Visi dari Tuhan, 9 Januari 2022

Ams 29:18

Vik. Nathanael Marvin, M.Th.

Kata ‘Wahyu’ di sini Bapak, Ibu, Saudara sekalian dapat di definisikan juga atau disebut juga sebagai kata ‘Visi’ ya. Bila tidak ada visi maka rakyat itu liar, orang itu liar, manusia akan memiliki kehidupan yang tidak teratur dan kacau balau. Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di dalam kehidupan kita memasuki tahun baru, itu adalah suatu saat atau momen yang sangat penting supaya kita disadarkan tentang waktu. Kita lebih disadarkan tentang waktu karena ada penambahan tahun yang baru. 2021 menjadi 2022, tahun 2021 sudah tidak akan terulang kembali, sudah tidak akan kita jalani kembali, tetapi tahun 2022 akan kita jalani, kita sudah masuki bahkan sudah kurang lebih seminggu kita memasuki tahun yang baru. Untuk apa itu kita memasuki tahun yang baru? Kita diingatkan supaya kita lebih sadar lagi tentang waktu. Waktu itu memang adalah hal yang tidak bisa kita mengerti sepenuhnya. Ada namanya kekekalan, ada namanya waktu yang lalu, waktu sekarang, waktu masa depan.

Dan kalau kita memahami tentang waktu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, waktu yang sudah berlalu ini tidak mungkin kembali, dan waktu yang akan kita jalani ini juga pada saat ini pun kita sedang melalui waktu yang sudah berlalu. Maka Agustinus mengatakan mari kita hargai setiap momen. Waktu ini bukan ada di masa lalu, tetapi waktu ini yang kita pahami, yang kita mengerti itu adalah waktu momen ini, itu kita penting sekali untuk menyadari keberadaan kita. Itu Agustinus katakan soal waktu, waktu bukan bicara soal masa depan, waktu bukan bicara soal masa lalu, tetapi momen-momen yang kita hadapi, kita jalani sekarang ini, kita perlu sadar bahwa kita terus menjalani proses waktu, kita terus bertambah tua, dan kita terus hidup di dalam waktu.

Tapi yang jelas, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bahwa waktu itu tidak mungkin kembali, dan terus maju, linear, dan ketika kita menyadari bahwa setiap detik kehidupan kita itu tidak akan terulang kembali, setiap detik waktu yang lewat itu tidak akan ada lagi, kita akan mulai memikirkan hidup kita lebih baik lagi. Akhirnya kita mulai memiliki pengharapan, kita ingin melihat ke masa depan supaya hidup kita lebih baik lagi, lebih baik lagi, dan lebih baik lagi. Ini wajar. Karena urgency waktu, karena kesadaran akan waktu, kita ingin juga menghabiskan waktu itu, momen-momen itu dengan berharga, precious, precious time. Nah di manakah kita bisa menjalani waktu dengan berharga? Itu bersama dengan Tuhan, bersama dengan Tuhan itu sangat penting, penyertaan Tuhan itu sangat penting ketika kita menjalankan hidup di dalam waktu.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika kita punya kesadaran akan waktu, ketika kita mengerti urgency waktu ini tidak akan terulang kembali, kemudian kita memiliki pengharapan-pengharapan yang baik, kita ingin sesuatu yang baik terjadi di dalam kehidupan kita, barulah akhirnya mulai yang dinamakan dengan resolusi. Pada akhirnya orang-orang bersolusi, beresolusi atau bertekad ya, berketetapan hati. Nah tekad ini poin yang sangat penting, Bapak, Ibu, Saudara sekalian di dalam kehidupan setiap kita manusia. Tekad yang kuat akan menghasilkan sesuatu. Makanya ada peribahasa Bahasa Indonesia kan mengatakan bahwa, “Di mana ada kemauan,” lebih diterjemahkan sebagai tekad yang kuat, “pasti ada jalan,” meskipun kita tidak selalu setuju hal ini ya. Karena hidup kita itu tidak ditentukan oleh kemauan atau usaha kita, tetapi kedaulatan Tuhan, anugerah Tuhan, seizin Tuhan, dan lain-lain.

Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada dua kondisi yang akhirnya membuat kita beresolusi, bertekad sesuatu. Yaitu apa? Yaitu memahami waktu, urgency waktu, dan yang kedua kita punya pengharapan-pengharapan yang baik. Tadi kita sudah doakan ada Kebaktian Raya Tahun Baru di dalam minggu yang akan datang oleh Pdt. Stephen Tong, diadakan oleh Yayasan STEMI. Kenapa ya Pak Tong itu ingin terus berkotbah ketika pandemi sudah mulai surut, mungkin saja di tahun ini pandemi akan bisa naik lagi, kita tidak tahu ya, dengan, dengan varian Omicron itu. Tapi ketika ada momen ketika ada kesadaran akan waktu, umur Pak Tong tidak lagi muda, mungkin akan segera meninggalkan dunia ini, masuk ke sorga, dan dia juga melihat kesempatan ada, “Oh saya ingin berkhotbah, ingin memberkati banyak orang,” maka dimulailah Kebaktian Raya Tahun Baru. Setahu saya ini baru ya, jenis yang baru, di dalam kebaktian-kebaktian Pak Tong atau STEMI. Jadi kebaktian raya tahun baru itu kenapa ya? Ada resolusi, ada tekad, aku mau terus melayani Tuhan, aku mau terus memberitakan firman Tuhan.

Jadi kalau kita memahami dua kondisi ini, ketika kita sadar akan waktu dan kita punya pengharapan yang baik di masa depan, kita akan bertekad sesuatu. Nah itulah yang dilakukan oleh orang-orang yang hidupnya berbuah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Ambil contoh dinamakan seorang hamba Tuhan zaman berapa ratus tahun yang lalu itu Pendeta Jonathan Edwards, salah satu seorang filsuf terkenal, dan juga theolog penting dari Amerika. Dia pernah membuat resolusi, tercatat di dalam sejarah itu resolusinya sangat banyak yaitu 70. Bayangkan ya 70 resolusi. Memang tidak langsung dibuat dalam momen waktu atau tahun tertentu, bisa juga di dalam hari-hari tertentu atau bulan-bulan tertentu dia buat. Tapi dia mencatat, menulis, sebanyak 70 resolusi. Bukan hanya itu, 70 resolusi tersebut diresolusikan oleh dia, bahwa dia bertekad untuk membaca 70 resolusinya minimal seminggu sekali. Resolusi yang diresolusikan pasti ada hasilnya, ada tindakannya. Kalau kita kan biasanya buat resolusi tahun baru, banyak yang tidak terealisasikan ya kan? Karena tidak diresolusikan juga, resolusinya resolusi tersebut, tidak dicatat juga. Kalau tidak dicatat, kita lupa. Manusia itu bisa lupa dengan mudah. Tetapi kalau kita catat, Jonathan Edwards katakan saya akan bertekad untuk membacanya seminggu sekali, bayangin ya, seminggu sekali 70 resolusi itu berapa banyak. Dan jenis-jenis resolusinya ada yang panjang, kalimat-kalimatnya, ada juga yang pendek.

Nah sekarang kita akan melihat, mempelajari, tiga contoh resolusi dari Jonathan Edwards yang pendek-pendek saja ya, yang pendek-pendek saja. Dia berkata bahwa “Resolved, never to lose one moment of time, but improve it in the most profitable way I possibly can,” jadi dia bertekad, ya, bersungguh-sungguh tidak ingin kehilangan satu momen pun tetapi justru meningkatkan saat-saat tertentu ini supaya menguntungkan sebisa dia lakukan, semungkin dia lakukan. Momen ibadah ini hanya seminggu sekali, tetapi ada yang memaksimalkannya, misalkan dengan mencatat kotbah, bisa baca lagi kotbah. Mungkin hari senin lakukan perintah atau pesan khotbah hari Minggu yang mana, hari Selasa yang mana, itu bisa saja ya. Nah dia beresolusi demikian, dia meningkatkan momen-momen tertentu itu supaya maksimal, menyanyi pujian, maksimal, kalau bisa habiskan suara, habiskan suara, kurang lebih begitu ya. Menguntungkan, untuk siapa? Tentunya bukan untuk dirinya sendiri tetapi untuk Kerajaan Allah.

