situ kita bisa diberkati oleh Tuhan dengan kebenaran.

Nah kita balik ke dalam bagian ini ya. Pada waktu Paulus berbicara mengenai percabulan, kecemaran, keserakahan, perkataan kotor, perkataan apa? Perkataan kosong, perkataan yang sembrono. Kenapa kita harus singkirkan itu bahkan kata-kata pun tidak boleh keluar daripada mulut kita, berkenaan dengan hal-hal tersebut. Dan itu sebabnya karena kita harus menghindarkan dosa dari sejak mulainya, dari sejak itu masih berupa sebuah cobaan atau godaan yang menimpa hidup kita  sebelum kita melakukan itu. Tapi di sisi lain juga, Paulus berkata, satu hal yang penting adalah, karena kita adalah anak Tuhan. Saudara, saya harus tekankan ini dan tekankan ini kembali supaya kita tidak jatuh di dalam suatu kehidupan yang legalistik. Saya berkata, kita hidup orang Kristen, harus hidup di dalam kebenaran, hidup di dalam kekudusan. Tetapi, pada waktu kita mendengar hidup dalam kebenaran dan kekudusan, jangan sekali-sekali berpikir bahwa kehidupan orang Kristen itu legalistik – sesuatu yang harus kita lakukan untuk benar di hadapan Tuhan. Tetapi, itu adalah sesuatu yang merupakan pemberian Tuhan. Itu sebabnya ketika Paulus berbicara di dalam bagian ini, ayat 4 khususnya, ada kalimat: Mengucap syukur, itu adalah suatu cara untuk mengantisipasi dosa dalam kehidupan kita.

Tadi saya bilang, pada waktu seseorang itu serakah, maka akibat dari keserakahan yang dia miliki, itu akan menyingkirkan Tuhan dari kehidupan dia atau menurunkan takhta Tuhan dari hidup dia atau hati dia. Tapi pada waktu seseorang itu mengucap syukur, kenapa mengucap syukur menjadi dasar kita bisa melawan dosa? Sebabnya adalah, ketika kita mengucap syukur, takhta Tuhan dalam kehidupan kita itu dikembalikan. Kita diajak melihat bahwa hidup kita itu adalah kehidupan yang bersumber dari Allah yang baik, Allah yang bisa dipercaya sepenuhnya. Kita melihat bahwa keselamatan yang kita terima di dalam Kristus itu adalah karena cinta kasih Allah yang Allah berikan dalam kehidupan kita. Kita melihat hal-hal yang sulit, hal-hal yang penuh dengan penderitaan, kekurangan dalam kehidupan kita, yang membuat kita susah, itu bukan sesuatu yang terjadi karena Allah itu kejam terhadap diri kita, atau karena pertimbangan Allah kurang bijaksana terhadap kehidupan kita. Tetapi kita tahu, apa yang kita alami itu adalah sungguh-sungguh dari kebaikan Tuhan bagi kehidupan kita. Saudara tahu apa beda pengajaran Kristen yang sejati dari Kristen yang palsu atau bidat? Bedanya apa ya? Salah satu yang bisa menjadi penguji adalah bagian yang tadi saya bilang. Kristen yang sejati akan mengajarkan kehidupan ketaatan kepada Kristus itu lebih utama daripada kesenangan. Kristen yang palsu atau agama bidat akan mengajak jemaatnya untuk menuntut kesenangan dalam kehidupan mereka. Bahkan kadangkala ada yang berkata: Tidak penting untuk membahas dosa, yang penting adalah membahas kesenangan. Itu yang akan diajarkan. Tapi apa yang dikatakan oleh Alkitab? Pada waktu Tuhan mengasihi anakNya, Dia beri kesenangan atau Dia beri penderitaan? Saya bukan ngomong cari-cari penderitaan ya. Saya juga bukan ngomong: orang Kristen nggak boleh senang. Boleh! Kalau kesenangan itu ada di dalam kehendak Tuhan dan sesuai dengan jalur Tuhan.

