Mengembangkan Kerajaan Allah, 9 Juli 2023

Mengembangkan Kerajaan Allah

Vik. Nathanael Marvin

 

Michael Jordan adalah pebasket Amerika yang terkenal sedunia. Bukan hanya dia terkenal di Amerika saja, tetapi Michael Jordan ini terkenal sampai Indonesia ya. Makanya banyak juga orang-orang Indonesia namanya Jordan atau Michael, mungkin terinspirasi dari Michael Jordan. Dia mendapatkan penghargaan MVP, Most Valuable Player. Ini bukan di Mobile Legend ya, bukan di game tapi betul-betul di dalam kehidupan nyata. Siapa yang memberikan? Bukan orang tuanya, bukan anaknya sendiri, bukan! Itu family biasa lah, harus menghargai anggota keluarga yang lainnya. Tapi orang yang memberikan penghargaan MVP kepada Michael Jordan adalah suatu asosiasi, yaitu NBA, National Basketball Association. Bukan saja dia mendapatkan penghargaan MVP 1x, 2x, 3x, tetapi Michael Jordan ini mendapatkan MVP, penghargaan itu, sebanyak 5x. Maka ketika NBA melihat ada orang-orang yang pemain basket luar biasa, profesional yang begitu hebat, dia diberikan MVP. Dan ketika dia sudah mendapatkan penghargaan MVP 5x, maka dia dapat Michael Jordan Trophy. Wah sampai Michael Jordan jadi piala, itu bisa jadi penyembahan berhala ya. Dewa Michael Jordan, kurang lebih seperti itu ya.

Saat ini usianya Michael Jordan itu 60 tahun. Dia tidak main basket lagi. Bagaimana umur 60 main basket ya, bayangkan ya, patah-patah badannya dan mengalami bahaya. Kemudian dia memulai bisnis dengan uang yang dia terima dari main basket. Dan dalam sejarah permainan basket masa muda Michael Jordan ini, dia sempat pensiun 3x. Bayangkan coba fakta ini. Kok bisa sih seseorang pensiun 3x? Apa sih pensiun itu ya? Tahun ’93 dia pensiun main basket, “Sudah saya nggak main basket!” Di umurnya masih muda padahal ya, tetapi dia sudah luar biasa lah. Dia pensiun main basket kemudian main olaharga baseball. Baseball, kaya di Indonesia main kasti. Kemudian dia bergumul, “Ah, kayanya lebih senang basket.” Akhirnya masuk lagi main basket. Lanjutkan karir di basket. Kemudian tahun ’99 dia pensiun lagi, “Aduh males ah basketball. Banyak pergumulan main basket. Lihat bundar terus pusing ya.” Akhirnya dia pensiun lagi. Itu pensiun yang kedua. Lanjutkan pekerjaan lain, banyak uang dari basket karena dia pemain yang mahal. Tim-tim membelinya dengan mahal. Sampai kemudian mulai main lagi. Kemudian tahun 2003, 20 tahun yang lalu, dia betul-betul pensiun dari main basket pada umur yang ke 40 tahun. Namanya olahragawan ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, olahragawan itu tidak bisa umurnya sampai tua kemudian main terus. Bisa-bisa jantungan, bisa-bisa mati muda. Maka dari itu dia sejak umur muda itu main basket dengan luar biasa, pensiun. Bergumul, ganti. Terus main lagi basket, pensiun lagi. Main basket lagi, pensiun lagi. “Sudah itu yang terakhir, sudah umur 40, saya sudah mendapat banyak penghargaan, saya sudah banyak mendapatkan uang.” Lalu dia mulai bisnis yang lain.

Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita lihat sebagai orang Kristen, kita itu ada masa pensiunnya nggak ya? “Nggak jadi Kristen deh. Saya malas jadi Kristen. Ke gereja melulu hari Minggu. Baca Alkitab melulu. Dengar khotbah. Apalagi panjang-panjang khotbahnya.” Misalkan ya, pensiun. Kita pensiun misalkan, “Pensiun ah pelayanan pengajaran!”, “Saya pensiun pelayanan penginjilan, penggembalaan, dan pelayanan kepada Tuhan.” Maka waktu kita ditanya apakah kita bisa pensiun pelayanaan? Jawabannya tidak sederhana. Selama kita masih ada di dunia ini sebenarnya Tuhan selalu sodorkan pelayanan. Masalahnya kita mau terima atau nggak. Ya kan? Karena kita masih hidup. Selama kita masih hidup di Bumi ini, pasti ada tugas. Dan itu tugas bukan dari orang, bukan dari kita sendiri, tapi dari Tuhan yang memberikan banyak anugerah dan perintah di dalam kehidupan manusia. Hidup kita ini, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dikuasai oleh perintah Tuhan. Kalau kita tidak taat perintah Tuhan ya kita dosa, kita melawan Tuhan. Nah waktu kita masih hidup di Bumi ini pasti masih ada tugas yang harus kita lakukan yang dari Tuhan sendiri. Kalau kita sudah selesai tugasnya sebagai orang Kristen, ya sudah, kita dipanggil Tuhan pulang ke surga. Tetapi kita yang masih hidup, yang masih punya nafas, masih bisa bernafas itu pasti ada hal yang kita bisa kerjakan, sekalipun orang itu tidak bisa apa-apa. Tidak bisa ngomong, tidak bisa melihat, tapi dia masih bisa bernafas, pasti masih ada tugas yang Tuhan berikan kepada dia. Sekalipun orang itu orang cacat, sekalipun orang itu orang yang penuh dengan kelemahan; penuh dengan kelemahan otak, kelemahan apa, semua itu pasti Tuhan kasih ada tugas, dan itu memuliakan Tuhan. Untuk memuliakan Tuhan! Apalagi kalau kita sebagai orang Reformed tahu ya, apa sih tujuan hidup yang utama dalam diri manusia? Semua harusnya sama ya, orang Reformed langsung ingat, “Oh itu di buku katekismus singkat Westminster!” Tujuan hidup yang utama dari setiap manusia kita tahu, yaitu apa? Memuliakan Allah dan menikmati Allah selama-lamanya. Berarti selama kita masih hidup, 2 pekerjaan, 2 prinsip itulah yang akan terus kita lakukan. Di dalam prakteknya, di dalam aplikasinya bisa berbeda-beda tapi prinsipnya sama. Kita orang Kristen, kita masih hidup, pasti masih ada pelayanan yang kita kerjakan.

Tetapi waktu kita melihat di dalam dinamika kehidupan kita, dan di dalam dinamika pelayanan kita, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, memang bisa saja yang dinamakan pensiun dalam pelayanan. Maksudnya apa sih pensiun? Pensiun itu bukan sekedar kita karena sudah umur tua, maka sudah tidak bisa melakukan apa-apa, kita berhenti pekerjaan. Bukan sedekar itu ya. Pensiun berarti ya bisa dikatakan definisi lain adalah memang berhenti. Berhenti pelayanan. Bisa saja. Bukan saja itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita pakai istilah dalam perusahaan; perusahaan itu ada pensiun, ada juga cuti. Kita bisa juga cuti pelayanan, berhenti pelayanan sejenak. Kemudian bukan saja itu, ada juga yang bisa berganti pelayanannya. Nah ini mirip profesi-profesi pekerjaan umum yang lain, yang memang ada pensiun, cuti, bahkan berganti. Tadinya pekerjaan ini, berganti pekerjaan yang lain. Ambil contoh ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, pensiun pelayanan dalam hidup saya sendiri. Ini pensiun dini. Saya sudah pensiun ya, yaitu pensiun dari GRII Semarang. Pensiun itu. Vikaris GRII Semarang, saya bukan lagi Vikaris GRII Semarang. Jadi saya juga nggak usah ngurusin GRII Semarang terlalu heboh ya, “Wah saya harus terus-terus mikirin GRII Semarang. Kalau bisa pelayanan khotbah di sana.” Nggak usah, sudah pensiun kok. Sudah selesai tugasnya di GRII Semarang selama 5 tahun, kurang lebih. 5 tahun kurang lebih 5 tahun saja, itu adalah waktu yang Tuhan berikan di GRII Semarang. Apakah bisa lagi jadi Vikaris GRII Semarang? Kayanya kalau orang Jawa bilang, “Ketoke ora iso” gitu ya. itu bahasa Jawa atau bahasa Sunda ya? “Ketoke ora iso”. Nggak bisa kayanya, siapa kita, mau pilih tempat pelayanan demikian. Nggak bisa lagi. Kalau sudah pensiun ya sudah. Maka dari itu ya sudah, 5 tahun itu disyukuri, tidak disesali. Kalau menyesal, ya sudah disyukuri. Menyesal mungkin kurang pelayanan dengan baik selama 5 tahun di Semarang dan yang lain-lain.

