Anak Abraham, 10 Desember 2023

Anak Abraham

Kej. 12:1-9

Pdt. Dawis Waiman

 

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita akan membaca ada beberapa bagian Kitab Suci. Tapi terlebih dahulu kita akan membaca dari Kej. 12:1-9. “Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: ”Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ. Abram berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu. Ketika itu Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: ”Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Maka didirikannya di situ mezbah bagi Tuhan yang telah menampakkan diri kepadanya. Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi Tuhan dan memanggil nama Tuhan. Sesudah itu Abram berangkat dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb.” Saya mau membacakan bagian Kej. 12:7 di dalam bahasa Inggrisnya ya. Bahasa Indonesia berbunyi, “Ketika itu Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: ”Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Maka didirikannya di situ mezbah bagi Tuhan yang telah menampakkan diri kepadanya.”. Di dalam bahasa Inggris demikian, “And the LORD appeared unto Abram, and said, Unto thy seed will I give this land: and there builded he an altar unto the LORD, who appeared unto him.” Jadi ada kata “Unto thy seed will I give this land”, dalam bahasa Indonesia “negeri ini akan Aku berikan kepada keturunanmu”.

Lalu bagian yang kedua adalah kita baca dari Gal. 3:15-18, “Saudara-saudara, baiklah kupergunakan suatu contoh dari hidup sehari-hari. Suatu wasiat yang telah disahkan, sekalipun ia dari manusia, tidak dapat dibatalkan atau ditambahi oleh seorang pun. Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan ”kepada keturunan-keturunannya” seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: ”dan kepada keturunanmu”, yaitu Kristus. Maksudku ialah: Janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya. Sebab, jikalau apa yang ditentukan Allah berasal dari hukum Taurat, ia tidak berasal dari janji; tetapi justru oleh janjilah Allah telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham.

Lalu kita baca bersama-sama Gal. 3:14, tapi saya baca dari ayat ke-12 terlebih dahulu, “Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ”Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.” Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya lihat kalau kita berbicara tentang nama Abraham, maka nama Abraham bukan satu nama yang asing dalam kehidupan kita. Dan saya juga percaya ini juga bukan nama yang asing di dalam agama-agama yang besar di dunia ini. Karena rata-rata dari orang-orang yang beragama itu mengakui kalau Abraham itu adalah orang yang penting atau tokoh yang penting di dalam agama, paling tidak di dalam 3 agama; yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Kalau mau ditambah Katolik, ada 4 di situ. Sehingga pada waktu kita berbicara mengenai Bapa Abraham, Bapa Abraham menjadi satu cerita yang begitu sering diperdengarkan mulai dari sekolah Minggu sampai kepada kita yang sudah dewasa ini. Dan hal apa yang menjadi berita yang penting dari kisah Bapa Abraham ini? Mungkin salah satunya adalah mengenai tindakan langkah iman yang Bapa Abraham lakukan dalam hidup dia, yaitu pergi keluar dari kota atau kampung halamannya, satu tempat yang begitu nyaman, tempat kelahiran, tempat dia dibesarkan yang segala fasilitas sudah ada di situ kemudian menuju ke satu negeri yang sama sekali dia tidak pernah tahu keadaannya di sana dan dia juga tidak memiliki apapun di dalam negeri itu. Alkitab mengatakan bahwa sepanjang hidup dari Abraham sejak dia keluar dari Ur Kasdim itu, tempat dia tinggal, dia tidak pernah lagi hidup di dalam rumah tetapi dia sepanjang hidupnya berada di dalam kemah sampai dia mati. Pada waktu dia hidup di tanah perjanjian yang Tuhan berikan kepada keturunannya itu, sepanjang hidupnya, dia hanya berjalan mengitari seluruh dari wilayah tersebut. Dan walaupun Tuhan berkata, “ini adalah tanah yang Aku berikan” tapi seumur hidupnya dia tidak pernah memiliki tanah kecuali satu bidang kecil tanah, yaitu untuk menjadi tempat dia, istrinya dan beberapa anaknya dikuburkan di situ.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita menjadi Abraham, maukah kita meninggalkan semua kenyamanan hidup kita yang sudah jelas-jelas kita miliki untuk pergi mengikut perintah Tuhan menuju ke satu tempat yang kita tidak tahu keadaannya dan kita juga tidak akan memiliki apa yang menjadi harta yang kita bisa nikmati dan miliki di tempat sebelumnya? Saya kira itu bukan hal yang terlalu gampang untuk dilakukan. Apalagi pada waktu itu kita tidak memiliki Alkitab, atau Abraham tidak memiliki Kitab Suci. Abraham belum pernah melihat bagaimana Tuhan bekerja untuk menjadikan apa yang Dia katakan itu sebagai satu kebenaran. Di zaman itu juga orang-orang biasanya percaya kepada dewa-dewa yang begitu banyak sekali yang di mana satu dewa menguasai satu wilayah tertentu. Kalau Tuhan yang berbicara kepada Abraham ini adalah Tuhan yang menguasai wilayah di mana Abraham tinggal mungkinkah Tuhan itu juga menguasai wilayah Kanaan yang katanya Tuhan akan berikan kepada Abraham dan keturunannya tersebut? Kalau kita hidup di dalam konteks dewa punya wilayah kekuasaan, maka kemungkinan besar kita akan berkata, “Ya saya nggak punya jaminan dong. Tuhan saya wilayahnya di wilayah Ur Kasdim, sedangkan dia mau memberi wilayah lain, berarti dia harus memiliki wilayah itu atau berkuasa atas wilayah itu. Sedangkan wilayah itu ada dewanya sendiri atau kekuatan sendiri yang menguasai wilayah itu.”

