Dipenuhi oleh Roh Kudus, 27 Mei 2018

Kis. 2:4-13

Pdt. Dawis Waiman, M.Div.

Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam Kisah [Para Rasul] pasal 2, ayat 1 sampai ayat yang ke-4, kita telah melihat kalau Baptisan Roh Kudus itu adalah sesuatu yang berbeda dengan peristiwa dipenuhinya seseorang itu dengan Roh Kudus. Ini adalah dua persitiwa yang kita ndak bisa gabungkan dua itu menjadi satu peristiwa seolah-olah baptisan Roh Kudus itu adalah dipenuhi dengan Roh Kudus. Kenapa? Ini adalah sesuatu yang dikatakan di dalam ayat 1 sampai 2, sebagai suatu peristiwa yang berbicara mengenai bagaimana Roh Kudus membaptis orang-orang yang merupakan murid-murid Kristus pada waktu itu dengan adanya suara seperti angin yang memenuhi seluruh rumah itu lalu ada lidah-lidah seperti api yang hinggap di atas kepala daripada para rasul dan murid-murid saat itu. Tetapi setelah itu, di dalam ayat yang ke-4, Lukas berkata mereka kemudian baru dipenuhi dengan Roh Kudus. Jadi Alkitab secara jelas sekali mengatakan ini adalah dua peristiwa yang berbeda antara satu dengan yang lain. Tetapi ketika kita hidup sebagai orang Kristen, pada waktu kita menjadi orang percaya, terjadi sesuatu yang agak berbeda dengan peristiwa pada hari Pentakosta ini. Pada waktu hari Pentakosta itu terjadi, Alkitab mencatat ada selang waktu di mana orang-orang Yahudi itu, murid-murid Kristus sebelumnya percaya kepada Kristus, kemudian setelah beberapa lama atau beberapa hari kemudian, mereka kemudian baru menerima Roh Kudus dalam kehidupan mereka. Tetapi dari ketika pasca-Pentakosta, maka Alkitab mencatat zamannya telah beralih, zamannya di mana kita tidak lagi perlu menunggu ada hari-hari setelah kita percaya baru Roh Kudus diberikan kepada kita, tetapi pada detik kita percaya kepada Kristus, pada detik itu juga, Roh Kudus diberikan kepada kita atau kita dibaptis dengan Roh Kudus. Ini dikatakan oleh Paulus di dalam 1 Korintus 12 ayat 13. Pada waktu itu Paulus berkata ketika kita percaya kepada Kristus, ketika kita beriman kepada Kristus, maka Roh Kudus itu memberikan kita atau menyatukan kita di dalam satu tubuh yaitu Tubuh Kristus. Siapa yang disatukan itu? Orang Yahudi, orang bukan Yahudi, para hamba, mau pun orang yang merdeka. Detik mereka percaya kepada Kristus, detik itu juga mereka disatukan di dalam Tubuh Kristus. Ada ayat-ayat yang lain yang berbicara juga, seperti dalam Efesus pasal 1 yang berkata, pada waktu kita percaya kepada Kristus, pada waktu itu Tuhan memberikan Roh Kudus sebagai materai dalam kehidupan kita, detik kita percaya kepada Yesus Kristus. Jadi ada suatu perbedaan antara murid-murid Yesus pada zaman Yesus Kristus ketika mereka hidup bersama Kristus, dan Kristus naik ke surga lalu Roh Kudus turun dengan kita yang hidup setelah zaman Pentakosta terjadi, kira-kira 2000 tahun yang lalu. Lalu apa yang membedakan hal ini?

Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya, apa yang terjadi di peristiwa Pentakosta, itu bukan hanya sesuatu hari peringatan yang dilakukan oleh orang Yahudi, tetapi di hari Pentakosta itu ada suatu rencana Tuhan di dalam sejarah keselamatan, yang merupakan suatu pengertian di mana Allah menggenapkan Wahyu-Nya bagi manusia. Di mana Tuhan mau menyatakan zaman sekarang sudah beralih dari zaman perjanjian lama, masuk ke dalam zaman perjanjian baru. Bagaimana kita bisa tahu zaman perjanjian Lama itu sudah beralih dan masuk ke dalam zaman perjanjian baru? Tuhan berkata, melalui peristiwa Pentakosta itu, maka murid-murid diajak untuk melihat sekarang mereka tidak lagi hidup menurut zaman nabi-nabi, tetapi mereka hidup di dalam zaman anugerah, dan hidup sebagai gereja, dan memiliki Roh Kudus dalam hati mereka dan diri mereka, dan mulai hari itu mereka hidup dengan penyertaan Roh Kudus di dalam diri mereka. Kenapa ini bisa terjadi? Karena pada waktu kita memperhatikan perjanjian lama, maka kita bisa melihat perjanjian lama itu adalah Firman Tuhan yang diwahyukan Tuhan kepada umat-Nya melalui nabi-nabi. Tetapi pada waktu kita memperhatikan Firman Tuhan itu diwahyukan oleh kepada umat-Nya melalui nabi-nabi, maka kita bisa memperhatikan atau memecah lagi pewahyuan itu menjadi dua macam wahyu. Pertama itu adalah wahyu yang dikatakan melalui nabi kepada umat-Nya. Dan pada waktu Wahyu ini dikatakan bisa dalam bentuk nubuatan yang kemudian dicatat oleh nabi untuk disampaikan kepada umat-Nya dan dikatakan kepada umat-Nya melalui perantaraan nabi tersebut.

Tetapi ada semacam wahyu lagi di dalam perjanjian lama yang mungkin sering kali kita abaikan, yaitu wahyu melalui cara tipologi. Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, pernahkah kita membaca misalnya pada hari Paskah, apa yang terjadi di hari itu? Dikatakan oleh Perjanjian Lama, orang-orang Yahudi akan datang ke hadapan Allah, mereka akan membawa domba, menyembelih domba itu, lalu kemudian darahnya itu dipercikkan di Bait Allah atau di dalam tabir yang memisahkan ruangan Kudus dengan Yang Maha Kudus tersebut. Untuk apa mereka lakukan itu? Alkitab berkata, itu adalah suatu peristiwa mereka memperingati juga hari di mana mereka dibebaskan dari perbudakan Mesir. Tapi pada waktu kita melihat perjanjian lama, apakah Paskah hanya terbatas di pada suatu hari peringatan akan kemerdekaan Israel dari Mesir. Apakah Paskah itu adalah sebagai suatu hari peringatan di mana mereka melihat bahwa Tuhan itu melewati mereka saja supaya anak-anak sulung mereka tidak mati, tetapi anak-anak sulung daripada orang-orang Mesir yang mati sehingga mereka memperingati hari itu? Saya percaya Alkitab berkata Paskah bukan hanya bermakna seperti itu. Tapi Paskah mengandung makna di mana suatu hari nanti ada Anak Domba Allah, yaitu Yesus Kristus sendiri yang akan datang ke dalam dunia untuk mati bagi dosa kita. Jadi pada waktu mereka menjalankan hari Raya Paskah, setiap tahun mereka menjalankan hari Raya Paskah, itu berbeda dengan kita setiap tahun merayakan ulang tahun kita, dan itu berbeda dengan setiap tahun kita merayakan hari ulang tahun daripada negara kita atau hari kemerdekaan daripada negara kita. Kenapa beda? Karena ketika orang Yahudi menjalankan hari Raya Paskah setiap tahunnya, maka hari Raya Paskah itu, di mana domba Allah itu disembelih dan dialirkan darahnya, itu merupakan tipologi daripada Yesus Kristus yang akan datang nanti untuk menebus dosa manusia. Yesus Kristus adalah anti-tipe (?). Domba Paskah itu adalah tipologi yang menggambarkan suatu hari Yesus akan mengorbankan nyawa-Nya seperti domba ini yang disembelih dan dikorbankan demi untuk menebus dosa manusia.

Misalnya, ambil contoh lagi. Pada waktu Bapak-Ibu membaca kitab Kejadian, hal yang paling menarik dari Kitab Kejadian selain daripada peristiwa pemanggilan Abraham, saya pikir peristiwa di mana Yusuf dijual ke Mesir, lalu kemudian dia menjadi perdana menteri di sana. Lalu pada waktu dia menjadi perdana menteri, apa yang terjadi? Alkitab mencatat dia tidak langsung didudukkan menjadi perdana menteri di Mesir, tetapi dia terlebih dahulu dijual sebagai seorang budak. Lalu kemudian dia dimasukkan ke dalam penjara, satu kali dijual sebagai budak, lalu setelah itu dia karena difitnah oleh istri Potifar akhirnya dia dilemparkan ke dalam penjara, tempat yang lebih rendah dari pada budak. Lalu setelah dilemparkan ke tempat yang paling rendah, yaitu tempat di mana dia menantikan kematian itu, suatu hari kemudian Tuhan mengangkat dia ke posisi yang paling tinggi, yaitu orang nomor dua di Mesir setelah Firaun. Tetapi Firaun itu sebenarnya menyerahkan seluruh urusan negara kepada Yusuf untuk dikerjakan oleh Yusuf atau dikelola oleh Yusuf. Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, ini menggambarkan apa? Alkitab berkata ini mengambarkan Kristus. Yusuf adalah tipologi dari Kristus; tipologi dari inkarnasi Kristus. Kristus yang mulia, turun ke dalam dunia. Bukan hanya turun ke dalam dunia sebagai manusia, Dia merendahkan Diri-Nya lagi sampai posisi yang paling rendah yaitu di atas kayu salib. Lalu setelah Dia diturunkan sampai posisi yang sangat rendah itu, Alkitab berkata kemudian Dia dimuliakan; Dia dibangkitkan. Dia diangkat oleh Allah, duduk di sebelah kanan Allah, di tempat yang paling tinggi tersebut, yang sangat tinggi. Jadi di dalam Alkitab, ketika kita membaca Kitab Suci, selain dari kita membaca apa yang dikatakan Tuhan, perkataan Tuhan, Firman Tuhan, nubuat, janji-janji Tuhan dalam Kitab Suci, kita juga boleh memperhatikan tipologi-tipologi tentang Kristus yang Tuhan sudah berikan di dalam Perjanjian Lama.

