Doakanlah Kami (2), 27 November 2016

Ibr. 13:18-19


Saudara-saudara, mingggu yang lalu kita telah berbicara tentang seorang pemimpin yang tidak menjadi sombong, seorang pemimpin yang mempunyai pengakuan kelemahan, kekurangan sehingga dia perlu didukung oleh orang-orang yang lain. Saudara-saudara, kita sudah berkali-kali dari pasal ke-13 membedakan pemimpin dan penguasa. Penguasa itu adalah ruler yang mempunyai kuasa atas memaksakan kehendak orang lain untuk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pribadi. Tapi pemimpin adalah seorang yang berkorban, seorang yang menjadi contoh, seorang yang menyangkal diri, seorang yang menjalankan kesulitan-kesulitan yang ditempuh oleh pengalaman-pengalaman baru yang belum pernah dia ketahui, sesudah itu meninggalkan teladan yang baik untuk orang yang mengikuti. Saudara-saudara, jikalau satu negara banyak pemimpin tidak banyak penguasa, bangsa itu berbahagia. Di dalam satu gereja banyak penguasa tapi sedikit pemimpin, gereja itu celaka. Di dalam rumah tangga, orangtua-orangtua yang menjadi ayah, menjadi ibu, menjadi pemimpin yang baik tapi bukan hanya menjadi penguasa, anak-anak itu bahagia. Ini perbedaannya, di dalam segala organisasi, di dalam segala keadaan administrasi, di dalam negara, bangsa, masyarakat mana saja jikalau pemimpin-pemimpin itu berjiwa korban, berjiwa menyangkal diri, berjiwa berani melintasi kesulitan-kesulitan, pengalaman-pengalaman yang belum pernah dia ketahui demi menjadi contoh, demi meneruskan atau menerobos kesulitan-kesulitan sehingga boleh membawa orang lain ikut dia, itulah pemimpin-pemimpin yang baik. Dan pemimpin-pemimpin semacam ini tidak menganggap diri lebih hebat, tidak menganggap diri lebih pandai, tidak menganggap diri lebih tinggi, lebih superior daripada yang lain, tetapi dia menganggap dia sendiri perlu didukung, perlu didoakan oleh orang lain.

Saudara-saudara, bukankah manusia dicipta untuk memerintah? We are created to rule, to govern, kita diciptakan untuk memerintah tetapi pemerintahan atas manusia itu kecuali hak yang diberikan oleh Tuhan dan disetujui oleh manusia yang bersangkut paut, kalau tidak maka itu merupakan suatu perebutan hak yang tidak senonoh. Nah Saudara-saudara, kita menggabungkan kedua konsep ini, hak memerintah kepada seseorang diberikan oleh Tuhan dan disetujui oleh orang yang bersangkut paut. Dan Saudara-saudara, orang Kristen melihat kedua-dua ini sebagai sesuatu kebutuhan tetapi orang-orang demokratis hanya melihat poin yang kedua, orang-orangmonarchist dulu hanya melihat poin pertama, maksudnya orang-orang yang membela kerajaan, membela kuasa kerajaan itu, mereka selalu mengutip dari pada Roma 13:1, “semua kuasa dari Allah,” sehingga mereka menganggap mereka diberikan kuasa oleh Allah siapapun tidak boleh memberontak, siapapun tidak boleh melawan, mereka hanya mempunyai suatu kewajiban: takluk, taat, setuju dan tidak bisa apa-apa. Itu adalah zaman-zaman yang dulu, zaman demokrasi yang sebenarnya didorong, diinspirasikan, dipengaruhi oleh Alkitab melalui gerakan Reformed akhirnya dipengaruhi oleh revolusi Perancis menyeleweng menjadi antroposentris, sehingga manusia menganggap hanyalah persetujuan rakyat baru ada kuasa pemerintahan. Tetapi orang Reformed percaya kedua hal ini harus digabungkan, tanpa diizinkan oleh Allah nda ada kuasa yang sah di atas dunia ini dan tanpa Allah menggerakkan supaya orang yang bersangkut paut mempunyai persetujuan tidak boleh ada satu orang boleh memaksakan kuasanya atas orang lain. Saudara-saudara, jikalau manusia memang dicipta untuk memerintah, untuk mengatur maka itu bukan berarti kita sembarangan mengatur atas manusia yang lain karena manusia dan manusia dicipta secara equal hak asasi manusianya sehingga saya kalau mau mengatur Saudara itu perlu satu kehendak Tuhan di dala hal tertentu sehingga kau merasa dan kau rela diatur oleh yang lain. Dengan demikian demokrasi dan theokrasi bisa sejajar berjalan dengan baik-baik, seimbang, dan serasi. Saudara-saudara sekalian, pemimpin-pemimpin yang ditunjuk oleh Tuhan, diberikan kuasa, diberikan misi, diberikan visi, diberikan keberanian, dan diberikan kerohanian yang cukup untuk menjadi contoh teladan bagi orang lain. Dan kuasa yang diberikan oleh Tuhan menjadikan dia diakui bahwa ada urapan Tuhan di dalam diri dia, tetapi Tuhan tidak memaksa sehingga Tuhan menggerakkan orang untuk rela menyerahkan diri untuk dipimpin oleh pemimpin-pemimpin yang baik.

Saudara-saudara, di dalam pasal 13 tiga kali mengatakan “yang memimpin kamu,”“yang memimpin kamu,”“yang memimpin kamu.”“Pemimpin-pemimpin berjaga-jaga siang-malam untuk jiwamu, ingatlah mereka, ikutlah teladan mereka dan hargailah mereka.” Di dalam pasal 13 juga dikatakan “hormati mereka dan takluk kepada mereka.” Nah Saudara-saudara, dan di dalam pasal 13 akhir mengatakan lagi tentang pemimpin “engkau harus mengerti siapa yang memimpin engkau.” Saudara-saudara, mereka yang pernah memimpin kita menjadi orang Kristen mereka berjasa besar tetapi mereka tidak seharusnya merasa berjasa. Jikalau tidak ada orang memimpin orang lain dunia ini akan menjadi apa. Saudara-saudara, jikalau tidak ada orang yang memimpin kita, kita akan masuk ke dalam neraka. Jikalau tidak ada orang yang menunjukkan kita mengikut Tuhan Yesus, kita pasti berada di dalam kebinasaan. Jadi pemimpin-pemimpin yang baik, pemimpin-pemimpin rohani, pemimpin-pemimpin karakter, pemimpin-pemimpin moral, pemimpin-pemimpin pengertian kebenaran dan bijaksana sorgawi itu adalah orang-orang yang penting sekali di dalam berlangsungnya sejarah. Sejarah merupakan bayang-bayang dari tokoh-tokoh yang penting, sejarah merupakan bayang-bayang dari pada orang-orang yang menjadi kunci, key persons and their shadows shift the history, dan seluruh zaman itu dipimpin, dipengaruhi oleh orang-orang yang diberikan mandat oleh Tuhan untuk memberikan kuasa, memberikan pengaruh, dan lebih penting dari itu memberikan contoh dan teladan pengkorbanan dia untuk menjadi sinar yanng bercahaya dan mencerahkan orang-orang yang lain dan pemimpin-pemimpin ditunjukkan oleh Tuhan.