Setiap saat itu akan berlalu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada saatnya kita ibadah di Kranggan, ya, Kranggan ya tempatnya kecil, terus susah parkir mungkin ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sekarang ada waktunya kita ibadah di tempat ini, tempat yang besar, tidak susah parkir. Kita bisa lihat momen-momen itu berbeda-beda. Nanti ya, sekarang dalam proses IMB kita bisa beribadah di jalan yang benar, ya, Jl. Bener. Nanti gerejanya juga harus jadi benar, kalau gerejanya salah, ini, kontradiksi ya. Jl. Bener itu banyak kebenaran ya seharusnya. Nanti lebih enak lagi, gedung ada sendiri, tempat parkir luas, harusnya ya, atau bisalah, orang mudah datang, kondisinya sangat rapi, nah itu kita harapkan. Kita berharap, kita bertekad untuk mengembangkan Kerajaan Allah.

Momen-momen waktu misalkan persembahan itu pun kita tidak bisa berikan senantiasa. Nah itu juga yang diajarkan oleh Pdt. Stephen Tong kan persembahan itu kita yang mau memberikannya. Kalau sudah Tuhan tutup kesempatan persembahan, nggak bisa juga. Kesempatan apa lagi? Keluarga ya, maka kita bisa atur waktu keluarga, kumpul keluarga, sudah bisa jarang sekarang ya, apalagi pandemi, apalagi keluarga kita jauh di sana, kita bisa atur waktu, bisa secara online berelasi dengan mereka. Momen ibadah, momen kegiatan gereja, momen persekutuan, momen janji iman, misalkan, itu tidak akan terulang lagi. Nah ketika kita sadar akan waktu, nah kita bisa melakukan hal yang lebih baik dengan maksimal, itu yang diharapkan oleh Edwards.

Yang kedua, “Resolved in narrations never to speak anything but the pure and simple verity.” Jadi dia beresolusi, bertekad di dalam setiap narasi, di dalam setiap narasi itu, dia berjanji, bertekad untuk tidak pernah bicara hal-hal yang palsu, hal-hal yang tidak jelas kebenarannya, terus kita omongkan, itu jangan, bahkan hal-hal yang negatif, dia tidak mau mengomongkannya, membicarakannya. Dia ingin hal-hal yang sederhana, yang pasti benar, yang Alkitabiah, misalkan ya, atau yang menolong sesama. Dia bahkan bisa siapkan cerita, cerita yang menolong untuk supaya bisa bertumbuh bersama-sama.

Nah itu ya di dalam narasi, karena kita setiap orang ini bisa bercerita, dan suka cerita juga ya. Anak-anak, ya, anak-anak itu paling suka cerita. Bahkan saya dengar kalau anak-anak sejak kecil diceritakan oleh orang tuanya, mereka yang minta, minta cerita. Nah masalahnya kalau kita semua manusia itu suka cerita, cerita apa yang kita ceritakan, cerita apa yang kita dengar, itu akan mempengaruhi cerita kita juga. Dan Alkitab menyadarkan kita juga bahwa cerita yang kita harus hidupi adalah cerita Alkitab. Bagaimana cerita Alkitab itu ada, dan itu menjadi pola bagaimana kita bercerita atau menceritakan kehidupan kita di dalam sehari-hari hidup kita. Nah Edwards katakan bahwa, “Saya nggak mau ngomong yang rumit-rumit, yang tidak bisa dimengerti. Saya ingin yang sederhana.” “Kamu takut akan Tuhan,” misalnya gitu ya, kita sudah lah nggak usah hal-hal yang negatif-negatif, yang menjelekkan orang, yang mengolok-olok orang, yang menghina orang, gosip, digosok makin sip, gitu ya, wah, udah nggak usah, ya, nggak sip juga nggak apa-apa, yang penting tenang, baik-baik di hadapan Tuhan.

Yang ketiga, resolusi ketiga ini contohnya, dia katakan, “Resolved, when I feel pain,” ketika aku merasa sakit, ketika aku merasa sakit, “to think of the pains of martyrdom, and of hell.” Dia bertekad kalau ada rasa sakit di tahun lalu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di tahun 2021, atau mungkin kita rasa sakit kepada orang-orang di sekitar kita, dia tidak memikirkan rasa sakitnya, dia tidak mau egois, ya, dia tidak mau egois memikirkan dirinya sendiri, tapi dia pikirkan rasa sakit orang lain. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika kita memikirkan rasa sakit orang lain, banyak kok, orang yang lebih sakit daripada kita, lebih menderita daripada kita, lebih berkorban daripada kita. Banyak, tidak hanya kita, kita pikirkan rasa sakit atau mungkin di salah mengerti ya. Kita, itu paling tidak enak juga disalahmengerti, dianggap sesat, misalkan dianggap salah. Kemudian juga kita bisa sakit hati karena dikatakan hal yang buruk oleh orang lain. Ketika merasa sakit hati, Edwards katakan, saya pikirkan rasa sakit para martir, Stefanus dilempari batu, misalkan seperti itu ya, atau orang-orang yang akhirnya orang-orang Kristen yang diperkosa, orang-orang Kristen yang tidak bisa ibadah, mau beribadah dengan ketakutan, dia pikirkan penderitaan para martir yang beribadah tapi resikonya mati, bahkan dia beribadah kepada Tuhan akhirnya dia mati.

Bukan hanya itu, dia pikirkan kembali, rasa penderitaan sakit di neraka, kondisi di mana jauh dari Tuhan, yang ada di neraka adalah kehadiran Tuhan, tetapi dalam penghukuman, dalam keadilan, dalam kekudusan-Nya. Kita akan rasa takut, kita rasa tidak layak, kita rasa minder, itu bicara soal emosi di neraka. Tetapi bicara soal penderitaan fisik, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di neraka itu seperti apa? Seperti panas api. Ya, di mana ada api, dan juga ada kegelapan yang paling gelap. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika mau memahami hal tersebut, penderitaan para martir, kita jarang lah alami, rasa sakit mereka. Penderitaan neraka, orang Kristen, tidak akan alami. Kenapa kita rasa kita itu sakit hati sekali? Yesus itu paling sakit hati, paling banyak penderitaan. Dia tidak berdosa, kita berdosa, wajar lah sakit ya. Tapi Yesus tidak berdosa, Dia sakit, secara fisik, hati-Nya juga sakit, ada yang mengkhianati Yesus Kristus, ada yang mengolok-olok Yesus Kristus, rasa sakit kita itu seperti apa? Maka Edwards katakan demikian, kalau kita fokus kepada rasa sakit kita, kita akan membesarkan rasa sakit hati kita, kita tidak akan mengampuni, kita akan menjadi benci, kita menjadi orang yang penuh kebencian.

Sedangkan orang Kristen adalah orang yang seharusnya penuh kasih. Bagaimana? Salah satunya ini, ketika kita rasa sakit, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sudah lah, nggak usah pikirkan rasa sakit kita, kita serahkan kepada Tuhan, tapi kita bisa juga pikirkan penderitaan orang lain. Kuncinya itu. Jadi sering kali kalau kita sakit hati, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita sudah omong kan ke orang yang kita percaya, ke sahabat kita atau pasangan kita, udah. Kalau bisa stop, nggak usah diomongin lagi, nggak usah, daripada kita ngomongin terus, ngomongin terus, ngomongin terus, itu namanya memelihara sakit hati. Namanya memelihara itu terus berelasi, terus ngomongin, terus ada, terus berelasi, terus komunikasi, terus ngomong, itu namanya pelihara. Tapi bukan berarti kita nggak boleh sharing, atau curhat ya, curhat itu penting juga. Curhat itu penting. Ya relasi, kalau ada keluh kesah, siapa orang yang bisa saya curhatin itu satu hal, tetapi yang paling penting adalah curhat ke Tuhan ya, yang utama itu ke Tuhan, jangan sampai kita bersandar kepada manusia.

