Raja yang Dicari, 15 Desember 2019

Mat. 2:1-12

Vik. Leonardo Chandra, M.Th.

Di dalam bagian ini, kita akan membahas bagaimana cuplikan pembahasan dari Matius yang meng-highlight kisah dari orang Majus yang dari Timur datang ya. Biasanya kadang-kadang orang di dalam gambaran drama atau lukisan itu akan memberikan gambaran tiga orang Majus yang datang karena mungkin mereka pikir itu ya, memberikan persembahan, ada emas, kemenyan, dan mur. Padahal sebenarnya kalau kita melihat, tidak tentu cuma tiga orang ya, kemungkinan besar malah lebih banyak dari itu. Jadi itu bukan satu orang bawa emas, satu orang bawa kemenyan, satu orang bawa mur, tapi kemungkinan besar bisa lebih dari itu, dan orang Majus ini adalah suatu rombongan, kumpulan yang besar. Dari beberapa commentary itu akan melihat ada kemungkinan ini, entah orang dari daerah Timur sana ya, dari Mesopotamia, atau mungkin juga orang Persia tapi yang pasti, mereka ini rombongan dari perjalanan jauh, dan kalau seperti kebiasaan zaman dulu, ketika mereka datang rombongan itu tidak jalan cuma misalnya dua, tiga orang seperti itu, tetapi rombongan yang besar. Jadi mereka itu rombongan yang banyak karena memang juga pada zaman dahulu, apalagi melewati perjalanan jauh, itu kalau jalan sendiri itu sangat-sangat riskan ya, sangat-sangat resiko. Dan kalau kita lihat dari backgroundnya sendiri, Orang Majus ini ketika ada juga dicatat ya, bisa menghadapi Herodes, maka kemungkinan besar, dia juga itu minimal itu dari kalangan bangsawan ya, atau mungkin keluarga kerajaan, atau mungkin juga karena istilahnya orang Majus, mungkin dia imam besar di daerah Persia situ ya. Jadi ini adalah orang-orang penting, orang di kalangan kerajaan sehingga dari situlah mereka itu bisa masuk menghadap Herodes, ya.

Di dalam bagian sini, sehingga ada juga bilang, kemungkinan mereka juga adalah dalam terjemahan yang lain itu pakai istilah bukan ‘Tiga Majus’, tetapi ‘Three Kings’, raja ya, ada raja-raja dari Timur. Ya, itu memang bisa penafsiran gitu ya, entah persisnya seperti apa, tapi kembali lagi, orang Majus adalah pembesar-pembesar dari Timur, kemungkinan besar Persia, yang datang untuk mencari Kristus. Datang dengan melihat bintang dan datang untuk mencari ‘Sang Raja’ itu. Di bagian sini menarik, kalau kita melihat, di dalam pengertian mereka, sebagaimana Leon Morris katakan bahwa mereka mengatakan bahwa “Di manakah Dia, Raja Orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?” Jadi mereka langsung sadar dari awal, yang akan lahir ini sudah Raja dari sejak lahir-Nya. Identitas ini adalah Raja dari lahir, bukan kelak akan menjadi Raja ya. Sebagaimana Leon Morris katakan, bagian ini menyatakan bahwa statusnya memang Kristus sudah dari permulaannya itu lahir sebagai Raja, dan ini semacam dipahami orang Majus itu dari permulaannya bahwa ini, Bayi ini, lahir itu memang sudah menjadi status Raja dan mereka makanya mau bela-belain datang dari jauh-jauh, hanya untuk datang, untuk menyembah Dia. Di sini kita melihat ada suatu pembahasan menarik ya, bahwa Orang Majus itu rela datang jauh-jauh itu hanya untuk menyembah Kristus, hanya untuk menyembah Yesus. Tapi memang menyembah ini sendiri di dalam Kitab Matius itu adalah tema yang sangat penting, dan kita bisa lihat sebenarnya dalam sepanjang Kitab Matius itu ada muncul sampai sepuluh kali tema penyembahan itu, bagaimana menyembah Yesus Kristus. Dan ini dimulai sebagaimana di pasal awal ini ditunjukkan dari orang Majus akan menyembah Yesus Kristus kita bisa lihat ada paralelnya itu nanti di Matius 28 dimana segala bangsa itu dijadikan murid Kristus dan datang untuk menyembah Kristus. Kembali lagi, tema menyembah ini yang penting sehingga tema bahwa memang dari segala bangsa datang untuk menyembah Kristus itu adalah sesuatu yang di-highlight di bagian ini.

Sehingga di sini kita mengerti, pertama bahwa ketika bicara kelahiran Kristus ini bukan cuma bicara kelahiran seorang nabi, ini bukan cuma kelahiran tokoh agama, tapi kelahiran Sang Raja, dan Sang Raja ini adalah Raja di atas segala raja, dan sudah digambarkan dari bagian awal ini bagaimana dari segala penjuru itu datang menyembah Dia. SebagaimanaR.T. France di dalam commentary-nyamengatakan di bagian ini sudah memberikan adanya suatu nuansa universal bahwa Raja ini bukan raja lokal tetapi adalah Raja dari segala bangsa. Bagian sini menarik, dikatakan Majus itu dari Timur, kalau dari Timur ya dia datangnya ke arah Barat. Jadi mendapat gambaran itu dari Timur dan dari Barat itu sama-sama menyembah Raja yang sama, ini adalah suatu tema yang penting ketika kita mengerti siapakah Kristus kita mengerti Dia adalah sebagai Sang Raja, Dia adalah Raja orang Yahudi dan kerajaan-Nya itu bukan cuma bicara raja lokal di lokasi tanah Israel semata, tapi kekuasaan wilayah-Nya itu meluas sampai nanti penggenapannya di dalam perjalanan karya-Nya akhirnya ditutup dengan “segala kuasa baik di surga maupun di bumi telah diberikan kepada-Ku,” itu bicara scope pelayanan-Nya, scope kerajaan-Nya itu ya semuanya. Dan itu dimulai di dalam bagian ini, meng-highlight bahwa dengan jelas Kristus itu adalah Raja, sehingga makanya kita ketika merayakan Natal biarlah pertama-tama kita ingat kita ini merayakan ulang tahunnya Raja, ini bukan suatu perayaan pesta yang untuk kita nikmati sebenarnya tapi fokusnya adalah kepada Kristus itu sendiri. Dan di bagian sini itu disadari orang Majus meski kita tidak tahu sampai sejauh mana detailnya tapi mereka cukup mengerti status Dia ini adalah Raja. Menarik ya kalau kita pikir di dalam bagian ini, kembali lagi secara background-nya orang Majus itu sendiri kemungkinan adalah kalangan bangsawan, kalangan pemerintahan raja, dari orang besar di Persia tapi mereka rela bela-belain itu datang hanya untuk mencari Kristus. Walau dari background-nya bisa dibilang kalau pembesar itu kan ada gengsinya sendiri, ada kesombongannya, “Wah saya ini kan raja, saya ini pembesar,” kok mau datang bela-belain berjalan jauh cuma untuk ketemu satu Raja, apalagi kalau mengerti cuma raja Yahudi gitu ya. Kalau kita mengerti di konteks zaman itu, istilah “Yahudi” itu sudah scope kecil sekali. Kita bisa mengerti ya di dalam konteks ini, Perjanjian Baru sudah beda konteksnya dengan Perjanjian Lama, apalagi kalau kita bandingkan Perjanjian Lama zaman Salomo. Zaman Salomo kita mungkin bisa mengerti itu masa paling jaya, masa keemasannya Israel. Mungkin kalau di zaman itu lahirnya Salomo atau lahirnya anaknya Salomo, lalu datanglah dari penjuru yang lain itu mungkin lumrah karena  memang saat itu lagi zaman keemasannya Israel, lagi zamannya memang Israel terkenal sebagai negara yang kuat secara politik, secara kekayaan, militer, dan semuanya. Tapi kalau kita melihat di zaman Perjanjian Baru ini, aduh Israel itu sudah kecil sekali. Bahkan apalagi kalau bicara Raja orang Yahudi itu malah “lebih memotong” lagi itu, sudah memfokus pada cuma Israel Selatan, Yahudi itu kan Yehuda maksudnya.Dan di zaman itu mereka sudah dijajah, mereka itu di bawah penindasan dari Romawi, sehingga kalau mau ditanya itu muncul raja di sini yah tidak ada kaitannya gitu ya, tidak ada kesan pamornya atau kuatnya gitu secara kasat mata, secara manusia.