Tipologi itu berbicara mengenai siapa? Ada 3 hal, paling tidak, yang penting. Pertama adalah Hari Raya Paskah. Kedua adalah hari di mana orang Israel membawa persembahan sulung kepada Tuhan ALLAH. Yang ketiga adalah hari Pentakosta. Jadi pada waktu orang Israel menjalankan Paskah, tiap Paskah, mereka diajak untuk menantikan Mesias yang akan mati bagi dosa mereka. Pada waktu mereka menjalankan persembahan buah sulung, mereka diajak untuk melihat pada Kebangkitan Kristus; pada hari yang ke-3. Pada waktu mereka melakukan perayaan Pentakosta, mereka diajak untuk melihat pada suatu hari Tuhan akan mencurahkan Roh Kudus-Nya, memberikan Roh Kudus-Nya kepada umat-Nya, sebagai jaminan bahwa mereka akan atau kita akan bersama-sama dengan Kristus tinggal di hadapan Allah dan diperkenan di hadapan Tuhan Allah. Ini bicara mengenai tiga perayaan yang dilakukan oleh orang Yahudi setiap tahun dalam kehidupan mereka. Dan pada waktu Yesus datang ke dalam dunia sungguh-sungguh, itu adalah suatu titik di mana Yesus atau Tuhan Allah mau mengatakan kepada orang Yahudi, inilah saatnya sejarah keselamatan yang Tuhan sudah janjikan kepada umat-Nya beribu-ribu tahun sebelumnya mulai digenapi oleh Tuhan Allah. Pada waktu Yesus Kristus bangkit dari kematian, mereka diajak untuk melihat, ini memang benar Orang Itu yang telah menang atas kuasa maut dan diperkenan di hadapan Allah sebagai Persembahan yang Sulung di hadapan Allah, yang bangkit daripada kematian. Lalu, pada waktu Pentakosta dijalankan, di situ gereja mendapatkan satu kekuatan, satu jaminan, karena Kristus sudah bangkit daripada kematian tersebut, dengan Roh Kudus dicurahkan bagi Tuhan. Jadi kalau kita mengerti ini adalah rangkaian daripada nubuat yang Tuhan berikan kepada umat Allah, kita bisa mengerti ketika Kristus sudah datang ke dalam dunia, kita ndak perlu menantikan ada Kristus ke-2, Kristus ke-3, untuk datang menyelamatkan kita. Pada waktu Kristus sudah bangkit dari kematian, kita ndak perlu menantikan ada kebangkitan ke-2, ke-3, dan yang ke-4 karena Yesus yang pertama yang dinubuatkan itu sudah bangkit dari kematian.

Dan ketika Pentakosta terjadi, apakah kita perlu masih menantikan baptisan Roh Kudus yang ke-2, yang ke-3, yang ke-4 setiap tahun berulang-ulang seperti itu? Apakah kita juga perlu menantikan, setelah kita percaya kepada Kristus, ada suatu waktu, paling ndak mungkin 50 hari kemudian baru Roh Kudus memenuhi atau membaptis diri kita? Saya percaya ini tidak lagi berlaku di dalam kehidupan orang-orang Kristen pasca hari Pentakosta yang terjadi pada 2000 tahun yang lalu. Karena semua yang terjadi 2000 tahun yang lalu, khususnya hari di mana Roh Kudus diturunkan, itu sudah tergenapi pada hari Pentakosta di dalam Kisah pasal 2 itu. Dan dari situ kita tahu, zamannya sudah berlalu. Zaman perjanjian lama sudah berlalu. Zaman orang-orang yang merupakan umat Allah yang dipimpin oleh Roh Kudus dari luar, atau disertai oleh Roh Kudus, sekarang sudah berlalu. Roh Kudus tidak lagi memimpin umat Allah dari luar tapi Roh Kudus ada di dalam diri orang percaya, yaitu gereja Tuhan dan saat ini sudah masuk ke dalam zaman perjanjian baru.

Nah, Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, itu sebabnya ketika baptisan Roh Kudus itu terjadi, maka baptisan Roh Kudus, kita bisa katakan sesuatu yang berbeda dengan dipenuhi oleh Roh Kudus. Setiap orang percaya, dikatakan di dalam 1 Korintus 12 ayat 13 dan ayat yang lain, itu sudah menerima Roh Kudus, tetapi Alkitab kemudian mengajak kita untuk melihat, ada suatu peristiwa lagi yang penting yang kita ndak boleh abaikan. Apa itu? Yaitu dipenuhi dengan Roh Kudus. Dipenuhi dengan Roh Kudus itu apa sebenarnya? Kalau dibicarakan mengenai baptisan Roh Kudus itu adalah suatu peristiwa di mana kita dibawa masuk ke dalam Tubuh Kristus. Tetapi dipenuhi dengan Roh Kudus itu apa? Nah, saya berkata Alkitab menyatakan dipenuhi dengan Roh Kudus itu adalah sesuatu tindakan kita menyerahkan diri kita, di bawah suatu kontrol yang total kepada Roh Kudus untuk memimpin kehidupan kita. Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita melihat peristiwa di dalam Kisah 2 ayatnya yang ke-4, seolah-olah Roh Kudus itu ketika memenuhi seseorang, maka pemenuhan Roh Kudus itu disertai dengan berbicara bahasa Roh. Tetapi ketika kita meneliti Kitab Suci kita secara lebih mendalam lagi, kita akan mendapatkan sebenarnya dipenuhi dengan Roh Kudus definisinya bukan berbicara dalam bahasa Roh. Tetapi dipenuhi dengan Roh Kudus itu berbicara mengenai bagaimana kita menyerahkan diri kita untuk berada di bawah kontrol total daripada Roh Kudus di dalam kehidupan kita. Dan itu berarti pada waktu seseorang itu dipenuhi oleh Roh Kudus, ada satu hal yang terlebih dahulu harus terjadi, yaitu apa? Dia harus memiliki Roh Kudus terlebih dahulu. Jadi kalau kita tidak pernah memiliki Roh Kudus terlebih dahulu melalui baptisan Roh Kudus yang kita terima, maka kita ndak mungkin bisa memiliki suatu kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus dalam kehidupan kita. Dan pada waktu kita sudah diberikan Roh Kudus, pertanyaannya kehidupan orang Kristen itu menjadi bukan lagi kapan Tuhan membaptis saya dengan Roh Kudus, tetapi apa? Bapak-Ibu bisa ikuti ya? Saya bilang, orang Kristen begitu percaya pasti punya Roh Kudus. Begitu dia diselamatkan dia pasti punya Roh Kudus. Tetapi memiliki Roh Kudus dengan dipenuhi oleh Roh Kudus itu beda. Ini dua peristiwa yang beda.

Dan sekarang, dipenuhi Roh Kudus itu apa? Dipenuhi Roh Kudus itu berarti dia dikontrol penuh oleh Kuasa Roh Kudus, begitu ya. Sekarang, ketika kita menjadi orang Kristen, saya tanya, persoalan hidup kita sebenarnya terletak pada apa? Apakah kita membutuhkan Roh Kudus untuk dibaptis oleh Roh Kudus atau pada peristiwa kita dipenuhi oleh Roh Kudus? Yang mana? Apakah kita sebagai orang Kristen masih perlu berdoa kepada Tuhan meminta Tuhan membaptis kita dengan Roh Kudus? Tidak, kan? Kalau kita berdoa meminta Tuhan membaptis dengan Roh Kudus, itu hanya menunjukkan satu arti: kita belum percaya. Kita belum memiliki Roh Kudus dan kita belum diselamatkan dalam kehidupan kita. Kalau kita sudah diselamatkan, persoalannya menjadi apa? Dipenuhi atau dibaptis? Dipenuhi. Kalau itu berbicara mengenai dipenuhi, berarti persoalan orang Kristen setelah dia menjadi percaya itu adalah persoalan bagaimana dia menyerahkan diri dia, di dalam kuasa pimpinan Tuhan. Bagaimana dia menyerahkan diri dia untuk tunduk kepada apa yang menjadi perintah dan kehendak Tuhan dalam kehidupan dia; bukan soal minta Roh Kudus atau tidak. Atau bukan soal punya Roh Kudus atau tidak. Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita ingin belajar hidup taat kepada Tuhan, caranya bukan minta Roh Kudus membaptis kita, tetapi mintalah Roh Kudus memenuhi kehidupan kita. Itu yang harusnya kita minta dalam kehidupan kita. Dan pada waktu ini terjadi dalam kehidupan kita, saya mau katakan juga, itu berarti persoalan hidup orang Kristen itu bukan hanya berbicara saya sudah diselamatkan atau belum, tetapi berbicara mengenai bagaimana saya menggenapi apa yang menjadi kehendak Allah dalam kehidupan saya.

