Diciptabarukan di dalam Kristus, 19 Juni 2016

Ef 2:14-19

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, orang-orang Kristen itu adalah orang-orang yang Paulus katakan bukan merupakan hasil dari pada modifikasi tetapi adalah orang-orang yang merupakan hasil atau produk dari pada ciptaan baru yang Tuhan lakukan dalam kehidupan kita. Jadi di dalam ayat yang tadi kita baca, ayat 15b itu ada dikatakan, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya. Jadi dari ayat ini kita tahu kita adalah orang-orang yang bukan merupakan manusia lama kemudian Tuhan ambil kita dari pada manusia lama lalu ubah sedikit di sini, ubah sedikit di sana lalu kemudian kita menjadi seorang manusia baru seperti itu dan kemudian kita ditempatkan di dalam gereja. Alkitab tidak berkata seperti ini tetapi Alkitab berkata ketika Allah menebus kita, ketika Allah menyelamatkan kita dari pada dosa maka saat itu Allah sebenarnya sedang menciptakan baru kita sebagai satu manusia baru di hadapan Tuhan Allah dan ditempatkan di dalam dunia ini dan itu bukan merupakan sesuatu yang hasil modifikasi yang Allah lakukan terhadap manusia lama kita, bedanya apa? Kalau ini merupakan sesuatu hasil modifikasi dari pada manusia lama kita saya percaya kita memiliki alasan yang kuat sekali untuk membela diri dan mempertahankan dosa-dosa yang kita miliki, kita akan memiliki alasan yang kuat untuk hidup di dalam kedagingan dan di dalam perseteruan antara seorang dan yang lainnya, kita akan memiliki alasan yang kuat untuk terus bertekun di dalam dosa kita, karena apa? Saya masih ada manusia lama, manusia lama begitu mengikat saya dan manusia baru hanya sebagian dari pada modifikasi itu sehingga wajar kalau saya sebagai orang Kristen hidup di dalam satu kehidupan yang ada di dalam dosa dan kehidupan lama dari pada diri saya itu.

Tetapi Bapak, Ibu, Saudara, pada waktu Tuhan atau Paulus menggunakan istilah orang Kristen, dari mana mereka ada, Paulus menggunakan istilah dulu mereka tidak ada, orang-orang Kristen itu adalah orang-orang yang dulunya berdosa, orang-orang yang dulunya harusnya mati dihukum oleh Tuhan Allah tetapi kemudian ketika dia menjadi orang Kristen maka dia adalah hasil dari pada penciptaan yang Tuhan lakukan, kenapa butuh penciptaan baru? Karena kita adalah orang-orang yang bukan Kristen semua dan tidak mungkin menjadi Kristen kalau tanpa penciptaan baru yang Tuhan Yesus lakukan. Pada waktu kita hidup secara biologis kita memang hidup, secara ilmu manusia kita adalah orang yang makan, bertumbuh, berkembang, bergerak, bernafas sehingga dinyatakan kita adalah orang-orang yang hidup, tetapi secara Tuhan, Tuhan tidak melihat kita sebagai orang yang hidup tapi Tuhan melihat kita sebagai mayat-mayat hidup walaupun kita bernafas, bergerak, bertumbuh, bisa  makan, tetapi di hadapan Tuhan kita sebenarnya sudah terputus dari Sumber Kehidupan yaitu Tuhan Allah sendiri. Itu sebabnya Saudara ketika kita menjalani hidup kita di dalam dunia ini walaupun kita bisa bergerak, berbicara dan melakukan semua aktivitas yang dikatakan sebagai makhluk yang hidup, ujung kita itu sudah pasti, tujuan kita itu sudah pasti, sebelum kita ada di dalam Kristus ujung kita adalah kematian. Siapa manusia yang tidak mengalami kematian dalam dunia ini, semuanya mengalami kematian kecuali satu Yesus Kristus yang mati dan bangkit lagi dari  pada kematian. Tetapi semua manusia berdosa ujungnya sudah pasti yaitu kematian, kenapa begitu? Karena kita dari semula sudah mati.

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau itu adalah diibaratkan seperti rahim yang sudah mengalami menopause maka rahim itu tidak mungkin menghasilkan seorang anak, seorang keturunan kecuali rahim itu diperbaharui sebelumnya, diperbaharui, dihidupkan kembali atau diciptakan sebagai rahim yang baru, baru dia bisa melahirkan keturunan di dunia ini. Manusia juga adalah seperti ini, tanpa Tuhan menciptabarukan kita, keadaan kita mati, dalam keadaan mati bagaimana kita bisa berespon pada firman Tuhan, dalam keadaan mati bagaimana kita bisa berespon pada firman Tuhan, dalam keadaan mati bagaimana kita bisa mengkehendaki apa yang menjadi kebenaran firman Tuhan, itu adalah mustahil.Kalau begitu apa yang harus dilakukan? Kita harus mengalami satu kehidupan baru dari Tuhan terlebih dahulu baru kita bisa menjadi orang yang hidup di hadapan Tuhan, sebagai manusia yang baru, sebagai orang-orang Kristen yang ada di dalam dunia ini itu istilah kita dicipta barukan oleh Tuhan Allah.

Di dalam bahasa yang lain Paulus menggunakan istilah yang agak berbeda tetapi memiliki inti yang sama mengenai hal ini. Mari kita buka Roma 6:3-5, Saya baca ayat 1 dan 2, ayat 3-5 kita baca bersama-sama “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.” Jadi Bapak, Ibu yang dikasihi Tuhan, Paulus berkata kita adalah orang-orang yang dahulu sudah mati, mati karena apa? Mati bersama dengan Kristus karena kita ketika percaya kepada Kristus maka kita turut mati bersama-sama dengan Kristus. Istilah di dalam Perjanjian Baru yang lain yang Paulus katakan kita turut dibaptis di dalam kematian dari pada Kristus. Ini adalah kondisi kita ketika kita ada di dalam Kristus, lalu seperti Kristus yang bangkit dari kematian maka kita juga adalah orang-orang yang bangkit atau orang-orang yang memiliki hidup yang baru, dicipta barukan oleh Tuhan Allah di dalam kehidupan kita.

Itu sebabnya Saudara, apa yang terjadi di dalam kehidupan orang Kristen, itu adalah pasti sesuatu yang berbeda dari kehidupan lama kita. Manusia lama kita Alkitab katakan adalah manusia yang hidup dan bertekun di dalam dosa, kalau begitu sebagai manusia baru bagaimana? Lama bertekun dalam dosa, lama melakukan hal-hal yang berkaitan dengan   kepentingan diri sendiri, yang lama memiliki perseteruan dengan Tuhan Allah, yang lama kita memiliki perseteruan dengan manusia lainnya.Kalau begitu yang baru bagaimana? Masih bolehkah kita hidup dalam dosa, masih bolehkah kita hidup untuk kepentingan diri kita sendiri, masih bolehkah kita hidup dalam perseteruan dengan Tuhan Allah dan dalam perseteruan dengan manusia? Alkitab bilang itu tidak mungkin terjadi, Paulus bilang jika demikian apakah yang hendak kita katakan bolehkah kita bertekun dalam dosa supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Saudara itu adalah hal yang mustahil terjadi, tidak mungkin terjadi dalam kehidupan orang-orang Kristen, kita harusnya memiliki satu kehidupan yang kudus di hadapan Allah sebagai manusia yang baru, kita harusnya memiliki satu kehidupan yang mementingkan apa yang menjadi kepentingan Allah dalam kehidupan kita sebagai manusia baru, kita harusnya memiliki satu kehidupan yang bersekutu dengan Allah, kita harus memiliki kehidupan yang bersekutu dengan sesama manusia kita sebagai orang-orang yang sudah diperbaharui oleh Tuhan Allah dan ini adalah hal yang Tuhan lakukan ketika Tuhan menciptabarukan kita di dalam satu kehidupan manusia yang baru di hadapan Tuhan Allah.