Maka perlu juga ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita punya teman dekat di gereja, teman yang bisa kita percayai. Karena kalau kita lihat komunitas-komunitas kita, kalau kita pergi ke kantor kita, ke pekerjaan kita, kita bisa nggak ada tempat curhat. Ada penelitian kan gitu juga ya, orang Kristen itu yang sudah bertobat, ya, dulunya mungkin bukan orang Kristen, orang beragama lain, ketika dia bertobat menjadi Kristen, kurang lebih 2 tahun, 3 tahun, komunitasnya itu sudah nggak ada yang beragama lain, semuanya komunitas orang Kristen. Tapi kita nggak mau dekat dengan orang Kristen, bahaya juga. Nah ini ya, di dalam kita memikirkan rasa sakit itu, kita bisa pikirkan neraka yang tidak mungkin kita alami, karena kita percaya kepada Kristus, itu luar biasa, anugerah besar, kita bisa bersyukur kepada Kristus.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita pikirkan kenapa ya, Jonathan Edwards ini punya resolusi, bisa beresolusi demikian? Karena dia menyadari waktunya sedikit. Kita hidup di dunia ini hanya 70 tahun kok, paling lama 80 tahun, ya, sedikit sekali. Dibandingkan dengan kekekalan, kekekalan itu lebih daripada 1 juta tahun, lebih daripada 1 milyar tahun, 1 triliun tahun, lebih, sedikit sekali kan? Hidup kita ini sebentar. Maka Edwards beresolusi dengan baik. Dia punya pengharapan yang baik, inilah yang membentuk resolusi setiap orang. Jadi kalau kita punya kesadaran waktu, punya pengharapan, pasti ada resolusi. Bukan hanya orang Kristen, orang non-Kristen pun bisa beresolusi. Lalu apa yang membedakan resolusi orang Kristen dan juga resolusi orang bukan Kristen Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Salah satunya adalah visi. Visi Tuhan yang membuat Jonathan Edwards beresolusi yang Alkitabiah. Visi memimpin kepada resolusi. Visi lah, visi Kristus, visi orang Kristen akan membawa kita untuk bertekad sesuatu. Sadar tidak sadar, setiap hari kita beresolusi kok, “Hari ini saya mau kerja,” tapi tanpa visi dari Tuhan, kita bekerja untuk diri. “Hari ini saya mau ibadah,” kita bertekad kan? Kalau kita nggak bertekad, kita nggak mungkin datang ibadah. Tapi yang membedakan adalah visi Tuhan, kenapa saya beribadah? Panggilan Allah. Kenapa saya bekerja? Kehendak Allah, visi dari Tuhan, wahyu dari Tuhan.

Terjemahan Bahasa Inggris, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dari Amsal 29:18, “Where there is no prophetic vision, the people cast off restraint, but blessed is he who keeps the law,” di mana tidak ada visi kenabian, visi dari Alkitab tentunya visi firman Tuhan, maka orang-orang, kita semua, akan melempar batasan-batasan, cast off restraint, kita buang batasan-batasan, kita akan menjadi liar, kita akan menjadi kacau,  kita akan menjadi orang yang tanpa arah, itu tanpa visi Allah, rakyat akan menjadi kacau. Ini kata wahyu ya, kata wahyu ini bisa lebih tepat diterjemahkan sebagai vision, prophetic vision. Orang di luar Kristus bisa saja membuat resolusi yang baik, tetapi resolusi itu sifatnya egosentris. Tetapi orang di dalam Yesus Kristus, punya kemampuan, yaitu beresolusi sesuai dengan visi Tuhan. Kita mau supaya hidup kita ini ditentukan oleh visi Tuhan. Be thou my vision.

Ada lagu yang sering kita nyanyikan, “Be thou my vision, o, Lord my God,” jadilah visiku Tuhan, yang di mana aku melakukan segala sesuatu itu bukan berdasarkan hal-hal duniawi, kenyamanan diri, ego dari diri kita sendiri, tetapi karena visi dari Tuhan. Visi Tuhan lah yang seharusnya memimpin manusia, dan visi Tuhan lah juga yang seharusnya memimpin gereja Tuhan, memimpin GRII Yogyakarta. Ini ya, ketika kita memiliki visi, maka kita perlu bertekad ataupun melakukan hal-hal yang sesuai dengan Alkitab, itulah visi Tuhan yang membentuk kehidupan kita.

Jadi Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sebelum kita melakukan sesuatu, sangat penting bersaat teduh. Karena berarti apa? Karena kita memohonkan visi dari Tuhan, ya. Maka saat teduh terbaik itu sebenarnya bukan pagi, bukan malam ya, karena berarti waktu baca firman, kita lakukan hal yaitu tidur, gitu kan. Berarti kita melakukan hal tidur. Tetapi ketika di pagi hari bangun tidur, kita mau mengisi hidup kita dengan firman Tuhan, baca Alkitab, baca renungan, nah kita mau melakukan segala aktifitas itu, kita rela bersedia jika ada kedinamisan, ada visi Tuhan. Kita sudah ada rencana pasti, “Oh besok, hari Senin, saya akan bekerja ini, dan itu.” Tapi balik lagi, tanpa visi Tuhan, pekerjaan kita ini bisa menjadi hal yang sia-sia.

Gereja yang tidak mengerti visi Tuhan juga akan menjadi gereja yang liar, yang sia-sia. Maka dari itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, gereja itu perlu visi Tuhan, inilah yang membawa kita melakukan sesuatu, pelayanan, program dengan Alkitabiah. Gereja tetap bisa bertekad mengerjakan sesuatu melayani, ya, tetapi tanpa visi Tuhan, sayang sekali, maka sayang sekali. Gereja banyak kok yang tidak memberitakan firman Tuhan, banyak juga kok yang tidak sungguh-sungguh membentuk orang Kristen menjadi yang takut akan Tuhan, atau serupa dengan Kristus, tetapi terus melayani, terus berbuat baik, tapi tanpa visi dari Tuhan, itu sebenarnya menjadi gereja yang kacau, liar, nggak jelas arahnya ke mana. Gereja ini lembaga sosial atau gereja tempat beribadah? Gereja ini adalah paguyuban atau gereja yang komunitas saling membentuk satu dengan yang lainnya. Nah itu gereja, gereja bisa berubah arah jika tanpa visi.

Jadi Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita sudah bicarakan visi dan visi dan visi, sebenarnya apa sih visi tersebut? Apa sih definisi visi? Dalam film-film Marvel, itu ada tokoh superhero bernama Vision, ya kita tahu ya Vision Badannya dan bentuknya warna merah, tapi badan manusia, itu bukan tubuh manusia ya, dia dibentuk dari benda-benda lain. Nah tubuhnya merah, bisa melayang, kemudian dia juga, satu kunci kehidupannya, dia itu bisa hidup kalau ada batu infinity, yang disebut sebagai mind stone ya, batu akal budi di dahinya, dia baru hidup. Kalau lepas batu tersebut dari tubuhnya, maka dia akan mati. Nah inilah gambar visi juga, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita tidak ada visi, sebenarnya hidup kita itu mati, kacau, liar, tidak bermakna, tidak berbuah. Terjemahan yang lain ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dari ayat ini Amsal 29:18 dikatakan where there is no vision, the people perish, binasa. Jadi orang itu akan hilang. Tidak ada tradisi, budaya, kacau. Maka kalau dalam sekelompok komunitas orang pasti ada tradisi, pasti ada budaya. Itu mempertahankan orang bisa tetap hidup. Tapi kalau satu orang saja sendirian, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, hidupnya bagaimana? Mati?

Saya jadi teringat, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ada penelitian bagaimana jika seorang bayi yang baru lahir tidak pernah diajak ngomong. Ini penelitian yang sangat kejam. Mati. Bayi yang hidup itu nggak pernah diajak ngomong. Dikasih makan, dikasih susu, dikasih minum, disuruh tidur di tempat nyaman, tapi nggak pernah dikasih visi, nggak pernah dikasih ngomong sama mamahnya, kasih perhatian, kasih, bimbingan. Bayi itu gila, mati. Nggak bisa hidup. Itu penelitian yang sangat kejam sekali ya. Bayi nggak pernah dikasih omong, tidak pernah berelasi, akan mati.

Nah sekarang kita merenungkan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apa sih visi itu. Yang pertama, visi adalah bimbingan. Visi itu berarti bimbingan. Bimbingan dari siapa? Yang pertama dari Tuhan. Setiap manusia sebenarnya pasti dapat bimbingan. Dari bayi, bayi itu dapat bimbingan dari siapa? Ibunya kan ya. Sejak bayi di rahim ibu, sejak kandungan itu, bayi itu dapat bimbingan. Dapat asupan yang bergizi. Bayangkan kalau seorang ibu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, hamil, kemudian dia tidak sehat. Bayi itu terlahir kurang sehat juga, bahkan bisa keguguran, bisa pendarahan, bayi itu juga nggak berkembang dengan maksimal tubuhnya, otaknya nggak berkembang, akhirnya bayi itu keguguran atau jadi cacat. Itu kalau si ibunya tidak sehat.

