Cepat Mendengar (1), 25 Agustus 2019

Yak. 1:19-21

Pdt. Stephen Tong (VCD)

Saudara-saudara, pada ayat-ayat sebelumnya, kita telah berbicara tentang kejahatan yang timbul daripada pembuahan terhadap nafsu, sehingga dosa terjadi, dan bertumbuh, akhirnya mengakhirkan sesuatu yang lebih lanjut lagi, yaitu, kematian. Namun demikian, di dalam ayat sebelum ini mengatakan, segala berkat itu berasal dari Tuhan yang adalah sumber terang, dan segala sesuatu yang diberikan itu bersifat baik adanya. Nafsu, keinginan pun, merupakan pemberian dari Tuhan, nafsu, dan segala keinginan pun itu sesuatu bakat karunia yang besar dari Tuhan Allah. Jikalau kita betul-betul mengarahkan nafsu dan keinginan kita kepada rencana Tuhan, dan sesuai dengan tujuan yang Tuhan tetapkan bagi kita, maka nafsu dan ingin, ingin, keinginan yang diarahkan secara benar, tidak akan menuju kepada berbuat dosa, melainkan akan menjadikan sesuatu menggenapi sesuatu yang direncanakan oleh Tuhan. Itu sebab manusia yang tidak mungkin membuang nafsu, manusia yang tidak mungkin meniadakan, mengabaikan atau menolak eksistensi dari pada nafsu itu, harus bersyukur kepada Tuhan, karena Roh Kudus adalah memberikan pertolongan kepada orang Kristen, untuk mengendalikan nafsu pribadi masing-masing. Roh Kudus berperang dengan nafsu, nafsu berperang dengan Roh Kudus, sehingga engkau tidak bisa melakukan apa yang kau ingin lakukan. Sebelum seseorang diperanakkan pula, sebelum seseorang diselamatkan, sebelum seseorang mengalami penebusan dari Yesus Kristus, dia tidak ada musuh, karena pada saat dia hidup di dalam dosa, Tuhan mencintai dia, Tuhan tidak memusuhi dia, setan memperalat dia, setan juga tidak memusuhi dia. Itu sebab menjadi orang belum Kristen, tidak ada musuhnya di dalam keadaan rohani karena setan ingin merayu, ingin mencobai, ingin memimpin, membawahi engkau menuju kepada dosa, engkau menjadi alat yang dipermainkan oleh dia, dia tidak menjadi musuhmu. Saat itu adalah engkau orang berdosa yang menerima cinta Tuhan, yang mengharapkan engkau bertobat, yang sudah bersedia untuk memberi keselamatan, pengampunan kepadamu, maka Tuhan pun tidak menjadi musuhmu. Sehingga orang berdosa mempunyai hak istimewa, karena dia di dalam keadaan yang direbut oleh kedua pihak. Namun demikian, dia sendiri yang menjadi musuh Tuhan, bukan Tuhan yang menjadi musuh dia. Tuhan tidak pernah memusuhi manusia, tetapi manusia memusuhi Tuhan. Sebelum Kristen, kita memusuhi Tuhan melalui berbuat dosa, melanggar kehendakNya, setelah Kristen kita memusuhi Tuhan karena kita mencintai dunia. Barang siapa yang mencintai dunia, dia memusuhi Tuhan, demikian Firman Tuhan. Sehingga orang berdosa tidak dimusuhi oleh Tuhan, tetapi memusuhi Tuhan. Bagaimana dengan seseorang sesudah diselamatkan? Setelah kita diselamatkan, maka Roh Kudus akan memberikan petunjuk, memberikan teguran, memberikan pengarahan yang baru, sehingga kita tidak mungkin hidup seperti dulu lagi.

Saudara-saudara, setelah kita bertobat, setelah kita ditebus oleh Yesus Kristus, setan mulai memusuhi kita, karena kita sudah melepaskan diri daripada tangan cengkeraman dia. Dia tidak lagi merayu, dia tidak lagi mencobai, dia tidak lagi memperalat kita, tetapi dia akan memusuhi kita. Itu sebab menjadi orang Kristen tidak gampang. Kesulitan menjadi orang Kristen tercantum begitu jelas di dalam Kitab Suci, karena kita hidup di dalam sesuatu kondisi berkonfliknya antara kedua unsur. Pertama, nafsu kita yang sudah sedia kala membawa kita menuju kepada hidup berdosa dan kehendak Roh Kudus yang akan memperbaharui hidup kita. Itu sebab Galatia Pasal 5 mengatakan Roh Kudus berperang dengan nafsu, dan nafsu berperang dengan Roh Kudus, sehingga engkau tidak bisa menjalankan apa yang kau inginkan. Saudara-saudara, setelah kita biasa jerumus di dalam dosa bertahun-tahun, berkali-kali, beratus-ratus kali, maka kebiasaan itu sudah menjadi suatu kebudayaan di dalam hidup kita, menjadi suatu cengkeraman di dalam hidup kita, mengatur, menyetir, mengarahkan kita terus menuju kepada kejahatan. Sekarang kita sudah ditebus, kita sudah diselamatkan, kita sudah diberikan hidup yang baru, kita mempunyai kebencian terhadap dosa, tetapi kita tidak mempunyai kekuatan untuk melepaskan diri dari pada kekuatan nafsu yang sudah sekian lama menguasai kita, maka disebut engkau tidak bisa melakukan apa yang kau inginkan. Apa yang kau inginkan? Mengalami perubahan. Setelah Roh Kudus bekerja, setelah hidup baru diberikan, engkau ingin baik, engkau ingin suci, engkau ingin adil, engkau ingin menjadi hidup yang penuh dengan cinta kasih. Tetapi Saudara-saudara, yang kau inginkan tidak mungkin, karena apa? Karena Roh Kudus sekarang memberikan kekuatan kepadamu, dan samping itu, nafsu yang lama, sifat dosa yang lama membawa engkau kembali mundur, untuk tidak taat kepada Roh Kudus. Lalu pada satu saat engkau mengatakan, “OK, kalau begini saya tetap hidup berdosa saja, saya tetap melacur, saya tetap bebas untuk berbuat dosa, tetap tidak taat kepada Tuhan, saya menginginkan sesuatu sesuai dengan daya tarik yang jahat daripada nafsu ini,” saat itu, engkau pun tidak mungkin, karena Roh Kudus akan membawa engkau kembali dan menegur hatimu, berkata, “Engkau tidak boleh melakukan hal ini.”

