Hidup dalam Hikmat Allah, 28 April 2019

Ef. 5:15

Pdt. Dawis Waiman, M. Div.

Saudara, hari ini kita akan merenungkan dari Efesus 5:15, tapi kita boleh membaca dari ayat yang ke 15 – 17. Kita baca ketiga ayat ini secara bersama-sama ya, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”

Pada waktu kita melihat kepada kehidupan dunia ini, maka Alkitab melihat dunia berbeda daripada orang dunia melihat kepada keadaan dunia dan hidup mereka sendiri. Orang dunia, ketika melihat kepada diri mereka sendiri, mereka merasa bahwa mereka adalah orang yang berbijaksana, berhikmat dan mereka adalah orang yang bahkan dengan hikmatnya itu mereka tidak membutuhkan Kristus dalam kehidupan mereka. Tapi pada waktu kita kembali kepada Kitab Suci, kita melihat bahwa Alkitab bertolak belakang sekali di dalam melihat kondisi manusia yang ada di dalam dunia ini. Alkitab melihat bahwa manusia dalam dunia ini ada di dalam suatu kehidupan yang bodoh atau kehidupan yang bebal. Mereka, maksudnya adalah, mereka ketika terlahir ke dalam dunia, mereka adalah orang-orang yang sudah memiliki kerohanian yang mati, orang yang berdosa di hadapan Tuhan Allah, sehingga ketika mereka melihat hal-hal yang bersifat rohani, dan melihat hal-hal yang bersifat duniawi, mereka tidak bisa mengerti hal-hal yang bersifat rohani itu. Yang mereka bisa lihat itu adalah hal-hal yang bersifat duniawi, dan hal-hal yang berkaitan dengan apa yang menjadi interest pribadi mereka masing-masing, bukan apa yang menjadi interest Tuhan atau kepentingan Tuhan dalam kehidupan mereka.

Di dalam surat Korintus, ada satu ayat yang Paulus katakan: orang duniawi itu tidak bisa mengerti apa yang menjadi hal-hal yang rohani, kecuali kalau dia mendapatkan anugrah dari Tuhan baru dia bisa mengerti hal-hal yang rohani dalam kehidupan dia. Ini adalah kondisi manusia yang ada di dalam dunia ini. Jadi, kalau kita berharap, orang-orang dunia bisa memiliki pengertian akan etika hidup orang Kristen, akan nilai hidup orang Kristen, dan akan pengorbanan hidup orang Kristen, dan bahkan bahwa Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat bagi manusia; saya percaya itu adalah hal yang tidak bijaksana kalau kita berpikir orang dunia bisa menghidupi cara hidup orang Kristen dan memiliki pengertian akan nilai-nilai kehidupan orang Kristen. Karena bagi mereka, kehidupan yang berkorban bagi diri, berkorban untuk Tuhan, berkorban untuk orang lain, supaya mereka bisa lebih bertumbuh dan maju daripada kepentingan diri, baik kepada orang yang jahat kepada kita, misalnya, itu adalah hal yang sepertinya merugikan diri kita sendiri. Lalu untuk apa kita memiliki kehidupan yang seperti ini? Tapi saya percaya, orang dunia itu memiliki suatu konsep yang tidak bisa memahami semua ini, disebabkan karena mereka memang dari awal itu adalah orang-orang yang sudah terpisah dari Tuhan Allah tanpa memiliki hikmat akan Tuhan itu seperti apa. Tetapi orang-orang yang bijaksana, orang-orang Kristen, orang-orang yang sudah diperdamaikan dengan Kristus, itu adalah orang-orang yang memiliki suatu kehidupan, prinsip dan nilai yang sesuai dengan hukum Tuhan.

