Dipenuhi Roh: Mengucap Syukur Senantiasa, 21 Juli 2019

Ef. 5:20-21

Pdt. Dawis Waiman, M.Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita masuk ke dalam bagian ini, Paulus mengajak kita untuk memiliki satu kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus dalam hidup kita. Saya percaya ini adalah suatu hal yang sangat penting sekali dalam kehidupan Kristen, suatu hal yang harus kita kejar dan miliki dalam kehidupan kita, karena apa? Pada waktu seseorang mengatakan diri Kristen, tetapi ketika mereka berjalan tanpa dipenuhi oleh Roh Kudus, maka yang terjadi adalah mereka tidak akan memiliki suatu kekuatan untuk bisa hidup secara kudus di hadapan Tuhan atau hidup di dalam ketaatan kepada Tuhan. Orang yang memiliki Roh Kudus, yang dipenuhi oleh Roh Kudus dalam hidup dia, barulah dia bisa memiliki suatu kehidupan yang kudus, barulah dia bisa menjalani suatu kehidupan yang taat dan setia kepada Tuhan dalam kehidupan dia. Dan ketaatan serta kesetiaan melalui kepenuhan Roh Kudus ini, Alkitab berkata, bukan sesuatu yang hanya terjadi sekali-sekali saja di dalam hidup kita, di dalam momen-momen tertentu saja dalam kehidupan kita, tetapi Tuhan menghendaki kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus itu adalah kehidupan yang senantiasa ada setiap saat di dalam kehidupan kita di dunia ini. Jadi ini bukan sesuatu yang nanti ketika kita sudah menjadi percaya, kita berdoa kepada Tuhan, Tuhan tolong penuhi saya dengan Roh Kudus, maka Roh Kudus kemudian memenuhi saya habis itu Roh Kudus meninggalkan saya, lalu suatu waktu saya berdoa lagi pada Tuhan, Tuhan, saya ingin Engkau penuhi saya dengan Roh Kudus, lalu Roh Kudus memenuhi lagi. Lalu sewaktu-waktu Dia meninggalkan kita lagi tanpa kepenuhan. Bukan seperti itu. Tuhan ingin kita memiliki suatu kehidupan di dalam kepenuhan Roh Kudus setiap saat. Bukan nanti, bukan lalu, tapi sekarang, di dalam kehidupan iman kita bersama dengan Tuhan.

Itu sebabnya pada waktu Saudara membaca dari pasal 5 dan seterusnya ini, Paulus tidak memberikan karunia-karunia tertentu yang bersifat supranatural untuk menyertai kehidupan seseorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Kalau kita melihat di dalam kehidupan orang-orang Kristen sekarang, sering kali kita mendengar, orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus itu memiliki ciri-ciri dia memiliki suatu karunia berbicara bahasa lidah atau suatu karunia bersifat supranatural yang terjadi dalam kehidupan dia. Tetapi yang menarik dalam Efesus 5, Paulus tidak pernah mengutip satu karunia supranatural pun untuk seseorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus dalam kehidupan dia. Tetapi Paulus berkata, siapa orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus? Mereka adalah orang yang penuh dengan ucapan syukur, penuh dengan kata-kata mazmur, kidung pujian, nyanyian rohani dalam hidup mereka. Mereka adalah orang yang bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan dengan segenap hati. Mereka adalah orang yang mengucap syukur senantiasa di dalam segala sesuatu dalam nama Tuhan Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita. Mereka adalah orang yang merendahkan diri seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. Namun setelah itu kita bisa lihat kehidupan yang merendahkan diri itu dalam aspek apa? Hubungan suami dan istri, hubungan tuan dan hamba, hubungan orang tua dan anak-anak, dan anak-anak dengan orang tua. Itu yang harus kita jalani dalam kehidupan kita. Jadi pada waktu kita memiliki suatu kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus, pertanyaannya adalah, apakah engkau memiliki suatu kehidupan yang dipenuhi dengan puji-pujian atau tidak? Apakah engkau memiliki suatu kehidupan yang dipenuhi dengan nyanyian rohani dan mazmur atau tidak di dalam mulut kita? Apakah Saudara memiliki suatu kehidupan yang penuh dengan ucapan syukur atau tidak? Dan apakah kita memiliki kehidupan yang saling menundukkan diri satu dengan yang lain di dalam relasi sesama orang peraya atau tidak?