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apa yang kita alami sebagai manusia  baru, yang kudus, yang benar, yang suci, yang tidak berdosa, yang adil, yang mengasihi, yang mengalami damai itu adalah hal yang pasti dialami oleh setiap orang Kristen yang sudah dicipta barukan oleh Tuhan Allah, kenapa? Paulus bilang karena dahulu kita sudah mati bersama dengan Kristus dan seperti halnya Kristus yang sudah bangkit dari kematian maka kita pun adalah orang-orang yang sudah bangkit dari kematian dan sebagai orang yang sudah bangkit dari kematian, orang yang sudah hidup kembali, apakah kuasa dosa masih berkuasa atas hidup kita? Paulus menggunakan salah satu ilustrasi yang baik sekali yaitu diri Kristus sendiri, pada waktu Dia telah bangkit dari kematian apakah Dia masih dikuasai oleh maut, Alkitab berkata Dia tidak lagi dikuasai oleh maut, Dia cuma mengalami kematian satu kali  tapi setelah Dia mati, Dia bangkit dari kematian sebagai satu manusia yang baru di hadapan Tuhan Allah, Dia lalu hidup 40 hari dalam dunia ini, setelah itu apa yang terjadi? Dia terangkat ke sorga, Dia didudukan di sebelah kanan Allah Bapa dan Dia hidup selama-lamanya dengan Allah Bapa di dalam sorga, Dia tidak lagi mengalami kematian dan tidak ada kuasa maut yang sanggup untuk merenggut hidupnya kembali dan ini adalah hal yang harusnya dialami oleh orang-orang Kristen.

Pada waktu kita menjadi orang yang baru, manusia yang baru, di situ kita boleh percaya satu hal, kita mengalami satu pembaharuan dimana kuasa dari pada dosa, kuasa dari pada maut tidak mungkin akan berkuasa atas kehidupan kita lagi. Nah ini dikatakan Paulus di dalam I Korintus 15, “Hai maut dimanakah sengatmu.” Itu adalah hal yang menunjukkan bahwa ketika kita hidup sebagai manusia yang baru, maka di situ kuasa dosa, kuasa maut tidak memiliki  lagi pengaruh di dalam kehidupan kita sebagai orang-orang yang sudah diperbaharui. Jadi Saudara, ketika hidup dalam dunia ini, kalau kita berkata kedagingan kita itu terlalu kuat sekali, terlampau mengikat saya, maka apa yang harus kita lakukan? Apa yang sebenarnya terjadi? Saya percaya itu menyatakan bahwa dia adalah orang yang kemungkinan belum ditebus atau belum menjadi seorang manusia yang baru karena seorang manusia yang baru tidak mungkin dikuasai dosa lagi, seorang manusia yang baru tidak mungkin takluk kepada keinginan dosa lagi, seorang manusia baru tidak mungkin berkata saya tidak mampu mengalahkan dosa yang ada dalam kehidupan saya. Kita pasti mampu karena kita adalah satu manusia yang sudah diperbaharui yang memiliki hidup yang baru di hadapan Tuhan Allah.

Jadi Saudara, saya bukan berbicara mengenai sesuatu yang pakai kata “harus” ya, tetapi “pasti,” ada bedanya yang besar sekali. “Pasti” berarti itu kita alami, “harus” berarti sesuatu yang harusnya begini tetapi kita tidak bisa mencapai itu, jadi ada kemungkinan untuk gagal itu di dalam istilah harus tetapi pasti berarti tidak ada kemungkinan untuk gagal di dalam hal ini, karena kita adalah orang-orang yang baru. Tapi Bapak, Ibu, Saudara mungkin berkata tapi walaupun saya hidup sebagai orang Kristen, kenapa kehidupan saya yang sebagai orang Kristen sering kali jatuh di dalam dosa, kenapa sulit sekali ya kelihatannya saya hidup dalam satu kekudusan, dalam satu kehidupan yang damai, dalam satu kehidupan yang baik, dalam satu kehidupan yang adil, dalam satu kehidupan yang benar dalam kehidupan saya, kenapa ya saya sebagai orang Kristen sulit sekali untuk hidup dalam kondisi ini? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sebenarnya Paulus sudah berikan jawabannya juga di dalam ayat 15b, kita baca bersama-sama, “Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya.” Ada istilah apa? Di dalam diriNya atau Kristus.Kalau kita bertanya mengapa kita hidup begitu sulit sekali, untuk menjaga kekudusan atau hidup yang baru, saya mau tanya Saudara ingat tidak kalau kita adalah orang-orang yang ditebus dan ditempatkan di dalam Kristus? Maksudnya apa di dalam Kristus? Maksudnya adalah ketika kita menjadi percaya, maka kepercayaan kita atau iman kita itu adalah sesuatu yang memang dikerjakan oleh Tuhan Allah dalam kehidupan kita baru kita bisa beriman dan percaya dan menjadi seorang Kristen.

Tetapi Saudara, ketika kita menjadi seorang Krsiten ingatkah kita juga adalah orang yang ditempatkan di dalam Kristus atau kita harus berada di dalam Kristus? Kita di dalam beberapa minggu yang lalu, kita mengambil beberapa ilustrasi, Kristus adalah Kepala, jemaat adalah Tubuh. Sebagai Kepala, jemaat mendapatkan semua kekuatan dan nutrisi dari pada Kristus yang adalah sumber dari pada kekuatan itu dan kuasa di dalam kehidupan dari pada orang-orang Kristen; sebagai anggota Tubuh yang disatukan dengan Kepala, maka kita pasti akan melakukan apa yang menjadi keinginan Kepala. Kalau ini yang menjadi sesuatu yang menjadi keinginan kita berarti orang-orang Kristen adalah orang-orang yang dimana Kristus ada di dalam dia dan dia adalah di dalam Kristus, ini adalah hal yang pasti.

Kita coba buka di dalam Yohanes 15, ini adalah satu perumpamaan mengenai satu pokok anggur yang benar, Tuhan Yesus berkata Dia adalah pokok anggur yang benar dan kita itu siapa? Kita adalah ranting-ranting dari pada pokok anggur ini. “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” Jadi disini Tuhan Yesus berkata kita adalah ranting dan Dia adalah pokok anggur. Dan sebagai ranting bagaimana kita berbuah? Kalau kita tinggal di dalam Kristus atau kita dicangkokkan kepada Kristus atau tercangkok kepada Kristus maka kita adalah orang-orang yang berbuah dalam kehidupan kita. Jadi disini dikatakan setiap orang Kristen adalah orang yang dicangkokkan kepada Kristus dan dia pasti adalah orang yang hidup dan berbuah dalam kehidupan dia. Dan ini adalah satu ilustrasi yang menggunakan pokok anggur, kalau Bapak, Ibu melihat pohon anggur maka setiap cabang, ranting dari pada anggur itu pasti memiliki buah, dia tidak mungkin tidak berbuah. Jadi orang Kristen adalah, Tuhan Yesus berkata, dia adalah orang yang pasti berbuah tetapi sebelum dia berbuah dia adalah orang yang dibersihkan terlebih dahulu oleh firman Tuhan. Itu berarti ketika kita bisa dicangkokkan kepada pokok anggur, yaitu Kristus, itu sepenuhnya adalah anugerah dari pada Tuhan, itu adalah sepenuhnya kasih karunia yang Tuhan kerjakan di dalam kehidupan kita. Tapi sebagai orang yang sudah dicangkokkan di dalam Kristus itu kita nda bisa berkata “aku tidak dicangkokkan disitu,” kita tidak mungkin bisa menunjukkan satu kehidupan yang tidak dicangkokkan.