Bodoh di dalam definisi Alkitab, itu pengertinya bukan: “Oh orang itu kurang pandai, orang itu kurang pendidikan sehingga dia harus dididik dengan suatu pengetahuan yang banyak sehingga dia menjadi orang yang pandai.” Tetapi Alkitab mendefinisikan orang bodoh itu adalah orang yang terpisah dari Allah, dan orang yang tidak bisa mengaplikasikan prinsip kebenaran firman Tuhan di dalam kehidupan dia. Itu adalah orang yang bodoh. Sehingga orang yang bijaksana, orang yang arif, atau orang yang berhikmat, itu adalah orang yang tahu bagaimana caranya menerapkan firman Tuhan di dalam kehidupan dari diri dia, atau di dalam situasi-situasi yang dia hadapi dalam kehidupan dia. J.I. Packer itu mengatakan, memberi ilustrasi seperti ini: Ketika kita berkata mengenai hikmat, hikmat itu apa? Hikmat itu seperti seseorang sedang mengendarai mobil. Pada waktu dia mengendarai mobil, dia tahu kapan harus cepat, kapan harus lambat, kapan harus belok kanan, kapan belok kiri. Kapan menghindari lobang, kapan harus jalan lurus kalau jalanan itu adalah jalanan yang lurus dan baik, seperti itu. Jadi pada waktu dia melihat mobil depan itu memperlambat kecepatannya, dia tidak terus menerus injak gas, tetapi dia mengangkat gas dan bahkan mengerem. Pada waktu dia lihat ada lobang depan jalan, dia langsung menghindar, dia tidak terobos dan menabrak lobang itu. Pada waktu dia melihat jalanan belok ke kiri, dia tidak ikut belok kanan atau lurus, tapi dia ikuti jalan ke kiri. Itu orang yang berbijaksana. Jadi, dia tahu kapan menerapkan sesuatu kebenaran di dalam kondisi yang tepat, yang dia sedang hadapi dalam kehidupan dia. Atau kalau kita bicara mengenai iman Kristen adalah, dia mengerti bagaimana menerapkan kebenaran-kebenaran firman di dalam kehidupan dia dan kondisi yang dia alami dalam kehidupan dia, apakah dalam kondisi yang baik ataupun dalam kondisi pergumulan, ataupun dalam kondisi mau pengambilan keputusan dan yang lain-lain. Dia mengerti bagaimana menerapkan firman dalam kehidupan dia. Itu adalah orang yang bijaksana. Nah orang bodoh yang tidak bisa seperti ini ya, orang bebal ya.

Alkitab memberikan beberapa ciri khas daripada orang-orang bebal atau orang-orang bodoh bagi kita sehingga kita paling tidak membedakan apa perbedaan tersebut secara lebih jelas ya. Misalnya di dalam Mazmur 14:1, Saudara bisa lihat, di situ Alkitab berkata, “Orang bodoh atau orang bebal adalah orang yang berkata: Tidak ada Allah di dalam kehidupan mereka, atau di dalam dunia ini, atau istilah nya adalah mereka pertama-tama adalah tidak mengakui keberadaaan Allah. Apakah karena Allah tidak ada? Saya percaya bukan karena itu, karena Alkitab berkata bahwa setiap orang atau manusia tahu bahwa Allah itu ada tetapi persoalannya adalah mereka tidak mau mengakui keberadaan Allah. Jadi pengertiannya adalah ini bukan suatu penolakan bersifat teoritis, atau sesuatu penolakan yang betul-betul didasarkan kepada suatu pembuktian yang nyata, bahwa Allah itu tidak ada, tetapi orang bebal itu adalah orang yang hidupnya secara praktika tidak mau mengakui atau memiliki kehidupan yang seperti tidak ada Tuhan yang mengatur kehidupan dia, jadi secara hati dia telah ber-Tuhan tapi realita keputusan kehidupan dia, cara hidup dia, pengambilan keputusan, dan segala sesuatu sepertinya tidak ada Tuhan yang mengatur kehidupan dia, itu adalah orang yang bebal atau orang yang bodoh. Tapi Alkitab tidak berhenti sampai di sini ya, Alkitab mengajak kita melihat kebodohan atau kehidupan yang tidak bijaksana atau suatu kehidupan yang dikatakan sebagai kehidupan yang seperti orang bebal ini dikatakan juga adalah sebagai kehidupan yang melihat diri sendiri sebagai Tuhan. Misalnya di dalam Amsal 12:15 di situ Amsal menuliskan seperti ini, “Orang yang bodoh melihat jalan hidupnya , jalannya sendiri sebagai jalan yang benar, dia tidak memiliki satu standar hukum dimana jalan Allah, atau perkataan Allah sebagai suatu perkataan yang benar, tetapi dia melihat bahwa apa yang menjadi keputusan dia, apa yang menjadi penilaian hidup dia, itu adalah sesuatu kebenaran, dan dia tidak butuh kebenaran yang bersumber dari Allah,” atau istilah lainnya adalah dia menganggap dirinya sendiri yang memiliki kontrol terhadap hidup dia, atau dia adalah Tuhan atas kehidupan dia sendiri, itu adalah orang bebal. Pertama, dia tidak mau mengakui ada Tuhan. Kalau dia tidak mengakui ada Tuhan, betul tidak Tuhan menjadi tidak ada? Betul tidak dia tidak perlu menyembah siapa pun dalam dunia ini? Alkitab berkata tidak, orang ketika dicipta, dia dicipta dengan suatu hati yang menyembah, kalau dia menolak untuk menyembah Allah, maka dia mencari obyek-obyek lain untuk disembah. Lalu siapa yang dia sembah? Salah satunya adalah diri dia sendiri yang dia sembah dan puja sebagai Tuhan, orang yang berbijaksana, orang yang berhikmat, orang yang pandai, orang yang bahkan memiliki kuasa untuk mengatur kehidupannya sendiri, yang tidak membutuhkan Tuhan dalam kehidupan dia. Makanya di dalam Amsal bilang  orang bebal itu atau orang bodoh itu adalah orang yang menganggap jalannya sendiri benar, dia tidak ada satu sikap hati, kerendahan hati untuk konsultasi dengan Tuhan atau mencari tahu apa yang menjadi kebenaran firman untuk menuntun kehidupan diri dia.