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini adalah hal yang bertolak belakang sekali dengan banyak sekali anggapan. Jadi kita tidak perlu mencari hal-hal yang bersifat supranatural dalam kehidupan kita, tetapi saya percaya, ketika seorang bisa hidup di dalam suatu penundukan diri satu dengan yang lain, ketika seseorang hatinya dipenuhi dengan ucapan syukur kepada Tuhan, dan ketika seseorang memiliki nyanyian di dalam mulut mereka dan hati mereka kepada Tuhan Allah, itu adalah suatu tindakan supranatural yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Itu adalah suatu kelahiran baru yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Baru kita bisa memuji Tuhan. Baru kita bisa bersyukur pada Tuhan. Baru kita bisa merendahkan diri satu terhadap yang lain dalam kehidupan kita. Tanpa tindakan kelahiran baru dari Tuhan Allah dalam kehidupan kita, tanpa pekerjaan Allah Roh Kudus yang supranatural memenuhi kehidupan kita, saya yakin, yang ada adalah peninggian diri. Yang ada adalah suatu kehidupan yang sulit sekali bersyukur dan bahkan tidak pernah bisa bersyukur dalam kehidupan kita. Yang ada adalah suatu sikap yang ingin tidak atau tidak mau mengalah antara seorang terhadap yang lain, yang mengakibatkan timbulnya perselisihan di dalam relasi satu dengan yang lain.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sekali lagi saya bilang, untuk bisa hidup di dalam ketaatan, saya percaya, harus ada kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam diri kita, karena apa? Karena kehidupan yang bersifat rohani tidak mungkin bisa dikerjakan oleh orang-orang duniawi. Kehidupan yang bersifat rohani hanya bisa dikerjakan oleh orang-orang yang mendapatkan karunia rohani dalam kehidupan mereka. Kehidupan rohani hanya bisa dilakukan orang-orang yang dipimpin oleh kekuatan dari Allah Roh Kudus dalam kehidupan mereka, bukan dari kekuatan dan kemampuan diri kita sendiri, kedagingan kita untuk setia dan taat kepada Tuhan. Justru saya percaya kalau kita mementingkan kedagingan kita yang ada adalah bukan ucapan syukur, yang ada bukan penundukan diri satu dengan yang lain, tapi yang ada saya hidup dengan satu kehidupan yang selalu komplain, selalu mengeluh, atau selalu tidak akan mengalah terhadap orang lain. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya musuh dari pada kehidupan rohani, suatu kehidupan yang bersyukur kepada Tuhan, yang menundukkan diri kepada Tuhan adalah kesombongan. Orang yang sombong, orang yang merasa dirinya mampu, orang yang merasa diri dia tidak membutuhkan Tuhan, orang yang merasa kalau dia memiliki suatu kebijaksanaan yang lebih daripada Tuhan Allah dalam kehidupan dia, orang yang merasa aku punya kepentingan yang harus didahulukan daripada kepentingan Tuhan atau kepentingan orang lain, orang yang tidak pernah bersabar untuk menantikan waktu Tuhan dan rasa waktu dialah yang paling tepat untuk apa yang menjadi rencana dia yang harus terjadi dalam kehidupan dia, orang yang tidak pernah memperdulikan kehidupan Tuhan, menggumulkan kehidupan apa yang menjadi kehendak Tuhan karena dia mementingkan diri sendiri dan apa yang menjadi kerajaan dia, dia tidak pernah bisa bersyukur kepada Tuhan Allah, yang ada adalah mengeluh, yang ada adalah memprotes, yang adalah mengkritisi apa yang menjadi pekerjaan Tuhan yang dia lihat dalam kehidupan dia.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di sini Paulus berkata salah satu aspek lain dari pada orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus itu adalah orang yang bukan hanya berkata mazmur, bukan berkata puji-pujian, bukan hanya menyanyikan pujian rohani dalam hidup dia, tetapi dia adalah orang yang mengucap syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita. Dan ini adalah hal yang saya ingin fokuskan pada bagian ini. Saya tidak akan panjang karena kita sudah menjalankan sakramen baptisan cukup panjang dan nanti akan ada choir lagi dari anak-anak Sekolah Minggu yang akan menyampaikan persembahan pujian. Tapi saya ingin menyampaikan ekstensi dari pada perkataan yang Paulus katakan di dalam bagian ini. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, orang Kristen pasti memiliki kehidupan yang bersyukur kepada Tuhan. Orang Kristen bahkan ketika beribadah kepada Tuhan, ia akan menekankan ibadah itu dari perspektif hati yang bersyukur pada Tuhan Allah, itu adalah esensi dari pada kehidupan ibadah orang-orang Kristen. Bahkan ketika kita membaca dari Surat 1 Korintus 14 ketika Paulus membahas mengenai karunia-karunia berbicara bahasa lidah yang begitu lengkap sekali dalam 1 Korintus 14, Paulus tidak lepaskan (?). Satu hal yang paling penting dalam pertemuan ibadah yang mungkin seringkali kita abaikan karena kita hanya fokus “Oh karunia lidah, kita harus memiliki karunia lidah,” itu seperti apa karunia itu, dan kuasa-kuasa apa yang menyertai mungkin, atau itu adalah sesuatu yang menjadi tanda orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada satu bagian yang paling penting yang selalu kita lupakan pada waktu kita membaca 1 Korintus 14 yaitu dalam ayat yang ke 16. Paulus berkata, “ketika engkau berkumpul, ketika engkau berbicara bahasa lidah dalam hidupmu, dalam ibadahmu itu, bagaimana orang-orang baru yang datang ke dalam gereja tempat engkau beribadah itu, ketika melihat engkau berbicara dalam bahasa lidah, bisa mengucap syukur kepada Allah dan berkata amin atas pengucapan syukur yang engkau naikkan kepada Tuhan Allah kalau engkau berbicara sesuatu yang tidak mereka mengerti?”