Itu sebabnya menjadi orang Kristen tidak gampang. Menjadi orang Kristen mungkin lebih sulit daripada engkau sebelum Kristen. Sebelum Kristen engkau rasa lebih lancar, lebih bebas, lebih leluasa, engkau lebih gampang mengikuti apa yang mau, tetapi setelah menjadi orang Kristen, begini salah, begitu salah. Mau ikut nafsu salah, karena Roh Kudus menegur, mau mengikut Roh Kudus salah, karena nafsu menarik. Di dalam peperangan semacam ini, hanyalah mereka yang menang, mereka akan mengalami sukacita. Hanyalah mereka yang menang, mereka akan mengalami buah Roh Kudus. Buah Roh Kudus tanda pertama: kasih. Tanda kedua: suka cita. Dan suka cita ini adalah dihasilkan melalui ketaatan engkau kepada Roh Kudus untuk berperang dengan nafsu. Saudara-saudara, meskipun nafsu keinginan itu sesuatu yang indah, karunia yang baik yang diberikan oleh Tuhan, tetapi setelah ber-arah salah, di dalam keturunan Adam, semua telah menjadikan diri dinodai oleh nafsu yang melawan Tuhan. Saudara-saudara, nafsu itu tadinya baik, nafsu itu tadinya suatu karunia, tetapi nafsu yang ber-arah salah, membawa kita menuju kepada dosa, itulah seperti dikatakan jikalau nafsu itu dibuahi dia akan menghasilkan dosa, dan dosa itu karena bertumbuh akan menghasilkan kematian. Saudara-saudara, nah ini adalah rahasia Firman Tuhan yang memberikan semua pengertian-pengertian yang tidak ada di dalam buah pikiran manusia, yang tidak ada di dalam buku-buku filsafat, karena semua penulis daripada buku-buku di luar Alkitab adalah orang-orang berdosa, yang sendirinya perlu ditebus.

Saudara-saudara sekalian, setelah itu kita melihat bahwa Dia telah memperanakkan pula kita, Dia telah memberikan hidup baru kepada kita dengan Firman yang ditanam sebagai benih di dalam hati kita masing-masing. Itu sebab, tadinya ada nafsu dan dengan Roh Kudus bekerja, sekarang Firman ditanam, Roh memakai Firman memberikan hidup yang baru. Ini sebab menjadi suatu pengalaman yang berubah status, menjadi suatu pengalaman yang membawa kita menuju kepada arah yang baru, yaitu arah menuju kepada hidup yang kekal. Dengan status yang baru itu, apakah kita sudah selesai perjuangan? Sudah selesai konflik? Selesai peperangan rohani? Tidak. Kita berjalan di dalam satu perjalanan yang panjang, yang sangat sulit, karena titik permulaan ‘diselamatkan’, itu segera lewat. Dan titik ‘penggenapan yang sempurna’, belum datang. Di antara titik alfa dan titik omega, yang masing-masing adalah kesementaraan yang sangat unik  adalah satu perjalanan yang panjang sekali. Diselamatkan dan belum disempurnakan, sudah diampuni dosa dan belum datangnya Yesus Kristus, itu satu perjalanan yang panjang sekali. Dan di situ kita dilatih ketaatan, di situ kita diuji apakah kita lembut terhadap Tuhan dan kita berani keras terhadap setan. Di situ kita dipertumbuhkan langkah demi langkah, tahap demi tahap, untuk makin lama makin mirip Kristus. Nah ini adalah perjalanan pertumbuhan orang Kristen. Di dalam perjalanan pertumbuhan orang Kristen ini, hal apa yang penting? Saudara perhatikan kalimat di bawah ini: “Once only evangelized, the rest of your life to be taught by the truth.” Saudara hanya diselamatkan satu kali saja, setelah itu sisa hidup anda sepanjang, dididik, dididik, dididik, dididik, dengan apa? Dengan dengar firman tidak habis-habis. Diselamatkan, menerima Tuhan. “Ooo saya mau diselamatkan, saya mau menerima Tuhan Yesus. Saya beriman kepada Dia.” Itu satu kali menyatakan beriman, satu kali diperanakkan pula, dapat status yang baru, ini alfa point. Tetapi sampai engkau boleh menjadi sempurna, ini perlu sesuatu perjalanan terus menerus menuju kepada suatu hari Yesus datang kembali, memberikan konfirmasi dan memberikan kemuliaan yang sempurna, engkau sampai selama-lamanya tidak akan hilang lagi karena Kristus datang menyempurnakan pekerjaan bajik yang sudah dilakukan oleh Dia.

Nah ini namanya menciptakan iman dan menyempurnakan iman, seperti apa yang kita sudah pernah membahas di dalam Ibrani 12:2, “Pandanglah Dia yang telah mengadakan dan akan menyempurnakan iman.” Pandanglah Dia yang telah mengadakan atau menciptakan, akhirnya Dia akan menggenapi yang disebut iman itu, The creator and accomplisher of the faith by Jesus Christ. Yesus yang menciptakan iman, Yesus yang menggenapkan iman; Yesus yang menjadi titik permulaan, Yesus yang menjadi titik penggenapan; maka Dia sebut diri sebagai I am Alpha, I am Omega, Aku adalah titik permulaan dan Aku adalah titik akhir. Dan di tengah-tengah jalan ini apa? Di tengah-tengah jalan ini apakah peranan Tuhan? Di dalam perjalanan yang panjang ini selain titik permulaan dan titik akhir sekarang di dalam perjalanan yang panjang ini peranannya apa? Peranannya adalah saya taat kepada Roh Kudus, Roh Kudus mendampingi saya; saya lembut terhadap Roh Kudus, Roh Kudus memimpin saya. Itu sebabnya orang Kristen dijanjikan Roh yang memimpin, Roh yang memeteraikan, Roh yang mencerahkan, Roh yang terus mendampingi kita. Ini penting sekali. Sekali lagi, once evangelized and will be accomplished, in between alpha point of atonement and the omega point of glorification, di tengahnya adalah satu perjalanan yang panjang yang di dalam teologi disebut sesuatu sanctification in progress. Ini adalah sesuatu progressive sanctification, penyucian yang maju terus, penyucian yang bersifat progres dari kekuatan kepada kekuatan, dari kemuliaan kepada kemuliaan, dari anugerah kepada anugerah, dari iman kepada iman. Ini 4 istilah yang dipakai di dalam Alkitab: from faith to faith, from glory to glory, from power to power, yaitu from strenght to strenght, dan from grace to grace. Dari iman kepada iman, dari anugerah kepada anugerah, dari kemuliaan kepada kemuliaan, akhirnya adalah the total glorification, dimuliakan sepenuhnya, kita menjadi seperti Tuhan. Kita menanti kedatangan Dia? Iya. Kalau Yesus datang kita bagaimana? Kita akan mirip dengan Dia, demikian Alkitab. Itu sebabnya barangsiapa menanti kedatangan Kristus kali keduanya, biarlah dia membersihkan diri. For those who expecting the second coming of Jesus Christ, they should purify themselves. Mengkuduskan diri, membersihkan diri.