Nah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sejak kandungan, itu sudah dilatih dulu, dibimbing oleh ibu, lahir, lahir itu harusnya normalnya kalau tidak ada bidan itu ayahnya. Adam kan jadi bidan pertama. Waktu Hawa mau melahirkan, Adam jadi bidan pertama. Si bayi itu melihat muka ayahnya. Bayi itu dibimbing oleh ibunya dan ayahnya. Kita itu selalu dalam bimbingan orang. Mau ke gereja dibimbing oleh hamba Tuhan, pengurus. Mau ke kantor, pekerjaan dibimbing oleh bos. Mau bisnis sendiri, kita dibimbing oleh diri kita, bisnis itu pemimpin sendiri kita dibimbing. Kita tidak lepas dari bimbingan. Tapi orang bergantung kepada bimbingan orang. Itulah motivator-motivator, psikologi-psikologi, bergantung pada bimbingan orang. Bimbingan yang utama bagi setiap orang adalah Alkitab, visi Tuhan. Bimbingan dari Tuhan. Terjemahan bahasa Indonesia sehari-hari mencatat Amsal 29:18 mengatakan bangsa yang tidak mendapat bimbingan Tuhan menjadi bangsa yang penuh kekacauan. Berbahagialah orang yang taat kepada hukum Tuhan.

Salah satu seorang, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, di dalam Alkitab yang sungguh-sungguh mencari bimbingan Tuhan adalah Musa. Memang Musa itu hamba Tuhan, dipanggil pada waktu umur 80 tahun untuk melayani Tuhan selama 40 tahun di padang gurun. Sebelumnya Musa ya bukan nabi ya, Musa itu sebelumnya seorang pangeran 40 tahun pertama, 40 tahun kedua dia seorang gembala, itu visi dari Tuhan. Pangeran Mesir 40 tahun pertama, 40 tahun kedua sebagai gembala domba di Midian, dan 40 tahun ketiga hidupnya adalah sebagai nabi Israel. Itu visi dari Tuhan juga. Itu rencana Tuhan juga atas Musa.

Tetapi ketika dia semakin dekat sama Tuhan, semakin dia memiliki tugas, tanggung jawab untuk memberitakan firman Tuhan, satu hal yang dia minta di Keluaran 33:13-16 yaitu dia meminta bimbingan Tuhan. “Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku.” Ini Musa ya. jika Tuhan berbelas kasihan, jika Tuhan memberikan rahmat-Nya, jika Tuhan itu merciful, maka Tuhan tolong beritahu aku jalan-Mu, bimbingan Tuhan. “Sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia,” grace, “di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu.” Lalu Ia berfirman: “Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu.”” Ini yang seharusnya menjadi firman Tuhan bagi kita, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Tuhan itu hendak membimbing kita, Tuhan itu pasti menyertai kita. Masalahnya itu di manusia berdosa. Kita itu mau dibimbing Tuhan atau tidak, kita itu mau disertai Tuhan tidak. Allah Imanuel, Allah yang beserta kita itu pasti. Orang Kristen apalagi ya pasti disertai oleh Tuhan. Tapi masalahnya orang Kristen tidak mau penyertaan Tuhan. Orang Kristen tidak mau dibimbing oleh Tuhan. Sayang sekali.

Kemudian Musa katakan ketika Tuhan memberikan jalan-Nya, memberikan bimbingan-Nya, ada dua hal yang dikatakan Musa yang terjadi ketika kita dibimbing oleh Tuhan. Yang pertama, kita akan semakin mengenal Tuhan. Musa minta Tuhan, “Tuhan beritahukan aku jalan-Mu sehingga aku bisa mengenal Engkau.” Supaya kita bisa mengenal Tuhan lebih dalam lagi itu butuh bimbingan. Bimbingannya apa? Firman Tuhan. Jangan minta yang aneh-aneh, suara Tuhan, “Tuhan, suara audible ya.” Jangan minta yang aneh-aneh, tanda-tanda. Tuhan sudah kasih firman-Nya kok. Firman ini melebihi tanda. Tapi bukan berarti kita nggak boleh minta tanda ya. Minta tanda ini wujud kita lemah, berdosa, malas baca Alkitab itu orang yang minta tanda. “Tuhan saya malas baca Alkitab, saya bingung begini begitu, nggak mau tanya orang, mengurung diri di kamar, stress, nggak mau ke gereja, minta tanda.” Tuhan bisa kasih tanda kepada orang yang seperti itu, yang malas-malasan baca Alkitab, bisa. Tapi orang yang bertumbuh dalam Tuhan itu minta tanda nggak? Para pengikut Kristus suka minta tanda nggak? Nggak. Para pengikut Kristus itu suka baca firman, berkumpul, bersekutu, berdoa, nah itu para pengikut Kristus. Itu sudah kita lihat di Alkitab.

Kemudian Musa berkata kepada Allah, “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.” Jadi memang Musa ketika mau menjalani tugasnya sebagai nabi di padang gurun betul-betul bergantung pada bimbingan Tuhan. Tuhan betul-betul bimbing yaitu dengan lewat apa? Langit memberikan manna, ada tiang awan, tiang api. Itu bangsa yang betul-betul dibimbing Tuhan. Ketika tiang awan, tiang api itu bergerak, mereka bergerak. Ketika diam, mereka diam. Ini adalah bangsa yang dibimbing Tuhan di padang gurun. Musa sangat mementingkan bimbingan Tuhan. Tanpa bimbingan Tuhan, untuk apa kita melakukan segala sesuatu? Itu Musa demikian. Untuk apa aku membimbing dua juta bangsa Israel di padang gurun kalau tidak dapat bimbingan Tuhan sendiri? Untuk apa melakukan sesuatu hal yang besar, untuk apa rela berkorban jika kita tidak dibimbing oleh Tuhan? Hidup akan percuma tanpa bimbingan Tuhan. Hidup kita itu akan percuma tanpa bimbingan Tuhan, tanpa visi Tuhan, dan juga hidup akan menjadi liar tanpa bimbingan Tuhan juga.

Nah ini yang konteks Musa meminta bimbingan ini sangat penting karena Musa ingin penyertaan Tuhan di padang gurun yang penuh dengan ancaman, penuh dengan bahaya, penuh dengan orang-orang jahat juga yang ingin merampok bangsa Israel. Seringkali di padang gurun kan terjadi peperangan, bangsa Israel dengan bangsa Amori, Amalek, dan lain-lain, itu banyak sekali ancaman. Tetapi kita lihat poin-nya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, waktu mereka di padang gurun itu diminta Tuhan untuk apa? Untuk beribadah dan untuk masuk ke tanah Kanaan. Itu adalah dunia, itu adalah gambaran kita juga. Kita dipanggil dari perbudakan dosa ke dalam dunia lewat padang gurun. Banyak ancaman, banyak pandemi, banyak musuh-musuh orang-orang Kristen ya, banyak musuh-musuh Kristus. Untuk mencapai mana? Mencapai sorga, tanah Kanaan itu.

Butuh apa di dunia ini kita jalani hidup? Pimpinan Tuhan. Dunia ini kita bisa katakan itu seperti padang gurun. Begitu banyak ancaman dosa tetapi kita lihat juga di dunia ini pun ada bimbingan Tuhan dalam bentuk apa? Sekarang tidak ada tiang awan, tiang api, sekarang ada gereja. Gereja ini adalah kota benteng kita, perlindungan kita. Setiap orang yang ke gereja itu Tuhan berkati, Tuhan berikan bimbingan-Nya, Tuhan berikan kekuatan. Kita baca Mazmur, kita renungkan Mazmur tersebut yang Allah adalah kekuatan kota benteng kita, Tuhan itu kekuatan kota benteng kita, kita dengarkan khotbah dari hamba Tuhan meskipun hamba Tuhan juga manusia, bisa berdosa, bisa salah, bisa salah ngomong, mungkin jadi tafsirannya nggak jelas, nggak jelas ngomong, tapi kita berusaha terus serupa dengan Tuhan dan menuju bimbingan Tuhan sampai kita ke sorga nanti. Itu yang pertama soal visi yaitu bimbingan.