Orang yang sudah dicangkokkan dalam Kristus dia pasti memiliki kehidupan yang sesuai dengan naturnya yang sudah dicangkokkan di dalam Kristus. Ini adalah hal yang harus kita perhatikan. Istilah Paulus adalah kita tinggal di dalam Kristus. Nah Saudara, kenapa kita tidak berbuah? Kita mungkin seringkali lupa kita ini adalah orang yang harusnya tinggal di dalam Kristus, sebagai orang yang sudah ada Kristus di dalam diri kita. Kehidupan ini sebagai pengudusan atau tinggal di dalam Kristus itu adalah sebuah kinerja. Jangan pikir kehidupan di dalam Kristus itu adalah seperti yang Tuhan hanya kerjakan di dalam kehidupan kita saja, itu bukan cara Tuhan. Ketika Tuhan menempatkan kita di dalam Kristus, Tuhan menuntut kita, Tuhan menginginkan kita sebagai seorang manusia baru itu adalah orang-orang yang hidup sesuai dengan apa yang menjadi tuntutan Kristus atau kebenaran dari pada Kristus, sinergi.

Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, memang ayat Alkitab ada berkata seperti ini: Tuhan memulai segala sesuatu dan Tuhan akan mengakhiri segala sesuatunya, pasti memelihara sampai pada akhirnya. Tapi saya katakan satu hal, memang kita semua akan menuju ke akhir seperti yang Tuhan kehendaki, Tuhan akan pelihara sampai pada akhir tapi tidak semua orang Kristen akan memiliki akhir yang sama di dalam kesempurnaan yang sama. Jangan pikir semua orang Kristen akan mendapatkan kedudukan dan posisi yang sama di hadapan Tuhan Allah, Alkitab tidak pernah mengajarkan seperti itu tapi Alkitab akan memastikan dan Tuhan menjamin dengan kesetiaanNya semua orang percaya akan menuju pada titik akhir yaitu keselamatan tapi Saudara, kedudukan kita disana seorang dengan yang lain pasti berbeda. Tergantung apa? Tergantung bagaimana kita hidup di dalam pengudusan. Jadi ini adalah sesuatu yang bersifat sinergi. Jadi kalau ada orang yang berkata seperti ini kepada Saudara, “ya sudahlah, Tuhan kan mengajarkan kedaulatan kalau gitu terima saja nasib kita bagaimana, nda usah lagi usaha, ngapain kan semuanya Tuhan sudah atur,” saya ingatkan itu bukan cara Tuhan.

Kalau kita bilang “hidupku ada di tangan Tuhan” dan itu berarti nasib dan saya terima saja tanpa ada usaha untuk memperbaiki keadaan kita itu berarti Saudara belum mengenal cara Tuhan seperti apa. Kalau seandainya ini benar maka Yusuf akan terus berada sebagai seorang budak seumur hidup dia dan dia tidak ada satu keinginan untuk mengusahakan yang terbaik di dalam posisi yang dia miliki saat itu. Pada waktu dia menjadi seorang yang dijual kepada Potifar, kalau dia adalah orang yang menerima nasib, dia hanya mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang budak dan dia tidak akan mengerjakan hal-hal yang terbaik dari pada posisi dia sebagai seorang budak, sampai dia akhirnya diangkat menjadi orang nomor dua di dalam rumah Potifar. Kalau dia adalah orang yang begitu menerima nasib lalu dia dibuang lagi ke dalam penjara karena difitnah oleh istri Potifar karena Yusuf menolak bersetubuh dengan dia maka dia akan menerima nasibnya lalu dia tinggal tunggu tanggal dia dipenggal kepalanya mati dalam penjara itu, tapi Alkitab bilang tidak. Di tengah-tengah kondisi seperti ini Yusuf tetap mengusahakan yang terbaik dalam kehidupan dia, dalam keadaan dia itu sampai akhirnya dia diangkat menjadi tangan kanan dari pada kepala penjara.

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita adalah orang-orang yang sudah ditebus Kristus, kita adalah orang-orang yang sudah ditempatkan di dalam Kristus dan saya sangat percaya 100% adalah kerja dari pada Tuhan Allah dalam kehidupan kita, tapi sebagai orang-orang yang sudah di dalam Kristus ingat satu hal bahwa kita adalah orang yang harus berespon terhadap apa yang Tuhan kerjakan di dalam kehidupan kita, dan respon yang kita berikan itu adalah dengan kita berusaha sekuat tenaga kita, usaha kita untuk tetap tinggal di dalam Kristus, itu yang Tuhan kehendaki di dalam kehidupan kita. Nah ayat ini ada hal yang penting sekali yang harus kita perhatikan. Di dalam perumpamaan tentang pokok anggur yang benar ini jangan berpikir ada dua jenis orang Kristen, jangan pikir ada jenis orang Kristen sejati yang hidupnya berbuah tetapi ada jenis orang Kristen sejati yang hidupnya tidak berbuah, ayat ini tidak pernah berbicara seperti itu tetapi ayat ini selalu berkata orang Kristen sejati pasti berbuah dalam kehidupannya.

Dan yang tidak berbuah itu siapa? Yang tidak berbuah adalah ranting yang tidak pernah ada pada Kristus, karena itu mereka adalah orang-orang non-Kristen, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang yang ada di dalam gereja yang sepertinya melayani Tuhan, yang berbakti kepada Tuhan tetapi sebenarnya mereka bukan orang-orang yang sudah ditebus oleh Kristus. Mereka adalah orang yang kelihatannya seperti anak Tuhan yang sejati tetapi sebenarnya mereka belum pernah menjadi anak Tuhan yang sejati, tapi mereka ada di dalam gereja sama-sama dengan anak Tuhan yag sejati. Kenapa kita bisa berkata seperti ini? Jawabannya di ayat 6, dikatakan “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku dia dibuang keluar seperti ranting dan menjadi kering kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” Siapa yang dibakar? Ranting yang tidak berbuah. Dibakar itu artinya apa? Itu adalah gambaran dari pada hukuman neraka yang akan menimpa orang-orang yang tidak berbuah. Jadi kalau dia adalah orang yang tidak berbuah itu berarti dia tidak mungkin adalah orang yang dicangkokkan kepada Kristus karena pohon anggur jika rantingnya itu tersambung kepada pokok anggur, ranting itu pasti berbuah. Ini adalah ilustrasi dari pada pokok anggur, setiap ranting itu pasti mengeluarkan buah.