Nah bagaimanakah caranya Roh Kudus membersihkan saya? Bagaimanakah caranya saya bertumbuh di dalam Roh Kudus? Bagaimanakah caranya di dalam progressive sanctification ini saya berperan? Jikalau Roh Kudus diberikan oleh Tuhan, berperan untuk menjadi Penolongku, maka saya mau tanya, apakah peranku menjadi orang yang taat kepada Roh Kudus? Ini yang dikatakan di sini. Maka dari ayat yang ke-19 dikatakan, “Hei saudara-saudara yang kekasih, ingatlah, atau ingatlah ini,” di dalam terjemahan lain mempunyai arti yang lain sekali: “engkau sebenarnya sudah tahu.” “Ingatlah” di dalam terjemahan yang lain “sebenarnya saudara-saudara, engkau sudah tahu.” Berarti banyak hal yang kita sudah pernah dengar, banyak hal yang sudah pernah diungkapkan di dalam firman Tuhan tetapi kita selalu lupa, lupa, lupa terus. Itu seperti ingat, ingat, ingat terus, diingatkan terus oleh Tuhan. Di sini dikatakan, “Saudara-saudara yang kekasih, ingatlah (atau sesuatu yang kau sudah tahu, kau sudah pernah tahu), sekarang aku remind, aku memberikan kepada engkau peringatan,” apa itu? “Engkau setiap orang musti cepat-cepat dengar dan pelan-pelan bicara.” Ini cuma satu kali mengenai speedo, di dalam Alkitab langsung bicara tentang cepat-pelan, pelan-cepat, ini cuma satu kali di sini. Saudara harus cepat-cepat dengar. Apa artinya cepat-cepat dengar? O Saudara-saudara, banyak orang memperkembangkan teknik baca buku yang disebut speedy reading. Speedy reading, yaitu cepat di dalam satu menit

 

 

Banyak orang memperkembangkan teknik baca buku yang disebut speedy reading. Speedy reading jadi cepat di dalam satu menit dia bisa baca beberapa halaman. Itu namanya baca cepat. Tetapi hampir tidak ada orang melatih orang dengar cepat. Hah? Bolehkah kita puter tape recorder dan kecepatan 2x “krekriunfisuosunsjfisx#jisj” supaya kita bisa dengar cepat, hah? Kalau musik dipercepat, kecuali dvd sekarang, kalau pake kaset atau pakai  tape recorder yang dulu, dipercepat pita magnetnya, akhirnya itu nadanya akan lebih tinggi sekali, misalnya “Halleluya…” dicepet “Haleluya. Haleluya.” dia menjadi tinggi satu octav satu not dan sebagainya. Itu karena speed mempengaruhi nada. Tetapi pakai dvd, pakai vcd pakai cd mempunyai kemungkinan mengatur kecepatan yang tidak mempengaruhi akan speedy tidak pengaruhi akan nada. Sekarang saya mau tanya, apa artinya kita denger firman Tuhan secepat mungkin? Saudara-saudara, bolehkah suruh orang kotbah dengan cepat sekali supaya kita bisa bikin dalam satu kotbah dengar sepuluh kotbah lalu dalam 10 minggu ndak usah pergi gereja? Ndak bisa. Dengar-dengar, mendengarkan firman, kalau begini apa artinya dengar cepet-cepet? Secepatnya engkau mendengar. Berarti di dalam waktu yang paling sedikit, terimalah firman Tuhan paling banyak.

Nah saudara-saudara, ada orang mau belajar firman dengan cepat, maka mereka baca buku, mereka menerima kotbah, ikut  kuliah, ikut ceramah, ikut seminar, dengarkan kotbah lebih banyak supaya boleh cepat-cepat mengerti. Itu baik. Tapi saudara-saudara, kalau mengikuti kebaktian-kebaktian dengan kotbah-kotbah yang bertanggungjawab maka itu adalah pendengaran yang beres.  Tetapi kalau ikut kebaktian dengan orang-orang berkotbah tridak bertanggungjawab, engkau makin denger, makin kacau. Selama  bertahun-tahun ini saya percaya pasti ada orang-orang Kristen di Jakarta yang ikut kebaktian sini, ikut situ, mau dengar lebih banyak, dengar, dan akhirnya menjadi kacau balau karena yang berkotbah di sini dan di sana berbeda sekali. Konsepnya berbeda, doktrinnya beda, ajarannya lain. Yang di sini bilang boleh yang di sana itu bilang tidak boleh.  Yang di sini bilang Roh Kudus yang di sana bilang roh setan, akhirnya engkau kacau balau. Saya berkali-kali  berkata pada Saudara, ikutilah kebaktian yang bertanggung jawab. Ikutilah kotbah-kotbah yang bertanggung jawab. Ikutilah mereka yang sungguh-sungguh belajar dengan baik lalu mengajar engkau dengan stabil. Karena dengan demikian engkau akan bertumbuh di atas dasar yang sehat. Engkau akan bertumbuh di atas dasar yang bisa dipertanggungjawabkan. Tetapi jikalau engkau mendengarkan kotbah yang tidak bertanggungjawab, asal bunyi, asal berpidato, asal bisa mencapai banyak orang, asal menyenangkan banyak manusia, asal mendapatkan kualita yang besar, kotbah-kotbah semacam demikian tidak pernah membangun iman. Kotbah-kotbah semacam demikian hanya mengacaukan iman yang diwariskan daripada rasul-rasul di dalam abad pertama.

Saudara-saudara, salah satu tanda yang paling penting gereja sejati, yaitu memelihara dan percaya serta memperjuangkan dan memberitakan iman sejati dari Rasul. Sekali lagi, you preserve and you fighting for, you proclaim the ortodhox faith inherited from the first century from the true Apostle of Jesus Christ. Iman kepercayaan yang sejati yang diturunkan daripada Rasul Tuhan itu dipelihara, dipercayai, diperjuangkan, diperdebatkan, dan diproklamasikan  kepada dunia. Inilah tandanya gereja yang sejati. Gereja yang sungguh-sungguh mempertahanakan iman yang sejati, gereja yang sungguh-sungguh percaya kepada iman yang sejati. Gereja yang sungguh-sungguh memproklamirkan iman yang sejati. Gereja yang sungguh-sungguh memelihara iman yang diturunkan daripada Rasul, sehingga engkau mesti dengar, dengar.