Yang kedua visi adalah pengelihatan untuk kita lakukan di masa depan itu apa. Pengelihatan untuk apa yang harus kita lakukan. Jadi visi ini bicara soal vision, pengelihatan. Tapi kembali lagi kita tidak hidup di zaman Perjanjian Lama yang belum ada firman Tuhan. Di dalam Perjanjian Baru di mana Tuhan sedang mendirikan gereja-Nya. Vision itu bukan soal kita dapat pengelihatan atau mimpi, mimpi itu jadi misalkan mimpi apa kita tafsirkan Tuhan ingin apa kayak gitu, padahal secara umum mimpi itu ya akibat kita mengalami sesuatu di dalam kehidupan kita sehari-hari, lalu dalam alam bawah sadar kita, kita memikirkan sesuatu sehingga bercerita di otak kita ketika kita tidur. Kalau mimpinya berdosa, kemungkinan sehari-hari kita berdosa juga. Kalau mimpinya baik itu ya kemungkinan kita lagi jalani hal-hal baik. Tapi itu secara umum, manusiawi.

Tetapi visi itu seringkali dipikirkan orang harus dapat harus dapat mimpi, pengelihatan, suara Tuhan, itu tidak bisa kita samakan ya. Sekarang kita sudah dapat visi yang lebih jelas, kita bisa baca berulang-ulang. Baca Alkitab itu, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, bukan sekali kita baca ya meskipun kita ada grup Pembacaan Alkitab, oke itu baik, sekali baca, tapi seringkali saya juga ketika sekali baca itu nggak mengerti, nggak mudeng apa sih yang saya baca. Bahkan saya usahakan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, untuk membaca itu dengan buka suara supaya lebih fokus. Kadang-kadang buka suara pun nggak mudeng, kita baca apa sih, ngomong apa sih. Karena pikiran kita melayang. Tetapi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini visi terjelas yang Tuhan sudah buat sendiri, ini adalah karya Roh Kudus, Alkitab. Alkitab, gereja Tuhan itu karya Roh Kudus juga. Maka kita perlu belajar melihat visi Tuhan, berfokus pada Alkitab. Makanya di dalam theologi Reformed, tradisi Reformed kita ada Sola Scriptura, by scripture alone, berdasarkan Alkitab saja itu cukup. Tuhan yang bilang cukup.

Maka, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, apakah Tuhan bisa bekerja lewat mimpi, pengelihatan, mujizat? Bisa. Kenapa tidak? Tapi di daerah-daerah yang tidak ada Alkitab. Orang tidak bisa akses Alkitab, Tuhan Yesus, “Ya sudahlah.” Mungkin Tuhan jengkel juga ya nggak ada orang yang menginjili dia, komunitas ini nggak ada internet, menolak Alkitab. Mujizat saja. Tuhan memperkenalkan diri seperti Paulus ke Damaskus itu dengan sinar terang. Bisa saja, no problem. Tapi Tuhan menyatakan dengan Alkitab. Dan segala mujizat, segala visi, anggaplah yang di luar Alkitab itu, itu harus sesuai dengan Alkitab. By scripture alone.

Jadi pengelihatan untuk apa yang harus kita lakukan itu kita lihat dalam perspektif Alkitab, baru kita tahu kita harus lakukan apa. Bekerja? Alkitab perintahkan kita bekerja. Beribadah? Alkitab perintahkan kita beribadah. Menghormati orang tua? Alkitab memerintahkan kita menghormati orang tua. Pengelihatan ini bukan saja bicara mata jasmani tapi juga mata rohani. Untuk bisa melakukan sesuatu, apa yang harus kita lakukan itu kita perlu melihat biasanya secara jasmani, maka kita bisa dengan tepat berada di tempat yang kita inginkan. Dengan apa? Dengan mata. Mata ini ada suatu kemampuan melihat ke depan, merencanakan ke depan apa yang harus kita lakukan ke depan. Gerak gerik orang seperti apa, ada tanda-tandanya juga, langit mendung. Mau hujan? Kita rencana untuk bawa payung. Secara rohani, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ini hal yang penting, bagaimana kita mengetahui untuk melakukan apa di dalam kerohanian kita, kita minta visi dari Tuhan. Ketika seseorang diberikan visi dari Tuhan, dia tahu perlu mengerjakan apa.

Ambil satu contoh, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ketika melihat visi dari Tuhan, orang-orang yang pelayanan kepada anak itu, kenapa? Karena mereka melihat bahwa anak ini adalah masa depan gereja. Anak adalah masa depan kekristenan, maka ada orang-orang yang ingin terus mengajar firman Tuhan kepada anak-anak. Guru Sekolah Minggu misalnya. Atau ada hamba Tuhan yang sangat ingin melayani anak, buat panti asuhan, buat sekolah. Ini karena apa? Visi. Karena dia sungguh-sungguh melihat masa depan kekristenan itu ada di tangan anak-anak, pemuda, remaja. Siapa yang meneruskan kehidupan kekristenan? Kita kalau bukan anak-anak kita. Anak-anak, anak sendiri, atau anak orang lain. Kita pun bisa berelasi ataupun mengabarkan Injil, dan anak orang lain pun menjadi anak-anak Tuhan gitu ya. Ya itu, karena ada visi kepada anak, masa depan gereja itu di anak, maka melakukan suatu pelayanan. Itu satu contoh.

Yang paling mudah kita lihat adalah Pdt. Stephen Tong. Pdt. Stephen Tong itu adalah orang yang melihat visi Tuhan dari apa? Dari kondisi kekristenan. Dari kondisi kekristenan, umur 50 tahun baru buat gereja. Berarti selama sebelum umur 50 tahun Pak Tong ngapain? Ya pelayanan. Masuk sekolah theologi, jadi dosen di SAAT kurang lebih 25 tahun, terus pelayanan ke gereja-gereja, keliling semua gereja, Pak Tong kan memang sudah banyak keliling jadi orang mengenal Pak Tong juga selama 25 tahun baru pelayanan di gereja 50 tahun. Kenapa dia mendirikan gereja? Karena dia melihat sesuatu. Kekristenan ini mayoritas liberal. Dulu gereja-gereja di Indonesia itu Calvinist semua ya. Calvinist, Reformed, Belanda kok yang menjajah Indonesia sehingga Indonesia banyak gereja. Tapi gereja yang Reformed ini lama-lama menjadi liberal, khotbah singkat saja 15-20 menit, khotbah hal yang sederhana saja, berbuat baik, bicara soal moralitas, jangan berbuat jahat, bersosial saja, jangan membenci orang, rajin bekerja pangkal kaya. Terus ini liberal. Yesus Kristus nggak usah dikhotbahkan. Yesus Kristus itu nggak bangkit, Yesus Kristus nggak melakukan mujizat, Yesus tidak mengubah air menjadi anggur, Yesus juga nggak melakukan mujizat memecah lima roti dan dua ikan menjadi banyak, nggak, itu omong kosong. Kisah Yunus, kisah Ayub itu nggak terjadi dalam sejarah. Alkitab? Nggak usah buka Alkitab. Tutup Alkitab, nggak usah bawa Alkitab.

Gereja apa ini? Melihat gereja seperti ini nggak benar ya. Harus lakukan apa? Satu sisi gereja yang lain pakai Alkitab, yuk buka Alkitab, baca ayat, pokoknya cari-cari ayat yang berkat, berkat, berkat, orang benar pasti diberkati, orang yang miskin itu pasti ada dosa, kita harus makmur, kita harus kaya, anak raja kok miskin. Wah ini theologi apa? Karismatik yang liar, theologi kemakmuran. Ketika gereja ada liberal dan juga kemakmuran menghimpit gereja, gereja menjadi apa? Coba bayangkan kalau tidak ada Gereja Reformed Injili, rata-rata semua gereja itu menjadi liberal ataupun menjadi karismatik yang liar, atau menjadi gereja yang suam-suam kuku, menginjili sedikit-sedikit, mau membahas Alkitab nggak usah bahas Alkitab capek, baca Alkitab capek. Makanya ada hamba Tuhan jelasin Alkitab. Jadi hamba Tuhan bisa menjadi berkat bagi banyak orang itu karena kita memang tugasnya menjelaskan Alkitab. Itu yang kenapa akhirnya ada Reformed, karena kita fokus ke Kitab Suci. Kenapa Injili karena kita mau mengabarkan Injil, Injil yang sejati bukan Injil kemakmuran. Itulah kenapa akhirnya mau tidak mau, di usia setengah baya, 50 tahun dirikan satu gereja.