Selain itu, yang ketiga adalah, orang bebal juga dikatakan sebagai orang yang mencemooh dosa. Saudara boleh buka Amsal 14:9, saya sebut ayat mungkin saya nggak buka, tapi Saudara boleh buka ayat-ayat tersebut. Amsal 14:9, “Orang bodoh mencemoohkan korban tebusan, tetapi orang jujur saling menunjukkan kebaikan.” Orang bodoh merasa dirinya tidak butuh korban persembahan, dia melihat dirinya itu sebagai orang baik, orang yang benar, orang yang layak di hadapan Tuhan, dia tidak melihat sebagai sesuatu yang serius, bahkan dia meremehkan dosa dalam kehidupan dia, atau bahkan mempermainkan dosa. Tetapi saya percaya orang arif tidak seperti ini ya, tapi ini yang dikatakan sebagai karakteristik dari pada orang yang bodoh, bahkan ketika dia hidup, saya percaya kehidupan dia tidak menjadi berkat,  tetapi justru akan mengakibatkan suatu pengaruh yang makin merusak, baik itu dari kehidupan dari keluarga dia, dari masyarakat, kalau dia memiliki posisi yang tinggi dalam sebuah masyarakat, yaitu sebagai guru misalnya, maka dia akan mengakibatkan efek yang lebih merusak dari kehidupan manusia dari pada suatu kehidupan yang bertobat kepada Tuhan. Jadi orang yang bebal atau orang yang bodoh bisa dikatakan sebagai orang yang hidup menurut standar mereka sendiri dan bukan hidup menurut standar Tuhan; atau istilah lainnya adalah mereka adalah orang yang hidup menurut hikmat mereka sendiri bukan menurut hikmat dari pada Tuhan Allah.

Nah pada waktu kita berbicara seperti ini , ada konsekuensi tidak dari pada kehidupan orang-orang bebal atau bodoh ini? Saya percaya Alkitab sudah memberikan peringatan yang begitu baik, begitu jelas, begitu keras sekali mengenai kehidupan orang-orang yang bebal ini. Kalau Saudara coba buka Amsal 1:7, itu adalah satu ayat yang terkenal sekali, yang sering kali kita hafal ya, “Takut akan Tuhan adalah permulaan akan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Tapi Saudara boleh baca terus ke dalam ayat yang ke-20, “Hikmat berseru nyaring di jalan-jalan, di lapangan-lapangan ia memperdengarkan suaranya, di atas tembok-tembok ia berseru-seru, di depan pintu-pintu gerbang kota ia mengucapkan kata-katanya. “Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan? Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu. Oleh karena kamu menolak ketika aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika aku mengulurkan tanganku, bahkan, kamu mengabaikan nasihatku, dan tidak mau menerima teguranku,” ayat 26 kita baca bersama-sama, “maka aku juga akan menertawakan celakamu; aku akan berolok-olok, apabila kedahsyatan datang ke atasmu, apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai, dan celaka melanda kamu seperti angin puyuh, apabila kesukaran dan kecemasan datang menimpa kamu,” ayat 28 kita baca bersama-sama, “Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku.” Saudara, Amsal berkata, Tuhan itu adalah Tuhan yang penuh dengan kemurahan, Tuhan itu adalah Tuhan yang penuh dengan kasih, ingin orang-orang yang berdosa kembali kepada diri Dia. Melalui cara bagaimana? Dia memperdengarkan hikmat-Nya di jalan-jalan, Dia memperdengarkan suara berseru supaya orang kembali kepada diri Dia dan tidak jalan menurut jalan kehidupan dia sendiri; tidak jalan menurut kehidupan yang berdosa atau cara-cara orang duniawi yang mengumbar hawa nafsu mereka, yang menolak Allah, yang tidak mau mengakui Allah dalam kehidupan mereka. Tapi ketika mereka terus menolak Allah dalam kehidupan mereka, suatu hari ketika mereka kembali kepada Allah dan tidak mau mempedulikan panggilan Tuhan dalam kehidupan mereka, Alkitab berkata, jangan kira Tuhan akan menerima orang tersebut, Tuhan akan menolak orang itu. Saudara, saya yakin ini adalah suatu statement yang mengertikan sekali ya. Saya percaya ini bukan menyatakan bahwa Allah itu jahat. Kenapa Allah mau menolak orang yang mau kembali kepada diri Dia? Tetapi Alkitab menyatakan, kita harus melihat Allah itu sebagai Allah yang berdaulat. Saudara, keputusan Saudara bisa kembali ke Tuhan atau tidak itu bukan keputusan kita, tetapi itu adalah karunia Tuhan dalam kehidupan kita. Dan Tuhan pun miliki satu hak untuk mau menerima kita atau menolak kita. Siapa yang mau Dia selamatkan, siapa yang mau Dia sadarkan akan dosa untuk kembali kepada Dia, siapa yang Dia tidak mau sadarkan, itu adalah di dalam kedaulatan Tuhan Allah, bukan di dalam kebijakan kita, bukan di dalam pendirian kita atau keputusan kita. Kontrolnya bukan di kita, tetapi di tangan Tuhan.