Maka dari itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita harus bersyukur kalau kita dapat kesempatan melayani Tuhan. Maka Pdt. Stephen Tong kan pernah jelaskan juga, waktu adalah uang. Bukan ya! Waktu adalah kesempatan. Kalau masih ada kesempatan, kita mau dipakai Tuhan. Kalau bisa melayani, kenapa tidak mau? Kalau ada waktu, kenapa tidak usahakan? Waktu adalah kesempatan. Lalu ambil contoh lagi cuti pelayanan. Saya juga cuti pelayanan pernah Saudara sekalian ya. Sejak masuk STT sampai masuk di Semarang, lalu ditempatkan di Solo dan Jogja ini, saya ikut paduan suara. Di STT itu semua mahasiswa STT itu harus ikut mata pelajaran paduan suara. Reformed Choral Choir, sekarang nggak tahu namanya apa. Kemudian ketika saya terus ikut, terus ikut, ternyata bisa juga di Solo ini, kadang-kadang latihan paduan suara tapi tanpa menyanyi di kebaktian. Sudah latihan-latihan, tapi nggak nyanyi. Terus nyanyi di mana? Nyanyi sendiri aja, di rumah. Ikut service, nyanyi, latihan, sudah bisa lah, kurang lebih sudah bisa. Paling tidak mengacaukan paduan suara itu ya. Ikut, ya lumayan lah. Kemudian Bapak, Ibu, Saudara sekalian, ternyata nggak bisa tampil, karena pada waktu paduan suara nyanyi di GRII Solo, saya harus khotbah di GRII Jogja. Terus kemudian pikir-pikir, diskusi, mungkin kalau nggak bisa tampil nggak usah saja. Nggak usah latihan paduan suara saja. Kemudian diskusi, bergumul lagi, diskusi dengan Vikaris Lukman juga bagaimana, “Oh kalau mau latihan waktu kamu bisa tampil.” Yaitu apa? HUT GRII Solo. Bisa tampil kan, pasti ada di situ. Maka keliling-keliling ya, pas HUT gereja, hamba Tuhannya keliling kan nggak mungkin. Maka dari itu, ya sudah pas ada HUT, latihan paduan suara. Natal, latihan paduan suara. Tapi kalau nggak, cuti saja. Akhirnya sejauh ini belum pernah cuti, tapi bisa cuti. Jadi kadang-kadang bolos lah, memang nggak ikut kok. Tapi kemudian latihan paduan suara nggak? Latihan. Pikir-pikir supaya latih pernafasan. Latih pernafasan, terus kebersamaan dengan jemaat. Kadang-kadang jemaat juga bawa makanan ya, makan. Makanan, minuman, yang penting kebersamaan. Terus dulu menemani pacar, sekarang menemani istri yang paduan suara. Ya sudah lah. Tapi nanti ketika akhirnya cuti betul-betul, saya nggak ikut paduan suara, saya manfaatkan waktu itu, 1,5 jam setiap Minggu dengan hal-hal lain. Masih banyak yang bisa kerjakan oleh hamba Tuhan sebenarnya ya. banyak sekali. Nah itu bisa cuti, cuti. Karena memang apa? Nggak terlalu bisa kok. Nggak bisa terlalu melayani. Kita bisa cuti pelayanan no problem.

Lalu yang terakhir adalah ganti pelayanan. Tadinya pelayanan ini, berubah. Misalkan seorang hamba Tuhan yang melayani di suatu gereja ada kalanya tidak melayani di gereja tersebut. Istilahnya sekarang adalah, “Saya mau resign dari gereja ini.” Resign ya. Atau bahasa rohaninya adalah ada panggilan pelayanan di tempat lain, bukan di gereja ini. Itu bahasa Rohani. Tapi kalau bahasa sekuler biasa, “Saya resign. Saya cabut dari gereja ini. Masih banyak gereja lain menerima saya!” Wah, itu namanya berganti pelayanan. Berganti berarti berhenti juga, seperti pensiun tapi ganti. Ada juga karena alasan itu, tapi ada juga karena dikeluarkan gereja. Ada juga karena pensiun. Lalu bagaimana kelanjutan hidup dan pelayanan mereka? Ya ganti. Ganti gereja, ganti sistem gereja, mungkin harus pindah kota yang lain, daerah yang lain. Atau melayani dalam hal yang berbeda, misalkan buat yayasan sendiri, bisa buat pelayanan online sendiri, merintis pelayanan sendiri. Itulah Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dinamika kehidupan pelayanan kita di hadapan Tuhan.

Seluruh hidup kita adalah pelayanan di hadapan Tuhan. Tapi konteksnya berbeda-beda. Pelayanan gereja itu Tuhan perintahkan, “Ingat dan kuduskanlah hari Sabat” Hari Sabat, gereja. Umat Tuhan harus mengasihi. Kemudian Tuhan juga memberikan pelayanan di dalam keluarga, di dalam sekolah, di dalam pekerjaan, ada juga yang sekarang mirip gereja atau mirip hamba Tuhan pelayanannya adalah namanya parachurch. Sudah tahu ya parachurch seperti apa, seperti PMI, seperti Perkantas, atau yayasan-yayasan lain yang mirip gereja tapi sebenarnya mereka men-support gereja. Mereka tidak akan bisa menjadi gereja. Tapi mereka mirip gereja. Mereka men-support pelayanan penginjilan, pengajaran, penggembalaan. Tapi sayangnya di dalam realita di Indonesia itu parachurch men-support church. Salah kan harusnya, harusnya church yang support mereka. Mereka itu fokus parachurch di dalam penginjilan, penginjilan saja. Gereja kita punya resource begitu banyak, ada pengajaran, penginjilan, penggembalaan, kenapa parachurch ini harus men-support gereja? Seolah-olah gereja nggak bisa penginjilan maka undang mereka. Bukan berarti saya membatasi pelayanan parachurch, tetapi sebenarnya gereja itu harus lebih fokus atau ahli di dalam pelayanan-pelayanan yang Tuhan perintahkan kepada kita semua. Tuhan menginginkan kita sebagai orang Kristen itu seperti pohon yang bertumbuh kuat, bahkan lebat buahnya sampai 100x lipat. Begitu banyak sampai kita menjadi berkat bagi banyak orang.

Maka dari itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, selama masih ada kesempatan beribadah, ibadah! Melayani, melayani! Dan kemudian jangan biarkan diri kita itu melakukan hal-hal yang kurang berkenan di hadapan Allah. Karena apa? Karena kita cinta Tuhan, karena kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Kalau ada alasan atau keluhan kenapa tidak melayani kita cari solusi yang terbaik. Kita cari solusi yang terbaik di dalam konteks pelayanan tersebut. Kita seolah-olah memiliki iri hati yang rohani. Iri hati yang rohani adalah jangan sampai pelayanan itu diambil oleh orang-orang itu saja, nanti upah di surga dia dong yang banyak. Kita juga dong kecipratan upah surgawi itu ya. harusnya punya iri hati rohani. Kalau dia bisa, ya sama-sama lah, anak SMA, anak SMA, kuliahan, kuliahan, kok dia bisa lebih aktif di gereja, padahal jurusannya mungkin dia lebih susah juga, lebih sibuk juga. Nah itu iri hati rohani ya. Iri hati kenapa bisa berbagian di dalam gereja Tuhan.