Tetapi Abraham tidak dalam kondisi seperti ini. Dia pada waktu menerima panggilan Tuhan dia langsung berkata, “Ya Tuhan” dan tidak pernah menunda-nunda untuk melakukan apa yang menjadi keinginan Tuhan dalam hidup dia. Saya lihat ini adalah manusia yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan dan sungguh-sungguh mengerti isi hati Tuhan. Setiap kali Tuhan bicara apa, Alkitab berkata, “Esok pagi-pagi sekali, hal pertama yang dia lakukan adalah melakukan apa yang Tuhan perintahkan kepada diri dia”. Dan begitu juga tindakan dia pada waktu mendapatkan panggilan Tuhan, “Pergi dari Ur Kasdim menuju kepada tanah perjanjian yang Tuhan janjikan.” Dia nggak pikir panjang, dia langsung melangkah pergi bersama dengan keluarganya ke tempat itu.

Pasal yang kita baca ini bukan panggilan pertama yang Abram terima, tetapi ini adalah panggilan kedua yang Abram terima dalam hidup dia. Karena kita membaca pada waktu itu Tuhan kembali berfirman untuk Abram keluar dari Haran. Mengapa bisa tinggal di Haran? Karena mungkin faktor orang tua yang ingin tinggal di Haran akhirnya Abram tinggal di Haran terlebih dahulu sampai orang tuanya meninggal baru kemudian Tuhan meminta dia untuk melanjutkan perjalananya menuju kepada tanah perjanjian. Tetapi itu pun adalah satu langkah iman yang luar biasa sekali.

Tapi di balik dari hal itu, ada hal lain yang juga Tuhan nyatakan bagi diri kita, pada waktu Abram pergi keluar dari rumahnya atau kampung halamannya itu, Tuhan ada memberikan 3 janji yang penting bagi Abraham. Tadi kita sudah baca di dalam Kej. 12:2, “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar”. Itu yang pertama. “dan engkau akan menjadi berkat.” itu adalah yang kedua. Dan yang ketiga adalah, “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Jadi pertama Tuhan akan menjadikan Abram bangsa yang besar. Yang kedua Tuhan akan memberkati dia dan membuat namanya masyur dan dia akan menjadi berkat bagi orang lain. Tetapi keberadaan Abraham itu juga akan menjadi penentu bagi orang lain akan diberkati atau dikutuk. Atau selain menjadi masyur tetapi keberadaan Abraham bisa menjadi berkat bagi manusia yang ada di dalam dunia ini. Dan itu yang mendorong Abraham keluar. Tapi dari 3 janji yang Tuhan berikan tersebut, ada satu tujuan di mana Tuhan ingin memberikan janji itu kepada Abraham, yaitu supaya melalui Abraham nama Tuhan itu dinyatakan di dalam dunia ini. Dan melalui Abraham dan keturunannya mereka menjadi umat yang beribadah kepada Tuhan dan Tuhan menjadi Tuhan atas umat-Nya tersebut.

Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau kita bicara seperti ini, kita akan masuk ke dalam poin berikutnya, siapa yang menjadi umat Abram saat itu atau umat Tuhan saat itu atau menjadi keturunan Abram yang beribadah kepada Tuhan? Jawabannya adalah belum ada. Jawabannya adalah saat itu Abram masih seorang diri bersama dengan istrinya. Ada Lot, ada pembantunya yang mengikuti dia untuk pergi keluar dari Ur Kasdim menuju Haram, keluar dari Haram menuju kepada tanah perjanjian. Sedangkan yang Tuhan janjikan kepada Abraham adalah dia akan menjadi bangsa yang besar, dia akan masyur namanya, melalui diri dia dan keturunannya itu akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa yang lain. Tetapi pada waktu itu belum ada sama sekali. Dan pada waktu itu juga mungkin Sarai masih ada di dalam satu kondisi yang, walaupun terhitung tua tetapi masih bisa dikatakan orang zaman itu muda, yang bisa melahirkan anak. Dan Abraham percaya hal itu dan dia melakukan apa yang Tuhan perintahkan itu.

Dan menarik sekali pada waktu Tuhan juga memberikan perintah itu, Tuhan kemudian mengulang kembali janji-Nya kepada Abraham di dalam ayat yang ke-7, ketika Abraham masuk ke negeri, tempat di mana Tuhan janjikan. “Ketika itu Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: ”Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Dan di situ Abraham percaya. Dan di dalam Kej. 17 nanti kita juga akan lihat Abraham kemudian diulangi janjinya dan dia menjadi percaya. Nah mengapa saya menekankan hal ini? Karena saya mau ajak Saudara melihat apa yang dikatakan Tuhan kepada Abraham itu adalah sesuatu yang berkaitan dengan janji keturunan. Dan janji keturunan itu adalah sesuatu yang Tuhan berikan kepada Abram. Dan itu adalah sesuatu yang merupakan karya Tuhan dalam kehidupan Abram yang tidak ada bagian dari manusia di dalamnya. Maksudnya adalah pada waktu Abram kemudian menerima keturunan dalam hidup dia, maka hal itu terjadi ketika Abram, dan khususnya istrinya itu, ada dalam kondisi yang sudah menopause. Sehingga dia tidak mungkin lagi bisa mengusahakan anak kecuali kalau Tuhan memberikan anak bagi Abram pada waktu usia tuanya tersebut.

