Ke Ikonium, Listra, dan Derbe, 1 Mei 2022

Kis 14:1-28 

Pdt. Dawis Waiman, M.Div.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, kalau kita lihat di dalam ayat pasal 14 ini, Paulus dan Barnabas pergi ke Ikonium, Listra, dan juga Derbe di dalam pelayanan yang mereka lakukan. Pertanyaannya adalah apa yang mendorong Paulus dan Barnabas pergi ke Ikonium, Listra, dan Derbe? Kalau Saudara lihat di dalam pasal 13, perikop sedikit di awal nya, dari ayat 50 sampai ayat yang ke-52, maka Saudara akan menemukan, mereka pergi karena orang-orang yang ada di tempat sebelumnya, itu adalah orang -orang yang kemudian merencanakan untuk menganiaya mereka, sehingga mereka kemudian pergi dari daerah itu. Jadi mereka merencanakan untuk menganiaya dan kemudian mengusir para Rasul itu, sehingga mereka pergi. Lalu pergi ke mana? Ke Ikonium, Listra, dan ke Derbe. Untuk apa? Sekali lagi, tujuannya adalah untuk memberitakan Injil Yesus Kristus.

Jadi pada waktu mereka pergi ke mana pun juga, mereka pergi dengan satu sikap hati adalah untuk memberitakan Kristus. Nah ini adalah daerah-daerah yang merupakan daerah yang orangorang Yunani, dan orang-orang bukan Yahudi berada, atau itu di luar daripada lingkup orangorang Israel, tetapi tetap dengan satu prinsip yang sama yang mereka lakukan, kemungkinan mereka pergi ke daerah itu karena di situ ada orang Yahudi tinggal dan orang Yahudi beribadah kepada Tuhan. Dan itu sebabnya mereka pergi ke sinagoge orang Yahudi untuk beribadah kepada Tuhan dan memberitakan Injil di situ.

Tetapi Saudara, setiap kali Injil diberitakan, setiap kali kebenaran diajarkan, Alkitab selalu menyatakan akan ada 2 respons yang diberikan oleh orang-orang. Pertama adalah mereka yang menerima kebenaran Injil itu karena mereka percaya kepada pemberitaan yang disampaikan oleh para Rasul itu. Yang kedua adalah mereka yang menolak pemberitaan dari para Rasul itu. Dan menariknya adalah pada waktu mereka dikatakan mereka menolak pemberitaan para Rasul itu, terjemahan LAI dikatakan bahwa mereka menolak karena mereka tidak percaya kepada pemberitaan para Rasul itu. Saudara boleh lihat di dalam ayat yang ke-2, di situ dikatakan, “Tetapi orang-orang Yahudi, yang menolak pemberitaan mereka, memanaskan hati orang-orang yang tidak mengenal Allah dan membuat mereka gusar terhadap saudara-saudara itu.” Tetapi kalau Saudara lihat di dalam terjemahan dari bahasa Yunani-nya, maka istilah “menolak pemberitaan itu” sebenarnya dikaitkan dengan satu kata yang sangat penting sekali, mereka bukan hanya menolak, mereka bukan hanya tidak percaya kepada pemberitaan yang diberitakan oleh Paulus di sana, tetapi kata yang digunakan adalah “mereka tidak taat.” Itu sebabnya mereka menolak pemberitaan yang dikabarkan oleh Rasul Paulus. Saya bacakan bahasa Inggrisnya ya, “But the Jews that were disobedient stirred up the souls of the Gentiles, and made them evil affected against the brethren.”

Jadi pada waktu Tuhan melihat, dari persepektif Tuhan, atau perspektif Wahyu Tuhan, orangorang yang ketika mendengar perkataan Injil Tuhan, lalu ketika mereka mendengar, mereka kemudian mungkin skeptik, lalu mereka kemudian menolak kebenaran daripada Firman Tuhan yang diberitakan, Saudara jangan berpikir ini hanya urusan saya percaya dan tidak percaya, atau orang itu percaya atau tidak percaya, bagi Tuhan, Tuhan menganggap itu sebagai satu ketidaktaatan dari orang yang tidak percaya kepada pemberitaan Injil Tuhan. Jadi istilah lainnya itu adalah satu pemberontakan yang mereka lakukan ketika mereka mendengarkan kebenaran Injil tentang Kristus yang dikabarkan kepada diri mereka.

Dan akibatnya apa? Akibatnya adalah mereka tidak hanya sendirian di dalam menolak, tetapi anehnya adalah selalu mereka akan mengumpulkan kelompok orang untuk memanasi hati mereka guna untuk menolak Paulus dan Barnabas itu. Dan ini juga menjadi satu hal yang menarik Saudara, ketika kita melayani Tuhan dan pelayanan kita itu tidak akan lari daripada prinsip ini, akan ada selalu 2 kelompok orang, yang menerima dan yang menolak itu. Tetapi pada waktu orang menolak pelayanan yang kita lakukan atau berita Injil yang kita sampaikan, caranya bagaimana? Yaitu caranya sering kali seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di Ikonium. Mereka lakukan bagaimana? Yaitu dengan cara membuat integritas dari Paulus dan Barnabas itu tercoreng.

Dan Saudara, itu adalah satu kebiasaan, itu adalah satu cara yang digabungkan, orang ketika mendengarkan berita kebenaran, mereka nggak suka berita kebenaran itu, mereka bukan menentang berita itu, mereka bukan melawan hal-hal yang disampaikan itu saja, tetapi mereka yang paling penting adalah mereka berpikir kalau sampai pribadi orang yang melawan atau memberitakan kebenaran itu atau Injil itu dicoreng, misalnya dia dianggap sebagai orang yang pendusta, dia adalah orang yang karakternya buruk, dia adalah orang yang tidak bisa dipercaya, seperti itu, maka itu secara otomatis akan membuat berita yang dikabarkan oleh orang itu menjadi sesuatu yang ditolak.

Saudara, saya percaya ini adalah hal yang penting ya. Kita sering kali melihat kehidupan kita itu terdisintegrasi antara apa yang kita percayai, apa yang kita katakan, dan apa yang kita hidupi di dalam hidup kita. Kita berpikir bahwa menjadi orang Kristen yang penting itu adalah saya percaya kepada Kristus dan saya menjalankan mandat Injil, yaitu memberitakan Firman kepada orang-orang lain yang belum percaya kepada keluarga, tetapi kita nggak terlalu pikirkan melatih diri kita untuk hidup secara bersepadanan dengan Injil yang kita beritakan. Saudara tau itu adalah satu kelemahan yang sangat besar sekali yang saya percaya iblis akan pakai untuk membuat orang-orang mempertanyakan berita Injil yang kita kabarkan kepada diri mereka.

Di dalam hal ini saya sering kali menemukan pengertian seperti ini ya, kita lebih baik memberitakan Injil Kristus kepada orang-orang yang bukan anggota keluarga kita daripada anggota keluarga kita. Betul nggak? Betul ya. Kenapa ya kita lebih mudah memberitakan Injil kepada orang yang bukan anggota keluarga daripada kepada anggota keluarga? Saya percaya sebabnya satu hal, karena anggota keluarga kita mengenal kita luar dan dalam. Anggota keluarga kita mengerti segala kelemahan kita, segala kemalasan kita, segala hal yang kita biasa lakukan kebohongan, dan hal-hal buruk lainnya di dalam hidup kita. Mereka tau itu semua lalu sekarang kita tiba-tiba ngomong dengan satu pengertian bahwa mereka berdosa, mereka salah, mereka harus bertobat dari dosa mereka, mereka harus datang kepada Kristus dan Kristus bisa menyelamatkan diri mereka. Saya percaya satu hal yang mereka akan langsung connect di dalam pemikiran mereka, “Emang kamu orang baik” kaya gitu, “Emang kamu adalah orang yang berubah dari kebiasaan yang lama karena mengenal Kristus? Bukankah hidupmu masih sama seperti kehidupan yang lama?” Saudara itu sebabnya memenangkan orang tua kita yang tidak percaya kepada Tuhan, atau saudara kita, menjadi satu pekerjaan yang sulit sekali dan membutuhkan waktu, mungkin, seumur hidup mereka baru mereka mau bertobat, setelah mereka menyaksikan kehidupan kita lebih jelas lagi.

Jadi pada waktu orang-orang yang ada di Ikonium itu menolak Paulus dan Barnabas, jangan pikir mereka hanya menolak dengan cara berdebat dengan Paulus dan Barnabas, dan menyangkali atau berusaha untuk mengeluarkan kebenaran-kebenaran Alkitabiah kalau ini adalah orang Yahudi untuk menentang pemberitaan yang Paulus dan Barnabas itu beritakan. Karena apa? Karena kalau Saudara komparasikan dengan peristiwa yang terjadi kepada Stefanus, saya percaya di situ mereka bukannya tidak berusaha di dalam aspek ini, tetapi mereka berusaha dan mereka tidak menemukan celah untuk membantah pemberitaan yang dilakukan oleh orangorang Kristen kepada diri mereka.

Saudara bisa lihat itu di dalam Kisah Rasul 6 ya, ketika Stefanus berdiri di hadapan orangorang Yahudi, para pemimpin itu, dan salah satunya adalah Paulus atau Saulus yang ada di tengah-tengah mereka. Ketika mereka berdebat di situ, atau Saudara bisa lihat ayat yang ke-8 sampai ayat yang ke-15 dan pasal yang ke-7, mereka berdebat keras dengan Stefanus, tapi mereka tidak ada satu pun yang bisa membantah kebenaran yang Stefanus beritakan. Lalu apa yang harus mulai dilakukan? Ya cuma satu, mulai menuduh, bisa emosi, marah, lalu membunuh, atau mereka kemudian merusak integritas hidup, atau memfitnah si pemberita dari kebenaran itu.