Kita lanjut lagi ke kisah Michael Jordan ya yang pensiun Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Pada waktu Michael Jordan pensiun yang pertama tahun ’93, pensiun pertama ni, masih muda, mungkin sekitar umur 30 tahunan ya, teman dekat Jordan, yaitu Armstrong, khawatir dengan Michael Jordan. Khawatir kenapa? Karena menurutnya Michael Jordan ini sedang menghadapi 2 hal yang paling menakutkan dalam hidup, yaitu apa? Banyak uang dan banyak waktu luang. Uang sama luang. Itu bahaya sekali. Seseorang kalau banyak uang, terus waktu luangnya banyak, untuk apa? Kecenderungan manusia berdosa ya untuk berdosa. Maka kalau betul-betul tidak dengan kedewasaan rohani, jangan sampai kita banyak uang. Maka kalau betul-betul kita tidak mengenal Kristus sungguh-sungguh, jangan sampai kita banyak waktu luang. Bahaya! Waktu luang kita pakai untuk berdosa. Uang yang kita pakai untuk diri kita sendiri, bukan untuk Tuhan maupun sesama kita. Maka dari itu Armstrong ingin agar, “Ayo, Michael Jordan, di masa pensiunnya yang masih muda itu, Ayo gunakan uang itu dengan lebih baik, bijaksana dan juga kamu bekerja. Kalau bisa kerjaan lain. Kalau kamu memang bosan di basketball, ya sudah, cari yang lain. Jangan sampai kamu kosong, terus banyak uang, investasi di mana-mana.” Karena orang biasanya terjebak dalam 2 hal tersebut sehingga hidupnya tidak karuan.

Uang dan waktu luang ini memang sangat mudah menjadi berhala kita Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Kenapa banyak anak muda, atau mungkin para remaja, bahkan anak sekolah minggu nggak pengen lama-lama di gereja? Kenapa? Waktu luang! Karena inginnya main, sebebas mungkin. “Ah lama di gereja.” Pengen pulang cepat-cepat, untuk apa? Menikmati waktu luang. Beda kalau waktu ibadah, nah di rumah lebih mengerikan daripada di gereja. Mereka senang di gereja aja daripada di rumah mungkin dimarahin, dikasih banyak tugas sama orang tua. Mending di gereja aja. Tapi kalau ada waktu luang, itu dikejar oleh setiap orang yang sedang sibuk. Uang juga sama. Maka ada lagu, apa yang dicari orang itu uang ya. bukan Tuhan Yesus. Itu teguran, lagu sindiran. Itu jarang-jarang ya lagu pujian itu lagu sindiran. “Apa yang dicari orang? Uang.” Wah ini menghakimi saya ini ya. tapi lagu pujian biasanya memuji dan mengagungkan Tuhan. Lagu pujian yang sindiran mungkin harus dibuat oleh Vikaris Lukman. Kita bagus juga ya lagu pujian yang menegur, firman Tuhan yang memuji Tuhan, firman Tuhan yang menegur kita, itu sangat baik supaya kita tidak makin parah.

Pada umumnya memang orang suka uang dan suka waktu luang. Ada uang berarti cukup segala sesuatu, ada waktu luang berarti bebas melakukan hal yang dia sukai. Tetapi nasehat dari sahabat dari Michael Jordan ini itulah juga yang kita bisa pikirkan juga dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Karena bahaya kalau kita cinta akan uang dan cinta akan waktu luang. Bersyukur bila dalam hidup kita itu uang tidak banyak. Menurut kita uang tidak banyak, menurut orang lain uang banyak. Bersyukur kalau dalam hidup kita juga waktu luang tidak banyak. Yang penting apa sih? Kita ingat doa Bapa kami Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Yang penting apa? Berikanlah makanan kami yang secukupnya hari ini. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Sudah. Mengucap syukur dalam short term. Dalam jangka pendek syukuri anugerah Tuhan. Masih bisa hidup, bisa bernafas, masih bisa duduk, bisa berdiri, cukup uang untuk hari ini bersyukur. Cukup uang untuk hari-hari ke depan, apa lagi. Kita harus bersyukur. Ada waktu luang untuk istirahat, Tuhan pasti kasih waktu istirahat. Saya pernah hitung-hitung ya. Dalam 1 hari kita kan 24 jam ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Tapi waktu tidur itu 8 jam, berarti 1/3 dari 24 jam. Berarti 16 jam itu kita bisa gunakan untuk banyak hal. Tidur yang cukup menurut medis, dokter itu 8 jam. Kita bahkan orang-orang muda tidur cuma 6 jam. Terus, sisanya? 18 jam lagi ngapain? Waktu luang, selain bekerja, belajar. Waktu luangnya banyak sekali kalau kita pikir-pikir dalam sehari itu banyak. OK lah 8 jam tidur, 8 jam kerja. 8 jam lagi ngapain? Makan, minum, tidur, main mungkin dan lain-lain, olah raga. Banyak sekali ya ternyata kalau kita pikir 1 hari itu ternyata banyak hal yang bisa kita kerjakan. Masalahnya yang kita kerjakan itu untuk memuliakan Tuhan atau tidak. Maka kita harus perlu belajar bersyukur dan mencukupkan diri dengan apa yang Tuhan berikan.

Kita juga belajar ya bersikap sebagai gereja Tuhan di GRII Jogjakarta ini, kita tidak terlalu berharap lah gereja itu saldo nya sangat banyak. Rekening gereja itu sangat banyak saldonya itu bahaya. Berarti gerejanya menimbun harta duniawi. Nggak digunakan kan? Maka bagus kalau ada pembangunan gedung gereja saldonya menipis. Mungkin minus. Karena apa? Kita ngutang ke sesama saudara. Ngutang yang baik adalah ke orang tua kita atau ke sesama saudara dulu. Jangan ke orang lain dulu ya. Sama-sama saudara, ke orang tua dari GRII Jogjakarta siapa? Sinode GRII Pusat. Ke saudara yang lain, nggak tahu nih, pinjam uang nggak nih kalau dari Jogja yang paling dekat, atau yang lain. Minus. Kurang. Tapi cukup, bisa beribadah, bisa melayani, bisa menikmati anugerah Tuhan. Aneh ya. Waktu luang? Nggak ada! Gimana, sibuk pembangunan ya. Mikirinnya aja susah, setiap hari ada pekerjaan. Belum pelayanan-pelayanan yang lain. Itu adalah kondisi gereja Tuhan. Bukan berarti kita tidak boleh saving. Tetap saving itu perlu, tapi yang penting lagi digunakan tabungannya supaya bermanfaat dan sifatnya itu kekal. Salah satunya adalah gedung gereja. Ini hampir kekal lah. Mirip, mendekati kekal. Gedung ini bisa bertahan lama kan. Puluhan tahun atau mungkin ratusan tahun ya, nggak masalah. Kita invest rohani.

