Paulus Ditangkap
Kis. 21:27-40
Pdt. Dawis Waiman
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita masuk ke dalam satu pembicaraan berkenaan dengan perjalanan Paulus menuju ke Yerusalem dan peristiwa yang terjadi di Yerusalem. Dia baru meninggalkan Kaisarea dan dari Kaisarea di mana dia tinggal di rumah Filipus, dia kemudian menuju ke Yerusalem. Apa yang menjadi tujuan Paulus menuju ke Yerusalem? Kalau Saudara baca di dalam pasal berikutnya, atau sebelumnya, maka Saudara akan menemukan bahwa pertama Paulus ada bernazar di hadapan Tuhan dan dia ingin pergi ke Yerusalem dan tiba di hari Pentakosta di Yerusalem untuk membayar nazarnya tersebut. Dan yang kedua adalah dia juga mendengar bahwa di Yerusalem ada satu kelaparan atau kekeringan yang terjadi, itu sebabnya dia kemudian menggerakkan orang-orang yang ada di dalam jemaat yang dia layani di Makedonia untuk mengumpulkan uang. Lalu uang itu kemudian dibawa ke Yerusalem untuk diberikan guna untuk mendukung orang-orang Kristen Yahudi yang ada di Yerusalem. Kalau kita mau tambahkan satu sebab lagi adalah karena di sepanjang perjalanan yang Paulus lakukan, menuju ke Yerusalem, dia mendapatkan satu nubuat dari Roh Kudus atau satu tujuan dari Roh Kudus, dia harus pergi ke Yerusalem lalu di situ dia akan ditangkap di Yerusalem. Dan dari sana dia akan dibawa untuk bertemu dengan pemimpin-pemimpin dari negara atau kerajaan dan bahkan pergi menuju ke Roma.
Jadi peristiwa di dalam pasal 21 yang tadi kita baca adalah peristiwa di mana Paulus ditangkap setelah dia tiba di Yerusalem. Dan setelah saat itu, dia tidak pernah lagi memiliki satu kebebasan atau kemerdekaan di dalam kehidupan dia sebagai orang yang merdeka tetapi dia selalu menjadi tahanan sampai akhir dari Kisah Para Rasul. Tapi ada satu hal yang luar biasa sekali yang dilakukan oleh Paulus, di mana pun dia berada, apa pun yang menjadi kondisi yang dia alami di dalam hidup dia, baik itu di luar penjara atau pun di dalam penjara, Paulus tetap menjadi orang yang begitu efektif dipakai oleh Tuhan untuk memenangkan banyak jiwa di dalam Kristus Yesus. Jadi, ternyata tempat tidak menjamin pelayanan seseorang itu ditahan atau menjadi sukses. Tetapi tempat itu bisa menjadi satu tempat di mana orang tetap melayani Tuhan dengan begitu luar biasa, dan begitu giat, dan menghasilkan buah yang banyak di dalam hidup dia.
Itu sebabnya pada waktu kita melihat pada pelayanan Paulus, pertama, dia memiliki satu determinasi yang begitu kuat sekali, harus pergi menuju ke Yerusalem walaupun orang-orang memperingatkan diri dia untuk tidak pergi ke sana karena dia akan ditangkap dan dipenjarakan. Dan mulai hari itu mereka mungkin kesulitan untuk bertemu dengan Paulus atau mereka mungkin berpikir bahwa Paulus mungkin bisa mengalami kematian. Dan memang akhir dari hidup Paulus adalah mati di tangan dari raja Romawi. Tetapi di situ dia tetap dengan begitu ngotot, begitu yakin dan tidak tergoncangkan sama sekali untuk pergi ke Yerusalem, ditangkap, lalu kemudian dibawa akhirnya menuju ke Roma. Kenapa? Karena Tuhan menghendaki dia untuk mengalami hal itu. Itu sebabnya dia rela untuk mengalami penangkapan tersebut dan akhirnya dibawa ke Roma walaupun tubuhnya dan kondisi dia itu harus berkorban demi mentaati firman Tuhan.
Tetapi hal yang kedua yang kita perhatikan juga dari sikap Paulus yang ada di dalam penjara, di luar penjara, sama-sama tetap menjadi satu berkat yang besar. Dan ketika dia menjadi berkat yang besar, dia menyadari satu hal yang lain, bahwa apa yang dia lakukan itu bukan sesuatu yang dikarenakan kemampuan dia, kepintaran dia, atau strategi yang begitu hebat melampaui rasul-rasul yang lain di dalam dia melayani Tuhan. Tapi dia mengerti satu hal bahwa apa yang dia kerjakan, buah yang dihasilkan di dalam pekerjaan yang dia kerjakan itu bersumber dari Tuhan. Saudara bisa melihat di dalam ayat yang ke-19. Di ayat yang ke-19 dikatakan pada waktu Paulus bertemu dengan Yakobus dan penatua yang hadir di situ, maka “Paulus memberi salam kepada mereka, lalu menceriterakan dengan terperinci apa yang dilakukan Allah di antara bangsa-bangsa lain oleh pelayanannya.” Jadi ada kata penting yang muncul di situ adalah “Paulus menceritakan dengan terperinci apa yang dilakukan Alalh di antara bangsa-bangsa lain”. Jadi penekanan yang Paulus lakukan itu adalah, atau di dalam pembicaraan dia, bukan menarik orang kepada dirinya, lalu membuat orang memuji dirinya dan melihat bahwa dia adalah orang yang begitu hebat sekali, pandai, dan pintar di dalam melayani sehingga banyak buah yang dihasilkan di dalam pelayanannya. Tetapi pada waktu dia bercerita kepada orang lain, atau orang bertanya tentang pelayanan dia, maka yang dia angkat adalah bagaimana Tuhan bekerja melalui diri dia untuk memberitakan Injil dan banyak sekali orang yang dimenangkan bagi Kristus.