Jadi ini juga menjadi satu hal yang Saudara perlu lihat dan antisipasi ketika Saudara melayani Tuhan. Saudara pertama harus melihat kebenaran dari Firman yang Saudara beritakan. Lalu yang kedua adalah Saudara harus melihat kepada integritas hidup yang Saudara miliki di dalam hidupmu. Saya percaya bahwa seseorang bisa datang kepada Tuhan itu tentunya adalah kasih karunia yang Tuhan berikan di dalam hati orang itu atau kepada diri orang itu, sehingga mereka bisa menerima Injil Tuhan, tetapi dari tanggung jawab kita sendiri, kalau orang melihat kita adalah orang yang teledor, orang yang tidak bisa dipercaya, orang yang tidak punya disiplin hidup, orang yang tidak mengutamakan Tuhan dibandingkan dengan hal-hal yang kita pentingkan dan kedagingan diri kita, saya percaya itu akan sangat mengurangi efektifitas di dalam pemberitaan Injil yang kita lakukan, atau itu akan mengurangi kuasa di dalam pemberitaan Injil yang kita kabarkan.

Saudara, ketika Roh Kudus bekerja di dalam hidup kita, Roh Kudus itu bukan hanya memberikan kuasa-Nya kepada kita dengan tanpa ada satu persyaratan yang menyertai dari kuasa itu diberikan. Saya percaya semua orang Kristen itu punya kuasa untuk melayani karena Tuhan sudah memberikan janji itu kepada kita ketika Dia mau naik ke Surga, meninggalkan orang-orang Kristen. Di Matius 28 Tuhan sudah katakan kalau Dia mau menyertai orang yang memberitakan Injil. Di dalam Kisah Rasul 1, Tuhan menyuruh orang-orang Kristen untuk menanti di Yerusalem sampai kepada Roh Kudus itu diberikan kepada mereka sebagai satu kuasa yang akan menyertai mereka di dalam pelayanan. Lalu Saudara bisa lihat juga di dalam beberapa pasal yang lain, baik itu di Samaria, kemudian di tempat Kornelius, dan juga sampai ke Efesus itu ada peristiwa Roh Kudus dicurahkan atau diberikan dan di situ orang-orang kemudian menyatakan mereka kepenuhan oleh Roh Kudus itu. Tujuannya untuk apa? Saya bocorkan dulu di sini ya, tujuannya adalah untuk menyatakan kalau Roh Kudus itu sudah diberikan kepada seluruh orang Kristen yang ada di seluruh dunia ini, yang digambarkan mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai kepada ujung bumi itu.

Jadi kita sudah memiliki Roh Kudus. Setiap orang yang percaya, Alkitab katakan sudah memiliki Roh Kudus di dalam hidup mereka. Kita tidak perlu lagi meminta Roh Kudus masuk ke dalam diri kita, tapi kita sudah memiliki itu, karena Roma 8:9 berkata bahwa setiap orang yang tidak memiliki Roh Kristus, atau Roh Kudus, maka dia bukan orang Kristen. Jadi kita sudah menerima itu, berarti kalau kita memiliki Roh Kudus, Efesus 1 mengatakan bahwa kita sudah memiliki Roh yang memberi kuasa bagi Kristus untuk melayani di dalam dunia ini, Roh yang sudah membangkitkan Kristus dari kematian pada hari yang ketiga. Itu adalah Roh yang bekerja di dalam hati kita semua. Artinya kita sudah punya kuasa belum? Saya percaya kita sudah punya kuasa itu, Tuhan sudah memberikan kuasa itu.

Lalu apa yang membuat pelayanan kita nggak efektif? Kenapa ketika kita melayani kelihatannya begitu sulit sekali, orang-orang sulit sekali menerima Injil Kristus? Ya tentunya karena itu adalah pekerjaan Tuhan di dalam hati dia, tetapi juga bagian kita, kita perlu melihat apakah kita hidup di dalam dosa dan ketidaktaatan atau tidak. Saudara, Roh Kudus akan bekerja dengan efektif di dalam hidup kita, kuasa-Nya akan menyertai pelayanan kita kalau kita adalah orangorang yang hidup di dalam kesucian dan hidup di dalam ketaatan kepada perkataan Kristus. Di situ baru Roh Kudus akan bekerja dengan baik atau dengan maksimal di dalam kehidupan kita.

Dan itu yang membuat pelayanan Paulus menjadi efektif sekali. Ketika dia beritakan Injil, selalu ada orang-orang yang percaya di dalam pemberitaan itu. Ketika dia beritakan Injil, selalu ada orang yang meninggalkan imannya yang lama, lalu datang kepada Kristus untuk percaya. Tetapi Saudara setiap kali dia beritakan Injil juga, akan ada penentang-penentang yang kemudian mempertanyakan berita Injil dia dan berusaha untuk merusak pekerjaan yang dilakukan oleh Paulus dan Barnabas, termasuk juga dengan cara merusak nama baik daripada Paulus dan Barnabas itu.

Tetapi Saudara, pada waktu itu terjadi, apa yang dilakukan oleh Paulus dan Barnabas? Saudara menarik sekali kalau Saudara baca di dalam ayat yang ke-3, di dalam LAI nggak terlalu terlihat artinya, tetapi Saudara saya baca LAI dulu lalu saya baca bahasa Inggrisnya ya. Di dalam terjemahan LAI dikatakan, “Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ.” Jadi ketika dia tau ada orang yang menentang dia, ketika dia tau bahwa ada orang yang mulai berkomplot untuk mengusir dia atau menganiaya Paulus dan Barnabas, apa yang dilakukan oleh Paulus dan Barnabas? Dia tetap tinggal di situ untuk mengajar dengan berani di kota Ikonium itu.

Tapi kalau Saudara baca di dalam terjemahan bahasa Inggrisnya, ada satu kata yang terlewatkan atau tidak dimunculkan di dalam terjemahan LAI. Dalam terjemahan bahasa Inggris ASV, American Standard Version, dikatakan, “Long time therefore they tarried there speaking boldly in the Lord, who bare witness unto the word of his grace, granting signs and wonders to be done by their hands.” Ada muncul kata yang penting, yaitu “therefore” artinya adalah “karena itu”. Jadi kalau Saudara baca di dalam ayat yang ke-2, saya baca ya, “Tetapi orang-orang Yahudi, yang menolak pemberitaan mereka, memanaskan hati orang-orang yang tidak mengenal Allah dan membuat mereka gusar terhadap saudarasaudara itu.” Lalu ayat 3, “karena itu,” “Paulus dan Barnabas tinggal beberapa waktu lamanya di situ. Mereka mengajar dengan berani, karena mereka percaya kepada Tuhan.” Saya tanya, apa yang menjadi alasan Paulus dan Barnabas tinggal di situ? Dia ditolak kok. Orang-orang sudah mengumpulkan massa untuk mengusir mereka, dan bahkan untuk menganiaya mereka. Apa yang menjadi dasar mereka tetap stay di Ikonium? Karena apa? Ada yang bisa kasih saya jawaban? Karena apa? Halo? Karena apa? Ini bingung atau nggak berani jawab? Karena orang-orang Yahudi mengumpulkan massa untuk menolak mereka. Betul nggak? Dan pada waktu orang-orang Yahudi mengumpukan massa untuk menolak Paulus dan Barnabas di situ, mereka bukan hanya tinggal di situ, lalu menutup mulut mereka, tetapi mereka justru dengan berani mengajarkan tentang Injil Kristus kepada orang-orang yang ada di Ikonium.

Saudara, saya percaya ini adalah hal yang penting, menjadi satu karakter yang harus menyertai kita di dalam sebuah pelayanan untuk bisa menjadi orang yang melayani secara efektif. Pertama adalah tentunya ada satu penundukan diri kepada pimpinan Roh Kudus di dalam hidup kita, melalui satu tuntutan hidup untuk hidup suci di dalam dunia ini. Tapi yang kedua adalah, yang tidak kalah penting, adalah berita yang kita kabarkan kepada orang banyak itu adalah satu berita tentang Kristus yang setia kepada kebenaran yang Alkitab nyatakan kepada kita. Yang ketiga adalah pada waktu kita melakukan itu dan ada penolakan yang terjadi dalam kehidupan kita, kita nggak boleh mundur, kita nggak boleh kemudian menjadi takut, lalu kemudian menarik diri, lalu kemudian berkata, “Oh sekarang kita waktunya untuk berbicara secara internal kepada orangorang Kristen yang ada dan tidak lagi perlu memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya.” Karena apa? Paulus di sini dikatakan tetap pergi memberitakan Injil Tuhan dengan begitu beraninya kepada orang-orang yang ada di Ikonium. Kenapa mereka tetap dengan begitu beraninya memberitakan Injil? Ada satu kalimat yang penting di dalam ayat yang ke-3, “karena mereka percaya kepada Tuhan.”

