Sida-Sida dari Tanah Etiopia, 12 September 2021

Kisah Para Rasul 8:26-40

Pdt. Dawis Waiman, M. Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita perhatikan di dalam pasal 8 ayat yang sebelumnya, maka kita menemukan bahwa Filipus ini adalah seorang yang kemudian pergi ke Samaria lalu di Samaria dia dipakai oleh Tuhan secara luar biasa sekali di dalam pelayanan yang ia lakukan. Kita bisa lihat ternyata apa yang dia beritakan di Samaria itu menjadi sesuatu berita yang menggemparkan Samaria, lalu bukan hanya menggemparkan tetapi membawa banyak sekali pertobatan dari orang-orang yang mendengar berita Injil yang dikabarkan oleh si Filipus ini. Dan Alkitab juga mencatat ternyata Tuhan bukan hanya memakai Filipus untuk mengabarkan Injil dari Yesus Kristus, tetapi Filipus juga diberikan suatu karunia untuk menyertai pelayanannya sebagai suatu tanda yang mengkonfirmasi kalau apa yang diberitakan oleh Filipus itu adalah suatu kebenaran. Dari situ lebih banyak lagi orang-orang yang kemudian datang kepada Kristus yang bertobat dari dosa mereka, dan kemudian percaya kepada Yesus Kristus dengan memberi diri untuk dibaptis di dalam nama Kristus atau di dalam nama Allah Trituggal.

Di dalam kondisi seperti ini, kita juga sudah melihat ada seorang yang merupakan penyihir yang bernama Simon ternyata turut bertobat pada waktu itu lalu kemudian menerima Kristus di dalam hidup dia. Kita tidak akan bahas terlalu jauh lagi, Bapak, Ibu, bisa melihat di dalam khotbah beberapa minggu yang lalu berkenaan dengan ini, tetapi kita bisa melihat ternyata orang yang begitu terkenal sekalipun di kota Samaria, orang yang dipercaya memiliki kuasa yang besar, orang yang dipercaya sebagai orang yang dipakai oleh Tuhan untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk melakukan kuasa-kuasa besar di Samaria, ternyata pun harus tunduk dan mengakui kalau kuasa yang menyertai Filipus itu jauh lebih besar daripada kuasa yang dimiliki oleh Simon ini, sehingga di situ ia kemudian datang lalu memberi diri untuk dibaptis juga dan menjadi orang Kristen.

Hal-hal besar seperti ini terjadi di dalam pelayanan Filipus. Tetapi ketika kita masuk ke ayat-26, terjadi sesuatu yang merupakan kontras sekali. Seseorang yang begitu dipakai oleh Tuhan dengan luar biasa, bahkan di sini dikatakan rasul-rasul itu tidak dipakai Tuhan untuk memenangkan orang-orang Samaria pada waktu itu, mereka hanya dipakai Tuhan untuk datang ke sana untuk mengkonfirmasi pelayanan dari si Filipus ini di Samaria supaya menjadi satu tanda bagi kita dan bagi orang-orang Kristen zaman itu, ternyata orang-orang Kristen Samaria pun adalah orang-orang yang diakui Tuhan sebagai umat Tuhan yang setara dengan orang-orang Kristen Yahudi yang berbicara bahasa Ibrani dan bahasa Yunani. Dan pada waktu Tuhan memakai Filipus secara luar biasa ini, di dalam ayat 26 dikatakan Filipus kemudian mendapatkan satu perintah dari Tuhan melalui malaikat-Nya untuk pergi ke sebuah jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza. Di mana itu? Tempat yang sunyi. Di mana itu? Di tempat daerah yang merupakan padang belantara.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kenapa Filipus harus pergi ke daerah yang sunyi? Kenapa Filipus harus meninggalkan kota yang besar, kenapa Filipus harus meninggalkan orang-orang yang banyak yang ia layani pada waktu itu untuk pergi ke tempat yang sunyi di jalan Gaza itu? Kita bisa lihat di dalam ayat berikutnya, yaitu untuk bertemu dengan seorang yang adalah sida-sida dari Etiopia, orang yang tidak bernama sama sekali yang tidak dicatat oleh Kitab Suci, tetapi dia adalah orang yang dikatakan sebagai orang yang penting di kerajaan Etiopia dan orang yang merupakan sebagai kepala perbendaharaan dari Ratu Sri Kandake.

Kalau kita lihat dalam bagian ini mungkin kita bisa membayangkan situasinya seperti misalnya kalau Pdt. Stephen Tong melayani ribuan orang di Jakarta lalu kemudian Tuhan mendadak minta Pdt. Stephen Tong untuk pergi ke satu daerah tertentu atau tempat tertentu yang terpencil untuk apa? Bukan khotbah kepada ribuan orang, tetapi justru untuk khotbah kepada satu orang. Pada waktu kita melihat situasi seperti ini, maka yang umumnya kita akan katakan adalah apakah ini adalah sesuatu pelayanan yang efisien? Apakah ini adalah sebuah pelayanan yang Tuhan kehendaki untuk dilakukan atau tidak? Karena apa? Karena sebelumnya kita melayani orang dengan begitu banyak sekali, ribuan orang yang diberkati oleh pelayanan kita, tapi sekarang kita tinggalkan itu semua untuk pergi ke satu tempat di mana tidak banyak orang di situ, hanya ada satu orang yang kemudian mendengarkan pelayanan firman atau Injil dari Yesus Kristus.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam kondisi seperti ini, tadi saya ada ungkapkan satu pertanyaan yang mungkin kita seringkali tanyakan di dalam perspektif seorang yang melihat segala sesuatu bernilai atau tidak berdasarkan ekonomi, berdasarkan keuangan, efektif tidak. Misalkan ambil contoh, kita mengadakan KKR di tempat ini. Pada waktu kita mengadakan KKR di sini, kita mengundang ribuan orang dari tempat-tempat yang ada di pelosok, misalnya 2000an orang. Tetapi untuk bisa mengundang 2000an orang itu kita harus mengeluarkan ratusan juta, 200an juta untuk biaya KKR tersebut. Saya mau tanya, itu efektif tidak? Itu efisien tidak untuk bisa membawa orang datang mendengarkan firman dengan biaya yang begitu besar yang harus kita keluarkan? Kita seringkali menjadikan uang sebagai dasar untuk menilai efisiensi. Kita seringkali menjadikan uang sebagai dasar untuk menilai apakah pelayanan itu diberkati atau tidak, mungkin bisa seperti itu. Tetapi kita seringkali menjadikan uang sebagai dasar untuk mau melayani atau tidak melayani.