Berarti ketika kita berkumpul dalam sebuah ibadah, yang menjadi esensi sebuah ibadah itu apa? Kalau sebelumnya kita berkata kita harus menaikkan mazmur, kita harus melakukan atau memujikan kidung-kidung pujian, nyanyian rohani yang dari hati kepada Tuhan Allah, kali ini Paulus berkata, “Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, nyanyian pujian saja, suatu mazmur yang kita katakan, suatu persembahan choir yang diberikan, kehadiran Bapak-Ibu yang ada di dalam gereja, persembahan yang Bapak-Ibu berikan ke dalam kantong kolekte, pelayanan yang Bapak-Ibu lakukan pada orang Kristen yang satu terhadap yang lain, penyambutan kehangatan yang Bapak-Ibu berikan, semua itu tidak ada gunanya sama sekali di hadapan Tuhan kalau Bapak-Ibu tidak lakukan itu dari suatu hati yang bersyukur kepada Tuhan Allah. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini adalah esensi di dalam sebuah ibadah. Tuhan tidak akan melihat ibadah kita, dan Tuhan tidak akan mengakui ibadah kita, kalau kita hadir di hadapan-Nya tanpa suatu ucapan syukur atas apa yang telah Allah lakukan dalam kehidupan kita. Saya percaya ini adalah hal yang penting sekali. Kita jangan datang hanya dengan diri kita. Kita jangan hanya datang dengan merasa bahwa “oh yang penting saya memenuhi absensi saya sebagai orang Kristen, dan kewajiban saya adalah beribadah kepada Tuhan,” tetapi di dalam hati kita memiliki kekosongan, dalam hati kita tidak ada rasa suatu ucapan syukur atas apa yang telah Allah lakukan dalam kehidupan kita dalam Kristus sama sekali. Itu bukan ibadah, mungkin itu adalah agama. Ibadah kita datang kepada Tuhan untuk memberikan ini dan itu kepada Tuhan supaya Tuhan menerima kita, tetapi iman Kristen adalah kita datang meresponi apa yang menjadi cinta kasih Allah di dalam Kristus yang Allah telah kerjakan di dalam kehidupan kita. Makanya orang Kristen kalau tidak pernah bersyukur dalam hidup dia itu adalah sangat disayangkan sekali. Dan itu bukan sesuatu yang normal. Sesuatu yang normal bagi orang bukan Kristen adalah kehidupan yang tidak bersyukur, tetapi sesuatu yang normal bagi orang Kristen adalah kehidupan yang bersyukur. Suatu yang tidak normal bagi orang non-Kristen adalah hidup bersyukur, sesuatu yang tidak normal bagi orang Kristen adalah kehidupan yang tidak bersyukur kepada Tuhan Allah.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hidup yang bersyukur. Saya percaya ini adalah esensi dari pada ibadah orang Kristen ketika kita menghadap Tuhan. Tapi pertanyaannya sekarang, dalam hal apa saja kita perlu bersyukur? Di sini Paulus berkata, bersyukur itu bukan sesuatu kondisi yang kita boleh pilah-pilah; kapan bersyukur, kapan tidak bersyukur, dalam hidup kita, tetapi Paulus di sini berkata kita harus bersyukur senantiasa, artinya apa? Artinya adalah, seluruh kehidupan kita, selalu harus bersyukur pada Tuhan Allah. Apapun kondisi yang kita alami, kita harus bersyukur pada Tuhan Allah. Nggak peduli bagaimana pekerjaan kita, tidak peduli bagaimana relasi keluarga kita, tidak peduli bagaimana istri kita dan suami kita berperilaku dalam kehidupan kita, tidak peduli bagaimana anak-anak kita ketika mereka hidup dalam dunia ini, tidak peduli bagaimana teman-teman kita memperlakukan diri kita, tidak peduli hal-hal lainnya dalam hidup ini, yang penting adalah kita bersyukur pada Tuhan Allah. Itu yang menjadi esensi dari pada kehidupan orang Kristen. Segala sesuatu dalam hidup kita, kita bisa bersyukur kepada Tuhan Allah, senantiasa berysukur. Kenapa kita bisa senantiasa bersyukur kepada Tuhan Allah? Saya percaya, di balik perintah ini, atau suatu nasehat ini, terkandung pengertian dari Roma 8 ayat 28. Kalau Bapak-Ibu membaca dari Roma 8:28, dan saya harap itu menjadi suatu ayat yang kita hafalkan dalam perjalanan rohani kita bersama dengan Tuhan ya, di dalam Roma 8:28 Paulus berkata, atau Firman Tuhan berkata seperti ini: “sebab kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang membuat kita bisa senantiasa mengucap syukur kepada Tuhan? Jawabannya adalah ketika kita dipilih menjadi anak Tuhan, Tuhan turut bekerja dalam kehidupan anakNya tiap detiknya dan tidak ada satu detik pun di mana Tuhan tidak bekerja dalam kehidupan kita. Dan pada waktu kita menemukan hal-hal yang sulit dalam hidup kita, pada waktu kita menemukan pergumulan pencobaan dalam kehidupan kita, pada waktu kita menemukan hal-hal yang buruk dalam kehidupan kita, memang itu adalah hal yang buruk, hal yang sulit, hal yang betul-betul merupakan hal yang tidak baik, tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab berkata Tuhan sanggup menjadikan yang tidak baik itu, yang tidak berkenan di dalam hati kita itu, yang tidak membawa sukacita dalam kehidupan kita itu, menjadi sesuatu yang baik dalam kehidupan anak-anakNya. Ini adalah Allah kita. Jadi pada waktu kita bekerja, ada hal-hal yang tidak baik dalam kehidupan pekerjaan, memang itu tidak baik, memang itu adalah suatu kejahatan mungkin, yang ditimpakan oleh teman kita kepada diri kita atau orang lain kepada diri kita, tapi ingat satu hal, Tuhan sanggup membuat yang tidak baik itu menjadi sesuatu yang baik yang memberkati hidup kita. Pada waktu kita menikah dengan pasangan kita, sepertinya orang itu adalah orang yang begitu tidak perhatian, orang itu begitu tidak peduli kepada kehidupan kita, orang itu membuat kita menderita dalam kehidupan kita, tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu memang tidak baik, tapi Tuhan sanggup menjadikan pasangan kita sebagai sarana untuk menjadikan, membuat kita hidup ke dalam suatu kehidupan yang lebih baik lagi. Semua hal terjadi dalam kehidupan kita, ketika itu bertentangan dengan prinsip etika Tuhan, hukum Tuhan, hukum moral Tuhan, maka itu adalah dosa di hadapan Tuhan. Tetapi jangan takut, Tuhan sanggup menjadikan yang tidak baik itu menjadi sesuatu yang baik dan membangun iman kita.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu seperti pada waktu kita tahu, kita kena sakit tumor misalnya, rela tidak untuk dioperasi ? Atau pada waktu seorang ibu mengandung, ingin melahirkan anak, dia tahu dari dokter ndak mungkin lahir secara normal, harus melalui caesar, rela ndak untuk dicaesar ? Atau jawabannya : “Nggak ada pilihan lain.” Saya pikir kita akan rela untuk menerima operasi itu, menerima sesuatu yang menyakitkan itu karena kemudian hari ketika kita telah menerima itu, kita tahu kita akan dapat kondisi yang lebih baik. Jadi pada waktu kita tahu hasilnya nanti, hari depannya seperti apa, itu akan memberi kita kekuatan untuk menjalani hidup saat ini dan menanggung penderitaan dalam kehidupan kita. Itu iman Kristen. Tuhan sudah memberi tahu kepada kita, hari depan adalah baik di dalam tangan Tuhan. Hari depan adalah akan menjadikan kita menjadi seperti Kristus. Saya percaya itu menjadi tujuan utama dari kehidupan orang-orang Kristen dan pembentukan yang Tuhan lakukan dalam kehidupan kita. Tetapi untuk menjadi seperti Kristus, harus mengalami proses. Prosesnya apa ? Proses yang mungkin tidak menyenangkan, tetapi proses yang tidak menyenangkan itu, tidak pernah tidak ada di dalam kendali Tuhan. Selalu ada di dalam pemeliharaan Tuhan dan ada di dalam kendali Tuhan. Dari situ saya percaya,  ini akan membuat kita bisa bersyukur kepada Tuhan senantiasa dalam kehidupan kita. Tapi kalau kita bertanya sekali lagi : “Dalam hal apa kita bersyukur ?”  Segala sesuatu. Dan kalau kita tanya : “Di dalam bagian-bagian apa saja kita bersyukur kepada Tuhan dalam kehidupan kita ?” Memang segala sesuatu tetapi kita bisa rincikan lagi kalau kita baca Alkitab, Alkitab memberikan kepada kita ternyata ada hal yang menarik: kapan kita bisa bersyukur kepada Tuhan.