Saya harap pengertian ini boleh menjadi sesuatu yang kita sungguh-sungguh pahami karena banyak orang mengira jalan hidup dia ada di dalam tangan dia sendiri termasuk orang Kristen, kalau kita nanti lihat di bagian belakang, orang Kristen bisa jatuh ke dalam suatu kehidupan seperti orang bodoh atau orang bebal juga. Dia mengira dia punya waktu itu ada di dalam tangan dia, dia punya kesempatan itu ada di dalam tangan dia sendiri, tergantung dia yang memutuskan kapan mau mendekati Tuhan kapan tidak, cara mendekati Tuhan seperti apa yang seharusnya dia lakukan dan bukan menurut cara Tuhan, tetapi keputusan itu dari cara dia sendiri. Dia pikir itu adalah bijaksana. Tapi Saudara, ketika kita membaca bagian ini, Amsal berkata, ketika orang itu mau kembali kepada Tuhan, Tuhan menolak mereka dan Tuhan diam diri dan tidak mau menerima mereka, itu berarti bukan di dalam tangan kita. Nanti waktu kita membahas bagian yang Efesus 5: 16, di situ dikatakan, orang yang bijaksana itu tahu waktu dia terbatas dan dia menggunakan waktu dia itu, yang terbatas itu, dengan sebaik-baiknya. Saya percaya pada waktu kita mengerti bahwa hikmat, bahwa kehidupan di dalam kebenaran Kristus itu ada di dalam tangan Tuhan, bukan di dalam tangan kita, kita akan menjadi orang yang lebih berbijaksana dan bukan menjadi orang yang terus menerus hidup di dalam kehidupan yang seolah-olah tidak ada Tuhan, tidak perlu takut kepada Tuhan, tidak perlu memiliki suatu kehidupan yang menjalin relasi atau hidup sesuai dengan prinsip Tuhan atau tidak dalam kehidupan kita.

Sebenarnya Amsal itu adalah suatu kitab yang membawa kita untuk hidup senantiasa di dalam suatu kesadaran bahwa Tuhan yang mengatur kehidupan kita, dan kita perlu tunduk kepada Tuhan. Ada satu bagian dari Amsal itu yang menyatakan, baik itu kaya, ataupun miskin, itu bersumber dari Tuhan Allah. Berarti apa? Di dalam kita menjalani hidup ini, kita harus senantiasa melihat bahwa Tuhanlah yang memberkati segala sesuatu. Tuhanlah yang memimpin jalan kehidupan kita. Dan di situ kita perlu memiliki suatu kehidupan yang mengutamakan Tuhan atau mendahulukan kepentingan Tuhan daripada segala sesuatu yang lain. Saudara, dalam kondisi seperti ini, dalam kondisi manusia yang berdosa, bagaimana mereka bisa menjadi orang yang arif? Dan pada waktu dia menjadi orang yang arif, apakah kearifan atau kebijaksanaan yang dia miliki itu adalah suatu kebijaksanaan yang cukup untuk menuntun kehidupan dia? Saya percaya Alkitab berkata, orang yang bodoh itu, yang bebal itu, untuk bisa menjadi orang yang arif dan bijaksana, yang menjadikan mereka arif dan bijaksana itu bukan dari diri mereka sendiri, tetapi dari keselamatan yang Tuhan Yesus berikan dalam kehidupan mereka. Saudara boleh buka 2 Timotius 3:15. “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.” Atau istilah lainnya adalah, apa yang membuat kita memiliki hikmat, memiliki bijaksana? Kita bisa katakan, ketika kita mengikuti jalan yang diajarkan oleh Kitab Suci kita, yang membawa kita kepada keselamatan, itu adalah kebijaksanaan dan hidup. Atau istilah lainnya lagi adalah, ketika seseorang diselamatkan, keselamatan itulah yang memberikan kebijaksanaan dan hikmat kepada seseorang.

