Hidup Kudus Sesuai Firman Tuhan, 11 Maret 2018

Ef. 4:17

Pdt. Dawis Waiman, M.Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita membahas pasal 4:17 itu berarti kita sudah membahas pasal-pasal sebelumnya di dalam khotbah kita; dan di dalam khotbah eksposisi atau di dalam kita membahas suatu Surat dari rasul yang ditulis bagi gerejanya, maka kita bisa melihat ada suatu rangkaian, urutan pikiran yang saling berkaitan satu dengan yang lain, dan itu adalah sesuatu yang kita tidak mungkin bisa pisahkan menjadi bagian-bagian tersebut. Ini membuat pada waktu kita masuk ke dalam pasal 4:17 dan seterusnya itu adalah suatu bagian yang tidak mungkin terlepas dari pasal 1 sampai pasal 3 yang kita sudah bahas. Dan di dalam pasal 1-3 yang kita telah bahas itu kita telah melihat bagaimana gereja itu terbentuk, bagaimana orang-orang yang ada dalam dunia, orang berdosa, bisa hadir dalam gereja menjadi orang Kristen, memiliki iman kepada Kristus, lalu memiliki keselamatan dalam hidup dari pada diri kita. Ini adalah semua dikatakan Kita Suci bukan karena kita yang menghendaki itu, tapi justru adalah karena rencana Allah yang Allah telah persiapkan bagi diri kita sejak dari pada langit dan bumi belum dijadikan. Jadi ini semua adalah karya dari Allah Tritunggal, Paulus berkata. Bapa memilih kita, merencanakan keselamatan kita; Yesus Kristus menebus kita dari pada dosa kita, menggenapi rencana dari Allah Bapa; lalu Allah Roh Kudus itu adalah Allah yang kemudian menolong kita, memampukan kita untuk datang kepada Kristus dan menerima rencana keselamatan Allah Bapa itu menjadi milik kita secara pribadi dalam kehidupan kita. Ini adalah hal-hal yang dikerjakan oleh Allah Tritunggal dalam kehidupan seorang yang menjadi orang Kristen dari orang yang berdosa, orang yang menolak injil, orang yang menolak kebenaran firman, lalu kemudian bisa menerima Kristus dan disebut sebagai anak-anak Allah.

Lalu setelah berbicara mengenai pasal 1-3 yang berkaitan dengan kehidupan dari pada orang Kristen, pada waktu kita masuk pasal 4:1-16, di situ kemudian Paulus mengajak kita melihat sebagai anak Allah, umat Allah, kita seharusnya hidup di dalam satu kesatuan; lalu di dalam kesatuan itu kita bertumbuh di dalam iman kita menuju kepada suatu kedewasaan dalam kehidupan iman kita; dan pada waktu kita bertumbuh menuju kedewasaan dalam kehidupan iman kita di dalam kesatuan itu ada damai sejahtera Allah yang diberikan oleh Roh Kudus yang ada di dalam kehidupan dari umat Allah ini, sesuatu yang kita tidak mungkin temukan di dalam dunia yang mengatakan, “ada damai, ada damai,” tetapi sebenarnya damai yang sejati tidak pernah kita bisa temukan di dalam dunia kecuali di dalam Gereja Tuhan. Lalu untuk bisa memberikan pengertian kesatuan di dalam Roh ini, kesatuan di dalam iman yang sama-sama bertumbuh menuju kepada kedewasaan ini, Paulus memberikan ilustrasi-ilustrasi nagi diri kita untuk kita mengerti memang harus ada kesatuan di dalam Gereja Tuhan. Ilustrasi pertama yang Paulus gunakan itu adalah menggambarkan Kristus adalah Kepala dari Gereja, Kristus adalah Pemimpin dari Gereja Tuhan yang merupakan Tubuh dari Kristus yang adalah jemaat-jemaat dari Tuhan. Lalu selain dari menggambarkan Kristus adalah Kepala dari Gereja dimana Gereja harus bertumbuh ke arah Kristus itu, Paulus juga menggambarkan gereja itu ibarat batu-batu bangunan yang tersusun di atas pondasi pengajaran Kristus dan para rasul. Jadi pada waktu kita melihat diri kita sendiri, ibaratkan kita adalah sebuah batu yang diletakkan di atas batu yang lain atau di samping batu yang lain untuk menyusun suatu bangunan bait Allah yang kudus itu; sehingga pada waktu kita ditempatkan di posisi itu, posisi kita Paulus katakan tidak mungkin bisa diambil alih oleh orang lain atau orang Kristen lain, posisi kita sebagai orang Kristen, anak Allah, hanya di situ dan hanya bisa di situ, tidak bisa digantikan dengan posisi orang Kristen yang lain. Itu sebabnya, sebagai orang Kristen yang digambarkan sebagai batu yang tersusun secara rapi, satu persatu untuk membentuk bait Allah itu, kita mengerti kita butuh orang Kristen yang lain, kita perlu mereka untuk bisa membangun rumah bait Allah itu menjadi sebuah bait yang kudus, yang sempurna di hadapan Tuhan Allah. Kita tidak bisa menjadi orang Kristen yang berkata, “Aku nggak butuh orang Kristen lain, aku bisa hidup sendiri sebagai orang Kristen, aku bisa menjadi orang Kristen yang dewasa sendiri tanpa butuh orang Kristen yang lainnya,” tapi kita membutuhkan mereka untuk pertumbuhan dari iman kita sendiri. Ini adalah ilustrasi mengenai batu yang Paulus gunakan.