Banyak orang bilang gereja itu sudah banyak, ngapain sih dirikan gereja-gereja lain? Jawabannya apa? Visi Tuhan. Apa yang dilihat satu orang tidak dilihat oleh orang lain. Maka, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita bisa belajar bahwa ketika kita melihat sesuatu yang ada di depan itu bicara soal apa kebutuhan zaman. Kita bisa belajar melihat apa kebutuhan GRII Yogyakarta, pasti kita lakukan sesuatu. Kalau kita cuek, nggak peduli keluarga saya butuh apa, yang sesuai Alkitab, kita pikir keluarga saya butuh uang, butuh uang, butuh uang, semua orang butuh uang nggak perlu dipikirin itu. Semua orang pasti tahu butuh uang. Tapi keluarga kita ini butuh apa? Persekutuan kah? Butuh relasi yang lebih dekat kah? Coba gimana caranya supaya relasi anak dan orang tua lebih dekat, pasti kita lakukan. Nah itu visi dari Tuhan. Visi dari Tuhan ketika kita bisa lihat sesuatu di depan, ketika kita menyadari kebutuhan yang kita lihat sehari-hari, keluarga kita butuh apa, gereja kita butuh apa, zaman ini butuh apa, para pemuda butuh apa yang sesuai dengan Alkitab.

Kadang-kadang orang juga tidak menyadari kebutuhan yang sebenarnya adalah kebutuhan rohani itu ya. kebutuhan jasmani kita sadari. Setiap hari kita butuh jasmani. Makan, minum. Tapi kebutuhan rohani itu sulit, sulit untuk kita sadar juga. Kita yang tahu, kita yang ditanamkan visi oleh Tuhan, kita bisa tahu orang ini butuh apa secara rohani supaya dia sebagai tubuh Kristus, kita coba lakukan sesuatu. Gereja butuh apa, kita lakukan sesuatu. GRII dibutuhkan, maka Pak Tong mendirikan gereja yang tetap, tanpa kompromi, yang terus memberitakan firman. Dunia dan kekristenan membutuhkan theologi yang ketat, theologi Reformed yang kembali ke Alkitab, pengetahuan yang sistematik, dan juga seluruh hal-hal yang bermutu yang terbaik itu harus dikerjakan oleh orang Kristen, seharusnya. Jangan sampai kebudayaan yang terbaik, musik-musik yang terbaik dikerjakan oleh orang bukan Kristen, sayang sekali. Mereka menggunakan wahyu umum dari Tuhan. Kita kan wahyu khusus, kita dapat dua visi, wahyu khusus Yesus Kristus dan Alkitab, dan juga alam, alam, sejarah, dan hati nurani kita peroleh itu wahyu umum ya. Pelajaran katekisasi. Wahyu khusus itu di dalam Alkitab kita miliki, wayhu umum itu alam, sejarah, hati nurani. Orang di luar Kristus memiliki sejarah, alam, hati nurani yang dia kembangkan, bisa memberikan yang terbaik untuk kemasyarakatan. Kita tambahnya Yesus dan Alkitab. Seharusnya kan lebih baik.

Tapi bukan berarti kita menghakimi orang ya. karena ada orang Kristen perfeksionisme. “Aku bisa baca Alkitab berkali-kali. Kamu?” Itu kan sombong ya itu kan menghakimi. Aku bisa datang ibadah tiap minggu, satu tahun lima puluh dua minggu aku pasti datang. Kamu? Itu namanya perefeksionisme tidak mengerti kelemahan orang, tidak mendorong orang tapi malah menghina. Yesus tidak seperti itu ya. Tapi bukan berarti kita tidak menuntut diri. Maksud saya adalah kita harus menuntut diri untuk lebih baik lagi. Yang diperlukan jemaat apa? Itu harus kita pikirkan ya, Hamba Tuhan, pengurus. Pikirkan jemaat Tuhan itu butuh apa sih? Kira-kira mungkin jemaat itu sendiri nggak sadar dia butuh itu tapi kita lakukan. Tapi yang jelas Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita butuh firman, kita butuh persekutuan, maka ada itu kita sediakan, gereja. Bayangin kalau gereja tidak ada persekutuan doa itu mau jadi gereja apa ya? Bayangin kalau gereja tidak ada Pemahaman Alkitab juga itu kurang mengajar firman Tuhan kepada jemaat. Itu yang kedua penglihatan untuk apa yang seharusnya kita lakukan kita bisa melihat kebutuhan ya kebutuhan masyarakat, kebutuhan rohani, kita lakukan itu definisi kedua dari visi.

Yang ketiga yang terakhir adalah visi itu adalah wahyu juga ya wahyu atau penyingkapan bahasa Indonesia sudah jelaskan bahwa bila tidak ada wahyu atau penyingkapan, pemberitahuan informasi maka kita itu liar. Penyingkapan itu apa? Wahyu itu apa? Jadi sebenarnya Bapak, Ibu, Saudara sekalian Kitab Wahyu adalah kitab yang paling jelas seharusnya tapi itu dikonteks zaman penulisannya itu orang jelas sekali Oh ini maksudnya ini simbolnya ini. Penuh dengan simbol kan memang di konteks zaman sekarang kita nggak ngerti itu kitab paling tidak berwahyu itu Kitab Wahyu kita anggap sekarang. Mana penyingkapannya? Mana informasinya? Nggak jelas. Maka hamba-hamba Tuhan kasih usulan kalau kita mau baca Alkitab jangan perjanjian lama, jangan Kitab Wahyu dulu ya tapi Kitab Injil dulu Kitab Yohanes, Markus, Matius, Lukas itu paling berwahyu gitu ya kita anggap paling berwahyu. Tapi Kitab Wahyu ini paling tidak berwahyu, paling tidak berinformasi gitu ya. Tapi sebenarnya Wahyu itu adalah penyingkapan yang diberitahukan dengan gamblang dengan jelas oleh pribadi yang mengetahui informasi tersebut.

Maka biasanya contohnya Bapak, Ibu, Saudara sekalian kalau kita berwahyu itu adalah kita menyingkapkan informasi kita, ulang tahun kita itu hanya kita yang tahu ketika kita kasih tahu ulang tahun kita kapan itu namanya memberikan wahyu, informasi yang hanya dimiliki pribadi tersebut kita berikan kepada orang lain maka relasi wahyu yang paling dekat itu seharusnya adalah relasi suami istri saling menyingkapkan informasi, saling terbuka itu penting ya. Suami istri itu terbuka memang ya tidak mungkin sepenuhnya kita kasih tahu kita kan masing-masing ada jalan hidup masing-masing ya. Tapi kita mau terbuka untuk pembangunan relasi yang serupa dengan Yesus Kristus yaitu relasi paling intim, istimewa, tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun itu suami dan istri tapi mereka yang belajar untuk berwahyu ini ya dan demikian juga Tuhan ketika berelasi dengan kita itu juga sebagai seperti mempelai pria kan, Yesus Kristus itu, dan gereja adalah mempelai wanita. Allah itu berwahyu. Kita pun harus ya itu tadi saya katakan ya curhat ke Tuhan apa yang kita omongkan. Tuhan tahu? Tahu. Tapi yang membedakan adalah kita ngomong ke Tuhan, itu kita menyingkapkan informasi, Tuhan menyingkapkan informasi-Nya kepada kita lewat apa? Lewat Alkitab, Alkitab yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Ini adalah firman dan maksud Allah yang dikomunikasikan oleh Allah sendiri yaitu melalui wahyu.

Seorang theolog mengatakan Bapak, Ibu, Saudara sekalian, “Where revelation is withdrawn from the church the people perish in ignorance and delusion. Ketika visi atau wahyu diambil dari gereja, kita nggak bahas Alkitab lagi maka orang-orang dalam gereja itu akan binasa dalam ketidaktahuan dan juga dalam delusi kita nggak tahu mana yang fakta mana yang bukan fakta, kita akan terhilang, itu delusi. Kita bingung, kita bingung itu realita atau bukan. Maka ketika kita bahas Alkitab seharusnya pikiran kita semakin cerah, semakin mengerti oh ini benar oh ini salah, semakin bertumbuh, semakin dewasa, semakin mengenal Tuhan itu namanya gereja yang berwahyu. Sangat penting ya wahyu Tuhan ini. Hukum Taurat Musa, Hukum Kasih Yesus Kristus. Ini Alkitab yang Tuhan berikan kepada kita.