Saudara, sekali lagi saya katakan, ini adalah hal yang penting. Saudara, di dalam kita berjalan bersama dengan Tuhan, Saudara bisa lihat itu baik di dalam Perjanjian Lama ataupun dalam Perjanjian Baru, tetapi yang jelas sekali adalah yang ditunjukkan oleh Israel di dalam perjalanan mereka di padang gurun yang menjadi satu gambaran dari perjalanan orang Kristen yang ada di dalam dunia ini menuju kepada satu tempat yang Tuhan sudah janjikan, yaitu tanah perjanjian bagi diri kita, langit dan bumi yang baru. Pada waktu kita berjalan di dalam dunia ini, kita dikabarkan bahwa kita hidup karena kasih karunia di dalam Kristus, orang-orang Israel juga adalah orangorang yang ketika berjalan di padang gurun adalah orang yang menerima kasih karunia Tuhan, baru mereka bisa berjalan di padang gurun itu untuk menuju kepada tanah perjanjian. Saudara bisa lihat itu di dalam Keluaran 20, Saudara bisa lihat itu di dalam ayat-ayat lain di dalam kitab Musa, yang menyatakan kenapa Tuhan membawa mereka keluar dari Mesir, karena kasih setia Tuhan ada pada mereka, karena Tuhan mengingat janji-Nya kepada bapa leluhur mereka, yaitu Abraham, bukan karena kebaikan dan kesetiaan mereka di Mesir itu.

Jadi mereka keluar juga karena kasih karunia Tuhan dalam hidup mereka. Kita keluar dari kehidupan berdosa karena kasih karunia Tuhan yang Tuhan berikan di dalam hidup kita. Jadi sama-sama ada di dalam pengembaraan di tengah-tengah dunia ini karena kasih karunia Tuhan yang berikan bagi diri kita, lalu apa yang terjadi kepada orang Israel yang ada di padang gurun? Mereka terus menerus menolak untuk percaya kepada Tuhan dengan mulai bersungut-sungut, mereka mulai mempertanyakan kepemimpinan Musa, mereka mulai meragukan Tuhan menghendaki untuk mereka mengalami hal yang baik dalam hidup mereka. Bahkan ketika mereka tiba di pintu gerbang untuk masuk ke dalam tanah perjanjian, di situ pun mereka kemudian mendukakan hati Tuhan, melukai hati Tuhan dengan menyatakan kalau mereka tidak percaya Tuhan sanggup mengalahkan musuh-musuh mereka yang adalah raksasa-raksasa itu.

Saudara, satu prinsip yang penting, yaitu pada waktu kita berjalan dengan dasar kasih karunia, maka kasih karunia itu adalah satu kebenaran yang sangat sepadan sekali dengan yang namanya percaya atau iman. Tetapi kalau perbuatan, itu sepadan dengan satu perbuatan yang tidak percaya. Kenapa? Karena kita tidak bisa usahakan apa pun kok dalam hidup kita. Kalau kita nggak bisa usahakan keselamatan kita, kita nggak bisa usahakan kebenaran kita, kita nggak bisa memelihara hidup kita karena Allah yang berdaulat atas segala sesuatu kita begitu terbatas sekali dalam hidup kita, cara yang paling bijaksana di dalam hidup apa? Terus ngotot dengan kekuatan kita, kemampuan kita, kepintaran kita untuk menyelesaikan masalah dan memperjuangkan hidup ini? Atau kita datang kepada Kristus, pertama mempercayakan diri kita di dalam hal keselamatan yang Kristus lakukan dalam diri kita, atau bagi hidup kita, lalu setelah itu kita berjuang lagi seperti orang-orang dunia yang dengan kekuatan kita, dengan bijaksana kita, kecerdasan kita, dan usaha kita untuk hidup di dalam kekudusan dan perkenanan Tuhan atas segala sesuatu yang kita lakukan dalam dunia?

Kalau Saudara lakukan itu, Saudara persis seperti orang-orang Galatia di mana Paulus melayani. Ketika mereka percaya kepada Kristus, mereka menerima Kristus karena pemberitaan Paulus, tetapi kemudian nggak lama setelah itu ada orang-orang Yahudi Kristen yang datang lalu kemudian mengatakan kepada mereka, “Jangan ikuti Paulus. Paulus itu mengajarkan hal yang sesat. Paulus itu mengajarkan sesuatu yang tidak Alkitabiah. Paulus itu mengajarkan kebenaran hanya melalui kasih karunia, yang benar itu adalah kalian selain percaya pada Yesus, kalian juga harus melakukan Taurat dalam hidupmu.” Lalu Paulus marah besar sekali di Galatia, tapi prinsipnya adalah Paulus berkata, “Kalau engkau memulai dengan Roh maka engkau harus mengakhiri dengan Roh bukan dengan daging, tapi engkau harus mengakhiri dengan Roh.” Maksudnya adalah kalau engkau memulai dengan kasih karunia, engkau juga harus mengakhiri dengan kasih karunia yang bersumber dari Tuhan.

Jadi pada waktu kita mengerti diri kita dengan jelas, dengan benar, saya percaya hal yang paling bijaksana adalah datang kepada Kristus, menyerahkan hidup kekal kita ke dalam tangan Kristus, pekerjaan yang Kristus lakukan bagi diri kita, yang kita nggak bisa usahakan itu. Tetapi juga ketika kita berjalan di dalam dunia ini, kita juga menyerahkan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita ke dalam tangan siapa? Tangan Tuhan yang memimpin dan memelihara hidup kita. Karena, sekali lagi, keberadaan kita itu bukan karena perbuatan tetapi karena kasih karunia. Dan akhir hdiup kita juga bukan berdasarkan perbuatan, Kitab Suci katakan, tapi berdasarkan kasih karunia.

Itu sebabnya ketika Saudara berjalan dengan Tuhan, Saudara butuh mengenal Tuhan-mu. Kalau Saudara tidak mengenal Tuhan-mu, maka Saudara nggak mungkin percaya kepada Dia. Karena kasih karunia itu sepadan dengan iman, bukan dengan perbuatan. Untuk bisa beriman, saya harus tau siapa yang saya percayai, tanpa itu saya nggak mungkin bisa mempercayakan diri saya kepada diri Dia.

Saya suka ambil contoh seperti ini ya, seorang perempuan mau nggak untuk dijodohkan kepada seorang laki-laki yang dia sama sekali nggak kenal? Sini ada Nita ya, mendadak papa, mama nya ngomong sama Nita, “Nita kamu sudah lulus kuliah, usiamu sudah nggak muda lagi, saya papa, mama lihat kamu belum punya pacar,” misalnya kaya gitu. Lalu, “Papa, mama punya kenalan ni. Teman papa, mama yang sama-sama belum punya pacar, sudah usianya nggak terlalu jauh dengan Nita, dan mau dijodohkan.” Tapi Nita nggak kenal sama sekali orang ini, mau nggak Nita? Nggak? Kenapa nggak? Papa, mama punya pilihan salah? Nggak kan? Papa punya pilihan bukan yang terbaik? Saya yakin juga nggak kan? Papa, mama nggak mau Nita bahagia melalui pilihan itu? Nggak juga kan? Mau nggak? Nggak. Kenapa nggak mau? Ada satu hal ya, karena belum kenal biasanya, “Saya nggak tau karakter dia.” Padahal saya suka ngomong sama anak muda ya, pernikahan yang dibangun atas dasar penjodohan sering kali lebih awet daripada pernikahan yang dibangun atas dasar pilihan sendiri.

Tapi biasanya orang masih mau milih sendiri, saya percaya bukan karena ada chemistry-chemistry itu ya, yang buat ada getaran-getaran, tapi karena saya ingin mengenal dia, saya ingin tau karakter dia, saya ingin tau orang ini cocok nggak sama diri saya. Baru saya kemudian mengambil langkah untuk memutuskan menikah dengan diri dia. Bagaimana kalau laki-laki yang dipilih itu salah? Bagi perempuan itu bayaran yang sangat mahal sekali, tapi bagi laki-laki mungkin itu adalah sesuatu yang tidak terlalu mahal seperti yang dialami oleh perempuan. Itu sebabnya saya ambil perempuan ya. Karena Gereja itu adalah mempelainya Kristus.

Jadi pada waktu kita mau mengikut Kristus, kita harus percaya siapa Dia, kuasa Dia, bijaksana Dia, dan hikmat Dia di dalam hidup. Kalau kita nggak mengerti itu, kita nggak mungkin bisa ikut Dia dengan baik. Karena apa? Karena sekali lagi, hidup sebagai orang Kristen bukan didasarkan pada perbuatan tetapi berbahagialah mereka yang tidak melihat melainkan percaya kepada Tuhan. Jadi itu sebabnya Saudara, pada waktu kita hidup, Tuhan mendidik kita untuk percaya, Tuhan mendidik kita melalui segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita supaya kita percaya kepada Dia yang sanggup untuk memimpin kita. Dan segala sesuatu yang Dia ijinkan terjadi dalam hidup kita itu ada di dalam hikmat Dia.

Saudara ngerti hikmat? Hikmat itu adalah segala keputusan yang diambil secara benar, secara tepat, dan sesuai dengan prinsip kebenaran Firman Tuhan di dalam satu situasi yang spesifik itu. Itu hikmat. Kalau kita bicara, “Orang itu berhikmat” itu berarti orang itu tau bagaimana menerapkan Firman Tuhan secara benar di dalam situasi hidup yang dia alami. Itu adalah orang berhikmat. Kalau Tuhan itu adalah Tuhan yang berhikmat artinya apa? Segala keputusan yang Tuhan berikan di dalam kehidupan kita, tuntunan yang Tuhan ijinkan kita jalani dalam kehidupan kita itu selalu baik dan benar dan tepat untuk diri kita demi untuk memproses kita makin serupa dengan Kristus yang makin membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Itu namanya Tuhan yang berhikmat. Makanya ada Roma 8:28 berkata bahwa Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, bahwa nggak ada sesuatu pun yang terjadi dalam kehidupan kita yang tidak baik, yang tidak bersumber dari Tuhan. Semuanya bersumber dari Tuhan, semuanya itu adalah baik untuk diri kita karena kita mengasihi Dia, lalu ayat 29 berkata untuk kita makin menjadi serupa dengan Kristus.