Lalu selain dari ilustrasi batu, untuk menggambarkan kesatuan dari Tubuh Kristus di dalam pasal 4:1-16 Paulus berkata kita itu adalah anggota-anggota tubuh yang diikat menjadi satu oleh urat dan sendi-sendi, itu dikatakan dalam pasal 4:16 yang kemudian lebih jelas di dalam Kolose 2:19. Bagian-bagian anggota tubuh itu adalah ibarat pribadi-pribadi dari orang Kristen. Lalu pribadi-pribadi itu bisa menjadi satu, utuh, terikat oleh apa? Urat dan sendi-sendi; itu menggambarkan kalau kita mau memiliki suatu kekuatan unntuk berjalan sebagai orang Kristen, untuk hidup sebagai orang Kristen di dalam kesatuan dari Tubuh Kristus, kita tidak mungkin menjadi orang yang terpisah, terlepas dari anggota tubuh yang lain. Kalau ingin mendapatkan kekuatan dari Kristus untuk memimpin kehidupan kita, untuk bisa hidup sebagai anak-anak Allah, maka kita harus terikat satu dengan yang lain. Ini mengggambarkan ketiga hal ini, menyatakan sebagai orang Kristen kita tidak mungkin terlepas dari Kristus; sebagai orang Kristen kita tidak mungkin terlepas dari orang Kristen yang lain; sebagai orang Kristen kita membutuhkan kekuatan Kristus dalam kehidupan dan pertumbuhan kita, dan itu hanya bisa terjadi kalau kita bersatu di dalam satu Tubuh; sebabnya karena apa? Karena dari situ Kristus baru mengalirkan kekuatanNya untuk kehidupan kita. Dan bukan hanya itu, Paulus juga berkata Kristus memberikan orang-orang yang memiliki jabatan penting hanya kepada gereja. Jadi pada waktu kita membaca pasal 4:11, Paulus berikan rasul, Paulus berikan nabi, Paulus berikan pengajar, penggembala, penginjil kepada siapa? Bukan kepada pribadi-pribadi tetapi kepada gereja Tuhan. Jadi pada waktu kita berkumpul, kita bersatu sebagai Tubuh Kristus di situ ada orang-orang yang Tuhan telah panggil dalam kehidupannya untuk menjadi orang yang memiliki otoritas atas gereja, untuk mendidik, untuk mengajar gereja Tuhan akan kebenaran firman; dari situ kita bisa bertumbuh di dalam iman kita kepada Kristus. Saya tidak akan bahas secara detil lagi karena kita sudah membahas hal-hal ini, tapi saya hanya akan katakan pasal 4:1-16 itu menyatakan kita tidak mungkin bisa hidup terpisah dan terpecah-belah sebagai umat Allah, karena kalau kita hidup terpecah-belah sebagai umat Allah itu hanya mengatakan kalau kita bukan bagian dari Tubuh Kristus; karena umat Allah adalah umat yang tidak mungkin terpecah-belah satu dengan yang lain.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, dan ini juga membuat kita mengerti pada waktu Tuhan memanggil kita untuk memiliki suatu kesatuan dan pertumbuhan menuju kepada suatu kedewasaan di dalam iman itu berarti ada suatu tujuan tertentu yang Tuhan kehendaki dari pada gereja Tuhan atau setiap pribadi dari diri kita; dan tujuanNya itu apa? TujuanNya itu bukan supaya kita diselamatkan, hanya supaya kita masuk ke dalam Sorga, supaya kita memiliki suatu kehidupan kekal dan tidak lagi dihukum di dalam neraka selama-lamanya; tetapi tujuan yang Tuhan sediakan bagi kita itu adalah menjadikan kita sebagai suatu alat, sesuatu peragaan yang membuat dunia, membuat malaikat-malaikat, membuat mereka yang sudah jatuh ke dalam dosa terheran-heran dan terkagum-kagum melihat keberadaan diri kita dan pekerjaan yang Tuhan kerjakan di dalam kehidupan dari orang Kristen. Jadi ada suatu rencana yang jauh lebih besar dari hanya sekedar kita harus sekolah dengan baik, ada rencana Tuhan yang jauh lebih besar daripada kita harus berkeluarga dalam kehidupan kita, ada rencana Tuhan yang jauh lebih besar yang harus kita capai dalam kehidupan kita dari sekedar kita mati di kemudian hari lalu masuk ke dalam Sorga. Dan ini dikatakan di dalam Efesus 3:10, kalau Baoak, Ibu, Saudara baca; yang tadi saya katakan, “supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga.” Jadi ada suatu tujuan yang lebih besar itu, yang Tuhan rencanakan dalam kehidupan kita, dan di dalam pasal 1:4 untuk memiliki suatu kehidupan yang kudus dan tak bercacat.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita mengerti ada tujuan yang lebih besar ini daripada tujuan yang kita ingin capai, kira-kira bagaimana kita berpikir? Bagaimana kita berperilaku dalam kehidupan kita sebagai orang yang sudah ditebus oleh darah Kristus dalam kehidupan kita? Mungkinkah kita masih bisa berkata, “Kenapa orang-orang tidak memperhatikan diriku? Kenapa orang-orang tidak mengasihi diriku? Kenapa saya harus hidup bergaul dengan orang lain, saya bisa hidup sendiri, urus kehidupan saya sendiri dan saya tidak butuh orang lain dalam kehidupanku.” Dapatkah kita berkata kepada diri kenapa kita menjadi orang yang tidak pernah dikasihi oleh orang lain? Tapi saya percaya pada waktu kita mengerti saya adalah orang yang ditebus dengan satu tujuan yang lebih besar daripada tujuan saya, keinginan saya pribadi, kita akan mulai berpikir dimana tempatku seharusnya berada di dalam Tubuh Kristus? Apa yang aku bisa lakukan dan hal apa yang aku bisa lakukan untuk melayani orang-orang Kristen yang lain supaya Tubuh Kristus atau pribadi-pribadi Kristen yang lain itu bisa bertumbuh oleh karena karunia yang Tuhan berikan dalam kehidupanku untuk melayani mereka semua? Jadi tuntutannya itu bukan berbicara lagi mengenai diriku, aku saja, dan kepentingan diriku; kita mulai melihat ada kepentingan lain, ada orang lain di sekitar kita, ada saudara seiman kita yang ada di sekitar kita yang membutuhkan mungkin perhatian kita, belas kasih kita, pelayanan kita dalam kehidupan mereka, berdasarkan karunia yang Tuhan berikan bagi diri kita. Nah ini semua adalah hal yang Paulus ingin kita lihat, dan pada waktu kita gagal untuk menjalankan apa yang menjadi bagian kita, saya tanya, bisa nggak kita berkelit? Bisa nggak kita menyangkal diri untuk membenarkan diri karena kita telah gagal itu, supaya kita tidak disalahkan? Saya percaya kita nggak mungkin bisa menyangkal itu semua dan kita tidak mungkin bisa melarikan diri atau membenarkan diri kita karena Alkitab bilang sebagai orang percaya yang sudah ditebus oleh Kristus, ada Roh Tuhan yang diberikan kepada kita, ada kekuatan Tuhan yang mengalir dalam diri kita, ada penopangan Tuhan yang senantiasa menyertai kehidupan kita sebagai orang percaya; karena itu nggak mungkin kita bisa berdalih, “Tuhan, aku nggak sanggup,” kita nggak mungkin bisa berdalih, “Tuhan, ini bukan karena salahku atau karena orang lain,” tapi karena Tuhan sudah memberikan itu semua dan kita harus hidup bertumbuh menuju kepada kedewasaan dalam iman.