Dan Saudara, kenapa perlu dipangkas? Supaya buahnya tambah banyak. Tetapi orang yang tidak pernah berbuah itu berarti ranting itu tidak pernah ada di dalam pokok anggur dan itu berarti dia bukan merupakan bagian dari Kristus dan Kristus tidak ada di dalam hidup orang tersebut makanya dia tidak mungkin berbuah di dalam kehidupannya. Ini sesuai dengan ayat yang ke-2 tadi: “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.” “Yang ada pada-Ku” itu bukan bicara dia dicangkokkan tetapi dia mungkin adalah ranting yang kita bisa gambarkan seperti orang-orang Kristen yang ada di gereja. Siapa orang Kristen dalam gereja, bukankah mereka adalah orang yang kelihatannya ada pada Kristus? Tetapi Saudara, apakah semua orang yang ada pada Kristus adalah yang ada di dalam gereja? Belum tentu. Lalu siapa yang berbuah? Alkitab bilang dan Tuhan Yesus bilang mungkin mereka, saya pakai istilah mungkin karena kita tidak tahu ya, itu adalah rahasia Tuhan dan orang itu. Yang kita bisa lihat seakan-akan dia orang Kristen tetapi dia di hadapan Tuhan sebenarnya bukan milik dari pada Tuhan maka dia memiliki satu kehidupan yang tidak berbuah dia belum mengalami kasih karunia di dalam kehidupan dia melalui penebusan yang ada di dalam kehidupan dia.

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ingat baik-baik pada waktu kita sudah ditebus, kita sebagai orang yang sudah dicangkokkan kepada ranting, dan sebagai orang yang sudah dicangkokkan kepada ranting itu hiduplah di dalam Kristus di dalam kehidupan iman kita, di dalam kita berelasi dengan Tuhan Allah, ini yang Tuhan tuntut dalam kehidupan kita. Relasi bagaimana? Relasi dalam iman kita yang percaya kepada Tuhan. Coba uji, Saudara punya iman yang percaya tidak, Saudara meletakkan kepercayaan Saudara tidak ke dalam tangan Tuhan, Saudara memiliki kehidupan yang berdoa tidak dalam kehidupan Saudara? Doa untuk apa? Doa bukan sebagai sesuatu rutinitas yang mana kita bangun tidur lalu kita doa dan serahkan hari, habis itu kita melupakan segala sesuatu dalam kehidupan kita yang berelasi dengan Tuhan Allah. Doa berarti dalam segala hal kita berjalan kita menggantungkan hidup kita kepada sumber kehidupan, sumber berkat yaitu Tuhan Allah sendiri. Kita tahu kita tidak mungkin bisa hidup dengan kekuatan kita sendiri, kita bersandar kepada Tuhan Allah, itu namanya doa. Kita memiliki kehidupan seperti itu tidak? Kita memiliki satu ketaatan tidak dalam kehidupan kita untuk berusaha taat kepada Tuhan akan perintah-perintahNya? Kita memiliki sukacita tidak dalam kehidupan kita di dalam Kristus? Kita memiliki kehidupan yang bersyukur tidak di dalam Tuhan karena apa yang menjadi pekerjaan Tuhan, karya Tuhan yang Tuhan lakukan dalam kehidupan kita? Saudara, ada relasi tidak antara diri kita dengan Tuhan Allah? Itu adalah hal yang harus kita tuntut, harus kita tekuni dalam kehidupan kita sebagai orang-orang Kristen yang dinamakan sebagai orang-orang yang hidup sesuai dengan sarana-sarana yang Tuhan sudah berikan dalam kehidupan kita untuk pertumbuhan rohani dari pada kita. Banyak orang pikir melalui sarana rohani kita bisa menjadi orang yang lebih hebat, lebih perkasa, lebih benar, saya pikir bukan itu tujuannya tetapi semakin kita hidup dengan sarana rohani yang Tuhan berikan kita semakin didekatkan dengan Kristus, kita semakin mendapatkan kuasa dari pada Kristus, memiliki kekudusan karena Tuhan hidup dalam kehidupan kita. Nah kenapa kita masih hidup dalam dosa? Kenapa kita sulit sekali memiliki kekudusan? Kenapa kita selalu jatuh di dalam dosa? Jawabannya bagaimana kehidupan doa kita? Bagaimana kehidupan relasi Saudara dengan Tuhan Allah? Bagaimana pergaulan Saudara dengan Tuhan melalui firman yang Saudara renungkan? Apakah Saudara menghidupi firman yang diberitakan itu, yang tertulis dalam Kitab Suci, yang Saudara baca? Kalau Saudara tidak melakukan hal itu saya nggak heran kalau kita tidak berbuah dalam kehidupan kita. Ingat baik-baik, kita adalah orang Kristen, kita adalah orang yang sudah diciptabarukan karena itu hiduplah sebagai orang yang sudah diciptabarukan oleh Tuhan Allah kita.

Ada satu dosa yang saya harus ingatkan kepada Saudara berkaitan dengan harga diri dan muka. Kadang-kadang sebagai orang Kristen ketika hati kita begitu disakiti, muka kita dicoreng maka kita lupakan iman dalam hidup kita, ini bahaya besar sekali. Kadang-kadang karena hati yang terluka, muka yang sudah tercoreng, dan harga diri yang sudah terluka maka apa yang menjadi perintah Tuhan kita abaikan semua supaya keinginan kita, aku yang ditinggikan. Saya pikir ketika saya renungkan bagian ini saya baru sadar satu hal, bukankah ini dosa Adam? Bukankah ini adalah dosa dimana manusia ingin menjadi seperti Allah? Dia tidak mau menundukkan dirinya di bawah Tuhan Allah lagi. Salah satu contohnya adalah Firaun, memang Alkitab bilang hatinya Tuhan keraskan sehingga 10 tulah itu bisa terjadi, tapi Saudara, kalau dari sisi manusia, kenapa Firaun bisa menolak firman Allah dan tidak mau tunduk pada Tuhan Allah? Saya yakin satu hal karena dia punya harga diri sebagai Firaun, dewa yang disembah oleh manusia seluruh dunia, itu dikalahkan oleh keberadaan dari Tuhan Allah sehingga dia ketika mukanya dicoreng, hatinya ditusuk, dia merasa dia tidak butuh Tuhan dan harus matikan Allah.