Mari kita lihat Bapak, Ibu, Saudara sekalian Amsal 6:20-23 Kitab Amsal juga adalah kitab yang sungguh-sungguh menekankan tentang firman atau wahyu yang Tuhan berikan. Kita baca bersama-sama Amsal 6:20-23 memang ini nasihat kepada anak-anak supaya tidak berzinah ya kepada pria terutama supaya tidak suka perempuan yang menggoda dan supaya tidak berzinah. Ini makanya dinasehati oleh orang tua atau oleh orang bijak tetapi nasihat ini pun ya ini adalah bicara soal wahyu Tuhan atau firman Tuhan ini pun itu berlaku untuk kita semua. Mari kita baca bersama-sama Amsal 6:20-23, “Hai anakku, peliharalah perintah ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu. Tambatkanlah senantiasa semuanya itu pada hatimu, kalungkanlah pada lehermu. Jikalau engkau berjalan, engkau akan dipimpinnya, jikalau engkau berbaring, engkau akan dijaganya, jikalau engkau bangun, engkau akan disapanya. Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan.”

Wah Kitab Amsal ini sangat menekankan bimbingan atau visi atau juga wahyu ya wahyu yang sesuai Alkitab tentunya ya. Ajaran Ayah, ajaran Ibu yang sesuai Alkitab itu tambatkanlah dalam hati sampai perintah itu hafal, tidak kelihatan dan kalau perlu kita kalungkan pada leher yang kelihatan kita lakukan jelas-jelas bisa terlihat, itu perintah dan ajaran orang tua. Bapak, Ibu, Saudara sekalian perintah dan ajaran orang tua dari papa kita itu apa? Yang baik, yang sesuai firman Tuhan apa? Itu kita pegang perintah. Itu kita pegang baik-baik. Dari ibu kita, dari mama kita apa yang baik. Itu perlu kita kalungkan di leher kita, kita pakai itu menjadi ciri khas kita ya kan karena nasihat itu beda-beda semua. Ada orang yang memegang nasihat itu berbeda-beda.

Kalau saya sendiri Bapak, Ibu, Saudara sekalian memegang nasihat waktu yang ingat adalah waktu menjadi hamba Tuhan ya mengambil keputusan menjadi hamba Tuhan memilih sekolah Alkitab karena banyak pilihan ya sekolah Alkitab itu banyak pilihan sekali dan saya waktu itu bebas mau di manapun oke tetapi akhirnya ada orang tua mengarahkan ayo di sini kemudian ada hamba Tuhan mengarahkan ayo di sana. Dua-duanya mengarahkan dengan berbeda kemudian saya berpikir dan saya melakukan dan akhirnya ketika saya memutuskan suatu hal ya menjadi hamba Tuhan masuk sekolah Alkitab nasihat orang tua ke saya adalah jika itu memang kehendakmu keinginanmu, ya nggak apa-apa tapi bertanggung jawab atas seluruh keputusan kamu.

Jadi tanggung jawab bicara soal tanggung jawab ini kan benar kan, tanggung jawab. Kamu sudah putuskan sesuatu tanggunglah kesulitan-kesulitan yang ada jalanilah dengan bertanggung jawab dengan terus bertanggung jawab ya dengan terus sungguh-sungguh dengan baik. Yang saya ingin tekankan adalah ayat 23 Amsal 6:23 dikatakan bahwa karena perintah itu pelita ya dan ajaran itu cahaya dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan. Wahyu atau firman Tuhan itu menolong kita melihat lebih jelas karena firman itu pelita, lampu, terang, kita harus melakukan apa itu dipimpin oleh firman Tuhan. Kalau dunia ini gelap ya kalau ruangan ini gelap kita mau lakukan sesuatu pun salah salah, jatuh jatuh, nggak jelas nggak jelas, kualitas melakukan sesuatunya itu rendah karena gelap tetapi ketika terang oh kita tahu taruh benda di mana, berjalan di mana, dan lain-lain berdiri di mana. Inilah pelita ya atau firman Tuhan itu pelita, pelita itu adalah firman, firman itu adalah pelita, firman itu pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita. Pelita itu membawa kita melihat lebih jelas. Jadi ini tiga definisi visi Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Pertama visi adalah bimbingan. Kedua visi adalah penglihatan untuk apa yang harus kita lakukan lebih jelas di masa depan. Ketiga visi adalah wahyu.

Dan terakhir kalimat kedua dari Amsal 29:18 adalah berbahagialah orang yang berpegang pada hukum. Apakah kita sungguh-sungguh mengerti visi Tuhan Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Sudahkah kita lakukan visi Tuhan dan di sini Kitab Amsal ini ayat ini menjelaskan bahwa Wahyu atau visi atau bimbingan Tuhan itu sangat dekat dengan Hukum Tuhan, Hukum Tuhan ini adalah firman Tuhan tentu ya dan kebalikannya dari orang yang mendapatkan visi atau wahyu ini orang yang menjalankan hukum itu akan berbahagia. Ini adalah anti tesis dari kekacauan atau keliaran yaitu kita berbahagia. Orang yang hidupnya kacau tidak bahagia, orang yang liar itu tidak mungkin bahagia. Tetapi orang yang taat pada hukum hati-hati ikuti semua restraint-restraint itu, batasan-batasan itu diikuti ya di dalam batasan masyarakat, gereja, keluarga ada aturan-aturan coba dihormati orang itu akan berbahagia. Berbahagia. Ini pun yang perlu kita usahakan kalau kita ibadah itu harus sukacita karena Tuhan itu sukacita. Ini yang perlu kita latih dalam emosi kita, happy ya, bersyukur, puas karena kita sudah menjalankan sesuatu yang benar dan baik.

Jangan kebalikannya melakukan dosa puas, senang, bebas begitu taat ibadah kepada Tuhan sedih, menyangkal diri, berkeluh kesah. Salah ya, kebalikan. Marilah kepada-Ku setiap yang letih lesu dan berbeban berat Aku memberikan kebahagiaan, kelegaan, ini harus kita latih setiap kita bisa taat firman Tuhan kita berbahagia. Ketika kita bisa taat firman Tuhan jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan berbohong, berdusta, jangan iri hati. Kita harus berbahagia, sukacita, ikut PA jangan ikut PA jadi nggak bahagia ya. Ah males disuruh-suruh orang tua misalnya. Disuruh-suruh pasangan ayo ikut PA, berdoa, bersekutu, males, emosi marah-marah ya marah-marah apa sih maksa-maksa orang kita punya kehendak bebas, apalagi kayak gitu ya. Tapi nggak, itu bahagia, benar-benar bahagia kenapa? Karena itu sesuai dengan firman Tuhan, Tuhan akan memberikan kelimpahan hidup kepada setiap orang yang taat kepada Tuhan. Taat kepada Tuhan ini membawa berkat, berkat itu tidak selalu jasmani, materi, tetapi juga rohani dan mungkin hal-hal yang tidak kita alami itupun kita harus menjadi berkat untuk kita semua. Hal-hal buruk yang tidak kita alami yang terhindar dari hidup kita itu alasan kita berbahagia.

Mari kita sama-sama taat Bapak, Ibu, Saudara sekalian di dalam menjalani tahun ini bagaimana supaya kita hidup tidak liar? Bagaimana supaya kita hidup bahagia, sukacita? Salah satu hal yang membuat kita bisa hidup teratur, hidup bahagia adalah dengan taat, taat sungguh-sungguh firman Tuhan. Orang yang taat kepada Hukum Tuhan dia adalah orang yang hidupnya teratur bukan berarti teratur ini tidak boleh ada intervensi. Itu namanya kedinamisan tapi bukan berarti orang yang di dalam Tuhan itu juga dia nggak bisa berkreasi atau keluar dari jalan-jalan yang mungkin sudah kaku atau jadi rutinitas. Tidak. Kita bisa terus misalkan kayak gini dalam satu tahun bisa saja kita hidup tidak teratur yaitu ketika kita menjalani pelayanan KKR Regional, misalnya ya. KKR Regional itu ke daerah-daerah misalkan 3 hari kita pelayanan misalkan di daerah Sleman, Bantul, atau Kulon Progo ke sana lah kota sana atau di mana saya nggak tahu juga ya. 3 hari pelayanan di sana itu kan hidup kita jadi tidak teratur tapi kita melayani Tuhan karena visi dari Tuhan.