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita mengerti apa yang menjadi kebenaran firman, saya percaya kita akan makin dibawa untuk melihat keberadaan diri kita itu siapa dan apa yang menjadi hal-hal yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan kita yang begitu penting sekali, yang membuat kita bisa sungguh-sungguh hidup sebagai orang Kristen dalam kehidupan kita. Nah ini semua adalah hal-hal yang dikatakan dalam ayat 1-16 dari pasal 4. Kita diminta sebagai gereja Tuhan untuk bertumbuh di dalam satu kesatuan Tubuh Kristus menuju kepada kedewasaan di dalam iman kepada Kristus. Dasarnya karena apa? Di dalam pasal 1-3 Tuhan sudah menebus kita dan menyatukan kita sebagai Tubuh Kristus. Jadi pasal 4:1-16 itu adalah suatu aplikasi dari kebenaran firman untuk satu kesatuan hidup sebagai anggota dari Tubuh Kristus yaitu orang-orang Kristen. Dan pada waktu kita masuk ke dalam ayat 17 dan seterusnya, maka kita masuk ke dalam suatu aplikasi yang lebih praktis lagi yang Paulus berikan dalam kehidupan kita. Sebelum saya mengatakan atau melanjutkan pembahasan ayat 17 dan seterusnya, saya mau ingatkan kita, setiap kali Paulus atau Kitab Suci menuntut suatu perbuatan dari iman kita maka perbuatan itu adalah sesuatu yang tidak mungkin terlepas dari iman; dan perbuatan itu adalah sesuatu yang menyatakan apa yang menjadi iman kita yang kita imani di dalam Kristus. Jadi perbuatan itu bukan suatu bagian yang terpisah, yang dari dirinya sendiri bisa membuat kita dibenarkan di hadapan Tuhan Allah, tetapi perbuatan itu adalah sesuatu work-out, work-out itu adalah sesuatu yang kita kerjakan dari dalam ke luar karena apa yang Tuhan Allah sudah kerjakan dalam diri kita terlebih dahulu, yang kemudian kita nyatakan sebagai orang-orang yang sudah mendapatkan pekerjaan Tuhan di dalam diri kita. Ini yang menjadi pengertian setiap kali kita berbicara mengenai aplikasi hidup, kehidupan orang Kristen yang harus kita nyatakan ke dalam dunia ini.

Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sekarang di dalam ayat 17 pasal yang ke-4 ini dan seterusnya, pada waktu kita membahas ini kita akan melihat secara garis besar, dan dari garis besar itu kita akan melihat ada suatu pola-pola yang Paulus berikan dalam kehidupan kita melalui firman ini, dan dari pola-pola itu baru kita akan lihat secara lebih umum apa yang menjadi aplikasi tuntutan Tuhan dalam kehidupan kita. Tapi setelah kita membahas ini, maka minggu depannya lagi dan berikutnya baru kita akan membahas secara lebih mendetil setiap bagian-bagian dari ayat 17 dan seterusnya sampai pasal 6:20; sehingga kita bisa lebih memiliki gambaran utuh sebelumnya, baru kemudian poin-poin yang Tuhan ingin tekankan dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen yang hidup di dalam kebenaran dan cinta kasih Tuhan di dunia ini.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam ayat 17 apa yang Paulus katakan? Paulus bilang kita adalah orang yang harus hidup tidak lagi seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah, dengan pikiran mereka yang sia-sia. Dan ayat 17 yang dimulai dengan suatu kehidupan sebagai manusia baru ini, itu adalah suatu pengajaran yang kemudian ditutup di dalam ayat 24. Jadi kalau Bapak Ibu baca dari ayat 17-24, ini adalah sesuatu pengajaran yang utuh, yang pertama, yang Paulus berikan kepada orang-orang Kristen. Saya bacakan saja ya. “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-siadan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”

Saya tanya, ini aplikasi atau pengajaran? Tadi saya bilang di dalam ayat 4, pasal 4 mulai dari ayat 1-16, 17 dan seterusnya itu berbicara mengenai aplikasi. Waktu kita baca ayat 17-24 itu aplikasi atau pengajaran? Hidup sebagai manusia baru. Pengajaran kan? Kita harus meninggalkan manusia lama, kita harus hidup sebagai manusia yang baru, tidak boleh lagi hidup dalam kegelapan dan seterusnya, seperti itu. Itu pengajaran. Aplikasinya di mana? Aplikasinya masuk dalam ayat 25-29. “Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benarseorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa:janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmudan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu,tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.” Oke, jadi aplikasinya apa? Dibilang, kamu jangan ngomong omongan kotor. Kemudian, kamu jangan marah. Kalau kamu marah, jangan biarkan matahari terbenam sampai kemarahanmu tetap ada sampai matahari terbenam, jangan mencuri, lakukan pekerjaan yang baik, dengan apa? Tanganmu sendiri. Lalu berikan kepada mereka yang berkekurangan, atau perhatikan mereka yang berkekurangan; bicara sesuatu yang membangun, jangan menjatuhkan orang, jangan menghakimi, tetapi membangun orang, seperti itu. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini aplikasi dari apa? Aplikasi dari hidup sebagai manusia baru. Kalau kita adalah manusia baru, Paulus bilang, maka kita harusnya memiliki kualitas hidup seperti ini. Jadi ada pengajaran terlebih dahulu, lalu di situ ada aplikasi yang Paulus berikan.

Nah pada waktu Bapak, Ibu, Saudara baca ayat 17-6:20, ada pola seperti ini. Ada pengajaran, aplikasi, pengajaran, aplikasi, pengajaran, aplikasi di dalam bagian perikop yang kita bilang aplikasi kehidupan Kristen. Ini bagian yang pertama ya. Kita coba lihat terlebih dahulu ya. Kemudian ayat 30. Bagian yang kedua itu adalah ayat 30 pasal 4. “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.” Ini adalah bagian pengajaran lagi yang Paulus berikan; Jangan dukakan Roh Kudus. Lalu aplikasinya apa? Ayat 31-32, “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita baca ini, saya tanya ya, saya balik aja ya, kita boleh nggak hidup di dalam kepahitan, kebencian, rasa luka hati karena kejahatan orang? Nggak. Kita boleh nggak hidup dalam kemarahan, kegeraman, dan memfitnah satu dengan yang lain? Nggak boleh ya. Kita harusnya bagaimana? Hidup dengan kasih mesra dan saling mengampuni, begitu kan? Pertanyaan saya, kenapa kita tidak boleh hidup dalam kepahitan, kemarahan, kegeraman, dan saling fitnah satu sama lain? Sebabnya karena apa? Kok diam semua sih? Bingung ya? Kenapa? Sebabnya karena apa? Kita anak Tuhan, gitu? Pokoknya semuanya karena kita anak Tuhan? Karena apa? Karena kalau kita hidup di dalam kemarahan, kebencian, kegeraman, maka kita sedang menjalani suatu kehidupan yang apa? Mendukakan Roh Kudus. Roh Kudus yang di mana? Yang ada di dalam diri kita.