Pertama adalah, kita bersyukur umumnya atas sesuatu yang telah terjadi dalam hidup kita. Kenapa saya bersyukur, puji Tuhan kenapa? Karena saya lulus sekolah. Kenapa saya bersyukur kepada Tuhan? Karena saya baru menikah. Kenapa saya bersyukur kepada Tuhan? Karena saya baru naik gaji. Kenapa saya bersyukur kepada Tuhan? Karena saya disembuhkan dari sakit. Alkitab berkata ada ucapan syukur ini, nggak salah. Misalnya kalau Bapak-Ibu perhatikan dari Keluaran pasal 14, pada waktu orang-orang Israel dibebaskan dari Mesir, dari Firaun. Pada waktu mereka keluar dari Mesir di dalam malam ketika semua anak sulung itu mati, dari orang-orang Mesir, dari yang paling tinggi, Firaun, sampai kepada binatang, mereka berjalan keluar dari Mesir. Tetapi ketika mereka berjalan keluar dari Mesir mereka ternyata dipimpin Tuhan untuk menuju kepada satu tempat yang sebelah itu adalah lautan lepas tanpa ada jalan keluar sama sekali tetapi di sisi ini adalah tentara dari Firaun. Dalam kondisi seperti itu apa yang mereka lakukan? Mereka kemudian menuntut kepada Tuhan Allah, mereka mulai mengutuki Musa, mereka berkata, “engkau Musa membuat kami harus mati di padang gurun ini, lebih baik kami kembali ke Mesir, sekarang di mana kami bisa melarikan diri, di situ adalah lautan, lari ke sana bisa mati, lari ke tempat Mesir kita juga mati oleh prajurit-prajuritnya, kita nggak punya kekuatan untuk melawan Mesir.” Lalu apa yang terjadi? Musa pun kemudian mengeluh di hadapan Tuhan, Musa berteriak kepada Tuhan minta pertolongan, lalu di situ Tuhan berkata, “Musa kenapa engkau berteriak-teriak? Ayo ulurkan tanganmu ke arah laut itu, kelepasan akan datang dari Tuhan. Tongkatmu ulurkan ke laut dan pada waktu itu air laut akan terbelah dan di situ engkau akan berjalan di tanah yang kering.” Pada waktu orang Mesir, Firaun, melihat peristiwa itu mereka mungkin berpikir, “kami juga bisa melewati laut yang kering itu seperti orang Israel,” karena Firaun mungkin berpikir dewa mereka juga adalah dewa yang berkuasa. Tetapi ketika mereka mengejar orang Israel itu, Alkitab berkata orang Israel keluar dan selamat semua, tidak ada satupun yang binasa oleh air, tetapi Firaun dan tentaranya mati ditimpa oleh air. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, setelah peristiwa ini apa yang dicatat oleh Kitab Suci? Alkitab mencatat mereka memuji Tuhan, mereka bersorak-sorak kepada Tuhan dengan nyanyian Musa. Saya percaya ini adalah satu aspek dari ucapan syukur. Saya bersyukur karena apa? Kelepasan yang Tuhan lakukan dalam kehidupan saya, suatu kelepasan dari penderitaan, penyakit, suatu keberhasilan dalam kehidupan saya, itu semua bisa kita naikkan ucapan syukur kepada Tuhan Allah.

Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya katakan ini adalah ucapan syukur yang paling rendah, ini adalah tindakan yang paling bawah di dalam seseorang mengucap syukur, kenapa? Karena Alkitab berkata ada tingkatan yang berikutnya di dalam mengucap syukur, yaitu mengucap syukur atas pertolongan Tuhan sebelum peristiwa itu terjadi. Tadi setelah peristiwa pertolongan terjadi dalam hidup kita, saya bersyukur kepada Tuhan Allah, tetapi Alkitab juga berkata, ada ucapan syukur dari orang-orang percaya ketika mereka belum lihat pertolongan Tuhan datang, tetapi mereka sudah bisa bersyukur pada Tuhan atas pertolongan yang akan mereka terima dari Tuhan Allah. Dan ini adalah orang-orang yang membutuhkan iman di dalam kehidupan  mereka, kepada Tuhan. Misalnya ambil contoh kalau Bapak-Ibu buka dalam 2 Tawarikh pasal yang ke-20 ya, di situ dikisahkan bangsa Yehuda, kerajaan Yehuda, yang dipimpin Raja Yosafat itu suatu hari dikepung atau ingin diserang oleh bangsa Moab dan Amon. Lalu pada waktu Yosafat mendapat kabar kalau bangsa Moab dan Amon itu bersekutu untuk menyerang  bangsa Yehuda, dia ketakutan. Karena apa? Kekuatan Yehuda tidak sebanding dengan kekuatan bangsa Moab dan bangsa Amon, mereka jauh lebih kuat, tentara mereka  jauh lebih  banyak dari orang-orang Yehuda. Lalu apa yang harus dilakukan? Yang dilakukan oleh Yosafat  adalah dia kemudian masuk di dalam Bait Allah kemudian dia doa  kepada Tuhan Allah di situ, dia memanggil Imam lalu turut mendoakan keadaan itu, lalu dia berkata terus terang di hadapan Tuhan, “Tuhan, Engkau telah membebaskan kami dari Mesir, Engkau ryang telah memberikan Tanah Perjanjian ini kepada kami. Engkau telah berjanji setia, Engkau akan berikan kelepasan kepada umat-Mu, Engkau akan jauhkan malapetaka ini. Sekarang Tuhan, ada bangsa yang datang menyerang kami, kami tidak kuat menghadapi mereka, kami akan binasa. Lalu apa  yang harus kami lakukan? Saya serahkan kehidupan bangsa Yehuda ini ke dalam tangan-Mu, biarlah Engkau yang memelihara, Engkau yang menyelamatkan bangsa ini.”