Dan kenapa hal ini diberikan seperti itu atau Tuhan lakukan seperti ini? Mengapa Tuhan tidak berikan anak itu pada waktu Abram itu masih berusia muda? Pada waktu mungkin istrinya masih dalam kondisi yang kuat, masih bisa memberikan anak bagi Abram? Ternyata di balik dari semua hal itu ada satu prinsip yang Tuhan buka bagi kita di dalam Gal. 3, yaitu untuk menyatakan bahwa sejak semula keselamatan bagi manusia yang Tuhan kerjakan, khususnya bagi orang berdosa, itu bukan sesuatu yang merupakan hasil usaha manusia tetapi merupakan pemberian Tuhan bagi manusia atau kasih karunia Tuhan bagi manusia. Dan apa yang membuat kasih karunia itu akhirnya dimiliki oleh manusia atau orang-orang yang akhirnya beribadah kepada Tuhan di dalam Kristus? Jawabannya adalah karena Tuhan yang menjamin bahwa kasih karunia itu atau janji itu terjadi di dalam kehidupan kita, yaitu di dalam Yesus Kristus.

Jadi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, pada waktu kita membandingkan Kej. 12 dengan Gal. 3 ada satu prinsip yang penting yang kita harus perhatikan bahwa keberadaan kita, keberadaan umat yang percaya, keberadaan dari orang-orang yang ada di dalam Kristus yang disebut sebagai keturunan Abraham itu bukan karena usaha kita tetapi itu adalah karena Tuhan menggenapi janji-Nya kepada Abraham. Sekali lagi ya, keberadaan kita sebagai orang yang ada di dalam Kristus, orang yang diselamatkan di dalam Kristus itu bukan karena pilihan yang kita lakukan di dalam kehidupan kita, itu bukan karena satu kemampuan dari diri kita untuk berpegang pada janji yang Tuhan berikan kepada kita tetapi itu merupakan satu penggenapan yang Tuhan lakukan kepada janji-Nya yang Dia berikan kepada manusia atau kepada Abraham.

Jadi intinya bukan pada diri kita tetapi intinya adalah pada Tuhan yang setia kepada janji-Nya untuk menyelamatkan manusia. Ini kalau di dalam istilah teologi itu namanya covenant atau di dalam bahasa Indonesia kita suka bicara perjanjian. Tetapi untuk membedakan perjanjian yang biasa kita gunakan dengan perjanjian Allah dengan manusia kita pakai istilah covenant itu. Bedanya apa? Kalau perjanjian biasa itu biasanya dilakukan oleh manusia dengan manusia. Ada 2 arah di situ, ada persetujuan dari pihak pertama dengan pihak kedua. Dan harus diusahakan oleh pihak pertama dan pihak kedua dalam hidup mereka. Dan ada satu poin lagi bisa ditambahkan, sifatnya itu sementara. Kalau pihak pertama atau kedua itu melanggar janji yang dikatakan oleh kedua belah pihak maka perjanjian itu menjadi batal. Tapi pada waktu kita berbicara mengenai perjanjian Allah dengan manusia, menariknya adalah bertolak belakang dengan prinsip perjanjian yang dilakukan manusia dengan manusia. Kalau perjanjian Allah dengan manusia sumbernya itu bersumber dari Tuhan Allah, bukan dari manusia. Kenapa kita bisa katakan dari Tuhan Allah? Saudara boleh bandingkan dengan Kej. 17, di situ ada satu peristiwa yang seringkali saya kutip juga, pada waktu Abraham percaya kepada perkataan Tuhan bahwa Tuhan akan menjadikan dia bangsa yang besar dan mengulangi janji-Nya kepada Abraham di dalam pasal yang ke-12, maka Tuhan kemudian memerintahkan kepada Abraham untuk membelah binatang-binatang dan menaruh potongan binatang itu di sisi kiri dan kanan. Dan kalau burung ditaruh utuh di kanan dan kiri. Dan pada waktu hal itu terjadi, Abraham hanya diminta untuk menjaga agar potongan binatang itu tidak dimangsa oleh binatang yang lain. Dan Abraham hanya melihat, menanti apa yang Tuhan akan kerjakan. Dan di malam hari, Alkitab mencatat, Tuhan kemudian melewati potongan binatang itu sendirian dengan satu simbol api yang melewati potongan itu.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, sebenarnya peristiwa di dalam Kej. 17 itu adalah peristiwa ikatan perjanjian yang umum dilakukan oleh orang-orang pada zaman itu. Tetapi yang membedakan adalah di dalam peristiwa perjanjian yang diikat oleh orang-orang pada zaman itu, yang melalui potongan binatang itu, kalau mereka adalah orang yang setara, maka 2 orang itu akan berjalan bersama-sama melewati potongan binatang itu. Tapi kalau yang meminta perjanjian itu adalah raja yang menang dan berkuasa, maka dia akan meminta raja yang kalah perang itu melewati potongan binatang itu. Tapi raja yang menang itu tidak akan melewati potongan binatang itu. Jadi ada 2 orang. Sedangkan Tuhan ketika mengikat perjanjian itu Dia tidak meminta Abram yang kedudukannya lebih rendah dari Tuhan melewati, tetapi Dia sendiri yang melewati potongan itu. Ini menunjukkan bahwa ikatan perjanjian antara Tuhan dengan manusia itu adalah ikatan perjanjian yang Tuhan sendiri berikan kepada manusia.