Saya percaya Alkitab tidak berbicara seperti itu. Yang penting adalah nanti kita akan lihat satu jiwa pun itu adalah berharga sekali di hadapan Tuhan. Dan sebagai orang yang percaya dan takut akan Tuhan, kita pun harus melihat jiwa seperti halnya Tuhan melihat kepada berharganya jiwa itu. Tapi ada kendala lain yang seringkali kita juga tanyakan, pada waktu kita melayani Tuhan lalu Tuhan memimpin kita kepada satu tempat tertentu, yaitu kita seringkali bertanya, “Tuhan, sungguhkah Engkau memanggil saya untuk pergi ke tempat itu? Bukankah Engkau lebih baik memanggil orang lain untuk pergi ke sana melayani, dan itu belum tentu saya dan tidak tentu saya kan, Tuhan? Saya ada pelayanan yang begitu berarti saat ini, yang begitu penting, ada banyak jiwa yang membutuhkan pelayanan saya, lalu Tuhan suruh saya tinggalkan ini semua untuk pergi ke tempat lain, mungkin tidak? Jangan-jangan Tuhan sedang memanggil orang lain untuk pergi ke sana dan bukan saya yang dipanggil oleh Tuhan untuk pergi ke sana?”

Dalam bentuk yang lebih sederhana, kita seringkali pada waktu mendengarkan satu panggilan pelayanan atau undangan pelayanan di dalam gereja, kita akan berkata, “Tuhan, panggil aku tapi utuslah dia untuk pergi pelayanan.” Saya percaya itu menjadi satu kendala lain yang kita seringkali hidupi atau kita hadapi di dalam pelayanan yang kita lakukan dan kesaksian yang kita nyatakan di dalam kehidupan kita. Atau contoh yang lebih sederhana lagi adalah seperti ini, ketika Bapak, Ibu, pergi atau bertemu dengan seseorang di dalam perjalanan atau di dalam rekreasi atau di dalam melakukan sesuatu apapun yang menjadi kegiatan Bapak, Ibu, pada waktu itu, orang itu bukan orang percaya, dia dari iman yang berbeda. Lalu pada waktu Bapak, Ibu, meninggalkan orang itu, pertanyaannya adalah adakah penyesalan di dalam hati kenapa saya tidak memberitakan Injil kepada orang itu pada waktu itu, kenapa saya tidak menyaksikan Kristus kepada orang itu pada waktu itu. Kalau kita berpikir seperti itu lalu ada penyesalan di dalam hati, pertanyaannya adalah sungguhkan waktu itu kita tidak terpikirkan orang itu adalah orang yang kita harus beritakan Injil? Saya kok pikir nggak ya. Kemungkinan besar kita berpikir saya harus menyaksikan Injil pada orang itu, tapi permasalahannya adalah saya gentar, saya takut, saya takut ditolak sehingga membuat saya menahan mulut untuk membicarakan Injil kepada orang itu dengan harapan ada orang lain yang Tuhan pakai untuk mengabarkan Injil kepada orang itu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, seringkali kita melihat bahwa yang menjadi penghalang di dalam sebuah pelayanan itu bukan perintahnya kurang jelas, bukan kebenaran atau gerakan yang Tuhan berikan dalam hati kita untuk menginjili itu kurang kuat, tapi yang seringkali yang menjadi penghalang itu diri kita yang tidak mau tunduk dan dipenuhi oleh Roh Kudus dalam hidup kita untuk menjadi saksi Kristus dengan berbagai alasan yang kita ungkapkan kepada diri kita atau kepada orang lain yang bertanya kepada kita. Pertama masalah uang, kedua itu masalah, “Sungguhkan aku yang dipanggil oleh Tuhan untuk pergi memberitakan Injil kepada orang tersebut?” Tapi masalah yang ketiga adalah berkaitan dengan, “Apakah waktunya sekarang, Tuhan?” Oke Tuhan mau panggil saya, aku setuju Tuhan mau panggil saya, Tuhan mau pakai saya untuk memberitakan Injil aku mau Tuhan Engkau pakai untuk memberitakan Injil. Tapi pertanyaan yang ketiga yang seringkali menjadi kendala untuk melayani Tuhan adalah, “Sekarang bukan, Tuhan? Nanti saja ya saya melayani Engkau, nanti saja ya saya baru menjadi alat-Mu untuk memberitakan Injil.”

Saya seringkali bertemu dengan orang-orang seperti ini. Ada orang yang saya temui ketika saya pergi ke satu tempat tertentu, saya sempat bicara-bicara Injil kepada diri dia, lalu dia berkata seperti ini, “Pak, saya itu bukannya tidak mau melayani. Saya mau melayani Tuhan. Tapi sekarang saya penuh dengan kesibukan, karena itu saya nggak bisa melayani Tuhan saat ini. Nanti ya Pak setelah saya pensiun dari pekerjaan saya baru saya mau melayani Tuhan.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya tunggu, tunggu, orang ini sampai benar-benar pensiun, lalu ketika dia pensiun, saya lihat dia juga nggak melayani Tuhan. Bukan sekarang ya.