Penulis Ibrani mengatakan, “jangan lupa mereka memimpin kamu, takluk kepada mereka, taat kepada mereka, ingat mereka, doakan mereka dan ikut teladan mereka.” Ini semua sudah pernah kita kupas tetapi hari ini sekali lagi kita mengatakan pemimpin yang minta didoakan. Jadi ini adalah pemimpin yang tahu diri bagaimana hebatnya, bagaimana besarnya mandat yang Tuhan berikan kepada dia, dia tetap adalah orang yang lemah, dia tetap adalah orang yang mempunyai kekurangan, tetap adalah orang yang perlu didukung dengan doa. Nah Saudara-saudara, kita kadang-kadang minta orang lain, “doakan saya ya, jangan lupa doakan ya,” kalau kita minta ngomong gini orang itu mengatakan, “ya, ya, ya,” tapi lupa doakan kan? Jadi Saudara-saudara, ada orang yang bilang, “Pak Tong, doakan saya sebanyak mungkin,” saya menjawab, “tidak mungkin sebanyak mungkin doakan kamu karena yang perlu didoakan bukan kamu saja.” Saudara-saudara, kalau orang tanya, “Pak Tong, doakan saya,” saya akan berkata dalam hati saya, “Kalau saya ingat dan kalau betul-betul penting, saya doakan kamu.” Mendoakan seseorang itu merupakan sesuatu pengakuan bersama kita perlu anugerah Tuhan, kita perlu kekuatan dari Tuhan karena kita mengaku keterbatasan kita di hadapan Tuhan satu dengan lain. Aku mengaku saya terbatas, engkau mengaku engkau terbatas maka kita saling mendoakan satu dengan lain. Saudara-saudara, bagaimana dengan Paulus, apakah Paulus memiliki kelebihan sehingga dia tidak mempunyai kelemahan dan dia tidak perlu didoakan? Penulis Ibrani mengatakan, “doakan kami dan khusus doakan aku.” Paulus juga sama, sama dengan penulis dari Ibrani dia berkata kepada Efesus, “jangan lupa doakan kami supaya kami boleh berani memberitakan injil.”

Nah Saudara-saudara, pemberitaan injil memerlukan keberanian karena pemberitaan injil merupakan hal peperangan yang paling besar, paling sengit, paling bahaya di dalam pelayanan. Gereja-gereja yang tidak menginjili orang, orang Kristen yang tidak mementingkan pekabaran injil pertumbuhan rohaninya akan berhenti dan gereja itu akan berhenti pertumbuhan dan pengaruhnya di dalam dunia. Saya memimpin kebaktian Minggu, kebaktian pemupukan rohani, kebaktian kebangunan rohani, memimpin SPIK, Seminar Pembinaan Iman Kristen, memimpin KKR, memimpin penginjilan, yang paling berat itu penginjilan. Sebagai seorang hamba Tuhan saya berani berkata waktu menginjili peperangan rohani itu beratnya luar biasa sehingga lain sekali dengan khotbah PA, khotbah pentafsiran Kitab Suci, karena di dalam PA saya berbicara kepada orang-orang yang sudah menerima Tuhan, tetapi dalam penginjilan saya berbicara dengan mereka yang menjadi musuh Kristen, yang antipati kepada iman Kristen dan di belakang dia mempunyai backing yang besar, Setan melalui dia melawan iman orang Kristen. Itu sebabnya penginjilan berbeda sekali dengan semua yang lain, itu sebabnya banyak orang yang lulusan sekolah teologi tidak suka menginjili karena terlalu sulit, karena terlalu berat, karena terlalu sengit peperangan. Mereka lebih suka duduk di kantor, para-church organization, mengatur administrasi, atau lebih suka di gereja apalagi gereja yang sudah established, yang sudah kaya, yang segala sesuatu sudah menjamin. Itu namanya hamba-hamba Tuhan tapi Saudara-saudara, hamba-hamba Tuhan yang berjiwa penginjilan, yang terjun ke dalam penginjilan, yang mempunyai kesetiaan untuk penginjilan itu harus kita hargai.

Nah Saudara-saudara, di dalam peperangan-peperangan yang sengit di dalam mengabarkan injil maka Paulus berkata, “doakan saya supaya saya berani, betul-betul berani untuk mengutarakan rahasia injil, the mistery of the gospel, saya akan mengupaskan, saya akan mempaparkan, saya akan menjelaskan, membuka rahasia dari injil dan disitu dengan sendirinya juga akan membongkar rahasia dosa, rahasia Setan dan melepaskan orang dari pada tangan iblis kembali menjadi milik Tuhan Allah.” Maka perlu didoakan, perlu mendoakan penginjilan, perlu mendoakan orang-orang yang memimpin orang lain. Di sini saya melihat dia menganggap, dia berkata kepada orang-orang yang menerima surat Ibrani, “jangan lupa pemimpinmu, jangan lupa mengikuti teladan mereka,” dan dia langsung berkata, “jangan lupa doakan saya, doakan kami, khususnya doakan saya karena sayapun seseorang yang mempunyai kelemahan dan perlu didoakan.

Saudara-saudara sekalian, penulis-penulis Kitab Suci adalah penulis-penulis yang sungguh-sungguh bertanggung jawab setiap kalimat di hadapan Tuhan, dan dia berkata, “sebab kami rela megerjakan segala sesuatu dengan baik di dalam hati nurani kita.” Saudara-saudara, orang yang mengerjakan segala sesuatu berani melawan hati nurani orang itu adalah orang yang sangat bahaya dan dia akan berbuat kejahatan dan akan menjadi suatu kerugian bagi masyarakat. Tapi orang-orang yang bekerja, berbuat segala sesuatu sesuai dengan tuntutan hati nurani maka orang itu akan menjadi berkat bagi orang lain.

Saya khususnya pada minggu lalu menyinggung satu hal, teologi Reformed sama teologi Lutheran mempunyai sesuatu perbedaan sedikit dalam hal ini. Di dalam teologia Reformed, rasio takluk kepada Roh Kudus sehingga kita hidup di dalam kebenaran. Sekali lagi, rasio takluk kepada Roh Kudus sehingga kita hidup di dalam kebenaran. Rasio takluk kepada Roh Kudus, nah ini sudah beda dengan Kharismatik karena mereka tidak ada apa artinya rasio takluk kepada Roh Kudus, perasaan seperti dipimpin Roh Kudus sudah puas tetapi waktu diuji perasaan itu sesuai dengan kebenaran tidak mereka akan mengatakan, “Jangan pakai Kitab Suci karena Roh Kudus lebih besar dari Kitab Suci.” Kelihatan semua kalimat benar tapi semua tidak benar. Sehingga banyak orang yang sudah rusak di dalam tidak lagi sesuai dengan Alkitab mereka kira mereka paling rohani. Saudara-saudara, teologi Reformed menuntut rasio takluk kepada Roh Kudus sehingga apa yang kita lakukan sesuai dengan kebenaran. Dan apa itu kebenaran? Firman yang diwahyukan. Kebenaran adalah firman yang diwahyukan. Kalau apa yang tidak ada di dalam Alkitab jangan sembarangan menerima, apalagi yang melawan Alkitab engkau harus menolak. Karena dengan demikian Roh Kudus, kebenaran, rasio, dan penaklukan manusia ini 4 menjadi satu. Human submission through the revelation as the truth revealed by Holy Spirit which commits my reasoning power. Roh Kudus melalui kebenaran yang diwahyukan menaklukkan pikiran saya sehingga saya menjadi manusia yang taat. Nah ini adalah satu cara corak hidup dari pada teologi dan orang Kristen Reformed. Saudara-saudara, saya dicipta oleh Tuhan, saya diberikan rasio oleh Tuhan, saya dicipta sebagai makhluk  rasional, dan saya diberikan kebenaran melalui pewahyuan Kitab Suci oleh Roh Kudus kepada para nabi Perjanjian Lama, para rasul Perjanjian Baru, dengan demikian Tuhan—Roh—kebenaran—rasio—saya, ini semua berjalan di dalam sesuatu sistem sehingga manusia tidak mungkin menyeleweng karena Tuhan tidak mau kita sembarangan, Tuhan tidak mau kita menyeleweng, Tuhan tidak mau kita sesat dan binasa, Tuhan mau kita berjalan di dalam jalur kebenaran sesuai dengan apa yang diwahyukan.