Alkitab mengatakan secara jelas sekali, ketika seseorang itu menjadi orang yang percaya pada Kristus, sebelum dia menjadi percaya, Roh Kudus bekerja dalam hati dia, melahirbarukan diri dia sehingga dia menjadi orang yang sadar dia adalah orang yang membutuhkan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, sebagai Mediator dalam kehidupan dia, menghadapi Allah yang suci dan kudus. Pada waktu dia menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, Roh Kudus akan tinggal bersama-sama dengan diri orang tersebut sebagai materai dalam kehidupan dari pada orang tersebut. Dan Saudara, itu berarti setiap orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya pada Kristus, di dalam diri dia ada Roh Kudus yang tinggal. Karena itu dia bisa memanggil Yesus dengan sebutan Tuhan dan Juruselamat dari pada kehidupan kita. Nah sekarang, ini membedakan kita dari orang-orang yang kelihatannya Kristen tetapi sebenarnya Kristen palsu. Bedanya di mana? Alkitab berkata, orang yang bukan Kristen asli tetapi dia adalah orang yang kelihatan Kristen, pada diri dia mungkin ada ciri-ciri seperti orang Kristen yang asli, tetapi sebenarnya mereka tidak memiliki materai dari pada Roh Kudus. Mereka bisa terlihat seperti orang Kristen, tapi tidak pernah ada Roh Kudus yang secara permanen tinggal di dalam diri mereka. Lalu Roh Kudus di mana? Roh Kudus memimpin mereka, kehidupan mereka, dari luar dan mereka tidak pernah menjadi bait Roh Kudus.

Itu sebabnya kalau kita lihat di dalam Injil ada Yudas Iskariot yang kelihatan sebagai rasul, di mana rasul-rasul yang lain yang sebelas itu tidak pernah curiga kalau dialah orang yang akan mengkhianati Yesus Kristus, tapi pada waktu Yesus berkata siapa yang mencelupkan roti ke dalam cawan ini, dia yang akan mengkhianati aku, semua rasul yang lain itu masih nggak nyangka kalau Yudas itu akan mengkhianati Yesus dan menjual Yesus Kristus. Karena apa? Dia adalah orang yang dipercayai Yesus. Dia bendahara kas yang memegang kas dari pada murid-murid yang lain. Lalu dia memiliki karunia yang besar yang bisa menyembuhkan orang sakit, yang bisa mengusir setan seperti rasul-rasul yang lain. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab mencatat dia kemudian mengkhianati Kristus dan Yesus Kristus sendiri berkata lebih baik dia tidak dilahirkan dari pada perut perempuan, karena tindakan dia yang menjual Yesus dan menyangkal Yesus itu. Apakah dia memiliki Roh Kudus lalu Roh Kudus meninggalkan dia? Alkitab nggak pernah mengajarkan hal itu. Sebabnya karena dia awal mula memang tidak memiliki Roh Kudus. Tapi bagaimana dia memiliki karunia yang begitu besar? Karena Roh Kudus memberikan karunia, tetapi Roh Kudustidak pernah tinggal di dalam orang tersebut. Kelihatan sebagai anak Allah, kelihatan seperti rasul, tetapi sebenarnya adalah dia bukan anak Allah, dia bukan rasul Tuhan Yesus yang sesungguhnya, tapi Tuhan hanya memberikan kesempatan bagi dia untuk mencicipi suatu kehidupan sebagai rasul Tuhan itu seperti apa, lalu Tuhan pakai untuk menjual Kristus dan menggenapi apa yang menjadi rencana dari pada Tuhan Allah. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, boleh bicara kotor? Nggak ya. Boleh hidup dalam kemarahan? Nggak. Karena apa? Karena kita adalah orang-orang yang memiliki Roh Kudus di dalam diri kita, dan jangan dukakan Roh Kudus yang ada di dalam diri kita. Itu ayat 31,32, dan yang merupakan aplikasi dari ayat 30.

Lalu kita lihat pasal 5:1-2, di sini Paulus bilang, “Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” Ini apa? Pengajaran atau bukan? Paulus bilang, kita harusnya bagaimana? Hidup sebagai anak-anak Allah. Anak-anak Allah yang bagaimana? Yang sudah mendapatkan cinta kasih dari pada Kristus Yesus. Cinta kasih yang dinyatakan dalam wujud kematian Kristus di kayu salib untuk menebus dosa kita. Siapa kita? Orang yang mendapatkan cinta kasih Kristus dengan kematian Dia di kayu salib. Lalu setelah bicara mengenai hal ini, kalau Bapak, Ibu, Saudara masuk ke dalam bagian berikutnya, ayat 3-5 itu adalah aplikasinya lagi. “Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono–karena hal-hal ini tidak pantas–tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur. Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah.” Kita boleh hidup berzinah? Nggak boleh. Hidup dalam percabulan? Nggak boleh ya. Boleh nggak ngomong sesuatu yang berkaitan dengan kata-kata jorok? Paulus bilang, ngomong saja nggak boleh, apalagi menghidupi kehidupan yang berdosa itu; dalam keserakahan, memiliki berhala, tidak pernah puas, ingin dipuaskan oleh materi, mengejar segala sesuatu yang memberhalakan apa yang ada di dalam dunia ini, termasuk seks dalam kehidupan kita, itu nggak boleh. Sebenarnya karena apa? Karena kita adalah orang-orang yang sudah ditebus oleh darah Kristus. Aplikasi dari pengajaran yang Paulus berikan. Bapak, Ibu, Saudara, perhatiin ya, nanti pada waktu kita bicara ini, saya harap kita bisa menangkap suatu pengertian yang Paulus ingin kita hidupi sebagai orang Kristen. Ada aplikasi-aplikasi yang saya akan berikan kepada Bapak Ibu yang penting melalui bagian-bagian seperti ini ya.