“Tuhan, sekarang kah waktunya saya melayani Tuhan?” Soal sekarang atau tidak itu bukan soal saya ada waktu atau tidak punya waktu untuk melayani Tuhan. Saya lebih lihat itu kepada prioritas. Saya mengutamakan Tuhan atau tidak. Saya mendahulukan kepentingan Tuhan atau tidak dalam hidup saya. Kalau saya tahu bahwa panggilan Tuhan itu berharga, saya tahu bahwa panggilan Tuhan itu adalah sesuatu yang saya rindu untuk lakukan, tapi kalau kita tidak pernah menjadikan Tuhan prioritas dalam hidup kita, saya yakin sampai mati pun nggak akan melayani Tuhan. Kita akan selalu ada kesibukan-kesibukan yang lain yang lebih utama daripada Tuhan dalam hidup kita.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hal yang ketiga yang seringkali menjadi penghalang untuk kita melayani adalah karena kita merasa bukan sekarang waktunya, nanti ya Tuhan. Nantinya kapan, Bapak, Ibu, Saudara? Nanti kalau saya sudah pensiun? Belum tentu. Nanti pada waktu saya sudah sakit-sakitan? Nggak punya tenaga lagi untuk mau melayani Tuhan. Saya percaya waktu yang paling tepat, waktu yang paling berharga, yaitu pada waktu kita ada di dalam kondisi yang sehat, yang kuat, di mana kita masih memiliki kekuatan untuk pergi dan melayani Tuhan, melakukan apa yang menjadi perintah Tuhan, itulah waktunya kita melayani Tuhan. Nggak menunda, tidak menunggu.

Hal yang keempat adalah yang seringkali menjadi kendala bagi kita untuk melayani Tuhan adalah di mana Tuhan? Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya pikir itu juga yang menjadi satu dorongan kenapa Pdt. Stephen Tong itu menulis satu lagi, “Ke mana saja ku telah sedia..” Dan seringkali di dalam anak-anak STT, lagu itu diubah dari, “Pergi ke desa dan kota,” diganti menjadi, “ke kota dan ke kota.” Kotanya kota besar juga.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ke mana Tuhan pimpin? Kita seringkali menjadikan tempat di mana Tuhan utus itu menjadi satu kendala lagi, “Di situ ada fasilitas apa ya? Nanti nyaman nggak hidup saya di situ?” Saya bersyukur sekali juga diberikan satu kesempatan untuk melayani KKR ketika kita pergi ke tempat-tempat terpencil untuk memberitakan Injil, kita menemukan di situ adalah tempat-tempat yang kadang-kadang tempat tidur pun ala kadarnya, lalu untuk mandi pun itu nggak gampang. Ada kamar mandi, lampu nggak nyala, air nggak ada di situ. Jadi pada waktu kita mau mandi bagaimana, mau buang air bagaimana? Kita harus pergi dulu ke daerah tertentu, tempat tertentu, di mana ada mata air, kita bawa ember lalu bawa pulang ke tempat kita di situ untuk digunakan dengan irit-irit supaya orang lain pun bisa memiliki air selain daripada diri kita.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ke mana Tuhan utus itu seringkali menjadi kendala yang lain untuk kita mau pergi untuk melayani Tuhan, dan kita seringkali beralasan, “Tuhan, kayaknya bukan aku deh yang Tuhan utus pergi ke tempat itu. Ada orang lain yang Kau utus.” Padahal dasarnya apa? Kita sedang merohanikan suatu situasi tertentu seolah-olah Tuhan memanggil kita di sini, melayani di sini, apalagi kalau pelayanan kita itu sepertinya diberkati Tuhan untuk beralasan tidak pergi ke satu tempat tertentu. Padahal yang menjadi dasar adalah diri kita dan kedagingan kita yang membuat kita tidak tunduk kepada Tuhan.

Filipus orang yang berbeda, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan. Filipus adalah seorang yang ketika dipanggil untuk melayani, dia tunduk dan taat menjalaninya. Tetapi ketika dia dipanggil untuk meninggalkan pelayanannya yang besar, menuju ke satu tempat tertentu yang terpencil, kepada satu orang tertentu, dia pun tunduk dan mengikuti pimpinan Roh Kudus dalam hati dia untuk pergi dengan melayani di tempat itu. Makanya dia meninggalkan tempat itu, pergi ke mana? Jalan yang sepi. Ada yang mengatakan itu adalah daerah padang gurun di mana nggak ada orang yang melewati situ kecuali orang yang travelling dari mungkin Mesir menuju Yerusalem, atau ke daerah orang-orang Israel, atau dari Yerusalem pergi menuju kepada Etiopia. Etiopia itu adalah satu tempat yang bukan seperti tempat sekarang ini, tapi satu tempat yang ada di bawah mesir yang seluruh wilayah daripada Afrika yang bagian bawah itu adalah wilayah Etiopia. Itu menjadi perjalanan itu, tempat di mana si Etiopia ini sedang melalui itu dan dia datang ke situ.

Pada waktu ia datang di situ, ada satu kata lagi yang muncul yang menunjukkan begitu taatnya si Filipus ini, begitu relanya untuk mau dipakai oleh Tuhan melayani yaitu kalau Saudara baca di dalam ayat yang ke 29, “Lalu kata Roh kepada Filipus: “Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!” Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?”” Kata bahasa Indonesia yang digunakan ‘Filipus segera ke situ’ atau ‘menghampiri kereta itu.’ Tetapi kalau Bapak, Ibu, Saudara baca di dalam bahasa Inggrisnya, kata yang digunakan itu bukan ‘segera’ tetapi kata yang digunakan adalah ‘lari’. Filipus langsung lari menuju kepada kereta itu, kepada tempat di mana sida-sida itu atau ya kereta di mana sida-sida itu duduk dan berjalan di situ dan dia menyertai di sampingnya. Untuk apa? Untuk berbicara kepada sida-sida itu.