Tapi ada poin yang kedua. Kalau poin yang kedua di antara manusia, walaupun dia adalah raja yang tertinggi meminta raja yang di bawahnya itu melewati potongan binatang dan dia tidak melewati potongan binatang itu, tetapi baik raja yang di bawah itu melewati potongan binatang atau 2 orang yang setara itu yang mengikat perjanjian melewati potongan binatang itu, 2 kelompok orang ini tetap tidak pernah bisa membuat ikatan perjanjian yang kekal. 2 kelompok orang ini akan bisa membatalkan perjanjian itu ketika salah satu dari pihak itu tidak melakukan ikatan perjanjian. Jadi kalau raja yang ditaklukkan tidak membayar upeti seperti yang diminta, maka raja yang berkuasa itu bisa melakukan sesuatu kepada raja yang di bawah dan seluruh rakyatnya dan tidak melakukan apa yang menjadi ikatan perjanjian kepada mereka. Misalnya ambil contoh, kalau saya menaklukkan satu bangsa tertentu, lalu bangsa itu saya ngomong “engkau harus bayar upeti. Kalau engkau bayar upeti, maka saya akan menjaga keamanan dari negaramu itu.” Maka saya harus menjaga selama raja itu memberikan upeti kepada saya. Tetapi kalau dia tidak memberikan upeti lagi bagaimana? Mungkin saya bisa biarkan bangsa itu diserang oleh bangsa lain atau saya justru bisa menjadi ancaman bagi bangsa itu. Dan kenapa hal itu terjadi? Karena kesepakatan yang dilakukan itu tidak dilakukan.

Mungkin Bapak, Ibu kalau mau bicara hangatnya peperangan saat ini kenapa selalu tidak bisa berhasil ada damai? Karena selalu melanggar perjanjian yang sudah dibuat satu dengan yang lain. Begitu juga dengan 2 pihak manusia. Itu semua adalah perjanjian yang bisa di-cancel, sementara. Tetapi pada waktu Tuhan melewati potongan binatang itu, apa yang terjadi? Tuhan mau mengatakan bahwa perjanjian yang Aku tegakkan dengan engkau Abraham, itu adalah satu perjanjian yang bukan didasarkan kepada ketaatanmu, bukan sesuatu yang didasarkan kepada perbuatanmu atau kesetiaanmu tetapi didasarkan kepada perbuatan Tuhan dan kesetiaan Tuhan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, buktinya apa? Buktinya adalah ketika Bapak, Ibu baca perikop di pasal 12 ayat 10 dan seterusnya, di situ ada di katakan bahwa terjadi peristiwa kelaparan di negeri itu. Lalu karena ada kelaparan yang hebat, akhirnya Abraham memutuskan untuk membawa istrinya untuk pergi menuju ke Mesir. Lalu di Mesir ketika mereka sampai di situ, ternyata kecantikan Sarai itu sangat tersebar luas begitu luar biasa sekali sehingga membuat raja Mesir mendengar dan menginginkan Sarai yang menjadi istri Abraham. Lalu demi untuk melindungi dirinya sendiri, tanpa memikirkan janji Tuhan atau satu keturunan yang Tuhan akan berikan melalui keturunan Sara, istrinya itu, Abraham berkata kepada Sara, “Yang, nanti di Mesir tolong jangan panggil saya Sayang ya atau Pa ya tetapi panggil saya Ko saja ya.” Lalu istrinya nggak tahu kenapa bisa nurut aja ya dalam hal ini. Lalu akhirnya ketika mereka masuk, betul, pada waktu ditanya “ini istrimu bukan?”, “bukan. Ini adik saya.”, “Benar nggak ini koko mu?”, “Oh ya benar.” Lalu diambil oleh pegawai Firaun dan ditaruh di dalam istana.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau yang jadi laki-laki mungkin kita akan jawab itu suami yang pandai ya, yang bijak. Tapi kalau kita tanya kepada istri-istri, kira-kira setuju nggak suaminya ngomong kayak gitu? Nggak, pasti. Kecuali yang sudah merasa pernikahan sudah cukup panjang lalu ketika ditanya, “Gimana pasanganmu?” yang berkata mungkin kayak gini, “Aduh kalau saya kenal tahu orangnya kayak gini, aku nggak mau nikah sama dia.” waktu ditanya, “Ini siapa?”. Kalau suaminya ngomong ngaku adik saya saja ya lalu istrinya baru setuju. Tapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, saya yakin suami istri yang saling mengasihi satu sama lain nggak akan ngomong seperti itu. Tapi dia akan menjaga istrinya. Tetapi Abraham justru mengijinkan orang mengambil istrinya yang membuat perjanjian Tuhan dengan istrinya bisa digagalkan. Dan seharusnya kalau kita yang jadi Tuhan pada waktu itu ya, melihat ada orang yang kita janji atau kita ikat perjanjian dengan dia itu melanggar janji itu, kira-kira kita akan lakukan apa? Mungkin kita akan ngomong, “Ya sudahlah mulai hari ini saya nggak terima hal itu. Engkau tidak percaya kepada perkataanku, oleh karena itu saya putuskan perjanjian itu.” Tetapi yang terjadi kepada Abraham tidak seperti itu, justru pada waktu Abraham punya istri diambil oleh raja Mesir, Tuhan intervensi. Tuhan mengatakan kepada raja Mesir, “Jangan ambil istri orang tersebut. Kalau engkau ambil akan ada masalah yang besar di negeri dan kepada dirimu.” Dan berapa kali Abraham melakukan itu? 2 kali tindakan tersebut. Walaupun di aspek yang lain dia taat dan setia kepada Tuhan.

Saya percaya ini juga menjadi satu pelajaran yang penting bagi diri kita ya. pada waktu kita mengikut Tuhan, Bapak, Ibu jangan melihat ketaatan kita dari sisi kekuatan kita. Kalau kita melihat ketaatan kita kepada Tuhan dari sisi kekuatan kita, kita akan menjadi orang yang sombong sekali dan merasa diri kita benar. Padahal setiap orang ada sisi lemahnya. Abraham mungkin adalah orang yang takut mati sehingga pada waktu dia tahu nyawanya terancam, dia langsung berusaha memanipulasi kebenaran demi supaya dia bisa menyelamatkan dirinya. Walaupun itu berarti dia harus mengorbankan orang lain dan mengorbankan janji Tuhan. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kita tiap orang mungkin ada sisi buruknya itu. Dan kita harus kenali kita punya bagian yang buruk yang perlu dipertobatkan dan perlu kembali kepada Tuhan itu bagian yang mana. Baru namanya kita mentuhankan Tuhan dalam hidup kita.