Setiap orang Kristen, saya percaya, ketika ditanya, kenapa kita menjadi orang Kristen,  jawabannya apa? Yang sudah belajar mungkin akan menjawab karena anugerah Tuhan, kayak gitu. Tetapi yang umumnya kita dengar kenapa kita menjadi orang Kristen jawabannya apa? “Karena saya ndak mau mati ya. Saya ndak mau dihukum kekal, saya mau mendapatkan hidup kekal, dan bukankah Kristus menawarkan kepada saya suatu kehidupan yang kekal? Melalui kematian dan kebangkitan Dia di kayu salib, dan melalui iman kepada Kristus itu saya mendapatkan hidup yang kekal.” Begitu tidak? Tapi kalau kita mengatakan kehidupan Kristen adalah soal kita diselamatkan atau tidak, maka itu berarti kehidupan Kristen itu hanya berbicara soal kita dibaptis oleh Roh Kudus atau tidak dibaptis oleh Roh Kudus dan berhenti sampai pada titik itu. Sedangkan Alkitab berkata ada sesuatu yang lain yang melampaui hanya soal selamat dan tidak selamat. John Stott suatu hari pernah mengadakan angket kepada seluruh jemaatnya. Lalu pada waktu dia mengadakan angket kepada seluruh jemaatnya itu, dia ingin tahu 1 hal: kira-kira ya, apa yang menjadi penyebab jemaatnya itu datang ke gereja dan menjadi orang Kristen. Lalu ketika angket itu disebarkan kepada seluruh jemaatnya itu, lalu dia mendapatkan sesuatu yang mengagetkan diri dia. Di dalam angket itu mayoritas orang menulis kenapa saya menjadi orang Kristen, dia menjawab sebabnya karena saya merasa putus asa. Saya merasa tidak ada lagi sesuatu yang saya lakukan untuk kehidupan saya kecuali saya menjadi orang Kristen. Jadi, maksudnya adalah mereka merasa ada suatu kebutuhan dalam kehidupan mereka oleh perasaan putus asa itu akan Kristus, mungkin, akan dosa mereka sehingga mereka menemukan ada jalan keluar yaitu melalui Yesus Kristus dan itu yang membuat mereka menjadi orang Kristen.

Bapak-Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan, Bapak-Ibu datang ke gereja menjadi orang Kristen alasannya karena apa? Karena ada jalan keluar dalam Kristus? Karena ada penebusan di dalam Kristus? Begitu? Salah nggak? Ndak salah; saya yakin ndaksalah. Karena di dalam ucapan bahagia, yang kedua Yesus berkata – yang pertama adalah ‘Berbahagialah mereka yang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga’ – yang kedua apa? Berbahagialah mereka yang…apa? Berduka cita karena mereka akan dihibur. Berduka cita atas apa? Kalau kita perhatikan apa yang diajarkan oleh Kitab Suci salah satu dukacita yang paling penting dan paling besar adalah dukacita terhadap dosa. Dukacita kalau kita adalah orang yang harus dihukum oleh Allah yang Kudus dan Suci itu. Sehingga pada waktu kita merasa berdukacita itu, kita kemudian dibawa untuk berharap kepada Kristus dan mendapatkan penghiburan dari Yesus Kristus. Penghiburan atas apa? Keadaan kita yang tidak perlu lagi dihukum akibat dosa kita. Keadaan di mana kita memperoleh suatu kehidupan yang kekal bersama dengan Kristus. Itu penghiburan yang terbesar yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Jadi salah nggak kalau kita datang kepada Kristus dengan satu pengharapan: Saya ditebus, sekarang saya milik Kristus, sekarang saya sudah diselamatkan di dalam Kristus, dan itu membawa satu sukacita di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Saya bilang, nggak salah. Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, jangan puas stop di titik itu. Jangan merasa itulah segala-galanya arti kehidupan seorang Kristen. Tetapi, coba perhatikan, ada bagian lain dari Kitab Suci yang berkata, hidup kita itu bukan hanya berhenti di situ.

Kalau Bapak Ibu baca dalam Efesus 2:7, di situ Paulus berkata, ketika kita ditebus oleh Kristus, tujuannya untuk apa? Untuk suatu hari nanti, kita akan menjadi puji-pujian bagi nama Dia, nama Allah. Berarti pada waktu kita sudah ditebus oleh Kristus, Tuhan ingin melihat kehidupan kita, atau Allah ingin melihat kehidupan kita apakah bisa membawa kemuliaan, kesenangan bagi nama Tuhan, yang membawa pujian bagi nama Tuhan atau tidak? Lalu yang kedua, kalau kita perhatikan di dalam Efesus 2:18, Paulus berkata juga, pada waktu kita ditebus oleh Kristus, maka penebusan Kristus itu adalah suatu penebusan yang menyatukan kita kedua pihak, yaitu siapa? Yahudi dan non-Yahudi, oleh satu roh, untuk masuk kepada Bapa. Maksudnya adalah, ketika kita diselamatkan oleh Kristus, Paulus berkata, kita diberikan satu anugrah untuk dapat berelasi dengan Bapa, dan bersekutu dengan Bapa. Dan Bapa menyelamatkan kita melalui Kristus adalah supaya kita membangun relasi dengan Bapa. Jadi, dari sini kita bisa melihat, apakah kita punya kehidupan orang Kristen itu hanya berhenti pada titik di mana kita dibaptis Roh Kudus atau tidak? Apakah kehidupan kita sebagai orang Kristen itu berhenti pada titik di mana kita sudah diselamatkan atau belum? Alkitab bilang: Tidak. Tetapi Alkitab berkata, kehidupan kita sebagai orang Kristen atau tidak, kita perlu bergumul di dalam suatu kehidupan yang makin dipenuhi oleh Roh Kudus atau tidak dalam kehidupan kita. Atau istilah lainnya: kita makin menjalankan suatu kehidupan yang makin menggenapi apa yang menjadi kehendak Allah atau tidak, karena Tuhan mengkhendaki itu terjadi dalam kehidupan kita.

Bapak, Ibu bisa perhatikan, misalnya salah satu perkataan Kristus, yang seringkali di-claim sebagai perkataan yang keras sekali, di dalam Matius 10:37-39, Yesus berkata: “Barangsiapa mengasihi bapaknya, mengasihi ibunya daripada Aku, mengasihi anak-anaknya laki-laki dan perempuan, lebih daripada mengasihi Aku, maka dia tidak layak bagi Aku. Barangsiapa yang mempertahankan nyawanya, dia akan kehilangan nyawanya. Tapi barangisapa kehilangan nyawanya demi Aku, dia akan memperoleh nyawanya tersebut.” Ini bicara mengenai apa? Saya percaya ini berbicara suatu kehidupan yang ditundukkan di bawah otoritas dari Tuhan Allah, yaitu Yesus Kristus, dalam kehidupan kita. Dan Tuhan mengkhendaki ini ada di dalam kehidupan dari setiap orang-orang yang telah ditebus oleh Yesus Kristus. Jadi pada waktu kita dibaptis oleh Roh Kudus, ingat, ada ayat yang keempat: dipenuhi oleh Roh Kudus. Maksudnya adalah apa? Pada waktu kita dibaptis oleh Roh Kudus, kita pada waktu percaya kepada Kristus dan diselamatkan dalam Kristus, pada detik itu juga Tuhan menuntut kita, kita harus memiliki suatu kehidupan yang mengtuhankan Kristus dalam kehidupan kita. Saudara, saya tidak tahu, kadang-kadang ketika saya berbicara dengan orang Kristen, banyak orang Kristen yang punya konsep seperti ini: Pada waktu saya masih muda, saya percaya kepada Kristus. Yang penting saya sudah diselamatkan, seperti itu. Lalu apa yang kemudian dilakukan? Karena potensi saya masih banyak, tenaga saya masih kuat, mimpi saya masih panjang, hidup saya masih lama, seperti itu, maka saya, ketika telah percaya kepada Kristus, saya masih ingin mengejar apa yang menjadi cita-cita dan harapan saya dalam kehidupan saya. Sampai kapan? Mungkin sampai saya sudah tua, saya sudah tidak punya kekuatan lagi, baru saya mau menyerahkan hidup saya tunduk di bawah apa yang menjadi kehendak Tuhan untuk pelayanan di dalam kerajaan Dia. Tapi selama saya masih muda, saya nggak mau melakukan itu dalam kehidupan saya.

Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita mengerti tujuan Tuhan membaptis kita dengan Roh Kudus, supaya kita dipenuhi oleh Roh Kudus, atau memiliki kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus, maka itu berarti, detik kita diselamatkan di dalam Kristus, detik itu juga, Tuhan menuntut, ada kehidupan yang ditundukkan total di bawah kontrol daripada Kristus, atau daripada Roh Kudus dalam kehidupan kita. Ada satu bagian lagi dari ayat Kitab Suci yang mungkin kita bisa lihat untuk melihat makna daripada dipenuhi oleh Roh Kudus itu apa. Bapak Ibu boleh buka dari Efesus 5:18. Jadi pada waktu Paulus berkata, “Hai orang-orang jemaat Efesus, hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus,” – penuh dengan Roh Kudus itu artinya apa? Lakukan ini, lakukan ini, lakukan ini dalam kehidupanmu. Lalu lakukan ini, dan ini, ini – itu lakukan apa? Untuk bisa mengerti, kita coba bandingkan dengan Kolose 3:16, satu bagian perikop yang berbicara mengenai hal-hal yang sama, yang diperintahkan Paulus untuk dilakukan, tetapi hanya ada 1 yang tidak dicatat, satu istilah yaitu: dipenuhi dengan Roh Kudus. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita perhatikan list  di dalam Kolose 3:16 dan Efesus 5:19-21, kita menemukan sesuatu yang sama kan? Kita diminta untuk memuji Tuhan, bermazmur, saling mengajarkan firman Tuhan, hidup di dalam kerendahan hati, tetapi yang membedakan itu apa? Di dalam Efesus 5, dikatakan, itu adalah kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Di dalam Kolose 3:16, tidak dikatakan itu adalah kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus, tetapi itu adalah kehidupan yang menundukkan diri kita di bawah perkataan Kristus dengan segala kekayaannya. Jadi pertanyaan saya sekarang, apa itu dipenuhi oleh Roh Kudus? Kalau kita adalah orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus, maka satu ciri yang penting, kita memiliki satu kehidupan yang ditundukkan kepada perkataan Kristus dengan segala kekayaannya. Itu identik seperti itu. Jadi istilah lainnya adalah kita memiliki kehidupan yang mengtuhankan Tuhan dalam kehidupan kita, mengtuhankan Kristus dalam kehidupan kita. Atau istilah lainnya: kita berada di bawah kontrol penuh daripada Tuhan Yesus Kristus. Itu adalah dipenuhi dengan Roh Kudus.

Banyak contoh ya, di dalam Alkitab, yang berbicara seperti ini. Tetapi saya ambil 2 contoh saja. Satu contoh di dalam Kisah pasal yang ke-4. Pada waktu Kisah pasal 2 terjadi, di mana Petrus berkhotbah, lalu setelah itu dalam Kisah pasal 3, Petrus dan Yohanes itu diperhadapkan kepada Mahkamah Agama daripada orang-orang Yahudi, seperti itu, lalu mereka kemudian diancam karena mereka memberitakan tentang Injil Yesus Kristus, supaya mereka tutup mulut dan tidak boleh memberitakan Injil Kristus lagi. Lalu setelah itu, karena Petrus berkata: “Tolong pertimbangkan, kami harus lebih mentaati Tuhan atau mentaati engkau?” Lalu ketika orang-orang Mahkamah Agama ini melihat perkataan Petrus yang berani itu, mereka kemudian melepaskan Petrus. Lalu ketika Petrus datang kepada orang-orang Kristen yang lain, apa yang mereka lakukan? Saya percaya mereka bukan tanpa rasa takut, mereka dalam kondisi terancam pada waktu itu, mereka dalam kondisi mungkin bisa dibunuh saat itu, mereka dalam kondisi yang mungkin ditekan oleh orang-orang Yahudi dan pemerintah saat itu. Makanya di dalam Kisah [Para Rasul] 4:23, disitu dikatakan: Petrus, Yohanes, rasul dan murid-murid yang lain itu sama-sama berlutut di hadapan Tuhan dan berdoa di hadapan Tuhan. Pada waktu mereka berdoa di hadapan Tuhan, yang mereka doakan apa? Supaya mereka dijauhkan dari rasa takut dalam kehidupan mereka, supaya mereka diberikan suatu keberanian untuk memberitakan Injil. Lalu kemudian di dalam ayat 31, di situ dikatakan, pada waktu mereka berdoa, Roh Kudus memenuhi hidup mereka dan saat itu mereka dengan penuh Roh Kudus, dengan keberanian pergi ke luar dan memberitakan Injil tanpa rasa takut lagi. Jadi maksudnya apa? Maksudnya adalah, ketika mereka dipenuhi oleh Roh Kudus, apa yang menjadi perasaan takut dalam diri mereka, yang semula begitu mencekam diri mereka, sekarang itu semua itu ditutupi atau dihilangkan karena mereka dikuasai oleh suatu kuasa yang lebih besar daripada perasaan takut mereka, atau istilah lainnya mereka dipenuhi atau dikontrol oleh Roh Kudus dalam kehidupan dari pada diri mereka.

Lalu contoh lainnya, misalnya pada waktu Stefanus diperhadapkan kepada Mahkamah Agama. Pada waktu itu, ketika dia ditangkap, dibawa kepada orang-orang Farisi, para imam kepala di situ, lalu disidang di hadapan Mahkamah Agama, saat itu Stefanus kemudian berdiri dan berkhotbah dengan begitu berani sekali. Dan di dalam khotbah yang dia sampaikan, dengan kata-kata yang begitu tajam sekali, misalnya ambil contoh seperti ini, dia berkata, “Hai orang-orang Farisi, orang-orang keras kepala, yang tidak bersunat hati dan tidak bersunat telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus. Kamu adalah sama seperti nenek moyangmu, kamu adalah orang-orang yang menganiaya nabi-nabi Tuhan, sama seperti nenek-nenek moyangmu yang dahulu. Kamu memilih untuk membunuh orang-orang itu daripada mentaati orang benar itu. Lalu ketika dia berkata seperti itu, yang terjadi apa? Alkitab mencatat, dia kemudian diseret keluar lalu kemudian dia dirajam mati. Saya tanya, pada waktu Stefanus berkhotbah dengan begitu berani, begitu frontal, apakah dia orang yang kurang bijak? Apakah dia orang yang terlalu sembrono dalam kehidupan dia? Alkitab nggak melihat seperti itu. Tapi Alkitab berkata, pada waktu itu Stefanus adalah orang yang sedang dipenuhi oleh Roh Kudus, dan ketika dia dipenuhi oleh Roh Kudus itu, dia memiliki iman yang begitu kuat kepada Tuhan, dan ketika dia punya iman yang begitu kuat dengan Tuhan dan pengharapan yang begitu besar dengan Tuhan, dia tidak melihat kematian sebagai sesuatu yang harus menjadi penghalang bagi dia untuk memberitakan kebenaran mengenai Kristus. Dan dia memberitakan kebenaran Kristus dengan begitu berani, walaupun itu berarti nyawanya harus menjadi korban demi berita Injil itu dikabarkan.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, siapa orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus? Alkitab mencatat, orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus itu adalah orang yang membuka dirinya, membiarkan dirinya atau merelakan dirinya dikontrol penuh oleh Roh Kudus atau dikontrol penuh oleh perkataan firman Tuhan atau perkataan Kristus dalam kehidupan dia. Dia membuat dirinya siap sedia untuk tunduk di bawah apa yang menjadi kehendak Tuhan. Berbeda dengan orang-orang Mahkamah Agama, ketika mereka mendengarkan kesaksian dari Stefanus, yang terjadi adalah mereka dipenuhi oleh kemarahan yang begitu besar sekali. Lalu ketika mereka dipenuhi oleh kemarahan yang begitu besar, apa yang mendorong mereka membunuh Stefanus? Yaitu mereka dikuasai oleh kemarahan mereka yang begitu besar. Ini adalah dua hal yang terjadi secara bertolak belakang. Nah, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pertanyaan kita yang penting adalah: pada waktu kita hidup di dalam dunia ini, kita lebih mengizinkan siapa yang mengontrol hidup kita? Kalau dipenuhi oleh Roh Kudus, itu berarti kita dikontrol sepenuhnya oleh Tuhan Allah. Pertanyaan saya adalah, ketika kita menjadi orang Kristen, ketika kita sudah diberikan Roh Kudus dalam kehidupan kita, mau tidak kita dikontrol oleh Roh Kudus, mau tidak kita dikontrol oleh Kristus dalam kehidupan kita? Karena ketika kita bicara mengenai baptisan Roh Kudus, baptisan Roh Kudus itu adalah suatu peristiwa yang bukan karena keinginan kita, tapi karena keinginan Allah, dan itu hanya satu kali terjadi dalam kehidupan kita, sampai kita menghadap Kristus, dan itu tidak akan berulang. Dan kita terus memiliki Roh Kudus dalam kehidupan kita. Tetapi ketika kita berbicara mengenai dipenuhi oleh Roh Kudus, maka itu berbicara mengenai suatu kehidupan yang kadang-kadang bisa dipenuhi oleh Roh Kudus, dan kadang-kadang bisa tidak dipenuhi oleh Roh Kudus. Dan kalau itu adalah suatu kehidupan yang bisa ada dalam ketaatan total, yang kedua adalah, dalam keadaan yang tidak taat kepada Tuhan, karena kita masih hidup di dalam tubuh yang berdosa ini, atau masih ada sisa dosa dalam kehidupan kita, yang menjadi pertanyaan tadi adalah: siapa yang harusnya menjadi pemegang otoritas mutlak dalam kehidupan kita? Dan maukah kita hidup di bawah otoritas mutlak itu yaitu Kristus dalam kehidupan kita itu?

Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya lihat, Tuhan mengkhendaki kita menjadi orang yang lebih membiarkan Kristus mendominasi hidup kita daripada keluarga yang mendominasi hidup kita. Tuhan ingin kita memiliki suatu kehidupan yang dimana mimpi-mimpi Kristus, visi Kristus itu yang mendominasi hidup kita, dan bukan mimpi-mimpi kita yang mendominasi hidup kita. Tuhan Yesus ingin kita memiliki suatu kehidupan di mana apa yang menjadi kesenangan Allah itu yang mendominasi hidup kita dan bukan apa yang menjadi kesenangan kita yang mendominasi kehidupan kita. Tuhan ingin kita memiliki suatu kehidupan dimana apa yang menjadi keinginan Allah yang mendominasi hidup kita, dan bukan apa yang menjadi keinginan diri kita yang mendominasi hidup kita. Dan Tuhan ingin kita punya kehidupan yang rajin, yang ditundukkan di bawah apa yang menjadi kehendak Allah, bukan kemalasan yang mendominasi kehidupan kita. Dan Tuhan mengkhendaki seluruh bagian daripada kehidupan kita di bawah dominasi daripada Kristus, dan bukan hanya bagian-bagian tertentu dari kehidupan kita yang kita serahkan kepada Tuhan, tapi bagian-bagian yang lain, yang kita simpan, kita pegang untuk kepentingan diri kita sendiri yang kita tidak mau tundukkan di bawah Kristus. Manusia itu begitu kompleks sekali, manusia itu bisa begitu kompleksnya, sehingga dia bisa menyimpan hal-hal tertentu dalam kehidupan dia, di mana dia tidak mau disentuh oleh Kristus. Tapi di sisi yang lain, sepertinya dia adalah umat Tuhan yang begitu taat, begitu setia kepada Tuhan. Tapi ketika disentuh bagian itu, dia langsung berontak. Ada orang yang masalah seks, tidak mau disentuh oleh Kristus, atau dikuduskan oleh Kristus. Ada orang masalah judi, tidak mau disentuh oleh Kristus, ada orang masalah yang lain-lain, mungkin Saudara bisa tambahkan itu dalam list itu, tidak mau disentuh oleh Kristus. Tetapi, sisi lain, yang merupakan bagian diri dia yang kuat, yang dia merasa, itu adalah hal yang baik, dia biarkan Kristus sepertinya menguasai kehidupan dia.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita nggak bisa seperti ini, pada waktu kita mau Roh Kudus memenuhi hidup kita, itu berarti kita merelakan seluruh aspek dalam kehidupan kita, tunduk di bawah pimpinan dan kehendak daripada Roh Kudus, atau daripada Kristus. Tidak ada satu bagian dalam kehidupan kita yang kita simpan untuk kesenangan kita dan kita tidak persembahkan itu kepada Kristus. Lalu saya tanya, hidup seperti ini menyenangkan tidak? Menyenangkan tidak? Susah ya. Di mana keinginanku? Dimana kehendakku? Di mana kebebasanku? Di mana kesenanganku untuk melakukan hal-hal yang aku inginkan? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini problem daripada kehidupan orang Kristen. Kenapa kita seringkali hidup di dalam suatu kehidupan yang tidak mau taat kepada Tuhan? Permasalahannya adalah kita tidak bisa melihat: mentaati Tuhan itu adalah suatu yang menyenangkan. Kita tidak bisa melihat: mendekatkan diri kepada Tuhan itu adalah suatu yang menyenangkan dan nikmat dalam kehidupan kita. Kita merasa ketika kita hidup kudus, itu adalah hal yang apa.. yang menakutkan, mungkin, sesuatu yang membuat kita terlalu fanatik, terlalu seperti menjadi orang yang tidak fun lagi dalam kehidupan kita. Makanya kita nggak mau lakukan itu.

Tapi saya mau kata ya, tanya kepada Bapak Ibu seperti ini, mungkin saya pernah bicara ya, saya tanyakan ini, tapi saya tanyakan lagi. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pengen masuk sorga, nggak? Pengen nggak masuk sorga? Jawab dong! Pengen kan? Kenapa pengen masuk sorga? Kalau nggak sorga ya neraka, gitu ya? Jadi maksudnya supaya saya nggak dihukum kekal makanya saya ingin masuk sorga? Boleh di satu sisi. Yang lain bagaimana? Kenapa mau masuk sorga? Kristia bilang karena ketemu Tuhan, siapa di sini yang bilang karena mau ketemu Tuhan? Bisa dihitung lho, cuma 3 orang yang pingin ketemu Tuhan. Yang lain kenapa pingin masuk sorga? Menyenangkan? Saya tanya menyenangkannya dimana, karena nggak ada sakit lagi? Karena nggak ada penderitaan lagi? Pak Eko kemarin di dalam seminar dia bilang satu hal, “Kalian pikir sorga itu nggak ada orang miskin lagi? Mungkin di sorga masih ada orang miskin lho, nggak semua orang kaya. Tetapi yang pasti adalah tidak ada terjadi ketidakadilan lagi di situ.” Sekarang, masih pingin nggak masuk sorga? Masih? Kenapa pingin masuk sorga? Ya nggak apa lah miskin ya, yang penting nggak pernah sakit, nggak menderita lagi dalam kehidupan ini, begitu? Ada satu orang dalam teologia berkata seperti ini, “Ketika kita masuk ke sorga, apa yang membuat kita begitu senang di sorga? Karena upah kita di sorga yang paling menyenangkan itu bukan hidup sehat, bukan kekayaan, bukan tidak ada penderitaan, tetapi kita diberikan Allah dalam kehidupan kita.” Allah adalah upah terbesar kita ketika kita berada di sorga. Jadi sekarang saya tanya, kalau di sorga yang paling menyenangkan itu adalah berelasi dengan Allah, bersekutu dengan Dia, berdiri di hadapan Dia, menyembah Dia, itu hal yang paling menyenangkan.

Bapak, Ibu, Saudara dalam dunia ini menyembah Tuhan, mentaati Tuhan itu menyenangkan tidak? Kalau itu bukan sesuatu yang menyenangkan dalam dunia ini dan tidak ada pertumbuhan kepada sesuatu yang lebih menyenangkan dan lebih menyenangkan dalam kehidupan kita, kira-kira kita akan senang nggak masuk ke dalam sorga? Saya pikir kita nggak akan senang di sana, tapi kita akan ngomong, “Tuhan, tunggu dulu, aku salah tempat, tempatku bukan di sorga tapi mungkin tempatku ada di dalam neraka. Karena aku nggak bisa menikmati Engkau di sini.” Saudara, karena itu saya katakan kita ketika melihat Tuhan menuntut suatu kontrol hidup atas diri kita, ketika Tuhan menginginkan kita mengutamakan Dia, ketika Tuhan menghendaki kita menjadikan Dia Tuan dalam kehidupan kita, ketika Dia menghendaki mendominasi kehidupan kita, saya pikir kita harus lihat itu sebagai sesuatu yang baik, sesuatu yang menyenangkan. Apa yang membuat itu tidak menyenangkan? Ingat baik-baik, Alkitab berkata karena kita masih ada sisa dosa, sisa dosa yang ingin menguasai, membuat kita berkuasa atas hidup kita yang tidak mau ditundukkan kepada Allah. Itu yang membuat ketika Allah ingin mendominasi kehidupan kita, kita merasa Tuhan itu nggak adil, “Engkau mau membelenggu hidupku, itu bukan sesuatu yang baik, itu bukan sesuatu yang menyenangkan,” karena apa? “Aku masih punya keinginan-keinginan yang aku tidak mau tundukkan di bawah Allah.” Tapi Alkitab berkata keinginan-keinginan yang tidak mau ditundukkan kepada Allah itu adalah keinginan berdosa. Saudara, saya harap kita bisa memiliki suatu mata yang sungguh-sungguh jelas di dalam melihat kebenaran ini. Karena kalau kita nggak bisa melihat kebenaran ini secara jelas, saya takut kita pikir kita sedang hidup benar, kita tidak ada masalah, tapi sebenarnya kita ada di dalam suatu problem hidup yang besar di hadapan Tuhan Allah, yang tidak menyenangkan Tuhan tapi sedang menumpuk kemarahan Tuhan dalam kehidupan kita.