Jadi ada sikap segera, ada ketaatan yang tidak menunda dari Filipus ini ketika ada dorongan dari Roh Kudus untuk memimpin dia bertemu dengan sida-sida ini. Dan ternyata pada waktu dia ada di situ, ada suatu konfirmasi lagi dari Tuhan bahwa dialah yang menjadi orang yang di mana Filipus harus beritakan Injil. Yaitu pada waktu dia sedang melihat ada kereta yang lewat di depan dia, kereta pada waktu itu bukan kereta kuda, tetapi adalah orang yang duduk di atas sebuah kursi mungkin, ada mungkin ada atapnya begitu, lalu ada kayu yang panjang yang ada di kiri kanan dari kursi itu lalu ada mungkin beberapa orang atau puluhan orang yang kemudian memikul kereta itu berjalan dari Yerusalem menuju ke pada Etiopia. Dan ketika Filipus melihat kereta itu lewat, mungkin di dalam hatinya dia berpikir, betul tidak ini adalah orang yang harus saya temui? Betul tidak Tuhan sedang memimpin saya untuk berbicara kepada sida-sida dari Etiopia ini? Di dalam bagian ini, yang dikatakan adalah memang Roh Kudus berbicara kepada Filipus untuk berbicara kepada sida-sida itu.

Tapi yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana Roh Kudus memimpin Filipus untuk berbicara itu? Kita seringkali berpikir bahwa mungkin itu adalah suatu suara yang dikatakan kepada Filipus, “Filipus, lihat itu adalah sida-sida Etiopia. Kamu hampiri, kamu bicarakan firman kepada diri dia.” Tapi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada yang juga menafsirkan seperti ini dan saya juga setuju bahwa ketika Roh Kudus berbicara di sini, tidak harus dalam bentuk suara yang kita dengar dari telinga kita. Tetapi ini bisa dalam bentuk dorongan yang Roh Kudus berikan di dalam hati kita, menggerakkan kita untuk menghampiri seseorang dan untuk berbicara Injil kepada seseorang. Dan itu berarti bahwa pada waktu kita didorong untuk mengabarkan Injil, kalau Bapak, Ibu nggak suka pakai istilah ini untuk Filipus karena pada waktu itu belum ada Perjanjian Baru, firman Tuhan belum komplit, okelah, Roh Kudus berbicara kepada Filipus secara langsung untuk menghampiri Etiopia itu.

Tetapi pada zaman kita bagaimana? Pada zaman kita Alkitab dikatakan sudah komplit. Pada zaman kita, kita tidak perlu lagi membutuhkan firman tambahan di luar dari pada Kitab Suci. Pada zaman kita ini adalah zaman di mana Alkitab berkata, “Barangsiapa berani menambahkan satu iota pun pada perkataan ini, pada dia akan ditambahkan malapetaka dan bagi siapapun yang berani mengurangi satu iota pun nama dia akan dihapuskan dari pada Kitab Kehidupan,” Wahyu 22. Lalu bagaimana Tuhan memimpin? Saya percaya sekali Tuhan sudah berikan semua prinsip yang dibutuhkan di dalam Kitab Suci. Bapak, Ibu, jangan berpikir bahwa ada kemungkinan Tuhan masih memberikan Wahyu di luar dari pada Kitab Suci. Semua yang Tuhan ingin kita tahu, Tuhan sudah sampaikan kepada kita.

Salah satu ayat yang seringkali saya kutip adalah di dalam 2 Timotius 3:16, “Segala tulisan diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan, dan untuk mendidik orang di dalam kebenaran.” Jadi, ini menunjukkan bahwa semua yang dikatakan oleh Tuhan itu sudah komplit. Cukup. Cukup untuk kita bisa berjalan di dalam dunia ini, cukup untuk kita mengerti kehendak Tuhan, cukup untuk menjadi suatu penguji apakah yang kita lakukan, yang kita dengarkan itu sungguh-sungguh adalah bersumber dari Tuhan atau bukan. Justru Alkitab menyatakan dan dalam sejarah gereja menyatakan barangsiapa berani mengakui ada kitab lain sebagai tambahan bagi Kitab Suci kita yang 66 kitab itu, mereka adalah bidat gereja, mereka adalah sesat seperti Saksi Yehovah, seperti Mormon, seperti Children of God, seperti Christian Science. Itu semua adalah ajaran-ajaran yang memiliki kitab yang lain, memiliki nabi yang lain selain dari pada Kristus sebagai nabi terakhir yang Tuhan utus.