Nah Saudara-saudara sekalian, Lutheran mempunyai sedikit perbedaan. Dia mengatakan “kita menaklukkan hati nurani kita kepada pimpinan Roh Kudus sehingga kita berjalan di dalam kebenaran. Nah Saudara-saudara, di Indonesia Lutheran sama Reformed yang sama-sama berasal dari pada Reformasi itu ada gereja-gereja masing-masing. HKBP, lalu itu GKPI dan HKA dan sebagainya itu semua adalah yang meneruskan Lutheran theology. Lalu GPIB, itu GMIM, GPM, GMIST, GKI sebenarnya meneruskan sistem Reformed, tetapi sekarang banyak orang Kristen sudah tidak peduli itu apa, pokoknya khotbahnya enak, nyanyinya enak itu sudah, lalu apa yang menjadi kerangka, apa yang menjadi dasar tulang sumsum iman Kristen semua sudah dilupakan. Saya di dalam zaman ini mempunyai tugas yang sangat berat untuk mengembalikan gereja dan satu generasi kepada prinsip-prinsip dasar dari pada Kekristenan. Saudara-saudara sekalian, disini Martin Luther mengatakan, “Hati nuraniku kalau tidak sesuai dengan firman maka aku tarik kembali semua tulisan saya. Tetapi kalau hati nuraniku dan firman Tuhan sesuai, jangan kira saya mau tarik kembali apa yang saya tulis. Here, here i stand on the Word of God, except my conscience and the Word of God are contradictory i will never withdraw what i have written.” Saudara-saudara, dengan demikian kita melihat terjadi satu terusan, satu hereditas yang indah sekali yaitu hatinya takut kepada Tuhan dan hatinya harus setuju sesuai dengan firman Tuhan yang diwahyukan maka kita taat menjadi orang Kristen yang menurut kehendak Tuhan.

Saudara-saudara, disini penulis mengatakan doakan kami karena kami selalu mengerjakan segala sesuatu hati nurani kami sesuai dengan kebenaran Tuhan, kami melakukan segala sesuatu yang bukan menipu diri, kami melakukan segala sesuatu sesuai dengan firman yang benar.” Saudara-saudara sekalian, ini seperti Paulus mengatakan kalimat-kalimat yang mempunyai jaminan dari pada dua faktor yang besar, yaitu aku sungguh-sungguh, aku mengatakan dengan jujur, aku tidak bohong, sesudah itu dia mengatakan, “Ada hati nuraniku yang digerakkan Roh Kudus untuk ikut bersaksi dengan apa yang kukatakan kepadamu.” Nah Saudara-saudara, ini semua menjadi patokan, ini menjadi standar bagaimana kita menjadi manusia. Saudara-saudara, orang Tionghoa kalau disuruh menerima Yesus Kristus, percaya kepada Tuhan, mereka selalu jawabnya, “Saya sudah cukup baik, saya berbuat segala sesuatu menurut hati nurani, ping liáng xīn kok, saya ini orang yang ada liáng xīn, ada hati nuraninya jadi kalau saya tidak percaya Yesus nda papa, pokoknya saya kerjakan segala sesuatu itu beres, baik-baik, saya tidak sembarangan.” Saya percaya mereka mempunyai niat itu, saya pelajari kebudayaan Chinese dan saya mengetahui biasanya orang Tionghoa itu mereka lebih ketat kalau mereka betul-betul jalankan apa yang menjadi zat dari pada kebudayaan. Orang Tionghoa setia kepada istri, kepada suami, orang Tionghoa baik-baik membesarkan keluarganya, orang Tionghoa itu mereka mempunyai kepercayaan yang cukup di dalam perdagangan, mereka mempunyai ekonomi yang stabil dan mereka tidak sembarangan menjual karakter mereka, mereka kalau bilang apa mereka jalankan, mereka tidak suka menipu. Jadi di dalam masyarakat Tionghoa, di dalam perdagangan mereka cukup tidak usah meterai-pun, ngomong apa jalankan apa, kepercayaan itu menjadi suatu hal yang umum di dalam masyarakat. Tetapi Saudara-saudara, saya mau tanya satu hal, hati nuraniku itu menjamin yang saya kerjakan itu baik tapi hati nuranimu dikuasai siapa? Itu yang tidak ada di dalam kebudayaan manusia, bukan saja Tionghoa.

Saudara-saudara, “aku menjalankan segala sesuatu menurut akal budi, jadi ini masuk akal, saya tidak sembarangan, yang tidak sesuai akal saya tidak jalankan,” itu adalah orang Grika. Orang Tionghoa mewakili kebudayaan Timur yang titik beratnya di dalam hati, orang Grika mewakili kebudayaan Barat yang titik beratnya ada di dalam rasio, dan ini 2 masuk ke dalam Kekristenan yang betul-betul sesuai dengan rencana Allah yang kekal kalau ditambah dengan satu hal: hati nurani dikuasai Roh Kudus, rasio dikuasai Roh Kudus. Bagaimana tahu dikuasai atau tidak dikuasai oleh Roh Kudus? Lapisan yang kedua ini melibatkan Oknum yang terbesar. “Saya menurut hati nuraniku tapi hati nuraniku menurut Pencipta langit dan bumi,” nah itu yang paling besar terlibat. “Aku menurut akal budiku dan akal budiku sesuai dengan Allah yang menciptakan langit dan bumi,” itu yang terbesar. Tetapi ‘sesuai’ itu mengaku sendiri atau bagaimana? Disini kebenaran yang diwahyukan menjadi patokan ikatan, menjadi patokan untuk menguasai, untuk memimpin, membatasi dan menge-check atau terus membimbing kita, itu firman Tuhan. Ini yang tidak ada di dalam kebudayaan. Jikalau orang Grika mengatakan rasio paling tinggi, lalu ditanya, “rasio siapa?” “Ya rasio saya dong.” “Rasiomu dipimpin siapa?” “Ya dipimpin saya dong.” “Siapa kamu?” “Saya ya saya.” “Kamu mungkin salah tidak?” “Mungkin.” “Mungkin salah dalam memberikan keputusan?” “Mungkin.” “Mungkin salah beremosi?” “Mungkin.” “Mungkin salah berpikir?” “Mungkin.” Kalau demikian engkau melakukan segala sesuatu berdasarkan rasiomu yang bisa salah maka engkau adalah orang yang tetap di dalam kebahayaan. Saudara-saudara, orang Tionghoa sama, orang Timur sama. “Engkau melakukan segala sesuatu menurut hati nuranimu, hati nuranimu dikuasai oleh siapa?” “Ya dikuasai saya.” “Saya siapa?” “Saya adalah saya.” “Mungkin nggak engkau salah?” “Mungkin.” “Hati nuranimu dan perasaanmu mungkin salah?” “Mungkin.” Kalau demikian engkau berada dalam kebahayaan, sama. Saudara-saudara, umat manusia sangat kasihan, karena apa? Karena semua kira diri sendiri betul. Setiap orang mengira yang dipikir dia itu betul, tetapi padahal kita semua berjalan di dalam jalan menuju kepada kebinasaan. Nah di dalam Amsal Sulaiman berkali-kali mengatakan, “ada satu jalan orang kira jalan yang benar, akhirnya menuju kepada kematian.”