Tetapi pada umumnya Tuhan itu suka keteraturan. Bagaimana supaya kita hidup teratur? Gereja menjadi gereja yang teratur? Visi Tuhan. Visi Tuhan, Wahyu Tuhan membuat kita hidup teratur. Teratur berarti apa? Terencana ya ada rencana, ada jam yang pasti, ada jadwal yang baik, nah itu teratur. Itu membuat kita menjadi bahagia juga. Bersukacita karena kita taat Hukum Allah. Jadi ini ya supaya kita tidak kacau, tidak liar, dan juga supaya kita tidak menjadi orang yang penuh kesedihan yang menjadikan kita perlu taat kepada Hukum Tuhan dan juga kita perlu visi dari Tuhan.

Charles Spurgeon, Bapak, Ibu, Saudara sekalian mengatakan bahwa sebagian orang yang suci yang penuh dengan visi Tuhan yang penuh dengan ketaatan kepada Tuhan waktu dia mau mati dirajamnya dia mengungkapkan suatu kerinduan yang terdalam bahwa yang paling baik itu memang bersama-sama dengan Yesus Kristus. Sebagian orang besar orang yang mengerti tentang visi Tuhan dan orang yang mengerti Hukum Tuhan Bapak, Ibu, Saudara sekalian mereka mengatakan bahwa punya harapan terdalam, punya pandangan yang begitu baik harapan terindah memang bersama Yesus Kristus itu adalah yang terbaik. Bersama Yesus Kristus itu lebih baik dibandingkan dengan hal-hal baik apapun. Itu bersama dengan Yesus Kristus. Ketika orang-orang yang siap menerima kematian ya sakitnya berangsur-angsur tapi dia takut akan Tuhan, dia juga penuh dengan visi Tuhan, dia katakan memang mati itu lebih baik, mati itu adalah keuntungan, hidup adalah untuk Kristus.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian kita perlu Yesus Kristus, kita perlu bersama dengan Yesus Kristus, itu yang terbaik dalam hidup kita. Dan ketika kita bersama dengan Yesus Kristus kita akan memiliki visi Tuhan, dan kekuatan dari Yesus Kristus pun yang sudah memberikan teladan kepada kita untuk taat firman Tuhan itu yang membuat kita juga bisa taat kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh. Yang penting memandang kepada Yesus, mengikuti teladan-Nya bersama-sama Dia menjalani tahun 2022 ini. Di tahun 2022 ini marilah kita bertekad, Bapak, Ibu, Saudara sekalian sederhana saja yaitu untuk taat kepada Hukum-Hukum Allah. Kita minta visi Tuhan, kita minta bimbingan Tuhan, kita minta perspektif Tuhan melihat dengan cara pandang Tuhan supaya kita bisa melakukan suatu Hukum Tuhan dan juga kita minta wahyu Tuhan, firman Tuhan yang sudah Tuhan berikan ini kita minta supaya kita bisa terus membaca dan merenungkan firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kiranya gereja Tuhan Bapak, Ibu, Saudara sekalian boleh sungguh-sungguh mengerti visi Tuhan dan juga terus taat kepada Tuhan maka gereja juga akan menjadi gereja yang berbahagia, gereja yang diberkati, gereja yang disertai oleh Tuhan. Kuncinya apa? Mari taat. Mari minta visi Tuhan. Mari ikut visi Tuhan. Tuhan akan membimbing kita memberikan penglihatan yang tajam tentang kehendak Tuhan dan kehendak dari Allah sendiri ya dan terus memberikan firman-Nya untuk menuntun setiap kehidupan kita.

Salah satu kutipan dari bapak misionaris modern Kristen yaitu William Carrey, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ini begitu indah. Dia mengatakan bahwa, “Expect great things from God. Attempt great things for God.” Coba kita harapkan yang terbesar, teragung dari Tuhan itu apa? Tuhan harapkan hidup kita apa Bapak, Ibu, Saudara sekalian pada tahun ini? Sudah ada bayangan mungkin ya. Sudah ada bayangan tahun ini yang kuliah mungkin akan lulus, wisuda, bukan hanya itu kita berharap Tuhan yang terbesar itu apa ketika wisuda bagaimana ke depannya? Bekerja di mana. Tapi itu hanya secara umum. Tetapi kita pikirkan dalam konteks gereja Tuhan ingin apa kita di gereja? Tuhan ingin pelayanan apa dari kita di gereja. Itu konteks gereja. Lalu kita attempt, kerjakan, usahakan hal-hal besar untuk Tuhan. Siapa tahu diantara kita ya bisa menjadi hamba Tuhan. Who knows?

Ada nasihat ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian saya sangat setuju seharusnya orang-orang Kristen itu sebelum memikirkan panggilan-panggilan yang lain, panggilan menjadi pebisnis, pedagang, ataupun karyawan kantor, ataupun seniman, pikirkan pertama-tama Tuhan panggil saya menjadi hamba Tuhan nggak? Menjadi pendeta atau vikaris nggak? Kalau Tuhan tidak panggil, ya sudah, bersyukur. Kalau Tuhan panggil, kenapa tidak? Kalau memang Tuhan panggil. Perlu apa supaya tahu visi Tuhan? Minta bimbingan Tuhan, minta anugerah pemeliharaan dari perspektif Tuhan. Ini adalah suatu nasihat yang baik sekali untuk kita semua. Anak-anak diajarin ayo pikirkan firman Tuhan, kamu dipanggil nggak menjadi hamba Tuhan. Biasanya anak-anak paling gampang ya. Siapa yang mau jadi pendeta, langsung angkat tangan ya. Wah ini bagus ya anak-anak mau menjadi hamba Tuhan. Ada teman-teman STT juga yang baru berumur 40, 50 tahun bahkan ya yang sudah berumur demikian menjadi hamba Tuhan, kalau Tuhan panggil kenapa tidak? Musa aja umur 80 tahun kok ya kenapa tidak? Mari kita sama-sama gumulkan ya apa yang kita bisa harapkan dari Tuhan. Tuhan kasih harapan apa ke saya dan saya bisa berharap apa dari Tuhan. Berharap apa dari Tuhan.

Berusaha apa yang besar untuk Tuhan? Dan juga kita bisa minta ya perspektif Tuhan, mata Tuhan, vision ya, eye of God, mata Tuhan itu perlu kita minta supaya kita bisa melihat segala sesuatu dari perspektif Tuhan pasti tenang kok hidup kita itu, pasti nggak perlu kekhawatiran, pasti udahlah nyaman jalani hidup. Namanya melihat dari perspektif sorga, melihat dari bijaksana Tuhan. Tuhan nggak pernah khawatir, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Tuhan nggak pernah kaget, Tuhan nggak pernah merasa semua itu diluar kendali, bukan berarti kita jadi seperti Tuhan, bukan. Tapi kita merasakan kontrol Tuhan, merasakan ketenangan damai sejahtera dari Tuhan, merasakan pemeliharaan dalam Tuhan, itu penting agar kita bisa memiliki visi dari Tuhan. Mari kita sama-sama berdoa.

Bapa kami yang di sorga, kami bersyukur Tuhan kami boleh merenungkan satu ayat bagaimana jikalau orang-orang ataupun setiap kami tidak menerima Wahyu Tuhan, tidak menerima visi Tuhan, tidak menerima bimbingan Tuhan, tidak melihat segala sesuatu dari perspektif Tuhan kami akan menjadi orang Kristen yang liar, kami akan menjadi orang Kristen yang pemberontak, melawan Tuhan, tidak taat kepada Tuhan. Ajari kami, Tuhan untuk senantiasa menjalani kehidupan kami berdasarkan firman Tuhan, berdasarkan kekuatan dari Tuhan sendiri. Ampuni jika di dalam kehidupan kami sebagai orang Kristen seringkali kami mencari bimbingan dari orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, seringkali kami mencari segala hal-hal baik di luar Tuhan. Kami mohon anugerha Tuhan, Tuhan pimpin kami, pelihara hidup kami, Tuhan di tahun ini dan kiranya kami menjadi anak-anak Tuhan yang taat sehingga kami diberkati Tuhan dan juga sehingga kami boleh memperoleh sukacita dari Tuhan. Sertailah hidup kami, Tuhan berkatilah gereja ini, gereja Tuhan ini kiranya Tuhan yang boleh memimpin. Kiranya Tuhan juga menyatakan visi Tuhan untuk apa yang harusnya kami lakukan sebagai gereja Tuhan. Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, Penebus kami yang hidup, kami sudah berdoa. Amin. (KS) 

 

Transkrip khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah

Comments