Tapi kalau kita lihat di dalam bagian ini, kok bisa orang Majus ini rela datang?Saya percaya dalam banyak hal bahwa karena memang mereka mengerti Sang Raja ini bukan cuma sekedar Raja Yahudi lokal tapi Dia Raja segala raja, sehingga mereka mau datang memang khusus untuk menyembah Sang Raja ini. Nah berapa banyak dalam kehidupan kita ini kita juga bisa tangkap, ambil prinsip seperti ini dari orang Majus ini? Mereka ada background-nya sendiri, mereka ada kepentingannya, dan pasti kesulitannya dan konteks kehidupan mereka di tanah asal mereka, tetapi mereka rela tinggalkan itu demi apa? Demi datang menghadap Kristus, demi Sang Raja itu. Di bagian ini kita lihat ya bagaimana kebesaran dari Kristus itu ketika raja besar ini mau datang  mau menyembah Kristus itu. Nah ini berbicara status Dia memang Raja di atas segala raja. Kita memang umum kita ngomong Dia adalah Raja di atas segala raja, tapi contoh sederhana saja,  kita mau menaklukkan diri kita kepada perintah-Nya atau tidak? Kita mengerti Yesus sebagai Raja itu satu hal tapi kita sungguh me-raja-kan Dia dalam hidup kita itu adalah masalah yang lain. Kembali lagi ya, sama seperti mungkin zaman sekarang, kita mengerti presiden kita adalah Jokowi tapi kita sungguh menaklukkan diri kita di bawah kedaulatan pemerintahannya itu nanti adalah masalah lain. Statement dan status bahwa Raja itu adalah Kristus itu adalah kebenaran yang memang mutlak ya, dan itu memang sudah seperti demikian adanya, tapi bagaimana dengan kehidupan kita?Berpadanan pada pemerintahNya dan otoritasNya itu adalah bicara bagaimana kita sungguh me-raja-kan Dia dalam hidup kita. Sehingga di sini, seberapa banyak dalam kehidupan kita memaknai Natal itu seperti itu? Spiritnya Natal bukanlah kita masuk Natal lalu kita pesta merayakan itu, bukan. “Oh saya dapat hadiah,” lho ini kok kebalik ya? Ini harusnya kita melihat bukan fokus ke diri tapi justru fokus kepada Kristus. Sudah banyak di zaman sekarang itu ketika perayaan Natal itu diwarnai dengan perayaan-perayaan pesta. Saya bukan bilang lalu buang pohon natalnnya dan semacamnya, bukan di situ, tapi biarlah kita tidak gagal fokus dan melihat bahwa fokus di dalam perayaan Natal itu adalah fokus pada Kristus sendiri, dan bahwa di dalam kita memaknai Natal kita sadar bahwa yang lahir ini adalah Raja. Dan sudahkah kita sungguh me-raja-kan Dia di dalam hidup kita? Sungguhkah Dia, kalau seperti tadi kita instropeksi hidup kita sepanjang tahun ini, sungguhkah kita hidup ini semakin me-raja-kan Kristus dalam hidup ini?

Kembali lagi ya, status Kristus sebagai Raja itu ya pasti, itu sudah kebenaran yang tidak bisa diganggung gugat, tapi apakah kita menghidupinya, apakah kita sungguh me-raja-kan Dia dalam kehidupan kita itu adalah masalah lain. Dan di dalam bagian ini kita lihat ada satu contoh sederhana, satu tindakan yang meski memang tidak dicatat imannya orang Majus itu seperti apa tapi dari tindakannya menyatakan jelas bahwa mereka sungguh beriman pada Kristus sedemikian besar. Bayangin ya, perjalanan yang jauh dan apalagi memang pada zaman itu perjalanan yang jauh seperti itu resiko banyak, mereka bisa ketemu banyak perampok.Dan itu makanya kita juga ada kisah seperti itu ya, orang yang ingin perjalanan ke Yerikho itu lalu dia dirampok, lalu ada kisah tentang  perumpaan tentang orang Samaria yang baik hati. Memang sudah umum ketika orang melewati lintasan daerah padang gurun ya memang bisa banyak perampok, jadi banyak resikonya di sana. Jadi kita lihat ya, orang Majus ini ketika ngomong pergi cari bayi yang lahir ini  itu meninggalkan background-nya begitu besar, meninggalkan kenyamanannya begitu besar, dan meresikokan dirinya, dan bisa dirampok, bisa dibunuh, dan semua mereka kerjakan demi mau datang hanya untuk menyembah Yesus itu. Di dalam kehidupan kita berapa banyak kita melihat ada iman yang sedemikian,iman yang sampai kita sungguh hayati segitu dalam, kita rela sangkal diri kita, rela tinggalkan kenyamanan kita, kita rela tinggalkan kebiasaan kita, kita bahkan rela meninggalkan mungkin status sosial kita, kenyamanan kita kalau itu memang diperlukan untuk kita datang menyembah Kristus. Dan ini digambarkan dengan kehidupan dari orang Majus di sini. Saya akan bahas kehidupan orang Majus di berikutnya tapi kita minimal mendapatkan sedikit background seperti apa orang Majus itu.

Nah menarik kemudian  itu di ayat 1 sampai 2, lalu di ayat 3 sampai 4 itu memberikan suatu gambaran tentang Heordes dan mungkin kalau dilihat di sini ada dibilang “seluruh Yerusalem.” Menarik ketika dulu saya baca ini, orang Majus datang lalu Herodes sambut gitu ya, lalu mereka kaget di bagian sini atau dikatakan, “Terkejutlah ia dan seluruh Yerusalem,” itu dalam terjemahan yang lain. Tapi ketika saya menyelidiki lebih dalam siapakah Herodes, itu menarik sebenarnya kalau kita kaji lebih mendalam. Sedikit sayakasih sejarah singkat tentang Herodes ya, Herodes yang di zaman ini, karena kita tahu nanti ada lagi Herodes yang lainnya. Memang sudah kebiasaan orang zaman dulu itu misalnya papanya namanya Herodes nanti anaknya juga namanya Herodes. Tapi Herodes yang di zaman ketika, kalau kita bilang ini, Yesus masih bayi, yaitu dikenal dengan sebagai Herod The Great – Herodes yang agung. Nah di dalam banyak catatan sejarah itu menjelaskan Herodes ini adalah Herodes yang lahir dari Idumea, yang membuat dia itu kalau mau dibilang itu setengah Yahudi, setengah bukan Yahudi, gitu ya. Dia kayak cuma setengah Yahudi dan itu membuat memang dia itu kurang diterima oleh orang-orang Yahudi sezamannya karena lihat ini mah cuma setengah Yahudi, tidak darah murni, jadi mirip seperti orang Samaria, begitu. Dia background-nya juga dari orang Edom ya, dan juga dia setelah kematian dari ayahnya, Antipater, dia lalu menjadi Raja di Yudea, menurut penunjukkan dari Romawi, lalu dia itu menguasai di wilayah daerah Palestina. Dan di dalam banyak penggambaran, catatan sejarah itu menyatakan bahwa bagaimana kebesarannya di dalam apa yang dia kerjakan. Salah satu yang dia kerjakan, yang besar itu adalah dia membangun kembali Bait Suci yang begitu megah, bahkan konon katanya itu lebih besar dan lebih megah daripada apa yang dibangun oleh Salomo. Jadi dia bangun Bait Suci yang bahkan ada yang bilang itu dari emas ya,  Bait Sucinya itu begitu megah, begitu keren seperti itu, dan itu mungkin satu bentuk supaya dia bisa ambil hati dari rakyat Yahudi ya. Dia bangun temple, dia bangun Bait Suci di sana, dia juga mengerjakan banyak hal untuk penguasaan wilayahnya, dia juga menyediakan ada banyak pekerjaan bagi kelas-kelas buruh, dia juga membangun ada banyak bangunan-bangunan yang besar. Di dalam bagian ini dia terkenal sebagai pekerjaannya tuh cukup banyak, memang terkenal dia sebagai arsitek ya. Dia arsitek yang besar, yang membangun banyak tempat-tempat bangunan publik, yang dipakai untuk kepentingan bersama, yang khususnya area Palestina di sana. Dia juga bisa dealing dengan Roma, karena dia di bawah penunjukkan Roma dan memerintah orang Yahudi. Dan dia mengatur dengan baik. Itu bisa digambarkan itu sebagai 24 tahun awal di dalam pekerjaannya sebagai pemerintah itu, diakui kebesarannya, diakui kesuksesannya, dan juga dia melakukan ada banyak pengaturan pajak dan pengaturan apa yang berjalan baik dan dia terkenal. Makanya dia dijuluki sebagai Herodes Agung, Herod the Great.