Jadi dipenuhi Roh Kudus itu berbicara mengenai suatu kehidupan yang ditundukkan di bawah kuasa kontrol Tuhan secara total dalam kehidupan kita. Lalu pada waktu seseorang itu dipenuhi oleh Roh Kudus, apakah dia adalah orang yang harus disertai dengan suatu kuasa untuk berbicara di dalam bahasa Roh? Saya percaya jawabannya tidak. Ada kelompok orang Kristen tertentu yang berkata seseorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus harus disertai dengan tanda berbicara bahasa lidah. Saya bilang tidak. Kenapa tidak? Bapak-Ibu masih ingat tidak di dalam Kolose 3:16; Efesus 5:18, coba boleh buka lagi Efesus 5:18-21, “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,” lalu apa itu ‘penuh dengan Roh’? Ayat 19-21 itu definisinya ya. Penuh dengan Roh berarti berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, dalam kidung puji-pujian dan nyanyian rohani; lalu bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati; lalu Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita; dan dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. Berhenti di situ? Tidak, apalagi? Ayat 22, isteri-isteri kalau dipenuhi oleh Roh Kudus bagaimana? Halo isteri-isteri, kalau kalian dipenuhi oleh Roh Kudus bagaimana? Kok diam semua sih? Tunduk kepada suami, susah ya tunduk kepada suami? Coba, isteri-isteri mau dipenuhi oleh Roh Kudus? Harus bagaimana? Tunduk kepada suami. Pantas suka berantem terus. Sekarang suami-suami, mau dipenuhi Roh Kudus? Suami-suami harus bagaimana? Mengasihi isteri. Ketiga, anak-anak, kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus bagaimana? Efesus pasal 6, menghormati orangtua di dalam Tuhan. Orangtua kalau dipenuhi Roh Kudus bagaimana? Tidak membangkitkan amarah dari anak. Sekarang bos-bos kalau dipenuhi oleh Roh Kudus bagaimana? Tindas pegawai? Marah-marah, maki-maki pegawai atau bagaimana? Dikatakan bertindaklah baik kepada pegawaimu. Lalu pegawai, bagaimana sikapmu terhadap bos? Seorang pegawai yang dipenuhi Roh Kudus bagaimana sikapnya di hadapan bos? Taati dia, hormati dia, seperti hormat dan taat kepada Kristus. Pada waktu dia ada di depan kita atau juga pada waktu dia tidak di depan kita? Pada waktu dia di depan dan tidak di depan kita. Itu namanya orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus.

Sekarang saya tanya, di dalam semua list itu ada nggak satu yang berkata “kamu akan berbicara bahasa lain”? Nggak ada kan. Jadi pada waktu Paulus berkata kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus, nggak harus disertai dengan berbicara bahasa roh; tetapi kita harus memiliki suatu kehidupan yang betul-betul tunduk di bawah apa yang menjadi perkataan Tuhan itu: mengucap syukur, bersukacita, merendahkan diri satu dengan yang lain, mengasihi isteri, tunduk kepada suami, mengasihi anak, lalu anak menghormati orangtua, bos berlaku baik kepada pegawai, pegawai mentaati dan hormat bukan hanya di depan tapi di belakang juga, tanpa diperhatikan mereka harus hormat dan taat kepada bosnya, itu adalah orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Tapi sekarang, kita ngomong realita aja ya, orang yang mengklaim diri mereka punya karunia berbicara bahasa lidah saya tanya isteri-isterinya tunduk nggak pada suami? Suami-suami mengasihi isteri nggak atau menyeleweng? Orangtua menyakiti hati anak tidak dan anak hormat tidak pada orangtua? Bekerja korupsi sesuka hati atau mentaati bosnya? Saya pikir banyak sekali orang yang mengklaim dirinya punya Roh Kudus dengan tanda bisa bicara bahasa lidah tapi kehidupannya nggak ada satupun ciri yang menyatakan bahwa dia tunduk di bawah kuasa dan otoritas dari firman Tuhan, apakah itu kita bisa berkata bahwa dia adalah orang yang memiliki atau dipenuhi oleh Roh Kudus dalam kehidupan dia? Saya yakin nggak bisa seperti itu. Jadi jangan salah mengerti firman Tuhan, kalau kita salah mengerti firman Tuhan dampaknya fatal sekali. Kita pikir kita hidup di dalam ketaatan, kita pikir kita memiliki Roh Kudus dan memiliki keselamatan, tapi mungkin sebenarnya kita nggak seperti itu karena apa yang dikatakan Tuhan bertolak belakang semua dengan apa yang kita alami dan apa yang kita lakukan dalam kehidupan kita. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya harap kita sama-sama mau menundukkan diri di bawah suatu kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus karena itu adalah kehidupan yang diperkenan oleh Tuhan dan itu adalah kehidupan yang pasti benar dan pasti menyenangkan, bukan sesuatu yang akan membawa kepada penderitaan dalam kehidupan kita. Jadi pada waktu ayat 4 di dalam Kisah [Para Rasul] 2 itu dikatakan “mereka yang telah dihinggapi oleh Roh Kudus itu dipenuhi oleh Roh Kudus” itu berarti pada waktu itu mereka sedang merelakan diri mereka untuk siap sedia dipakai oleh Tuhan di dalam segala hal. Dan pada waktu mereka sedang terbuka untuk siap sedia dipakai oleh Tuhan dalam segala hal, Tuhan kemudian memakai mulut mereka untuk berbicara bahasa lidah atau bahasa lain. Untuk mereka, tapi untuk yang lain pertanyaannya adalah kita siap sedia nggak untuk menjalankan semua yang sudah di-list oleh Kitab Suci bagi diri kita?

Sekarang saya lanjutkan ya, bicara bahasa lain itu artinya apa? Saya percaya bicara bahasa lain itu adalah bicara bahasa. Karena di dalam Kisah [Para Rasul] pasal 2 kalau Bapak-Ibu baca, ‘bahasa’ di situ itu menggunakan 2 istilah, pertama adalah glōssa, yang kedua adalah dialektos; sama-sama diterjemahkan dengan istilah ‘bahasa’ menurut LAI. Jadi maksudnya apa? Pada waktu para rasul itu berbicara dengan bahasa lain, Lukas mau mengatakan mereka sungguh-sungguh sedang berbicara dalam bahasa manusia dan dialek manusia; bahkan dialek itu bukan hanya dialek misalnya saya orang Palembang yang berusaha berbicara bahasa Jawa dengan dialek Palembang, bukan seperti itu tetapi mereka berbicara dalam dialek atau bahasa masing-masing dan suku masing-masing mereka keluarkan kata-kata itu. Tahu dari mana? Dari ayat 8. Ketika Bapak-Ibu baca ayat 8, di situ orang-orang yang berkunjung ke Yerusalem itu mendengar para rasul dan murid-murid itu berbicara dalam bahasa dan dialek Partia, berbicara dalam bahasa dan dialek Media, berbicara dalam bahasa dan dialek Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Asia, Frigia, Pamfilia, Libia, lalu Kirene, dan pendatang-pendatang dari Roma, Yahudi, non-Yahudi, lalu orang Kreta, dan Arab. Itu adalah bahasa-bahasa yang dikatakan oleh para rasul dan murid-murid, bukan bahasa sorga, bahasa manusia; bukan ungkapan-ungkapan yang nggak ada artinya tetapi bahasa seperti saya sedang berbicara saat ini. Itu yang terjadi pada hari Pentakosta. Ketika para rasul menyiapkan diri untuk dipakai oleh Tuhan, Tuhan bekerja dari mulut mereka untuk mengucapkan bahasa-bahasa dari orang-orang yang hadir  di hari Pentakosta tersebut. Itu sebabnya orang-orang itu bisa mengerti apa yang menjadi perkataan dari rasul-rasul itu dan mereka kemudian berkata, “Kenapa ya mereka? Bukankah mereka orang Galilea?” Galilea itu adalah orang yang dianggap tidak berpendidikan tinggi, kalau orang berpendidikan tinggi itu tempatnya di Yudea dan Yerusalem, itu orang akademik. Galilea itu siapa? Galilea itu adalah orang-orang nelayan, paling lulusan SD atau SMP. Lalu ketika mereka mendengar itu mereka merasa, “Lho kok orang yang tidak berpendidikan seperti ini, yang tidak pernah belajar bahasa-bahasa asing, belajar bahasa kan susah butuh tahunan, mendadak bisa berbicara dengan bahasa dan dialek orang-orang lokal, mereka bingung. Itu sebabnya kita bisa katakan itu adalah bahasa, bukan ungkapan yang tidak jelas dan tidak ada artinya. Dan pada waktu mereka berbicara bahasa lain pada hari Pentakosta, saya mau tekankan satu hal, itu adalah satu fenomena yang tidak akan berulang lagi pada zaman kita sekarang ini. Ketika seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus maka itu adalah suatu fenomena yang bisa dikatakan mungkin tidak akan berulang lagi pada zaman kita ini, kenapa? Karena ini adalah merupakan penggenapan dari nubuat Tuhan di dalam Perjanjian Lama, yang setelah itu terjadi itu tidak akan terulang lagi. Itu adalah tanda dimana zaman Perjanjian Lama itu sudah berlalu dan masuk ke dalam zaman Perjanjian Baru atau Gereja.