Tapi saya tanya, ketika kita mengikut Tuhan, Tuhan akan apa? Pasti berkat ada. Dan salah satu aspek berkat itu apa? Ibrani ngomong apa? Dia akan apa? Nggak berani ngomong? Menghajar kita. Menghukum  kita. Saudara, kok saya anak Tuhan dihukum? Saya kan anak Tuhan? Harusnya anak Tuhan mendapatkan privileged, harusnya anak Tuhan mendapatkan anugrah istimewa dalam kehidupan dia. Harusnya anak Tuhan mendapatkan berkat, harusnya anak Tuhan mendapatkan kesenangan, harusnya anak Tuhan mendapatkan jalan-jalan yang dilancarkan bukan kesulitan-kesulitan. Kenapa Tuhan justru mengatakan di dalam Ibrani: Engkau akan dihajar oleh Tuhan dan disesah oleh Tuhan dengan kesulitan? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, jawabannya cuma satu. Pertama, saya nggak ngerti kenapa ada kesulitan itu, karena benar-benar sulit, benar-benar kita nggak bisa paham. Misalnya, ambil contoh, saya pernah ngomong ini di jemaat Solo ada sepasang suami istri yang anaknya cacat, dua anak, dua-duanya cacat. Satu sudah besar, nggak bisa jalan, cuma di kursi roda. Makan itu harus disuapin dengan cara apa? Masukkin selang dari hidung, masuk ke dalam lambung, lalu dituang dengan cairan. Badannya kurus sekali. Tangan dan kaki nggak bisa digerakkan, ngomong juga nggak bisa. Karena ada masalah syaraf dan masalah di otaknya. Lalu ketika mereka punya anak kedua, perempuan, mereka bersyukur kepada Tuhan, anak ini kemungkinan baik. Tapi ketika mulai masuk usia berapa bulan, mereka menemukan ternyata anak ini nggak jauh beda dari kakaknya. Mata mungkin minusnya besar sekali. Sudah waktunya bisa mengkurep, bisa merayap atau merangkak, dia nggak bisa lakukan itu. Saudara, ketika saya bertemu dia, sulit sekali untuk berbicara. Dan ketika dia bertemu dengan salah satu pengurus kita, dia juga ngomong kaya gini: “Saya sebenarnya kalau mau ke gereja itu berat sekali mau ke gereja.” Kenapa berat? “Karena pada waktu saya ke gereja, saya melihat ada anak-anak kecil yang seusia anak saya, seusia anak remaja saya, mereka bisa lari, bicara, bisa studi sehat, senang tertawa, orang tuanya juga bisa bergembira dengan anak-anak mereka. Tapi anak kami seperti ini. Di mana sukacita? Dimana berkat Tuhan? Nggak ada kelihatan, maka itu kami berat sekali untuk datang ke gereja.” Tapi bersyukur mereka masih datang ke gereja dengan setia.

Saudara, kenapa Tuhan lakukan itu? Kenapa Tuhan menyesah anak-anakNya? Apakah karena Dia jahat pada kita? Apakah karena Dia sunguh-sungguh iri kepada kita, atau tidak ingin kebahagian kita alami dalam kehidupan kita? Jawabannya pasti tidak, karena Alkitab berkata Tuhan itu baik, dan sepenuhnya baik , dan semua jalanNya adalah benar, dan Dia mereka-rekakan hal yang baik dalam hidup kita. Lalu kalau itu nggak baik kenapa kita alami itu? Nggak tahu?, Nggak bisa dijawab? Saya pikir kita harus rendahkan diri seperti Ayub yang berkata, “Saya tidak mengerti, Tuhan itu adalah Allah yang berdaulat, aku hanya bisa tunduk di bawah Engkau dan mengakui kedaulatan Engkau, dan tetap percaya bahwa Engkau adalah Allah yang baik,” pemulihannya bagaimana? Ayub mungkin dipulihkan, kita mungkin tidak dipulihkan di dunia ini. Tapi yakinlah satu hal, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan dipulihkan di dalam kekekalan ketika kita terus bertahan di dalam Iman kepada Kristus, amin? Saya harap ini menjadi pegangan yang membawa kita memiliki pengharapan besar di dalam Tuhan dan tidak goyah di dalam Iman. Tapi hal yang kedua adalah kenapa Tuhan menyesah kita? Kenapa Tuhan sepertinya tidak ingin kita bahagia? Jawabannya karena kebahagiaan kita sering kali membuat kita melupakan Tuhan dan hidup di dalam dosa, itu sebabnya Tuhan akan sering kali memukul kita, mengembalikan kita ke dalam jalur yang benar, membawa kita mengingat Dia kembali dalam kehidupan kita, dan mengakui keberadaan Dia dalam kehidupan kita. Itu yang akan Tuhan lakukan.