Jadi Saudara, maksud saya bagaimana? Maksudnya seperti apa ya? Maksudnya adalah, pada waktu kita bicara mengenai orang yang arif, orang yang berbijaksana, kita punya konotasi itu sering kali adalah orang yang bijaksana adalah orang yang rambutnya putih. Maksudnya adalah, dia makin berusia, dia makin tua, dia makin beruban, maka dia makin berbijaksana dalam kehidupan dia karena pikiran kita adalah dia makin berpengalaman. Tetapi realita dalam kehidupan ini menyatakan berbeda. Saya sering kali bertemu dengan orang-orang yang punya pengetahuan yang banyak sekali tetapi kehidupan dia sebenarnya tidak menunjukkan ada kebijaksanaan di dalamnya. Saya kadang-kadang bertemu dengan orang yang sudah senior tapi keputusan dia tidak menunjukkan kebijaksanaan di dalamnya. Jadi pada waktu kita kembali kepada Kitab Suci, apa yang dimaksud dengan yang bijaksana dan hikmat itu, seorang yang arif itu? Kearifan yang dinyatakan oleh Kitab Suci satu hal yang penting yang pertama yang harus kita pegang adalah itu bukan hasil dari sebuah proses yang kita tuntut dalam kehidupan kita untuk menjadi orang yang berbijaksana. Saudara, khususnya di dalam hal-hal rohani nggak ada orang yang mampu membuat dirinya berbijaksana kecuali Tuhan yang membuat orang itu berbijaksana, atau istilahnya hikmat dan bijaksana itu adalah karunia dari Tuhan Allah kita, bukan sesuatu yang bisa diusahakan dalam hidup kita. Makanya di dalam bagian ini Paulus berkata orang yang diselamatkan itu adalah orang yang mengerti kebenaran Kitab Suci, mengerti hikmat dari pada Tuhan Allah. Dan tentunya kalau kita bandingkan bagian lain, kita bisa lihat orang bisa mengerti kebenaran itu sehingga dia dibawa kepada keselamatan itu karena Tuhan bekerja dalam hati dia untuk menyadarkan melihat yang bodoh bagi dunia itu sebagai sesuatu kekuatan Allah yang menyelamatkan kehidupan dia.

Tapi Saudara, bukan ini bukan berarti bahwa hikmat tidak mengalami proses. Hikmat tetap ada proses nya. Pertama memang itu ada karunia Tuhan, tetapi kita setelah mendapatkan karunia Tuhan di dalam hikmat perlu tidak menuntut diri dalam bertubuh hikmat? Saya percaya kita perlu, karena itu di dalam Yakobus dikatakan orang yang merasa dirinya kekurangan hikmat dia harus berdoa meminta kepada Tuhan untuk diberikan hikmat dalam kehidupan dia. Jadi satu sisi kita perlu anugerah dulu untuk kita bisa memiliki hikmat, tetapi pada waktu kita menerima karunia untuk mengerti hikmat itu karunia itu tidak akan menghentikan kita dan membuat kita puas diri dengan apa yang kita sudah miliki itu tapi karunia itu akan membuat kita terus menuntut ingin hikmat yang lebih jauh, lebih besar, lebih mendalam lagi dan itu membuat kita berdoa kepada Tuhan minta Tuhan karunia kan hikmat bagi kehidupan kita. Saya percaya hikmat itu penting sekali, hikmat di dalam menjalani apa yang menjalani kehidupan kita di tengah-tengah dunia ini. Dan saya percaya tidak ada sesuatu pun yang kita lakukan dalam kehidupan kita yang tidak membutuhkan hikmat. Saudara mau berkomunikasi dengan orang, saudara butuh hikmat toh? Orang tipe ini bagaimana bicara, orang tipe itu bagaimana berbicara. Saudara mau mengambil suatu keputusan menyelesaikan suatu masalah yang terjadi diantara orang dengan orang, Saudara pun butuh hikmat. Bagaimana solusinya, bagaimana berbicara kepada mereka, bagaimana mengerti apa yang menjadi pergumulan mereka, itupun butuh hikmat. Saya percaya tidak sesuatu yang kita alami dalam kehidupan kita yang tidak membutuhkan hikmat sama sekali karena itu hikmat menjadi unsur yang penting. Dan untuk bisa berhikmat Alkitab berkata hal pertama adalah takut akan Tuhan. Jadi kalau kita punya kehidupan yang sudah menolak Tuhan saya yakin di dalam jalan pengambilan keputusan kita tidak memiliki hikmat di dalamnya, tapi ketika kita memiliki takut akan Tuhan saya percaya kita akan menjadi orang yang lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan kita. Tapi itu baru awal bukan akhir.