Jadi Kitab Suci kita sudah komplit. Karena itu pada waktu kita bertemu dengan seseorang misalnya, saya harus beritakan Injil atau nggak? Pertanyaan itu masih kita perlu tanyakan nggak? Harusnya nggak, kan. Tuhan sudah berkata, “Pergi dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku.” Apakah waktunya sekarang? Masih kita perlu tanyakan, nggak? Ya mungkin masih perlu, kayak gitu. Dari mana saya harus masuk? Itu adalah saya percaya, itu adalah hikmat yang Tuhan berikan dalam diri kita berdasarkan dorongan yang Tuhan berikan dalam diri kita untuk bisa approach seseorang, untuk bicara kepada seseorang akan Injil Tuhan, dan ini membuat di dalam kita mengikuti pimpinan Roh Kudus dalam hidup kita. Maka saya juga percaya berdasarkan prinsip yang sudah tertulis secara jelas di dalam Kitab Suci, kita perlu belajar yang namanya ketaatan berdasarkan trial and error.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita perlu belajar untuk mendengar suara dan dorongan Tuhan di dalam hati kita untuk melakukan sesuatu. Dan itu nggak bisa dikasih dalam bentuk rule-rule maksudnya dalam bentuk ya/tidak, salah/benar, begitu dan saya juga nggak bisa memberitahu Bapak, Ibu, Saudara. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara harus belajar menggumulkan itu di hadapan Tuhan, “Tuhan, Engkau betul tidak menghendaki saya memberitakan Injil saat ini kepada orang ini?” “Tuhan, betul tidak Engkau ingin saya mengerjakan hal ini dalam hidup saya sekarang ini?” Dan hal-hal lainnya tentunya ya. Jadi ada bagian ini Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan. Jangan mengharapkan ada bisikan Tuhan langsung ngomong di dalam telinga kita, “Dawis, itu orangnya, pergi ke sana, PI orang itu ya atau bersaksilah akan Injil Kristus,” atau, “Dawis, Saya mau memberikan sesuatu perkataan lagi kepada engkau yang kamu tidak akan temukan di dalam Kitab Suci tetapi ini adalah firman yang bersumber dari Aku.” Kalau Bapak, Ibu merasa seperti itu, Bapak, Ibu ada di dalam suatu situasi yang saya percaya salah menurut Kitab Suci. Itu bukan cara kerja Tuhan pada waktu sekarang ini ya. Kita nggak akan bahas itu lebih jauh. Bapak, Ibu, bisa lihat dan ikuti doktrin Alkitab di dalam Sekolah STRIY, di situ kita akan membahas berkenaan dengan pewahyuan ini.

Pada waktu Filipus mendengar orang yang merupakan sida-sida Etiopia ini berbicara, dia sadar satu hal kalau Tuhan mengutus dia ke situ. Ya mungkin ada Roh Kudus yang berbicara kepada dia. Dan pada waktu itu apa yang menggerakkan Filipus untuk menghampiri orang ini? Dikatakan bahwa sida-sida Etiopia itu berbicara membaca satu bagian Kitab Suci yaitu dari Kitab Yesaya secara keras atau secara apa itu, keluar suara atau bersuara. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, apakah ini menjadi satu tanda bahwa, “Oh kalau dulu adalah orang salah satunya yang membuat kita bisa datang pada seseorang itu adalah kalau dia berbicara dengan suara lantang tentang firman, tentang Injil, baru kita menghampiri orang itu. Kalau dia diam-diam kita nggak menghampiri.” Jawabnya juga bukan seperti itu. Tetapi memang orang-orang zaman itu ketika membaca seringkali dengan suara yang lantang. Itu menjadi satu kebiasaan orang-orang zaman itu untuk membaca satu buku atau teks tertentu. Pada waktu itu Filipus mendengar bahwa orang ini sedang membaca Kitab Yesaya lalu menghampiri dia dan ketika dia datang ke situ, Filipus menawarkan satu perkataan, “Apakah engkau mengerti apa yang engkau baca itu?” dan sida-sida Etiopia itu berkata di dalam ayat yang ke-30, “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ini mau ngomong apa ya? Satu, firman Tuhan, hal yang rohani berkenaan dengan Kristus itu tidak mungkin bisa dimengerti oleh manusia yang berdosa dari diri dia sendiri. Dan pengertian tentang kebenaran itu bukan karena dia adalah orang yang sekolahnya tinggi dan pandai baru dia bisa mengerti kebenaran itu. Dan pengertian kebenaran itu tidak harus karena dia adalah orang yang kaya baru dia bisa mengerti, orang miskin nggak mengerti atau sebaliknya, bukan. Tetapi pengertian kebenaran firman di dalam 1 Korintus 2 itu dikatakan hanya bisa datang dari Tuhan, bukan dari manusia. Makanya pada waktu sida-sida Etiopia ini membaca bagian Kitab Suci, dia sadar satu hal, dia nggak mungkin bisa mengerti kebenaran itu, tetapi ada satu karakter lagi dari orang yang sungguh-sungguh mengejar kebenaran dan ingin tahu kebenaran adalah kerendahan hati.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita mau lihat background dari sida-sida itu dan juga dari Filipus, kita bisa ngomong sida-sida itu siapa? Orang kaya, orang yang terkenal sekali, orang tangan kanan dari pada Ratu Sri Kandake dari Etiopia, orang pembesar, orang yang memiliki banyak bawahan prajurit yang mungkin bisa menjadi orang-orang yang menghalangi Filipus untuk datang dan menghampiri dia dan menyeleksi orang yang boleh mendekati diri dia. Tapi Filipus siapa? Nggak jelas. Alkitab nggak ngomong kekayaan dia, Alkitab tidak bicara tentang jabatan dia secara spesifik, kecuali kalau dia adalah seorang yang terpilih dari 7 orang yang melayani meja selain dari Stefanus. Dan bahkan namanya pun tidak dikenal oleh si sida-sida dari Etiopia ini. Tetapi dia datang ke situ, dia bertanya kepada sida-sida, “Kamu mengerti tidak?” lalu sida-sida itu ngomong apa? “Bagaimana aku bisa mengerti kalau nggak ada orang yang menjelaskan kepada aku?”

Ada kerendahan hati dari sida-sida ini untuk mau mengerti firman, mau belajar firman Tuhan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini adalah suatu prinsip yang Kitab Suci nyatakan. Dosa dari manusia, musuh yang Tuhan benci dari manusia, ini Pak Tong katakan juga di masterclass kemarin, itu adalah kesombongan manusia. Kesombongan yang merasa bahwa dia tidak butuh Tuhan, kesombongan yang merasa bahwa dia tidak perlu menerima kasih Kristus dalam hidup dia, kesombongan yang menyatakan kalau dia adalah orang yang benar tanpa Kristus dalam hidup dia, dia adalah orang yang bisa menyelamatkan diri dia dengan kebaikan yang dia lakukan sendiri, itu adalah orang yang sangat dibenci oleh Tuhan, dan itu yang menjadi musuh dari pada Injil di mana Injil menawarkan kasih karunia, keselamatan itu berdasarkan atau kebenaran berdasarkan kasih karunia yang diberikan Allah bagi kita yang dikerjakan oleh Allah yaitu Kristus bagi diri kita.