Lalu dari situ kemudian apa yang terjadi? Memang ada nabi Tuhan yang kemudian berbicara, “Engkau akan mengalami kemenangan melawan bangsa Amon dan bangsa Moab.” Tetapi tidak tahu kan bagaimana caranya menang? Mereka jauh lebih perkasa, mereka jauh lebih banyak orangnya, Israel begitu sedikit sekali. Bagaimana mau berperang dengan orang-orang ini? Tetapi keesokan harinya ketika bangsa Moab dan Amon  maju dengan tentaranya, bangsa Yehuda juga maju dengan tentaranya, apa yang dilakukan? Lucu lho. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita pergi berperang, yang di depan itu siapa? Tentara yang hebat? Pasti yang bersenjata kan? Tetapi Tuhan berkata kepada Yosafat yang pertama harus berjalan di depan adalah tim choir, tim choir yang memuji Tuhan. Kenapa bukan tentara? Karena kita mau memuji Tuhan yang akan memberi kemenangan, baru di belakangnya prajurit. Jadi Yosafat memerintahkan tim-tim orang yang tidak mengerti perang, untuk maju menghadapi musuh tersebut terlebih dahulu. Tetapi yang mereka majukan adalah pujian kepada Tuhan, ucapan syukur kepada Tuhan karena Tuhan akan memberikan  kebebasan. Saya pikir panglima-panglima Yosafat pada waktu itu mungkin stres berat dan kebingungan. Ini raja gila ya, mungkin sudah putus asa sama sekali. Kalau seperti Yakub yang pulang menghadapi Esau saudaranya kasih persembahan-persembahan yang banyak di depan itu mungkin bijaksana supaya menenangkan hati Esau. Kalau kita menghadapi Amon dan Moab seperti itu kita bawa perbekalan atau perbendaharaan dari Bait Allah yang emas dan yang lain-lain itu kita berikan kepada mereka mungkin bisa meredakan hati mereka sedikit. Tetapi yang terjadi adalah memberi pujian. Bisa meredakan mereka tidak? Mungkin mereka akan sulit menerima ini. Tetapi ini yang dilakukan oleh Yosafat. Dan pada waktu mereka mengucap syukur kepada Tuhan, Alkitab menjawab, ternyata Tuhan menyediakan sesuatu bagi  tentara Moab dan Amon. Sebelum mereka tiba di situ mereka sudah saling memukul sendiri dan terbunuh semua  akhirnya mereka melarikan diri dalam kekalahan tanpa perang sebelumnya. Dan ketika Isarel tiba di situ atau Yehuda tida di situ yang mereka lihat adalah barang jarahan dan mereka ambil itu semua bawa pulang.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan,  pujian yang diberikan, ucapan syukur yang diberikan sebelum kelepasan terjadi. Dan yang menarik juga Tuhan Yesus melakukan hal itu. Kalau Bapak, Ibu, Saudara baca di dalam Alkitab, ketika Yesus akan membangkitkan Lazarus di dalam kematian, pada waktu itu orang menghina Yesus Kristus. Bahkan Maria dan Martha tidak percaya pada apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Pada waktu itu Yesus berkata, “Buka batu itu.” Martha berkata, “Tuhan, sudah bau. Masak di suruh  buka batu itu?” Tuhan Yesus berkata, “Buka batu itu kalau kau percaya.” Lalu di situ sebelum Dia membangkitkan Lazarus, Dia  menaikkan pujian kepada Tuhan Allah. Lalu Tuhan Yesus berkata, “Aku menaikkan pujian kepada Tuhan Allah. Aku menaikkan pujian ini bukan supaya engkau mendengarkan Aku. Tetapi Aku menaikkan pujian ini supaya orang-orang tahu bahwa Aku diutus oleh Engkau dan kuasa ini adalah bersumber dari Engkau ya Bapa. Karena Aku tahu bahwa Engkau selalu mendengarkan  apa yang menjadi permohonan-Ku dan permintaan-Ku.” Dan Yesus baru  membangkitkan Lazarus.

Itu yang kedua. Yang ketiga adalah, pujian yang diberikan di dalam kondisi yang penderitaan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini nggak gampang, ini adalah hal yang sulit. Bagaimana kita hidup di dalam penderitaan, kita bisa memuji Tuhan? Bagaimana kita hidup dalam sakit, kita bisa memuji Tuhan? Bagaimana kita ada di dalam pergumulan dan perselisihan satu dengan yang lain, kita bisa memuji Tuhan? Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab berkata, inilah iman dari orang percaya. Di dalam kondisi kita mengalami kesulitan-kesulitan, kita masih bisa memuji Tuhan, itu adalah karakter daripada orang Kristen. Bapak-Ibu bisa lihat dari kehidupan Paulus, pada waktu mereka ditangkap oleh orang-orang Romawi, dijebloskan ke dalam penjara, apa yang keluar dari mulut mereka? Saya selalu nggak habis pikir kalau merenungkan bagian ini. Pada waktu Paulus dikatakan di dalam penjara, sudah disesah, sudah dicambuki 40 kurang 1 kali, dalam kondisi yang sangat menderita dan sakit, mungkin kulit yang terobek-robek karena cambukan, belum lagi tangan dan kaki yang dibelenggu, tapi Alkitab bilang: mereka bisa memuji Tuhan, mereka menaikkan pujian kepada Tuhan. Dan bahkan ketika pintu penjara terbuka, kesempatan melarikan diri ada, mereka tetap tidak melarikan diri, dan mereka gunakan kesempatan untuk membawa orang mengenal Kristus. Saya lihat ini adalah hal yang luar biasa sekali. Kekuatan dari mana yang mereka miliki untuk bisa seperti ini? Yang umumnya terjadi adalah, saya kesulitan, saya tidak bisa terima. Saya kesulitan, saya mulai mengeluh di hadapan Tuhan. Saya mengalami penghinaan, saya mulai mencari jalan untuk membela diri dan membenarkan diri, bukan bersyukur kepada Tuhan.

Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ingat baik-baik, kalau kita hanya bisa bersyukur kepada Tuhan atas kelepasan yang Tuhan berikan, itu hanya level yang paling bawah. Tuhan ingin kita belajar bersyukur, di tengah-tengah penderitaan sekalipun kita bisa bersyukur kepada Tuhan Allah. Karena apa? Dari situ menyatakan kita tidak memiliki keraguan terhadap Tuhan. Kenapa orang sulit bersyukur? Tadi salah satu aspeknya saya bilang, karena kita ragu akan jalan Tuhan, hikmat Tuhan itu yang terbaik dalam hidup kita. Kita ragu Tuhan akan memberikan yang baik bagi kita. Kita ragu Tuhan memiliki kuasa untuk mengeluarkan kita daripada yang sulit itu. Atau, kita tidak ragu Tuhan bisa melakukan sesuatu, tapi kita ragu bahwa apa yang Dia rencanakan bagi kita itu adalah bijaksana. Kalau kita tidak memiliki suatu kepercayaan kepada Tuhan, mungkin tidak kita akan bersyukur kepada Tuhan dalam hidup kita? Saya yakin kita nggak akan bersyukur, yang ada adalah keluhan-keluhan, dan kritikan-kritikan yang kita berikan kepada Tuhan Allah. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kapan kita bersyukur? Alkitab berkata, harus selalu bersyukur.

Lanjut. Bagaimana selalu bersyukur kepada Tuhan? Lalu atas apa kita bersyukur? Atas segala sesuatu yang menimpa hidup kita, kita harus bersyukur pada Tuhan. Kenapa semua itu kita bisa lakukan? Dan melalui siapa kita bersyukur kepada Tuhan? Melalui Yesus Kristus, kita bersyukur kepada Tuhan, Tuhan kita Yesus Kristus. Nah ini poin yang lebih mendalam lagi, saya percaya, yang Tuhan atau Paulus katakan kepada kita. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, syukur itu bukan sesuatu yang sebenarnya setelah kita alami atau merupakan respon terhadap suatu peristiwa pelepasan dari Tuhan saja kita bersyukur. Bersyukur itu bukan hanya melihat ke depan atas pertolongan Tuhan yang akan terjadi dalam kehidupan kita untuk bersyukur. Bersyukur juga bukan sesuatu keadaan yang kita perlu lakukan hanya di dalam kondisi penderitaan saja karena kita mengerti ada Allah yang mengontrol dan memelihara kehidupan kita, memproses kita dalam ucapan bersyukur itu; tetapi bersyukur di dalam Kristus, itu adalah suatu ucapan syukur, yang kita bisa katakan, satu keharusan untuk kita lakukan apapun kondisi kita. Walaupun tidak ada kelepasan sama sekali dalam kehidupan kita. Ini dikatakan oleh Joni Eareckson Tada, dia adalah orang yang merupakan atlit, kemudian mengalami suatu kelumpuhan dalam kehidupan dia. Lalu ketika dia menulis buku tentang apa yang dia alami itu, dia berkata satu hal: Mengucap syukur bukan sesuatu yang melihat akan kelepasan Tuhan dalam kehidupan kita saja, bukan sesuatu yang mengalami kelepasan dalam kehidupan kita, tetapi itu adalah perintah yang Tuhan ingin kita lakukan dalam hidup kita.