Misalnya ambil contoh seperti ini ya. Ada orang yang punya ambisi atau dorongan yang kuat sekali untuk olahraga. Lalu demi kesenangannya untuk bisa mengolah tubuh, karena dia berpikir bahwa itu adalah hal yang penting dan utama bagi kesehatan, maka dia berolahraga terus dalam hidup dia. Dia kejar perjuangan dalam olahraga itu. Penting nggak olahraga? Penting ya. Seberapa penting sih? Bahkan lebih penting daripada baca firman kadang. Ada orang bisa menghabiskan waktu berjam-jam berolahraga bisa tapi baca Alkitab setengah jam aja tidak bisa. Ada orang yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berdandan, baca Alkitab sebentar saja tidak bisa. Tapi kita balik lagi kepada olahraga ya. Olahraga penting nggak? Penting sih ya. Untuk jaga kesehatan. Seberapa penting? Mungkin kita akan ngomong sangat penting sekali bagi orang yang mementingkan olahraga. Tetapi saya tanya, olahraga betul nggak bisa menjaga kebugaran terus agar terus tetap bugar? Alkitab bilang realita tidak bisa. Saya ambil contoh ini bukan untuk bicara sesuatu menjelekkan orangtua atau apa ya. Papa mama saya orang yang takut Tuhan tapi mereka juga sangat utamakan olahraga. Mereka suka olahraga pernapasan Indonesia, PORPI ya. PORPI itu Persatuan Olahraga Pernapasan Indonesia. Dan mereka juga suka sekali taichi ya. Kadang-kadang ikut lomba kesana kemari. Papa mama saya itu dapat piala taichi cukup banyak. Suatu hari mama saya itu jalan, mendadak mengalami semuanya baik-baik sih tapi suatu hari ketika dia bangun tidur, dia duduk di pinggir ranjang dan mendadak sarafnya kejepit. Padahal kemarin masih sehat sekali lho. Tapi bangun pagi mendadak itu kejepit. Sakit sekali nggak bisa apa-apa. Akhirnya kemudian terapi. Waktu terapi disuruh fisioterapi lalu di kolam renang latihan olahraga seperti itu untuk meringankan tekanan di bawah tulang belakang ini ya. Dan pada waktu keluar dari air sempat jatuh di pinggir kolam renang lagi. Saya khawatir waktu itu. Makanya saya sempat pulang ke Palembang untuk lihat keadaannya beberapa saat lalu kalau Saudara masih ingat ya. Karena apa ? Pada waktu itu ketika jatuh, tangan pergelangannya itu tertekuk, lalu kepalanya kebentur lantai. Usianya berapa ? Sudah tujuh puluhan. Saudara, yang kita bayangkan kira-kira apa yang terjadi waktu orang tua berusia tujuh puluhan jatuh ? Saya pikir : “Waduh gawat ini, bisa patah kali.’’ Karena apa ? Pengalaman, misalnya Oma Tanti jatuh di kamar mandi. Begitu jatuh, tulang paha patah. Ada orang lain lagi yang saya lihat jatuh di usia tua, begitu jatuh langsung tulang patah. Salah satunya adalah mamanya Ibu ini ya…, Ibu Nana, Ibu Rio ya… Dia ditabrak motor ya pertama ya, jatuh dari motor, langsung patah tulangnya. Saya, bayangan saya, kalau mama jatuh kebentur lantai, tangan keseleo kena ketimpa tubuh, atau kaki salah satu yang  ketimpa tubuh, jatuh kayak gitu, karena terpeleset, bisa-bisa tulang kepala retak, pergelangan tangan patah, atau kaki juga patah. Tapi pada waktu saya tanya, saya lihat kondisinya, ternyata nggak apa-apa lho, nggak ada satu tulangpun yang retak dan patah. Kenapa ? Ternyata karena suka olah raga, suka konsumsi kalsium, ternyata mama saya nggak mengalami osteoporosis di dalam usia tujuh puluhan tahun. Masih utuh. Karena apa? Mungkin karena menjaga kesehatan. Tetapi kesehatan betul tidak, bisa menjaga kita dan memelihara seluruh keadaan tubuh kita? Realitanya tidak. Mama saya mengalami saraf kejepit, yang ketika diperiksa, dikatakan itu karena penuaan. Karena faktor usia, sehingga ada pengeroposan, atau bukan pengeroposan, pengikisanlah ya di tulang belakang ini, sehingga sarafnya itu kejepit. Jadi Saudara, saya percaya, olah raga sesehat apapun, sebaik apapun, setekun apapun itu, tidak bisa memperpanjang usia kita, atau tidak bisa membohongi kalau kita itu sudah tua. Pak Mika sendiri bilang, dia suka sekali bersepeda ya. Ketika dia masuk kepala empat, dia langsung ngomong : “Waduh, beda ya kepala tiga kalau bersepeda dengan kepala empat. Kepala empat itu jauh lebih capek ternyata bersepeda daripada waktu saya berkepala tiga.”

Jadi usia itu tidak bisa dibohongi. Kita makin hari makin tua. Sebaik apapun kita berolahraga tetap akan membawa kita masuk ke dalam penuaan, degenerasi itu akan kita alami dalam kehidupan ini, kita tidak bisa selalu awet muda. Tetapi kalau orang yang mengutamakan olah raga, dia akan terus mengejar bagaimana memuaskan diri dia dari aspek olah raga, karena dia anggap itulah satu-satunya jalan untuk mempertahankan kehidupan ini mungkin, kesehatan dia. Tetapi kita yang mengerti takut akan Tuhan, kita tahu manusia ada batasnya. Kita tetap harus mengutamakan hal yang kekal lebih daripada hal yang duniawi dalam kehidupan kita dan kesehatan kita. Makanya Paulus pernah berkata di dalam Surat Timotius, “Latihan badani itu penting tetapi latihan rohani itu jauh lebih penting daripada kita melatih tubuh kita atau mengolah tubuh kita.” Ini salah satu contoh ya, antara orang yang berhikmat dengan orang yang kurang berhikmat di dalam kehidupan dia ketika dia menjalani kehidupan ini.