Nah Saudara-saudara, kalau engkau tanya kenapa sih Pak Stephen Tong selalu kritik ini, kritik itu, kritik Kharismatik khususnya? Karena di sini ada suatu hal yang tidak disadari oleh saudara-saudara kita yang kekasih di dalam gerakan Kharismatik, karena mereka tidak sadar ini maka mereka akhirnya putar-putar berpuluh-puluh tahun tidak keluar dari pada lobang yang menjadikan bahaya bagi mereka, yaitu mereka  mengatakan, “Saya taat pimpinan Roh Kudus,” lalu saya tanya, “Roh Kudus memimpin manusia dengan apa?” Kalau Roh Kudus memimpin otakmu atau Roh Kudus memimpin hati nuranimu Oh itu bagus sekali, kita setuju. Di sini ada satu ide, satu konsep bahwa kita berbeda dengan semua kebudayaan. Itu sebabnya orang Kharismatik, orang-orang Pantekosta, mereka dulunya suka mengabarkan injil, sekarang? Suka mengabarkan apa yang menjadi gerakan mereka, nah ini perbedaannya. Saudara-saudara, mereka merasa ingin melebihi dari pada Barat, melebihi dari pada Timur, melebihi dari pada kebudayaan-kebudayaan maka perlu kita menginjili orang lain, lalu mereka menghina kebudayaan, menghina segala agama, menghina segala sesuatu. Betul Kristus paling superior, tetapi kenapa engkau berani katakan engkau paling superior? “Karena Roh Kudus memimpin saya, Roh Kudus memimpin otak saya, Roh Kudus memimpin hati nurani saya,” silahkan, betul tidak? Betul, tapi saya tanya memimpin melalui apa, memimpin dengan media apa? Alkitab mengatakan memimpin dengan kebenaran, kebenaran itu wahyu Alkitab, jadi hanya sesuai dengan Kitab Suci itu kebenaran Allah mengontrol manusia. Men are created to rule but men should be ruled by God, orang harus menguasai yang lain tetapi orang sendiri harus dikuasai oleh Tuhan Allah, dan Allah menguasai kita dengan cara apa? Pimpin bukan paksa. Not ruling with compulsory methode tetapi dengan guiding, dengan guidance.

Itu sebabnya Saudara-saudara, agama Kristen begitu indah karena kita semua yang dipimpin oleh Roh Kudus dialah yang disebut sebagai anak-anak Allah. Kita membaca beberapa ayat, kita membaca dari Roma 8:14, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.” Dipimpin, Saudara-saudara, agama menguasai personalitas, pengalaman mempengaruhi personalitas, hereditas membentuk personalitas, tetapi Roh Kudus memimpin personalitas, nah ini perbedaannya. Religion controls a personality, heredity constructs a personality, and environment influences a personality, but Holy Spirit guides a personality. Personitas saya, karakter saya diberikan secara hereditas oleh ibu-bapak saya; karakter saya, watak saya dipengaruhi oleh lingkungan saya termasuk lingkungan pendidikan, lingkungan sosial, lingkungan pergaulan; tetapi personitas saya juga dikuatkan oleh pengalaman dan oleh kesusahan-kesusahan yang saya terima, ujian, pencobaan, kesulitan, penyakit, segala kepahitan, kepicikan, itu membikin saya lebih kuat, lebih kaku, lebih mempunyai sesuatu keberanian di dalam berjuang, nah ini betul. Tetapi Saudara-saudara, agama mengontrol satu personalitas, cuma bedanya dalam Kristen Roh Kudus memimpin personalitas. Roh Kudus memimpin karaktermu, memimpin watakmu, dan saya mau tanya memimpin dengan apa? Roh Kudus memimpin karakter manusia dengan apa? Reformed mengatakan memimpin kita dengan firman, orang Lutheran berkata memimpin kita dengan firman, sehingga di dalam hal ini menekankan pentingnya the Word of God, Lutheran sama Reformed sama, sama-sama pentingnya. Orang Lutheran, orang Reformed yang ketat, mereka semua mengetahui hanya melalui firman manusia betul-betul dipimpin, tanpa firman tidak ada pimpinan yang sungguh-sungguh Tuhan Allah kepada manusia. Tuhan memimpin kita dengan Oknum ketiga dan Dia bertanggung jawab dalam pimpinanNya memakai firman yang diwahyukan Dia sendiri.By His own revelation Holy Spirit guides us.

Nah ini satu hal yang tidak bisa dikompromikan: Roh Kudus mewahyukan kebenaran, Roh Kudus Roh kebenaran, Roh Kudus memakai kebenaran mencerahkan kita, Roh Kudus membawa kita masuk ke dalam kebenaran, Roh Kudus memakai kebenaran memimpin kita maka Roh Kudus disebut the Spirit of the truth, Dia adalah Roh kebenaran. Saudara-saudara, karena Roh Kudus adalah Roh kebenaran maka Dialah yang mewahyukan kebenaran, Dialah yang mencerahkan kita akan kebenaran, Dialah yang memimpin kita masuk ke dalam kebenaran, Dialah yang memimpin kita dengan kebenaran, dan Dia yang mengajar kita dengan kebenaran. Dalam kebenaran Roh Kudus bergabung, berelasi dengan personalitas yang dipimpin oleh Dia. Nah Saudara-saudara, kalau poin ini sudah lepas, hidup Kristen kacau; kalau poin ini sudah lepas, kita bisa bebas liar; kalau poin ini sudah bebas, kita sudah tidak ada pengontrolan. Kenapakah orang katanya dipimpin Roh Kudus terjatuh, tergeletak, terus pingsan, terus tidak sadar, terus teriak-teriak kejang-kejang? Katanya Roh Kudus, jangan percaya karena itu tidak ada kebenaran yang menunjang [sambil ketuk-ketuk Alkitab, Red.]. Karena ketatnya prinsip-prinsip seperti ini maka orang Kristen tidak gampang diselewengkan. “Kalau mungkin,” ini kalimat bukan saya, “Kalau mungkin,” Tuhan Yesus berkata, “kaum pilihanpun akan digoda dan disesatkan.” Engkau harus menantang, menantang siapa? Menantang singa yang berkeliling di bumi ini mencari orang yang bisa ditelan. Jadi Setan seperti singa, Yesus juga seperti singa; Setan seperti ular, Yesus juga seperti ular, heran ya. Kapan Yesus seperti ular? Waktu orang Israel digigit ular, Musa disuruh meninggikan ular tembaga, betul nggak? Sehingga orang yang memandang dia disembuhkan. Jadi di sini Setan seperti ular, Yesus seperti ular. Setan seperti singa, Yesus seperti singa. Yesus adalah singa dari suku Yehuda. Setan adalah singa yang mencari orang-orang yang bisa ditelan. Dan Tuhan Yesus berkata, “Jika mungkin kaum pilihanpun akan disesatkan oleh mereka.” Jadi banyak orang kaum pilihan yang tidak mau mengerti firman Tuhan dengan baik-baik, tidak mau patuh kepada wahyu yang diwahyukan oleh Roh Kudus di dalam Kitab Suci melalui nabi dan melalui rasul-rasul mereka juga akan diselewengkan, digoda, disesatkan menuju kepada kesalahan.

Saudara-saudara sekalian, engkau kalau melihat seseorang yang mempunyai gejala, “Ohh ini Roh Kudus [sambil tubuh bergetar-getar, Red.],” tanya dia, “Roh Kudus pernah mewahyukan gejala seperti ini dimana di dalam Alkitab?” “Oh nda ada, jangan batas saya dengan Alkitab ya karena Roh Kudus lebih besar daripada Kitab Suci.” Itu bahaya. Kalau percaya Roh Kudus lebih besar dari Kitab Suci itu tidak salah karena Kitab Suci itu karya Roh Kudus, yang berkarya pasti lebih besar daripada karyanya, itu pasti, saya percaya. Tetapi “Roh Kudus lebih besar daripada Kitab Suci” dipakai di dalam suatu prinsip semua gejala yang tidak ada di dalam Alkitab bisa dipersamakan identik dengan pekerjaan Roh Kudus, itu bahaya. Jadi Saudara-saudara, “Roh Kudus memimpin saya,” saya tanya memimpin apa? Memimpin otak saya karena otak saya yang dicipta harus takluk kepada kebenaran yang diwahyukan. Nah sekarang muncul istilah ini, muncul prinsip ini: Allah menciptakan otak, Allah mewahyukan Kitab. Apakah hubungan antara otak dan Kitab? Apakah hubungan rasio dan kebenaran? Apakah hubungan antara pikiran saya dengan Kitab Suci? Adalah supaya otak kita dicerahkan, dibenarkan, dipimpin, dibawa kepada jalan yang benar melalui Kitab Suci yang diwahyukan, itulah. Di dalam Westminster Confession mengatakan “the natural light is inadequate,” maksudnya cahaya alamiah tidak cukup sehingga perlu cahaya supra alamiah untuk membawa, menerangkan kembali.