Jadi walaupun tidak ada kelepasan sama sekali, hidup orang Kristen harus bagaimana? Ya bersyukur. Tapi ada satu hal yang saya percaya bisa memberikan ucapan syukur yang luar biasa dalam kehidupan kita adalah kalau kita lakukan itu di dalam Kristus. Maksudnya adalah apa? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita tidak pernah dilepaskan dari apapun dalam dunia ini, itu nggak masalah, yang penting adalah kita dilepaskan dari pada kehidupan berdosa, itu adalah sesuatu yang saya percaya akan memberikan suatu ucapan syurkur yang melimpah dalam kehidupan orang-orang percaya, karena apa? Apa yang dialami Yesus Kristus itu jauh lebih berharga , jauh lebih penting, bernilai dari apapun yang bisa kita miliki dari kelepasan yang kita alami dalam dunia ini. Alkitab berkata Dia menderita karena dosa kita, Dia yang tidak harus menderita, menderita karena dosa, Dia yang harusnya dilepaskan dari malapetaka justru menimpa malapetaka, Dia harusnya dilepaskan dari neraka justru menerima neraka karena kita, Dia harusnya mendapatkan kemurnian justru harus turun ke dalam dunia mendapatkan kehinaan yang begitu luar biasa sekali karena kita yang hina. Saya percaya kalau kita mengerti aspek ini dari penebusan yang Kristus lakukan, saya percaya kalaupun tidak ada pelepasan sama sekali dalam kehidupan kita di tengah-tengah dunia ini dan walaupun kita tidak ada niat pengharapan sama sekali untuk bebas dari pada kesulitan yang kita alami di tengah-tengah dunia ini, dalam hati kita ada ucapan syurkur kepada Tuhan Allah di dalam Kristus. Ini adalah hal yang saya percaya menjadi hal yang esensi di dalam ibadah kita dan di dalam ketaatan kita mengikut Tuhan Allah kita.

Tetapi Paulus tidak berhenti di sini, Paulus berkata pada waktu kita bersyukur di dalam Kristus kita mengucap syukur kepada siapa? Kepada Allah dan Bapa kita. Nah ini adalah hal yang saya percaya, hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang Kristen, karena apa? Paulus mengajak kita melihat Allah itu bukan hanya Allah kita, tetapi Paulus mau mengajak kita ketika kita bersyukur melihat Dia juga adalah Bapa kita. Dan Bapa itu artinya apa? Di dalam Yakobus dikatakan Dia adalah Bapa yang dari padaNya segala sesuatu yang baik kita terima dalam hidup kita. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, segala sesuatu yang baik kita terima dalam hidup kita itu dari Allah Bapa, artinya apa? Artinya adalah tidak ada sesuatu pun yang terjadi, yang kita terima itu tidak baik, pasti baik dari Tuhan Allah. Kalau Dia adalah Allah yang baik, Bapa yang baik, Dia adalah Allah yang sudah memberikan Anak Tunggal-Nya bagi kita, mungkin tidak, Paulus berkata, Dia tidak memberikan yang terbaik bagi kita kalau Dia sudah mengorbankan AnakNya sendiri? Mungkin tidak Dia tidak melepaskan kita dari kesulitan, bukan dalam dunia ini secara khusus tapi kesuliatan dari maut, kalau Dia sudah memberikan segala sesuatu Anak Tunggal-Nya? Mungkin tidak Dia akan membiarkan kita dihakimi di dalam penghakiman yang kekal? Alkitab bilang tidak, karena Dia adalah Allah yang baik itu, Dia adalah baik kepada kita di dalam Kristus Yesus. Dan saya percaya prinsip ini kalau kita mengerti sungguh-sungguh itu akan memberikan sukacita di hati kita, itu akan memberikan ucapan syukur dalam kehidupan kita, dan tidak mungkin kita tidak bersyukur dalam kehidupan kita.

Dan saya harap para peserta baptisan, sidi, dan atesasi pada hari ini, kalian tidak menjalankan ritual ini menjadi hanya sebagai suatu ritual saja supaya “saya bisa sakramen Perjamuan Kudus, supaya saya punya gereja, supaya saya bisa dilayani kalau saya mendapatkan masalah,” ada orang berkata “supaya saya bisa dikuburkan kalau saya mati.” Bukan, tetapi saya harap ketika saudara dibaptiskan, menerima sidi, peneguhan iman, dan atesasi, saudara sungguh-sungguh melihat akan cinta kasih Allah di dalam Kristus bagi kehidupan saudara, saudara betul-betul mengalami penebusan Kristus dalam kehidupan saudara, dan saudara bisa bersyukur di dalam hati dan penuh dengan sukacita nyanyikan pujian bagi Tuhan Allah kita. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita. Ibadah yang sejati adalah ibadah yang didasarkan pada hati yang bersyukur, semuanya kalau tidak dari hati yang bersyukur tidak ada gunanya di hadapan Tuhan, kiranya boleh memberkati kita. Mari kita masuk di dalam doa.

Kami sekali lagi bersyukur Bapa untuk firmanMu, untuk kebenaran yang boleh Engkau bukakan, untuk penebusan Kristus yang telah Engkau berikan dalam kehidupan kami, untuk kasih setiaMu yang telah Engkau curahkan bagi kami ya Bapa di dalam Kristus. Kami sadar bahwa tidak ada satu nilai apapun dalam dunia ini yang bisa melampaui nilai cinta kasih yang telah Engkau berikan bagi kami. Dan biarlah pengertian ini boleh menimbulkan hati yang senantiasa bersyukur dalam diri kami terhadap Engkau, karya penebusanMu, dan apapun yang telah Engkau kerjakan dalam hidup kami. Sekali lagi kami berdoa bersyukur hanya dalam nama Yesus Kristus, Amin.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Comments