Nah Saudara, jadi pada waktu kita melihat pada hikmat, saya percaya kalau kita mengandalkan bijaksana sendiri nggak mungkin kita memiliki kehidupan kekal kecuali Tuhan karuniakan hikmat itu bagi kehidupan kita. Dan hikmat harus terus bertumbuh, dan saya harap kita terus menuntut untuk bertumbuh di dalam hikmat dalam kehidupan kita ya. Sekarang, pada waktu kita bicara mengenai hikmat ini, Efesus berkata bagaimana kita harus menjalani kehidupan kita sebagai orang yang berhikmat ini. Di dalam ayat 15, di sini Paulus berkata kita harus dengan seksama di dalam menjalani kehidupan kita. Maksud “seksama” ini apa? Istilah seksama itu sendiri berarti suatu jalan yang tepat, yang hati-hati, yang peka, yang tidak sembarangan, yang mengerti keadaan yang kita alami. Jadi pada waktu kita diminta untuk berjalan dengan seksama, “jalan” sendiri itu berarti merupakan suatu kegiatan yang sehari-hari kita jalani di dalam kehidupan kita. Nah pada waktu kita menjalani hal-hal yang sehari-hari itu, Paulus bilang, kita harus dengan ketepatan, dengan kehati-hatian, dengan kepekaan, dengan mengetahui situasi di sekitar kita untuk menjalani hidup ini. Itu adalah orang bijaksana. Atau istilah lainnya adalah dia tidak menjadi orang yang mungkin sembarangan atau sembrono atau berpikir bahwa apapun dia bisa lakukan dalam kehidupan dia menjadi bukan orang yang Kristen tetapi di dalam setiap hal dia menguji apa yang dia lakukan dan jalani itu adalah sesuatu yang berkenan di hadapan Tuhan atau tidak? Saudara, dunia ini penuh dengan jebakan, dunia ini penuh dengan godaan iblis untuk supaya kita bisa jatuh ke dalamnya. Saudara nggak usah jauh-jauh, di rumah saja begitu banyak hal yang bisa membuat kita jatuh dalam dosa dan mulai meninggalkan Tuhan. Tapi sebagai orang yang berbijaksana, yang Tuhan sudah karuniakan bijaksana untuk kita bisa hidupi dalam kehidupan kita, saya pikir kita perlu berhati-hati di dalam hidup, kita perlu memiliki kepekaan untuk bisa melihat keadaan yang ada di sekitar kita, kalau kita masuk ke dalamnya itu membuat kita justru hidup dalam kehidupan yang makin bebal, kebodohan, atau suatu kehidupan yang berbijaksana di hadapan Tuhan?

Alkitab mencatat ada beberapa ciri dari orang Kristen, walau sudah menjadi Kristen, ada kemungkinan kita bisa menjadi orang yang tidak percaya Tuhan juga, ada kemungkinan kita bisa menjadi orang yang tidak taat dalam kehidupan kita, ada kemungkinan kita bisa menjadi orang yang lebih mengingini hal-hal yang bersifat duniawi atau keinginan daging kita untuk dipuaskan. Ada kemungkinan kita melakukan atau mengambil suatu keputusan yang salah dalam kehidupan kita. Dalam kondisi ini, bagaimana untuk bisa menghindari itu semua? Saya percaya solusinya adalah kita berhati-hati. Kita minta Tuhan kasih kepekaan. Kita nggak sembarangan mengikuti hawa nafsu kita dan emosi kita di dalam pengambilan keputusan, tapi kita betul-betul mengujinya dengan baik terlebih dahulu. Ada penafsir yang berkata seperti ini ya, orang bebal atau orang  bodoh itu adalah orang  yang lebih utamakan emosinya daripada pikirannya. Orang bodoh itu adalah orang yang lebih utamakan nafsunya atau keinginannya untuk dipenuhi daripada kebenaran firman Tuhan. Pengetahuan  sendiri tidak menjadikan orang berhikmat. Tapi orang  yang berhikmat membutuhkan pengetahuan. Nah orang yang berhikmat tahu dia menempatkan kehidupan  dia, keputusan dia, emosi dia, apa ini, keinginan dia di bawah kebenaran firman Tuhan. Termasuk salah satunya lagi adalah orang bebal  atau orang bodoh adalah orang yang ketika memutuskan sesuatu memutuskan secara seimbang tapi berat sebelah. Itu orang yang kurang arif, kurang bijaksana. Tetapi orang yang arif ketika dia mengembalikan kebenaran kepada firman. Saya harap kita menjadi orang yang bisa melihat secara lebih menyeluruh. Kita bisa mengerti bahwa apa yang menjadi kebenaran Tuhan lebih penting dan di atas daripada perasaan kita dan di atas daripada keinginan yang kita inginkan. Dari situ kita bisa ada penguasaan diri dan lebih berhati-hati di dalam pengambilan keputusan.