Waktu Abraham melanggar janji, Tuhan tetap menjaga janji-Nya kepada Abraham sampai akhirnya sungguh-sungguh terlahirlah seorang anak dari Sara yang disebut Ishak namanya. Dan itu adalah anak yang disebut sebagai anak perjanjian oleh Tuhan. Dan mengapa hal itu bisa terjadi? Karena Tuhan setia kepada janji-Nya. Jadi waktu kita membandingkan kedua perjanjian ini, satu adalah bersumber dari manusia, satu bersumber dari Tuhan. Satu bersifat sementara, satunya bersifat kekal. Karena Tuhan sendiri yang mengikat perjanjian itu adalah Tuhan yang kekal dan tidak berubah. Itu yang membuat perjanjian Tuhan itu bersifat kekal.

Yang ketiga adalah kalau perjanjian dilakukan oleh manusia itu adalah satu perjanjian yang dia dasarkan dengan kemampuan atau kekuatan untuk menjaga perjanjian itu, maka yang antara Tuhan dengan manusia itu adalah perjanjian yang sifatnya anugerah, bukan berdasarkan perbuatan yang kita lakukan. Makanya pada waktu kita baca Surat Galatia, Paulus membandingkan anugerah itu dengan Taurat. Mengapa dibandingkan anugerah dengan Taurat? Karena di dalam Taurat itu adalah satu perjanjian yang Tuhan ikat dengan Israel melalui Musa, atau di dalam Musa. Dan di dalam ikatan perjanjian itu, dikatakan bahwa kalau engkau taat engkau diberkati, kalau engkau tidak taat engkau dihukum. Tetapi pada waktu Paulus mengangkat perjanjian antara Tuhan dengan Musa, yang dipakai oleh orang-orang dari kelompok Yakobus untuk berusaha menggiring orang-orang Galatia supaya mereka tidak hanya beriman kepada Kristus tetapi menambahkan perbuatan kepada iman supaya mereka bisa diterima oleh Tuhan, Paulus ngomong, “OK, betul kalau perjanjian dengan Musa itu adalah perjanjian yang membutuhkan tindakan, perbuatan dari orang untuk menjaga perjanjian itu. Tetapi tunggu dulu. Israel itu anak siapa? Bukankah Israel itu adalah anak Abraham?” Atau cucu lah ya. Israel itu adalah anak dari Yakub.  Yakub itu adalah anak dari Ishak. Ishak itu adalah anak dari Abraham. Dan pada waktu Allah mengikat perjanjian dengan Abraham, kira-kira hal itu terjadi lebih dahulu atau setelah Tuhan mengikat perjanjian dengan Musa? Jawabnya lebih dahulu dari Musa. Karena itu Paulus berkata, “Janji Tuhan dengan Abraham itu diberikan 430 tahun sebelum Tuhan memberikan Taurat kepada Israel melalui Musa.”

Dan apa yang Tuhan katakan kepada Abraham, apakah Tuhan meminta Abraham untuk mentaati Tuhan untuk melakukan apa yang menjadi perintah Tuhan? Tidak! Justru Allah membenarkan Abraham bukan karena ketaatan kepada hukum Taurat tapi melalui iman yang percaya kepada janji Tuhan. Jadi dari sini Paulus mau berkata bahwa, “Hai orang-orang Kristen” – khususnya orang-orang Kristen yang ada di Galatia tersebut – “coba perhatikan, pada waktu engkau hidup di hadapan Tuhan dan diselamatkan, dan menerima Roh Kudus dari Tuhan, apakah itu sesuai dengan apa yang diajarkan di dalam Kitab Kejadian menurut janji Tuhan berikan kepada Abraham atau justru menurut perjanjian yang Tuhan ikat di dalam Musa, yaitu Taurat?” Galatia berkata yang benar adalah di dalam Abraham, bukan di dalam Musa.

Nah Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hal ini bukan berarti bahwa hukum Tuhan kepada Abraham dan hukum Tuhan kepada Musa itu bertolak belakang. Atau janji Tuhan atau perintah, kehendak Tuhan itu bertolak belakang satu dengan yang lain. Bukan! Di Galatia Paulus ada jelaskan hubungan Taurat dengan anugerah itu apa. Tapi kita nggak akan masuk ke arah situ ya. Saya akan sorot kepada janji saja. Yang benar adalah janji Tuhan diberikan terlebih dahulu, dan janji itulah yang dipertahankan Tuhan. Dan ketika janji itu diberikan kepada Abraham, Paulus berkata, itu bukan berdasarkan perbuatan ketaatan yang dilakukan oleh Abraham. Jadi dengan begitu mau bicara bahwa Tuhan mengikat perjanjian itu bukan karena sesuatu kebaikan atau hal yang kita lakukan tetapi Tuhan memberikan janji itu berdasarkan kehendak Tuhan semata kepada Abraham.