Sebagai gereja Tuhan kita tidak dipanggil untuk mengembangkan kerajaan diri. Saya pernah memikirkan soal pelayanan hamba Tuhan, karena sudah jadi hamba Tuhan ya. Hamba Tuhan itu setidaknya bisa pelayanan dalam 3 jenis, 3 wadah. Gereja, di mana dia melayani, dia harus ikut sistem gereja tersebut. GRII Jogja, GRII Solo misalkan ya. Nggak usah ikut sistem yang dia ditempatkan. Misalnya GRII Semarang, nggak perlu saya ikut pelayanan di sana. Tapi kemudian, wadah kedua adalah hamba Tuhan itu punya pelayanan pribadi sendiri. Pelayanan pribadi sendiri apa? Ya mungkin menulis buku, itu pribadi kan. Mungkin institusi yang mengarahkan atau mengijinkan seorang hamba Tuhan menulis buku. Biasa itu kalau kerja di penerbit atau percetakan buku. Tapi ini bisa menjadi pelayanan pribadi. Kalau saya mungkin ada YouTube channel, itu juga bisa menjadi pelayanan. Atau sebenarnya hanya sebatas hobi saja, ingin berbagi firman. Itu pribadi. Gereja tidak ada campur tangannya ya kalau buat video YouTube harus begini, begini, begini. Nggak, itu saya sendiri kok. Pelayanan pribadi. Jadi yang ketiga adalah pelayanan yayasan. Itu dilakukan oleh Pdt. Stephen Tong. Pdt. Stephen Tong itu pelayanan gereja, dulu ya, dulu pelayanan dosen, sampingannya gereja. Dia diundang berbagai gereja untuk melayani. Terus dia juga mungkin inisiatif untuk paduan suara. Tapi itu dalam konteks STT. Selama 25 tahun Pdt. Stephen Tong di SAAT. SAAT Malang, jadi dosen, institusional. Kadang-kadang pelayanan pribadi ke gereja-gereja luar. Terus kemudian umur yang ke-50, beliau mendirikan gereja, institusi. Dia menjadi sistem gereja, tapi dia juga nggak tahan sama sistem gereja yang hanya mengurung hamba Tuhan pelayanannya rutinitas gitu-gitu aja. Mau pelayanan ke gereja lain, nggak bisa. Mau pelayanan di kota lain, nggak bisa kan. Diatur oleh sistem gereja, maka dia dirikan Yayasan STEMI. Yayasan STEMI itu penginjilan ke luar. Dan orang gereja luar mendengar, “Oh ini pelayanan dari yayasan pengingilan.” Ya nggak masalah, Yayasan. Kalau gereja, wah ini sulit ya. sesama gereja kan sudah ada ruang lingkupnya sendiri.

Maka dari itu Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita boleh mengembangkan diri, nggak masalah. Tapi kita juga bisa memikirkan wadah-wadah pelayanan yang kita dirikan itu bagaimana. Kalau gereja sudah pasti lah, kepala gereja Yesus Kristus. Yesus yang mendirikan gereja, Yesus Kristus yang memerintahkan kita juga untuk bersekutu sebagai gereja Tuhan. Itu makanya kadang-kadang kita suka dipaksa, “Ayo pelayanan gereja. Ayo ke gereja!” Bukan dipaksa orang, itu memang perintah Tuhan Yesus. Tapi kalau bicara soal yayasan, bicara soal pelayanan pribadi, itu nggak terlalu ditekankan. Ayo buat yayasan ya, yayasan ke penjara misalkan ya. Mana ada ya. Tapi kalau ke gereja, “Ayo ke gereja!” Di situ kita bisa mulai melayani ke berbagai bidang. Karena ini kepala gereja adalah Yesus Kristus. Tidak ada salahnya kita mengembangkan diri, tapi jangan lupa itu untuk mengembangkan kerajaan Allah.

Sekarang kita lihat 2 hal Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dalam mengembangkan kerajaan Tuhan dari Mazmur 127:1-2, mari kita buka Alkitab kita. Kita membacanya bersama-sama. Ini adalah sebuah kunci kenapa kerajaan Tuhan itu bisa berkembang di dalam kehidupan orang Kristen. Mazmur 127:1-2, ”Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah – sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” Ini bicara soal anugerah Allah. Seorang teolog menjelaskan definisi anugerah adalah kasih Allah yang tidak selayaknya di dalam tindakan orang yang berdosa. Jadi definisi anugerah ini sangat banyak ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Tapi ada seorang teolog mengatakan anugerah itu apa? Kasih Allah yang tidak selayaknya diberikan kepada orang yang berdosa. Kasih Allah yang tidak selayaknya di dalam tindakan Allah terhadap dosa kita. Nah itu lebih detail. Kita berdosa sesuatu, tapi Allah mengampuni kita. Itu tuh kasih yang tidak layak yang kita terima tapi Tuhan memberikannya. Kita berdosa, diberikan hidup. Kita berdosa, dipilih Tuhan untuk percaya kepada Kristus, diberikan iman. Itu anugerah. Padahal kita berdosa lho.

Hal yang selayaknya bagi orang berdosa sederhana, di dalam kitab Roma dijelaskan upah dosa adalah maut. Jadi kita harus sadar, kita itu harusnya mati. Mati jasmani, mati rohani, mati kekal. Kita harusnya mati, jadi mayat, rohani kita juga mati, terpisah dengan Allah dan mati kekal, kita masuk neraka. Itu yang layak bagi orang yang berdosa. Ini yang harus kita sadari. Kita itu nggak layak duduk di tempat ini, kita nggak layak bisa nyanyi, memuji Tuhan. Melihat pun nggak layak. Mati kok. kita layak gitu ngomong, Bapak, Ibu, Saudara sekalian? Layak punya keluarga? Punya suami, punya istri, punya anak? Nggak layak! Tapi Tuhan beranugerah. Kita bisa mengalami hal itu. Maka dunia ini penuh dengan anugerah Allah. Karena apa? Upah dosa maut kok. Kita harusnya mati. Neraka cukup. Karena Tuhan sudah menyatakan kasih-Nya kepada manusia, hidup di taman Eden berapa lama. Itu sudah kasih Allah! Sekarang manusia berdosa mati, masuk neraka. Ya selesai. Nggak ada salahnya. Kenapa Tuhan harus menciptakan surga, kenapa Tuhan harus pilih orang, bahkan memelihara bumi ini, dunia ini, itu semua karena anugerah Allah yang begitu indah dan besar.

Di dalam renungan Voices From the Past, kemarin, 2 hari yang lalu kelihatannya, satu anugerah Allah itu melampaui seribu kenikmatan duniawi. Kita suka apa Bapak, Ibu, Saudara sekalian, daging babi? Kenikmatan duniawi. Tapi satu anugerah Allah itu sudah melebihi kenikmatan jasmani. Kita bisa tidur, ada yang hobi tidur ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sampai tidurnya seperti kebo yang susah bangun gitu ya. Nah itu juga kenikmatan. Tapi kalau Tuhan kasih anugerah itu jauh melampaui kenikmatan duniawi, jasmani. Maka kita harus bersyukurlah atas anugerah, kita lihat pekerjaan Tuhan dalam hidup kita ini lebih banyak lagi.

Mazmur 127 ini ditulis oleh raja Salomo. Kita tahu siapa itu raja Salomo, itu raja yang paling berhikmat di seluruh sepanjang dunia. Dan hikmatnya membuat kerajaan yang dipimpinnya itu damai sejahtera. Kaya lagi. Akan tetapi dia menerima hikmat itu pun karena apa? Anugerah Allah. Berdoa. Tuhan pakai sarana berdoa untuk menyatakan anugerah-Nya. Jangan pikir kita itu tidak perlu berusaha, Tuhan pasti beranugerah. Nggak! Untuk bernafas pun Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita kan otomotasi, tapi kita bisa bernafas juga kan dengan sistem tubuh kita, itu Tuhan pakai sarana kita sendiri, kesadaran kita untuk bisa bernafas. Memang nafas anugerah Tuhan, tapi Tuhan pakai sarana, yaitu manusia. Tuhan menyatakan hikmat kepada raja Salomo itu dengan sarana juga, yaitu dia berdoa, dia mendoakan yang Tuhan kehendaki.