Jadi Saudara, apa yang mendorong Paulus dan Barnabas itu tetap gigih di situ, tetap berani memberitakan Firman? Karena dia percaya kepada Tuhan-nya yang berkuasa itu, yang bijaksana itu, yang berhikmat itu, yang benar itu. Dia percaya makanya dia terus bertahan di situ untuk memberitakan Injil kepada orang-orang itu. Saya percaya ini adalah prinsip yang, atau menjadi karakter yang kita perlu ada. Kadang-kadang kita begitu melihat orang dengan tatapan mata yang agak serius sedikit, agak marah sedikit, kita mundur langsung, kita ngerasa, “ya sudahlah lain kali saja kita memberitakan Injil sama orang itu.” Atau kadang-kadang kita mau berdiri, kita mau beritakan Injil, mendadak ada orang datang, dekat situ, mau mendengarkan kita ngomong sama orang ini apa, kita mulai ragu dalam hati, “Waduh gimana ya, ketahuan deh saya mau menginjili. Kayanya ada orang ini yang jaga supaya saya nggak beritakan Injil kepada orang itu.” Saudara, kita bisa seperti itu, tapi Paulus berkata nggak, justru ketika ada hambatan, ada penolakan, dia tetap stay di situ untuk memberitakan Injil dan beritakan Injil dengan begitu berani sekali. Sampai kapan? Sampai ketika orang banyak itu kemudian terbelah menjadi 2, lalu keadaan makin meruncing di situ, dan Paulus dan Barnabas tau bahwa mereka akan melempari dia dengan batu. Baru di situ dia pergi meninggalkan Ikonium dan pergi ke Listra dan ke Derbe.

Saudara, apakah itu berarti tindakan Paulus berikutnya itu bertentangan dengan tindakan yang sebelumnya dia lakukan? Apakah itu berarti bahwa Paulus sebenarnya sok berani di depan, lalu kemudian ketika tantangan makin berat, dan makin hebat, dia kemudian menyingkir, dan melarikan diri, menunjukkan kepengecutan diri dia? Saya percaya bukan seperti itu ya, karena kalau Saudara baca di dalam Matius 23, di situ Yesus pernah memberikan pesan kepada murid-muridNya, ketika penganiayaan tiba, jangan sok kuat, lari ke kota lain untuk pergi memberitakan Injil di kota yang lain itu.

Dan saya percaya kalau Paulus di situ, tetap stay di situ, maka pertama, perjalanan misi dia nggak akan selesai, Saudara kalau baca di dalam ayat yang ke-28, pasal yang 14, di situ dikatakan, “Di situ mereka lama tinggal bersama-sama dengan murid-murid itu.” Yaitu di Antiokhia, tapi kalau Saudara baca di ayat yang sebelumnya, 26, “Dari situ berlayarlah mereka ke Antiokhia; di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan.” Jadi ketika mereka di Ikonium, kalau mereka mati di situ, saya yakin pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka itu belum selesai. Tapi mereka harus tetap menjalankan tugas itu sampai selesai, dan untuk itu mereka harus dengan bijaksana dan hikmat untuk memutuskan apakah mereka harus stay di Ikonium, menghadapi penganiayaan itu, atau mereka pergi ke kota-kota lain untuk mengerjakan pemberitaan Injil terlebih dahulu.

Dan saya percaya itu bukan membuat Paulus dan Barnabas adalah seorang yang pengecut, tetapi dia tetap adalah orang yang berani karena apa? Pertama ketika mereka ada di Listra dan Derbe, orang-orang yang di Ikonium tetap pergi ke sana ngotot ngejar Paulus dan Barnabas untuk mencegah dia di dalam memberitakan Injil. Jaraknya itu berapa? Kira-kira ada yang ngomong itu antara 18-20 mil, yaitu kira-kira berapa? Mungkin 20-an km ya, 22, atau 23 km seperti itu. Dan mereka tetap pergi juga. Saudara lihat ini ya, orang yang menolak Injil itu adalah orang yang begitu gigih di dalam melayani apa yang mereka percayai. Kalau kita adalah orang yang malasmalasan, saya yakin kita gagal dibandingkan dengan orang itu. Mereka akan bekerja lebih giat, mereka akan membuat orang lebih banyak untuk tidak percaya kepada Kristus. Dan mereka bukan pasif lho, mereka adalah orang yang aktif sekali. Kita perlu aktif juga.

Pada waktu Paulus dan Barnabas pergi, Saudara bisa lihat, tadi kita sudah baca ya, mereka tetap beritakan Injil dengan berani di Listra dan Ikonium, dan bahkan mereka kemudian menerima rajaman batu. Bukan mereka lah, Paulus akibat dari pemberitaan itu menerima rajaman batu yang membuat dia dikira mati. Tetapi Saudara, Saudara perlu lihat juga, setelah dia dikira mati, dia dilempar ke luar kota, murid-murid datang ke diri dia, untuk mungkin meratapi diri dia, atau menguburkan diri dia, karena pikir mati, mendadak dia bangun. Lalu setelah dia bangun apa yang dia lakukan? Dia masuk ke dalam kota lagi, bukan pergi lho. Masuk ke dalam kota, lalu untuk menguatkan murid di sana, lalu setelah itu besoknya baru dia dengan Barnanabas, mengajak Barnabas pergi ke mana? Ke Derbe. Untuk apa? Melayani Tuhan. Lalu setelah itu ke mana? Kembali ke Listra, kembali ke Ikonium, tempat di mana dia sebelumnya pergi tinggalkan. Dan dia kemudian menguatkan orang-orang Kristen yang ada di Ikonium kembali. Dan berkata bahwa menjadi orang yang mengikut Tuhan adalah orang yang apa? Ayat 22, kita baca lagi ya, “Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.” Kita harus apa? Mengalami banyak sengsara. Jadi ini yang membuat saya percaya bahwa Paulus itu bukan seorang pengecut, dia adalah seorang yang begitu berani sekali untuk berita Injil yang dia kabarkan. Karena apa? Karena dia adalah seorang yang percaya kepada Tuhan di dalam pemberitaan yang dia lakukan. Dia percaya ada Tuhan yang menyertai hidup dia ketika dia menegakkan kebenaran daripada Firman Tuhan itu.

Saudara, itu sebabnya kita bisa katakan kenapa Paulus dan Barnabas pergi? Karena dia kemungkinan mendapatkan pimpinan Roh Kudus untuk meninggalkan kota itu, pergi ke kota lain dulu untuk memberitakan Injil di Listra dan di Derbe. Itu sebabnya mereka lebih taat untuk pergi memberitakan Injil di sana. Dan ketika mereka tiba di Listra, Alkitab mencatat Paulus mencatat kembali apa? Memberitakan Injil, memberitakan Firman Tuhan, memberikan pengajaran Firman kepada orang-orang yang ada di Listra. Dan pada waktu dia memberitakan Firman di situ, mendadak matanya menatap kepada satu orang yang lumpuh, dan Lukas mencatat dia adalah seorang yang lumpuh sejak dari kelahiran dia.

Lukas adalah seorang dokter, itu sebabnya ketika dia mencatat sesuatu, tentang penyakit khususnya, dia akan memberikan catatan yang sangat detail sekali. Dia katakan orang ini lumpuh sejak lahir, artinya adalah dia adalah orang yang tidak ada kemungkinannya, sama sekali, untuk bisa berjalan. Apalagi dia adalah orang yang sudah belasan atau puluhan tahun hidup di dalam kelumpuhannya itu. Dan Paulus ketika memberitakan Injil di situ, dia melihat kepada orang ini, mata ketemu mata, lalu dia dikatakan melihat orang ini memiliki iman untuk disembuhkan. Lalu Paulus meminta dia untuk berdiri dan berjalan, dan orang itu langsung sembuh.

Nah Saudara, ayat ini mau bicara tentang apa? Ada orang yang, kalau kita lihat di dalam pelayanan gereja saat ini ya, kadang-kadang kita memiliki penekanan yang salah di dalam hal yang utama, hal yang penting, hal yang harus didahulukan daripada hal yang lain. Kita sering kali itu terbalik-balik di dalam urutan. Saya percaya ada bagian lain di mana yang terjadi adalah, ya mungkin nggak usah ngomong itu, di dalam Kisah 3 Petrus melakukan mujizat dulu ya, tetapi Petrus mengabarkan Injil terlebih dahulu pada waktu itu. Yang saya mau omong kaya gini, kadang-kadang kita punya urutan yang terbalik, kita berpikir seperti ini, antara Firman dengan kuasa dalam pelayanan, atau mujizat mana yang lebih utama? Mana yang lebih utama?

Saya waktu ngajar kelas STRISKA di Solo tentang doktrin Roh Kudus ada 1 Bapak itu yang debat saya terus tiap kelas, tiap sesi. Kemarin aja ada damai sejahtera sedikit karena dia nggak datang ke dalam kelas, saya bisa ngajar dengan tenang. Tapi kalau nggak, dia selalu debat, apa pun itu dia debat. Lalu di situ dia ngomong, dia percaya mujizat diperlukan, mujizat tetap ada, dan bukankah mujizat itu akan membuat orang bisa percaya kepada Kristus?