Dan prinsip ini Saudara bisa temukan juga di dalam Kisah Rasul di pasal yang sebelumnya. Kalau Saudara baca di dalam Kis. 14:27, ketika Paulus selesai menjalankan perjalanan misinya yang pertama, di situ dia kemudian memanggil orang-orang Kristen yang ada di Antiokhia. Lalu setelah mereka berkumpul, dia kemudian menceritakan. Apa yang dia ceritakan? Ayat 27, “Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman.” Jadi siapa yang menjadi sumber kesuksesan di dalam pelayanan seseorang? Atau siapa yang menjadi penyebab pelayanan seseorang itu bisa diberkati dengan begitu luar biasa sekali dengan banyak jiwa yang datang? Paulus berkata “bukan saya tapi Tuhan”, “bukan saya tetapi Roh Kudus yang bekerja untuk memenangkan jiwa dari orang-orang ini”. Makanya kalau Saudara lihat di dalam Korintus, Paulus berkata “aku tidak berani atau aku tidak mau berbicara Injil dengan kemampuan retorika. Tetapi aku mau mengajarkan Injil atau memberitakan Injil dengan bergantung kepada Tuhan sepenuhnya.” Ada yang menafsirkan kenapa di dalam Korintus ada Apolos? Kenapa ada kelompok yang akhirnya sangat meninggikan Apolos? Karena Apolos adalah seseorang yang memiliki retorika yang sangat baik, berkemampuan khotbah yang begitu luar biasa. Tetapi Paulus tidak menekankan kepada hal itu. Kalau Saudara baca di dalam bagian lain, dia dikatakan tulisannya begitu kuat, sepertinya begitu punya api, tetapi pribadinya sendiri kalau bertemu dengan diri dia, orangnya berbeda. Orangnya lembut, orangnya sepertinya tidak punya satu pendirian. Itu adalah satu sindiran kepada diri Paulus.
Nah kalau Saudara perhatikan juga di dalam gereja Antiokhia, maka Saudara akan menemukan di sana ada banyak hamba Tuhan yang melayani. Boleh buka Kis. 13:1, “Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes, dan Saulus.” Saudara lihat di situ ada berapa orang? Barnabas, Simeon, Lukius, Menahem dan Saulus. Ada 5 orang. Dan yang pertama adalah Barnabas, yang terakhir itu adalah Saulus. Lalu di situ juga ada dikatakan bahwa mereka adalah nabi dan pengajar. Siapa yang dimaksud dengan nabi? Siapa yang dimaksud dengan pengajar di sana? Walaupun saya memiliki satu pemahaman bahwa kelima orang ini adalah orang-orang yang disebut sebagai nabi dan pengajar dan urutan yang ada di situ bukan berbicara mengenai urutan siapa yang lebih penting daripada yang lain, tetapi ada yang menafsirkan seperti ini, kalau kita bicara soal nabi dan pengajar, maka istilah nabi dan pengajar itu sepertinya menunjuk kepada urutan yang ada di dalam 5 nama itu. Pertama Barnabas, lalu kemudian Lukius, dan yang lain, akhirnya Saulus yang terakhir. Kenapa Saulus yang dikatakan terakhir? Karena dia bukan golongan nabi tetapi dia adalah golongan pengajar. Nah Saudara bisa melihat sendiri pada waktu Barnabas diutus ke Antiokhia, maka di situ dia merasa bahwa dia kurang di dalam kemampuan untuk melayani semua jemaat yang di Antiokhia, karena pertumbuhannya begitu pesat, akhirnya pergi mencari Saulus untuk membantu dia memberikan pengajaran kepada jemaat yang ada di Antiokhia. Jadi ada orang yang menafsirkan seperti ini.
Tapi kalau Saudara melihat sendiri di dalam pelayanan Paulus, lalu surat-surat yang Paulus katakan, dia juga ada unsur nubuat yang diberikan oleh Tuhan atau pemahaman tentang apa yang Tuhan akan kerjakan melalui diri Paulus. Sehingga dari situ saya melihat bahwa istilah nabi dan pengajar itu adalah 2 istilah yang masuk ke dalam kelima orang yang melayani di Antiokhia ini. Kalau begitu, mengapa diurutkan dari Barnabas sampai Saulus? Di sini Matthew Henry berkata bahwa urutan tersebut bukan berbicara siapa yang lebih hebat, siapa yang lebih memiliki karunia yang lebih daripada yang lain, seperti itu, tetapi yang dimaksud adalah mungkin Barnabas itu secara senioritas usia, dia lebih tua daripada yang lain. Maka dia ditempatkan di urutan pertama, walaupun dia adalah orang yang diutus oleh Yerusalem untuk menjadi penanggungjawab pelayanan di Antiokhia. Tetapi kelihatannya Matthew Henry, saya lebih setuju dengan penafsirannya ya, Barnabas adalah orang yang paling senior di antara semua pelayan yang lain, dan Saulus adalah orang yang paling junior di antara pelayan yang lainnya. Maka dia ditempatkan di posisi yang terakhir, tetapi Barnabas ditempatkan di posisi yang pertama.
Kita kembali ke dalam bagian ini ya, siapa Saulus atau Paulus? Dia adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengajar. Dan dia punya pemahaman akan firman Tuhan itu begitu luar biasa sekali. Dia adalah orang yang sangat menguasai Perjanjian Lama, dan dia adalah seorang murid yang terpilih dari Gamaliel, seorang guru besar yang sangat dihormati sekali di kalangan orang Yahudi yang ada di Yerusalem. Kalau mungkin kita pandang sekarang adalah misal di dalam universitas yang ada di Yogyakarta, ada satu jurusan yang begitu terkenal sekali, ada professor yang begitu menonjol sekali di sana, dan dia cuma punya 1 murid yang begitu menonjol sekali. Dan itu adalah Saulus. Jadi ini adalah orang yang begitu pintar, begitu menguasai Alkitab. Saudara boleh baca Roma, Saudara boleh baca Korintus, Saudara boleh baca Galatia, Saudara boleh baca surat-surat yang lain, Saudara akan melihat betapa orang ini sangat menguasai sekali Perjanjian Lama dan bagaimana dia mengkaitkan Perjanjian Lama itu dengan Mesias.