Sida-sida ini ketika bicara seperti itu, dia kemudian mendapatkan pimpinan dari Filipus. Ini memberi poin yang ketiga, yaitu Tuhan sudah menempatkan orang-orang di dalam gerejanya untuk menjadi pengajar atau guru terhadap firman Tuhan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita ingin mengerti kebenaran firman, caranya bagaimana? Oke otodidak nggak apa-apa, belajar baca buku-buku theologi itu baik sekali, belajar dari internet sekarang begitu banyak sekali, itu baik. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara jangan lupa kalau Tuhan juga telah memanggil orang-orang tertentu dengan panggilan khusus di dalam gereja untuk mendidik kita kebenaran firman Tuhan. Tanpa kita tunduk di bawah otoritas ini, kebenaran ini, kemungkinan besar kita akan hidup di dalam kesesatan.

Saya sedih sekali ada satu orang yang dulunya rajin sekali datang ke gereja, datang untuk mendengarkan firman, ikut katekisasi itu bisa berulang-ulang kali ikut katekisasi, tapi mendadak suatu hari dia mundur total dari gereja lalu ketika saya ajak bicara, “Pak Dawis tenang, saya masih aman. Saya masih reformed, saya punya pengertian masih di dalam jalur yang benar.” Tapi tiap kali saya ajak dia bicara, dia nggak pernah mau bicara, dia selalu ngomong, “Pak, saya nggak mau berdebat.” Saya bilang, “Saya bukan bilang berdebat lho. Kita bicara kebenaran firman.” Tapi dia bilang, “Saya nggak mau berdebat.” Berarti dia nggak mau bicara atau membuka atau membahas sesuatu dengan saya. Saya ingin tahu sebenarnya apa yang mendorong dia untuk tidak datang ke gereja lagi. Tapi dari informasi sebelumnya saya dapat kabar kalau ternyata dia balik ke dalam kepercayaan dia, praktek dia yang sebelum dia menjadi orang Kristen, misalnya menerawang, melihat sesuatu, mengobati orang dengan kemampuan dia.

Dia ada keluar satu kalimat ketika berbicara kepada saya, “Pak, bukankah Tuhan memberikan karunia-karunia kepada diri kita dan kita harus memaksimalkan karunia yang Tuhan berikan kepada diri kita, termasuk menerawang itu?” Lalu ketika saya mau ajak dia bicara, dia nggak mau lalu dia kemudian tutup kayak gini, “Pak, kita stop dulu ya. Saya mau belajar dulu.” “Belajar apa?” “Belajar tentang ya ilmu itu dan belajar tentang firman.” Ya ‘firman’ menurut dia punya kemauan sendiri. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, semoga saya salah, dan saya nggak ingin hal itu terjadi, saya doakan itu terus. Tetapi satu hal, ketika kita tidak mau mengikuti pimpinan Tuhan di dalam Kitab Suci, bahwa Tuhan telah memanggil orang-orang tertentu di dalam gereja-Nya untuk mengajar, yang memiliki otoritas untuk mendidik kerohanian kita, dan membimbing kerohanian kita, itu berarti ada masalah dengan kerohanian kita.

Efesus 4 jelas sekali bicara tentang hal ini, Efesus 4:11, “Dan Ialah,” Ialah itu adalah Kristus, “yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.” Artinya adalah satu sisi kita nggak mungkin bisa mengerti kebenaran rohani dari diri kita sendiri, tapi di sisi lain memang Alkitab ada berkata memang Roh Kudus diberikan kepada semua orang yang menjadi pilihan Tuhan dalam hidupnya, untuk bisa mengerti hal-hal rohani, tetapi di sisi lain yang kita tidak pernah boleh abaikan juga adalah Tuhan memberikan orang-orang berotoritas di dalam gereja untuk menjadi pengarah, penentu, pemimpin di dalam kebenaran firman.

Dan Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita nggak pernah boleh abaikan hal ini. Makanya saya sering kali bicara kepada Bapak, Ibu, harus datang ke gereja, nggak bisa cuma kebaktian secara online, nggak bisa menjadi orang Kristen yang terlepas dari komunitas orang Kristen. Karena orang-orang ini dipanggil oleh Tuhan, yang saya pastikan, bukan Bapak, Ibu, Saudara, tetapi orang-orang tertentu yang Tuhan panggil untuk menjadi pemimpin di dalam gereja dan mendidik rohani Bapak, Ibu, Saudara. Kalau kita nggak mau mengikuti ini, jadinya seperti apa? Saya yakin sekali kita akan punya suatu pemahaman sendiri yang tanpa sadar itu bertolak belakang dengan Kitab Suci.