Itu sebabnya Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita mengikut Tuhan tadi, saya bilang bagaimana kita tahu kita ada di gereja yang benar atau tidak? Salah satunya adalah coba perhatikan gereja itu mengajak kita untuk terus menuntut kebahagian dan kesenangan atau dan melupakan dosa mungkin, atau mengajak kita mengingat  akan dosa, mengingat akan didikan Kristus dalam kehidupan kita, membawa kita untuk mengingat bahwa ada tujuan yang mulia, yang mutlak, yang harus kita genapi dalam kehidupan kita. Di dalam Efesus pasal 3 kita pernah bahas ini sebelumnya ya, di situ Paulus berbicara ketika dia memperkenalkan keberadaan Allah yang mempercayakan berita yang begitu penting yaitu injil kepada Paulus untuk pergi dan jadikanlah orang-orang non-Yahudi sebagai orang Kristen, ini adalah rahasia yang besar yang tesembunyi selama berabad-abad yang Tuhan baru kemudian menyatakan itu melalui Paulus kepada bangsa-bangsa non Yahudi. Di situ Paulus kaitkan dengan satu kalimat, “Dia adalah Allah yang mencipta langit dan Bumi,” Saudara maksudnya apa? Berita yang penting injil yang diberitakan pada orang non-Yahudi dikaitkan dengan Allah yang mencipta  langit dan Bumi? Jawabannya cuma satu: Allah mencipta langit dan bumi supaya Ia bisa menjalankan rencanaNya untuk mengabarkan Injil Kristus Yesus di dunia. Manusia ada karena apa? Kenapa ada orang Kristen dalam dunia ini? Jawabannya karena di dalam kekekalan Allah memiliki rencana untuk menyelamatkan orang-orang yang berdosa dalam dunia ini di dalam Kristus yang membawa kemuliaan nama Tuhan. Itu tujuannya kenapa Allah cipta dunia ini. Kalau Allah tidak mempunyai rencana untuk menyelamatkan manusia yang berdosa dalam Kristus maka kita tidak ada dalam dunia ini, itu berarti tujuan utama kita apa? Saya bilang ya, tujuan utama kita bukan pekerjaan, tujuan utama kita bukan keluarga, tujuan utama kita bukan kesenangan diri, tujuan utama kita bukan mencapai cita-cita kita, tapi tujuan utama kita adalah lakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan, menjadikan diri kita alat untuk mengabarkan injil Tuhan, apa pun profesi kita. Itu tujuan utama kita. Tujuan utama kita adalah melihat Tuhan disenangkan, bukan kesenangan yang dipuaskan atau dikejar, itu yang menjadi tujuan utama kita.

Dan saya harap ini menjadi hal yang kita hidupi sebagai manusia yang baru Saudara, bukan hal yang membebani, kenapa? Karena pada waktu kita menjadi manusia yang baru Tuhan memberikan orientasi yang baru, hati yang baru, arah yang baru, kesenangan yang baru dalam diri kita, yang sebelumnya mungkin kita melihat tuntutan hukum-hukum Tuhan itu adalah tuntuttan-tuntutan yang membebani hidup kita, tapi setelah kita diperbaharui oleh Tuhan kita melihat kalau belajar firman itu suatu yang bahagia, indah; bersekutu dengan orang Kristen dalam gereja itu suatu yang memberkati; bertumbuh di dalam iman dan berdoa, itu sesuatu yang harus kita miliki, yang harus kita tuntut dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan. Manusia baru dengan orientasi dan penilaian baru, itu harus kita miliki. Makanya Paulus bilang di sini, bukan “Ayo lakukan ini sebagai suatu perintah,” tetapi Paulus menasehati jemaat Efesus, dan saya percaya menasehati kita, untuk kita boleh hidup di dalam kekudusan. Saudara dipanggil Tuhan bukan untuk Sorga, tetapi untuk hidup kudus, Sorga itu adalah sebagai implikasi dari Saudara hidup sebagai anak Tuhan, atau berkat sebagai Saudara jadi anak Tuhan Saudara diberikan sorga. Tetapi Saudara sendiri sebagai anak Tuhan harus hidup seperti apa? Hidup di dalam kekudusan. Lalu demi untuk bisa hidup dalam kekudusan, apa, bagaimana carannya? Satu, harus bilang mengucap syukur karena pada waktu itu kita mengembalikan Tuhan di posisiNya.