Masih ingat saya pernah bicara sama Saudara-saudara disini bahwa Diogenes membawa lampu pada siang bolong, siang-siang hari di kota Athena dia jalan-jalan seperti orang gila. Orang bilang, “matahari begitu besar, mengapa engkau membawa lampu tempel, jalan-jalan di tengah kota Athena, ada apa lu?” Dia bilang, “Huss, diam. Cahaya matahari kurang, saya mau cari sesuatu dan karena cahaya itu kurang musti tambah lagi cahaya.” Padahal dia sudah menemukan sesuatu yang dikatakan di dalam Kitab, dia sudah menemukan sesuatu yang orang Kristen mengerti, yaitu natural light is inadequate. Kalimat-kalimat dari pada orang-orang yang betul-betul ketat mau mengerti firman Tuhan sehingga tulisan doktrin-doktrin begitu teliti, saya betul-betul salut. Saudara-saudara, orang Kristen yang sembarangan, “Yaa nggak ke gereja nggak apa lah, ngerti nda ngerti nggak apa lah, asal dengar khotbah sudah selesai, asal kita dapat uang banyak Tuhan itu baik,” jadi Tuhan itu menjadi alat bagi dia untuk membikin dia kaya, selain itu agama tidak mempunyai manfaat apa saja. Tetapi orang-orang, teolog-teolog yang betul-betul menjadi penjaga jiwa, pemimpin rohani kita, mereka sudah meninggalkan kalimat-kalimat yang penting, termasuk kalimat tadi. Bagi orang Asia, gereja di Asia, hampir tidak bisa muncul pikiran yang begitu ketat, the natural light is inadequate so we need the special revelation. Inilah teologi Reformed. Wahyu umum tidak cukup, dari sinar cahaya Kongfucu tidak cukup, dari Mencius tidak cukup, dari Lao Tze tidak cukup, dari Socrates tidak cukup. Ini semua orang besar, orang hebat, orang luar biasa tetapi tetap tidak cukup, perlu kebenaran langsung dari Tuhan yang adalah kebenaran itu sendiri, Roh yang adalah Roh kebenaran memberikan firman yang diwahyukan dalam Kitab Suci sehingga otak kita bagaimanapun pintar perlu dicahayai oleh firman Tuhan.

Saudara-saudara, Diogenes dia satu hari, sepanjang hari bawa lampu cari-cari orang benar, dia bilang, “nda bisa saya lihat orang benar, nda ada, di dunia ini nda ada kebenaran,” dia cari sini cari sana, akhirnya dia pakai pakaian yang sederhana, tidurnya di dalam  gentong dan bawa satu anjing jaga di luar gentong, dia makannya cuma roti sama air putih di gentong. Dia memikirkan arti hidup, memikirkan kebenaran. Ini kebiasaannya orang Grika yang aneh-aneh. Lalu suatu hari ada orang kabar kepada Iskandar agung, yaitu Alexander the great, bahwa di Athena ada satu orang kayak orang gila tapi nda gila, orang hebat tapi kelihatan biasa, orang pintar sekali tapi sederhana, namanya Diogenes, itu dia mencari kebenaran sampai bawa lampu keliling kota cari-cari, orang yang nda ngerti kira dia orang bodoh padahal sambil dia jalan-jalan bawa lampu sambil mengajarkan kepada orang lain: jangan kira di dunia ini sudah cukup, masih perlu lampu. Yang ditunggu oleh dia itu “lampunya” nda ada,nda pernah datang, sampai Yesus lahir. Yesus lahir, Yesus datang ke dunia, Yohanes 1:4 mengatakan Dialah terang yang sungguh-sungguh itu, ayat 9, Dia mencahayai semua orang yang lahir di dalamnya. Iskandar agung begitu penasaran, dia datang, datang ke Athena cari mana orang yang namanya Diogenes itu, lalu dia menemukan orang bilang, “itu dia yang di dalam gentong besar itu, dia tidurnya di dalam, makannya cuma roti yang sederhana sama air putih dan dia dijaga satu anjing.” Lalu raja besar Iskandar itu datang, jalan, turun dari kudanya lalu melihat, betul ada orang tua yang di dalam gentong, lalu dia mengatakan, “Hei, keluar, apakah betul engkau Diogenes?” Ini raja GR ya, dia kira dia raja ya dia kalau perintah semua dengar. Apa yang dijawab tahu? “Pergi! Ada apa lu berdiri disitu?” Diogenes mengusir raja. Dia bilang, “di dalam gentong gelap sekali, lobang gentong itu masuk matahari kamu tutup, dosa lu. Sudah kurang cahaya ditutup lagi cahayanya. Pergi! Singkir dari sini, jangan menghalangi cahaya matahari yang masuk ke dalam gentong saya.” Rajanya diusir. Nah Saudara-saudara, inadequate, tidak cukup, cahaya tidak cukup. Ini semua adalah legenda yang indah sekali di dalam sejarah manusia.

Nah Saudara-saudara sekalian, Alkitab berkata otak kita perlu dikuasai, hati nurani perlu dikuasai, dikuasai oleh apa? Dikuasai oleh kebenaran yang diwahyukan oleh Tuhan. Itu sebabnya jikalau ada satu gerakan katanya Roh Kudus yang bekerja, gerakan yang katanya Roh Kudus memenuhi, akhirnya begitu banyak gejala yang menyeleweng dan tidak sesuai dengan firman, jangan engkau sembarangan terima. Mari kita mempunyai suatu kestabilan di dalam prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan di dala Alkitab karena di luar Kitab Suci ini tidak ada isi hati Tuhan yang bisa kita mengerti, di luar Kitab Suci ini tidak ada kuasa kebenaran yang bisa memimpin, mengontrol dan bisa mengecek, mengatur hidup kita yang baik. Kita membaca lagi dari Roma 9:1-2, “Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati.” Di sini Paulus selalu susah, selalu sengsara, selalu berdukacita, selalu sedih, ini adalah suatu kejujuran, Paulus tidak menipu, “Ehh percaya Yesus nanti senang senyum terus nda habis-habis, engkau sejahtera, nda pernah ada kesulitan.” Tidak, dia mengatakan, “aku susah, aku dukacita, aku sedih, aku sering di dalam kesusahan, aku tidak bohong.” Nah ayat pertama semua membbaca sekali lagi, “Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus,” bukan dalam diri ya, “aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus,” atau terjemahan bahasa Mandarin, “aku dengan jujur berkata di dalam yang sungguh-sungguh di dalam Kristus, aku tidak bohong dan ini disaksikan oleh hati nuraniku yang digerakkan Roh Kudus.” Terjemahan yang begitu ketat, “Roh Kudus menggerakkan hati nuraniku sehingga bersaksi apa yang saya katakan tidak bohong, saya tidak berdusta bahwa saya selalu sedih bagi bangsaku yang belum mengenal Yesus Kristus.” Dan dari ayat-ayat ini kita mengetahui bahwa Alkitab menuntut supaya kita berjalan sesuai dengan hati nurani tetapi hati nurani berperasaan sesuai dengan Roh Kudus, dan sesuai dengan Roh Kudus melalui kebenaran yang diwahyukan Roh Kudus.