Tetapi Saudara, walaupun dia memiliki kepintaran yang begitu luar biasa sekali, pada waktu dia presentasikan mengenai hasil kerja yang dia lakukan, Paulus tidak berkata bahwa “Ini lho, laporan saya, hasil kerja saya!” Tetapi yang Paulus berikan adalah “Ini adalah pekerjaan yang Tuhan sertai dan Tuhan berkati.” Saya percaya ini adalah sikap hati yang penting, yang dinyatakan oleh Paulus dan kita perlu meneladani di dalam kehidupan kita. Kesuksesan di dalam pelayanan itu tidak pernah bersumber dari pribadi orang yang mengerjakannya. Karena kita bukan mengerjakan pekerjaan fisik, walaupun orang-orang di dalam zaman sekarang itu bisa menggunakan metode-metode dari sales, seperti itu ya, marketing, untuk menjangkau orang untuk datang ke dalam gereja. Dan hasilnya memang berhasil, ribuan orang bisa datang ke dalam gereja. Tetapi masalahnya di dalam Korintus ada kalimat, kita mengerjakan pekerjaan rohani. Kalau kita mengerjakan pekerjaan rohani, maka tidak mungkin orang dunia bisa mengerti pekerjaan rohani. Kecuali kalau orang dunia itu dikaruniakan Roh Kudus pada diri dia untuk mengerti hal-hal rohani, baru dia bisa mengerti hal-hal rohani di dalam kehidupan dia. Makanya kalau kita bisa membawa orang kepada Kristus, itu bukan karena kehebatan kita untuk berapologetika, itu bukan karena kehebatan kita meyakinkan seseorang untuk datang dan percaya kepada Kristus, tetapi karena Roh Kudus bekerja di dalam hati dia, melalui firman yang kita sampaikan. Dan firman itu pun adalah bersumber dari Tuhan untuk bekerja menyadarkan orang akan dosanya.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya beberapa kali memberikan suatu kesaksian, saya tipe orang yang kalau bicara dengan orang atau orang berbicara dengan saya, kalau dia tidak bisa meyakinkan akal saya, saya biasanya sulit untuk menerima. Dan kalau orang bicara di dalam satu perdebatan mengenai iman, dan pengalaman saya bukan karena saya pintar, tetapi karena apa yang dibahas, yang dipertanyakan orang tentang iman Kristen, itu tidak ada hal yang baru. Apa yang dikatakan oleh Pengkhotbah itu benar, bahwa di dalam dunia ini tidak ada sesuatu yang baru. Apa yang ada itu selalu berulang-ulang, termasuk pertanyaan yang diajukan oleh orang pun berulang-ulang. Dan biasanya pertanyaan orang yang diajukan berulang-ulang itu sudah dijawab oleh orang-orang dahulu, secara berulang-ulang juga. Sehingga pada waktu kita belajar teologi, salah satu dari kesukaan saya adalah bukan cuma belajar doktrin dan bukan cuma belajar mengenai materi yang diajarkan, tapi salah satu kesukaan saya adalah kalau ada seminar, misalnya dari Pusat, saya pasti tunggu sampai tanya jawab selesai. Saudara kalau tidak tunggu sampai tanya jawab selesai, Saudara langsung tinggalkan setelah seminar selesai, Saudara rugi besar sekali. Karena dalam tanya jawab itulah kita mengetahui apa yang dipikirkan orang, apa yang dipentingkan, lalu bagaimana si pembicara itu memberikan jawaban kepada orang yang bertanya tersebut. Dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, sekali lagi, itu bukan unik cuma waktu itu. Semua orang lain akan mengajukan pertanyaan yang hampir sama seperti yang diajukan di dalam seminar tersebut. Kalau Saudara nggak mengerti cara menjawabnya, ketika Saudara bertemu dengan orang lain, Saudara pasti akan mengalami kesulitan atau Saudara harus mencari lagi dan membaca sendiri bagaimana cara menjawab pertanyaan itu. Jadi saya suka memperhatikan hal itu, dan dari situ biasanya ketika orang berbicara saya bisa menjawab. Bukan karena saya pintar di dalam analisa ya, tetapi saya sudah membaca terlebih dahulu dan membaca jawaban orang terhadap pertanyaan-pertanyaan mereka. Dan umumnya suka jatuh ke dalam perdebatan. Nah Saudara, perdebatan memenangkan orang tidak? Orang itu biasanya nggak bisa jawab. Orang itu akhirnya harus mengakui bahwa pemikiran dia salah. Dan mereka harus mengakui bahwa selama ini apa yang dia pikir Kristen itu ada kekurangan atau ada kesalahan atau ada kontradiksi di dalam Kitab Suci ternyata salah. Tapi satu hal, setiap kali saya memenangkan perdebatan itu, saya pulang dengan satu penyesalan yang besar karena saya pulang, tidak bisa memenangkan orang dan orang itu pulang dengan kemarahan.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita punya kemampuan tidak pernah meyakinkan orang untuk percaya. Tetapi bukan berarti kita tidak perlu dengan kesungguhan di dalam meyakinkan orang untuk percaya kepada Kristus. Karena kita adalah orang yang mengimani apa yang kita imani sebagai satu kebenaran. Makanya kalau kita membagikan kepada orang lain saya yakin kita membagikan dengan satu hati yang menggebu dan keinginan untuk meyakinkan orang kalau apa yang kita percayai tentang Kristus itu adalah satu kebenaran. Tetapi walaupun begitu, Saudara harus dengan kerendahan hati mengakui bahwa itu bukan kemampuan saya, itu adalah pekerjaan Roh Kudus dari hati dari orang tersebut. Jadi dengan kata lain saya mau mengatakan, prinsip kedua, ketika seseorang itu mentaati Tuhan dan menjalankan panggilan Tuhan, dia harus dengan satu kerendahan hati untuk mengakui bahwa apapun yang dia kerjakan itu bukan sesuatu yang dihasilkan dari kemampuan dia, kepintaran dia, tapi karena berkat.