Saudara, kalau di dalam Kisah Rasul bagaimana? Yang diutamakan itu apa? Mujizatnya atau pemberitaan Firmannya? Bukan mujizat lho, pemberitaan Firman yang utama. Saudara mau lihat Yesus Kristus punya pelayanan, Dia selalu utamakan pemberitaan Injil. Saudara mau lihat Petrus punya pelayanan, dia selalu utamakan pemberitaan Injil juga. Saudara mau lihat pelayanan Paulus dan Barnabas pertama kali pergi mereka pasti tekankan pada pemberitaan Injil. Lalu mujizat dan segala kuasa supranatural itu bagaimana? Nah James Boice ngomong kaya gini ya, kalau Saudara melayani Tuhan, Saudara jangan berpikir bahwa mujizat dan kesembuhan itu adalah sesuatu yang terus menerus mengiringi pelayanan dari Paulus, Petrus, dan Rasul-Rasul yang lain. Tetapi yang selalu menyertai mereka ke mana pun mereka pergi itu adalah pemberitaan Firman atau Injil. Dan kadangkala, Tuhan menyertai mereka dengan pelayanan mujizat dan juga segala kesembuhan itu.” Saya lihat itu kalimat yang benar. Kita seringkali berpikir untuk seseorang datang kepada Tuhan yang utama bukan pemberitaan Firmannya, tetapi kepada mujizat yang dilakukan. Karena pada waktu ada terjadi satu kuasa supranatural seperti itu, itu akan membuat orang, “Wah lihat. Oh ini ada pekerjaan yang bukan dari manusia.” Benar, bukan dari manusia, dan Paulus serta Barnabas dan Petrus dan rasul-rasul yang lain untuk mengkonfirmasi pengajaran yang dikabarkan oleh mereka sebagai suatu kebenaran, Tuhan menyertai dengan mujizat yang terjadi.

Ambil contoh kayak gini ya, saya beritakan Injil di sini, Firman, lalu di seberang ada Hamba Tuhan lain yang juga beritakan Firman. Saya cuma ngomong tentang apa yang Alkitab ajarkan, doktrin, seperti itu, kepada Saudara. Lalu Hamba Tuhan itu juga ngomong, khotbah, tetapi mendadak ada orang lumpuh yang berjalan di sebelah, ada orang mati bangkit dari kematian. Saudara lihatnya bagaimana? Yang lebih berkuasa yang mana? Yang lebih dipakai Tuhan yang mana? Pasti yang sebelah kan? Bukan saya, karena saya nggak ada mujizat, saya nggak lakukan itu. Dan itu yang terjadi dengan para Rasul. Mereka khotbah, mereka beritakan Injil, ada mujizat dan kuasa supranatural yang menyertai pelayanan mereka. Tujuannya untuk apa? Mengkonfirmasi kalau mereka adalah rasul yang diutus oleh Kristus, kalau Kristus itu hidup. Kristuslah yang mengerjakan mujizat itu dan menyatakan kalau Injil yang dikabarkan oleh para rasul itu adalah suatu Injil kebenaran.

Tetapi Saudara, itu adalah suatu kebenaran yang nggak bisa dijadikan sebagai satu prioritas, sesuatu kebenaran yang masih berlaku di dalam gereja sampai hari ini. Saudara bisa lihat itu di dalam 2 Kor. 12:12 dikatakan bahwa kenapa para rasul bisa melakukan mujizat? Karena itu menjadi satu konfirmasi kerasulan mereka, bukan untuk membuat orang percaya. Saudara boleh buka 2 Kor. 12:12, saya baca dari ayat 11 ya, “Sungguh aku telah menjadi bodoh; tetapi kamu yang memaksa aku. Sebenarnya aku harus kamu puji. Karena meskipun aku tidak berarti sedikit pun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu.” Ayat 12, “Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengahtengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa.” Apa yang membuktikan Paulus adalah seorang rasul? Ada tanda, ada kuasa, ada mujizat yang menyertai pelayanan Paulus. Itu yang menjadi bukti kalau Paulus adalah rasul Tuhan Yesus Kristus.Jadi pertanyaannya begini ya, untuk apa tanda, mujizat, dan kuasa itu menyertai pelayanan Paulus? Untuk apa? Untuk membuktikan kalau dia adalah rasul. Sekarang Saudara, kita rasul bukan? Bukan. Ya, Alkitab bilang, Rasul itu adalah saksi mata dari Kristus yang melayani dalam dunia, mati, bangkit hari ketiga, 40 hari kemudian naik ke Surga. Saudara bisa lihat ini di dalam Kisah Rasul pasal yang pertama. Siapa yang menjadi rasul yang menggantikan Yudas Iskariot yang mati? Petrus berkata yang memenuhi syarat itu. Kalau tidak, mereka bukan rasul. Dan ada satu syarat lagi yang penting adalah mereka bukan hanya saksi mata Yesus ketika hidup dalam dunia, mulai dari baptisan Yohanes Pembaptis, melayani 3,5 tahun, mati, lalu kemudian bangkit dari kematian, naik ke Surga. Tetapi ada 1 prinsip yang penting yang nggak pernah boleh diabaikan yaitu mereka dipilih oleh Yesus sendiri untuk menjadi rasul. Dan sekarang ada orang yang pernah melihat Yesus hidup di dalam dunia ini? Ada orang yang pernah mengalami baptisan Yohanes Pembaptis? Ada orang yang pernah melihat dengan mata mereka Yesus mati, lalu bangkit dari kematian? Kalau itu semua kriterianya tidak pernah terpenuhi, maka tidak ada satu rasulpun yang ada di dunia saat ini. Rasul berakhir ketika rasul terakhir mati, yaitu Rasul Yohanes. Habis itu nggak ada rasul sama sekali. Dan apalagi kalau syarat itu tidak dipenuhi, mungkin nggak Yesus memilih dia menjadi rasul untuk menyaksikan diri Dia? Padahal itu menjadi syarat yang Kitab Suci nyatakan. Saudara, kalau Yesus lakukan itu tentunya kontradiktif ya.

radiktif ya. Paulus bagaimana? Paulus, saya percaya pernah mendengar tentang Kristus. Paulus adalah seorang yang dididik langsung oleh Yesus Kristus. Ada yang percaya bahwa 3,5 tahun itu dia ada di tanah Arab dan dididik langsung oleh Yesus dan menerima Firman dari Yesus Kristus pada waktu itu. Tapi setelah dia, nggak ada rasul lain yang Alkitab catat sebagai Rasul Tuhan. Apalagi yang menempatkan diri di dalam posisi 12 rasul dari Yesus Kristus itu.

Jadi, tujuan mujizat, tanda, dan kuasa untuk mengkonfirmasi kalau mereka adalah rasul Yesus Kristus. Kalau kita bagaimana? Pembuktian kita, konfirmasi itu bukan dari mujizat yang dilakukan. Tetapi konfirmasi dari kebenaran dia adalah seorang Hamba Tuhan dari Tuhan atau bukan adalah dari kesetiaan yang dia miliki kepada Firman yang dia beritakan. Saudara punya Alkitab, Saudara bisa menguji setiap kalimat yang saya sampaikan itu adalah prinsipnya Firman Tuhan atau bukan. Kalau saya menyampaikan sesuatu yang tidak setia kepada Alkitab, Saudara boleh mengatakan saya bukan Hamba Tuhan yang setia. Itu caranya. Dan saya percaya itu menjadi 1 cara yang sangat efektif sekali untuk jaman kita sampai Kristus datang kedua kali untuk menuntun kita, mendidik kita, dan mengoreksi kehidupan kita di dalam kebenaran Firman. Makanya, Saudara bisa baca Ulangan 29 :29 ya, “Segala sesuatu yang tersembunyi atau tidak dinyatakan itu adalah milik dari Tuhan. Segala sesuatu yang dinyatakan adalah untuk kita dan anak cucu kita untuk diajarkan kepada diri mereka.” Dan Tuhan memakai cara ini, ini di dalam Pengakuan Iman Westminster dikatakan ya, “Tuhan memakai cara untuk menuliskan dan mencetak kitab atau perkataan-Nya supaya kita bisa menguji apakah yang disampaikan oleh Hamba Tuhan atau orang yang mengaku dirinya diutus oleh Tuhan adalah menyampaikan perkataan Tuhan atau tidak.”

Coba bayangkan kalau itu adalah oral tradisi. Saudara cuma mengandalkan memory Saudara. Alkitab nggak ada sama sekali, kayak gitu. Saya juga menerima dari, misalnya Pendeta Stephen Tong. Pendeta Stephen Tong menerima dari pendeta yang lain, kayak gitu. Pendeta yang lain menerima dari pendeta yang lain, sampai akhirnya diruntut-runtut katanya menerima dari rasul Yohanes misalnya kayak gitu, karena Rasul Yohanes adalah rasul yang terakhir. Saudara bisa uji, yang saya ajarkan benar? Nggak bisa kan. Dan mungkin pada waktu itu butuh kuasa mujizat Tuhan. Tapi kalau kita ada Kitab Suci yang bisa menjadi dasar untuk meng-cross check semua hal yang diajarkan sebagai kebenaran, dan saya sendiri ketika mengajar harus mengandalkan Kitab Suci ini, maka saya percaya itu menjadi satu cara yang Tuhan pakai yang begitu efektif sekali untuk menilai mana perkataan dari seorang Hamba Tuhan yang setia atau tidak, yang bersumber dari Tuhan atau tidak.