Tapi kemudian di dalam catatan sejarah, mencatat bahwa di dalam 9 tahun terakhirnya, dia itu menjadi agak berubah, gitu ya. Kita nggak tahu di mana persis titik perubahannya, tapi dia berubah lambat laun itu menjadi lebih seperti tyrant, seperti seorang diktator, dan di bagian akhirnya makin banyak intrik-intrik politik yang terjadi dalam kehidupannya. Dia mengalami banyak persaingan antar sesama rekannya, mungkin juga dibawa dari pemerintah Romawi. Dan juga di dalam banyak peperangan dia hadapi atau pun juga clash di dalam keluarganya sendiri. Bahkan konon dia juga ada clash dengan Roma juga. Dan dia ketika makin tua itu ada yang mencatat, seperti Josephus itu mencatat bahwa dia makin tua itu makin paranoid, dia makin paranoid terhadap adanya mungkin semacam ancaman terhadap dirinya atau pun jabatannya. Jadi Herodes ini yang permulaannya itu, tentu secara aspek politik, itu “terlihat sangat baik”, tahun-tahun belakangnya itu jadi sangat paranoid, dia mulai jadi makin curiga. Kalau ketemu orang lain, “Wah jangan-jangan ini mau bunuh saya. Wah jangan-jangan ini mau racun saya. Jangan-jangan ini mau asasinasi saya,” dan seterusnya. Dan dia akhirnya melakukan banyak sekali pembunuhan pada rekan-rekannya sendiri, kepada orang-orang tangan kanannya, pada orang-orang kepercayaanya, bahkan pada anak-anaknya dan istrinya.Jadi Herodes ini di dalam tahun-tahun terakhirnya itu dia, saking paranoid-nya itu ya, itu dia mulai curiga, mulai dia lihat anak-anaknya, “Wah jangan-jangan ini mau takhta saya,” dan akhirnya dibunuh. Akhirnya anaknya satu-satu yang sukses, dibunuh. Jendralnya yang dia lihat lebih kuat secara peperangan, dia mulai paranoid, dia mulai curiga, “Wah ini jangan-jangan mau ambil alih takhta saya,” lalu dibunuh satu per satu. Dan akhirnya banyak konflik internal yang membuat itu catatan Herodes agung itu makin belakang itu kok jadi jelek sekali, seperti itu ya. Dan di dalam banyak, menarik ada satu catatan bahkan ada suatu sebutan dari Kaisar Agustus, yang menyatakan bahwa lebih baik itu menjadi menjadi babinya si Herodes daripada anaknya. Itu sebenarnya permainan kata dari bahasa Yunani karena mirip hurufnya. Ya itu lebih baik jadi babinya kenapa? Karena babinya itu nggak tentu dibunuh, nggak tentu dibelek,tapi anaknya itu satu-satu dibunuh.

Kembali lagi, Herodes ini dalam kehidupannya itu makin belakang itu makin paranoid sedemikian, anaknya sendiri satu-satu dia bunuh, banyak sekali. Dan kita bisa bayangkan, setelah dia bantai begitu banyak anak-anaknya dan keluarganya, setelah dia bantai begitu banyak orang-orang yang dia curiga akan mengambil alih takhtanya, datanglah berita ini dari sang Majus, yang mengatakan bahwa ada Raja yang lahir. Tidak heran itu akhirnya seluruh Yerusalem gempar, yaitu mereka bilang, “Hah ada raja lagi yang lahir?” Dan itulah kita melihat di dalam bagian ini, itu membuat Herodes itu terkejut, setelah begitu banyak yang dia bunuh, ternyata ada raja lain yang akan mengambil takhtanya. Di dalam bagian ini, kita menemukan di dalam background ini, kita bisa renungkan di bagian ini, Kristus itu lahir itu di zaman yang sangat tidak ideal. Kalau kita pikir, kenapa ya Dia nggak lahir langsung saja misalnya setelah dari Daud, ya langsung saja itu anaknya, gitu ya. Langsung saja di zaman itu, bukannya itu zaman keemasan? Tapi malah Kristus memilih, saya percaya dalam kedaulatan Allah, Dia memilih, Dia justru lahir di zaman ini, yang justru Anak Daud itu dikejar-kejar ingin dimatikan. Bayangkan, Herodes itu tega untuk anaknya sendiri dia bantai, apalagi ada orang lain yang mengaku bisa jadi raja. Dan itulah kita temukan makanya di dalam pencatatan, dan kita tentu tahu di dalam ayat 7-8, ketika dia tanya pada orang Majus, itu sebenarnya itu tanya penipuan, gitu ya. Dia itu mau tahu kapan dan di mana sang Raja lahir, untuk memang dia mau bunuh. Di sini dia mengincar sang Raja itu yang akan lahir, dan dia ingin membunuhnya. Bagian sini kita lihat, Herodes dan orang-orang Yerusalem itu hanya concern hanya peduli dengan posisi mereka sebagai raja sebagai penguasa sana. Dan di bagian ini sebenarnya mau memberikan suatu gambaran ironis yang menyatakan kegagalan dari sang penguasa politik maupun pemimpin agama yang ada di zaman itu, yang bahkan berdiam di Yerusalem. Di bagian ini ketika kita memaknai Natal ya, kita bisa melihat di dalam nuansa Natal yang berbeda dari biasanya bayangan kita. Kadang-kadang kita bayangkan Natal itu kan, karena mungkin sudah terlalu banyak lihat dari film-film Natal gitu ya, kisah tentang film Natal, lagu-lagu Natal tentang biasanya family, family, family, kumpul, dan semuanya. Memang tidak ada masalah untuk kita mau kumpul keluarga, tapi biarlah kita ingat makna Natal, kejadian Natal di permulaannya itu sendiri seperti apa. Dan itu sebenarnya kejadian yang sangat-sangat horor, kejadian yang sangat mengerikan, kejadian yang ketika Sang Raja itu datang, justru Dia ingin dibunuh dan dikejar sedemikian rupa, dan bahkan orang-orang yang seharusnya mengenali Sang Raja itu justru ingin membunuh. Ini digambarkan secara ironis di sini ya. Di sini kita lihat Herodes itu yang harusnya dia mengenali bahwa inilah raja yang dinubuatkan itu, bahkan para pemimpin agama yang sadar bahwa inilah Mesias yang dinantikan, justru mereka itu sepakat, kongkalikong untuk membunuh Dia. Itulah gambaran Natal adanya. Gambaran Natal itu bukan bayangannya itu, oh kadang kita bayangin gitu ya, kayak di film-film itu ada api terus kita hangat-hangatan gitu, damai gitu ya, bukan seperti itu. Memang kenyataannya di dalam kalau kita mau apa adanya bagian ini ya, itu bicara adanya peperangan, adanya pertikaian, dan terutama adalah orang-orang yang tidak senang pada Kristus itu justru ingin membunuhnya.