Saudara-saudara, orang kalau bisu, bukan karena dia tidak bisa ngomong, orang bisu lidahnya baik, orang bisu tali suaranya baik, orang bisu asal-usulnya sebabnya bukan karena sesuatu terjadi kekurangan di mulutnya, orang yang bisu kekurangan pertama dan dasar kenapa dia bisu, penyebab adalah karena dia tidak bisa dengar. Saudara-saudara, orang yang tidak bisa dengar baik, tak mungkin bicara dengar baik. Saudara-saudara kenapa orang bisu? Kenapa tak bisa bicara? Karena dia tidak dengar. Jadi dia tidak tahu apa itu suara. Karena dalam hidup dia, nggak ada yang disebut dunia suara, nggak ada yang disebut itu bersuara, yang di dalam hidupnya orang yang tidak dengar tak mungkin dia merefleksikan mengikuti meneladani suara yang dia dengar. Sehingga pendengaran itu menjadi penyebab  dia bagaimana bersuara. Waktu dengar suara dia tahu oh dari telinganya ada suara lalu dia berusaha untuk meniru lalu dia baru pakai lidah, itu sebab semua suara yang keluar dari mulut seseorang dnegan bahasa dengan musik lalu dari lagu yang dinyanyikan itu adalah akibat imitasi pendengaran yang jelas. Pendengaran kalau jernih, maka pemberian pemakaian suara dia akan ikut menjadi jernih. Pendengaran kalau kabur maka dia akan mengatakan sesuatu yang tidak jelas. Pendengaran kalau tidak ada, tidak ada kemungkinan dia berusaha untuk meniru segala suara karena dia tidak dengar. Nah ini sebabnya, maka Yakobus begitu hebat, dia begitu teliti dan begitu benar-benar di dalam logika yang berurutan yang benar. Dengarnya dulu diberesin, baru bicaranya itu akan menjadi betul.

Saudara-saudara, cepat-cepat dengar artinya apa? Menerima sebanyak mungkin. Karena mempercepat pendengaran berarti menerima menghisap sebanyak mungkin. Saudara-saudara, apa bedanya seorang Kristen yang sudah sepuluh tahun pengertian tapi nggak maju-maju? Tetapi ada  orang yang empat tahun sudah berani berkotbah? Karena yang empat tahun itu sekolah theologi. Waktu yang empat tahun itu sekolah teologi dari pagi  sampai malam dengar-dengar, kuliah-kuliah, mempelajari perjanjian baru, mempelajari kitab pentateukh, mempelajari kitab-kitab nabi, mempelajari kitab-kitab sejarah pada buku-buku bijaksana, the wisdom literature lalu dia mendengar terus, setelah mendengar kuliah  begitu banyak, empat tahun kemudian, yang engkau belum dengar dia sudah dengar, nah saudara-saudara, maka herannya ada anak muda umur 25 berani kotbah, ada orang umur sudah 75 ndak berani bersaksi apa-apa. Karena apa? Karena pendengarnnya itu satu minggu satu jam. Minggu depan jam setengah delapan tiba di sini, sudah habis kebaktian, dengar sedikit, mau dengar lagi satu jam tunggu satu minggu lagi. Jadi setiap 144 jam dengar kotbah satu jam, 144 jam lagi dengar kotbah 1 jam. Jadi  satu tahun dengarnya 52 jam. Apalagi  kalau 20 minggu ndak dateng, dengernya cuman 32 jam. Apalagi kalau datang cuma satu kali satu tahun, Natal, satu jam dengar khotbah, jadi kalau umur 60 dengar 60 jam karena satu tahun satu kali datang ke gereja. Dengan 60 jam sama anak-anak yang masuk sekolah teologi dari pagi sampai malam dengar khotbah, dengar firman, dengar kuliah, dengar pengajaran, satu bulan itu dia dengar berpuluh-puluh jam, satu tahun ratusan jam, dan seumur hidup dia mendengar begitu banyak maka terisi banyak. Itu namanya dengar cepat. Bagaimana mempercepat dengar? Yaitu lebih banyak mendengarkan firman Tuhan dengan cara ikut kuliah, ikut ceramah. Saudara-saudara, nggak ada gereja lain seperti gereja ini, mendatangkan profesor yang penting dari luar negeri dan memberikan kesempatan untuk daftar engkau boleh ikut kuliahnya. Tetapi saya sangat kecewa karena banyak orang-orang di GRII sendiri tidak memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada, bahkan majelispun tidak daftar. Kapan majelis bisa dididik lebih baik kalau kita sudah undang profesor, kita sudah suruh datang dari luar negeri memberikan pelajaran-pelajaran dengan tema-tema yang berbeda Saudara tidak mau ikut. Nah Saudara bagaimana bisa pendengaran tambah? Dengarlah sebanyak mungkin dan dengar yang benar. Kami tidak mungkin mengundang orang yang simpang siur, oarng yang tidak bertanggung jawab, orang yang nggak karu-karuan pengajarannya datang ke GRII untuk mengajar, tidak, kami mengundang orang yang penting, perlu, dari Amerika, dari Hongkong, dari mana, untuk memberikan kuliah-kuliah yang mempunyai bobot yang tinggi supaya engkau dengar. Dengar, terima, dengar, terima, akhirnya semua pendengaran firman itu membentuk pengertian, pengetahuan, ilmu, akan menjadi iman engkau kepada firman Tuhan.