Pertama apa? Janji Tuhan bersumber dari Tuhan. Yang kedua bersifat kekal. Yang ketiga adalah berdasarkan anugerah bukan berdasarkan kepada perbuatan. Waktu kita bicara seperti ini, Tuhan ikat perjanjian dalam hal apa dengan Abraham? Masih ingat 3 itu kan? Yang pertama adalah menjadi bangsa yang besar, yang kedua namanya menjadi masyur, dan yang ketiga adalah keberadaan Abraham akan menjadi berkat bagi orang-orang yang ada di sekitar Abraham. Tapi yang 2 ini kita   usah bahas terlebih dahulu ya, kita bahas yang satu. Berarti pada waktu Tuhan mengikat perjanjian kepada Abraham, Tuhan menjanjikan bahwa Abraham akan menjadi bangsa yang besar melalui keturunannya. Dan itu adalah janji yang kekal, yang tidak berubah. Dan ketika bicara keturunannya, menariknya ada satu hal yang Alkitab katakan, keturunan yang dimaksudkan itu bukan Ishak, bukan Yakub, atau bukan yang lain-lain. Tetapi justru keturunan itu hanya ada 1, yaitu Yesus Kristus. Karena Yesus Kristus itu adalah satu-satunya Pribadi yang bisa memenuhi janji Tuhan secara kekal.

Kalau bingung lompatannya seperti itu, pertama kita kembali ke dalam Gal. 3 ya, nanti kita buka ayatnya satu per satu. Gal. 3:14, “Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu. Lalu ayat 16, “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan ”kepada keturunan-keturunannya” seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: ”dan kepada keturunanmu”, yaitu Kristus.” Setelah baca ini, saya ingin bawa Bapak, Ibu lihat ke dalam Alkitab beberapa pasalnya. Di dalam Alkitab, ketika Tuhan ikat perjanjian antara Tuhan dengan manusia, yang bersifat kekal itu ada 3 bentuk perjanjian. Pertama adalah perjanjian yang Tuhan ikat dengan Abraham. Tadi saya bilang anaknya itu bukan bicara Ishak, tapi orang lain yaitu Yesus Kristus. Kenapa hal itu terjadi? Coba buka Kej. 17:3-7, “Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya: ”Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja. Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.”” Jadi Tuhan menjanjikan kepada Abraham bahwa di dalam perjanjian itu, itu adalah satu perjanjian yang bersifat kekal antara diri Dia dan seluruh keturunan dari Abraham.

Lalu kemudian kita buka Yesaya 55. Yesaya 55:1-3, “Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran! Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat. Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.” Yang kedua adalah, perjanjian kekal itu kepada Daud yaitu melalui diri dia, anaknya itu akan memerintah sampai selama-lamanya.

Lalu, yang ketiga adalah Yeremia 31. Yeremia 31:31-34,36, ”Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang  mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN. Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar  sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.” Lalu ayat 36.  “Sesungguhnya, seperti ketetapan-ketetapan ini tidak akan beralih dari hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunan Israel juga tidak akan berhenti menjadi bangsa di hadapan-Ku untuk sepanjang waktu.”

Jadi, pada waktu kita berbicara mengapa janji Tuhan itu kepada Abraham itu digenapi di dalam Yesus Kristus? Karena ada paling tidak 3 aspek ini yang bisa menjadi satu dasar kita untuk membenarkan perkataan ini. Pertama adalah pada waktu Tuhan mengikat perjanjian, Ia mengikat perjanjian dengan Abraham yang bersifat kekal. Yang kedua adalah Tuhan bukan hanya mengikat perjanjian dengan Abraham bersifat kekal, tetapi Tuhan mengikat perjanjian dengan Daud yang bersifat kekal. Yang ketiga adalah, Tuhan membuat satu perjanjian baru dengan umat-Nya yang bersifat kekal. OK. Kayaknya masih belum ada hubungannya. Saya mundur sedikit. Maksudnya adalah seperti ini, pada waktu orang Israel itu membaca perjanjian Allah dengan Abraham, dengan Daud, dan juga dengan Yeremia itu perjanjian baru. Mereka punya 1 konsep. Saudara, Tuhan pernah berjanji bahwa di antara orang Israel akan lahir seorang yang disebut sebagai Mesias. Dan Mesias ini siapa? Ia adalah pasti keturunan Abraham. Yang kedua adalah Dia adalah keturunan Raja Daud karena pada waktu Daud ingin membangun Bait Allah, maka Tuhan pernah berkata kepada Daud, “Daud, bukan engkau yang akan membangun rumah Tuhan, tetapi yang akan membangun rumah Tuhan itu adalah anakmu. Aku akan mengikat perjanjian dengan diri dia sampai selama-lamanya.” Itu dari 2 Samuel 7. Jadi, pada waktu Bapak, Ibu baca di dalam Yesaya 55, kalimat itu adalah kutipan dari peristiwa yang Tuhan katakan kepada Daud di dalam 2 Samuel 7. Jadi, orang-orang Israel mengerti bahwa, “O, Mesias akan ada. Mesias itu adalah keturunan Daud. Dan keturunan Daud ini adalah keturunan dari Abraham. Dan ketika Tuhan mengikat perjanjian dengan Mesias ini, maka perjanjian itu adalah bersifat kekal. Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan. Dia akan memerintah sampai selama-lamanya.” Itu dicatat di dalam 2 Samuel 7. Dan Raja ini di dalam kitab Yeremia itu dikatakan sebagai Mesias yang akan mengadakan perjanjian yang baru yang bersifat kekal dengan umat-Nya.