Saya kagum sekali ketika melihat kehidupan dari pada Musa, saya kagum sekali ketika melihat kehidupan dari pada Hosea, dimana mereka adalah orang-orang yang sudah dicorengkan mukanya, walaupun ini adalah dua konteks yang berbeda ya. Istrinya Hosea itu bukan orang percaya. Tapi Musa itu dicorengkan mukanya oleh saudaranya sendiri, Harun dan Miryam. Pada waktu mereka bersama-sama dipanggil oleh Tuhan Allah, Musa dipanggil, Harun juga dipanggil, dan Miryam juga dipanggil, Harun sebagai imam, Miryam sebagai nabi Tuhan. Memang di dalam Bilangan 12 itu dikatakan sepertinya Harun dan Miryam itu mempermasalahkan perempuan Kush yang dinikahi oleh Musa. Siapa perempuan Kush itu? Tidak terlalu jelas, tetapi dari Habakuk kemungkinan dia sebenarnya adalah istri Musa yang pertama, Zipora, yang sama, karena antara Kush dan Midian itu disamakan di dalam Habakuk, di Alkitab. Tapi ada orang yang berkata, mungkin itu adalah perempuan Afrika, isteri kedua daripada Musa, seperti itu. Jadi kita tidak terlalu jelas siapa perempuan Kush itu. Lalu mereka permasalahkan orang ini. Artinya Saudara, betulkah mereka mempermasalahkan orang ini, keberadaan orang ini? Itu hanya di permukaan. Yang menjadi masalah dasar, yang mendasar sekali adalah, mereka tidak bisa menerima keberadaan Musa sebagai pemimpin mereka yang seakan-akan memiliki relasi yang khusus dengan Tuhan Allah, sedangkan mereka tidak memiliki relasi itu. Sehingga, hanya Musa yang begitu ditinggikan, dan mereka tidak ditinggikan setinggi daripada Musa. Mereka berkata, “Bukankah bukan Musa saja satu-satunya di mana Tuhan berbicara kepada mereka.” Dan di situ dikatakan satu kalimat, Musa adalah seorang yang begitu lembut hatinya. Ada orang, penafsir yang berkata, tidak mungkin ini Musa yang menulis, karena masa Musa menulis dirinya sendiri, memuji dirinya sendiri sebagai orang yang lembut hatinya, begitu lembut hatinya. Tapi Saudara, di bagian bawahnya, Tuhan sendiri yang mengkonfirmasi Musa adalah orang yang begitu lembut hatinya. Pada waktu mukanya sudah dicoreng, hatinya ditusuk dari belakang oleh saudaranya sendiri, di situ Tuhan mendatangkan hukuman bagi Miryam. Miryam mengalami kusta. Tapi setelah Harun melihat seudaranya mengalami kusta, dan dia menyadari kesalahannya, karena Tuhan sendiri membela Musa di hadapan saudaranya:“Siapa yang berbicara kepada umat-Nya, nabi-Nya, tanpa melalui mimpi dan di dalam tidur? Semua nabi tidak pernah berbicara secara langsung. Hanya Musa yang bicara secara tatap muka. Sekarang kamu berani hina dia.” Lalu Miryam mengalami kusta. Setelah dia mengalami kusta, mereka tersadar akan dosa mereka. Lalu Harun datang kepada Musa dan memohon supaya Musa mendoakan Miryam. Apa yang dilakukan Musa? Kalau itu jadi kita, kira-kira kita mau ampuni dia tidak? Musa doakan saudaranya, dan Tuhan dengarkan doanya. Tujuh hari dia harus tinggal di luar, dan dia dianggap sebagai orang yang mencemarkan nama Bapanya, maka dia dihukum tujuh hari, lalu dia kembali lagi ke dalam kemah bersama orang Israel, dan baru dari situ mereka melanjutkan perjalanan.

Saudara, saya sungguh lihat ini adalah hal yang luar biasa sekali. Sesuatu yang menyatakan, bukan Musanya yang hebat sih, saya pikir, tetapi dia adalah satu gambaran, tipologi daripada Kristus yang begitu berbaik hati, begitu pengampun, begitu pemurah, begitu penuh kasih karunia dalam kehidupan kita. Berapa banyak kita mencoreng nama Tuhan? Tapi Tuhan masih membawa kita kembali kepada Dia, memelihara kita di hadapan Dia dengan baik, iman kita. Ini digambarkan oleh Hosea dengan Gomer. Saudara, Gomer itu siapa? Pelacur. Disuruh nikahi oleh Hosea. Tuhan suruh Hosea nikahi Gomer. Dia ambil Gomer menjadi istrinya. Bukankah sebagai seorang pelacur ini adalah sesuatu yang mengangkat martabat dia begitu tinggi sekali? Nabi Tuhan menikahi seorang pelacur dan dijadikan istri dia. Tapi apa yang dilakukan Gomer? Gomer menganggap itu adalah sesuatu yang tidak penting, tidak berharga. Dia mencoreng muka suaminya di hadapan bangsa yang ini, orang Israel yang lain. Saudara, kalau kita adalah suami, istri kita menghina kita seperti itu, padahal kita sudah mengangkat derajatnya begitu tinggi, kira-kira apa yang kita lakukan? Saya yakin kita nda akan, mungkin sulit sekali untuk mengampuni orang itu dan membawa dia kembali dan menjadikan istri kita lagi. Tapi Tuhan memerintahkan Hosea, “Pergi, ambil dia kembali menjadi istrimu.” Dan apa yang dilakukan Hosea? Dia lupain mukanya itu mau taruh di mana, dan dia kembali untuk membawa Gomer menjadi istrinya, karena apa? Perintah Tuhan. Saya kagum sekali melihat kehidupan daripada orang-orang kudus ini di hadapan Tuhan. Dan saya terlebih kagum lagi karena itu semua adalah gambaran daripada Kristus, Tuhan kita sendiri dalam relasinya dengan diri kita. KasihNya yang begitu luar biasa yang Dia berikan dalam hidup kita.

Saudara, bagaimana kita hidup? Apakah kita masih ingin memelihara dosa itu begitu kuat sekali? Apakah kita melihat bahwa diri kita, hati kita, muka kita jauh lebih penting daripada kebenaran Tuhan Allah? Atau kita melihat Tuhan Allah itu lebih penting daripada apa yang menjadi keberadaan daripada diri kita? Kita adalah orang-orang yang sudah dipersatukan dengan Kristus secara organik, di mana kita mendapatkan sumber kekuatan kita, kehidupan kita, kekudusan kita, itu daripada Kristus. Tapi Saudara, yang jadi pertanyaan adalah, sudahkah kita memiliki pikiran Kristus dalam hidup kita? Sudahkah kita memiliki perasaan Kristus dalam hidup kita? Sudahkah kita memiliki kehendak Kristus di dalam kehidupan kita, sebagai orang-orang yang sudah diperbarui sebagai manusia baru, yang sudah diciptabarukan oleh Tuhan dalam kehidupan kita ini? Sudah belum? Saudara, ini adalah hal yang penting sekali, ya.

Tapi mungkin kita bertanya dalam hati kita, “Kok Tuhan tetap biarkan kita ada kemungkinan jatuh di dalam dosa?” Sebagai orang-orang Kristen, kenapa kita yang sudah dicangkokkan, Tuhan tidak ubah saja semua hidup kita tanpa ada satu pergumulan dengan kedagingan kita yang lama? Tuhan kan sudah ciptabarukan kita sebagai manusia baru, lalu kenapa di situ masih Tuhan izinkan kita bergumul dengan satu kehidupan dunia, satu keinginan berdosa dalam kehidupan kita? Dalam hal ini, saya mungkin bisa ilustrasikan dengan satu ilustrasi latih anjing, ya. Saya bukan menyamakan manusia dengan anjing. Saya bukan juga dengan tipe Skinner yang mengatakan manusia itu hanya anjing yang kompleks, seperti itu. Tapi saya berkata, manusia adalah orang yang memiliki satu derajat, posisi yang jauh lebih daripada anjing atau binatang, karena kita adalah gambar Allah. Kita bertindak, melakukan segala sesuatu dengan pengertian tanggung jawab. Kita tahu kita adalah orang-orang yang harus berelasi dengan Tuhan Allah. Kita tahu kita adalah orang-orang, hanya manusia yang bisa membaca firman, mengerti kehendak Allah, berdoa, membutuhkan Allah, dan bergantung kepada Allah, dan mentaati apa yang menjadi kehendak Allah. Anjing nda ngerti,anjing hanya tahunya kalau jalankan sesuatu, kalau enak dia lakukan, kalau nggak enak dia nggak lakukan. Kalau dia dapat hadiah dia lakukan, kalau dia dapat hukuman dia nda lakukan.