Setelah bicara mengenai ini, masuk ke dalam ayat 6-17. Kalau kita baca ayat 6 sampai 17, di situ kita dapatkan apa? Saya ajak kita berpikir untuk hal ini ya. Ada hal yang menarik tidak? Ayat 6-17 itu mengulangi ayat 17-24 bukan? Iya, bukan? “Jangan lagi hidup dalam kegelapan. Hidup di dalam terang.” Ayat 17-24 juga bilang “Jangan hidup dalam kegelapan; hidup dalam terang,” begitu kan? Nah, Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa setelah bicara ayat 17 sampai 5 ayat yang ke-6 Paulus bicara pengajaran-aplikasi, pengajaran-aplikasi, lalu kemudian ayat 7 sampai ayat 17 Paulus kembali lagi ke dalam; ayat 17 sampai 24? Kenapa Paulus katakan ini lagi? Apakah ini adalah suatu redundant; pengulangan yang Paulus tuliskan. Saya percaya ini bukan hanya sekedar suatu pengulangan, tetapi ketika Paulus tulis bagian ini dia ada suatu tujuan tertentu yang ingin dia capai. Dan tujuan tertentu itu adalah berbicara mengenai persoalan yang ada di dalam jemaat di dalam jemaat Efesus saat itu, yaitu apa? Ada sekelompok orang dari orang-orang Efesus, ketika mereka telah menjadi Kristen itu terpengaruh oleh sekelompokorang lagi, orang-orang Kristen yang mengatakan diri mereka Kristen, yang ada di dalam jemaat Efesus yang berkata seperti ini: “Hai, kamu orang Efesus, kamu kan sudah percaya Kristus. Kalau kamu sudah percaya Kristus, tidak masalah dong kamu hidup bagaimana, bukankah Kristus sudah menyelamatkan kamu? Bukankah kamu sudah mendapatkan suatu kehidupan kekal? Bukankah sudah ada materai Roh Kudus yang tinggal di dalam dirimu sebagai orang-orang yang percaya dalam Kristus? Katanya keselamatanmu nggak mungkin bisa hilang, katanya kamu pasti akan diselamatkan bagaimana pun cara hidupmu.” Jadi maksudnya adalah kita boleh berdosa, kita boleh hidup berzinah, kita boleh berselingkuh, kita boleh mengatakan kata-kata kotor dalam kehidupan kita, kita boleh melakukan segala kejahatan, itu nggak masalah, karena apa? Kristus ada dalam dirimu, dan kau pasti diselamatkan. Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, itu sebabnya Paulus di dalam ayatnya yang ke-7 atau ayatnya ke-6 itu bilang seperti, “Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa. Karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas kehidupanmu.” Dan ada bagian lain yang berkata, “Kamu harus hidup dalam terang.” Lalu ayat 7 dikatakan, “Jangan kamu berkawan dengan mereka.” Boleh nggak kita berkata, “Kalau Tuhan sudah menyelamatkan diri kita, cara hidupku nggak jadi soal; mau bohong ya silahkan, mau berzinah ya silahkan, mau ngomong sesuatu yang jorok, yang menajiskan, yang menjatuhkan, yang tidak membangun ya silahkan, karena apa? Kamu kan sudah diselamatkan.” Boleh, nggak? Lalu kita ngomong nggak boleh, itu adalah ajaran orang-orang yang mengajarkan sesuatu pengajaran yang hampa, yang tidak ada artinya, yang hanya akan mendatangkan murka Allah atas kehidupan kita.

Saudara, di dalam bagian ini, secara teologis, istilah yang digunakan adalah anti-nomianisme. Anti-nomianisme itu adalah orang yang hidup sebagai orang Kristen tetapi tidak mementingkan bagaimana perilaku hidup sebagai anak-anak Allah di dalam dunia ini. Masih bisa hidup sesuka hati mereka sendiri. Dan saya lihat ini adalah hal yang sangat serius sekali dalam gereja Tuhan. Itu sebabnya kalau Bapak-Ibu perhatikan, Paulus waktu membahas hal ini saja itu menggunakan berapa ayat. Dari ayat 6, sampai ayat yang ke berapa, 17. Berapa aya? 6, 7, 8, 12 ayat yang Paulus gunakan untuk menjelaskan hal ini. Itu berarti ini adalah perkara yang sangat serius sekali. Dan, saya percaya, ada prinsip ini juga kita akan temukan dalam kehidupan orang Kristen sampai hari ini. Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, kadang-kadang kita mungkin bisa jatuh dalam pemikiran begini: kalau kita adalah orang yang sadar sedikit akan dosa kita, lalu ditebus oleh Kristus, dengan orang yang begitu besar dosanya, lalu ditebus oleh Kristus, siapa yang biasanya lebih giat untuk Tuhan? Yang lebih banyak dosanya dan disadarkan oleh Tuhan, kan? Kalau begitu boleh nggak kita berkata seperti ini, “Kalau orang yang memiliki dosa yang lebih besar yang mengalami akan penebusan, kesadaran akan cinta kasih Kristus dan penebusan Kristus yang lebih besar dari pada orang yang dosanya lebih sedikit tapi mendapatkan penebusan Kristus, karena itu boleh nggak saya sebagai orang Kristen hidup tetap dalam dosa supaya saya mendapatkan cinta kasih Kristus dan pengampunan Kristus yang lebih besar?”

Ada satu lagu di dalam pujian kita, lagu yang ke-2 ya. Saudara kalau salah baca, Saudara punya konsep yang sama: “Ajaiblah Jurus’lamatku, Tuhan Yesus ‘ku dapatkan, meski derita menimpaku, anugerah-Nya tak terhingga. Anugerah-Nya limpah. Anugerah-Nya limpah. Ia menghapuskan dosaku, anugerah-Nya limpah.” Lalu ayat ke-2: “Dia cari ‘ku yang berdosa, meski pun ‘ku tak patutlah. Ajak pulang dan hukum-Nya harusnya kubinasalah. Anugerah-Nya limpah. Anugerah-Nya limpah. Ia menghapuskan dosaku, anugerah-Nya limpah. Tak mampu sandar diriku, pertolongan-Nya kuandalkan. Darah Anak Domba Allah, membasuhku sampai kudus. Anugerah-Nya limpah. Anugerah-Nya limpah. Ia menghapuskan dosaku, anugerah-Nya limpah.” Kalau kita baca ini dari perspektif pengampunan Tuhan akan semakin limpah; kalau dosa akan semakin limpah, itu berarti kita salah mengerti lagu nomor 2 ini ya. Seakan-akan dalam lagu nomor 2 ini, saya berdosa, saya dapat pengampunan. Acap kali melanggar,  harusnya kubinasa tapi aku dapat anugerah Tuhan yang begitu limpah. Tak mampu aku sandar di diku sendiri, pertolongan-Nya tapi tetap ada. Dan anugerah-Nya begitu limpah dalam kehidupan kita. Jadi, pertanyaannya, boleh nggak hidup sebagai orang yang di dalam Tuhan tapi masih hidup dalam dosa supaya anugerah Allah makin limpah dalam kehidupan kita? Ini dibahas Paulus dalam Roma 6, dan Paulus berkata itu nggak mungkin. Dan di sini juga ditegaskan itu. Ada orang yang menuduh Paulus itu anti-nomianisme yang hidup dalam anugerah, lalu setelahitu boleh hidup sembarangan. Ini ayat bilang tidak mungkin bisa seperti itu. Karena apa? Di sini dikatakan itu adalah pengajaran kosong. Itu adalah ajaran yang hanya mendatangkan murka Allah dan alasan lain karena kita adalah orang-orang terang. Kalau kita adalah anak terang, yang kita kehendaki dan rindukan adalah kebaikan, lalu keadilan, dan kebenaran. Jadi kalau kita ada terang dalam diri kita, terang itu nggak mungkin akan menutupi kegelapan tetapi justru akan menyatakan kegelapan yang ada. Makanya, orang yang hidup di dalam terang dan memiliki terang dari pada Kristus dia nggak mungkin akan betah dan nyaman hidup di dalam kegelapan atau dosa. Nah, ini yang saya katakan tadi di awal: perbuatan kita itu bukan sesuatu yang terpisah dari iman. Perbuatan kita itu adalah sesuatu work-outdari iman; sesuatu ungkapan pernyataan, bukti kalau kita adalah orang yang memiliki iman dan pekerjaan Tuhan dalam diri kita. Kenapa kita hidup dalam terang? Karena di dalam hati kita ada terang. Kenapa kita hidup di dalam kegelapan? Karena dalam hati kita itu gelap. Karena Tuhan sudah memberikan terang dalam hidup kita, hati kita – melalui kelahiran baru – manusia baru, makayang iita kehendaki pasti suatu kehidupan yang terang, yang benar, yang adil,  dan yang penuh dengan kebaikan dalam kehidupan kita. Bukan dosa. Bukan keserakahan, kebencian, dan percabulan, dan lain-lainnya di dalam kehidupan kita. Ini yang dikatakan oleh Paulus sampai ayat yang ke-17.