Siapa yang bisa hidup secara bijaksana? Bukan semua orang. Hanya orang yang punya bijaksana terlebih dahulu. Ini seperti yang Paulus katakan di dalam pasal yang sebelumnya ya. Dari pasal 4 kalau Saudara baca ya, misalnya dari pasal 4:1 itu dikatakan orang yang layak di hadapan Tuhan, sudah dilayakkan, baru bisa jalan dengan layak. Orang yang rendah hati baru bisa berjalan dengan rendah hati. Orang yang dibedakan dari dunia baru bisa berjalan dengan berbeda dari orang dunia. Orang yang sudah diberikan kesatuan baru bisa memiliki kesatuan. Orang yang memiliki kasih, baru bisa memiliki kasih dalam hidup dia. Orang yang ada di dalam terang baru bisa hidup dan berjalan di dalam terang. Dan di dalam bagian ini, ayat 15, orang yang memiliki bijaksana baru bisa berjalan dengan bijaksana. Jadi istilahnya adalah, sekali lagi saya mau bilang, bijaksana itu diberikan bukan sesuatu yang kita bisa usahakan. Dan kalau engkau atau kalau kita sudah memiliki bijaksana, hiduplah secara bijaksana di dalam dunia ini untuk menyatakan kalau kita adalah orang yang sudah diberikan bijaksana dari Tuhan Allah dan mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan. Mendisiplin diri kita demi untuk kepentingan Tuhan. Hal yang bersifat rohani itu jauh lebih penting daripada kita mendisiplin diri demi hal yang bersifat  duniawi.

Saya harap ini menjadi sesuatu yang boleh membuat kita makin menggumulkan atau merenungkan atau mengoreksi diri kita. Apakah kita adalah orang yang sudah  berbijaksana atau belum? Adakah hikmat Tuhan hidup di dalam kehidupan kita atau tidak? Sekali lagi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Tuhan tidak pernah salah, yang selalu salah itu kita. Tuhan itu maha tahu, kita itu terbatas. Tuhan itu tidak pernah ingkar janjiNya, kita itu yang selalu ingkari janji Tuhan. Tuhan itu kudus, kita itu yang berdosa. Tuhan melihat dosa itu serius, kita sering kali melihat dosa itu sebagai hal yang gampang, hal yang sepele, bukan sesuatu  yang membawa kepada maut. Saya harap kita belajar melihat dari perspektif Tuhan, atau hikmat dari Tuhan Allah, dan kita  tidak terjebak seperti orang bebal yang lihat bahwa apa yang Tuhan nyatakan dalam Kitab Suci itu adalah hal yang bodoh, hal yang tidak penting. Orang bebal menjadikan kebodohan itu hikmat dan hikmat itu sebagai kebodohan. Saya percaya orang yang bijaksana dia melihat kebodohan dari dunia itu hikmat dari Tuhan Allah, dan itu adalah sungguh-sungguh hikmat yang sesungguhnya walaupun orang dunia melihat itu kebodohan. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita ya. Mari kita masuk dalam doa.

Kami sungguh bersyukur ya Bapa, Engkau telah memberikan kepada kami karunia hikmat sehingga kami boleh dikarunikan pengertian untuk hal yang paling mendasar, hal yang paling penting, yaitu hidup di dalam hikmat, hidup di dalam takut akan Tuhan. Kami sungguh bersyukur ya Bapa, karena dasar kehidupan yang takut akan Tuhan dan mengakui keberadaan Allah itu yang menjadi dasar hidup yang berbijksana di dalam dunia ini. Kiranya Engkau boleh pimpin ya Bapa, orang-orang yang bebal, orang-orang yang bodoh, orang-orang yang tidak memiliki pengenalan takut akan Tuhan dalam kehidupan mereka. Tetapi kami boleh memperhatikan setiap langkah kaki kami, yang ketika kami berjalan dalam kehidupan kami, kami boleh senantiasa berjalan dan menyatakan kalau kami adalah orang yang berbijaksana karena kami memiliki bijaksana yang dari Tuhan Allah di dalam Kristus. Tolong pimpin kehidupan kami anak-anakMu ya Tuhan. Tambahkan bijaksana dalam kehidupan kami. Ketika kami hidup di dalam dunia ini kami boleh tetap setia di hadapan Tuhan. Tetap boleh senantiasa memuliakan Tuhan di dalam kehidupan kami melalui kehidupan kami yang kami teliti dengan cermat dan dengan hati-hati kami menjalaninya di dalam takut akan Tuhan. Sekali lagi kami berdoa bersyukur hanya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amin.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Comments