Nah, di dalam pendidikan ini ada dua metode, satu tradisional, satu yang bersifat, istilahnya clicker ya. Clicker itu adalah, tanpa melakukan satu punishment. Kalau di dalam tradisional, kita kadang pake rantai yang kalo Saudara pernah lihat ada duri-durinya kayak gitu, ya, di leher anjing atau rantai yang bisa nyekek, kayak gitu, ada dua cincinnya, kalau ditarik dia langsung kayak tali koboi, kayak gitu, langsung nyekek leher daripada anjing itu sehingga pada waktu dia kecekek dia ngerasa nda nyaman, lalu dia nggak lakukan sesuatu. Nah, di dalam latihan ini yang paling sulit itu ada dua latihan, pertama adalah panggil-datang, yang kedua adalah jalan di samping. Kalau tradisional gimana caranya panggil dia datang? Kalau dia jauh, kita panggil misalnya, siapa? “Vido, come” misalnya, “sini!” Kita langsung sentak lehernya, lalu dia nggak enak kan, atau kita seret sedikit dia nanti datang. Waktu dia datang, dia kan ikatannya itu kendor, ketika kendor dia nyaman. Kalo dia nda mau datang, dia berontak, dia nggak nyaman. Waktu dia datang, dia nyaman, apalagi ketika dia sampai dia dipuji, kayak gitu. Akhirnya dia akan datang kepada kita. Dia diajar, “Oh, kalo aku menolak perintah itu, aku nda nyaman. Kalo aku datang, aku enak di sini.” Dan kalo jalan di samping juga kadang-kadang kita cuma seret dia. Kalo kita jalan dia dahului kita balik badan langsung tarik dia kembali. Akhirnya dia pelan-pelan dia akan belajar,’Oh, jalan di sisi kita itu nyaman, enak, dan dipuji. Kalo nggak, saya akan mendapatkan satu keadaan yang tidak nyaman.’ Nah, kelemahan daripada pendidikan ini adalah, tradisional, kalau rantainya dilepas, dia ngerasa nda ada tekanan, kan? Kalau nda ada tekanan saya harus taat nggak? Nggak. Makanya kadang-kadang kalo manggil datang ya, kalo rantai kita bisa berapa panjang? 10 meter? 10 meter dia mungkin masih taat, karena rantai kita bisa 10 meter. Kalo 20 meter, dia mungkin nda taat lagi. Makanya mereka akan cari tali yang begitu panjang sekali, sampai jangkauan yang panjang sekali, supaya anjing itu merasa, “Oh iya ya, walaupun saya begitu jauh sekali, tetep harus denger,” kayak gitu. Tapi kalo clicker training itu beda. Clicker training itu tanpa ada satu pemaksaan, tetapi berdasarkan pelatihan mental supaya dia mau dengan inisiatif dia sendiri untuk tunduk dan taat. Jadi caranya gimana? Caranya ketika dia datang ke arah kita, kita klik. Clicker itu adalah conditional reinforcement, ya, primary reinforcement-nya itu makanan, yang utama. Tetapi yang conditional itu bisa jadi primary kalo kita sudah isi ‘klik’ artinya dia makanan, kayak gitu. Waktu dia datang dengan inisiatif dia sendiri tanpa kita ngomong, tanpa kita gerak tubuh, tanpa kita kasih perintah, kita klik, “Oh”, dia bilang, “kalo saya punya inisiatif datang, enak ya, maka saya dapat pujian.” Ketika dia sudah terbiasa seperti ini kita baru kasih perintah, “come!” Baru dia datang, kita klik, kita kasih makan, kayak gitu. Jadi inisiatif dia sendiri, nggak usah pake rantai. Tempat yang memang terisolasi, yang dia nggak bisa lari kemana-mana. Kalo kita jalan, supaya dia di samping kita bagaimana? Pas dia dibiarin, dia lari kemana-mana kan? Pas dia di samping kita, kita klik, kasih dia makan. Nanti sekali dia datang ke samping kita, kita klik, kita kasih dia makan. Inisiatif dia sendiri.

Jadi di dalam dua cara pelatihan ini, satu berusaha dengan menggunakan metode kekerasan untuk mendidik, dengan paksa, satu menggunakan pelatihan watak atau mentalitas daripada anjing itu untuk mau tunduk berdasarkan inisiatif dan keinginan dia sendiri. Saudara, sekali lagi saya ingetin, saya nda setuju manusia disamakan dengan anjing yang kompleks tapi ini adalah satu prinsip yang saya lihat sudah ada di dalam Kitab Suci jauh sebelum teori ini ditemukan. Kenapa Tuhan biarkan kita hidup dalam satu pergumulan antara taat dan dosa, taat dan dosa? Ada janji Tuhan, “Kalau kamu kamu taat diberkati, kalau kamu tidak taat, kamu akan mengalami kutukan.” Memang cara pelatihan seperti ini adalah cara yang harus menuntut kesabaran dan waktu yang cukup lama. Tetapi, ketika kita melewati proses itu, di situ ada terbentuk satu keinginan untuk taat, kedewasaan, willingness di dalam pemikiran atau hati kita dan Tuhan lakukan ini dalam kehidupan kita. Tuhan izinkan kita bergumul dalam hidup kita antara mau yang taat atau yang berdosa melawan Tuhan dan dari sana kita dilatih watak kedewasaan kita sebagai orang Kristen: mau mentaati Tuhan secara sukarela dari keinginan kita, atau kita dari keinginan kita tetap melawan Tuhan Allah. Itu sebabnya saya katakan, Tuhan memang akan memimpin sampai akhir. Tetapi akhir dari setiap orang Kristen itu nda sama, tergantung bagaimana Saudara berelasi dengan Tuhan Allah, berespon pada Dia, dan kedekatan Saudara dengan Dia itu bagaimana. Saudara, di dalam Tuhan kita sudah menjadi satu menusia yang baru, yang diciptabarukan dan ini membuat manusia kita yang lama seharusnya kita tinggalkan, kita lupakan, dan kita hidup sebagai seorang manusia baru dalam kehidupan kita.

Mari kita buka Galatia 3:28. Kita baca bersama-sama, “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Saudara, ketika Kristus menjadikan kita sebagai manusia baru, Alkitab bilang, di situlah timbul damai sejahtera. Di situlah dimungkinkan ada damai sejahtera di antara sesama manusia, karena kita terlebih dahulu sudah diperdamaikan dengan Tuhan Allah. Tapi sebagai manusia baru, Alkitab juga memberikan hal-hal yang harus kita tinggalkan, lupakan sebagai manusia baru itu bagaimana. Tidak ada lagi orang Yahudi. Tidak ada lagi orang Yunani. Tidak ada lagi laki-laki. Tidak ada lagi perempuan. Semuanya adalah orang-orang, yang merupakan orang yang baru, satu di dalam Kristus Yesus, itu berarti kita harus hidup sebagai orang yang baru dan melupakan yang lama ini.

Tapi apa yang lama yang harus kita lupakan? Pertama adalah sunat. Sebagai orang Kristen, kita tidak perlu lagi disunat karena Tuhan berkata, “Sunat atau tidak bersunat, itu adalah hal yang tidak penting.” Galatia 6:15. “Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya.” Jadi, pada waktu kita menjadi seorang ciptaan baru, ini yang penting. Hidup sebagai orang yang diciptabarukan oleh Tuhan, itu yang penting. Masalah-masalah lahiriah seperti sunat atau tidak sunat itu ndak usah pusingkan. Itu hanya akan menimbulkan perpecahan kalau kita mengutamakan itu dalam kehidupan kita, perseteruan. Jadi hal utama yang perlu kita tinggalkan adalah perseteruan, yang berikutnya adalah satu kehidupan yang hidup di dalam pementingan akan kondisi lahiriah yang ada dalam kehidupan kita. Itu adalah hal yang tidak perlu kita ikuti lagi.