Salomo menjelaskan tentang anugerah Allah dalam pemeliharaan Ilahi yang Allah kerjakan dalam kegiatan sehari-hari, khususnya 3 kegiatan manusia yang begitu penting, yaitu 3 hal di dalam Mazmur 127 ini. Yang pertama adalah kegiatan membangun rumah. Kegiatan membangun rumah ini adalah suatu hal yang bagi manusia pada umumnya suatu hal yang besar. Kita punya rumah sendiri. Wah luar biasa ya. Kalau para pemuda mungkin belu mengalami, hidup di rumah orang tua. Tapi kalau sudah dewasa, orang tua, kita beli rumah sendiri dengan usaha kita sendiri itu adalah suatu hal pencapaian yang besar. Nggak apa-apa rumah kecil, tapi milik kita, tempat tinggal kita. Ada hasilnya, ada wujud nyatanya. Itu wah suatu pencapaian luar biasa. Entah rumah kita sendiri, atau rumah orang lain, atau rumah Tuhan, gereja, itu adalah hal-hal yang besar. Ini waktu membangun rumah pun tentu prosesnya tidak mudah ya. Itu banyak sekali orang yang bekerja. Baik di dalam planning, di dalam pegawai-pegawai yang bekerja juga, dan perlu waktu yang lama. Nah, ini suatu karya manusia yang cukup lama lah, sering tidak kelihatan secara fisik. Membuat sesuatu itu dalam hal apa? Yaitu gedung itu. Banyak orang bekerja. Tidak bisa sendirian kan membuat rumah ya? Pasti banyakan. Harus banyakan orang. Kalau sendirian ya mungkin ada lelahnya, bosannya dan mungkin tidak bisa jadi juga. Tapi ini sesuatu yang kompleks. Rumah bila tidak dikerjakan dengan baik, maka rumah itu pun tidak berhasil dibangun. Maka waktu orang bisa bangun rumah, mereka itu bisa ada kebanggaan. “Ini saya, kebanggaan saya sendiri waktu membeli rumah. Ini usaha saya sendiri. Saya bangga. Ini rumah saya.” Bahkan, bisa cenderung sombong juga. Tapi di dalam Mazmur ini dikatakan, kalau suatu rumah atau gedung bisa dibangun, kita harus sadari, itu tangan Tuhan yang beranugerah. Karena Tuhan, pertama. Tuhan yang kasih skill, ahli bangunan, arsitek, sipil, gitu ya, pegawai-pegawai Tuhan sediakan. Bayangin kalau nggak ada pegawai ya. Semua arsitek semua. Nggak bisa bangun juga. Jadi, Tuhan yang kasih karunia itu. Semua itu karena anugerah Tuhan. Kalau bisa jadi, itu anugerah Tuhan, tapi kalau tidak jadi, berarti Tuhan tidak beranugerah. Seperti gedung-gedung yang mangkrak. Begitu mulai dibangun, eh berhenti. Ya memang, Tuhan tidak beranugerah atas pembangunan gedung tersebut. Kalau Tuhan mau, pasti jadi.

Kemudian yang kedua, Raja Salomo ini menjelaskan anugerah Tuhan dalam hal apa? Yang lebih sulit lagi. Membangun rumah itu di bagian dalam. Bagian dalam suatu kota atau kerajaan. Tapi yang lebih sulit lagi adalah melindungi kerajaan atau kota dari musuh yang berperang. Dan zaman itu, peperangan adalah hal yang umum terjadi dalam memperebutkan kekuasaan. Kalau mau dapat wilayah yang lebih banyak, caranya perang. Bukan beli lagi, perang saja. Nggak punya uang kok, maka perang. Benteng dibuat tinggi dan kokoh supaya sulit diserang musuh. Tapi benteng yang begitu tinggi dan kokoh pun, perlu apa? Perlu manusia yang menjaganya, sehingga di atas benteng tersebut ada para penjaga yang memantau keamanan kota atau memantau apakah ada musuh mulai berkemah, atau bahkan mulai menyerang dari kejauhan. Ya, dari kejauhan yang begitu jauh itu. Perlu penjaga juga. Kemudian, ada 1 hal yang dikatakan Salomo. Meskipun penjaga itu shift-shiftan-nya bagus, rapi, perfect, bahkan penjaganya itu sangat banyak, nggak cuma 1, tapi kalau tidak ada anugerah Tuhan, kota itu tidak aman. Itu Salomo gambarkan demikian. Penjaga itu luar biasa. Pangkatnya begitu tinggi. Dia sulit mengantuk. Bayangkan ya. Dia sulit mengantuk. Dia nggak pernah ngantuk. Dia jaga dengan baik lah kota tersebut, di menara pengawal tersebut. Tapi kalau tanpa Tuhan beranugerah melindungi kota tersebut, bisa-bisa saja kota tersebut hancur. Misalkan, bahaya bisa muncul dari dalam. Ada pengkhianatan, ada bencana alam, ada kebakaran, keteledoran manusia bisa saja menghancurkan kota tersebut. Jadi, memang perlu tentu mengusahakan apa yang kita bisa supaya aman kota tersebut, tapi jangan lupakan anugerah Tuhan. Kita boleh bersandar pada usaha kita, nggak masalah karena kita memang manusia yang bekerja, tapi jangan lupa juga bersandar pada anugerah Tuhan. Yang first, yang pertama, yang didahulukan adalah bersandar pada anugerah Tuhan.

Nah, wujud orang bersandar pada anugerah Tuhan itu apa? Nggak lakukan apa-apa. Maksudnya nggak lakukan apa-apa itu apa? Doa. Memang doa itu melakukan sesuatu, tapi nggak ada hasil kerja kita kan? Doa kan cuma kurang lebih ya, ini “cuma”-nya ini, cuma lipat tangan, tutup mata, bicara. Bicara kepada Tuhan bisa menghasilkan sesuatu? Kurang lebih ya. Kalau secara manusia, itu nggak hasilkan apa-apa lah. Nggak usah doa-doa, yang penting kerja! Kelihatan hasilnya. Tetapi, Alkitab menyatakan tidak demikian. Justru, kita itu harus bersandar pada Tuhan, bersandar pada anugerah Allah dengan cara apa? Berdoa. Sering berdoa. Dan doa itu akan menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu yang efektif. Itu keunikan dari doa. Kita dapat hikmat Tuhan. Oh, harus lakukan ini. Karena apa? Kita berdoa. Dan kenapa kita berdoa? Karena kita bersandar pada anugerah Tuhan. Dan Tuhan memakai kita yang bekerja. Tuhan menginginkan kita yang berproses untuk menggunakan anugerah Tuhan itu.

Lalu, point ketiga dari Raja Salomo adalah, itu bicara soal bekerja dengan produktif. Salomo katakan bahwa, “Sia-sia kamu bangun pagi-pagi. Duduk sampai jauh malam untuk bekerja hanya dengan kekuatanmu.” Dipikir, dengan banyaknya bekerja, sampai kurang istirahat, kamu bisa menghasilkan sesuatu yang besar, tapi Salomo katakan nggak gitu. Saya ini pengalaman. Saya jadi raja kok! Saya bisa mengembangkan kerajaan itu bukan karena usaha saya sendiri, tapi saya lihat Tuhan yang bekerja. Saya yang berdoa, bersandar pada anugerah Tuhan. Ada orang yang workaholic, tapi ya tetap miskin. Maksudnya tidak menghasilkan banyak hal yang bagus, yang besar, uang yang banyak. Ada yang cinta uang. Sudah cinta uang, tapi tetap juga ya nggak dapat pekerjaan yang bagus. Dia juga nggak dapat suatu berkat Tuhan yang terlihat. Tetap miskin. Rajin bekerja juga sia-sia, kurang lebih ya. Tidak menghasilkan apa-apa. Lalu, ada orang yang pintar IQ-nya. Pintar berpikir, tapi kehidupannya tidak berbuah juga. Karena mereka ini lupa apa? Lupa aspek anugerah Tuhan. Seorang petani yang kerja siang malam menjaga sawah, pupuk, rawat, tapi kalau langit tidak pernah berikan hujan ya sia-sia. Ya, anugerah Tuhan. Bukan berarti kita nggak boleh, nggak usah bekerja ya. Bukan berarti demikian. Maksudnya adalah kita sudah bekerja, tapi tidak bersandar pada pekerjaan kita untuk melihat hasilnya. Kita bersandarkan akan anugerah Tuhan sehingga kita bekerja itu betul-betul sesuai yang Tuhan mau. Allah akan memberkati orang yang tidur. Ya, bayangkan ya. Tuhan memberikan berkat-Nya itu kepada yang sedang istirahat. Tidur kan tidak bekerja toh? Kita tidak menghasilkan apa-apa, bahkan kita seolah-olah hilang. Tapi ketika bangun, kita ingat lagi. Nah, itu ajaib juga ya. Kita tidur, nggak sadar apa-apa, istirahat, tapi besoknya kita bisa melanjutkan kehidupan kita, itu pun karena anugerah Tuhan. Jangan sampai kita hanya berdoa saja juga. Intinya kita harus seimbang. Maka, nasehat di pelajaran sekolah itu ora et labora itu betul-betul kita kerjakan keduanya. Jangan cuma berdoa terus. Malas ah, kalau disuruh kerja! Jangan cuma bekerja terus, malas ah disuruh doa. Itu salah. Tapi harus doa, terus mau dipakai Tuhan. Doa itu mau tahu kehendak Tuhan. Kerja itu mau dipakai Tuhan untuk melakukan kehendak Tuhan. Berdoa dan bekerja. Ini harus beriringan, harus bersama-sama.