Tapi kalau kita bicara seperti ini ya, mungkin Bapak-Ibu akan langsung komplain: “Tapi coba perhatikan Kisah [Para Rasul] pasal yang ke-8, bukankah di Kisah Para Rasul 8:14 itu dikatakan orang-orang Samaria menerima baptisan Roh Kudus lalu mereka berbicara dalam bahasa lidah? Lalu coba perhatikan lagi Kisah [Para Rasul] pasal 10 ketika Petrus datang ke Kornelius lalu ketika Petrus sedang menyampaikan injil Tuhan lalu tiba-tiba Kornelius dan seluruh orang-orang yang ada di dalam anggota keluarganya mendengarkan injil itu dibaptis oleh Roh Kudus dan berbicara bahasa lain? Lalu coba perhatikan di dalam Kisah [Para Rasul] pasal ke-19, ketika Paulus sedang melayani ke Efesus dia bertemu dengan sekelompok orang Yahudi yang dulu pernah mendengarkan pengajaran dari Yohanes Pembaptis; lalu ketika Paulus bertanya, “Kamu pernah tidak mendengar tentang injil Kristus? Kamu pernah tidak dibaptis oleh Roh Kudus?” Mereka bilang, “Apa itu baptisan Roh Kudus? Siapa itu Yesus?” Lalu Paulus mulai menjelaskan kepada mereka mengenai Kristus dan mengajak mereka untuk percaya kepada Kristus. Pada waktu mereka percaya kepada Kristus saat itu Paulus ketika menumpang tangan kepada mereka dan membaptis mereka di dalam nama Yesus, dikatakan Roh Kudus kemudian turun dan membuat mereka berbicara bahasa lidah.” Betul nggak? Saya tanya, perkataan saya tadi di awal  benar atau salah? Pentakosta di mana peristiwa, satu peristiwa yang terjadi 2 ribu tahun yang lalu itu adalah suatu peristiwa yang tidak akan berulang lagi pada zaman kita sekarang ini. Itu adalah suatu peristiwa yang terjadi di hari itu khusus untuk di hari itu. Betul nggak? Kalau betul, kenapa ada Kisah 8, Kisah 10, Kisah 19? Bukankah Kisah 8, 10, 19 itu menyatakan kesimpulan saya salah? Ada terjadi peristiwa pengulangan Pentakosta? Saya bilang tidak. Kalau tidak, kenapa harus ada Kisah 8, 10, dan 19? Jawabannya satu hal, mungkin bisa juga ada satu hal yang penting yang Bapak Ibu perlu perhatikan ya.

Kisah 8 itu ditujukan kepada siapa? Orang Yahudi kah? Atau orang non-Yahudi? Kisah 8 ditujukan kepada siapa? Nggak tahu? Samaria. Orang Samaria. Siapa orang Samaria? Kalau Bapak Ibu perhatikan di dalam Injil, orang Samaria itu adalah orang yang sangat dibenci oleh orang Yahudi. Kenapa mereka benci? Kalau perhatikan peta ya, Samaria itu adalah Israel Utara, Yahudi adalah Israel selatan. Yahudi itu ibu kotanya di Yerusalem, Samaria itu adalah Israel Utara punya ibu kota. Samaria itu terdiri dari 10 suku Israel, dan Yahudi itu terdiri dari 2 suku Israel, Yehuda dan Benyamin. Tetapi Samaria 10 suku yang lain. Pada waktu kerajaan itu terpisah menjadi 2, Bapak Ibu bisa perhatiin orang-orang Israel Utara itu adalah orang-orang yang tidak taat kepada Tuhan, menyembah berhala, bahkan melakukan kawin campur dalam kehidupan mereka; terutama lagi ketika mereka sudah dibuang seperti itu oleh Asyur lalu tempat itu kemudian diisi oleh orang-orang yang kawin campur di situ semua. Sehingga pada waktu zaman Yesus Kristus, ketika orang-orang Yahudi ingin pergi ke Galilea bagian atas yang merupakan wilayah dari orang Yahudi, yang di tengah-tengahnya itu diisi oleh orang-orang Samaria, orang Yahudi ndak akan lewat langsung garis lurus ke atas. Boleh buka peta di bagian belakang ya. Orang Yahudi akan lebih memilih menyeberangi sungai Yordan, naik ke atas, baru pergi ke Galilea, atau mengitari melalui jalan lain. Mereka ndak akan memilih jalur pintas langsung naik ke atas ke arah utara. Kenapa? Karena mereka begitu benci dengan orang Samaria, karena dianggap orang yang najis. Nah sekarang, kenapa Roh Kudus diturunkan kepada orang Samaria? Saya percaya itu untuk membuat orang-orang Yahudi Kristen yang ada di Yerusalem itu melihat, Tuhan juga memperlakukan orang Samaria Kristen dengan perlakuan yang sama dengan orang Yahudi Kristen. Supaya apa? Supaya orang Yahudi Kristen tidak merasa diri mereka lebih rohani, lebih baik, lebih tinggi kelasnya dibandingin orang Samaria. Tujuannya seperti itu. Dan untuk itu harus ada rasul yang menjadi saksi atau orang penting dari orang Kristen yang menjadi saksi peristiwa itu terjadi. Di Samaria ada Petrus dan Yohanes.

Kemudian peristiwa yang kedua di dalam Kisah 10. Kisah 10 Roh Kudus diturunkan kepada siapa? Kornelius. Kornelius itu siapa? Orang non-Yahudi. Kenapa itu diturunkan kepada orang non-Yahudi? Karena, Bapak Ibu coba perhatiin ya, ketika Petrus sedang berdoa, pada waktu siang dan sambil menunggu makan siang, dikatakan perutnya sudah lapar lalu pada waktu dia sedang lapar itu tiba-tiba Tuhan turunkan dari langit ada selembar kain besar yang berisi di atasnya itu binatang-binatang haram; lalu Tuhan berkata, “Petrus, ambil binatang itu, sembelih binatang itu.” Petrus bilang, “Nggak Tuhan, aku nggak pernah makan binatang haram seumur hidupku. Aku nggak mau lakukan itu.” Sampai 3 kali Tuhan lakukan itu, lalu kain itu terangkat. Lalu setelah terangkat, sambil pada waktu Petrus masih bingung, mikir-mikir maksud Tuhan itu apa ya, suruh makan binatang haram itu; tiba-tiba di depan pintu rumah itu ada yang ketok. Lalu orang nyari, “Petrus ada di sini?” Pemilik rumah kemudian berkata, “iya dia ada di atas.” Lalu ketika mereka bertemu, Petrus tanya ada apa? Mereka bilang, “Tuhan menampakkan kepada tuan kami melalui malaikat untuk mengundang kamu datang kepada rumahnya.” Lalu Petrus mendapat suara yang berkata, “ikuti orang itu, kamu jangan takut.” Lalu ketika Petrus ikut orang ini, ternyata orang ini utusan dari pada Kornelius. Dan ketika dia melihat ini adalah rumah Kornelius, Petrus dari mulutnya itu keluar satu kalimat yang berkata, “ada apa ya? Kamu tahu kan, saya orang Yahudi. Kamu bukan orang Yahudi. Masa kamu undang orang Yahudi masuk ke rumah orang bukan Yahudi? Kebiasaan orang Yahudi kan adalah orang Yahudi tidak akan menginjakkan kaki di dalam rumah orang non-Yahudi. Itu adalah hal yang najis. Kami nggak pernah mau masuk ke rumah orang non-Yahudi dan bergaul dengan orang non-Yahudi. Tetapi karena Tuhan yang meminta saya, maka saya datang.” Lalu pada waktu itu dia tanya pada Kornelius, “kamu mengundang saya untuk apa?” Kornelius cerita Tuhan berbicara untuk mengundang Petrus datang ke rumahnya. Ternyata Tuhan ingin Petrus memberitakan Injil kepada Kornelius. Pada waktu Petrus mendengar ini, dia kemudian memberitakan Injil kepada Kornelius dan seluruh keluarga yang ada di situ. Pada waktu itu diberitakan di dalam ayat 44, dikatakan, Roh Kudus turun kepada orang-orang non-Yahudi itu tepat seperti hari Pentakosta terjadi. Maksudnya apa? Saya percaya, maksudnya adalah Tuhan mau menunjukkan kepada Petrus dan juga kepada orang-orang Yahudi yang menyertai Petrus ke rumah Kornelius, kalau orang-orang non-Yahudi juga itu adalah orang-orang Kristen yang sama kedudukannya dengan orang Yahudi. Mereka juga adalah orang-orang yang mendapatkan karunia Tuhan untuk dipersatukan di dalam tubuh Kristus. Mereka menjadi orang-orang yang setara dengan orang Yahudi di dalam satu tubuh itu dan orang Yahudi Kristen tidak boleh melihat mereka sebagai kelompok orang yang lebih rendah rohaninya atau kelompok level Kristen yang di bawah mereka. Mereka harus diperlakukan sebagai saudara seiman yang setara, yang sama kedudukannya di hadapan Tuhan Allah. Dari mana kita tahu? Dari Kisah 11. Setelah peristiwa Kornelius itu menerima baptisan Roh Kudus, lalu Petrus kemudian membaptis mereka dengan air di dalam Kristus. Petrus dibawa untuk disidangkan di hadapan para tua-tua gereja, pemimpin gereja di Yerusalem. Nah pada waktu Petrus disidangkan itu, Petrus mengatakan seperti ini, kita coba baca pasal 11 ayat 14, 15, dan seterusnya. “Ia akan menyampaikan suatu berita kepada kamu, yang akan mendatangkan keselamatan bagimu dan bagi seluruh isi rumahmu.” Itu Ia itu Yesus yang pertama ya. Ayat 15, “Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita.” Dahulu ini kapan? Hari Pentakosta. Ayat 16, “Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.” Ayat 17, “Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?” Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.””