Dan saya dalam hal ini, saya pikir, kita bukan bicara soal perdebatan, tapi ini adalah suatu otoritas yang harus, di mana jemaat Tuhan yang sungguh-sungguh mau taat kepada Tuhan tidak selalu mempertanyakan kebenaran. Ada orang yang ngomong kayak gini, “Kamu tahu nggak, ada logika berpikir tesis anti-tesis?” Ada satu kebenaran atau satu fakta tertentu atau satu statement tertentu yang dikontraskan terus, tesis anti-tesis seperti itu. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, berpikir seperti itu baik nggak? Baik tentunya, nggak apa-apa, itu menjadikan kita berpikir lebih kritis, tetapi kalau Bapak, Ibu selalu berpikir seperti itu, mungkin ada masalah, khususnya terhadap firman Tuhan. Ada hal-hal di mana kita harus setuju dengan tesisnya dan kita tidak lagi mempertanyakan kebenaran itu dalam hidup kita. Sida-sida Etiopia ini, dia tahu dia nggak mengerti, dia tahu dia membutuhkan bimbingan dari orang yang mengerti, dan Tuhan memakai Filipus untuk memberikan pengertian itu kepada diri dia. Nah akhirnya bagaimana? Dia mengerti kebenaran itu, dan Alkitab berkata dia memberi diri untuk dibaptis oleh si Filipus ini.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya percaya ini adalah satu hal yang indah sekali dalam pelayanan yang kita lakukan, melihat ada orang yang mau datang dan percaya kepada Kristus dan memberi diri mereka untuk dibaptis menjadi orang Kristen. Tetapi ada satu hal juga yang saya mau ingin tekankan yaitu adalah kita ketika mengikut Tuhan dan mencari kebenaran, khususnya berkaitan dengan kehidupan jiwa kita dan kekekalan kita, apakah harus ada orang yang bertanya kepada kita, “Kamu mau tahu nggak kebenaran Kristus? Kamu mau tahu nggak Injil lebih mendalam lagi? Kamu mau nggak jiwa mu itu diselamatkan?” Apakah harus ada orang terlebih dahulu yang datang ke kita, menghampiri kita, baru kita mau tergerak untuk mengikuti-Nya? Bersyukur sida-sida Etiopia ada Filipus yang mau datang kepada diri dia. Tetapi saya percaya dari apa yang dilakukan oleh sida-sida Etiopia ini yang ditunjukkan, yaitu dia membaca dari Kitab Yesaya, itu menunjukkan dia sebenarnya sangat rindu dan mengingini kebenaran, makanya dia selidiki, dia baca, dia belajar.

Saya harus ngomong ini, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, di dalam gereja Tuhan, nggak semua orang Kristen itu haus kebenaran. Dan bahkan kalau kita persentase, mungkin yang mayoritas adalah yang tidak haus kebenaran, hanya beberapa gelintir yang mau belajar firman lebih jauh lagi. Tapi saya mau bilang, seperti yang Tuhan Yesus katakan di dalam Yohanes 17:3, satu ayat yang penting, Bapak, Ibu boleh hafalkan ini ya, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” Hidup yang kekal itu dari mana? Hidup kekal itu diuji dari apa? Percaya Yesus Tuhan dan Juruselamat? Ada bagian itu, tapi saya yakin ini menjadi lebih esensi dan lebih mendahului dalam pengertian: kalau kita nggak mengenal Allah, nggak mengenal Kristus, bagaimana kita bisa menjadikan Dia Tuhan dan Juruselamat kita?

Jadi, ini juga yang menjadi satu dasar saya berani berkata seperti yang Yesus katakan di dalam Matius 7:21-23, “Nggak semua yang memanggil Aku Yesus, Yesus, Tuhan, Tuhan itu diselamatkan.” Karena mereka nggak mengenal siapa yang mereka panggil. Pertanyaan saya adalah Bapak, Ibu, kenal tidak siapa Tuhan yang Bapak, Ibu, Saudara, panggil Yesus Tuhan, Yesus Tuhan? Kenal nggak? Kalau nggak kenal, menurut Yesus dalam Yohanes 17:3, itu sama dengan kita belum diselamatkan. Tapi pertanyaan berikutnya adalah seberapa pentingkah Bapak, Ibu, melihat keselamatan kekal? Seberapa pentingkah Bapak, Ibu, merasa bahwa dipersatukan dan diperdamaikan dengan Allah di dalam Kristus itu adalah hal yang nggak mungkin bisa dibayar oleh apapun yang kita miliki dalam dunia ini? Kalau kita merasa dan meyakini dan percaya bahwa itu adalah hal yang paling penting, dan paling utama dalam hidup ini, seberapa besar kah kerinduanmu mau mencari dan mengejar kebenaran? Nggak harus ada orang yang memaksa, nggak harus ada orang yang mendorong, nggak harus ada orang yang meminta dan menanyakan. Yang seringkali saya temukan justru, kalau kita kejar-kejar terus orang, orang akan menjauh, tetapi ketika saya gumulkan lebih jauh lagi, perlu sungkan nggak? Perlu malu nggak? Perlu merasa bersalah nggak? Saya pikir nggak, karena yang saya ajak, itu adalah kebenaran, bukan untuk kepentingan saya, bukan untuk kepentingan gereja ini, tetapi untuk kepentingan dari orang yang saya ajak itu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita dipercayakan satu berita yang begitu mulia, begitu penting, begitu berharga bagi manusia yang berdosa, yang seringkali belum menyadari itu berita, atau Kristus itu adalah hal yang paling berharga. Tapi, dengan keberadaan kita, yang Tuhan panggil untuk menjadi saksi Kristus, saya percaya, kita dibawa untuk bisa menyadarkan orang, tentunya Roh Kudus yang bekerja dalam hati orang itu ya, tetapi membantu orang itu mengerti kebenaran berdasarkan apa yang kita mengerti, dan pertolongan Roh Kudus yang bekerja untuk mencelikkan mata orang itu. Dengan begitu, kita boleh menjadi saksi Kristus yang mengasihi jiwa, menjadi saksi Kristus yang Tuhan pakai untuk membawa orang-orang mengenal Kristus dan kebenaran, dan menjadi saksi Kristus yang tidak meninggikan diri, tetapi orang yang rendah hati untuk mengerti bahwa segala sesuatu itu adalah karena kasih karunia dari Tuhan dalam hidup kita.