Jadi, kunci yang pertama mengembangkan kerajaan Allah adalah anugerah Tuhan. Bagaimana wujud seseorang yang bersandar pada anugerah Tuhan? Berdoa. Maka, waktu harusnya kita itu pertama kali bisa beribadah bersama-sama, kita harus doa, bersama-sama dengan lebih sungguh-sungguh. Jangan kita kerja. Maksudnya kerja, “Yuk, nyanyi, musik, firman!” Memang betul, itu kan ibadah. Tapi kita juga perlu berdoa, bersyukur, bersandar kepada anugerah Tuhan. Lebih tekun berdoa, tetapi tetap konsisten bekerja. Kita mau GRII Yogyakarta boleh lebih berkembang lagi, lebih banyak jemaatnya, lebih bertambah. Caranya apa sih? “Ayo, cari penginjilan! Latihan penginjilan!” Bukan dulu itu. Caranya adalah berdoa dulu. Berdoa untuk pelatihan penginjilan. Berdoa untuk jiwa-jiwa yang Tuhan antar. Setelah itu baru, “Ayo, kita latihan penginjilan!” “Ayo, kita kerja cari jiwa!” Itu yang utama. Gereja itu dimulai dari doa kok. Nggak ada dimulai dari kerja dulu. Enggak! Dari doa dulu. Bersandar pada anugerah Tuhan. Nah, kiranya dengan bersandar pada anugerah Tuhan, kita boleh mendapatkan perkembangan yang kita lihat.

Nah, kunci kedua, yang terakhir, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kunci pertama adalah anugerah Tuhan, yang kunci kedua adalah mengembangkan kerajaan Allah adalah Keluaran 20:12. Ini mungkin suatu cara yang out of the box ya. Kel 20:12, mari kita sama-sama membaca kunci dalam mengembangkan kerajaan Allah. Kel 20:12. “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah   yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.” Dalam seluruh hukum Taurat, satu-satunya perintah, satu-satunya Taurat yang mengandung janji adalah hukum ke-5 ini. Tuhan kasih tawaran janji. Supaya apa? Hormati orang tua. Supaya apa? Lanjut usiamu di tanah yang Tuhan berikan padamu. Penekanan. Kenapa mengandung janji? Karena penekanan. Hormati orang tua, ayahmu dan ibumu. Ini suatu hal yang perintah dari Tuhan. Kalau tidak hormati, salah. Tetapi ketika kita tidak menghormati, ruginya dobel juga. Sudah salah terhadap perintah Tuhan, kita juga tidak mendapatkan janji Tuhan, lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan kepadamu. Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sadar atau tidak sadar ya, perintah ke-5 ini merupakan perintah yang terus menjadi pergumulan kita sebagai manusia. Setelah orang tua kita pun mati, kita menghormati dia. Tetapi secara Kristen beda ya. Bukan dengan berdoa kepadanya, bukan kasih benda-benda jasmani kepadanya, tapi kita bisa menghormati itu dengan cara kutip-kutip dia. Kutip-kutip kalimat bijaksana. Saya bersama istri kalau naik mobil itu kan suka di belakang bus, di belakang truk. Itu ada kata-kata bijaksana yang aneh-aneh. Mungkin Bapak, Ibu, Saudara sekalian tertawa juga ya. Tadi saja ada, tapi saya lupa. Lupakan saja itu ya. Kita harus ingat firman Tuhan. Nah, kita kutip papa saya seperti ini. Orangnya rajin misalkan ya, mama saya. Itu menghormati. Kita salurkan kebaikan mereka, karakter mereka kepada anak kita atau kepada orang lain. Kita ingat apa yang mereka pikirkan. Jangan ingat yang buruk-buruk ya. Ingatnya yang baik. Cari sisi positif dari orang tua. Itu menghormati. Bahkan setelah orang tua mati pun, kita bisa tahu ya. Kita bisa menghormati dia dengan cara kutip-kutip. Terus dengan cara apa? Ya ada foto nggak papa lah ya di rumah, tapi bukan berarti menyembah ya. Ini mengenang, mengingat saja. Foto masa berhala ya? Kita harus semua hapus foto orang-orang, kan enggak. Di dalam hp kita, enggak. Itu menghormati ya. Orang yang sudah jadi orang tua bisa menghormati orang tuanya. Anak apalagi. Menjadi anak harus menghormati orang tua.

Ada sebuah cerita, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, sebuah keluarga itu memiliki beberapa anak. Keluarga ini, Saudara, cenderungnya ya pas-pasan lah. Kadang-kadang harus ngutang juga. Keluarga ini tidak kaya, miskin, tetapi suami istri ini diberikan anugerah anak dan dia sangat mengasihi anak. Apalagi anak pertama ya, anak sulung. Apalagi laki-laki. Mungkin ada pandangan budaya seperti itu ya. Begitu dapat anak pertama, mereka sangat senang sekali. Sayangnya, mereka jatuh dalam dosa memanjakan anaknya. Ya, dosa memanjakan berlebihan. Bukan memperhatikan, bukan mengasihi, mendisiplin, tapi memanjakan anak pertamanya ini. Terus diusahakan sungguh-sungguh di sekolah terbaik sampai hutang. Ya, OK lah ya, ini kasih, tapi ada kayak berlebihan ya. Kita menyekolahkan anak sampai hutang lho. Berarti melebihi kapasitas keuangan kita. Bahkan, mereka rela mencicil mobil baru untuk anak ini. Mencicil mobil untuk anaknya, bayangkan ya. Sampai ketika dewasa, anak ini ya jadi tidak terlalu menghormati orang tua. Aneh ya. Karena apa? Dimanjakan. Justru karena dimanjakan, anak tidak menghormati. Itu efeknya ya. Tapi seharusnya anak itu taat kepada perintah Tuhan juga dong. Namanya setiap anak harus hormati orang tuanya. Nah kemudian, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dia nggak terlalu hormat, dia sudah jadi kayak raja kan. Raja kecil di dalam keluarganya, sampai nganggur, jadi malas bekerja. Umurnya sudah dewasa. Sudah siap bekerjalah. Sehat lagi. Orang tuanya sudah mulai sakit-sakitan. Sudah tua. Kemudian, hasilnya ya kurang baik kan ya. Apakah itu menjadi seorang laki-laki yang kita sebut, “Oh itu laki-laki yang bertanggung jawab!” Kan enggak kan? “Oh, laki-laki yang dewasa, yang punya teladan!” Enggak kan? Dia anak orang tua, mobil juga dibeliin, terus suruh cicil orang tuanya, itu bukan anak yang menghormati orang tuanya.