Yang kedua adalah, berkaitan dengan dosa masa lalu kita. Pada waktu kita menjadi seorang Kristen, maka Tuhan sudah melupakan semua dosa masa lalu kita. Tuhan tidak lagi memperhitungkan dosa masa lalu kita, Tuhan tidak lagi memperhitungkan dosa masa lalu kita, karena itu jangan sekali-sekali kita terjerat oleh bujukan iblis, rayuan iblis untuk membawa kita, menyeret kita kembali ke dalam dosa masa lalu kita. Saudara ingat, di hadapan Tuhan semua masa lalu kita itu, semua ikatan dengan masa lalu kita, mungkin dengan keluarga, atau dengan hal-hal yang berdosa di hadapan Tuhan Allah, dari akibatkan oleh keluarga, itu semua sudah diputuskan di dalam Kristus. Jadi tidak ada lagi ikatan itu, dan jangan mau diperdaya dan dibohongi oleh iblis untuk kembali melihat kepada masa lalu dan mempermasalahkan itu dan merasakan diri kita tidak mendapatkan pengampunan atau hidup kita tidak mendapatkan damai dari sukacita karena masa lalu itu. Itu semua sudah selesai dalam Kristus. Dan Saudara, saya juga ingatkan, kita juga jangan jadi iblis ya! Yang suka mengungkit-ungkit masa lalu orang. Ketika seseorang itu bertobat menjadi seorang Kristen, jangan lagi bilang, “saya inget lho kamu dulu nggak seperti ini, kamu dulu itu orang berdosa lho, hidupmu itu betul-betul nda jadi berkat sama sekali. Saya selalu ingat itu dan saya nda bisa lupakan.” Jangan ya! Itu berarti kita jadi iblisnya.

Saudara, saya sangat percaya sekali ya, seorang di dalam Kristus pasti bisa berubah, dia diciptabarukan oleh Kristus, pasti dia akan, walaupun mungkin butuh waktu bergumul ya, ada yang bisa seketika, ada yang butuh waktu, tetapi dia pasti menang melawan kehidupan dia yang lama. Lalu apa hak kita untuk menghakimi orang itu melebihi Tuhan Allah kalau Tuhan sendiri memberikan kesempatan bagi orang itu untuk kembali kepada Dia, hidup dan berproses di dalam tangan Tuhan untuk menjadi kudus dan taat kepada Tuhan Allah? Hak kita apa untuk menghakimi orang itu? Hak apa kita untuk mengingat-ingat sebagai seorang ahli sejarah akan kesalahan orang itu? Itu bukan sesuatu yang patut untuk kita lakukan. Yang perlu kita lakukan adalah kosentrasilah pada diri orang itu dan pembentukan Kristus dalam diri orang itu, itu yang utama. Jadilah seperti orang yang menerima anak yang, seorang bapak yang menerima anak yang hilang itu kembali kepada diri dia. Jadi Saudara, pada waktu orang itu bertobat terimalah orang itu, tanpa permasalahkan masa lalu dia lagi, tapi terimalah dia sebagai saudara seiman di dalam Kristus dan bersama-sama bertumbuh menuju satu kehidupan yang semakin dikuduskan di dalam Kristus. Itu yang, ketiga ya.

Yang keempat adalah ketika kita menjadi seorang manusia baru disitu dikatakan, Tuhan menjadikan kita satu manusia baru. Dari orang Yahudi, non Yahudi mejadi satu manusia baru, ini maksudnya adalah ketika Paulus melihat kepada jemaat gereja, ada satu kesatuan di antara mereka sesuatu yang semula ada tembok pemisah diantaranya, sekarang orang Yahudi dan non-Yahudi bisa duduk berdampingan dalam gereja Tuhan, makanya Paulus bilang ia menjadi satu di dalam Kristus. Tapi saudara ketika, saya juga mau ingatkan satu di dalam Kristus sebagai manusia baru, bukan hanya bicara di dalam dunia, tetapi juga bicara dalam kekekalan dan di dalam Kerajaan Allah. Di dalam  Kerajaan Allah nanti kita tidak ada lagi pemisahan antara yang Yahudi dan non-Yahudi, dimana Yahudi lebih utama dari orang non-Yahudi, tetapi kita semua adalah satu di dalam Kerajaan Allah sebagai manusia yang baru yaitu Gereja Tuhan, dalam kehidupan kita di dunia dan di hadapan Tuhan Allah. Ini dikatakan di dalam Matius 21 ayat 43, “Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” Diambil dari padamu, padamu itu siapa? Orang Yahudi. Diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu, suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu siapa? Siapa mereka? Orang Kristen.

Jawabannya di 1Petrus 2:9-10, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, kamu yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.” Siapa umat yang kudus ini? Siapa umat pilihan ini? Siapa umat yang khusus ini, bangsa yang khusus di hadapan Allah? Bukan orang Yahudi, tetapi kita Gereja Tuhan, orang-orang yang percaya di dalam Kristus, kita adalah umat pilihan daripada Tuhan Allah. Jadi jangan pikir pecah lagi ya, ada orang Yahudi orang non-Yahudi, orang Yahudi lebih diutamakan daripada kita orang non Yahudi, dihadapan Tuhan nggak seperti ini. Kita adalah yang diutamakan Tuhan. Nah orang Yahudi yang ada di dalam Kristus adalah sama setara posisinya dengan kita yang ada di dalam Tuhan, darimana kita tahu? Dari gereja mula-mula dimana orang Yahudi dan non-Yahudi bisa duduk bersama di hadapan Tuhan dan beribadah kepada Tuhan Allah.

Lalu, yang berikutnya yang kelima. Masalah laki-laki dan perempuan. Saudara, kita adalah satu-satunya mungkin agama yang dari awalnya mengajarkan laki-laki dan perempuan boleh bisa, sama-sama duduk beribadah kepada Tuhan Allah. Nda ada istilahnya laki-laki di depan perempuan di belakang, nggak ada istilahnya kasta juga di dalam umat Kristen. Kita semua adalah sejajar, jangan membedakan laki-laki dan perempuan dan anak-anak, kita semua sama di hadapan Tuhan, dan beribadah di hadapan Tuhan. Jadi di dalam Kristus, kita harus berhenti untuk berpikir akan kasta, mungkin bisa dianggap sebagai nasionalitas daripada diri kita, kita harus berhenti memikirkan cara-cara mebedakan secara lahiriah dalam kehidupan kita. Kita harus berhenti melihat secara kelahiran seseorang, kita harus berhenti melihat secara kaya miskin berdasarkan derajat sosial seseorang. Kalau kita melakukan itu semua, maka kita hanya akan menjadi orang yang membedakan, membuat perseteruan, perpecahan di dalam tubuh Kristus yang sudah disatukan oleh Kristus.

Ada satu lagi yang kita harus hati-hati. Yaitu melupakan agama masa lalu kita. Saya nda tau Saudara dari latarbelakang apa, ada yang terlahir dalam keluarga Kristen, ada yang mungkin terlahir dari keluarga non-Kristen, tetapi ketika kita menjadi seorang Kristen, manusia yang baru, lupakan agama masa lalu mu. Karena semua yang diajarkan, seberapa rajin Saudara dalam situ semua, seberapa tekun, seberapa setia, seberapa bekorbannya dalam kehidupan masa lalu itu, itu semua nda pernah menjadikan kita menjadi seorang Kristen, yang menerima Roh Kudus, dan dibenarkan di dalam Kristus dan menerima keselamatan. Karena itu lupakan itu, tinggalkan itu, karena itu semua tidak memiliki nilai kekal di hadapan Tuhan Allah, dan tidak penting di hadapan Tuhan Allah. Jadi tata cara kehidupan masa lalu, tata cara ibadah kita yang lalu, kepercayaan-kepercayaan kita mengenai masa lalu yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, tinggalkan itu, lupakan itu dan hiduplah sebagai seorang manusia baru di hadapan Tuhan Allah. Termasuk budaya-budaya yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan tinggakan itu dan hiduplah sesuai dengan apa yang menjadi kebenaran kepada Firman Tuhan. Kalau tidak, semua itu akan menghambat perjalanan hidup kita di dalam Kristus, atau sebagai seorang manusia baru di dalam kehidupan kita di tengah-tengah dunia ini.