Kita lihat di dalam bagian ini ya, meski secara background kita bisa menangkap ada historinya, Herodes itu memang ada menghadapi mungkin pengkhianatan ada orang sekelilingnya, tapi kita lihat di dalam bagian ini kegagalan dia untuk mengenali Sang Raja yang sejati, padahal sudah di penghujung hidupnya. Kembali lagi dalam pencatatan ini adalah kemungkinan sebagaimana kalau kita bandingkan nanti catatan Matius juga di ayat-ayat berikutnya, nggak lama kemudian makanya Kristus harus mengungsi ke Mesir beberapa saat, lalu mungkin jeda beberapa tahun Herodes itu juga mati, jadi sudah di penghujung akhir hidupnya, tapi dia itu justru hanya concern dan peduli akan posisinya, akan jabatannya, akan kekuasaannya, dan akhirnya gagal untuk boleh mengenali Sang Raja yang lahir. Kita bisa bayangkan ya, kita zaman sekarang kalau merayakan Natal itu gimana sih? Oh iya kita rayakan seperti KKR Natal kemarin ya, Natal Bersama Pak Tong, misalnya kalau nggak ada Natal Bersama Pak Tong ya ada Natal yang umumnya di gereja, kita hanya melihat potret gambaran Kristus, kita nggak bisa bayangkan apa rasanya kita hidup sezaman dengan Kristus itu sendiri. Tapi kita lihat ya, Herodes itu justru di tengah anugerah yang begitu besar, kalau kita bisa lihat ya, Kristus ini lahir di zamannya lho, dia yang sebenarnya kalau mau dibilang secara kesempatan itu bisa dapat kesempatan untuk melihat langsung Sang Bayi itu, tapi justru dia memilih untuk membunuh. Di bagian ini kita melihat dalam kehidupan itu terkadang anugerah itu diberikan secara umum, tapi ketika orang itu memang tidak ada pertobatan dalam dirinya, dia itu tidak akan bisa mengenal Kristus dengan tepat juga. Kita bisa bayangkan di sini ya, kembali lagi ya, kita merayakan Natal itu kita mengingat yang lalu, kita sendiri enggak pernah bisa melihat Kristus secara langsung muka dengan muka. Tapi bayangkan, orang yang sezamannya itu yang bisa mengakses bertemu Kristus Sang Bayi itu lahir itu seperti Herodes dan orang-orang Yerusalem, malah mereka mau membunuh-Nya. Dan bagian ini menggambarkan suatu ironis dalam kejadian di sini ditulis, orang Majus dari jauh-jauh mau datang bela-bela untuk menyembah Kristus tapi malah Herodes yang di dalam, yang paling dekat, malah mau membunuh. Ini sebenarnya menggambarkan paradoks atau ironi di dalam Natal itu sendiri. Terkadang orang yang jauh itu lebih mengenal Kristus, tapi orang yang lebih dekat itu justru luput mengenal Kristus seumur hidupnya bahkan ingin membunuhnya. Ini digambarkan bagian sini.

Lalu kemudian di ayat 5 dan 6 itu memberikan ada penggenapan nubuatan dalam Perjanjian Lama ya. Di dalam nubuatan dalam Perjanjian Lama ini mengambil dari kitab Mikha, kitab Mikha 5:1 dan dikombinasikan dengan ayat 3 ya, saya bacakan saja untuk ayat satunya, “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” Dari bagian sini saja dari kitab Mikha ayat 5:1 saja sudah memberikan indikasi bahwa raja yang lahir ini bukan cuma raja manusia, tapi dikatakan Dia adalah yang akan memerintah Israel, yang permulaannya itu bukan waktu Dia lahir, tapi permulaannya adalah sejak purbakala, sejak dahulu kala. Ini mau ngomong, ya Dia itu Tuhan, Dia itu kekal, gitu ya, dengan bahasa yang ya kalau bahasa modern sih langsung ya, yang kekal gitu, karena dari dahulu kala. Dia sudah ada sebelumnya. Sehingga di bagian sini itu menjadi rujukan bahwa yang lahir ini adalah Divine King, Dia raja yang ilahi, yang akan lahir, dan ini sudah dinubuatkan dari kitab Mikha 5 ini. Sehingga kita ngerti bahwa ketika kedatangan Kristus ke dalam bumi itu bukan suatu accident, bukan suatu yang sifatnya insidentil, kebetulan, tetapi suatu yang sudah dinubuatkan sejak dahulu kala, dan sudah dinanti-nantikan ratusan bahkan mungkin ribuan tahun kalau kita gabungkan dengan nubuatan dari sejak kitab Musa. Jadi kita lihat, Raja ini sudah dinanti-nantikan bertahun-tahun, sudah diwariskan pada Israel melalui Kitab Suci, sudah dinubuatkan kelak akan datang, kelak akan datang. Waktu tiba datangnya malah mereka itu tidak gubris, dan bukan cuma enggak gubris, mau bunuh Dia. Bagian ini makanya enggak heran kalau kita lihat ya di bagian sini, mereka itu bukan enggak tahu lho Kristus itu datang. Menarik ya di bagian ini, yang tidak tahu di mana dan persis kapannya itu ya, itu justru orang Majus. Ya nggak heranlah mereka dari timur, mereka cuma lihat bintang, kira-kira targetin kira-kira di situ gitu ya, karena zaman itu belum ada google maps, kalau ada google maps langsung tahu titiknya di mana gitu ya. Tapi mereka cari kira-kira itu sampai sana, dan sampai daerah Yerusalem ya tidak heran mereka juga “secara naif” ya datang kepada Herodes dan tanya hal ini. Lalu kemudian para ahli Taurat itu sebenarnya tahu bahwa memang Kristus itu lahir, sehingga di bagian sini itu Herman Ridderbos mengatakan bahwa di sini kita mengerti kegagalan mereka untuk percaya akan Kristus itu bukan karena mereka ndak tahu, tapi mereka justru sudah tahu, tapi memang mereka tidak mau menyembah Dia. Justru Israel itu tahu akan kelahiran sang raja ini. Tapi menariknya justru adalah yang kafir itu yang datang menyembah Dia. Yang dari luar Israel itu justru yang datang menyembah Dia.