Nah, waktu kita bicara seperti ini, pertanyaan yang muncul di dalam pemikiran kita pasti, ”Siapa Mesias itu? Siapa orang yang dikatakan Anak Abraham, Anak Daud itu yang akan mengikat perjanjian yang kekal bersama dengan manusia?”  Ada kelompok tertentu yang mengatakan itu Muhammad. Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kalau itu adalah Muhammad, betul nggak Muhammad bisa memberikan suatu perjanjian yang selama-lamanya? Saya yakin tidak karena dia sudah dikubur. Tetapi Yesus Kristus adalah satu pribadi yang walaupun pernah melalui kematian, tetapi Dia bangkit pada hari yang ke-3 dan Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa sampai hari ini dan selama-lamanya. Itu sebabnya, pada waktu Tuhan membuat satu ikatan perjanjian kepada kita, yaitu orang yang adalah keturunan Abraham, keturunan Daud, dan Ia akan memberikan perjanjian yang baru yang bersifat kekal itu, Paulus mengatakan orang itu pasti Yesus, bukan orang yang lain. Ini yang menjadi dasar kepercayaan kita sampai hari ini. Mengapa kita melihat bahwa setelah Yesus Kristus itu tidak ada orang lain yang kita nantikan dalam hidup kita? Karena seluruh dari janji Tuhan yang Tuhan berikan kepada Abraham dan umat-Nya itu sudah digenapi semua di dalam diri Yesus. Kalau sudah digenapi, berarti tidak ada yang kita perlu tunggu lagi.

Makanya, pada waktu kita berbicara mengenai Natal, Natal itu apa? Hari Minggu yang lalu, kita berkata bahwa Natal itu adalah satu janji yang Tuhan berikan kepada Hawa, yaitu dari keturunan Hawa akan lahir seorang anak laki-laki. “Seorang” itu jelas sekali Tuhan katakan. Bukan anak-anak, tetapi hanya satu anak laki-laki yang akan meremukkan kepala ular itu dan ular itu akan meremukkan tumitnya. Dan di dalam sejarah dari Adam, kita nggak pernah menemukan anak itu lahir di dalam dunia karena sejak dari Adam dan Hawa melahirkan anak, ada kuasa maut yang terus menyertai kehidupan manusia. Makanya, kalau Bapak, Ibu baca di dalam Kejadian pasal yang ke-4 ya atau ke-5 di situ, itu mulai dimasukkan ada kematian demi kematian yang dialami oleh manusia. Dan kalau dibandingkan dengan Roma pasal 5, Roma pasal 5 bilang kayak gini. Memang upah dosa ialah maut, tetapi sebelum ada Taurat yang menjadi satu standar hukum untuk menyatakan orang berdosa atau tidak, ada dosa atau tidak? Paulus berkata dalam Roma 5, ada. Buktinya apa ada dosa? Karena mulai sejak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, kematian terus menyertai kehidupan manusia sampai Taurat diberikan.

Jadi, pada waktu dikatakan anak itu akan menghancurkan ular itu, kuasa ular itu. Kuasa ular itu adalah apa? Menyeret orang ke dalam kematian kekal dan ndak ada satu orang pun yang bisa melawan kematian itu dalam kehidupan mereka. Sampai akhirnya seorang yang namanya Yesus Kristus lahir dalam dunia ini. Ia mati tidak? Ia mati, tapi bukan karena Dia tunduk di bawah kuasa maut, tapi Ia mati untuk menggantikan upah yang harus diterima oleh orang-orang berdosa dan pada hari yang ke-3, Dia bangkit dari kematian dan menyatakan kemenangan-Nya atas kuasa maut. Tetapi di dalam bagian hari ini, kita juga membaca bahwa ternyata Dia bukan hanya Pribadi yang merupakan laki-laki yang datang untuk menghancurkan kuasa ular itu, tetapi Dia adalah Pribadi yang merupakan keturunan dari Abraham yang ketika diberikan adalah bertujuan untuk mengikat satu perjanjian yang kekal dengan kita, yaitu perjanjian baru melalui pengaliran dari darah-Nya sehingga orang-orang yang ada di dalam Kristus itu adalah orang-orang yang bisa menjadi umat Tuhan dan Tuhan bisa menjadi Tuhan kita. Dan itu adalah sifat yang kekal.

Jadi, Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, mulai dari Perjanjian Lama, Tuhan sudah memberi kita satu petunjuk. Kebenaran kita di dalam Kristus itu adalah kasih karunia. Kebenaran kita di dalam Tuhan itu bukan berdasarkan perbuatan baik yang kita lakukan dan iman kita di dalam Kristus, kalau Tuhan sudah karuniakan, itu bersifat kekal karena yang menjamin kita itu adalah Tuhan. Itu adalah janji Injil. Dan Natal adalah penggenapan yang Tuhan lakukan terhadap janji-Nya, baik kepada Hawa, ataupun kepada Abraham.

Kadang-kadang kalau kita bicara Natal, saya di pemuda kemarin ngomong, kita merasa itu hari yang biasa. Oh, ada istimewanya sedikit lah. Istimewanya adalah ada perayaan di gereja. Kalau di kita, ada konser. Nggak ada hadiah sih, cuma ada makanan. Katanya kayak gitu. Kalau saya di gereja saya yang lama dari kecil sampai besar, setiap Natal itu adalah hari yang saya nantikan. Kenapa? Karena setiap Natal, saya biasa dikasih baju yang baru, lalu kemudian di gereja, pulang pasti bawa aja bingkisan dari gereja. Kita lihat drama dan segalanya. Menyenangkan sekali. Tapi di kita, terus terang Pak Tong itu mengubah tradisi yang umum ada di dalam gereja sehingga Natal itu tidak lagi dengan perayaan-perayaan yang meriah, tetapi justru menjadi kesempatan kita memberitakan Injil Yesus. Itu adalah poin Natal. Makanan gimana? Ya, untuk menopang supaya orang nggak kelaparan waktu pulang saja. Tetapi tujuan utamanya adalah memberitakan Injil. Dan mungkin kita yang datang tiap Minggu, mendengar tentang berita Kristus itu adalah hal yang biasa. Betul ya? Yesus mati di kayu salib, tapi sebelum Dia mati, Dia harus inkarnasi menjadi manusia dulu sama seperti kita. Dia adalah Tuhan yang menyelamatkan manusia berdosa. Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, hari ini saya mau ajak kita renungkan itu bukan berita yang biasa. Walaupun berita itu adalah berita yang diulang-ulang, ulang-ulang dalam kehidupan kita, tapi itu bukan berita biasa. Itu adalah berita yang luar biasa.