Lalu, kemudian, ketika masuk ke dalam ayat yang ke-18 sampai 21, itu adalah bagian berikutnya lagi. Ini aplikasi bukan? Ini aplikasi tapi saya bilang, saya mungkin setuju juga dengan commentary yang berkata ini adalah bagian pengajaran yang Paulus berikan. Lalu aplikasinya yang mana? Aplikasinya adalah dari ayat 22 sampai pasal 6:9, itu aplikasinya. Ayat 22-33 bicara tentang isteri tunduk kepada suami, suami mengasihi isteri; relasi antara suami-isteri. Lalu ayat 1 pasal 6, anak dan orangtua; anak mentaati orangtua dan orangtua juga mengasihi anak atau menjaga anak. Lalu di dalam ayat yang ke-5, relasi hamba dengan tuan; hamba tunduk kepada tuan, tuan juga harus dengan tulus hati. Jadi hamba harus taat kepada tuan, menghormati tuan, walaupun tuan tidak memperhatikan tetap harus tunduk dan taat kepada tuan, bekerja dengan sebaik mungkin; dan tuan juga harus menghormati hamba. Jadi di dalam ayat 22 sampai pasal 6 ayat yang ke-9 itu Paulus mau bicara tentang relasi suami-isteri, isteri-suami, orangtua-anak, anak-orangtua, tuan dan hamba, hamba dan tuan. Dan dasar hidup seperti ini karena apa? Dasarnya karena apa kita perlu memiliki hidup seperti ini? Karena kita haruslah menjadi orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus, itu dasarnya. Jadi maksudnya adalah, kalau kita adalah orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus dan, seperti digambarkan, dimampukan oleh Roh Kudus, berarti kita betul-betul hidup di dalam penundukan diri terhadap pimpinan Roh Kudus dan Roh Kudus berkuasa penuh dalam kehidupan kita. Maka, mungkin tidak ada perselisihan di dalam pasangan suami-isteri yang mengakibatkan perceraian atau suatu masalah yang tidak terselesaikan? Jawabannya tidak mungkin. Mungkin nggak ada relasi yang buruk antara orangtua dan anak? Jawabannya nggak mungkin. Mungkin nggak ada relasi yang tidak baik antara tuan dan hamba? Jawabannya tetap tidak mungkin. Jadi kunci untuk memiliki relasi yang baik antara pasangan suami-isteri, orangtua dan anak, tuan dan hamba, apa? Hidup dipenuhi oleh Roh Kudus. Jadi Saudara, saya lihat ini adalah hal yang sangat penting sekali ya. Nanti kita bahas secara detil lagi dalam pertemuan-pertemuan berikutnya.

Lalu pasal 6 ayat 10-20, bicara mengenai apa? Perlengkapan rohani. Perlengkapan rohani itu berbicara mengenai pada waktu kita hidup sebagai orang Kristen dalam dunia ini, dengan segala persoalan yang kita harus hadapi, Tuhan tahu bahwa kita akan menjalani kehidupan yang sulit, itu bukan sesuatu yang mudah. Siapa bilang hidup menjaga kekudusan itu mudah? Siapa bilang untuk hidup di dalam ketidakcemaran, dalam perkataan yang begitu sempurna itu sesuatu yang mudah? Pasti nggak mudah, ada banyak hal yang menjadi persoalan yang menghambat kehidupan kita. Apalagi kalau kita ingi melakukan sesuatu yang benar, di balik tindakan kita yang ingin melakukan sesuatu yang benar ada suatu kuasa dari iblis yang berusaha untuk mencegah, membuat kita tidak melakukan kebenaran lalu hidup di dalam dosa. Saya ambil contoh kayak gini ya, ini yang gampang saja, Minggu, mana lebih mudah untuk pergi ke gereja atau menemui teman ada janji di luar atau pekerjaan? Yang lebih mudah datang ke gereja atau memenuhi panggilan teman dan pekerjaan? Kalau kita ingin melayani, salah satu dari anggota kita bilang, “Pak, kenapa ya, saya salah, nyesal deh untuk milih melayani ini. Kenapa ya setiap kali saya mau melayani banyak ada masalah. Tapi waktu saya nggak harus melayani nggak ada masalah, hidup baik-baik.Kalau saya tahu kaya gini, dari awal saya nggak mau melayani kaya gini, karena begitu banyak masalah ketika saya mulai mau melayani Tuhan.” Saudara, ini realita yang kita hadapi, saya nggak tahu Saudara mengalami atau tidak, saya yakin kalau Saudara betul-betul ingin tunduk kepada kebenaran, pasti ada godaan, pasti ada cobaan, pasti ada hambatan yang berusaha menghalangi kita untuk melakukan kebenaran dan ketaatan kita ini. Kenapa? Di balik kita ada kuasa iblis yang berusaha untuk mencegah kita dan menggagalkan kita taat kepada Tuhan. Kalau kita nggak mengerti ini, saya yakin kita sudah kalah dalam peperangan. Karena itu, ini menjadi satu ayat yang penting sekali untuk kita mengerti. Kita harus belajar, apa yang dikatakan Kitab Suci, itu adalah untuk membuka kebenaran-kebenaran bagi kita supaya kita bisa hidup di dalam kekudusan dan ketaatan kepada Tuhan. Dan itu bukan suatu kebohongan. Ini adalah suatu fakta, realita kebenaran yang Tuhan sudah bukakan bagi diri kita.