Jadi, Paulus pada waktu itu melayani seperti itu dan dikonfirmasi oleh mujizat yang menyertai pelayanannya supaya untuk menyatakan apa yang diberitakan oleh Paulus dan Barnabas itu adalah sebuah kebenaran. Tetapi, mujizat tidak pernah bisa menjadi satu dasar untuk membuat orang itu beriman, yang membuat seseorang beriman adalah Firman Tuhan, Roma 10:17. Dan Saudara, buktinya apa? Saudara perhatikan di dalam ayat berikutnya. Setelah Paulus mengadakan mujizat, orang-orang yang ada di Listra itu berpikir kalau yang ada di depan mereka adalah Zeus dan Hermes.

Zeus itu adalah dewa yang terbesar yang dipercayai oleh orang Yunani, dan Hermes itu adalah juru bicara dari Dewa Zeus. Lalu, siapa yang menjadi Zeus, dan siapa yang menjadi Hermes? Zeus itu adalah si Barnabas, Hermes itu adalah Paulus. Aneh ya, kenapa bisa begitu? Karena dia lihat mungkin Barnabas itu secara postur lebih baik dari Paulus, lebih ganteng dari Paulus, lebih gagah, lebih besar dari Paulus. Tetapi Paulus adalah seorang yang kecil, muka nggak menarik, yang menjadi orang yang suka bicara menyampaikan Injil. Sedangkan Barnabas di samping dia atau di belakangnya mengamati apa yang dikatakan oleh si Rasul Paulus ini.

Ada catatan di Listra, Paulus itu adalah orang yang pendek, alisnya tebal, hidungnya besar, kepalanya botak. Itu Paulus ya. Makanya, mungkin jadi dicap sebagai Hermes ya. Kalau mau ibaratkan mungkin seperti ini ya, kalau saya panggil Saudara Yudha ke depan, Bapak Ibu lebih tertarik lihat kepada Saudara Yudha atau saya? Dia adalah orang yang tingginya hampir 2m, badannya besar, saya orangnya kecil, kayak gitu. Kalau saya berdiri, saya cuma sebahu dia. Mungkin orang akan ngomong yang jadi Hamba Tuhan itu Yudha. Saya kalau ke mana-mana misalnya sama Yudha, dia pakaian rapi, saya pakaian rapi, orang mungkin akan lihat Yudha dulu sebagai orang yang memimpin. Nah, mungkin Paulus dan Barnabas juga seperti itu ya. Barnabas adalah orang yang ganteng, yang lebih baik posturnya, tampangnya mungkin lebih baik dari pada Paulus. Paulus yang menjadi orang yang bicara, yang bicara biasanya jadi utusan kan. Makanya dicap sebagai Hermes dan Barnabas adalah Zeus.

s adalah Zeus. Saudara, kenapa bisa terjadi seperti ini? Ada satu legenda atau catatan sejarah yang menyatakan seperti ini. Dulu, beberapa generasi sebelum Paulus dan Barnabas pergi ke Listra, ada satu kasus, mungkin ada bencana alam yang terjadi di Listra. Lalu di situ diceritakan di dalam mitologi kalau pada waktu itu, Zeus dan Hermes itu turun dengan cara yang bisa dilihat oleh semua orang Listra. Tapi pada waktu mereka turun ke dalam dunia ini, mereka berusaha untuk tinggal di rumah orang-orang yang ada di Listra, tetapi tidak ada satu pun yang menerima mereka di dalam rumah mereka untuk bermalam, kecuali ada satu pasang suami istri yang sudah tua, yang bernama Filemon. Seperti surat Filemon ya. Saya lupa nama istrinya siapa. Tetapi mereka adalah 1 pasang yang menerima Zeus dan si Hermes ini. Akibatnya apa? Zeus dan Hermes marah sekali, lalu kemudian dia mendatangkan bencana banjir bagi Listra. Semua penduduk Listra itu dimusnahkan kecuali dari sepasang suami istri yang sudah tua itu dibawa pergi, dan selamat daripada musibah banjir itu. Lalu, sebagai penghargaan Zeus dan Hermes kepada orang tua ini, maka dia menjadikan tempat di mana orang tua itu tinggal sebuah kuil untuk beribadah kepada dewa. Lalu, orang tua ini kemudian dijadikan sebagai penjaga kuil itu, melayani dewa sebagai suatu penghormatan bagi dia. Dan ketika mereka mati dijadikan pohon oleh dewa pada waktu itu.

Nah Saudara, pada waktu peristiwa di Kisah Rasul pasal 14, mungkin orang-orang itu ingat kembali kepada mitologi itu. Lalu mereka ketika mengingat kepada mitologi itu, mereka kemudian berkata, “Waduh, kali ini kita nggak pernah boleh lakukan kesalahan lagi. Sekarang ada Zeus dan Hermes yang ada datang lagi di depan kita. Lalu, apa yang harus kita lakukan? Sekarang kita nggak boleh menolak orang ini, tapi kita harus sujud dan menyembah kepada dia, memberikan korban kepada dia”. Itu sebabnya mereka kemudian membawa lembu untuk dikorbankan kepada Barnabas dan Saulus atau Paulus. Saudara, Paulus dan Barnabas nggak ngerti, karena mereka bicara di dalam bahasa Ikonium. Tetapi, begitu mereka mengerti kalau lembu itu diberikan untuk mereka, dikorbankan bagi diri mereka, mereka langsung sekuat tenaga berusaha untuk menghalangi orang itu di dalam memberikan korban. Akhirnya, berhasil nggak? Berhasil. Tetapi, setelah berhasil, apa yang terjadi? Paulus dirajam dengan batu, hampir mati. Saudara, yang merajam siapa? Orang yang melihat dengan mata mereka sendiri orang lumpuh itu berjalan. Itu rajam Paulus sampai hampir mati. Jadi, mujizat menyelamatkan? Mujizat membawa kepada iman? Jawabnya tidak. Mujizat nggak memberikan iman. Buktinya adalah, Paulus sendiri hampir mati akibat dari tindakan Paulus yang tidak mengakui kalau dia adalah Zeus atau Hermes itu.

Nah Saudara, saya kembali ke sini ya. Jadi, pada waktu Paulus memberitakan tentang Kristus, dia melihat orang ini punya iman. Dan Saudara, di situ kembali kata “iman” itu menariknya adalah menggunakan kata Yunani Sozo. Sozo itu adalah keselamatan. Paulus melihat, orang ini adalah orang yang diselamatkan. Maka kemudian dia mungkin didorong oleh Tuhan untuk mengadakan mujizat bagi orang itu. Maka dia adalah orang yang kemudian bisa berdiri dan berjalan.

Hal berikutnya adalah, saya mau soroti sedikit tentang berita yang Paulus katakan, pada waktu Paulus dan Barnabas mendengar tentang orangorang Kota Listra yang akan memberikan korban bagi diri dia, mereka menghalangi orang-orang Listra itu. Lalu, apa yang mereka lakukan demi untuk bisa menghalangi orang Listra? Mereka bilang, “Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa, sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan Bumi, laut, dan segala isinya.” Saudara, ada satu kata yang penting yang Saudara perlu perhatikan adalah, pada waktu Paulus dan Barnabas melihat kepada peristiwa itu, mereka kemudian merobek pakaiannya ya. Lalu kemudian mereka berusaha menghentikan tindakan dari orang banyak itu memberikan korban persembahan. Lalu mereka katakan itu adalah perbuatan yang sia-sia.

Saudara, Paulus berani sekali ya, dia ngomong, “Tindakanmu menyembah Dewa Zeus itu adalah sia-sia.” Maksud sia-sia itu apa? Dalam bahasa aslinya berarti itu adalah sesuatu yang tidak ada. Saudara melakukan satu tindakan, mempersembahkan korban kepada dewa yang Saudara percaya ada, tetapi sebenarnya dia tidak ada sama sekali. Saudara melakukan suatu pekerjaan yang tidak ada gunanya sama sekali ketika engkau beribadah kepada Zeus dan beribadah kepada Hermes. Berani nggak, Saudara? Tapi ini adalah satu kebenaran yang dibukakan bagi kita dalam pengertian seperti ini, semua orang yang beribadah kepada Allah yang lain, yang di luar dari pada Kristus, mereka melakukan tindakan yang sia-sia.

Kita seringkali terlalu kompromis sekali untuk berpikir bahwa di luar Kristen, di luar Kristus, ada jalan untuk orang tiba kepada Bapa. Tetapi di dalam Injil Yoh. 14:6, di dalam Efesus 2, itu dikatakan, nggak ada satu orang pun yang bisa datang kepada Allah, atau kepada Bapa di luar daripada Kristus. Hanya melalui Kristus. Lalu, kalau Saudara baca di dalam Efesus 3, di situ dikatakan, semua orang yang tidak memiliki Taurat, yang tidak memiliki janji Tuhan, yang tidak memiliki Kristus, mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki Allah di dalam hidup mereka. Jadi itu sebabnya, di sini Paulus ketika bicara seperti ini, ini mungkin menjadi satu dasar kenapa orang-orang Ikonium itu marah dan berbalik menyerang kepada Paulus, karena Paulus secara langsung menghantam budaya yang dipercayai sebagai kebenaran oleh orang-orang Ikonium. Yang menyatakan kalau engkau datang kepada Allah tanpa melalui Kristus, maka engkau sedang melakukan tindakan yang sia-sia dan Tuhan tidak akan mengakui itu sebagai suatu kebenaran. Jadi, ada hal ini yang Saudara harus pegang baik-baik.

Tetapi Saudara, ada 1 hal lagi, yang juga Saudara tidak boleh abaikan di dalam peristiwa ini, yang tadi saya singgung sedikit di dalam pembicaraan saya berkenaan dengan prinsip pelayanan sebelum saya masuk ke dalam Firman Tuhan, yaitu ketika seseorang melayani, dan orang itu mengalami sukses di dalam pelayanannya. Saudara harus hati-hati terhadap pencobaan yang akan datang untuk mencobai Saudara. Ada 2 hal yang sulit untuk dilewati oleh orang Kristen, pertama adalah penganiayaan atau penderitaan. Tetapi yang kedua adalah kesuksesan.