Kalau Bapak, Ibu mau menyombongkan kemampuan yang dimiliki lebih daripada orang lain, maafkan saya bilang, karunia yang kita terima, kemampuan, talenta yang kita miliki itu juga adalah pemberian Tuhan. Jadi ada tidak sesuatu yang kita bisa sombongkan? Kalau ini bicara tentang pelayanan. Tetapi Alkitab ternyata bukan hanya berbicara tentang pelayanan yang bersumber dari Tuhan di dalam kesuksesan. Tetapi Alkitab juga berbicara tentang segala sesuatu yang kita terima di dalam kehidupan kita atau kita hasilkan dalam hidup kita, itu juga adalah berkat dari Tuhan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, salah satu hal yang fatal di dalam kehidupan kita adalah kita seringkali mengatribusikan penghasilan yang kita terima, kesuksesan yang kita dapatkan di dalam pekerjaan kita, pangkat atau jabatan yang kita terima itu adalah karena saya pintar. Karena saya berusaha dengan rajin, maka saya mendapatkan semua itu. Kita tidak bisa melihat sesuatu yang melampaui dari kesuksesan dan kesombongan yang kita miliki dalam kita bekerja. Tapi Alkitab mengajarkan kita melihat melampaui itu.
Salah satu ayat yang sangat-sangat sering dikutip, yang kita sendiri sering kadang mungkin meragukan ayat itu walau kita suka mengutip ayat itu adalah Mat. 6:33, “carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, yang kita cari yang ditambahkan kan? Lalu yang kita cari, yang ditambahkan itu apa? Materi, kesenangan hidup, kebahagiaan hidup. Lalu pada waktu kita mencari yang ditambahkan itu kita pikir siapa yang memberikan yang ditambahkan itu? Bukan Tuhan tapi kita sendiri. Alkitab berkata ketika menggunakan kata “ditambahkan” saja, ditambahkan itu berarti bukan bersumber dari kemampuan kita.
Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Alkitab jelas sekali berbicara ya, bahwa orang yang mengikut Kristus, pertama, dia harus melihat apa yang menjadi kehendak Tuhan di dalam kehidupan dia. Dia harus melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan itu di dalam hidup dia, seperti yang Paulus tunjukkan. Tetapi yang kedua, ketika dia menjalankan kehendak Tuhan, berdasarkan panggilan yang Tuhan berikan dalam hidup dia, dia juga harus dengan kerendahan hati untuk mengakui kalau ketika Tuhan memanggil, Tuhan memelihara. Kalau Tuhan memerintahkan sesuatu, Tuhan memberikan kuasa untuk melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Kalau Tuhan mempercayakan satu tanggung jawab dalam kehidupan kita, Dia juga memberikan kepada kita kemampuan untuk menjalankan tanggung jawab yang Tuhan berikan. Itu adalah kebenaran yang Kitab Suci nyatakan. Jadi ada tidak sesuatu yang kita bisa tinggikan? Sombongkan? Nggak ada! Bahkan iman keselamatan kita sendiri pun itu adalah pemberian Tuhan.
Saya lupa siapa tokohnya, dia ngomong kaya gini. Saya ajukan pertanyaan saja, tapi tolong jawab pertanyaan ini. Yaitu kalau kita bicara keselamatan itu adalah kasih karunia dari Tuhan, saya yakin semua orang Kristen akan menjawab itu dengan baik sekali. Tapi dia kemudian balik dengan mengajukan pertanyaan seperti ini, adakah sesuatu di dalam dunia ini yang Saudara bisa kerjakan untuk membeli keselamatan? Ada tidak? Ketaatan? Harta kekayaan? Persembahan yang Saudara selalu berikan secara konsisten untuk mendukung pekerjaan Tuhan? Nggak ada! Semuanya tidak mungkin bisa membeli keselamatan yang Tuhan sediakan bagi kita. Atau istilah lainnya adalah walaupun Saudara menjual seluruh dari dunia ini, kalau Saudara memililki seluruh dunia ini, Saudara tetap nggak bisa membeli keselamatan karena itu adalah pemberian Tuhan dan tidak terbelikan.
Jadi ada nggak sesuatu yang kita bisa tinggikan dalam hidup kita? Jawabannya tidak ada. Baik itu kehidupan kita, kesehatan kita, apa yang kita makan dan minum, apa yang kita bisa berbagian di dalam pekerjaan Tuhan, membangun keluarga, semua hal yang lain, semuanya itu adalah bersumber dari Tuhan. Dan Paulus mengerti itu. Dan kalau Saudara mengerti ini, saya yakin sekali ya, kehidupan kita bisa menjadi satu kesaksian yang luar biasa sekali bagi Tuhan. Di dalam segala sesuatu yang Saudara ceritakan itu adalah bagaimana Tuhan berbuat baik dan memelihara hidupku, dan bukan bagaimana saya mencapai ini dan itu dalam kehidupan saya.
Jadi poin pertama adalah pada waktu Paulus bertemu dengan pemimpin gereja yang ada di Yerusalem, maka dia selalu mengangkat tentang Tuhan. Dan ketika dia mengangkat perkerjaan Tuhan yang dikerjakan di dalam kehidupan dia, maka respons yang diberikan oleh orang-orang yang hadir di dalam pertemuan itu adalah memuliakan Allah dan bukan memuliakan diri Paulus. Hal kedua adalah pada waktu Paulus melayani, kalau kita tanya, jabatannya apa ya? Rasul? Kalau Saudara perhatikan di dalam Kisah Rasul 13, Paulus itu ditempatkan di posisi yang terakhir dari semua urutan. Dan ketika Tuhan meminta atau Roh Kudus meminta untuk jemaat Antiokhia mengutus Barnabas dan Saulus untuk pergi melayani, maka orang pertama yang dicatat di situ juga adalah Barnabas terlebih dahulu baru Saulus. Tetapi setelah peristiwa itu, setelah mereka mulai melayani, maka Alkitab mulai membalik keadaan yang ada, nama pertama yang selalu dicatat itu bukan Barnabas tapi Paulus. Jadi awal mula Barnabas, Saulus, Barnabas, Saulus tetapi ketika sesudah diutus ke dalam misi, nama pertama selalu Paulus, nama kedua adalah Barnabas. Dan dia memang adalah pemimpin yang luar biasa. Dia adalah rasul yang dipakai oleh Tuhan dengan kuasa yang begitu besar sekali.