Kemudian, mereka punya anak yang lain ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Anak ini tidak dimanja. Kurang lebih malah tidak terlalu diperhatikan oleh orang tuanya. Jadi, anak ini hidup dalam kondisi yang sulit. Dia tahu apa itu kekurangan. Ya, mungkin tidak pernah merasakan kelebihan, tapi dia tahunya kekurangan terus. Orang tuanya ini kan karena punya anak yang lain ya, kemudian dibiarkan saja. Ya sudahlah, sudah habis uangnya di anak sulung kurang lebih ya. Dibiarkan begitu saja dan ketika si anak ini bekerja di suatu perusahaan, dia bekerja biasa saja dari bawah. Cuma, dia suka hal-hal yang sifatnya misalkan teknis dan yang lain. Dia kemudian disuruh kerja ini mau, karena punya kemampuan. Terus, orangnya ramah, baik. Apa saja dia syukuri. Dan akhirnya, dia dapat koneksi dan dia juga, salah satu hal yang dia miliki adalah dia rendah hati. Dia kerja apa pun. Dia bertahap kerjanya, nggak masalah. Sudah bersyukur dapat pekerjaan ya. Jangan menuntut diri terlalu lebih. Baru fresh graduate, inginnya langsung gaji 7 juta misalkan, 10 juta begitu ya. Wah, itu kan berlebihan. Ya sudah, yang secukupnya. Tapi dari situ, dia sudah dapat gaji, dia berikan uang nya itu ke orang tuanya. Dia sangat menghormati orang tua. Orang tua sudah baik, menyekolahkan. Bisa beda ya, pemikiran dari kedua anak ini. Bisa beda. Yang satu ingin dilayani, yang satu ingin melayani. Dapat uang, kasih papa, kasih mama. Ya hidup susah sedikit. Berkecukupan. Terus dia mendoakan dan menghormati orang tuanya sehingga kariernya cukup melesat. Dia dapat dipercaya, rajin, Tuhan buka kesempatan dia bekerja dalam bidang lainnya. Dia dipercaya oleh atasannya. Dia betul-betul cukuplah. Bahkan bisa sampai cicil rumah dan kendaraan dan dewasa secara umum, rohaninya juga baik.

Nah, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kalau kita lihat, kenapa ya bisa demikian? Ada 2 jalan hidup itu, yang 1 seperti Kain mungkin, yang 1 seperti Habel. Karena salah satunya adalah menghormati orang tua. Ini berkat menghormati orang tua. Karena apa? Wakil Tuhan yang kelihatan di bumi kepada manusia yang baru dilahirkan itu siapa? Orang tua. Orang tua itu wakil Tuhan. Setiap anak punya tugas menghormati orang tuanya. Entah orang tuanya itu orang tua yang tidak tahu diri, yang keras. Orang tua yang keras dan kaku lebih sulit dikasihi oleh anak-anaknya. Tetapi bukan saja itu, orang tua yang lembek, yang memanjakan anak juga kurang dihormati. Sebaiknya jadi yang reformed Injili ya. Orang tua yang reformed Injili. Keras doktrinnya, reformed, tapi Injili, penuh kasih, pengertian. Mungkin itulah ya, harusnya seimbang saja. Tapi ada orang tua yang jahat, tidak menafkahi keluarganya, tapi keluarganya masih bisa hidup. Itu juga anugerah Tuhan ya. Akhirnya, anak benci sama orang tuanya. Iya betul, ada alasan untuk membenci. Lebih mudah membenci, betul, bisa, tapi itu tetap salah. Orang tua tetap dihormati karena dia wakil Tuhan.

Bahkan ada warning khusus di dalam Perjanjian Lama, bila seorang anak tidak menghormati orang tua, bahkan menghina orang taunya. Mari kita lihat. Keluaran 21 ayat 15 dan 17. Ini warning besar sekali ya, ini di dalam konteks bangsa Israel pada waktu itu ya. Jadi, ini hukum sipil, hukum bangsa Israel. Kita nggak lakukan ini lagi ya, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya. Tapi ini adalah menyoroti dosa yang begitu besar. Mari kita baca Keluaran 21 ayat 15 dan 17. (Kel. 15:15) “Siapa yang memukul ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati.”  (Kel. 15:17) ”Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati.” Point-nya apa sih? Kenapa Tuhan membentuk suatu bangsa dengan hukum ini? Kalau kamu pukul orang tua, mati. Itu bukan anak-anak kecil yang memukul orang tua ya. Maksudnya, sudah dewasa, sudah bisa kendalikan diri, dia pukul orang tua. Orang tua masih hidup nggak? Masih lho. Kenapa harus mati anaknya? Bukankah hukum Israel itu mata ganti mata, gigi ganti gigi? Kalau orang itu mati, baru saya mati. Tapi ini anak memukul orang tua, mati anaknya. Padahal anaknya masih sehat, masih mungkin panjang umur ya. Bahkan bukan saja itu, mengutuki. Bukan saja pakai fisik, tapi pakai verbal mengutuki. “Ayah saya ini ayah durhaka!” Misalkan begitu ya. Wah, anak yang harusnya anak durhaka! Nggak ada orang tua yang harus dihina-hina sedemikian rupa oleh anaknya. Tapi point-nya adalah Tuhan ingin anak itu diberkati, bukan ingin menghukum anaknya ya. Point-nya adalah Tuhan itu sangat mengasihi orang tua. Kita bisa ada di dunia ini karena papa mama kita kok. Kita bisa pikir Allah itu Allah yang sadis dan kejam di dalam Perjanjian Lama, khususnya waktu Tuhan memberikan hukum kepada konteks bangsa Israel saja. Padahal itu bukan demikian. Allah itu sedang menyatakan hukum-Nya yang adil, yang kudus dan Tuhan ingin agar taat sungguh-sungguh, bangsa Israel. Dan itu bukan hal yang mustahil kok untuk menghormati orang tua, lebih lagi di zaman itu khususnya. Apalagi mereka menderita sama-sama di padang gurun, terus mereka menghadapi mujizat yang setiap hari mereka lakukan, bahkan sampai ke tanah Kanaan ya. Itu sangat possible bisa menghormati orang tua, maka Tuhan kasih peraturan itu. Kalau zaman sekarang kan, Bapak, Ibu, Saudara sekalian ya, ada anak membunuh orang tuanya. Dia pun masih hidup. Ada anak mengutuki orang tuanya. Ya nggak masalah, itu umum lah. Kita misuh-misuhin orang tua itu umum begitu ya zaman sekarang. Itu salah. Itu nggak benar. Justru apa? Itu merugikan dirinya sendiri. Point-nya apa? Dia tidak diberkati. Bisa juga mungkin dengan cara-cara Tuhan sendiri untuk memberi hukuman yang lainnya.

Lalu, mengenai hukum ke-5 dari Taurat ini, ada seorang pendeta menjelaskan dengan cara yang unik ya tentang hukum ke-5 ini. Syarat orang-orang Israel menjadi bangsa yang besar adalah harus jadi masyarakat yang besar. Bangsa yang besar kan nation-nya besar. Caranya apa? Jadi masyarakat yang besar. Syarat orang-orang Israel menjadi masyarakat yang besar harus jadi keluarga yang besar. Dari kecil lagi, komunitas manusia yang lebih kecil lagi. Dan syarat orang-orang Israel jadi keluarga yang besar yaitu apa? Anak harus menghormati ayah dan ibunya. Dari kecil, anak hormati ayah dan ibu. Keluarga ini menjadi agung, menjadi indah. Seorang anak laki-laki menghormati papa mamanya begitu ya, terus keluarga ini jadi besar, dan jadi masyarakat yang bagus dan akhirnya jadi suatu bangsa yang besar. Maka dari itu, kita bisa pelajari juga bagaimana supaya gereja itu menjadi gereja yang kokoh ya Bapak, Ibu, Saudara sekalian, dengan memperhatikan keluarga-keluarga. Dengan mendidik anak-anak. Sekolah Minggu betul-betul harus diperhatikan. Remaja harus diperhatikan. Pemuda juga, karena mereka masih anak. Maka, para pemuda ya coba ya terus setia beribadah. Kalau bisa komitmen dalam seminggu itu 2 acara gereja lah. Komitmen 2. 1 ibadah Minggu, sudah keharusan karena libur kan. Terus kemudian ambil komitmen lagi. 1 lagi saya ingin terlibat demi apa? Demi mencintai Tuhan, mengasihi Tuhan. Yang pemuda, ke pemuda, yang remaja, ke remaja, yang sekolah Minggu ke sekolah Minggu. Sudah, kalau keluarga baik seperti itu, Tuhan pelihara, Tuhan pasti berkati gereja Tuhan ya.