Bapak, Ibu, Saudara, yang dikasihi Tuhan, Kristus mati untuk siapa? Semua manusia, betul. Tetapi Alkitab juga berkata, Kristus mati untuk? Untuk siapa? Atau saya balik sedikit, Kristus mengasihi siapa? Semua manusia. Tetapi Alkitab juga mengatakan Kristus mengasihi siapa? Pribadi-pribadi orang ya. Contohnya di mana? Pada waktu Yesus di atas kayu salib, Dia ngomong apa? “Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Tetapi setelah Dia bicara seperti itu, Dia kemudian bagaimana? Menoleh ke, misalnya ke mama-Nya lalu ngomong, “Ini anakmu, ini ibumu,” ada bagian itu, tetapi yang lebih penting juga yang menjadi satu hal yang membuat kita mengerti keselamatan itu adalah kasih karunia dan bukan berdasarkan perbuatan adalah Dia menoleh, nggak tahu ke kanan atau ke kiri, tetapi Dia ngomong ke salah satu penjahat yang ada di samping-Nya, “hari ini juga engkau akan ada bersama dengan Aku di Firdaus.”

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pelayanan yang besar itu penting, tetapi, pelayanan personal, individu-individu itu juga tidak kalah penting. Tuhan mengasihi semua, betul, tetapi pertanyaannya juga adalah Tuhan mengasihi pribadi-pribadi tertentu dari orang-orang Kristen. Tuhan menginginkan semua manusia diselamatkan, betul, tapi pertanyaannya adalah ketika Dia menginginkan semua manusia diselamatkan, ketika Dia menginginkan, menyatakan kasih-Nya kepada semua manusia, pertanyaannya, kita meresponi tidak secara personal kepada kasih Kristus? Atau kita selalu cuma mau berkata kasih Kristus untuk semua manusia, seolah-olah nggak ada suatu bagian dalam diri saya secara khusus di dalam relasi saya dengan Kristus. Nggak bisa. Semua orang yang mendapatkan kasih Kristus adalah orang-orang yang secara personal meresponi kasih Kristus itu dalam hidup dia, karena Tuhan mengasihi dia secara pribadi di dalam hidup dia.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sida-sida ini, meresponi itu secara pribadi. Filipus, meresponi itu secara pribadi. Dan saya percaya, orang-orang yang ada di Samaria itu meresponi secara pribadi walaupun mereka juga adalah orang-orang yang dimenangkan secara masal melalui pelayanan dari si Filipus itu di Samaria. Kiranya kebenaran ini boleh menjadi sesuatu yang memberi kita hati yang makin mau hidup di dalam kebenaran Tuhan. Tetapi juga satu hal, pada waktu kita menghidupi kebenaran itu, saya juga mau katakan, kita menghidupi itu karena pribadi orang tertentu atau karena Tuhan?

Terakhir ya setelah Filipus membaptis sida-sida Etiopia ini, Alkitab bilang apa? Dia tiba-tiba hilang dari hadapan sida-sida Etiopia itu, ayat 39, “Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi.” Ini bicara tentang, kayanya teleportasi ya, teleportasi itu ada sebelum ada Star Trek ya, di dalam Kitab Suci kayak gitu, dia pindah tempat. Tetapi ada kalimat berikutnya, “Ia meneruskan perjalanannya,” sida-sida itu, “Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya pernah bertemu dengan orang yang berkata, “Saya kecewa, saya mundur,” karena apa? Hamba Tuhan yang saya sangat segani dan hormati itu pergi atau meninggal, akhirnya dia mundur dari iman. Kalau itu yang menjadi pelayanan saya, saya sangat sedih sekali. Karena tujuan kita melayani itu adalah untuk membawa orang melihat kepada Kristus, melihat kepada Tuhan. Saya boleh ada dan tidak perlu ada, atau ada dan tidak ada itu tidak penting sama sekali.

Bapak, Ibu, juga harus melihat keberadaan kita di dalam dunia ini, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, ada atau tidak itu tidak terlalu menjadi soal, tetapi yang penting adalah orang-orang yang kita layani, itu harus melihat kepada Kristus dan mengutamakan Kristus dalam hidup mereka. Kalau dia mundur gara-gara kita mundur, itu berarti mungkin kita membawa orang kepada diri kita dan bukan membawa orang kepada Kristus. Kalau orang menjadi bersemangat karena kita ada, mungkin karena ada faktor diri kita, walaupun itu juga sering kali sulit akan ditampik akan kebenaran itu, tetapi perlu diuji, kita sendiri perlu menguji diri, kita ikut gereja tertentu, kita datang kebaktian, dan kita tidak datang kebaktian, sebabnya karena apa? Karena orang kah? Atau karena Tuhan kah? Kiranya Tuhan boleh berkati kita ya, mari kita berdoa.

Kami berdoa, bersyukur Bapa, untuk firman yang boleh Engkau bagikan bagi kami, kebenaran yang boleh Engkau bukakan bagi kami. Kiranya ketika kami berjalan mengikut Kristus, kami boleh sungguh-sungguh berjalan hanya karena Kristus dan kebenaran Kristus, bukan karena kami melihat orang-orang tertentu atau pribadi-pribadi tertentu yang penting dalam kehidupan kami, walau Tuhan bisa memakai mereka untuk membimbing rohani kami dan membawa kami makin dekat kepada Kristus. Kiranya kami boleh terus menguji hati kami dan melihat secara sungguh-sungguh siapa yang sebenarnya menjadi Tuhan dan tuan di dalam kehidupan kami ketika kami mengaku diri kami sebagai orang yang percaya dan orang Kristen dan anak-anak Tuhan. Berkati waktu berikut ini, berkati juga Perjamuan Kudus yang kami akan ikuti berikut ini. Dalam nama Tuhan Yesus, yaitu Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami telah berdoa. Amin.

 

Transkrip khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah (KS)

Comments