Nah ini bagian sini mau menggambarkan suatu kontras dalam kehidupan di dalam zaman itu dan kadang juga di dalam bayangan kehidupan kita. Terkadang orang-orang yang di dalam kalangan Kekristenan sendiri kadang luput untuk mengerti bagaimana Kristus itu sebagai Sang Raja itu sendiri. Bagaimana mengerti merayakan Natal itu adalah merayakan kelahiran Kristus, dan bukan untuk pesta, bukan untuk hadiah, tapi bagaimana kita mempersembahkan hidup kita yang terbaik untuk sang raja itu. Berapa banyak di dalam zaman sekarang itu orang gagal melihat bahwa signifikansi Kristus itu adalah sesuatu yang dinanti-nantikan sejak Perjanjian Lama tapi orang sudah membungkus dengan acara Natal itu dengan begitu banyak ornamen-ornamen yang lainnya dan gagal melihat apa arti kedatangan Kristus itu sendiri. Dan di bagian sini kita temukan bahwa sangat kontras digambarkan sebenarnya orang-orang Yerusalem itu tahu, tahu bahwa yang lahir itu ya ada di sana bahkan mereka yang kasih tahu kepada orang Majus itu. Kita bisa bayangin mungkin dalam kalau konteks kehidupan kita ya kira-kira mungkin contohnya, mungkin ya mirip seperti misalnya kita kemarin itu KKR Natal lalu mungkin ada di kita itu yang ajak orang,“Ayo datang ke dalam KKR Natal itu,” datang ke acara KKR Natal itu baru orang yang sudah yang kita undang, yang kita ajak untuk datang ke KKR Natal oh sungguh mengerti makna Natal sejati, eh orang yang ngajak itu sendiri ndak ngerti. Orang yang ngajak malah cuma sibuk dengan urusan-urusan aktifitas yang lain, tidak memikirkan apa arti kedatangan Kristus. Nah ini menggambarkan itu ironi dalam kehidupan dan di dalam bagian itu memang sebaiknya di dalam Natal itu kita refleksikan kehidupan kita, sungguhkah kita sungguh hidup berfokus kepada Kristus, adakah sungguh kita hidup me-raja-kan Kristus dalam kehidupan kita, dan melihat pada makna kehadiranNya itu yang sejati yang penting yang untuk kita rayakan. Sebagaimana kadang-kadang saya memberikan suatu contoh ya, seperti sama seperti kalau kita datang ulang tahun atau contohlah misalnya kita sedang merayakan ulang tahun kita. Lalu kita sudah adakan pesta lalu ada banyak orang yang datang ke acara ulang tahun kita itu lalu orang yang undangan itu datang, datang, mereka setelah datang itu bukan datang kasih salam ke kita, memberikan selamat ulang tahun tapi malah lihat makanannya, lihat oh ini acaranya gini, bertemu dengan yang lain-lain, tapi tidak bertemu yang ulang tahun. Kita akan rasa seperti apa ya? Kurang ajar ya, sudah diundang bukan datang selamatin saya yang ulang tahun, wuih carinya makanannya, lihat pestanya. Sama halnya berapa banyak orang Kristen juga melakukan demikian, merayakan Natal, katanya merayakan Natal, tapi belum sungguh-sungguh merayakan kelahiran Kristus lahir dalam hati pikiran kita justru berfokus pada ornamen-ornamennya, berfokus pada hadiahnya, bukan pada Sang Raja itu. Dan di dalam kehidupan kita adakah kita itu semakin merenungkan, belajar kalau kita mengerti Dia Raja ya itu ada bagian kita juga tunduk, taat pada perintahNya. Raja itu ada titah-Nya, ada perintahNya, yaitu ada tercatat dalam Kitab Suci, sudah jelas. Adakah kita belajar lebih lagi kita maknai Natal dan kita belajar lebih menaati perintahNya?

Sebagaimana di dalam Injil Yohanes itu jelas mengatakan bahwa murid yang sejati itu adalah yang apa? Yang taat akan perintah Tuhan. Di sini kita melihat jadi tanda orang Kristen yang sejati itu ada memang menyukai Kitab Suci itu sendiri, menyukai kebenaran firman, menyukai perintah Tuhan ya. Kalau kita melihat di dalam catatan Mazmur itu ada mencatat bahwa orang benar itu apa? Yang kesukaannya itu adalah firman Tuhan, Taurat Tuhan, dan merenungkannya siang dan malam. Merenungkan siang dan malam itu apa? Wah merenung kerjanya melamun gitu ya? Bukan seperti itu, ya, tentu bukan sampai seperti itu, tapi itu menggambarkan itu kehidupannya itu day and night ya, morning and evening, terang dan gelap itu dalam kehidupannya terus siklus harian itu dia terus renungkan firman Tuhan karena itu menjadi kesukaan dalam hidupnya. Dalam kehidupan kita adakan firman Tuhan itu menjadi kesukaan dalam hidup kita? Ataukah kita terus melihat itu sebagai suatu beban, suatu beban, suatu yang buruk, suatu yang ndak baik, susah ya. Kadang-kadang kan orang bilang susah ya menjadi orang Kristen,“Saya ndak suka itu, mau taat harus begini, harus begitu,” tapi sebenarnya orang yang Kristen sejati itu kalau memang sadar bahwa yang kita Kristen berarti kita tunduk pada Kristus,Sang Raja, maka ya secara konsekuen, ya kita menaati perintahNya, kita menaati apa yang Dia titahkan, apa yang Dia perintahkan dalam hidup kita. Dan dalam kehidupan kita, kita belajar bertumbuh untuk mencintai firman-Nya itu. Mencintai firman-Nya dan semakin menyukai firman-Nya dan makin lama sebenarnya kita semakin tahu sebenarnya perintahNya itu juga baik untuk kehidupan kita. Itulah sebabnya dikatakan “kecaplah dan lihatlah betapa manisnya,”betapa kita lihat itu firman itu begitu manis dan baik bagi kehidupan kita. Bapak,Ibu,Saudara sekalian, dalam kehidupan kita, kita sudah masuk di penghujung tahun, ada sudah begitu banyak firman Tuhan yang anda dengarkan sepanjang tahun ini, tapi adakah Saudara bertumbuh semakin menikmati firman itu atau tidak? Kita bisa coba cek, tanya di dalam kehidupan kita masing-masing pribadi lepas pribadi kita itu bertumbuh semakin mencintai firman ndak? Kita itu makin menyukai firman atau tidak? Bagian sini, makin menyukai firman, itu bukan bicara secara bayangan pengandaian secara teologis semata, cuma kognitif, tapi itu adalah kita makin mensyukuri dan melihat kelimpahan kebenaran firman itu sungguh memberikan faedah dalam kehidupan kita. Dan itu ternyata menjadi perintah yang bisa memang mulanya itu kelihatannya keras, kritis dalam kehidupan kita karena menyingkapkan dosa kita tapi kemudian juga menjadi suatu yang menjadi bagian yang manis dalam kehidupan kita. Kebenaran firman itu sebenarnya semakin kita dengar maka semakin kita renungkan, menjadi sebenarnya menguatkan hidup kita, semakin membuat kita ngerti seperti apa kita menjadi pengikut Kristus, seperti apa kita itu hidup me-raja-kan Kristus dan menaati perintahNya.

Dan itu sebagaimana yang harusnya di bagian sini itu disadari oleh orang-orang di Yerusalem. Mereka tahu jelas-jelas,“Oh ini ayatnya,” ketemunya pas lagi. Coba kita banyangkan zaman dulu itu mereka belum ada tablet kan, mereka emangnya bisa search gitu ya? Enggak langsung tahu lho Mikha pasal 5 gitu langsung tahu yang mana nubuatannya di sana, mereka itu tahu, tahu tapi tidak sungguh-sungguh mengimaninya.Nah ini ya itu makanya kecelakaan orang Farisi itu punya banyak pengetahuan kebenaran akan firman tapi tidak memiliki relasi yang sungguh tentang apa yang diimani itu sendiri, sehingga itu cuma menjadi pengetahuan yang kognitif dan bukan menjadi sesuatu yang dihidupi dalam kehidupan mereka. Mereka tahu, bahkan mereka kasih tahu orang Majus,“Oh disini lho Betlehem Efrata ini ayatnya,” tapi malah mereka yang luput dan mereka tidak datang menyembah Kristus.Biarlah ketika kita membaca bagian ini itu menjadi bagian kita merefleksikan kehidupan kita, adakah kita sudah sungguh mengenal Kristus dalam kehidupan kita?Kembali lagi ya, permasalahan itu bukan pada pengetahuan itu sendiri, tentu pengetahuan firman itu adalah baik adanya tapi ketika kita gagal mengerti bahwa pengenalan firman Tuhan itu bukan cuma di tataran kognitif tapi harus masuk kepenghayatan mendalam dan kita menghidupinya, dan itu yang gagal dilakukan orang-orang Yerusalem di sini.