Demikian Yesus berkata sebelum Dia naik ke atas kayu salib, malam sebelumnya, Dia berkata, “Saya akan pergi dan kalau Saya tidak pergi Roh Kudus tidak turun, kalau Saya tidak pergi maka Roh Kudus tidak turun atas kamu. Tetapi jikalau Aku pergi Dia akan datang menyertai engkau untuk selama-lamanya, itulah faedah bagimu.” Dan Yesus berkata, “Jikalau Aku pergi, Roh kebenaran akan datang. Jikalau Ia datang mengingatkan engkau kembali kepada perkataan-perkataan yang sudah Kuucapkan.” Dan di sini saya kira dari Lutheran, dari Reformed sama-sama mendapatkan sesuatu yang sam tetapi di dalam aspek yang sedikit berbeda. Reformed menemukan bahwa takluklah kepala, pikiran, rasio, intelektualitas kita kepada kebenaran yang diwahyukan oleh Roh Kudus. Dan Lutheran, taklukkanlah hati nurani kepada kebenaran yang diwahyukan oleh Roh Kudus. Dengan demikian seluruh hidup manusia kalau kita gabungkan alangkah indahnya. Saudara-saudara, dari Martin Luther sampai kepada Dietrich Bonhoeffer, orang-orang Lutheran sangat mementingkan hati nurani bagaimana takluk kepada Roh Kudus. Dari Calvin sampai Abraham Kuyper, sampai Berkhoff, orang-orang Reformed sangat mementingkan bagaimana menaklukkan rasio kepada kebenaran yang diwahyukan oleh Roh Kudus. Nah ini sangat penting sekali. Ibrani mengatakan, “doakanlah kami karena kami mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan hati nurani dan kami akan menjalankan sesuai dengan firman yang benar. Kami menjalankan segala sesuatu sesuai dengan firman yang benar.”

Dan sekarang kita masuk ke dalam: jikalau yang saya mau putuskan, saya mau kerjakan tidak ditulis bagaimana? Kalau tidak ditulis saya harus ikut yang mana? Nah saya percaya orang Eropa sama Amerika di dalam menjalankan konstitusi hukum mempunyai perbedaan. Yang satu mengatakan kalau tidak ditulis tidak dilarang berarti saya boleh kerjakan. Yang satu mengatakan kalau sudah dikatakan dilarang saya tidak boleh kerjakan dan saya kerjakan atau tidak tergantung apa yang ditulis di dalam konstitusi. Sebenarnya Saudara-saudara, konstitusi itu adalah tambahan, konstitusi itu adalah kebutuhan, konstitusi itu adalah suatu keharusan yang terpaksa, kalau tidak ada maka negara kacau. Jadi AD/ART dan sebagainya itu semua karena perlu, kalau tidak ada kacau. Tetapi kalau perlu sampai dimana perlunya? Tulis makin banyak, makin banyak lobang yang bisa dicari. Nah ini kelemahan hukum di dalam dunia ini. Maka orang Farisi, orang-orang Yahudi mereka bukan saja pegang 10 Hukum, dari 10 Hukum mereka berkembang menjadi 280 lebih, akhirnya diperkembangkan lagi menjadi 612 dan menjadi begitu rumit maka mereka mengatakan, “Jalankan 612 semua perintah dari pada Allah maka engkau akan diselamatkan.” Tetapi pada Perjanjian Baru semuanya itu ditolak oleh Yesus Kristus, oleh Paulus. Yesus Kristus mengatakan sebenarnya cuma dua yang penting, pertama: “dengan segenap hati, sebulat jiwamu, sepenuh pikiranmu, sekuat tenagamu cintailah Allahmu,” ini pertama. Yang kedua: “cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri,” ini yang kedua. Ini dua yang meliputi seluruh kerumitan dari semua peraturan Hukum. Hukum tidak bisa tidak ada tapi Hukum tidak pernah menyelamatkan, Hukum tidak boleh tidak ada tapi Hukum tidak bisa mennghindarkan engkau dari berbuat dosa. Makin mengetahui banyaknya hukum makin juga bisa mencari celah di tengah-tengah hukum dan hukum untuk mencari lowongan, mencari kesempatan di dalam kesempitan karena hukum itu adalah tertulis dengan huruf-huruf yang sangat terbatas sehingga ada perbatasan dan keterbatasan linguistik, manusia yang pintar akan cari lobang di tengah-tengah hukum untuk mengerjakan segala sesuatu yang melanggar hukum akhirnya tidak usah dihukum, itu namanya ahli hukum. Ahli hukum selalu mencari selah di tengah-tengah hukum lalu berani melanggar hukum tapi tidak bisa dihukum karena dia mengetahui hukum mempunyai keterbatasan.

Dan kalau demikian kita bagaimana dengan Alkitab? Alkitab tulis ini, tulis itu, yang tidak ditulis Alkitab berarti saya bolehh kerjakan? Tidak bisa, kalau engkau kerjakan sesuatu karena tidak ditulis di Alkitab maka engkau melanggar prinsip-prinsip yang lain. Lho tadi Pak Tong bilang kalau yang tidak ditulis Alkitab jangan, kalau ditulis baru kita taati, kalau begini engkau dengan cara ini mengkritik Kharismatik sekarang nbagaimana dengan prinsip yang sama kita menjalankan segala sesuatu yang tidak tertulis di dalam Alkitab? Saudara-saudara, Alkitab tidak tulis tetapi Alkitab berikan prinsip-prinsip. Sekali lagi, Alkitab tidak tulis ini boleh ini tidak, hal yang tidak ditulis ada prinsip-prinsip Alkitab yang memimpin kita. Coba tanya, Alkitab pernah tulis tidak boleh berjudi nggak?Nda ada kan? “Jadi puji Tuhan ya, lupa, aduh puji Tuhan lho, Musa lupa, Paulus pun lupa, semua rasul lupa, jadi saya boleh berjudi dong karena tidak ditulis?” Tidak. Alkitab pernah tulis nggak tidak boleh minum racun? Nggak pernah tulis kan? “Aduh puji Tuhan, lupa satu, jadi saya boleh minum racun?” Alkitab pernah tulis tidak tidak boleh gantung diri? Nggak pernah kan. Alkitab pernah tulis tidak boleh bunuh diri? Nda ada. Jadi yang tidak ditulis dengan jelas di Alkitab bagaimana? Saya harus kerja bagaimana? Ini Ibrani mengatakan “doakan kami karena kami melakukan segala sesuatu menurut hati nurani sesuai dengan firman yang benar,” sekarang saya mau tanya, firman yang benar kalau tidak tertulis bagaimana? Kalau Alkitab tidak tulis nggak boleh ini, nggak boleh ini, semua yang tidak tertulis saya boleh bebas? Itu liar. Semua yang ditulis saya jaga? Itu kaku.

Jadi dalam keadaan begini ada law di dalam flexibilitas yaitu pimpinan Roh Kudus dengan prinsip-prinsip, etika yang tidak bisa kita lupakan. Tiga hal, prinsip pertama: segala sesuatu aku boleh melakukan tetapi harus memuliakan Tuhan. Ini prinsip pertama, everything i can do, orang Kristen bebas boleh kerjakan segala sesuatu tapi yang saya kerjakan ini memuliakan Tuhan atau tidak? Ini prinsip ikatan, ini prinsip ikatan yang pertama. Sehingga di dalam prinsip ini saya mengecek sendiri, saya kalau bunuh diri tidak memuliakan Tuhan, saya kalau berjudi tidak memuliakan Tuhan, saya kalau minum racun tidak memuliakan Tuhan, kalau saya kerjakan ini meskipun tidak dilarang di seluruh Kitab Suci tetapi karena tidak memuliakan Tuhan maka saya tidak kerjakan. Ini prinsip ikatan pertama: tidak memuliakan Tuhan saya tidak lakukan, sehingga dibalik, segala sesuatu yang saya lakukan harus bisa memuliakan Tuhan. Ini etika yang safe, ini etika yang terjamin sesuai dengan apa kalimat tadi, dengan kebenaran, firman yang benar saya melakukan.