Saudara-saudara sekalian, cepat-cepat dengar. Ini pertama supaya boleh menerima firman yang banyak, artinya. Cepat-cepat dengar menumbuh pengertian yang cukup di dalam pertanggung jawaban kepada iman. Paulus berkata, “I know Whom i have believed,” aku mengetahui Siapa yang aku percaya. Percaya sama tahu yang dipercayai itu dua hal yang berbeda. To believe and to know what you believe, to believe and to know whom you believe are different things. Beriman sesuatu hal terjadi dari pada reaksi jiwa, tapi mengetahui apa yang diimani adalah sesuatu kerja berat dari pada otak. Saudara-saudara, mengerti yang diimani perlu pikiran logika, perlu pengertian kognitif, perlu pendengaran yang cukup. Itu sebabnya cepat-cepat mendengar, pertama berarti ambil kesempatan yang ada menerima segala sesuatu yang baik. Cepat-cepat mendengar berarti menumbuh pengertian kognitif sebanyak mungkin, selengkap mungkin, sesempurna mungkin tentang sesuatu yang kau sudah beriman. Saudara-saudara sekalian, dengan demikian keseimbangan antara iman dan pendengaran itu harus dicapai oleh orang Kristen. Kita selain beriman kita harus mengetahui apa yang kita imani. Pagi ini semua sikat gigi, semua pakai tapal gigi, tapi yang mengerti tapal gigi bikin dari apa mungkin tidak 1%, betul tidak? Kita menikmati kok, kita semua menikmati sesuatu yang sedang berjalan dalam hidup kita. Kita menghirup udara tetapi yang mengerti di dalam udara yang kita hirup berapa prosentasi nitrogen, berapa prosentasi dari oksigen, sedikit sekali. Karena banyak orang mau menikmati anugerah tapi tidak mau mengerti anugerah. To experience the grace but not to understand. Bedanya adalah orang yang menuntut dia mau mengerti apa yang sedang dialami. Saudara-saudara, yang disebut akademik, yang disebut pelajar, yang disebut studi, yaitu mau mengerti sesuatu yang mungkin kita sudah atau sedang sekarang mengalaminya. Mengalami dan mengerti apa yang dialami, mengalami anugerah dan mengerti anugerah, mengalami berkat dan mengerti berkat, mengalami berkat dan sadar apa itu berkat adalah 2 hal. Cepat-cepat mendengar berarti kita ingin mengerti lebih limpah. Kalau sudah mengerti sukacitanya lain, sukacita lain sekali. Mengerti sesuatu yang kita nikmati itu kita menikmati dobel, menikmati secara pengalaman pribadi dengan menikmati secara penganalisaan logika di dalam rasio kita itu lain sekali.

Dari waktu saya masih kecil kalau saya dengar musik saya tak mungkin dengar saja, saya pasti mencari cover dari pada recording, cover dari itu piring hitam. Lalu sambil dengar sambil baca, “Oh ini artinya.” Jadi pada waktu [menggumamkan musik klasik, red.], lagu itu sedang putar, saya baca lalu saya mengerti ini namanya symphony ke-40 yang ditulis oleh Mozart, satu-satunya yang mempunyai jiwa seperti Beethoven. Ini symphony yang berbeda dengan symphony yang lain. Waktu saya membaca, “Kenapa begitu?” Pada saat itu di Vienna, orang-orang yang mempunyai blok yang pro Beethoven, ada yang pro Mozart, tetapi pada waktu mereka mendengarkan symphony ke-40 dari Mozart, yang pro Beethoven pun sekarang suka Mozart karena ini lagu mempunyai semangat seperti Beethoven. Waktu mengerti dengar lagi, lain, karena pengertian menjadi nikmat kedua dari pada mengalami, betul tidak? Saudara mendengar firman Tuhan di GRII, banyak hal yang engkau sudah tahu dulu, Yesus inkarnasi, tapi apa artinya? Engkau mendengar di sini, mengerti, “Oh gitu, baru gue tahu,” aduh setelah mengerti senang. Saudara-saudara, kenapa banyak orang tidak suka ke museum? Karena nggak mengerti. Lihat-lihat, “Gentong thok, apa-apaan ini? Apa ini, ini cuma koin thok, kenapa ini, apa artinya ini, nggak ada artinya,” tapi kalau ada orang menjelaskan, begini lho, kenapa warna ini begini, kenapa barang ini begini, kenapa bentuknya begini, ini terjadi apa, ini pernah dipakai oleh siapa, lain Saudara-saudara, lain. Saya dulu menyanyi Mesias mulai dari umur 15, Mesias dari Handel saya nyanyi sampai suatu hari saya di British Museum bertemu dengan buku Mesias asli yang ditulis oleh tangan Handel sendiri, wah senangnya luar biasa. “Ini tulisannya dia, dulu pen-nya kontak gini, cara tulis begini,” waktu lihat wah saya cepat-cepat foto. Tapi pada waktu lihat tulisan Handel, waduh kesannya lain, karena apa? Ngerti.

Nah Saudara-saudara, kenapa banyak hal engkau tidak senang? Karena nggak ngerti. Nggak ngerti, nggak mau belajar; nggak mau belajar, lebih nggak ngerti; nggak ngerti, lebih nggak mau belajar, akhirnya jadi orang goblok Saudara-saudara, karena apa? Nggak mau belajar. Tapi kalau ngerti wah senang, sudah senang, lebih belajar, belajar lebih ngerti, lebih ngerti, lebih senang, lebih senang, lebih belajar, itu sirkulasi yang sehat. Yang ada akan ditambah, yang nggak ada akan dicabut. Sesuatu yang sedikit akan dicabut, dirampas sama Tuhan, “Kalau kamu nggak mau ya sudah,” Tuhan tidak kasih. Mari kita menjadi orang yang suka dengar, dengar. Nah Saudara-saudara, saya sudah berkata di sini kebudayaan ibrani adalah satu-satunya kebudayaan di seluruh dunia yang disebut kebudayaan mendengar, the culture of listening. “Hear ye Israel, dengarlah Israel, dengarlah suara Tuhan, dengarlah wahyu dari Allah, dengarlah perintahKu, dengarlah.” Pada waktu Musa tua sebelum dia mati, dia mengulangi sekali lagi semua perintah Tuhan di dalam buku Deuteronomy, maka itu buku juga disebut buku Ulangan, bukan Ulangan karena diuji, tetapi Ulangan karena mengulangi lagi, Musa mengulangi kembali apa yang sudah diwahyukan Tuhan di dalam seluruh buku kelima dari pentateuch disebut buku Ulangan. Dan di dalam buku Ulangan ada teriakan-teriakan yang mengerikan, “Dengarlah, ini perintah yang mematikan atau menghidupkan kamu, hear ye Israel, this commandment of God, aku berkata di depan surga dan bumi, di depan gunung kepada orang Israel, dengarlah ini perintah Tuhan.” Saudara-saudara, yang Tuhan inginkan dari pada anak-anakNya, yang Tuhan harapkan dari pada umatNya adalah telinga yang dengar. Berbahagialah mereka yang mendengar, berbahagialah mereka yang suka mendengar, berbahagialah mereka yang rindu mendengar, berbahagialah mereka yang taat mendengar, berbahagialah mereka yang lembut hati untuk mendengar segala sesuatu dari Tuhan.