Lalu kemudian dicatat di ayat selanjutnya itu dikatakan bagaimana orang Majus itu melihat bintang.Ya, ini yang bagian memang menarikya, orang Majus ini, kembali lagi memang background-nya itu “agak-agak.”Ini saya masuk ke poin berikutnya, bicara juga background orang Majus itu dapat masuk ke bayangan kisah yang mungkin ya kalau kita periksa di hari in terutama yang Reformed itu ndak begitu suka bahas, yaitu orang Majus itu background-nya itu kurang jelas.Lalu juga dia datangnya ketemu Kristus itu karena bintang, lalu nanti ayat 12 itu mereka dapat penglihatan lewat mimpi.Nah bagian ini kan kayaknya takhayul gitu ya, coba ya kalo misalnya hari ini gitu ya, kita ketemu satu sama lain orang Reformed,“Kenapa kamu datang ke GRII?”“Itu saya lihat bintang bersinar sampai di atas [hotel] horison, saya jadi datang kesini,” kan kita rasa, waduh ini kayaknya ada kerasukan setan atau apa, gitu ya? Terus,“Oh kenapa kok mulai ini,bagaimana beloknya?”“Oh saya dapat mimpi semalam itu, beloknya pulang mana gitu,” kita ini kembali lagi topik yang agakchaotic gitu ya, yang agak seperti kayak misalnya mitos, kultus seperti itu yang kalau kita, terutama kita Kristen yang Reformed itu kurang suka membahasnya, tapi demikianlah adanya dicatat didalam Alkitab bagian sini.Orang Majus itu dipimpin ada bintang dan juga terakhir mereka pulangnya itu diperingatkan dalam mimpi.Nah bagaimana kita menyikapi bagian ini ya?Di dalam bagian ini tentu ada kelompok-kelompok Kristen yang akhirnya meng-highlight,“Oh itu tuh apa-apa cari lihat bintang ya, nanti lihat lagi lihat zodiac, seperti itu tu orang Majus lihat bintang,” terus habis itu cari-cari mimpi ya, “Oh saya mimpi semalam ketemu apa, ketemu siapa gitu ya,” padahal belum tentu.Tapi bagiamana kita menyikapi ini karena kenyataannya lho ini ada didalam Alkitab.Di bagian ini saya percaya dalam banyak hal ini berbicara anugerah umum, dan di dalam batasan tertentu terkadang Tuhan bisa pakai tapi itu tidak mutlak.Nah ini ya saya ulangi lagi ya di dalam bintang maupun itu mimpi itu ada bagian dari anugerah umum dan itu tidak mutlak, terkadang Tuhan bisa pakai, tapi kenyataannya itu tidak mutlak.

Di dalam bagian ini kita melihat memang orang Majus itu mulai datang dengan petunjuk bintang, itu bagian dari anugerah umum, kenapa ya? Memang mereka enggak punya Kitab Suci, bahkan mereka sampai ke istana Herodes baru dengar itu, membaca ayatnya dari Mikha pasal 5, iya kan berarti ya itu kita bisa memprediksi mereka mungkin cuma dengar secara potongan-potongan, secara oral, mungkin secara lisan bagian dari firman Tuhan tapi mereka tidak punya Kitab Suci, jadi mereka cuma lewat petunjuk anugerah umum.Tapi anugerah umum itu sebenarnya hanyalah mempersiapkan orang untuk datang pada Kristus dan untuk menerima anugerah khusus itu sendiri. Anugerah umum itu tidak mutlak dan di dalam pengalaman ini memang bisa beda-beda ya.Kita temukan hanya orang Majus ini dicatat yang memang pakai bintang dan juga ada mimpi ya, juga memang Yusuf itu juga ada dapat mimpi, tapi kita lihat di dalam bagian-bagiannya tidak selalu seperti itu, sehingga kita lihat di dalam bagian ini, biacara anugerah umum itu Tuhan bisa pakai, tapi tidak mutlak.Tapi biarlah terutama kita ingat kita tidak terpaku pada sarana anugerah itu tapi kita datang pada Kristus karena Dialah anugerah itu sendiri.Kadang-kadang orang permasalahannya terjebak di dalam sarananya ini ya, atau sebagaimana kalau di dalam istilah dipakai itu sebenarnya sebagai sign, sebagai tanda yang menunjuk kepada Kristus ya.Tanda ya, tanda itu sign, ya sebagaimana memang sering katakan bahwa didalam kita menjelaskan ada didalam kehidupan kita ada alat-alat anugerah yang dipakai memang  sebagai tanda, tapi tanda itu bukan anugerah itu sendiri, tanda itu cuma menunjuk kita pada realita yang lebih besar dan ditunjuk kedepan.Sign and reality itu dibedakan, tanda dan realita dibedakan.Tanda itu bisa beda-beda, dan tanda itu tujuannya adalah hanya untuk menunjuk pada realita yang sejati.Sama seperti sederhana, kalau anda pergi ke suatu mall, lalu anda misalnya anda kebelet gitu ya, lalu anda tanya pada satpam, “Pak, ini dimana sih toiletnya?”Lalu anda dibilang,“Oh kamu jalan kesana itu, lurus kesitu, lalu belok kanan itu nanti ada tandanya toilet.”Lalu kamu sudah berjalan sampai sana, oh ini lurus terus lihat oh itu ada tandanya toilet, lalu kita terpukau lihat wah tandanya bagus, terus disitu doang gitu lihat tandanya terus?Ya enggakdong, tandanya itu cuma ya kamu masuk toilet, tanda itu cuma untuk mengarahkan ke sana.Tapi banyak kegagalan orang itu terpaku pada tandanya itu.Dan kembali, makanya di dalam bagian ini ketika misalnya bicara pakai mimpi ataupun didalam bintang dan mungkin di dalam kehidupan kita, atau pengalaman-pengalaman orang yang tertentu yang sebenarnya Tuhan pakai sebagai sarana anugerah yang umum hanya untuk menunjuk  kita pada anugerah khusus itu, pokoknya kita jangan terpaku pada pengalaman ataupun tanda-tanda yang sifatnya itu enggak mutlak, yang tujuan utamanya ya  masuk kedalam realita yang sejatinya.Tapi banyak kegagalan orang-orang Israel, bahkan juga orang-orang Kristen masa kini itu terpaku pada tandanya.Ketika lihat,“Oh ini ada orang dapat mimpi, oh iya saya juga mau cari mimpi, cari mimpi, cari mimpi,” buat apa sih? Itu keliru lho.Sama kalau akhirnya kita mengerti,“Oh saya tahulah ke toilet cari aja tandanya,” lalu kita ya memang terpaku terus liat terus tandanya. Ya tetap ke toilet dong,papan itu cuma menunjukkan kita realita sebenarnya. Dan sepertinya di dalam kehidupan kita juga ada mungkin pengalaman-pengalaman tersendiri yang kita alami dalam kehidupan kita yang mungkin unik, yang agak beda gitu ya, yang tidak biasa, tapi biarlah kita melihat kita jangan terpaku pada hal-hal yang sarana anugerah umum itu karena itu cuma alat Tuhan yang tidak mutlak, yang mutlak itu adalah apa yang dicatat di dalam Kitab Suci.