Kedua, apakah yang boleh saya lakukan, apakah yang tidak boleh saya lakukan? Prinsip ikatan kedua: segala sesuatu saya boleh melakukannya tetapi harus memberi faedah kepada sesama, segala sesuatu yang kulakukan harus memberikan faedah kepada sesama. Kalau yang saya lakukan merusak moral orang lain, yang kulakukan bersifat destruktif, yang kulakukan merobohkan rohani orang lain, yang kulakukan menjadi contoh yang jelek bagi orang lain, meskipun tidak terlarang saya tidak boleh melakukan. Ini prinsip ikatan yang kedua, everything i do should be beneficial for others, supaya edify others, membangun, memberikan konstrukstif, membikin contoh yang baik untuk membawa orang lain kepada yang benar.

Ketiga, ini ketiga prinsip menjadi prinsip etika orang Kristen secara dasar khususnya pada saat Alkitab tidak tulis. Ketiga, segala sesuatu saya boleh lakukan tetapi tidak boleh ada ikatan dosa di dalam kebebasan kerohanianku. Sekali lagi, segala sesuatu saya boleh melakukan tetapi tidak boleh ada ikatan dosa atas diriku. Kalau tiga ini sudah betul-betul engkau ngecek dan betul-betul maka tidak ada ikatan dosa maka engkau lakukan. Saudara-saudara, boleh nggak kita punya hobby? Boleh nggak kita punya hidup yang ambigu, nda tahu dosa atau tidak? Tetapi jikalau tidak ada ikatan dosa engkau lakukan, itu diizinkan. Jadi ini tiga prinsip semua dari Paulus. Paulus berkata, “Segala sesuatu boleh aku lakukan tetapi tidak semuanya memuliakan Tuhan; segala sesuatu aku boleh lakukan tetapi tidak semuanya membangun orang lain; segala sesuatu aku boleh lakukan tetapi tidak boleh ada ikatan dosa atas diriku.”

Kalau 3 ini sudah menjadi jelas, Saudara janngan terlalu kuatir mau lakukan sesuatu atau tidak, nda tahu kehendak Tuhan bagaimana, gelisah, ketakutan, kecemasan, lalu engkau menjadi ragu-ragu melakukan, silahkan. Nah Saudara-saudara, jikalau engkau betul-betul tahu itu kehendak Tuhan nda usah cari lagi kehendak Tuhan secara mendetail lagi. Misalnya mengabarkan injil itu kehendak Tuhan. mengabarkan injil cari kehendak Tuhan, “aku harus mengabar atau tidak, Oh Tuhan, kasih tahu saya hari ini harus mengabar injil atau tidak?” Nda usah, karena itu sudah jelas kehendak Tuhan. Yang jelas kehendak Tuhan lakukan saja. Nah engkau kalau tanya, “Pak Tong, ini minggu depan mau kemana lalu khotbah dimana?” Engkau tahu nggak kehendak Tuhan? Saya nda perlu tanya lagi. Kalau saya pergi adalah berdagang, pergi adalah cari kawan, pergi ada rencana yang lain, nah itu lain sama saya pergi mengabar injil. Saya pergi kemana saja mengabarkan injil nda usah cari kehendak Tuhan karena itu sudah kehendak Tuhan, jelas? Tetapi kalau memang bukan Tuhan suruh saya pergi bagaimana hayo? “Kalau Tuhan tidak suruh engkau pergi ke Eropa lalu engkau pergi ke Eropa itu melanggar kehendak Tuhan, bagaimana?” Saya tidak tahu, saya tahu mengabar injil itu kehendak Tuhan tetapi kali ini ke Eropa atau tidak ke Eropa, kehendak Tuhan atau tidak itu terserah Tuhan, pokoknya saya pergi nda usah tanya lagi kehendak Tuhan atau tidak. Sampai nda bisa pergi, Tuhan nda mau saya pergi, urusan Dia bukan urusan saya, ngerti? Di situ kita melihat kalau setiap sesuatu harus cari kehendak Tuhan sampai mendetil, “Tuhan, hari ini saya pakai kaos kaki apa tidak ya, coba tunjukkan. Kaos kaki yang biru atau yang hijau ya? Ini hari harus pakai dasi yang merah atau yang coklat? Tuhan kehendakMu saya nda mau melanggar,” bisa gila dobel. Tuhan tidak mau kita menjadi orang Kristen yang gila-gila, yang sebegitu tegang, yang nggak ada kesejahteraan, tidak. Semua yang tidak melanggar kehendak Tuhan, jalankan. Semua yang jelas kehendak Tuhan, nda usah takut, pergi, jalankan. Tetapi kalau engkau sudah jalankan, bukan kehendak Tuhan, Dia akan hentikan kamu dengan sakit, dengan tidak ada kapal terbang, atau dengan kapal terbang rusak, balik tidak jadi pergi, itu berarti Tuhan tidak mau. Tapi kalau tidak ada larangan, intervensi langsung dari Tuhan, pokoknya engkau jelas itu kehendak Tuhan, jalankan. Tapi kalau tidak jelas bagaimana? Prinsip 3 itu musti dipakai. Nah Saudara-saudara, “saya nda tahu ini kehendak Tuhan atau tidak, atau kehendak Tuhan atau tidak, ini uang ini kalau saya investasikan disini sama investasi disana yang mana yang betul ya? Kalau di situ waduh labanya 5 kali, di sini labanya hanya sedikit,” lalu di situ engkau musti pertimbangkan yang mana yang benar: di situ memuliakan Tuhan atau tidak, membangun atau tidak, mengikat diri atau tidak. Tiga itu terus dipikirkan, akhirnya ada sejahtera Kristus yang memerintah di dalam hatimu, disitu engkau mengetahui bagaimana berjalan.

Saudara-saudara, ini di Singapore baru heboh. Satu gereja yang namanya City Harvest, pendetanya sangat cerah, nyonyanya cantik luar biasa, cantik-cantik kok besok  jadi encim cantik, betul nggak? Pasti suatu hari jadi tua kok. Nah ini nyonya pendeta ini pintar nyanyi, lalu dia selain nyanyi rohani, nyanyi kasih, nyanyi cinta, nyanyi dunia, nyanyi populer sampai pergi ke Taiwan. Dia punya kaset, dia punya CD lakunya melalui penyanyi yang terkenal menjadi top paling nomer satu. Dan waktu nyanyi pakai pakaian yang separuh itu payudaranya kelihatan, nyonya pendeta lho. Perempuan, cantik, pakai pakaian merosot kayak begini, nyanyi populer dan laku luar biasa. Saya baca sendiri di surat kabar. Lalu minggu lalu surat kabar Newsweek Times menulis: Church or Holywood? Gereja atau Holywood? Lalu mereka bangun gedung gereja yang kira-kira kalau saya tidak ingat salah 60 juta dollar Singapore, City Harvest. Ribuan orang, kebaktiannya satu minggu berapa kali dari pagi sampai malam, mau masuk gerejanya antri di luar pintu masuk. Nah nyonya pendeta ini mengakibatkan apa? Sekarang sebagian anggota mengatakan, “Kalau dia tidak mau mendengarkan anjuran, terus mau main-main seperti ini, kita tinggalkan gereja.” Waktu ini disiarkan di surat kabar, diberitahukan kepada pendeta, suaminya mengatakan apa? “Ndaapa, yang mau pergi silahkan pergi, pokonya nyonya saya tidak salah, Paulus pun sambil berkhotbah juga bikin tenda kok.” Pintar ya? “Jadi Paulus sambil berkhotbah sambil bikin tenda, nyonya saya sambil menjadi pendeta sambil nyanyi populer, sama kan?” Sama nggak? Paulus bikin tenda pakaiannya baik-baik lho, nggak melorot gini. Paulus bikin tenda karena gereja terlalu miskin, dari Yerusalem tidak bisa mendukung hidup dan dia tidak mau ambil uang dari orang kafir sehingga dia bisa hidupkan sendiri untuk terus mengabar injil, tetapi nyonya pendeta ini menyanyi baju melorot untuk cari uang dari orang kafir. Apa samanya?