Kemarin di Masterclass, Pak Tong ada ngomong. “Orang-orang yang dengar khotbah saya yang rasa khotbah saya itu biasa karena sudah seringkali dengar khotbah saya, nggak papa. Kalau dia merasa bisa bertumbuh dengan orang lain, melalui orang lain punya khotbah, nggak papa. Itu berkat bagi diri dia. Tapi yang saya mau tanya, dia sudah mengerti belum khotbah saya dan dia sudah lakukan belum?” Jadi, apa yang biasa itu belum tentu menjadi sesuatu yang biasa. Mungkin, sesuatu itu menjadi biasa karena kita biasa mendengar. Nah, waktu kita berbicara tentang Natal, Natal itu adalah satu berita yang kita biasa dengar setiap tahun, dari kecil sampai besar. Esensinya apa? Yesus Kristus datang dalam dunia. Makanya, mungkin karena kita bosan dengan berita itu, maka kita bikin perayaan-perayaan yang lain untuk mengisi kebosanan dan kekurangan daya tarik dari berita kedatangan Kristus dalam dunia. Bisa jadi begitu.

Tetapi Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, itu adalah satu-satunya berita yang menjadi pengharapan bagi semua manusia berdosa. Kalau Bapak, Ibu mengabaikan berita yang sederhana itu yang terus-menerus diperdengarkan, lalu merasa mulai tidak menarik lagi, maka ada yang salah dengan rohani karena kebutuhan manusia dari dulu sampai sekarang, sampai Yesus datang kedua kali itu Juruselamat. Itu tindakan penyelamatan dari Dia yang biasa kita dengar. Jadi, jangan melihat karena kita itu sering diperdengarkan, maka itu sesuatu yang saya sudah tahu. Kalau saya sudah tahu, maka saya ingin mencari hal yang lebih luar biasa lagi. Kalau Bapak, Ibu melakukan hal itu, kita kehilangan esensi. Yang kita perlukan adalah yang sederhana. Tetapi ketika yang sederhana itu dikabarkan hanya kepada kita. “Saya sudah memiliki Kristus. Saya sudah memiliki perjanjian baru yang Tuhan ikat di dalam Kristus. Saya sudah memiliki kekekalan yang Tuhan janjikan. Saya sudah diperbaharui di dalam Kristus.” Ini berkaitan dengan Yeremia 31 karena orang yang diperbaharui di dalam Kristus, tidak perlu orang lain ajarkan hukum Tuhan kepada diri dia, dia tahu dia harus taat. Dia memiliki hati yang taat.

Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi Tuhan, kiranya Natal yang kita akan masuki dan masa adven ini boleh menjadi satu perenungan bagi kita. Janji Tuhan tidak pernah gagal, tapi yang gagal adalah kita, seringkali. Kita adalah orang-orang yang mendengar janji, ada di dalam anugerah, atau bukan dalam anugerah dalam pengertian diselamatkan di dalam kerajaan. Tapi kita ada di dalam lingkungan yang mengajarkan tentang kasih Kristus. Tetapi yang perlu kita tanyakan adalah walaupun saya ada di dalam lingkungan yang menyatakan, sebenarnya kasih Kristus itu ada pada saya atau sekedar lewat tanpa saya sadar bahwa saya tidak ada. Cuma karena saya ada bersama dengan orang-orang Kristen saja dan selalu mendengar Injil, kabar firman Tuhan, kasih karunia Tuhan, saya merasa saya ada di dalamnya. Itu menjadi hal yang sangat serius. Itu sebabnya, pada hari ini saya memberikan satu pengertian yang penting sekali dalam hidup Bapak, Ibu bahwa Tuhan sudah menggenapi janji itu di dalam Kristus, baik kepada Hawa ataupun kepada Abraham. Nanti di dalam pertemuan minggu depan, kita akan melihat siapa identitas diri dari anak Hawa dan anak Abraham. Itu yang menjadi hal yang bagi kita sangat penting sekali. Mari kita masuk dalam doa.

Kami kembali bersyukur, Bapa untuk firman yang boleh kami dengar hari ini. Kami sungguh bersyukur karena kami memiliki Allah yang setia terhadap janji. Suatu yang tidak mungkin bisa kami pegang, tetapi kami sadar di dalam Kristus, Engkau telah mengerjakan semua kebenaran yang Engkau katakan bagi kami, orang yang berdosa ini. Kiranya kami boleh melihat kepada diri kami kembali, ya Tuhan, lalu menguji hati kami, adakah ikatan perjanjian baru antara Engkau dengan kami pada diri kami atau selama ini kami hanya berpikir bahwa kami memilikinya, tapi sebenarnya kami belum memiliki. Dan biarlah Kristus boleh sungguh-sungguh tinggal di dalam hati kami dan kami boleh melihat bahwa kebenaran-Mu yang Kau nyatakan yang sederhana itu adalah satu kebenaran yang begitu penting sekali. Dan setiap kali kami mendengar akan berita Injil, ada sukacita, ada hati yang dibakar oleh kekudusan Tuhan, dan ada satu kehidupan yang dipenuhi dengan puji syukur dan kasih karunia yang boleh menyertai hidup kami. Dalam nama Tuhan Yesus, yaitu Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami telah berdoa. Amin. (HSI)

 

Comments