Sejak kecil saya ikut kebaktian, umur 8 saya terus mengejar pendeta yang pimpin KKR, saya ikut dengar, dengar, terus mendengar, tetapi karena khotbahnya terlalu panjang, saya masih ingat pendeta itu namanya Choa Sin Tek, waktu dia berkotbah umur 84 , saya umur 8, dia sudah umur 84 dia masih khotbah lho, saya mungkin nggak bisa lagi, 20 tahun lagi saya baru umur 84. Saya umur 8 dengar khotbah dia, dan saya ikut dia, di Xiamen, kota yang kecil itu, ada gereja-gereja bikin kebangunan rohani, di sini selesai pindah kesana, pindah lagi, saya ikut dia pindah. Dan saya duduk di depan sekali dengan kakak saya, dengar-dengar sampai separuh ngantuk, anak kecil ngantuk. Lalu kakak saya senggol saya, saya bangun, sebentar lagi saya lihat dia yang ngantuk, saya senggol dia, senggol-senggolan dengar, dari kecil membiasakan diri dengar. Akhirnya besoknya mau pergi lagi, dua-dua sungkan, “Lu pergi situ percuma lah,” “Lu juga pecuma, lu ngantuk,” “Kamu juga ngantuk.” OK bawa satu gelas air kecil , taruh di tengah-tengah dua orang itu, waktu mau ngantuk ambil air, gosok mata, dengar lagi, dengar, dengar, dengar. Saya dari kecil membiasakan diri dengar, mendengar, sekarang giliran anda, anda biasakan anakmu mendengar, jadikan dia anak yang suka dengar firman, karena seumur hidup manusia, yang suka dengar sama yang tidak suka dengar, lain. Coba, orang yang dengar dengan teliti, dengan hati-hati, hidupnya pasti dirubah oleh firman, amin? Dari kecil anak yang suka dengar firman seumur hidup lain, berbahagia, karena apa? Karena hidup itu seperti wadah, tetapi dengar seperti firman yang isi ke dalam, jadi wadah itu ada isinya bukan kosong. Seorang anak kecil dari kecil dengar, dengar, dia berisi, berisi. Meskipun banyak orang tidak sempat ikut kuliah di universitas, tetapi kalau dia dengar firman Tuhan berpuluh puluh tahun dengan baik , dia akan jauh lebih berbijaksana dibanding mereka yang sudah lulus kuliah dari universitas tetapi tidak ada firman, karena bijaksana sorgawi masuk di dalam hatinya. Dengar, dengarlah, cepat-cepat dengar, dengan cepat mendapatkan banyak, dengan cepat sedini mungkin mengerti firman, nah ini artinya banyak, dengar cepat-cepat, sedini mungkin mengerti firman. Engkau bilang, “Aku sudah tau sekarang,” lu tahu 30 tahun yang lalu gue sudah tahu, lu baru tahu sekarang, karena apa? dia cepat dengar kamu lambat dengar. Ada seorang di GRII mengatakan, “Aduh Pak Tong , Pak Tong, kok engkau lahirnya lambat dari saya sih?” Saya tanya kenapa, nggak boleh, musti lahirnya lebih dulu dari engkau? “Saya sedikit nyesal, karena waktu saya dengar kotbahmu saya sudah tua, coba o,” ‘coba o’ itu ngggak bisa dicoba, “Coba o kalo kamu lahirnya dulu lebih dulu dari saya, sejak muda dengar kotbahmu lain sekali, cara mendidik, cara bekerja, cara melihat wawasan hidup itu pasti berbeda.” Saudara-saudara, belum terlambat,kalau ada masih ada kesempatan dengar, cepat-cepat dengar, ini artinya. Be fast in listening.

Kedua pelan-pelan bicara. Dengar cepat-cepat, ngomong pelan-pelan. Ini urutannya, saya sudah katakan tadi, ini satu-satunya ayat membandingkan speedo, tentang kecepatan, something to do with speed. Speedo itu tidak bisa dilihat, mobil yang bagus bisa dilihat, semua diagram yang di dalam ini bisa dilihat, tapi kecepatan itu bisa dirasakan melalui lihat, dan kecepatan itu tidak wujud sebagai sesuatu barang konkrit, kecepatan itu adalah sesuatu hal yang kiasan, yang abstrak, tetapi dengan kecepatan itu engkau bisa melintasi banyak wilayah dengan waktu yang sedikit. Dan inilah adalah sesuatu ruang berkaitan dengan waktu, maka ketemu sesuatu yang disebut kecepatan. Pada waktu mobil yang jalannya cepat itu difoto, dengan sesuatu speedo yang cepat sekali, akhirnya engkau melihat mobil itu, bisa tangkap dengan jelas, tapi tidak tahu waktu itu kecepatannya berapa karena tidak bisa difoto kecepatan. Kecepatan itu speedo, kecepatan itu speedo yang tidak bisa dilihat secara konkrit, tapi itu bisa dialami oleh hidup. Nah di sini dikatakan engkau dengar cepat-cepat, ngomong pelan-pelan, nah ini teknik, ini seni. Biasanya orang maunya apa, dengar sedikit-sedikit, ngomong banyak-banyak. Dengar pelan-pelan, ngomong cepat-cepat. Nah itu salah. Saudara-saudara, orang yang tidak dengar banyak tapi mau ngomong banyak, pasti ngomongnya salah-salah. Nggak percaya? Coba. Orang yang dengar tidak jelas mau ngomong secepat mungkin, pasti ngomongnya pilu-pilu. Orang yang dengarnya tidak teliti mau ngomong secepat mungkin pasti ngomongnya banyak yang teledor. Saudara-saudara, saya sering berkata kepada muridku, pikir sebanyak mungkin, ngomong sesedikit mungkin maka kalimat-kalimatmu akan bernilai. Think more, speak less. Pikir banyak-banyak, ngomong sedikit-sedikit. Pikir sedalam mungkin, ngomong sedangkal mungkin. Pikir serumit mungkin, ngomong sesederhana mungkin, engkau pengkhotbah yang sukses. Pikiran yang tidak matang, ngoceh terus, itu kalimat-kalimat yang ngambang, yang tidak mendarat. Tapi pikiran yang sudah mantap luar biasa baru bicara, setiap kalimat yang dibicarakan itu mantap, betul-betul mendarat. Ini penting. Saudara-saudara, gereja ada dua macam, semacam adalah pengkhotbahnya tidak mau dengar, maunya ngoceh; satu macam lagi, terus mendengar, akhirnya baru bicara dengan baik. Saudara-saudara, pendeta dua macam, pendengar dua macam, anggota dua macam. Ada orang yang terlalu cepat mau menjadi guru, terlalu cepat mau menjadi hamba Tuhan. Satu kali di Malang seorang datang, dia insinyur yang sudah terkenal di dunia, dan dia ingin melayani Tuhan. Lalu dia bersama dengan saya sama-sama ke perpustakaan. Sesudah selesai melihat buku begitu banyak, puluhan ribu, lalu pergi ke koperasi, toko buku di depan. Lalu dia menanya, “Pak Tong, tunjukkan saya ada buku mana yang paling gampang, begitu saya baca langsung mengerti semua doktrin Kitab Suci.” Saya bilang, “Kalau ada buku seperti itu, ya mungkin tunggu engkau yang tulis sendiri saja baru bisa.” Saudara-saudara, itu orang mau enak, maunya enak, nggak usah bayar harga, beli satu buku yang paling tipis langsung mengetahui semua doktrin. Saya bilang, kalau begini, ada buku seperti itu, berarti sekolah ini mesti ditutup, nggak usah lagi sekolah, karena semua orang beli buku itu sudah cukup, langsung mengerti. Kita tidak mau bayar harga, kita tidak mau dengar, tapi kita mau langsung mendapatkan segala sesuatu seenak mungkin, itu tidak mungkin. Saudara-saudara, buku saya pribadi lebih 10 ribu, setiap tahun masih pakai uang banyak untuk beli buku. Kalau mungkin, baca lebih banyak. Kalau mungkin, dengar lebih banyak. Kalau mungkin, mau mengetahui siapa mempunyai pendapat yang lain. Dari situ kita dirangsang pikiran. Dengarlah cepat-cepat, bicaralah pelan-pelan. Bicara pelan-pelan supaya mantap. Bicara pelan-pelan supaya belajar yang betul-betul baik.