Tapi ada hal yang kedua yang Paulus katakan, yaitu memberikan peringatan yang cukup menyeramkan kepada orang Kristen di ayat yang ke lima. Paulus bilang, “Karena ingatlah ini baik-baik, tidak ada orang sundal, orang cemar, atau orang serakah,” artinya penyembah berhala, “yang mendapat bagian di dalam kerjaan Kristus dan Allah.” Saudara, kalau kita hidup untuk dalam kekudusan harusnya diberi motivasi yang baik atau motivasi yang buruk? Dunia pendidikan saya percaya akan perkatakan ini, “Alkitab ngawur ya, kita kalau mendidik anak itu harus dikasih dorongan yang positif, nilai-nilai yang positif untuk membuat mereka termotivasi untuk melakukan sesuatu yang baik, tapi kenapa di sini justru yang ada dikata jangan melakukan, jangan melakukan ini, dan bahkan memberikan ancaman, memberikan ancaman terhadap orang Kristen.” Saudara, kenapa Tuhan melakukan ini? Apakah ancaman bisa memotivasi kita untuk hidup di dalam kekudusan? Kalau mau ancaman memotivasi kita untuk hidup di dalam kekudusan, saya pikir kayaknya dengan cara menakuti-nakuti orang itu bisa melakukan kebaikan dan saya percaya itu adalah hal yang kurang baik, lalu kenapa Tuhan bicara seperti ini? Saya kasih tahu jawabannya ya, karena Allah kita Allah yang jujur, Allah kita bukan Allah yang berbohong, Paulus adalah Rasul Allah yang jujur, Paulus adalah Rasul Allah yang memberitakan kebenaran, karena itu dia harus beritakan kebenaran. Kebenarannya apa? Kebenarannya adalah kalau engkau adalah manusia baru, maka implikasi hidup sebagai manusia baru adalah  kekudusan. Kalau engkau adalah manusia lama, maka implikasi hidupmu adalah hidup di dalam dosa, percabulan, kecemaran dan keserakahan. Kalau engkau mengatakan dirimu Kristen, anak Tuhan, tetapi realita, fakta yang kau cerminkan dalam kehidupanmu adalah percabulan, kecemaran, dan keserakahan, dan perkataan kosong, atau perkataan yang sembrono, atau perkataan yang kotor yang keluar dari mulut kita, maka realitanya adalah kita pasti bukan anak Allah. Karena iman tanpa perbuatan adalah mati. Realitanya kita pasti anak dunia. Saya bukan tidak berkata orang Kristen tidak boleh jatuh kedalam dosa. Bisa, sekali-sekali bisa. Tapi kalau Saudara menikmati dosa itu, Saudara menjadikan dosa itu gaya hidup Saudara, dan Saudara merasa senang di dalam dosa itu, hati-hati, bagian Saudara bukan di Surga tetapi bagian Saudara, juga hukuman yang melihat bahwa firman Tuhan itu beban, tapi bagian Saudara adalah di dalam neraka yang menyala-nyala yang akan menghukum Saudara selama-lamanya di dalam kekekalan.