Paulus dan Barnabas adalah orang yang harusnya mungkin bisa berbangga diri ya, setelah dia menyembuhkan orang yang lumpuh itu, orang banyak langsung memperlakukan diri dia dengan baik. Harusnya mereka saling bicara satu sama lain, “Paulus, Barnabas, lihat tuh orang banyak tergerak oleh pelayanan kita. Ini kesempatan untuk kita melayani, dan apalagi mereka menganggap kita sebagai orang yang begitu penting luar biasa, punya kuasa dan bahkan seperti dewa. Kita bisa memenangkan kota ini.” Mungkin dia bisa ngomong kayak gitu. Tetapi Saudara, pada waktu Paulus dan Barnabas mengerti bahwa orang banyak itu ingin mempersembahkan korban kepada diri dia, karena mereka menganggap Paulus dan Barnabas adalah dewa, maka mereka langsung mengoyakkan pakaian sebagai suatu tanda kedukaan atau ratapan untuk merendahkan diri di hadapan Allah dan mengatakan kalau mereka bukan dewa tetapi mereka hanyalah manusia biasa.

Saudara, hati-hati, di dalam kita melayani, keberhasilan itu sering kali bisa membawa kita kepada satu sikap hati yang mulai memuji diri, meninggikan diri kita sendiri, dan menganggap diri kita layak untuk menjadi hamba Tuhan atau untuk melayani Tuhan. Tapi itu adalah hati yang mencuri kemuliaan Tuhan. Itu adalah hati yang nggak benar, dan itu sama sekali tidak boleh ada di dalam orang yang melayani Tuhan. Saya ingat sekali perkataan dari Tuhan Yesus di dalam Injil Lukas yang mengatakan, “Ketika engkau telah mengerjakan segala sesuatu itu, maka hendaklah engkau berkata kalau kami adalah hamba -hamba yang tidak setia, yang melakukan apa yang menjadi kewajiban untuk kami lakukan.” Saya percaya itu sikap yang penting untuk kita terus tanamkan kepada diri kita, kalau kita ini adalah orang yang hanya mengerjakan sesuatu yang dipercayakan kepada diri kita, serta kesuksesan dari pelayanan itu bukan karena kita yang mampu, yang hebat, tetapi karena Tuhan yang memberikan kesuksesan di dalam pelayanan itu.

Saudara, kalau nggak percaya, Saudara bisa bandingin Yesaya, Saudara bisa bandingin Yehezkiel, Saudara bisa bandingkan Nabi Yunus. Ya, Yunus ada pertobatan lah ya, tetapi Yesaya dan Yehezkiel, nggak ada pertobatan sama sekali yang terjadi pada bangsa yang Tuhan utus mereka untuk beritakan Firman. Mereka berhasil nggak? Tuhan ngomong mereka berhasil. Karena apa? Mereka setia kepada pengajaran yang mereka harus kabarkan. Jadi, keberhasilan di dalam sebuah pelayanan itu bukan dinilai dari kesuksesan di mana massa boleh datang banyak, mengakui dan meninggi-ninggikan diri kita. Tetapi, kesetiaan dari seorang yang melayani Tuhan adalah apakah dia memberitakan Firman yang setia kepada Alkitab atau tidak. Itu yang menjadi hal yang utama.

Dan pada waktu kita memberitakan Firman yang dinyatakan di dalam Kitab Suci, kalau ada orang datang untuk mendengar, ada orang yang bertobat, ada orang yang dikuduskan melalui pemberitaan itu, itu pun bukan karena saya atau Hamba Tuhan itu yang hebat, tetapi karena Tuhan bekerja melalui Firman-Nya di dalam hati semua Saudara untuk mempertobatkan Saudara dan mengembalikan Saudara kepada Tuhan. Nggak ada sesuatu yang kita bisa banggakan.

Otoritas seorang Hamba Tuhan datang dari mana? Otoritasnya bukan karena wibawa dia. Ada orang yang mengikut Hamba Tuhan karena dia adalah orang yang posturnya ganteng, wibawa, menarik sekali kalau bicara, nada suaranya begitu baik dan begitu menggetarkan jiwa. Tapi Saudara, yang disampaikan bukan Firman Tuhan. Itu bukan Hamba Tuhan. Tetapi Hamba Tuhan adalah orang yang mendapatkan otoritasnya dari apa yang dia katakan. Kalau dia katakan kebenaran, Saudara menolak kata-kata itu, Saudara bukan melawan dia, tetapi Saudara melawan Tuhan. Jadi, yang menjadi penuntutnya, yang akan menghakimi dan mengadili, bukan Hamba Tuhan itu, tetapi perkataan Firman yang disampaikan melalui Hamba Tuhan itu, perkataan kebenaran itu. Saudara boleh taat, Saudara boleh tidak taat, yang pasti Saudara bukan menentang Hamba Tuhan yang menyampaikan itu, tetapi Saudara menentang Tuhan. Saya sembalikan ke ayat 3 tadi, ketika Paulus beritakan Injil, orang tidak percaya, tidak terima pada perkataan itu, maka mereka dianggap sebagai orang yang tidak taat kepada Tuhan, bukan tidak taat kepada Rasul Paulus.

Lalu, hal berikutnya adalah, kenapa kita tidak boleh meninggikan diri? Selain dari itu adalah semua karunia yang Tuhan berikan bagi diri kita, yang Tuhan kerjakan di dalam kehidupan kita. Kita hanyalah hamba-hamba yang diberi kesempatan untuk bisa turut berbagian di dalam karunia Tuhan, pekerjaan Tuhan yang penting itu, Saudara harus tahu, hati manusia itu begitu licin sekali, nggak bisa dipegang dan begitu gampang berbalik. Paulus adalah seorang yang begitu luar biasa sekali. Tetapi begitu mereka tahu Paulus hanyalah seorang manusia biasa, yang terjadi adalah penolakan. Saudara, kalau berpikir Saudara hebat di dalam melayani, Saudara sukses, Saudara harus dihormati dan diterima oleh gereja Tuhan, ketika Saudara ketahuan adalah hanya seorang manusia, siap-siap untuk ditolak ya.

Saya selalu tanamkan kepada diri, juga seperti ini, Hamba Tuhan itu hanya seorang manusia biasa, dia bukan orang yang sempurna, dia ada cacat, dia ada kekurangan, dia ada dosa yang dilakukan, tetapi dia diberi anugerah oleh Tuhan untuk melayani Tuhan, untuk menyampaikan Firman. Dan saya selalu menanamkan kepada diri, saya nggak boleh menjadi orang yang memonopoli gereja. Saya nggak boleh menjadi orang yang kemudian mencuri kemuliaan Tuhan untuk merasa diri harus dihormati, ditinggikan, kata-kata saya harus didengarkan. Bukan! Saya ketika bicara dan menuntut Saudara untuk mendengarkan, karena itu bukan pendapat saya seringkali. Itu adalah suatu pengertian yang saya anggap sebagai kebenaran yang bersumber dari Tuhan. Apalagi kalau Saudara berdosa. Saudara tidak mentaati Firman Tuhan dan saya jelas-jelas tahu Saudara nggak melakukan itu, siap-siap saya bicara tentang apa yang Saudara lakukan sebagai suatu hal yang nggak benar.

Jadi, kita harus menjaga sikap seperti ini di dalam hidup kita dan pelayanan kita. Dan Saudara, kenapa? Karena saya tahu, saya manusia yang ketika saya melakukan dosa, saya akan ditolak. Ada kemungkinan untuk ditolak. Dan Saudara juga seperti itu. Dan bukan hanya saya dan Saudara, Paulus pun mengalami itu. Dan bahkan Yesus Kristus yang tidak ada kelemahan sama sekali pun ditolak oleh orang-orang dunia. Tapi Dia nggak masuk hitungan ya, yang saya hitung mulai dari Paulus, Petrus, Barnabas, kita semua pasti akan mengalami penolakan kalau kita bermain-main seperti Tuhan di dalam hidup kita. Ingat kita hanyalah hamba Tuhan, ya hamba-hamba Tuhan, manusia biasa yang mendapatkan karunia untuk melayani Dia, mendapatkan kesempatan untuk berbagian di dalam pekerjaan yang kekal. Bukan karena kita layak, tetapi karena Tuhan melayakkan kita untuk menerima pelayanan itu, dan itu membuat pelayanan kita berharga. Yang berharga siapa? Bukan kitanya, tetapi pelayanan yang Tuhan percayakan itu. Kalau kita mengerjakan dengan setia, maka Tuhan akan memperhitungkan kita berharga. Karena apa? Kita mengerjakan pelayanan itu dengan setia. Kalau kita dipercayakan satu pelayanan kita tidak kerjakan dengan setia, apa yang terjadi? Tuhan akan berkata kita adalah hamba-hamba yang tidak setia, yang siap untuk dihukum oleh Tuannya. Bukan kitanya yang penting, tetapi di mana letak kita berada, di situ yang membuat kita penting.