Tetapi Saudara, ketika dia tiba di Yerusalem, dia bertemu siapa? Alkitab berkata dia bertemu Yakobus dan penatua jemaat. Yakobus ini siapa? Yang pasti dia bukan salah satu dari 12 murid Yesus Kristus. Tetapi Yakobus di sini adalah Yakobus yang merupakan saudara tiri dari Yesus Kristus. Dan di dalam Surat Galatia, dia dikatakan 1 dari 3 sokoguru jemaat. Pertama adalah Yakobus, kedua adalah Petrus, yang ketiga adalah Yohanes. Ini adalah 3 sokoguru atau pemimpin penting yang ada dalam jemaat yang ada di Yerusalem. Dan ketika Paulus tiba di sana, kalau kita mau bicara ya mengenai urutan, antara seorang rasul dengan seorang sokoguru, seorang yang dipanggil secara khusus oleh Tuhan untuk menjadi saksi Kristus dengan orang yang diutus di gereja, Yakobus memang diperlihatkan oleh Yesu pada waktu Dia bangkit dari kematian, Saudara bisa baca itu dalam Korintus, tetapi pada waktu dia melihat Yesus bangkit dari kematian, Yesus tidak pernah memanggil secara khusus Yakobus itu menjadi salah satu dari 12 rasul. Walaupun dia bisa dikatakan sebagai rasul karena dia adalah saksi Kristus, mulai dari pelayanan Yesus di dalam dunia ini, bahkan memulai dari masa kecil dari Yesus Kristus, dia hidup bersama-sama dengan Yesus sampai akhirnya Yesus mati dan bangkit dari kematian, tapi dia bukan orang yang dipanggil secara khusus dalam rangkaian 12 rasul itu.
Saudara, pada waktu Paulus bertemu dengan orang dan orang ini berbicara kepada Paulus, yang dilakukan oleh Paulus adalah taat. Ini menarik sekali ya. Dan ketaatan yang Paulus lakukan kepada perkataan Yakobus itu adalah ketaatan yang tunduk kepada perintah yang Yakobus berikan kepada Paulus. Dan apa yang menjadi perintahnya? Pada waktu Paulus sudah berbicara kepada Yakobus berkenaan dengan pekerjaan Tuhan yang dikerjakan, maka Yakobus berkata seperti ini (Kis 21:20-22), “Saudara, lihatlah, beribu-ribu orang Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua rajin memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka mendengar tentang engkau, bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat kita. Jadi bagaimana sekarang? Tentu mereka akan mendengar, bahwa engkau telah datang ke mari.” Lalu, ayat 23, itu perintahnya. “Sebab itu, lakukanlah apa yang kami katakan ini: Di antara kami ada empat orang yang bernazar.” Bawa mereka, lakukan pentahiran- ayat 24 -bayar biaya mereka dalam mentahirkan diri dia. Yaitu membawa korban persembahan kepada Tuhan dan menjalankan persembahan itu di dalam bait Allah. Dan pada waktu Paulus mendapatkan perintah itu, dia tunduk dan mendengar, melakukan apa yang Yakobus minta. Sekali lagi, Yakobus itu siapa? Seorang yang sebenarnya standar saja atau derajat dia kalau dibandingkan dengan para rasul itu di bawah rasul.
Di jemaat Yerusalem, kalau kita telusuri dari Kisah Para Rasul, maka kita mendapatkan kalau awal mula gereja terbentuk, rasul itu menjadi pemimpin dari gereja. Saudara bisa baca, misalnya di dalam Kisah Rasul 5 dan sebelumnya. Pada waktu orang-orang itu memberikan persembahan kepada Tuhan, mereka akan membawa persembahan itu diletakkan di bawah kaki rasul dan Petrus menjadi pemimpin. Tetapi di dalam perkembangan dari gereja, dari rasul, kemudian rasul itu menunjuk para diaken untuk membantu di dalam pelayanan, dan setelah itu para rasul memerintah gereja bersama dengan penatua. Tetapi setelah beberapa puluh tahun kemudian, yaitu pada zaman Rasul Paulus, para rasul semuanya tidak ada yang memegang jabatan pemimpin di dalam gereja. Sebabnya kenapa? Kemungkinan mereka pergi dan mulai menyebar keluar dari Yerusalem untuk mengabarkan Injil ke bangsa-bangsa yang lain. Sehingga, siapa yang memegang kepemimpinan di Yerusalem? Yaitu Yakobus dengan para penatua. Dan Paulus datang ke mereka. Seorang yang dipanggil Tuhan sendiri, seorang yang begitu menguasai pemahaman firman, dan seorang yang begitu diberkati oleh Tuhan di dalam pelayanan yang dikerjakan. Dan bahkan di tengah-tengah pelayanan, seringkali dia dibenturkan dengan Yakobus karena ada orang-orang dari Yerusalem yang datang ke tengah-tengah pelayanan yang Paulus kerjakan, lalu mengatasnamakan diri mereka adalah kelompok Yakobus, orang yang diutus oleh Yakobus untuk mengacaukan pelayanan Paulus. Tapi, ketika Paulus pergi ke Yerusalem, ia mendengar apa yang menjadi nasehat dan permintaan dari Yakobus dan para penatua di Yerusalem tanpa membantah sama sekali.
Saudara, saya kira ini adalah hal yang luar biasa sekali. Ketika seseorang dipanggil untuk melayani, atau seseorang itu percaya dan hidup sebagai orang Kristen, Paulus pernah berkata 1 hal, kita bukan tipe orang yang suka memberontak. Salah satu ciri daripada kekristenan adalah hidup di bawah 1 ordo yang Tuhan berikan. Dan ordo ini kepada siapa? Pemimpin yang Tuhan tetapkan dalam kehidupan kita. Apakah itu orang tua kita, ataukah boss yang Tuhan berikan dalam pekerjaan kita, ataukah hamba Tuhan yang ada di dalam gereja. Itu adalah pemimpin-pemimpin yang Tuhan tetapkan di dalam kehidupan kita. Kalau di dalam negara, presiden yang menjadi pemimpin kita yang Tuhan tetapkan dan kita juga perlu tunduk di bawah peraturan dari pemerintah. Jadi, ada aturan seperti ini. Pemimpinnya harus bagaimana? Sempurna tidak? Saya percaya, kuncinya bukan di dalam kesempurnaan pemimpin itu untuk kita belajar tunduk dan taat.