Saudara-saudara, pada satu hari terjadi di hidupnya Immanuel Kant, dia adalah seorang filsuf yang terkenal di Jerman, pemula dari pada idealism in Germany, German idealism. Orang ini saban hari jam 3 pasti jalan kaki, tinggalkan rumahnya, jalan, jalan, jalan, dan setengah 4 atau jam 4 dia balik. Waktu dia jalan itu, langkahnya begitu mantap sehingga tak pernah meleset, karena tepatnya jam 3 keluar dari rumah, sampai rumah siapa, jam 3.02 menit, sampai rumah siapa, jam 3.06 menit, maka Kant filsuf yang berada di kota namanya Konigsberg, sekarang sudah ganti nama menjadi Kaliningrad, dia menjadi sesuatu weker bagi semua orang. Jadi kalau orang bilang, Kant di mana? Kant baru lewat, sampai di rumahmu, cepat-cepat bikin betul jam mereka. Karena dia punya ketepatan saban hari tidak meleset. Ada orang yang begitu akurat mengatur waktu, itu sedunia mungkin cuma satu. Jadi orang-orang, encim-encim Jerman, itu nyonya-nyonya Jerman, lewat Kant, lewat langsung bikin betul loncengnya. Ini sekarang tiga menit. Sampai di rumah dia 6 menit. Saban hari begitu. Tetapi pada satu hari, Kant tidak keluar, mereka heran. Satu hari tidak keluar, dua hari tidak keluar, tiga hari tidak keluar, oh ini pasti sakit atau mati ini. Padahal tidak sakit tidak mati. Kenapa? Kant lagi baca buku yang judulnya The Education of Emile, yang ditulis oleh Jean Rousseau. Itu buku ditulis oleh Rousseau untuk memaparkan semacam teori pendidikan alamiah yang tidak pakai institusi manusia. Inilah satu buku The Education of Emile yang merangsang Kant sehingga Kant karena tertarik dengan buku itu, dia tidak jalan-jalan 3 hari, menghabiskan pemikiran-pemikiran, teori yang baru. Dia baca, baca, baca, baca, karena apa? Sebelum dia memberikan kritik, dia mesti jelas mengetahui apa yang dia dengar. Sebelum dia memberikan kritik, penilaian, dia harus sungguh-sungguh menerima, mempunyai pengertian yang utuh dan pendapat orang lain. Saudara-saudara, akhirnya sejarah membuktikan, Kant adalah orang yang menegakkan school of critic, satu aliran filsafat yang mengkritik karena dia sudah mencerna semua dengan jelas. Dan kritikan dia sampai hari ini masih dianggap berwibawa, otoritatif. Apa sebab? Karena dia mengerti. Saudara-saudara, sekarang kalau kita ngomong sesuatu, jangan ngomong sembarangan. Ngomong setelah kita ngerti. Kalau mau ngomong setelah mengerti, caranya hanya satu, teliti mendengar, tapi tidak sembarangan ngomong. Mendengar secepat mungkin, bicara sepelan mungkin. Kadang-kadang kekacauan timbul, risau, perselisihan, percekcokan antara rekan dengan rekan karena apa? Terlalu cepat ngomong sesuatu yang belum dingerti, terlalu cepat mengkritik sebelum menyelidiki. Terlalu cepat menyampaikan sesuatu yang disebut gosip sebelum mendengar baik-baik. Maka ajaran ini juga menyangkut arti etika. Jangan sembarang mengajar, jangan sembarang menilai, jangan sembarang mengkritik, jangan sembarang ambil konklusi sebelum dengar jelas.