Tapi pada waktu kita menghadapi itu semua, dengan kuasa iblis yang begitu besar di belakang daripada sesuatu cobaan yang berusaha menggagalkan kita mentaati Tuhan, apakah Tuhan membiarkan kita berjalan sendirian? Apakah Tuhan membiarkan kita seorang diri dengan kekuatan dan kemampuan kita menghadapi semua cobaan itu? Nah kalau Bapak, Ibu, Saudara baca ayat 10-20, kita tahu, Tuhan nggak pernah biarkan kita berjalan sendiri. Karena apa? Tuhan sudah, dikatakan, menyiapkan seluruh perlengkapan senjata Allah untuk kita bisa gunakan melawan cobaan itu atau melawan kuasa iblis yang berusaha menggagalkan kehidupan kudus dalam hidup kita.Makanya di dalam ayat yang ke-10 dikatakan, “Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan atau kuat di dalam kekuatan kuasa-Nya,” bagaimana caranya kita kuat di dalam Tuhan? Ayat 11 mengatakan, seluruh perlengkapan senjata Allah supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis dan seterusnya. Jadi bapak dan ibu yang dikasihi Tuhan, ini adalah Allah kita, Allah kita itu adalah Allah yang sudah memanggil kita dari dosa, lalu setelah Dia memanggil kita dari dosa, Dia menjanjikan kita manusia baru untuk hidup sebagai manusia baru dalam dunia ini, supaya kita bisa mempertontonkan cinta kasih Allah, Anugerah Allah, kebaikan Allah, kebenaran Allah melalui kehidupan kita. Tapi pada saat kita berusaha mempertontonkan itu, menyatakan itu dalam hidup kita, Alkitab juga berkata kita nggak mungkin bisa berjalan dengan nyaman, tenang begitu saja, pasti ada cobaan yang kuat yang berusaha untuk menghalangi itu. Lalu bagaimana kita bisa menghadapi itu? Apakah dengan kekuatan sendiri? Tidak! Tuhan kita tidak sekejam itu, tetapi Dia mengasihi kita dengan cara memberikan penopangan, Dia memberikan kita perlengkapan senjataNya untuk bisa melawan semua kuasa itu.Jadi semua sudah tersedia, hanya masalahnya adalah, mungkin kita tidak tahu, sebagai orang Kristen, Tuhan sudah sediakan itu semua. Pada waktu kita mengalami pencobaan, kita sering saja jatuh dan jatuh, karena kita tidak memiliki suatu kehidupan yang mengenal akan perlengkapan senjata Allah dalam hidup kita untuk melawan itu semua.

Jadi Bapak,Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita perhatikan bagian ini, maka kita akan melihat ada doktrin, ada aplikasi. Kalau kita melihat surat Efesus, surat Efesus bisa dibagi menjadi dua bagian besar:pasal 1-3 bicara mengenai doktrinal, pasal 4-6 berbicara mengenai aplikasi kehidupan Kristen. Tapi pada saat Paulus berbicara mengenai aplikasi, apakah dia hanya khusus bicara akan total aplikasi? Jawabannya tidak, Paulus tetap mengutip bagian-bagian dari doktrinal dari pasal 1-3 diterapkan di dalam aplikasi-aplikasi kehidupan. Maksudnya apa? Maksudnya adalah kalau kita berpikir kita bisa menjadi seorang Kristen yang hidup berdasarkan perbuatan saja, tanpa belajar Firman dan mengerti doktrin pengajaran Firman Kristen, jawabannya adalah kita pasti tidak mungkin bisa menjalankan aplikasi hidup Kristen yang benar. Banyak orang Kristen bicara seperti itu, “tidak usahlah belajar doktrin, yang penting kita memiliki hidup sebagai orang Kristen yang baik.” Alkitab mengatakan, kalau kamu tidak mengerti doktrin, kamu tidak mungkin memiliki hidup sebagai orang Kristen yang baik. Dan kalau kita melihat dari beberapa ayat Kitab Suci misalnya Yohanes 13:17 dan Matius 13:12, saya pikir kalau kita mengerti prinsip ini, kita akan menjadi orang yang sangat gentar sekali. Yoh 13:17, “Jikalau kamu tahu, semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.” Jadi ini berbicara tentang apa yang Kristus lakukan, lalu ketika murid-murid melihat itu, lalu Yesus berkata, “kalau kamu tahu apa yang aku lakukan semua ini, maka kamu adalah orang yang berbahagia.” Lalu Mat 13:12, “Karena siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan, tetapi siapa yang tidak mempunyai apapun juga yang ada padanya, akan diambil dari padanya.” Sekarang coba perhatikan, tadi bilang, “doktrin, aplikasi, doktrin, aplikasi.” Ada orang Kristen bilang aku tidak butuh doktrin, cuma ada aplikasi, tapi Alkitab bilang, kalau kamu hanya menuntut aplikasi tanpa doktrin, apakah kamu bisa hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan? Jawabannya tidak. Sekarang ditambah Yohanes 13:17 dan Matius 13:12, kalau engkau hanya punya perbuatan tanpa doktrin, pertanyaannya adalah, kamu punya doktrin atau tidak? Jawabannya tidak. Saudara jika hanya menuntut perbuatan dan Saudara mengabaikan doktrin, itu hanya menyatakan makin Saudara hidup berdasarkan perbuatan, makin Saudara tidak punya doktrin pengajaran, makin Saudara menyimpang dari Tuhan. Makanya saya pernah mengatakan, agama tidak mungkin bisa membawa orang kepada Allah yang suci dan kudus. Karena agama menuntut perbuatan, ketaatan, kesalehan diri, kebenaran diri, lalu dia tidak melihat kebenaran bahwa Allah itu suci dan kudus, yang tidak mungkin bisa membenarkan diri dia melalui kebaikan-kebaikan dan ketaatan manusia. Makin dia berusaha berbuat baik, itu hanya menunjukkan makin dia tidak mengenal Tuhan Allah, dan itu hanya menyatakan dia tidak tahu akan kebenaran.