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, orang Kristen Yahudi baru tahu, kelihatannya, ternyata Injil itu bukan hanya untuk orang Yahudi saja, tetapi Injil juga adalah untuk orang non-Yahudi. Makanya Injil sampai kita saat ini, kita bisa datang dan percaya kepada Kristus, karena apa? Karena Injil bukan hanya diperuntukkan bagi orang Yahudi. Tapi pada waktu kita menjadi orang Kristen sekarang ini yang bukan orang Yahudi dan kita ketemu dengan orang Yahudi Kristen, dia itu tuan kita atau dia saudara kita seiman? Di adalah saudara kita seiman. Kita se-level dengan mereka di hadapan Tuhan. Kenapa begitu? Karena terjadi peristiwa di dalam Kisah 10 di mana Kornelius yang bukan Yahudi itu juga menerima baptisan Roh Kudus yang sama seperti orang Yahudi di hari Pentakosta. Tuhan sengaja betul-betul berikan situasi yang sama, kondisi yang sama, peristiwa yang sama, supaya orang Yahudi nggak bisa ngomong, “kamu beda lho.” Coba andai kata seperti ini ya, Ketika Petrus beritakan Injil pada Kornelius lalu Roh Kudus turun, tetapi pada waktu Roh Kudus turun orang Kornelius itu tidak berbicara bahasa lain, mungkin mereka lakukan sesuatu yang lain, ketawa-tawa misalnya, saya tanya, kira-kira orang Yahudi Kristen saat itu akan ngomong apa? “Iya sih, kamu terima Roh Kudus, tetapi Roh Kudusmu beda dengan kami. Kami bicara bahasa lain lho. Kamu kan ketawa-tawa. Jadi tetap kamu adalah orang Kristen yang beda dengan kami.” Tapi ketika itu peristiwa sama persis, orang Yahudi Kristen nggak bisa ngomong kamu beda; tapi kamu sama, kita sama-sama saudara seiman.

Lalu di dalam Kisah 19, siapa orang yang Paulus kunjungi di Efesus itu? Kisah 19 berkata, mereka adalah orang-orang yang sebelumnya merupakan murid Yohanes Pembaptis. Nggak banyak, cuma 12 orang. Lalu orang-orang ini pernah nggak dengar Injil? Nggak pernah. Mereka juga nggak pernah mendengar berita tentang Roh Kudus. Lalu apa yang terjadi? Paulus beritakan Injil supaya mereka percaya pada Kristus; ketika mereka percaya, Paulus membaptis mereka dalam nama Yesus. Pada waktu Paulus membaptis mereka Roh Kudus turun atas mereka. Maksudnya apa? Saya percaya di dalam Kisah 19, 12 orang yang menerima baptisan Yohanes pembaptis ini adalah 12 orang yang mewakili orang-orang Perjanjian Lama; karena Yohanes Pembaptis adalah nabi terakhir Perjanjian Lama, setelah itu Yesus Kristus melayani. Sehingga, mereka masih termasuk di dalam kelompok orang yang percaya di dalam Perjanjian Lama; dan Tuhan berikan Roh Kudus yang sama kepada mereka. Dan Tuhan memberikan tanda kepenuhan Roh Kudus yang sama dengan hari Pentakosta kepada mereka. Maksudnya adalah apa? Saya percaya ini adalah satu pekerjaan Tuhan yang luar biasa sekali, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan. Tuhan mau berkata seperti ini ya, pada waktu Kristus datang dalam dunia menebus manusia dan Dia kembali ke sorga, pada waktu Dia mendirikan gereja, maka gereja itu adalah kelompok manusia yang bukan hanya terdiri dari kelompok orang yang ada di dalam Perjanjian Baru, tetapi mereka juga adalah kelompok orang yang ada di dalam Perjanjian Lama sampai kepada Perjanjian Baru. Orang-orang percaya di dalam Perjanjian Lama yang belum melihat Kristus datang dan tidak melihat Kristus mati di kayu salib dan bangkit dari kematian, yang sudah mati terlebih dahulu, ketika mereka ada di dalam Kristus dan percaya kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, mereka adalah orang yang juga diselamatkan dan memiliki kedudukan yang sama dengan orang-orang Kristen di dalam Perjanjian Baru yang dikaruniakan Roh Kudus. Gereja meliputi orang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Lalu yang kedua adalah, ketika orang berbicara mengenai dipenuhi oleh baptisan Roh Kudus yang disertai dengan karunia berbicara bahasa lain, maka Tuhan mau berkata, gereja itu adalah sesuatu yang memang Tuhan mulai dari bangsa Yahudi. Tetapi ingat, tidak berhenti di dalam Bangsa Yahudi, Tuhan kemudian bekerja melalui Bangsa Yahudi untuk membagikan Injil kepada orang Samaria. Setelah orang Samaria percaya kepada Injil, maka Injil itu juga diberitakan kepada orang bukan Yahudi atau orang-orang gentile dan sampai kepada kita ini. Dan di situ Injil diberitakan dari Yerusalem sampai ke ujung dunia. Dan dari peristiwa Roh Kudus diturunkan dengan karunia berbicara bahasa lidah di situ, Tuhan mau berkata, kalian tahu, bahwa semua orang Kristen dalam dunia itu adalah orang Kristen yang sama yang ada di dalam satu tubuh Yesus Kristus. Kita nggak boleh memisahkan, kita ndak boleh memecah mereka dalam suku-suku mereka yang ada, dan kita harus memperlakukan mereka secara sama sebagai saudara seiman. Saya percaya ini adalah rahasia yang besar sekali yang Tuhan kerjakan, dan ini semua adalah sesuatu yang Tuhan jelaskan melalui Paulus di dalam Surat Efesus yang kita sudah bahas. Siapa orang Kristen? Orang Kristen adalah orang yang di mana tembok pemisah yang memisahkan Yahudi dan non-Yahudi itu sudah dihancurkan dan dirobohkan, dan kita sudah dipersatukan dalam satu tubuh Kristus. Itu tujuannya.

Tapi pada waktu Bapak, Ibu, Saudara perhatikan praktik dari pada bicara bahasa lidah zaman ini, saya lihat prinsipnya beda sekali. Pertama, mereka bicara bahasa yang tidak dimengerti, kata-kata yang ndak dimengerti. Kedua, seluruh gereja dianjurkan bicara seperti itu, padahal Alkitab bilang itu adalah sesuatu yang tidak diberikan kepada semua manusia. Ketiga, apa? Orang yang punya karunia bicara bahasa roh itu dianggap memiliki level rohani yang lebih tinggi dari pada orang Kristen yang tidak punya karunia bahasa roh. Itu berarti terjadi pemisahan dan perpecahan di dalam gereja, sedangkan Alkitab berkata tujuan Tuhan mengaruniakan bahasa lain itu bukan untuk memisah, tetapi untuk mempersatukan Yahudi dan non-Yahudi di dalam satu tubuh Kristus. Jadi sangat beda sekali. Dan saya harap kita sebagai orang Kristen, kita sungguh-sungguh kembali pada Kitab Suci. Jangan hanya ikut Tuhan berdasarkan pengalaman. Saudara, pengalaman kita bisa salah. Pengalaman kita semanis apa pun, ingat, itu kalau tidak sesuai dengan firman Tuhan, itu pasti salah. Yang kita harus lakukan adalah bangunlah pengalaman yang sesuai dengan firman Tuhan. Kalau Tuhan berkata pengalaman berbicara bahasa lain itu adalah sepenuhnya di bawah kontrol dari Roh Kudus dan bukan dari diri kita, itu berarti karunia bicara bahasa roh pasti bukan untuk semua orang, tapi hanya orang-orang tertentu yang Tuhan ingin pakai dan karuniakan itu. Dan ketika itu bicara mengenai kesatuan, jangan pernah bicara kami adalah orang yang lebih rohani dari orang lain. Nggak ada itu di dalam gereja Tuhan. Dan sekali lagi, itu bukan karunia berbicara bahasa yang terjadi di Pentakosta karena itu prinsipnya bertolak belakang dan saya percaya itu bukan dari Tuhan. Sebaik apa pun itu, kalau itu bukan dari Tuhan, saya minta Saudara tinggalkan itu, kalau Saudara punya pengalaman itu, karena itu bukan dari Tuhan. Dan mari kita sama-sama tunduk di bawah apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam kehidupan kita. Saya akhiri khotbah sampai di sini ya. Mari kita masuk di dalam doa.

Kami bersyukur Bapa, untuk firman yang boleh Engkau bagikan bagi kami pagi hari ini. Bersyukur untuk setiap kebenaran yang boleh Engkau singkapkan bagi kami. Dan kiranya apa yang menjadi kebenaran-Mu ini boleh sungguh-sungguh kami pegang teguh. Dan kami mohon juga, ya Bapa, biarlah kehidupan kami menjadi suatu kehidupan yang makin dipenuhi dengan Roh Kudus, di mana kami boleh memiliki suatu kehidupan yang makin dikontrol dan dikuasai oleh Kristus sendiri dan perkataan firman Kristus, sehingga dari kehidupan kami, nama-Mu boleh dinyatakan dan dimuliakan. Mohon belas kasih-Mu ya Bapa, mohon anugerah-Mu, bagi kami yang sering kali lemah dan sering kali hidup di dalam suatu kehidupan yang tidak mau taat dan tunduk pada Engkau. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami bersyukur dan berdoa. Amin.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Comments