Dan disini kita lihat ya, Tuhan, menarik di dalam bagian ini, apalagi kalau kita lihat secara urutannya dari anugerah umum membawa mereka ketemu anugerah khusus, memang tujuannya disini. Dalam kehidupan kita ada di dalam faktanya di dalam basic, kadang-kadang di dalam bentuk penginjilan ya, dan saya juga lihat cukup banyak seperti Pak Tong pakai, itu kita start dari anugerah umum, bicara hal yang umum, lalu kita tarik, bawa kepada anugerah khusus. Disini mereka pakai start-nya dari bintang tapi kemudian ada dapat firman Tuhan dan kemudian mereka bertemu Yesus Kristus itu sendiri. Karena memang anugerah umum tidak menyelamatkan, anugerah umum itu sebenarnya cuma sarana-sarana anugerah, dan anugerah dari Tuhan juga tapi itu adalah alat untuk menunjuk kita kepada Kristus. Dan di dalam kehidupan kita,Bapak,Ibu,Saudara sekalian, kembali lagi ya, tiap kita mungkin ada pengalaman-pengalaman agama yang beda-beda gitu ya, pengalaman rohani yang beda-beda, dan kadang-kadang saya ketika sharing bertemu aneka macam orang baik dari kalangan Reformed ataupun non-Reformed, bisa ketemu ada pengalaman yang unik-unik sendiri. Kenapa bisa bertemu Kristus?Kenapa bisa percaya kepada Kristus? Tiap orang punya pengalaman yang beda. Tapi ingat satu hal ini, biarlah kita lihat itu cuma alat Tuhan, itu tidak mutlak. Itu tidak mutlak. Dan di bagian ini saya percaya ketika orang Majus juga dia akhirnya datang pada Kristus, mereka itu tidak terpaku kan lihat,“Oh di sini bintang, oh ini lho kita lihat dari jauh,” tapi masuk pada Kristus-nya, masuk pada Kristus-nya. Berapa banyak dalam kehidupan kita sebenarnya ada banyak sarana-sarana anugerah yang Tuhan sediakan tapi banyak orang gagal masuk lihat pada Kristus-nya. Berhenti di tandanya itu, berhenti kepada sarana anugerah umum itu, dan gagal melihat pada anugerah keselamatan yang disediakan oleh Kristus. Karena harusnya kita tidak gagal melihat bagian ini dan kita bisa lihat itu cuma alat Tuhan yang dipakai sementara di dalam kehidupan kita.

Orang Majus di bagian sini kemudian, ayat selanjutnya mencatat bagaimana mereka merespon dengan suatu sukacita,“Maka sangat bersukacitalah mereka.” Kalau kita lihat bagian sini, ketika sampai akhirnya ketemu Kristus, ketemunya tidak di istana cuma di rumah biasa, gitu ya. Bagian sini di catat rumah, karena itu makanya ada yang membandingkan kemungkinan sudah jelang waktu beberapa lama, mungkin sekitar satu tahunan dari sejak kelahiran-Nya. Dan ketika orang Majus ketemu dengan Tuhan Yesus, disitu mereka sangat sukacita dan memberikan persembahan,emas, kemenyan, dan mur ya. Emas, kemenyan, dan mur ini sendiri memang di dalam sejarah bapa-bapa gereja itu ada banyak yang menafsir ya. Ada yang menafsir emas itu mungkin menjadi lambang kerajaan, kemenyan menjadi gambaran keimaman, lalu mur itu melambangkan kematian-Nya. Karena memang sebagaimana di dalam catatan konteks Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, biasanya mur itu diurapi pada mayat ya, seperti itu, jadi ada melambangkan bahwa ini ada raja juga yang akan mengalami kematian-Nya itu sendiri. Tapi meski kita sulit clear gitu ya, atau juga ada yang menafsir itu bicara raja, imam, nabi, seperti itu ya. Itu kalau kayak Calvin bilang kita susah jelaskan bahwa apa memang pasti demikian yang dipahami oleh orang Majus, tapi yang pasti adalah kalau kita melihat dalam konteks Perjanjian Lama, pemberian ini memang sudah sepatutnya diberikan kepada raja ya. Jadi ini ada yang lebih banyak menemukan kalau mau menafsir, ya kembali lagi penafsir itu ada beda-beda level gitu ya, bisa penafsirnya melambung jauh gitu ya, tapi yang lebih dekat dengan konteks dekatnya yaitu yang pasti dikenali ini ada bicara Dia ada statusnya sebagai Raja. Dan ini ada persembahan diberikan itu mirip seperti Ratu Syeba ketika dia datang mengunjungi  Salomo, dia memberikan persembahan yang mirip sebagian ini. Memberikan ada emas, kemenyan, mur ini itu bicara memang sudah umumnya diberikan demikian dan memang fokus di-highlight di dalam Kitab Matius, apalagi kalau kita bicara dari pasal 1 bahwa status Yesus sebagai anak Daud, Dia adalah anak Yusuf, Dia anak Daud, Dia adalah keturunan dari Yehuda, dan Dia adalah Mesias,Sang Raja itu yang dijanjikan.