Kemarin di Masterclass, saya dengar kalau Pak Tong berbicara tentang cerita Rut dan Naomi. Menanggapi ada renungan yang dibahas itu. Lalu, biasanya kalau kita membahas tentang cerita Rut, namanya saja sudah Rut kan. Tokoh utamanya itu siapa? Rut. Biasanya begitu ya. Rut orang yang luar biasa. Seorang Moab, bangsa asing, yang demi imannya kepada Allah orang Israel, dia rela untuk melepaskan kebangsaan dia. Dia pergi ke daerah Yudea, tinggal bersama dengan Naomi mertuanya, merawat Naomi, padahal sudah tua dan tidak bisa memberi kehidupan bagi Rut, tidak bisa memberikan anak untuk menjadi suami dari Rut lagi, tidak punya hak warisan sama sekali untuk diwariskan kepada Rut, tetapi dia tetap datang bersama Naomi. Lalu berkata, “Tuhanmu, Tuhanku. Di mana engkau dikuburkan, aku dikuburkan di sana.” Luar biasa sekali! Tetapi, maaf. Rut itu tokoh kedua. Tokoh utamanya adalah Naomi. Naomi adalah tokoh yang melalui dirinya, Tuhan memanggil Rut datang ke tanah Yudea. Lalu melalui Rut, akhirnya dilahirkanlah Raja Daud. Tapi sebelumnya, yang utama itu adalah Naomi. Bagaimana Naomi bergumul dengan Tuhan, bagaimana Naomi menjadi pemimpin di dalam keluarga setelah suami dan kedua anak laki-lakinya itu mati.
Dan kalau kita tanya lebih lanjut, Naomi orang yang sempurna bukan? Ia adalah orang yang beriman, walaupun di dalam pergumulan imannya, ia mempertanyakan kebaikan Tuhan dalam hidup dia. “Tangan Tuhan teracung kepada diriku! Aku bukan orang yang manis, tetapi aku adalah orang yang pahit hidupnya.” Tetapi, dia tetap percaya Tuhan. Dan apa pun yang dia katakan itu adalah merujuk kepada Tuhan secara langsung. Ada commentary yang menafsirkan bahkan seperti ini, kemungkinan kenapa Elimelekh itu pergi ke tanah Moab dan kenapa Naomi itu merasa bahwa tangan Tuhan sedang teracung kepada diri dia karena kemungkinan besar keputusan Elimelekh itu dipengaruhi oleh Naomi untuk pergi ke tanah Moab, sehingga Tuhan menghukum Naomi dengan jalan membuat suaminya mati dan kedua anak laki-lakinya mati. Padahal, sebenarnya Tuhan sedang menghukum Israel dengan kekeringan yang ada dan mereka harusnya tunduk dan taat kepada Tuhan di tanah Tuhan, bukan pergi ke tanah Moab yang terlarang bagi orang Israel, apalagi menikahkan dua anak laki-lakinya dengan dua menantu yang adalah orang Moab yang seharusnya tidak boleh masuk ke dalam umat Allah. Jadi, Naomi orang yang sempurna bukan? Saya percaya, bukan. Tapi, dia pemimpin di dalam keluarga bukan? Dia pemimpin di dalam keluarga.
Bagaimana sikap Rut menghadapi mertua yang seperti ini? Pada waktu dia pulang ke tanah Yudea, pada waktu di dalam perjalanan, egonya kuat sekali. “Aku orang yang sendiri.” Mungkin depresi, kayak gitu ya. “Kalian pulang saja ke orang tua kalian.” Dia nggak memikirkan sama sekali kerohanian dari kedua menantunya. Kalau kedua menantunya ikut ke tanah orang Yahudi, maka mereka mungkin hidup sebagai orang yang percaya dan beribadah kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, tapi dia menyuruh kedua menantunya ini pulang kepada orang tuanya, kepada bangsanya, dan kepada dewa mereka. Tapi, menantu tertua, Orpa, pulang, Rut tidak mau. Dia mengikuti Naomi pulang ke tanah orang Yahudi. Dan Saudara, pada waktu Naomi berbicara kepada Rut, bagaimana responnya? Rut tidak banyak bicara. Apa pun yang dikatakan mama mertuanya, dia lakukan. Dan ketika mama mertuanya itu meminta dia untuk meminta supaya si Boas melamar diri dia dan menikahi diri dia dengan cara yang mungkin akan merusak dia punya martabat seperti itu, dia pun lakukan. Dan akhirnya bagaimana? Dia diberkati. Saya nggak ngomong kita boleh menaati orang yang menganjurkan kita melakukan hal yang tidak bermoral atau hal yang berdosa, tetapi yang mau saya katakan adalah kita perlu belajar dari Paulus. Sebagai orang yang rendah hati, ketika dia melihat ada pemimpin yang Tuhan tempatkan di dalam hidup dia, maka dia belajar untuk menaati pemimpin tersebut, walaupun pemimpin itu mungkin ada kekurangan. Dan itu kunci diberkati.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, keluarga juga seperti itu. Tuhan menempatkan suami menjadi kepala keluarga. Istri harus belajar menaati suami. Tapi kadang-kadang, istri yang disebut sebagai penolong dari suami itu akan merasa bahwa dirinya lebih memiliki kemampuan yang lebih banyak dari suaminya. Namanya juga penolong kan? Jadi, kalau dia adalah penolong, dia merasa suaminya kurang ini dan kurang itu, perlu dibantu ini dan dibantu itu, pelan-pelan istri bisa merasa bahwa dia lebih hebat dari suaminya lho. Lalu, mulai berpikir bahwa, “Kenapa tidak pikiran saya dan mungkin pertimbangan saya saja yang dijalankan, tetapi harus suami saya?” Tapi Saudara, ketika Tuhan menempatkan suami menjadi kepala keluarga, dan istri menaati suami, walaupun suami memutuskan dengan sesuatu kesalahan, kekurangan, kekurangsempurnaan, seperti yang kita pikirkan, kalau Saudara lakukan itu, Saudara punya keluarga akan diberkati. Karena ini prinsip.