Saudara, sekali lagi, jangan lihat dari perspektif subjektif. Kalau aku melihat hukum Tuhan itu beban berat, cobalah lihat dari perspektif objektif Tuhan. Kalau Saudara selalu melihat dari perspektif subjektif, Saudara merasa dikekang, Saudara merasa dihambat, Saudara merasa tidak bahagia, Saudara merasa disulitkan menjalankan hukum Tuhan, mungkin Saudara perlu bertanya, kita punya hidup itu sebenarnya ada di bawah Kerajaan Allah atau Kerajaan Iblis? Saudara, Paulus bicara jujur sekali, seperti Musa berkata dengan jujur, “Coba lihat, setiap orang yang menyembah berhala ada tidak yang hidup? Engkau sendiri sudah menyaksikan tiga ribu orang mati, dua ribuan orang mati, dua  puluh delapan ribu orang mati karena menyembah Baal Peor. Di mana mereka  sekarang?” Musa berkata, tidak ada. Paulus berkata, “Di mana mereka yang akan hidup di dalam dosa, yang terus hidup di dalam dosa?” Paulus bilang mereka tidak akan mendapat bagian di Kerajaan Kristus dan Allah. Maksudnya apa? Kalau kita perhatikan Perjanjian Baru, maka ada dua pengertian di sini. Satu pengertian ya. Tapi kita mungkin bisa bicara dua pengertian. Pertama, “di dalam Kerajaan Kristus dan Allah” satu pengertian bisa ngomong, “O itu berarti Kristus adalah Allah. Karena di sini disetarakan Kristus dengan Allah.” Tapi saya percaya walaupun ini adalah benar, mutlak benar, tetapi menurut konteks Perjanjian Baru kurang tepat. Karena di dalam konteks Perjanjian Baru, pada waktu kita melihat pada Kerajaan Allah, Alkitab juga berkata ada Kerajaan Kristus. Bedanya di mana? Bedanya adalah ketika kita hidup di dalam dunia ini sebelum pasca hari kiamat, hari penghakiman terakhir, maka dunia ini dijalankan oleh Kristus yang adalah Raja, Dia yang memerintah. Tapi ketika hari penghakiman itu tiba, dan Tuhan sudah menghakimi manusia yang berdosa, dan termasuk orang-orang yang masuk ke dalam hidup yang kekal bersama dengan diri-Nya, Dia akan menyerahkan Kerajaan-Nya ke dalam Kerajaan Allah. Jadi kalau kita berbicara mengenai Kerajaan Kristus dan Kerajaan  Allah, Kerajaan  Kristus bicara mengenai kerajaan yang sekarang ini berlangsung dan ada dan memerintah di dalam dunia ini, dan Kerajaan Allah bicara mengenai kerajaan yang akan datang di kemudian hari ketika Kristus menyerahkan kerajaan-Nya kedalam Kerajaan Allah ketika penghakiman sudah dijalankan. Dan kaitan ini apa, ketika Paulus bilang, “Karena itu ingatlah ini baik-baik, tidak  ada orang sundal, orang cemar, orang serakah, artinya penyembah berhala yang mendapat bagian di dalam kerajaan Kristus dan Allah”? Maksudnya apa? Maksudnya adalah kalau kita terus hidup di dalam dosa, sebenarnya kita sedang ada di dalam proses penghakiman Tuhan. Bukan nanti, tapi dari sekarang Saudara sudah tidak ada di dalam Kerajaan Kristus. Dan kalau Saudara sudah tidak ada di dalam Kerajaan Kristus, maka berarti nanti Saudara sudah tidak ada di dalam Kerajaan Allah. Dan itu berarti kita tidak akan pernah menikmati hidup yang kekal. Dan ini adalah realita kebenaran yang Tuhan janjikan. Tuhan pastikan ini pasti terjadi bagi orang yang terus hidup di dalam dosa.

Nah Saudara, kita yang mendengar ini bagaimana? Mungkin kita bisa sikap cuek, dan nggak ambil pusing, tapi saya percaya sebagai anak Tuhan yang dilahirbarukan kita akan berkata, “Saya tidak mau masuk ke dalam neraka. Saya mau hidup bersama Tuhan di dalam kekekalan.” Kenapa? Karena  Tuhan memiliki rencana itu bagi saya, penuh kebaikan bagi saya, maka saya lihat itu sebagai kebaikan untuk ada bersama-sama dengan Tuhan dan memulikan nama Tuhan. Saya tidak akan bersikap cuek. Saya tidak akan bersikap sebagai orang yang merasa, “Saya  taat kepada Tuhan kalau Tuhan mau masukkan saya kedalam neraka saya ikut saja masuk kedalam neraka.” Satu sisi sepertinya taat, tapi sebenarnya saya pikir jiwanya memberontak terhadap Tuhan. Karena di dalam rencana Tuhan, Tuhan bukan merencanakan manusia untuk binasa tapi Tuhan merencanakan untuk menyelamatkan manusia yang berdosa tetapi kita menolak itu. Kita tidak mau mengakui itu, kita terus hidup di dalam dosa dan itu adalah salah satu pemberontakkan. Bukan kerendahan hati tetapi kekerasan hati untuk melawan rencana baik Tuhan dalam kehidupan kita. Kiranya Tuhan  boleh memberkati kita melalui firman pada pagi hari ini. Mari kita masuk dalam doa.

Kami sungguh bersyukur Bapa untuk firman-Mu yang boleh Engkau beritakan bagi kami. Suatu firman yang mengerikan. Suatu firman yang kadangkala kami lihat sebagai hal yang sulit untuk kami jalani dalam kehidupan kami. Tapi kami mohon Engkau dapat berikan kepada kami bukan hanya kekuatan tetapi juga mata yang dapat melihat kebenaran itu dan menikmati kebenaran itu dalam hati kami, sehingga hidup kami boleh senantiasa dalam kekudusan yang membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Tolong pimpim kami ya Bapa, anak-anakMu untuk melihat hidup ini dari kacamata-Mu dan bukan dari kacamata kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur dan berdoa. Amin.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Comments