Jadi Saudara, pikiran kita itu harus berubah, perkataan kita itu harus berubah, tindakan kita itu harus berubah, sebagai orang yang sudah ditebus oleh Kristus. Jangan lagi kita berpikir seperti pola pikir yang lalu, jangan lagi berbicara hal-hal yang tidak berguna, apalagi kata-kata kebun binatang keluar dari mulut kita, itu ndak ada, itu adalah sesuatu yang menghina nama Tuhan. Dan hiduplah sesuai dengan apa yang Tuhan kehendaki, maka itu menjadi sesuatu yang benar dihadapan Tuhan, yang baik. Dalam perjalanan murid-murid menuju ke Yerusalem, bersama Yesus Kristus, di situ murid-murid berpikir Yesus sebentar lagi akan menuju Yerusalem, dan kalau Dia tiba di YerusalemDia akan mendirikan kerajaan daripada Israel kembali. Lalu apa yang mereka lakukan? Mereka mulai memperebutkan siapa yang terbesar di dalam Kerajaan Allah, siapa yang terpenting di antara mereka, dan Tuhan Yesus tahu akan hal ini. Ketika mereka tiba dan Tuhan Yesus berkata kepada mereka. Tuhan Yesus berkata” Kamu tidak tahu apa yang kamu perbuat, apakah yang kamu minta.” Kepada Yakobus dan Yohanes, mereka ingin jadi orang yang duduk disebelah kanan dan kiri daripada Yesus Kristus. Artinya apa? Tuhan Yesus sebenarnya berkata kepada mereka begini ya, “Kamu tidak tahu hai Yakobus dan Yohanes cara kerja daripada Kerajaan Allah, karena itu kamu bertengkar satu dengan yang lain. Saya kasih tahu ya, cara Kerajaan Allah itu berbeda dengan cara kerajaan daripada dunia ini.” Kalau kerajaan dunia, orang menjadi besar caranya bagaimana? Dengan orang melayani diri dia, maka dia menjadi orang yang besar. Kemudian ketika dia didahului oleh orang lain, maka dia menjadi besar, ketika dia menjadi orang yang otoriter, yang berkiuasa dimana orang-orang tunduk kepada dia, dia adalah orang besar dan ketika dia bisa memanfaatkan nyawa orang lain untuk kepentingan diri dia, membuat orang lain menyerahkan nyawanya untuk kepentingan diri dia, dia jadi orang besar. Tapi di dalam Kristus bagaimana? Tuhan berkata, “kalau kamu melayani dan bukan dilayani, kamu orang besar. Kalau orang yang mendahulukan orang lain dan bukan mendahulukan dirimu sendiri, kamu orang besar. Kalau kamu adalah orang yang menggunakan teladan hidupmu untuk membawa orang dan memimpin orang, kamu orang besar. Dan kalau kamu  menyerahkan hidupmu untuk kepentingan orang banyak, kamu orang besar.”

Jadi ada hal yang bertolak belakang sekali antara apa yang menjadi Kerajaan Allah, cara kerja Allah dengan apa yang menjadi cara kerja manusia dan kerajaan manusia. Dan kita ngga bisa satukan ini dan membawa yang dunia itu masuk ke dalam Kerajaan Allah, itu adalah bukan sesuatu yang Tuhan kehendaki. Saudara ini di konfirmasi oleh Tuhan Yesus sendiri, “teladanilah Aku, karena Aku datang bukan untuk dilayani, tetapi Aku datang untuk melayani manusia, banyak orang.” Itu adalah orang besar. Dimanakah Kristus sekarang? Kita tahu Dia yang paling rendah sudah mendapatkan posisi yang paling tinggi dan tidak ada satu orang pun yang bisa menduduki posisi itu, karena Dialah satu-satunya yang bisa menjalankan semua perintah Allah, prinsip Kerajaan Allah secara sempuran dalam kehidupan Dia. Itu sebabnya Tuhan menghargai dia sebagai yang paling tinggi, yang paling mulia dimana semua lutut harus bertekuk lutut dihadapan-Nya dan sujud menyembah kepada Kristus.

Saudara, kalau kita meninggalkan cara Kerajaan Allah, prinsip Kerajaan Allah, pemikiran Kerajaan Allah, kalau kita tidak mengerti itu, saya nda heran kalau kita menjadi pengacau dalam gereja, dalam pekerjaan Tuhan. Banyak sekali kasus mengenai hal ini, misalnya di dalam Korintus, disitu pergumulan perpecahan gereja justru terjadi karena mereka tidak mengerti prinsip yang penting ini di dalam  pelayanan. Masing-masing utamakan siapa tokoh pembicara yang paling hebat, yang paling fasih, yang paling berkuasa. Masing-masing mengelompokan diri berdasarkan pemimpin itu. Mereka tidak mengerti prinsip melayani satu dengan yang lain, bukan mementingkan kelompok atau pribadi diri sendiri dihadapan orang yang lain. Jadi Saudara, kalau kita tidak memiliki pemikiran yang baru, kalau kita tidak memiliki kata-kata yang baru, kalau kita tidak memiliki satu kehidupan yang baru, perilaku yang baru, mungkin pertama kita bukan orang Kristen. Tapi mungkin kalau kita masih dalam proses mungkin kita menjadi pengacau dalam gereja, kalau kita tidak mau belajar tunduk daripada kebenaran Firman Tuhan, dan mengalahkan akunya diri, demi untuk kepentingan daripada pekerjaan Tuhan. Saya pikir Kitab Suci sudah begitu banyak berikan teladan yang baik bagi kita, mengenai hal ini ya. Kita akan bahas ini secara lebih detail di dalam Efesus pasal 4 dan 5, mengenai cara hidup sebagai seorang manusia baru, tapi kita akan stop di sini dan saya akan akhiri khotbah ini, dengan kita baca sama-sama baca dari Kolose 3:15, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” Saya boleh ganti “saya” ya, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatiku, karena untuk itulah aku telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” Kiranya Tuhan memberkati kita. Mari kita masuk dalam doa.

Kembali kami bersyukur Bapa untuk firman yang boleh Tuhan beritakan bagi kami pagi ini, tentang suatu penebusan yang telah Engkau lakukan dalam kehidupan kami, satu kehidupan yang diciptabarukan yang telah Engkau kerjakan di dalam Kristus AnakMu yang Tunggal itu sehingga kami sekarang boleh menjadi seorang manusia yang baru di hadapan Tuhan, seorang manusia yang kudus, seorang manusia yang diciptakan baru untuk suatu kehidupan yang penuh dengan damai dalam kehidupan kami di tengah-tengah dunia ini baik bersama dengan Engkau dan bersama dengan orang percaya. Kami sungguh bersyukur. Dan kiranya kami boleh menjadi orang-orang yang menghidupi kehidupan kami sebagai manusia yang baru di tengah-tengah dunia ini. Kembali kami mohon belas kasihMu ya Tuhan, kami mohon pertolongan dari Roh Kudus-Mu dalam kehidupan kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

 

Comments