Dan Alkitab berkata, ini menarik ya, pada waktu kita berbicara tentang hal ini, saya dalam posisi yang tidak melihat keputusan Paulus itu sebagai satu hal yang salah, tetapi ada orang yang menafsirkan bahwa keputusan Paulus itu adalah salah, dengan membayar nazar, lalu kemudian mengajak orang untuk melakukan dan menaati Taurat, padahal di dalam Perjanjian Baru dia mengajar orang-orang Kristen untuk tidak melakukan Taurat di kehidupan mereka. Tapi, ketika orang menafsirkan Paulus mengambil keputusan yang salah, tetap ada hal yang menarik. Dia akan ditangkap. Dia ditolak dan dipukuli oleh orang banyak. Dia dipenjarakan. Mulai hari itu, dia tidak punya kebebasan sama sekali di dalam kehidupan dia. Kalau andaikata ini benar, maka Saudara, saya mau tanya, Paulus tetap diberkati Tuhan? Dia diberkati! Dengan cara apa? Rencana Tuhan untuk membawa Injil sampai ke ujung bumi dan pemerintah-pemerintah harus tunduk dan mendengarkan Injil melalui pelayanan Paulus itu terjadi. Jadi, ini membuat ada yang menafsirkan kayak gini, walaupun keputusan Paulus itu salah, tetapi di balik keputusan yang salah, Tuhan bisa membuat yang salah itu menjadi berkat.
Saudara, kita perlu belajar. Benar salah itu standarnya apa? Tentunya hukum Tuhan. Kalau Tuhan berkata hukum moral. Kita langgar itu, itu salah. Tapi, kalau hukum itu adalah sesuatu yang kita taati, kita benar. Itu moral. Kedua, saya mau tanya. Boleh nggak, kita menjadikan pemikiran kita dan pertimbangan kita sebagai standar? Ya boleh saja. Lalu, kita nilai benar salahnya itu berdasarkan apa? Respon orang? Reaksi orang? Hasil output dari keputusan yang kita ambil sesuai dengan harapan kita atau tidak, sesuai prediksi kita atau tidak? Ya mungkin bisa seperti itu. Tapi mohon tanya, orang lain punya pertimbangan yang beda? Ada. Pertimbangan dia pasti salah nggak? Mungkin dia lakukan dan melihat sesuatu itu berdasarkan kacamata yang berbeda, sudut pandang yang berbeda, yang kalau dijalankan mungkin juga benar, cuma caranya tidak seperti yang kita inginkan. Dan ini yang membuat saya tadi katakan ya, standarnya apa kita di dalam memutuskan sesuatu itu benar dan salah? Dan yang dimaksud dengan perjalanan hidup orang percaya, apakah itu hanya berbicara tentang benar salah? Saya yakin itu bukan tujuan utama di dalam hidup kita. Tujuan utama di dalam kehidupan kita adalah Tuhan membentuk kita jadi serupa dengan Kristus dan kehidupan kita boleh membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Dan Saudara melihat tidak, bahwa perjalanan hidup kita itu diproses oleh Tuhan? Kalau Saudara punya keputusan selalu benar seperti itu, Saudara diproses Tuhan? Saya yakin tidak. Tapi kalau kita punya kerendahan hati untuk mengakui ada keputusan kita yang salah dan perlu ada pertobatan dan pembaharuan dari kita, kita bisa dipakai Tuhan dan diproses oleh Tuhan menjadi lebih baik. Ini kalau bicara dari aspek Paulus salah di dalam pengambilan keputusan dan di balik dari pengambilan keputusan itu tetap ada berkat Tuhan yang Tuhan bisa kerjakan, sediakan bagi pelayanan Paulus.
Tapi, saya sendiri melihat bahwa apa yang Paulus putuskan di sini bukan suatu pelanggaran terhadap ajaran yang Paulus berikan. Permintaan dari Yakobus di sini bukan sesuatu yang membuat Paulus berkompromi dengan iman dia, sehingga dia kemudian melakukan Taurat dan mengabaikan kasih karunia. Tetapi yang Paulus lakukan juga adalah sesuatu yang berdasarkan keinginan hati dia. Kalau Saudara baca tadi yang saya ajak kutip ya, tapi saya ngomong pasal sebelumnya. Paulus kenapa mau menuju ke Yerusalem? Salah satu sebab adalah dia sudah bernazar dan nazar itu harus dibayar di Yerusalem, di bait Allah. Jadi, dia pergi ke Yerusalem karena dia melakukan Taurat di dalam hidup dia. Lalu yang kedua adalah, pada waktu Yakobus meminta Paulus untuk menjalankan nazar itu, membayar nazar itu, nazar di sini bukan dalam pengertian bahwa Paulus melakukan Taurat untuk diselamatkan, tetapi Paulus melakukan satu tradisi yang menjadi satu refleksi iman dia kepada Tuhan untuk menghidupkan diri dia dan menyatakan kalau dia menguduskan diri dia bagi Tuhan.
Di 1 Korintus 9:20, Paulus ada ngomong seperti ini, “Aku punya hati itu begitu mengasihi jiwa-jiwa, baik orang-orang Yahudi, kaum sebangsaku, maupun orang-orang bukan Yahudi. Lalu, demi untuk menyatakan kasihku dan bisa melayani mereka dan memenangkan jiwa mereka, apa yang harus aku lakukan?” Paulus berkata, “Kepada orang Yahudi, aku hidup menjadi seperti orang Yahudi, dengan orang bukan Yahudi, aku hidup menjadi seperti orang bukan Yahudi.” Kita boleh buka ya, 1 Kor. 9:20, kita baca bersama-sama. “Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.” Lalu, ayat yang ke-21, ”Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat.”