Dan dibagian sini kita lihat ada sukacita Natal yang asli, sukacita natal karena ada karena kelahiran Kristus. Dan dibagian sini menyatakan orang-orang Majus itu bersukacita dan mereka yang membawa  persembahan kepada Kristus. Kita lihat ya di dalam zaman sekarang itu banyak terbalik ya. Kamu itu kalau Natal itu kenapa senang?“Oh itu dapat hadiah.”Apalagi itu kadang-kadang saya juga heran ya, kadang-kadang orang itu kalau sudah bulan-bulan Natal itu nanti itu ya kayak kompetisi gitu ya, tanya,“Oh kamu Natal disana dapat hadiahnya apa? Oh bingkisannya ini. Oh lebih keren disitu lho saya dapatnya ini. Dapatnya motor, disana dapatnya apa?”Bandingin oh pokoknya Natal ini dapat bingkisan apa, oh acaranya,gagal melihat, justru terbalik, terbalik 180 derajat.Dibagian ini bukan kita yang dapat bingkisan, kita yang memberikan kepada Kristus. Natal adalah momen dimana kita belajar memberikan yang terbaik kepada Kristus. Dan itu yang dilakukan oleh orang orang Majus itu. Bayangkan mereka melakukan perjalanan jauh, mereka meresikokan hidupnya sedemikian rupa sampai ketemu Kristus, mereka sukacita dan saking sukacitanya mereka memberikan persembahan terbaik mereka, emas, kemenyan, dan mur. Dan ini bicara adalah suatu sukacita karena melihat Sang Kristus itu sendiri. Yang ironisnya di bagian sini ya, merekalah yang mengenali Kristus itu Sang Raja, dan orang-orang di luar Israel justru yang lebih mengenali Kristus dan mereka datang menyembah Kristus. Di bagian sini kita menemukanini memberikan suatu kontras dalam kehidupan Kristus, dimana pelayanan-Nya itu memang extend sampai keluar dari wilayah Yahudi ya. Dia adalah Raja Yahudi tapi pelayanan dan dampak kerajaan-Nya itu meluas sampai di luar wilayah Yahudi. Yang luar mau datang menyembah Dia, tapi sebalik nya, yang di dalam justru ingin menganiaya Dia dan ini dimulai dari momen Natal itu. Kita lihat ya, di dalam bagian ini, bukan cuma ngomongan (47:54?) ‘oh waktu Yesus disalib itu orang-orang yang di dalam internal membunuh Dia’ tapi dari sejak kelahiran Nya memang demikian adanya. Banyak orang-orang yang di dalam lingkaran, lingkungan gereja, orang yang katanya Kristen tapi belum sungguh-sungguh mengenal Kristus. Banyak orang-orang yang katanya ‘oh saya itu percaya Tuhan Yesus’, tapi sebenar nya tidak sungguh-sungguh kenal siapakah Kristus itu sendiri. Dan itu ada ironis nya digambarkan dalam Natal itu sendiri. Tapi sebalik nya, orang yang jauh, orang yang dianggap tidak mengenal Kristus, tapi justru datang, mau datang menyembah Kristus, dan mereka yang mengalami sukacita Natal itu sejati. Mereka yang sungguh mengalami apa artinya, mengerti apa arti nya Kristus lahir dalam dunia ini.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita mungkin sudah merayakan Natal berkali-kali dalam kehidupan kita, kita juga akan merayakan lagi Natal di dalam, mungkin seperti kita ada 24 Desember nanti, dan masih banyak hal-hal yang kita kerjakan, tapi adakah sungguh kita lebih menghayati dan lebih menggumulkan apa arti nya Natal bagi kita di tahun ini. Dan saya lihat kalau seperti di dalam spirit yang sama dalam orang Majus, itu arti nya kita renungkan apa yang bisa kita persembahkan bagi Kristus, bukan bicara apa yang saya dapatkan. Natal itu bukan bicara kado Natal saya dapat apa, tapi kita lihat Kristus sudah berikan pada kita, itulah pemberian terbesar, itulah anugerah terbesar. Nah kita belajar justru datang menyembah Dia. Apa yang kita belajar justru belajar persembahkan bagi Dia. Dalam kehidupan kita, tiap-tiap orang itu punya ada er…dalam kehidupan kita itu ada masing-masing er..apa yang berharga dalam kehidupan kita itu berbeda-beda ya. Konon katanya ada yang mengatakan kalau orang muda itu dilibatkan dalam pelayanan itu biasa nya akan bilang ‘oh iya, yang saya persembahkan apa? Tenaga saya, waktu saya’ kenapa? Ya malas kuliah gitu ya. Pokok nya kalau mau pelayanan, Humas, oh kerjain lah gitu ya, karena memang banyak waktu atau malas belajar atau apa gitu kan ya. Katanya kadang konon seperti itu. Tapi kemudian ketika bilang mau persembahkan uang? Waduh, itu yang berat, itu mahal, kenapa? Kere, gitu ya. Jadi biasa nya orang muda akan kasih waktu, dan dia punya tenaga, dan uang nya, ya, disimpan. Tapi sebaliknya, kalau orang tua kadang katanya berbaliknya, ya, yaitu mereka akan kasih, ‘nih, kamu mau pelayanan nih, saya, saya kasih dana, kasih modal, kasih modal, kasih modal, tapi untuk mau terlibat pelayanan, ga mau. Mau luangkan waktu? Ga mau ah, nanti lah, ndak mau urusan. Mau luangkan tenaga? Oh nggak bisa waktu saya sudah habis. Tapi berapa banyak kalau kita lihat itu justru dalam sebagian orang Majus itu memberikan persembahan itu adalah yang terbaik. Yang terbaik dalam kehidupan kita, itu adalah kita tau yang paling mahal itu. Bagi orang muda, terkadang memang justru kita berani memberikan persembahan ya uang kita, karena apa? Kita, itu yang mahal, itu yang sedikit kan, misal nya. Lalu kita berikan itu kenapa? Memang bukan masalah lihat jumlah nya, tapi adalah kita tau ini adalah yang terbaik, kita belajar berkorban, kita belajar berikan persembahan yang terbaik, karena yang kita berikan itu pada raja. Anda tidak berikan pada saya, kamu berikan pada hamba Tuhan, tapi diberikan bagi Tuhan sendiri. Dan sebenar nya juga, orang-orang yang tua belajar yang mahal itu apa, waktu kita, tenaga kita, dan di dalam banyak hal kita belajar persembahkan, kenapa? Kita tau itu yang terbaik yang bisa kita persembahkan. Dan memang secara tentu, utuh, sebenarnya kehidupan ini kita persembahkan totalitas kehidupan kita. Dalam kehidupan kita di hari ini, apakah menjadi hal yang paling berharga dalam kehidupan kita? Uang kah? Waktu kah? Tenaga kah? Atau ada hal-hal lain kah? Adakah kita mau bawa persembahkan itu kepada Kristus, karena kembali kita lihat itulah artinya kita memaknai Natal itu, menjadi suatu kesempatan untuk kita sekali lagi mendedikasikan hidup kita, sekali lagi kita persembahkan yang terbaik itu bagi Kristus. Dan itu yang sudah dikerjakan oleh orang Majus itu. Mereka yang datang dari jauh, mereka yang jauh justru yang paling dekat mengenal Kristus. Tapi sebaliknya, Herodes, orang-orang Yerusalem, yang paling dekat secara lokasi, justru yang hati nya paling jauh dari Kristus. Terkadang kehidupan demikian ya, yang paling jauh secara fisik, justru yang paling deket secara rohani. Tapi sebalik nya yang paling dekat secara fisik, justru yang paling jauh secara rohani. Dan ini digambarkan bagian sini, sehingga di bagian sini kita menemukan, di dalam perikop ini menggambarkan ada dua macam orang yang mencari Kristus, ya, ada semacam orang seperti orang Majus, yang datang dari jauh itu datang memang untuk mencari Kristus, datang untuk menyembah Kristus, datang untuk menundukkan diri nya di bawah kedaulatan dan ke-Tuhan-an Kristus, di bawah ke-raja-an Kristus. Tapi sebalik nya, ada semacam orang seperti Herodes, seperti orang-orang di Yerusalem, yang datang justru memang untuk mencari dan membunuh Kristus. Di dalam bagian ini cuma bicara itu ada dua macam orang meresponi Kristus, dan cepat atau lambat dalam kehidupan kita juga seperti demikian. Adakah kita mau datang menyembah Kristus dengan sungguh, karena kita sadar Dia adalah raja, tapi senang nya orang yang menolak Kristus, sadar nggak sadar dalam hati nya sebenar nya membenci Kristus. Dan itu yang diungkapkan dengan gamblang sekali dalam bagian ini, yang dinyatakan dalam kehidupan dari Herodes, dan juga orang-orang Yerusalem.

Biarlah setiap kita yang sudah mendengarkan firman Tuhan hari ini, kita boleh diingatkan apakah artinya Natal itu sendiri. Dan apakah artinya kita merayakan Natal itu, di tahun 2019 ini. Mari kita satu dalam doa.

Bapa kami di dalam surga, kami berdoa bersyukur untuk firman Tuhan yang disampaikan pada hari ini. Kami berdoa bersyukur untuk kisah kehidupan dari orang Majus, yang Kau nyatakan mereka mau rela membayar harga datang untuk mau menyembah mencari Kristus, dan mempersembahkan yang terbaik dari apa yang mereka miliki untuk Kristus, karena Dia lah raja di atas segala raja. Kami berdoa ya Tuhan biarlah iman demikian, dan spirit demikian juga sungguh kami hidupi, kami orang yang hidup di jaman ini, orang-orang yang sudah mendengarkan firman Tuhan pada pagi hari ini, kami berdoa bersyukur ya Tuhan untuk kebenaran firman Mu, dan kami berdoa biarlah setiap kami yang hidup di masa kini kami tidak lalu dalam kebenaran-Mu, dan kami berdoa di dalam kesempatan yang masih Engkau berikan, anugerah yang masih Kau nyatakan dalam kehidupan kami, kami tidak sia-siakan, tapi kami boleh hargai, dan kami boleh belajar hidup mendedikasikan hidup kami, seutuhnya bagi Kristus dan kemuliaan Kristus saja. Terima kasih Bapa semua ini hanya dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

[Transkrip Khotbah belum diperiksa oleh Pengkhotbah]

Comments