Saudara-saudara, di dalam berbicara, kita kadang-kadang mempunyai kelemahan apa? Orang belum ngomong habis kita sudah ikut campur, sudah interrupt ya. Waktu perdebatan lebih-lebih, di dalam perselisihan dua orang, satu orang lagi ngomong yang dengar bukan mau dengar, yang dengar mau cari kesalahannya, jadi terus tunggu mana lagi, mana lagi, langsung ditangkap kesalahannya, langsung membantah. Orang belum selesai ngomong kok, yang diomongin bukan apa yang engkau tangkap, karena engkau selalu prejudice, mau menangkap kesalahan sehingga tidak bersedia mendengar. Kalau tidak bersedia dengar, tidak berhak berbicara. Kalau tidak mau dengar dengan teliti, tidak berhak kritik. Belum mengerti, tidak berhak menasihati. Kita paling benci orang menasihati kita berdasarkan salah ngerti. Sudah salah ngerti memberi nasehat lagi, itu mbencekno luar biasa. Sudah tidak ngerti, nasihat jangan gini, jangan gitu. Wahh salah satu kali saya dinasihati oleh seseorang sampai jengkel sekali, itu suatu malam sebelum masuk sekolah teologi. Saya sudah masuk teologi, sudah diterima sudah mau berangkat besok. Malam itu didatangi oleh saudaranya mama saya. Stephen jangan pergi jangan bodoh jangan jadi hamba Tuhan. Wong engkau anak muda yang gagah yang kuat yang pintar mbok cari duit yang banyak di masyarakat. Kasian mamamu, mamamu sejak umur 30 lebih jadi janda. Kamu sejak umur 3 itu piatu. Dia yang membesarkan engkau. Sekarang engkau sudah pintar, engkau sudah boleh sekolah tinggi. Jangan masuk sekolah teologi. Dengar ya dengar baik baik ya. Saya ini uwakmu,” uwak itu kakak besar dari pada mama. “Saya ini hatinya baik lho,” dia terus menganjurkan supaya saya bertobat jangan masuk sekolah teologi. Terus saya bicara, “Tuhan ampuni dia karena apa yang dia katakan dia tidak tahu.” Dia sabarnya luar biasa, tapi saya kira saya juga sabar karena dianjurkan jangan masuk sekolah teologi dua jam. Ngomong itu itu aja, “Jangan masuk besok jangan pergi. Engkau menyesal lah lebih baik besok itu nda usah pergi. Nda usah beli tiket nda usah sekolah teologi. Engkau masuk dagang tak carikan kerjaan yang baik,” ngomong terus dua jam. Terus saya terus doa, “Tuhan ampuni dia , ampuni dia,” dua jam juga. Saudara-saudara, puji Tuhan hari itu saya tidak mendengarkan anjuran dia. Kalau saya taat sama dia hari ini mungkin GRII ada tapi bukan saya yang menjadi pendeta di sini. Saudara-saudara sekalian, karena apa dia menganjurkan? Dia ngomong sesuatu yang dia tidak tahu, ngomong sesuatu dengan hati yang baik. Hati baik itu satu soal, kerja betul tidak betul itu soal yang lain. Banyak orang baik kerja salah. Ada nggak orang yang jahat kerja betul? Ada juga kadang kadang. Nah Saudara-saudara, tapi kebanyakan orang baik kerja salah, karena apa? Tidak ngerti. Sudah tidak ngerti sembarangan omong. Itu sebab dengar secepat mungkin, bicara sepelan mungkin.

Dan jangan cepat marah. Bicara pelan, marah lebih musti pelan. Marah lebih musti pelan, karena apa? Tuhan kita tidak gampang marah. Kalau ini marah luar biasa, jengkel ini nggak benar, sudah mau marah, bagaimana tahannya? Susah kan? Tahan kemarahan itu susah sekali, tapi ini Alkitab. Dengar cepat-cepat, ngomong pelan-pelan, marah lebih pelan. Mau marah? Kalau langsung meletus itu paling gampang. Saudara-saudara, semua mempunyai sifat yang sama, waktu kadung marah sudah tidak bisa tahan keluar kalimat apa saja, mamanya orang lain juga dimaki, nenek moyang dimaki. Kalau sudah marah ngggak karu-karuan, apa saja dilempar, ada piring dibuang, ada kursi dibuang. Saat sendiri baru nyesal, nyesal percuma karena sudah bikin rusak relasi. Maka jangan cepet marah, jangan cepat marah. Belajar sabar, sabar, sabar. Sabar gampang nggak? Nggak gampang, paling nggak gampang itu sabar, paling nggak gampang itu tahan marah. Kemarin saya sudah bicara di dalam pembinaan, sekarang satu kali lagi. Rektor saya mengajar kalau mau marah [lakukan, red.] tiga hal: pertama, tahan dulu, telan ludah 3 kali, sudah telan 3 kali, sudah marahnya hilang separuh. Coba ya mulai hari ini belajar ya. Sudah mau marah? Telan 3 kali. Kedua, pikir, setelah marah tidak bisa kembali lagi, setelah marah akibatnya bagaimana, side effect-nya dipikir. Ini Side effect, side effect. Banyak orang tidak berjiwa kenabian. Bukan nabi ya cuma berjiwa kenabian. Maka tidak bisa rehearse tidak bisa lihat apa yang mungkin terjadi. Tetapi orang yang mempunyai kemampuan memikirkan lompat lebih cepat daripada waktu, dia pikirkan ini kalau gini besok apa apa, dia mengetahui, wah itu susah. Kalau dia mengerti, me-rehearse, imagine apa yang mungkin terjadi secara side effect, mungkin dia tidak marah. Jadi waktu mau marah telan ludah 3 kali, pikir, pikir, “wah nanti kalau bagaimana terjadi sesuatu tidak bisa balik.” Nah itu bisa tahan. Ketiga, bawa satu kaca di kantungmu. Kalau waktu mau marah lihat sebentar, “Wah mukaku kok jadi jelek kayak gini.” Saudara-saudara, waktu marah muka kita lebih jelek sedikit. Jadi sedia kaca ya. Orang yang suka marah sedia kaca di kantong, setiap kali mau marah lihat dulu. Buat apa saya tunjukkan mukaku yang seperti ini, lebih baik tidak marah, senyum saja. Saudara-saudara cepat-cepat dengar, pelan-pelan bicara, pelan-pelan marah. Bagaimana bisa pelan marah? Tiga hal: Pertama, telan ludah 3 kali; kedua, pikirkan side effect yang akan terjadi; ketiga, ngaca lihat rupamu sendiri, maka tidak jadi marah. Karena apa? Kemarahan tidak menggenapi kehendak Tuhan, kemarahan tidak menggenapi rencana Tuhan Allah. Mari kita berdiri.

Tuhan berkatilah kami untuk senantiasa bersedia mendengar, cepat-cepat menerima firman Tuhan. Dan ajarkan kami untuk tidak terlalu cepat membicarakan sesuatu. Beri pengertian yang lebih, beri kemantapan yang sungguh-sungguh kepada kami sehingga kami menjadi orang yang berbicara dengan pertanggungjawaban yang betul-betul boleh diuji. Dan berikan kekuatan kepada kami untuk tidak gampang marah, tidak gampang memarahi orang lain. Dengar doa kami Tuhan. Tambahkanlah kesabaran kepada kami. Dalam nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Comments