Jadi pada waktu Paulus hidup, ia memegang prinsip ini dan saya percaya di dalam Kisah Rasul 21, itu adalah salah satu aplikasi dari kebenaran yang Paulus pegang di dalam 1 Kor. 9:20-21. Dan memang di dalam pelayanan Paulus sendiri, kalau Saudara baca ya, Paulus sebenarnya tidak meminta orang-orang Yahudi untuk tidak menjalankan Taurat dan Paulus juga tidak meminta orang-orang bukan Yahudi untuk menaati Taurat. Itu adalah tuduhan dari orang-orang Yahudi Kristen yang berpikir bahwa mereka sedang menaati Tuhan, tapi di dalam pemikiran mereka, menaati Tuhan itu baru menjadi sempurna kalau iman kepada Kristus itu ditambahkan dengan Taurat atau dengan perbuatan. Jadi, di dalam pelayanan Paulus, Paulus seringkali difitnah dia tidak mengajarkan orang Yahudi untuk melakukan Taurat, padahal dia meminta Timotius untuk disunat karena mamanya orang Yahudi. Lalu, dia mengajarkan orang bukan Yahudi untuk disunat dan menjadi orang Yahudi. Ini tuduhan orang kepada Paulus. Tapi Alkitab mencatat, dia tidak pernah meminta untuk disunat, karena dia dari orang bukan Yahudi.
Jadi, Alkitab secara jelas mengatakan Paulus bukan tipe orang yang bermuka dua, yang berkompromi, dan dia betul-betul menjalankan pengajaran yang benar dan demi untuk bisa approach kepada orang Yahudi, dia melihat apa yang menjadi peluang untuk bisa approach kepada orang Yahudi dan itu tidak melanggar iman kasih karunia di dalam Yesus Kristus dan dia juga melihat apa yang bisa membuat diri dia approach orang non-Yahudi dan memenangkan mereka dan itu juga tidak melanggar iman kasih karunia di dalam Yesus Kristus. Dan tindakan yang dilakukan di dalam Kisah 21 itu adalah bagian dari Paulus menyatakan ekspresi imannya yang beribadah kepada Tuhan dan kehidupan yang dikuduskan bagi Tuhan, tanpa ia menyangkali imannya bahwa Injil Kristus atau keselamatan itu adalah kasih karunia. Jadi, pada waktu itu, Yakobus ketika meminta kepada dia untuk melakukan nazar, dia menjalankan itu tanpa mempertanyakan Yakobus, tanpa berargumentasi dengan Yakobus, dan tanpa membela diri dia kepada Yakobus, dia jalankan.
Yang terakhir, yaitu ketika Paulus ditangkap. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus salah? Tidak kan? Dia difitnah lho. Pada waktu dia masuk ke dalam bait Allah bersama dengan 4 orang Yahudi, dia tidak pernah membawa orang bukan Yahudi masuk ke dalam bait Allah. Tetapi orang-orang Yahudi yang melihat diri dia itu memfitnah dia dan menuduh kalau Paulus itu sudah membawa orang bukan Yahudi masuk ke dalam bait Allah. Akibatnya, dia ditangkap, dia dipukuli, seluruh pintu bait Allah ditutup dengan rapat karena orang Yahudi punya peraturan, orang non-Yahudi tidak boleh masuk ke dalam bait Allah. Pada waktu hal itu terjadi, kepala pasukan langsung datang ke situ, lalu kemudian menangkap Paulus, merantai dia, lalu membawa dia masuk ke dalam tahanan. Pertanyaannya adalah, Paulus salah? Ya tidak! Kalau dia tidak salah dan dia ditangkap seperti itu, seharusnya dia protes atau tidak? Kalau kita biasanya protes. ”Saya nggak salah lho! Saya benar!” Tapi Paulus tidak. Dia mengikuti pimpinan Tuhan di dalam hidupnya. Saudara, saya percaya ini juga menjadi satu hal yang kita perlu belajar. Ketika kita melayani Tuhan, dulu saya pernah ngomong, saya ulang, ketika kita melayani, kadang-kadang Tuhan akan mendatangkan suatu persoalan di dalam. Dan pada waktu kita didatangkan persoalan di dalam hidup kita itu, Saudara punya sikap hati yang mau ikut dan lewati, diberikan berkat kepada Tuhan? Kalau kita bergantung kepada Tuhan, Tuhan akan pakai kita. Kalau kita bersandar dengan Tuhan, itu tetap memberkati kita di dalam Tuhan. Tuhan akan memberkati kita dan menjadi berkat buat sesama. Tapi kalau kita melarikan diri, tidak mau mengakui keadaan, selalu menyangkali, saya yakin kita juga tidak akan dapat berkat.
Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, Paulus sudah memberikan 1 contoh bagaimana hidup sebagai orang yang meneladani Kristus, orang yang betul-betul hidup di dalam ketaatan kepada Tuhan. Dalam KTB pemuda kemarin, menarik, kita bahas buku All Things for Good dari Thomas Watson. Dan di dalam buku itu ada pembahasan kalau saya sebagai gereja Tuhan, kalau kita sudah dipersatukan dengan tubuh Kristus. Kalau kita sudah dipersatukan dengan tubuh Kristus, sedangkan Kristus sendiri demi untuk kemuliaan yang Dia terima, Dia rela untuk melewati penderitaan dan kesulitan di dalam hidup Dia, maka buku itu mengatakan, kita pun pasti akan melewati itu karena kita adalah tubuh. Tetapi, pada waktu kita melewati situasi itu, buku itu juga ngomong kayak gini, hal itu adalah berguna untuk kita, karena Tuhan bekerja melalui keadaan itu untuk memproses. Kiranya Tuhan boleh memberkati kita. Mari masuk ke dalam doa.
Kami kembali bersyukur Bapa, untuk pemberitaan yang boleh Engkau berikan, kebenaran yang boleh Engkau berikan. Tolong kami, pimpin kehidupan kami untuk makin serupa dengan Kristus dan juga boleh belajar melalui kehidupan dari orang-orang yang rohani, yang menjadi bapa rohani kami yang Engkau boleh berikan menjadi teladan kepada setiap kami. Dan di dalam perjalanan kami, kami tidak selalu memikirkan apa yang menjadi hak kami, kepentingan kami, tapi kami boleh belajar untuk memikirkan hak Tuhan dan kepentingan Tuhan karena apa yang kami nikmati saat ini, tidak ada satu pun yang tidak bersumber dari Tuhan. Tolong sertai Bapa, setiap anak-anak-Mu, setiap pertumbuhan rohani kami semua. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin. (HSI)