Oh pendeta-pendeta yang ngerti Alkitab lalu sembarangan pakai Alkitab, kutip Alkitab untuk membela dosa, celaka dobel. Saudara-saudara sekalian, di Singapore 2 gereja yang paling besar, orang Kharismatik, yang sekarang sangat kesulitan. Satu adalah Lawrence Kwong yang sudah menjadi idola banyak gereja, kirim, kirim, dari Korea, dari Taiwan, dari Hongkong kirim orang dilatih di situ. Dia sekarang selain khotbah main sulapan, magic, bikin film cerita biasa. Saya heran sekali. Saudara sekalian, semua yang dari permulaan tidak ketat firman pada suatu saat akan menyeleweng. Jangan sampai sudah terkenal sebagai pendeta baru engkau mempermalukan nama Tuhan, lebih baik engkau tidak terlalu terkenal tapi tetap setia mengikut Tuhan dan pelan-pelan Tuhan memberkati. Saudara-saudara, yang mau kuantitas selalu mengorbankan kualitas, yang mau kualitas selalu tidak mencapai kuantitas. Ini merupakan hal yang sangat jelas, sangat nyata di dalam seluruh zaman. Orang yang mau kualitas selalu tidak mencapai kuantitas, orang yang gila-gila kepada kuantitas selalu mengkompromikan kualitas. Gerakan Reformed di Indonesia adalah satu-satunya gerakan kita mau tuntut dua-dua, kita mau kualitas, kita mau kuantitas, kita mempertahankan kualitas dulu baru mencapai kuantitas tanpa kompromi. No compromise, keep the quality first then we pray that quantity will slowly come up. Memang tidak gampang tetapi ini suatu hal yang kita harus berjalan.

Saudara mungkin tidak tahu pada waktu banyak orang tergila-gila kepada Cho Yonggi sekarang dia mulai menjadi Reformed, baru dia tua sadar ajaran dia dulu salah, dia mau belajar teologi Reformed, musiknya mulai Reformed, semua mulai Reformed, gereja mulai merosot, karena apa? Dulu dia kompromi mau kuantitas tidak ada kualitas, sekarang ada kualitas kuantitas mulai hilang. Mengapa pemimpin-pemimpin sendiri musti salah beberapa puluh tahun baru mulai jalan betul tapi orang sudah tertipu, orang sudah terseleweng berpuluh-puluh tahun. Cho Yonggi pernah mengajar carilah Tuhan dengan minta segala sesuatu yang engkau inginkan dan Tuhan akan kabulkan karena janjiNya “doa apapun akan Aku berikan dalam nama Yesus Kristus.” Kalau engkau mau Rolls Royce, “Rolls Roice Tuhan, saya mau Roll Royce yang merah, yang silver shadow, yang 6000 cc, knalpotnya 4, pistonnya 12, yang tahun berapa, yang harganya 1 juta dollar, saya mau minta ini-ini.” Itu di dalam bukunya Cho Yonggi, doa sampai nomernya, tahunnya, warnanya, minta, Tuhan kasih. Nda ada di Alkitab. Berapa banyak orang tergila-gila. Apakah kalau menjadi orang yang di gereja Reformed nda bisa kaya? Apakah harus cara begini? Apakah harus cara Cho Yonggi? Saya punya seorang murid di SAAT bikin satu tesis, skripsi khusus mengkritik akan cara doanya Cho Yonggi. Saya menjadi pembimbingnya, saya lihat semua, dia betul-betul mengerti kesalahan dimana-dimana, tidak sesuai dengan Alkitab. Sekarang Cho Yonggi sadar gerejanya musti kembali kepada Reformed, ajaran mulai lebih baik tapi dia sudah banyak kegagalan termasuk salah satu kegagalan yang sangat fatal, saya tidak benci dia. Saudara-saudara, jangan main-main sama Tuhan. Anything i can do but i should glorify God; everything i can do, i should be beneficial and edify others; everything i can do but no bondage of sin in my life. Kerjakan segala sesuatu memuliakan Tuhan, kerjakan segala sesuatu membangun sesama. Kita hidup di dunia ini hanya beberapa puluh tahun, kalau kita menjatuhkan orang, kita merusak orang, kita menyesatkan orang, besok bagaimana bertemu dengan Tuhan? Saudara-saudara, saya Stephen Tong, saya tahu sekarang saya sudah umur 63 kalau Tuhan masih kasih saya 10 tahun lagi berkhotbah saya tidak akan pensiun kalau masih kuat, kecuali kalau saya pikun, tarik saya turun dari mimbar, saya perintahkan majelis, tapi kalau saya belum, saya masih bisa mengisi, masih bisa memberikan pikiran yang jelas untuk memimpin zaman ini, Saudara-saudara, doakan saya supaya saya sehat. Saya tahu tugas saya belum selesai maka belum boleh mati, batuk-batuk hidup terus, pergi-pergi pulang terus, saban hari naik pesawat terbang radiasi banyak tetap sehat, mencret-mencret khotbah terus, puji Tuhan karena tugas saya belum selesai tapi kalau tugas saya menantang satu zaman sudah kerjakan saya harap kita hidup menjadi faedah. Saudara berdoalah supaya apa yang keu kerjakan memuliakan Tuhan, amin? Berdoalah apa yang kau kerjakan menjadi faedah bagi orang lain, amin? Berdoalah apa yang kau kerjakan tidak diikat oleh dosa, amin? Jangan karena mau cepat kaya, cepat sukses, cepat lancar, kompromi ini kompromi itu akhirnya di dalam kekekalan ribuan orang menuding, “Oh Tuhan, itu orang Kristen yang bikin saya rusak, itu ajaran yang bikin saya imannya kacau, itu yang bikin saya sesat sampai neraka, karena dia!” Tidak memuliakan Tuhan, tidak memfaedahkan orang lain, tidak membangun sesama, dan engkau diikat oleh dosa, itu bukan rencana Allah.

Puji Tuhan disini, “doakan aku, doakan kami, karena kami dengan hati nurani kerjakan segala sesuatu mau sesuai dengan kebenaran dari pada Tuhan, dan khusus doakan saya supaya saya boleh cepat pergi kepada kamu,” dia ingin berada di tengah-tengah kaumnya. Saudara-saudara, kehadiran GRII di Jakarta ini hadiah Tuhan untuk satu bangsa, untuk satu generasi, untuk satu negara. Dan mulai minggu depan saya memimpin KKR di Kuching, di Hongkong, di Taipei, di Singapore, di Kuala Lumpur dan di Jakarta. Satu hari, satu hari, satu hari, nda sambung karena sewa gedung mahal luar biasa dan bisa dapat satu hari wah syukur, 130.000 dollah untuk 4 jam di Hongkong kita sewa. Saya tidak ambil uang dari GRII 1 sen ya, 1 rupiah untuk beli tiket saya ke luar negeri nda pernah saya ambil, 1 rupiah untuk sewa gedung dari uang sini? Tidak. Saya minta mereka betul-betul berjuang sampai selesai. Dengan demikian nanti mulai tahun ini Hari Natal saya akan bikin kebaktian rohani di kota-kota seperti Taipei, Hongkong, Kuala Lumpur, Kuching, dulu cuma di Jakarta, cuma di Balai Sidang. Dan tahun depan kalau gereja mulai dibangun mari kita sehati, sehati untuk mendukung, baik mendukung dengan doa, baik mendukung dengan keuangan, mendukung dengan sumbang pikiran yang baik sehingga semua dikerjakan dengan baik. Zaman ini yang meyeleweng terlalu banyak, orang yang menyeleweng di luar gereja sudah banyak, menyeleweng di dalam gereja juga banyak, menyeleweng di atas mimbar pun banyak. Gereja ini harus jujur, harus tekun, harus setia, harus sungguh-sungguh bertabah, belajar baik-baik untuk mengkoreksi dan menjadi berkat untuk zaman ini, amin? Kiranya Tuhan memberkati kita.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Comments