Saudara ini adalah hal yang mengerikan sekali, makanya saya dari mimbar ini berulang kali berbicara untuk belajar Firman. Belajar Firman bukan hanya sesuatu yang kita inginkan saja, tapi belajar dari bagian-bagian yang Tuhan sudah bukakan tetapi tidak sesuai dengan diri kita atau yang kita belum pahami, tapi kita turut belajar dan mengerti itu, karena Yesus berkata bahwa orang yang mengerti itu adalah orang yang berbahagia. Dan ketahuilah, tidak ada satupun bagian Firman Tuhan yang tidak punya tujuan yang bermakna dalam kehidupan kita. Doktrin-aplikasi, doktrin-aplikasi, menyatakan bahwa setiap kebenaran Firman itu pasti punya peran dalam kehidupan orang Kristen, maka baru diberikan kepada diri kita. Saudara bisa melihat Ulangan 29:29, Musa berkata, apa yang tidak dinyatakan milik siapa? Milik Allah, apa yang dinyatakan milik siapa? Milik kita untuk diajarkan kepada anak-cucu kita. Itu berarti apa yang dikatakan Kitab Suci itu adalah sesuatu yang penting bagi kehidupan kita, sebagai orang Kristen dan kepada anak-cucu kita, tidak ada yang tidak berguna.2 Timotius 3:16 berbicara segala tulisan yang diilhamkan Allah itu bermanafaat untuk mengajar, mengatakan kesalahan, mendidik orang dalam kelakuan yang baik dalam kebenaran. Berarti semua yang dinyatakan Kitab Suci adalah suatu kebenaran yang kita perlukan untuk hidup kudus dihadapan Tuhan. Semuanya pasti bermanfaat dari sesuatu yang tidak bermanfaat. Ini adalah hal yang Kitab Suci nyatakan.

Lalu aplikasi ke-3, dengan manusia  baru, aplikasi ke-3 berbicara mengenai hidup orang Kristen yang ada di dalam gereja, boleh tidak beda dari orang Kristen yang ada di luar gereja? Bapak ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan, kehidupan kita yang kita nyatakan di dalam gereja harus sama dengan kehidupan yang di luar gereja atau boleh beda dengan kehidupan di luar gereja? Sama atau tidak? Ada orang Kristen, begitu kakinya masuk pintu gereja, kaya saklar switch lampunya dinyalakan, langsung otomatis menjadi orang yang penuh kasih, senyumnya begitu manis menyambut orang lain, begitu kakinya melangkah keluar dari pintu gereja, dia jadi orang yang berbeda. Saudara, kalau dunia kedokteran, itu namanya sakit jiwa. Kalau dunia rohani itu namanya sakit rohani. Kalau kita mengerti kita adalah manusia baru, manusia baru itu bukan sesuatu yang baru ada jadi manusia baru ketika kita masuk di dalam gedung gereja lalu bertemu dengan orang Kristen yang lain, lalu ketika keluar kita menjadi manusia yang lama. Itu bukan manusia baru, manusia baru itu adalah manusia yang sudah dicipta baru oleh Tuhan, baik di dalam gereja ataupun diluar dari gereja Tuhan tetap adalah manusia baru. Jadi kalau kita hidup di dalam gereja seperti ini, berelasi dengan orang Kristen seperti ini, orang dunia ketika mendengar kita hidup seperti ini, dia juga harus melihat cara hidup kita diluar itu sama dengan apa yang mereka dengar di dalam gereja.Pada waktu kita hidup di dalam gereja seperti orang yang rajin melayani yang satu dengan yang lain, meperhatikan yang satu dengan yang lain dalam kehidupan di dalam gereja. Pada waktu kita sampai di rumah, istri kita dan anak-anak kita atau suaminya harus melihat kita adalah orang yang begitu, yang melayani mereka, yang mengasihi mereka, yang memperhatikan mereka, yang mencintai mereka sampai kematian memisahkan. Itu harus ada dalam kehidupan kita, apa yang dilihat orang di dalam gereja, itu harus sama dengan apa yang dilihat orang diluar gereja, apa yang dikatakan orang mengenai diri kita di dalam gereja, itu juga harus dikatakan orang diluar gereja mengenai diri kita tidak bisa berbeda, kalau berbeda itu sama dengan kita sakit rohani. Karena Tuhan berbicara, kita adalah manusia baru yang diberikan Roh KudusNya ketika kita percaya kepada Kristus. Tadi saya katakan, orang yang sudah memiliki Iman di dalam Kristus, Roh Kudus tinggal di dalam diri dia secara permanen? Atau Roh Kudus baru datang di dalam dia kalau dia masuk ke ruang gereja? Atau Roh Kudus baru tinggal di dalam diri dia pada hari Pentakosta? Tidak kan? Waktu dia keluar dari pintu gereja, Roh Kudus masih ada di dalam diri dia tidak? Ada. Mau Pentakosta mau tidak, begitu dia percaya Krisus, Roh Kudus tetap tinggal di dalam diri orang itu. Karena itu, mungkin tidak kita menjadi manusia lama diluar manusia baru di dalam? Jawabannya tidak mungkin.

Karena itu,Bapak,Ibu,Saudara yang dikasihi Tuhan, ketika kita menjadi orang yang mengerti doktrin dan aplikasi, kita harus mengerti, setiap Iman pengajaran yang kita pegang itu adalah sesuatu yang harus kita hidupi sekarang ini,  baik di dalam gereja ataupun di luar daripada gereja. Apa yang kita katakan, itu harus kita lakukan, baik itu di dalam gereja ataupun di luar dari gereja Tuhan. Itu namanya kehidupan dari manusia baru.Saya akhiri khotbah sampai di sini, ini adalah garis besar tadi yang saya ulangi, yang kita akan lihat satu per satu mulai minggu depan dari Pasal 4 ayat 17 dan seterusnya secara lebih detail apa yang dimaksud oleh pikiran yang sia-sia, kehidupan yang diluar daripada orang yang dilahirbarukan sampai seterusnya sampai kita menghabiskan surat Efesus ini. Mari kita masuk di dalam doa.

Kembali kami bersyukur Bapa untuk firman-Mu, untuk kebenaran-Mu. Kami sungguh merasa berterima kasih dan tiada henti mengagumi Engkau atasa apa yang menjadi kebenaran-Mu yang boleh Engkau nyatakan dalam kehidupan kami, dan juga apa yang Engkau telah perbuat dalam kehidupan kami, dan bagian apa yang Engkau inginkan untuk kami kerjakan dalam dunia ini, yaitu sebagai saksi-Mu yang tidak bercacat dan kudus. Kami sungguh bersyukur Bapa, untuk hal-hal penting yang luar biasa ini, yang Engkau percayakan dan Engkau libatkan kami di dalamnya. Kiranya Engkau boleh pimpin kehidupan kami anak-anakMu sehingga dalam kehidupan kami, kami boleh sungguh-sungguh menjadi orang yang seperti Kitab Suci-Mu nyatakan, terus bertumbuh dalam kekudusan menuju kepada Kristus, terus bertumbuh dalam iman menuju kepada kesempurnaan, terus bertumbuh dalam kebenaran seperti kebenaran yang telah Kitab Suci-Mu nyatakan bagi diri kami. Kembali kami bersyukur dan berdoa hanya dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Comments