Saudara, mengapa Paulus dan Barnabas punya kesempatan melayani begitu besar? Saya ulangi yang saya pernah khotbahkan ya. Seperti halnya Petrus, karena dia berbagian di dalam pekerjaan yang Tuhan ingin dia kerjakan. Makanya Tuhan buka pelayanan itu begitu lebar bagi mereka untuk mereka lakukan. Kalau mereka adalah orang yang kemudian mengatakan, “Saya nggak mau ah. Saya mengundurkan diri”, kaya Markus, dia akhirnya menjadi orang yang tidak berbagian di dalam pelayanan penting yang ada di Kota Ikonium, atau Pisidia, dan Listra, dan Derbe, seperti itu. Tetapi Paulus dan Barnabas Tuhan pakai untuk pelayanan itu. Ada di dalam bagian dari di mana Tuhan bekerja, tempat di mana Tuhan menyatakan nama-Nya, di situ kita akan disertai dan kita akan diberkati.

Saudara, gereja juga menjadi tempat seperti itu. Di dalam gereja, Alkitab jelas sekali bicara nggak semuanya orang percaya yang sejati. Saya nggak tahu siapa itu, Saudara silahkan uji diri Saudara sendiri, Saudara adalah orang Kristen yang sejati atau bukan. Tetapi Saudara, baik yang sejati maupun bukan sejati, khususnya bukan sejati, ketika mereka tetap setia datang ke dalam gereja, ketika mereka tetap ada untuk beribadah kepada Tuhan, ketika mereka bersama dengan orang-orang Kristen yang lain, ketika mereka mendengarkan Firman Tuhan dengan setia setiap Minggunya, atau rajin mengikuti PA, walaupun mereka belum bertobat dalam hidup mereka, mereka belum bersungguh-sungguh percaya di dalam hidup mereka, tetapi mereka adalah orang yang turut diberikan anugerah Tuhan untuk menikmati karunia Tuhan dalam hidup mereka. Mereka bisa menikmati berkat-berkat yang dinikmati oleh semua orang Kristen sejati di dalam hidup mereka, khususnya berkat kebenaran karena mereka setia di dalam gereja.

Tetapi Saudara, sekali lagi, itu tidak menjamin mereka sudah diselamatkan. Tetapi mereka terbuka di dalam berkat yang Tuhan sediakan kepada manusia umat-Nya, karena mereka ada di dalam sarana yang Tuhan berikan untuk memberkati umat-Nya. Kalau mereka menarik diri dari sarana itu, cara kerja Tuhan, tentunya mereka akan jadi orang yang terhilang, bukan hanya terhilang, tetapi mereka akan menjadi orang yang tidak menikmati berkat yang diberikan bagi anak-anak Tuhan. Mereka kenapa menikmati? Karena mereka ada di dalam payung itu. Saudara harus mengerti prinsip ini dengan benar ya.

Paulus dan Barnabas bisa melayani, karena mereka ada di dalam pelayanan. Kalau Saudara ingin dipakai Tuhan, jangan jauh-jauh dari tempat Tuhan bekerja, tempat Tuhan menyatakan nama-Nya, cara Tuhan bekerja, melalui siapa Tuhan bekerja, di dalam gereja mana Tuhan bekerja, Saudara jangan jauh-jauh dari situ. Tuhan akan pakai.

Terakhir Saudara, pada waktu kita melayani Tuhan, pelayanan bukan sesuatu yang mudah. Ada tantangan, ada kesulitan. Banyak sekali faktor yang akan membuat kita ingin mundur dari pelayanan. Tapi apa yang kita pelajari dari Rasul Paulus dan Barnabas ini? Apakah ketika mereka menghadapi tantangan yang sulit mereka mundur? Saudara, bahkan nyawa pun ketika sudah hampir terancam mati pada waktu itu, mereka tetap datang dan balik untuk melayani Tuhan. Saya pikir, Barnabas itu jadi orang yang geleng-geleng kepala ya, dia bilang ini Paulus baru dirajam, hampir mati, mungkin kepala benjol, mata hitam legam, badan memar-memar semua, jalan terseok-seok, mungkin kaki ada yang keseleo, sakit, seperti itu, tapi begitu masuk mengalami itu, dia bukan menyingkirkan diri, pergi ke kota lain, atau menenangkan diri, atau memulihkan diri terlebih dulu, tetapi justru dia masuk ke dalam kota lagi. Untuk apa? Menguatkan saudara-saudara yang percaya kepada Kristus.

Saudara, saya percaya itu menunjukkan kegigihan, persistency dari seorang yang dipakai oleh Tuhan, yang akan dipakai secara luar biasa oleh Tuhan. Persistency itu nggak gampang menyerah, terus berjuang walaupun tubuh sendiri hancur akibat daripada penolakan atau penyakit yang kita alami di dalam hidup kita. Tetapi justru melalui itu, Tuhan menyatakan kalau kita adalah orang yang disertai Tuhan dan dipakai Tuhan dan menyatakan kesetiaan Tuhan dan kuasa Tuhan di dalam melayani. Tetapi ada satu hal juga di sini yang Saudara bisa lihat adalah Paulus menjadi orang yang menguatkan jemaat Tuhan melalui apa? Penderitaan yang dia alami.

Saudara kalau ingin dipakai oleh Tuhan secara luar biasa, bukan cuma berani, bukan cuma setia kepada Firman Tuhan, bukan cuma melayani dengan talenta atau karunia yang Tuhan berikan di dalam kehidupan Saudara, bukan hanya meninggikan Tuhan, tetapi Saudara akan mungkin Tuhan pakai melalui kesulitan yang Saudara hadapi, tetapi Saudara dengan konsisten, dengan persistence melewati kesulitan itu tanpa mundur sama sekali. Dan melalui itu, Saudara akan menjadi orang yang menguatkan orang lain.

Jadi, saya mau tanya ya, silahkan gumulkan sendiri, adakah yang membuat Saudara boleh mundur dari pelayanan? Apakah yang membuat Saudara mundur dari pelayanan? Tantangan apa itu? Kesulitan apa itu? Atau lebih lagi adalah apa yang membuat Saudara meninggalkan Kristus? Dia sudah mati bagi kita, untuk kebaikan kita dan keselamatan kita, Dia menderita bagi kita untuk kita boleh kuat di dalam penderitaan.

Di dalam grup penatua, ada seorang Vikaris kita yang saat ini mengalami cancer, dan dia tulis satu surat yang, satu hal yang di IG-nya sangat baik sekali ya. Saya bacakan sedikit ya. Dia baru menjalankan kemoterapi, dan baru balik lagi ke rumahnya. Dia ngomong kaya gini, namanya Tanti Chen. “Bersyukur, beberapa minggu lalu sudah keluar dari Rumah Sakit dan treatment kemoradiasi yang selama ini dijalanin sudah selesai. Bagaimana efektivitasnya? Apakah cancer akan bersih setelah treatment ini? Entah. Entah. Hanya berharap dan berdoa, dan beberapa bulan lagi baru akan check lagi. Tapi untuk saat ini, sedalam hati saya mengucap syukur untuk Tuhan yang mengaruniakan setiap detik kehidupan. Memimpin dan sudah menguatkanku menjalani hal yang tidak mudah ini. He is our Eben-Haezer, the rock for helps. (Dia adalah Eben-Haezer, batu pertolongan kita). Yes, the Lord has helped me to this point. (Ya, benar, Tuhan sudah menolong saya sampai kepada titik ini). Sungguh dia tidak hanya menguatkan dari kejauhan, tetapi menyertai anak-anak-Nya. Bukan Allah yang asing dengan penderitaan dan kesakitan, tetapi telah mencicipi penderitaan. He’s not only The God of the sufferers, but The God who suffers. (Dia bukan hanya Allah yang mengakibatkan penderitaan, tetapi Dia juga adalah Allah yang menderita).

Saudara, Tuhan kita itu adalah Tuhan yang turut merasakan apa yang kita rasakan, karena Dia mengalami itu. Dia mengalami penolakan, Dia mengalami penderitaan, Dia mengalami sakit, Dia mengalami caci-maki, Dia mengalami salib, Dia mengalami kematian. Dia juga mengalami kebangkitan. Kita pasti akan mengalami kebangkitan, tetapi proses yang dialami selama hidup dalam dunia sebelum kebangkitan, Dia jamin, kita juga akan alami itu. Karena apa? Kita anak Dia, kita pengikut Dia. Saya mau tanya, apa yang mendorong kita mundur? Apa? Sakit? Kekecewaan? Keraguan iman? Penderitaan? Kesusahan di dalam hidup? Kemalasan kita? Kedagingan kita? Apa yang mendorong kita mundur? Saudara, kalau Saudara ingin menjadi saksi Tuhan yang efektif, orang ingin lihat dari hidupmu dan kesetiaanmu, konsistensimu, persistency-mu di dalam mengikut Tuhan. Kiranya Tuhan boleh berkati kita ya. Mari kita masuk di dalam doa.

Kami sungguh bersyukur Bapa, untuk Firman yang boleh Engkau nyatakan bagi kami melalui pelayanan dan teladan yang Paulus telah berikan bagi kami beserta dengan Barnabas. Sungguh sesuatu pekerjaan yang tidak mudah, suatu jalan hidup yang tidak sederhana dan penuh dengan tantangan. Tapi Tuhan, biarlah kami boleh diberikan kekuatan untuk menjalani hidup seperti yang Tuhan kehendaki sehingga melalui kehidupan kami, kami boleh menyaksikan kebenaran Kristus, kasih Kristus, kesetiaan Kristus kepada orang-orang yang ada di sekitar kami, kepada anak-anak-Mu juga yang ada di sekitar kami. Tolong kami ya Tuhan, sehingga kami boleh terus berjalan di dalam kasih karunia yang membawa kemuliaan bagi nama-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin. (HSI)

 

Transkrip Khotbah ini belum diperiksa oleh Pengkhotbah.

Comments