Kita tarik lebih jauh lagi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian. Gereja itu supaya berkembang harus bagaimana berdasarkan ayat ini? Kita bisa tarik yaitu harus ingat dan menghormati orang tua di gereja tersebut. Setiap orang tua yang ada di tempat ini, kita belajar hormati, kasihi, peduli. Kita yang muda jangan sombong ya. Belajar rendah hati, menyapa, menghormati. Bukan saja itu, orang tua dari gereja ini, komunitas ini. Di komunitas itu kayak ada anak lah ya. Seperti anak. Komunitas baru muncul, anak, ada orang tuanya. Berarti hormati siapa? Kita belajar hormati pendiri gereja. Nggak masalah kan menghormati pendiri gereja. Presiden saja kita hormati kok, meskipun jabatannya cuma 5 tahun atau 10 tahun. Kita hormati presiden. Tapi pendiri gereja kita hormati nggak? Apalagi benar, baik ya. Terus guru yang ada, pemimpin-pemimpin gereja. Kita perlu menghormati mereka yang kelihatan ini.

Tapi lebih penting lagi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, Yesus sendiri pernah menyatakan ya di dalam firman Tuhan itu, seorang anak telah lahir bagi kita, yaitu apa namanya itu? Pangeran damai. Prince of peace. Terus, Raja damai, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal. Nah, itu kan seorang anak, tapi disebut sebagai Bapa. Itu Yesus Kristus ya. Satu-satunya di dalam Alkitab yang menyebut Yesus juga adalah Bapa kita. Orang tua dari gereja ini siapa? Kepala gereja adalah Yesus Kristus. Jadi, kita harus hormati Yesus Kristus jauh lebih tinggi dibandingkan pemimpin-pemimpin gereja itu sendiri. Karena pemimpin gereja bisa sesat, bisa salah, tapi Yesus Kristus adalah Tuhan kita, tidak pernah salah. Jadi, kita hormati Yesus Kristus dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin yang ada. Yang jelas, gereja harus berpusat pada Yesus Kristus. Ini konteks GRII Yogyakarta. Kita belajar hormati Pdt. Stephen Tong. Caranya bagaimana? Ya boleh kutip-kutip. Tapi bisa dianggap mengkultuskan. Hati-hati ya kalau ada orang sudah negatif dulu, nggak usah kutip-kutip. Kalau belum, supaya mengajari orang menghormati, coba ya bisa kutip Pdt. Stephen Tong, bisa YouTube channel, bisa kasih tahu khotbah Pdt. Stephen Tong bagus. Kalau rajin baca, beli bukunya Pdt. Stephen Tong. Saya dulu juga pernah punya cita-cita ya, yang belum kesampaian. Saya nggak tahu kesampaian atau nggak, yaitu coba membaca buku-bukunya Pdt. Stephen Tong. Dalam arti apa? Ya kita mengenal Tuhan, tapi kita juga melihat bagaimana Tuhan bekerja atas pendiri GRII ini.

Mengembangkan kerajaan Allah tentu sebenarnya prinsipnya teladan dari Yesus Kristus sendiri. Ada yang mengatakan, ”Ayo, cara kembangkan kerajaan Allah itu seperti Yesus. Harus punya 12 rasul. Dari 12 rasul itu dibagi 3, 3, 3, 3. 3 kelompok, salah satunya Petrus, Yakobus, Yohanes. Ya buat KTB. Terus 3 kelompok yang lain punya inner circle. Terus sistemnya seperti apa.” Dan lain-lain. OK, itu bagus. Kita melihat, mengembangkan gereja dengan teladan Yesus Kristus itu sungguh-sungguh bagus. Tapi jangan lupa, kita harus mengikuti pimpinan Roh Kudus. Nggak tentu seperti itu, mengembangkan gereja harus bentuk KTB, tapi kita lihat pimpinan Roh Kudus yang lebih jelas. Kita berdoa. Bersandarkan anugerah Tuhan. Tapi bukan berarti kita tidak mencoba. Mencoba nggak masalah. Apalagi hal baik. KTB hal yang baik ya. Melayani Tuhan hal yang baik. Acara-acara hal yang baik. Kita kerjakan saja semuanya kalau bisa. Tapi kalau nggak bisa, ya sudah. Kita betul-betul berdoa. Berdoa sih pasti semua gereja bisa. Masa nggak bisa ya? Maka, kita mau berdoa kepada Tuhan. Mari, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, kita mengembangkan kerajaan Allah ya dan juga berbagian dalam gereja Tuhan. Dengan cara apa? Itu tadi. Minta anugerah Tuhan, terus juga hormati orang yang lebih tua, hormati Yesus Kristus terutama ya.

Dan juga kita boleh memikirkan apa sih yang bisa kita kembangkan di dalam gereja Tuhan. Kalau di dalam perusahaan itu ada tim R&D, Research and Development. Gereja juga boleh ya. Cobalah memikirkan, perkembangan gereja itu apa? Ya itu pengurus ya, tetapi jemaat Tuhan juga bisa memberi masukan, bagaimana supaya gereja Tuhan berkembang. R&D kayak gitu ya. Dan yang paling penting tadi ya. Meminta anugerah Allah. Kata “meminta” di dalam Alkitab itu seperti memohon dengan sangat, layaknya pengemis. Pengemis yang butuh uang. “Tuhan, minta.” Dia cuma bisa minta. Itu minta anugerah Allah. Hormati orang tua. Hormati kepala gereja, yaitu Yesus Kristus. Hormati juga pendiri gereja yang benar, yang baik ya. Lalu, kita juga menghormati orang-orang tua yang di sekitar kita yang bisa membimbing kita untuk bisa mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Sekali lagi, Bapak, Ibu, Saudara sekalian, mari kita sama-sama kembangkan kerajaan Allah dengan cara apa pun yang Tuhan berikan kepada kita dan kita belajar rendah hati juga untuk bisa ikut pimpinan Tuhan. Gereja Tuhan tidak boleh mengejar uang ataupun waktu luang, tetapi justru memanfaatkan hal-hal tersebut untuk mengembangkan kerajaan Allah. Amin. Mari kita sama-sama berdoa ya.

Bapa kami yang ada di surga, kami bersyukur Tuhan, untuk anugerah demi anugerah yang sudah Tuhan berikan kepada kami. Kami boleh hidup di dalam dunia ini pun, itu karena kebaikan Tuhan dan anugerah Tuhan. Apalagi, kami juga boleh dipilih Tuhan menjadi orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang memberikan keselamatan jiwa kami, dan kami pun boleh mengenal kebenaran Tuhan melalui Alkitab. Kami bersyukur Tuhan atas begitu banyak anugerah Tuhan yang Tuhan berikan. Kiranya ketika kami menyadari kehidupan kami yang bisa melakukan berbagai aktivitas di dalam kehidupan kami, kami bisa bersyukur dan memuji Tuhan. Ampuni segala dosa-dosa, kelemahan kami kalau seringkali kami mengabaikan Tuhan yang sudah menciptakan, memelihara, dan menyelamatkan kami yang begitu berdosa ini. Pimpinlah kami Tuhan untuk melakukan kehendak Tuhan. Pimpinlah kami Tuhan untuk merindukan apa yang Tuhan rindukan, yaitu supaya kerajaan Tuhan boleh nyata di bumi seperti di surga. Berkatilah setiap kami, Tuhan. Tolonglah kami yang lemah ini. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa dan mengucap syukur. Amin. (HSI)

 

Comments